Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian menurut (Nursalam, 2013) adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis
dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
Penulis mendapatkan hasil pengkajian pasien bernama Tn.S berumur 39
tahun lahir di Bumiayu tanggal 30 Desember 1982 agama islam, dengan
diagnosa medis Sindrom Coroner Acute Stemi, Nomor rekam medik
0128611. Penaggung jawab pasien Ny.Y umur 36 tahun hubungan dengan
pasien istri.
Pasien Composmentis dengan KU Lemah, pasien mengatakan nyeri dada
kiri disertai dengan keluhan pusing sesak dan lemas pengukuran tanda fital
didapati TD 166/98 MmHg Nadi 112 kali permenit, RR 26 kali permenit,
suhu badan 37,2 C, SpO2 99% dengan bantuan O2 3 liter permenit dan MAP
120,6. Pengkajian nyeri pasien didapati hasil skala nyeri 6 pasien mengatakan
nyeri datang tiba tiba di area dada kiri menjalar ke tangan kemudian
punggung hilang timbul dan ketika timbul dalam waku yang lama. Pada
pemeriksaan fisik didapati akral dingin dan Crt 2 detik nadi teraba lemah.
Pasien cemas dengan ekspresi yang nampak, pada riwayat penyakit pasien
pernah dirawat dengan keluhan yang sama 3 tahun yang lalu.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa yang muncul sesuai teori
a. Ansietas berhubungan dengan stressor prosedur bedah
Ansietas menurut herdman (2018) merupakan perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom
(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman. Ansietas memiliki batasan karakteristik yang
dapat tinjau dari prilaku, afektif, fisiologis, simpatis, parasimpatis, dan
kognitif pasien. Faktor yang berhubungan bisa jadi seperti konflik
tentang jalan hidup, hubungan intrapesonal, penularan interpersonal,
stressor, penyalahgunaan zat, ancaman kematian, kebutuhan yang
tidak terpenuhi, dan konflik nilai. Populasi yang beresiko mengalami
ansietas seperti terpapar toksin, riwayat keluarga tentang ansietas,
hereditas, perubahan besar, krisis maturasi, krisis situasi.
Penulis menegakan diagnosa ansietas karena didaptkan pada pasien
terdapat tanda tanda ansietas yang di tunjukan pasien dan ada pada
batasan karakteristik yang ada. Ansietas menurut siroes et al (2003)
dalam penelitian mulyani (2019) pasien dengan penyakit jantung
memiliki presentase 24-75% rasa kecemasan yang dapat
memperburuk kondisi jantung (Mulyani, 2019).
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Nyeri akut menurut Herdman (2018) merupakan pengalaman
sensorik dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan
sebagai kerusakan; awitan yang tiba tiba atau lambat dengan intensitas
ringan hingga berat, berakhirnya, dapat diantisipiasi atau diprediksi,
dan dengan kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik nyeri akut
antara lain perubahan selera makan, perubahan pada parameter
fisiologis, diaforesis, prilaku distraksi, bukti nyeri dengan
menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak
daopat menggunakanya, prilaku ekspresif, sikap tubuh melindungi,
putus asa, fokus menyempit, laporan tentang prilaku nyeri/ perubahan
aktivitas, dilatasi pupil, keluhan tentang intensitas menggunakan skala
nyeri, agen cidera fisik. Faktor yang berhubungan antara lain agen
cidera biologis, agen cidera kimiawi, agen cidera fisik.
Penulis menegakan diagnosa nyeri berdasarkan pengalaman nyeri
yang pasien rasakan. Nyeri timbul akibat
c. Intolerans aktifitas berhubungan dengan program pembatasan gerak
Intoleran akrifitas menurut Herdman (2018) ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
Data yang didapatkan oleh penulis pada pasien di dapati respons
tekanan darah abnormal terhadap aktifitas, respons frequensi
abnormal jantung abnormal, perubahan ekg dan kelemahan umum
yang nampak. Penulis menegakan diagnosa intoleran berhubungan
dengan program pembatasan gerak sebagai program terapi untuk
membantu mengurangi kinerja jantung karena minimal aktivitas yang
dilakukan pasien dengan program bedrest.

