ASUHAN KEPERAWATAN
Perilaku Kekerasan
DISUSUN OLEH
AINUN H. PARIASI
PO0220219005
BAB II
A. ISOLASI SOSIAL
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam (Townsend, 1998).
Isolasi sosial adalah rasa kesepian yang dialami oleh individu didalam
lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau mengancam. Pada klien isolasi
sosial akan ditemukan data objektif meliputi perilaku yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan, afek tumpul, mengalami kecacatan (misal fisik dan mental), sakit, tidak
ada kontak mata, dipenuhi dengan pikiran sendiri, menunjukan permusuhan, tindakan
yang dilakukan terjadi secara berulang, selalu ingin sendiri, menunjukan perilaku yang
tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan
Menurut (Riyadi & purwanto, 2009) Isolasi sosial adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
8
10
dibutuhkan kerjasama.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan isolasi sosial adalah kerusakan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, pasien mungkin merasa tidak berharga dalam
lingkungannya.
Saling Ketergantungan
(Stuart, 2007)
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadi atau
2) Otonomi
11
Purwanto, 2009).
3) Kebersamaan
Purwanto, 2009).
5) Kesepian
6) Menarik diri
7) Manipulasi
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat
Purwanto, 2009).
12
8) Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian (Riyadi & Purwanto,
2009).
9) Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah
sekali tidak mampu berikteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
Purwanto, 2009)
c. Penyebab
percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari
sosial yaitu :
A) Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan
2) Faktor Biologik
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume
3) Faktor Sosiokultural
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang
cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
(Stuart, 2007)
B) Faktor presipitasi
1) Stressor Sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah
2) Stressor Psikologis
(Stuart, 2007)
3) Afek tumpul
7) Menunjukan permusuhan
8) Ingin sendiri
9) Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang
dominan.
15
(NANDA, 2012)
e. Mekanisme koping
gangguan hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data pengkajian
a. Indentitas.
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b. Keluhan utama.
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak berinteraksi
pasif.
16
c. Faktor predissposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitanya dengan factor etiologi yaitu keturunan,
d. Psikososial
1) Genogram
7-15%.
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial.
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan
berdiam diri.
4) Spiritual
e. Status mental
1) Penampilan diri.
Pasien tampak lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, reseliting tidak terkunci, baju tidak diganti, baju terbalik sebagai
2) Pembicaraan.
3) Aktivitas motorik.
4) Emosi.
Emosi dangkal.
5) Afek.
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
7) Persepsi.
8) Proses berpikir.
9) Kesadaran.
dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak
10) Memori.
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak
tepat.
f. Kebutuhan sehari-hari.
18
(Kusumawati, 2010)
2. Masalah keperawatan
a. Isolasi Sosial
1) Data subjektif :
2) Data objektif :
Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak atau
2011).
1) Data subjektif
2) Data objektif
19
1) Data subjektif
2) Data objektif
3. Pohon masalah
Halusinasi
20
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial
D. PENATALAKSANAAN
1) PENATALAKSANAAN MEDIS
elektrode.
B. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative lama dan merupakan bagian penting dalam
proses teraupetik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi ; memberikan rasa nyaman
C. Terapi Okupasi
21
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
(Dalami, 2009).
2) PENATALAKSANAN KEPERAWATAN
perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien.
Individu biasanya mencari terapi jenis ini dengan tujuan memahami diri dan
Perawatan pasien isolasi sosial : menarik diri dari tujuan umum dan tujuan
khusus. Dalam tujuan umum diharapkan klien dapat berhubungan dengan orang
lain dan lingkungan, sedangkan dalam tujuan khusus ada 5 tujuan khusus yaitu :
Tujuan khusus pertama membina hubungan saling percaya, tujuan khusus kedua
klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, tujuan
lain, tujuan khusus keempat klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
percaya, sikap terbuka dan empati, menerima klien apa adanya, sapa klien dengan
perilaku isolasi social, klien dapat menyebutkan penyebab atau alas an perilaku
menarik diri pada dirinya. Intervensi yang dilakukan mengkaji pengetahuan klien
mengungkapakan
perasaannya.
Tujuan khusus ketiga, klien dpat menegetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain klien dapat menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang
dengan orang lai,. Berikan pujian atas kemampuan klien dalam menyebutkan
secara bertahap, klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
23
dengan orang lain, dorong dan bantu klien dengan orang lain secara bertahap
antara lain, klien dengan perawat perawat, klien dengan perawat dan perawat lain,
klien dengan perawat dengan perawat lain dank lien lain, klien dengan kelompok
kecil TAK, klien dengan keluarga, libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL
kegiatan bersama keluarga seperti makan, beribadah, dan rekreasi, jelaskan pada
(Damaiyanti, 2012)
a. Pengertian
dengan yang lain, saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memberi kontribusi pada kelompok untuk membantu yang lain dan juga
diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri,
orang lain yang ada disekelilling klien atau orang yang dekat dengan
psikoterapis untuk :
5) Penyalur Energi
maupun lingkungan.
(Direja, 2011)
2) Membantuk sosialisasi.
kognitif.
5) Penyaluran emosi.
(Kusumawati, 2010)
1. Terapeutik
27
a. Umum
orang lain.
b) Melakukan sosialisasi
dan afektif.
b. Khusus.
sosial.
c. Rehabilitasi
(Direja, 2011)
Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen 1995, dalam Direja, 2011).
berikut :
1. Pre kelompok
28
2. Fase awal
1) Orientasi
2) Konflik
3) Kebersamaan
3. Fase kerja
4. Fase terminasi
(Direja, 2011)
1997) yaitu :
29
2. Ada berbagai syarat bagi klien untuk bisa mengikuti TAK antara lain :
sudah diobservasi dan didiagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah,
agresif dan inkoheren, dan waham tidak terlalu berat sehingga kooperatif
Tujuan :
30
1. Dx 1 : Isolasi Sosial
a. Pasien :
Sp 1p :
Sp 2p :
Sp 3p :
harian. b. Keluarga
Sp 1k :
pasien.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
Sp 2k :
sosial.
isolasi sosial.
Sp 3k :
obat.
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat
dkk, 2005).
G. Evaluasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.