2. Diagnosa yang muncul tidak sesuai teori


Penulis tidak menemukan diagnosa yang muncul pada pasien yang
tidak sesuai teori.
3. Diagnosa sesuai teori namun tidak muncul pada pasien
Diagnosa yang ada pada teori penulis temukan semua pada kasus nyata
sehingga disini penulis tidak menemukan diagnosa yang ada pada teori
namun tidak muncul pada kasus nyata.
C. Intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan stressor prosedur bedah
Intervensi keperawatan yang penulis rencanankan pada pasien adalah
pengurangan kecemasan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat
kecemasan pasien. Intervensi yang penulis rencanakan yaitu gunakan
pendekatan yang menyenangkan tenang dan meyakinkan, jelaskan semua
prosedur termasuk sensasi yang akan dialami, berikan informasi faktual
terkait perawatan diagnosis dan prognosis dari kondisi yang pasien alami
saat ini, dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat,
dengarkan klien, dan kaji tanda tanda kecemasan klien.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan kurang terpapar informasi
Intervensi keperawatan yang di susun oleh penulis untuk mengatasi
masalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah dapat teratasi dengan tujuan pengetahuan proses penyakit ibu
pasien sepeti faktor-faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi, tanda
gejala penyakit, strategi untuk meminimalkan dapat di pahami dengan
intervensi Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit,
jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubunganya dengan
anatomi dan fisiologi sesuai kebutuhan, jelaskan tanda dan gejala yang
umum dari penyakit, berikan informasi sesuai kebutuhan, edukasi pasien
mengenai tindakan untuk mengontrol tanda gejala, sesuai kebutuhan,
berikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang.
3. Nyeri akut berhubungan agen cidera fisik
Intervensi keperawatan yang di susun oleh penulis untuk mengatasi
masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik yaitu lakukan
pengkajian nyeri secara komperhensif, observasi adanya petunjuk non
verbal mengenai ketidaknyamanan, patikan perawatan analgesik bisa
berjalan dengan tepat, pilih dan ajarkan tindakan nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri, berikan penurun nyeri yang optimal, dukung istirahat
yang adekuat.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive
Intervensi keperawatan yang di susun oleh penulis untuk mengatasi
masalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive yaitu dengan
monitor adanya tanda gejala infeksi, monitor kerentanan infeksi, batasi
jumlah pengunjung, lindungi kontak dengan hewan peliharaan saat
dirumah, priksa kondisi sayatan/luka bedah, tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup, anjurkan istirahat, ajarkan pasien dan keluarga cara menghindari
infeksi, jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana.
5. Ketidakefektifan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
Intervensi keperawatan yang di susun oleh penulis untuk mengatasi
masalah ketidakefektifan nutrisi berhubungan dengan kurang asupan
makanan yaitu dengan manajemen nutrisi seperti tentukan status gizi
pasien dan kemampuan pasien dalam mencukupi kebutuhan gizi,
identifikasi adanya alergi makanan pasien, berikan pilihan makanan yang
disukai pasien, atur diet yang diperlukan, tawarkan makanan ringan padat
gizi, anjurkan keluarga membawa makanan favorit pasien, berikan tranfusi
2 kolf.
D. Implementasi
1. Ansietas berhubungan dengan stressor prosedur bedah
Penulis menerapkam implementasi untuk diagnosa ansietas b.d
stressor prosedur pembedahan penulis menegakan intervensi keperawatan
berikut: gnakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, bertujuan untuk
membina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat,
Berikutnya Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama prosedur dilakukan
guna memberi tahu dan melatih kesiapan pasien untuk menjalani program
terapi yang akan di jalani. Berikan informasi faktual terkait diagnoasis
perawatan dan prognosis yang dialami pasien. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
seperti berdoa dan berdzikir. Menurut Riniasih dan Natasha (2016) dalam
penelitian efektivitas tehnik relaksasi napas dalam dan dzikir terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bph di rsud dr.
Raden soedjati soemodiardjo purwodadi terbukti efektif dalam usaha
mengurangi kecemasan pasien.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Implementasi keperawatan yang penulis lakukan pada pasien untuk
mengatasi masalah defisisensi pengetahuan pasien yaitu mengkaji tingkat
pengetahuan psien yang kemduian memberika pendidikan kesehatan pada
pasien terkait kondisinya
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Implementasi yang diterapkan oleh penulis sesuai dengan intervensi
yaitu Mengkaji nyeri secara komperhensif, dimaksudkan untuk
mengetehaui karakteristik nyeri meliputi onset dengan PQRST,
Mengjarkan penggunaan teknik non farmakologi, Memberikan individu
penurun nyeri yang optimal sesuai dengan peresepan analgesik,
Menginformasikan pada tim kesehatan lain / anggota keluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang sedang di gunakan, tindakan non
farmakologis yang di berikan pada pasien adalah tarik nafas dalam,
menurut penelitian Sukaesih dan Rosa dalam Indonesia Jurnal Perawat.
Vol.2 No.I (2017) afirmasi positive seperti tarik nafas dalam efektif untuk
membantu meredahkan perasaan nyeri yang dirasakan pasien.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive
Implementasi yang penulis lakukan pada pasien yaitu dengan
Memonitor tanda tanda infeksi, Membatasi kunjungan pasien,
Menganjurkan untuk banyak makan makanan bergizi, Kolaborasi
pemberian antibiotik ceftriaxon. Injeksi antibiotik ceftriaxon diberikan
sesuai dengan advice dokter untuk mengurangi resik terjadiya infeksi.
Penulis juga menganjurkan untuk pasien dan keluarga untuk tetap
menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi.

5. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makanan
Implementasi yang penulis lakukan pada pasien untuk mengatasi
maslah nutrisinya yaitu dengan Mengkaji kemampuan psien dalam
mencukupi kebutuhan nutrisi, Mengkaji adanya alergi makanan,
Menganjurkan keluarga membawa makanan favorit pasien, Menganjurkan
pasien makan sedikit tapi sering untuk menjaga agar pasien tidak bosan
dengan porsi makan yang terlalu banyak, Memberikan tranfusi darah 2
kolf dalam 24 jam karena terjadi penurunan Hb setelah dilakukan
prosedur bedah. Penulis juga memberikan edukasi pada pasien dan
keluarga mengenai pentingnya menjaga pola nutrsisi yang baik.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari pre dan 2 hari post
operasi didapatkan hasil evaluasi paa kecemasan teratasi pasien sudah tidak
ada setelah menjalani program operasi pasien, pasien mengatakan sudah
merasa lebih baik karena benjolan sudah tidak ada, masih ada sensasi nyeri
sedikit namun sudah berangsur berkurang dibandingkan dengan hari
sebelumnya hal ini mendandakan masalah nyeri teratasi. Resiko infeksi
terminimalisir ditandai dengan tidak adanya tanda gejala infeksi pada pasien,
luka kering tidak ada pus dan tidak ada benjolan merah tambahan saat
dilakukan medikasi. Ketidakseimbangan nutrisi pada pasien teratasi
sebagaian hal ini karena dalam pemenuha nutrisi diperlukan waktu yang
relatif panjang untuk meningkatan status nutrisi, ada kemajuan seperti nafsu
makan psien bertambah dan nampak lebih berenergi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pada
pasien dengan pre dan post operasi tumor colli, penulis mampu
menerapkan atau mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan pre dan post operasi tumor colli secara sistematis menggunakan
pendekatan proses keperawatan secara komprehensif, maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pengelolaan pasien pada Nn. L penulis menggunakan
metode wawancara didapatkan keluhan utama yaitu pasien
mengatakan ada benjolan dileher sebelum dioperasi dan setelah
dioperasi pasien mengeluh nyeri. Keluhan tambahan saat pengkajian
pasien mengatakan pasien mengatakan lemah dan cepat lelah saat
beraktivitas, pasien tidak nafsu makan. Riwayat penyakit dahulu
pasien mengatakantidak pernah mengalami sakit seperti ini .Riwayat
penyakit keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada
riwayat penyakit seperti yang dialaminya dan tidak ada riwayat
penyakit menurun lainnya seperti diabetes mellitus, asma dan
hipertensi.
2. Diagnosa keperawatan prioritas yang muncul pada kasus Nn. L
dengan pre dan post operasi tumor colli sesuai dengan prioritas
adalah:
a. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
b. Defisiensi pengetahuan b.d proses penyakit
c. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
d. Resiko infeksi b.d prosedur infasif
e. Ketidakseimbangan nutrisi b.d kurang asupan makanan
3. Intervensi yang di susun oleh penulis mengacu konsep dasar
intervensi yang penulis ambil menurut Bluechek, et, al (2013). pada
intervensi dilakukan berdasarkan teori yang ada. Intervensi
merupakan tanggung jawab mandiri, khususnya oleh perawat yang
dikerjakan bersama dengan instruksi medis berdasarkan masalah klien
dan bantuan yang diterima klien adalah hasil yang diharapkan.
Sedangkan pada kasus Nn. L penulis membuat intervensi berdasarkan
masalah yang dialami oleh pasien.
4. Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi yang
telah dibuat dan masalah keperawatan yang ada di lakukan selama 3
hari penulis selalu melibatkan dengan pasien dan keluarga. Pada saat
dilakukan implementasi pasien kooperatif.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
Dalam kasus dapat dianalisis jika masalah belum teratasi maka dapat
dilanjutkan pada rencana tindakan yang selanjutnya, jika masalah
teratasi maka yang dilakukan adalah mempertahankan kondisi pasien.
Pada kasus Nn.L terdapat masalah keperawatan dan tidak semua
masalah yang ada yang dapat teratasi setelah dilakukan 3x24 jam
tindakan keperawatan. Masalah yang sudah teratasi yaitu ansietas,
pengetahuan dan nyeri sedangkan masalah yang belum teratasi yaitu
ketidakseimbangan nutrisi.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan pada Tn. P dengan Gangguan Sistem
imunologi : Tumor Colli Setelah melakukan tindakan keperawatan
penulis mendokumentasikan tindakan tersebut dalam catatan
keperawatan yang dibuat oleh rumah sakit dan oleh penulis sendiri
dalam bentuk asuhan keperawatan yang mencangkup pengkajian
sampai evaluasi.

B. Saran
1. Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan dapat
memberikan sarana dan prasarana yang menunjang penderita seperti
tersedianya tabung oksigen transport untuk pasien jika sewaktu-waktu
akan diantar untuk pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan penunjang
lainnya diluar ruang rawat, sebaiknya tabung oksigen transport di
ruangan tidak hanya 1 tetapi minimal 2 sehingga jika habis masih ada
cadangan yang bisa digunakan.
2. Institusi Pendidikan
STIKES Serulingmas Cilacap diharapkan bisa memperbaharui
sarana dan prasarana laboratorium keperawatan yang ada guna
memperdalam ilmu ilmu keperawatan terkait psien post operasi.

Anda mungkin juga menyukai