Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT LESTARI RAHARJA MAGELANG
TANGGAL 26 APRIL – 08 MEI 2021
Disusun Oleh :
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan semester VI yang berjudul “ Instalasi farmasi
Rumah sakit Lestari Raharja Magelang tanggal 26 April – 08 Mei 2021” telah
Mendapat Persetujuan Pada Tanggal 10 Mei 2021.
Menyetujui
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tanda Tangan
Pembimbing Lapangan :
Kartika Yunian E, S. Farm. Apt ( )
Pembimbing Akademik :
Jarot Yogi H. M.Sc., Apt ( )
Direktur
Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan karunianya untuk memberikan kami kesempatan dalam
menyelesaikan laporan PKL ( Praktek Kerja Lapangan) ini dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Prakek Kerja Lapangan bagi para mahasiswa dari jurusan program studi DIII
farmasi Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta. Semoga dengan
kegiatan praktek ini dapat memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa maupun
pembaca.
Laporan ini dapat disusun dengan baik karena banyaknya masukan dan dukungan
dari berbagai pihak yang berupa informasi, arahan dan bimbingan, serta kritik dan
saran dari yang bersifat membangun. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada :
iv
Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, maka laporan
ini jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Terima
kasih atas kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan
Praktek Kerja Lapangan ini. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima
kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................10
A. Latar Belakang............................................................................................10
B. Tujuan.........................................................................................................10
C. Manfaat.......................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
A. Definisi Rumah Sakit..................................................................................12
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit....................................................................12
C. Persyaratan Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................................14
D. Pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit...............................................14
BAB III GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTEK......................................27
A. Geografi dan data Demografi Rumah Sakit Lestari Raharja......................27
B. Visi, Misi dan Motto...................................................................................27
C. Logo Rumah Sakit Lestari Raharja.............................................................28
D. Pelayanan Rumah Sakit..............................................................................28
E. Struktur Organisasi Rumah Sakit Lestari Raharja......................................29
F. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lestari Raharja..........................................30
G. Sarana dan Prasarana..................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................33
A. Pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lestari Raharja......................33
1. Perencanaan.............................................................................................33
2. Pengadaan................................................................................................33
vi
3. Penerimaan..............................................................................................34
4. Penyimpanan...........................................................................................36
5. Pendistribusian........................................................................................38
6. Penarikan dan pemusnaan.......................................................................38
B. Pengelolahan Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lestari
Raharja................................................................................................................39
BAB V PENUTUP................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43
LAMPIRAN..........................................................................................................45
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Logo Rumah Sakit Lestari Raharja.........................................28
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Lestari Raharja...................29
Gambar 3. 3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RS Lestari Raharja......30
Gambar 4.1 Tabel Alur perencanaan, pengadaan, dan penerimaan obat ....36
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Rumah sakit merupakan upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan untuk kepentingan
masyarakat serta dapat memanfaatkan untuk pendidikan atau penelitian.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit yang
menyatakan pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisah dari
sistem pelayanan kesehatanm rumah sakit berorientasi pada pelayanan pasien,
pelayanan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi masyarakat.
Dalam pelayanan kefarmasian apoteker bertanggung jawab dalam
menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, dan terjangkau oleh pasien.
Dalam pelakasanaan pelayanan kefarmasian apoteker bekerja sama dengan tenaga
dengan tenaga kesehatan lain salah satunya tenaga teknis kefarmasian.
Tenaga teknik kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari sarjan farmasi, ahli madya
farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi.
Dalam meningkatkan kompetensi tenaga teknis kefarmasian selain
menempuh pendidikan kefarmasian juga melaksanakan praktek kerja lapangan di
rumah sakit atau instalasi farmasi lainnya dan diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan apa yang telah dipelajari selama perkuliahan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara
mendalam mengenai peran dan fungsi calon Ahli Madya Farmasi di
Rumah Sakit.
10
2. Mahasiswa dapat memperoleh berkat pengetahuan praktis dan
keterampilan tentang pengelolaan dan pelaksanaan kefarmasian di Rumah
Sakit.
3. Mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan konsep pelayanan
kefarmasian dalam pelayanan kepada pasien dan mampu menerapkan cara
pengelolaan perbekalan farmasi di Sumah Sakit
C. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu teori kefarmasian
yang telah diperoleh pada pendidikan di perguruan tinggi.
b. Mahasiswa memperoleh gambaran dan pengalaman mengenai instalasi
kefarmasian di rumah sakit.
c. Mahasiswa memperoleh bekal kemampuan profesionalisme,
manajerial, pengalaman praktis dalam manajemen pengolahan sediaan
farmasi di instalasi farmasi rumah sakit.
d. Mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan berkomunikasi
dengan pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Manfaat bagi institusi
Dengan dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini, pihak institusi akan
mendapatkan masukan dari mahasiswa dalam rangka memperbaiki dan
mengembangkan kurikulum yang sesuai dalam dunia kerja.
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
Dengan dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini, akan memberikan
kontribusi bagi rumah sakit dalam pembentukan karakter calon Ahli
Madya Farmasi yang berpotensi, kompetitif dan profesional.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis
pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
[ CITATION Per20 \l 1033 ].
12
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
3. Fungsi Instalasi Farmasi
a. Pengelolaan dan perbekalan farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehana
yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar
obat.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril san non sreril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
13
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan, administrasi, farmasetika dan klinis.
2) Mengindentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5) Memberi informasi tentang obat kepada petugas kesehatan, pasien
atau keluarga pasien.
6) Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien
7) Melakuakan pencampuran obat suntik
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
9) Melakukan penanganan obat kanker
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan
12) Melaporkan setiap kegiatan
14
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam
ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara
lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1) Melaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2) Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
3) Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
4) Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
15
5) Pemantauan terapi Obat;
6) Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7) Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akurat;
8) Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9) Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan
Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
Obat yang berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat=50% atau lebih pekat).
3) Obat-Obat sitostatika.
16
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuaim dengan
kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
1) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi;
2) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan;
3) Pola penyakit;
4) Efektifitas dan keamanan;
5) Pengobatan berbasis bukti;
6) Mutu;
7) Harga; dan
8) Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang
ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus
tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di
Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara
rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat
agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan
dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan proses
penyusunan Formularium Rumah Sakit:
1) Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf
Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik;
2) Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
17
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
4) mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk
mendapatkan umpan balik;
5) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
6) Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium
Rumah Sakit;
7) Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi;
8) Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada
staf dan melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit
diantaranya:
1) Mengutamakan penggunaan Obat generik;
2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien;
7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium
Rumah Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan terkait
dengan penambahan atau pengurangan Obat dalam Formularium Rumah
Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas,
risiko, dan biaya.
18
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan
dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan:
1) Anggaran yang tersedia
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan
6) Rencana pengembangan
c. Pengadaan/Permintaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain
di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan tenaga kefarmasian.
19
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
1) Bahan baku obat harus disertai Sertifikst Analisa
2) Bahan Berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar.
4) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali
untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi
tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah
kekosongan stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan
mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup.
Pengadaan dapat dialkukan melalui:
1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan
ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
i. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu
Obat.
ii. Persyaratan pemasok.
iii. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
iv. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan
waktu.
2) Produksi sediaan farmasi
Instalasi dapat memproduksi sediaan tertentu apabila:
i. Sediaan farmasi tidak ada di pasaran
20
ii. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
iii. Sediaan farmasi dengan formula khusus
iv. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil/repacking
v. Sediaan farmasi untuk penelitian
vi. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus
dibuat baru (rescentur paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di
Rumah Sakit tersebut.
3) Sumbangan/Dropping
Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan
pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen
administrasi yang lengkap dan jelas.
Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan,
maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak
sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan
pasien Rumah Sakit.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
21
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian.
yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan
pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara
benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
1) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya.
22
2) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan
harus menggunakan tutup demi keselamatan
23
yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
i. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan
dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
ii. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan
jumlah yang sangat dibutuhkan.
iii. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi
yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
iv. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat
floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab
ruangan.
v. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang
disediakan di floor stock.
2) Sistem resep perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat
jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3) Sistem unit dose
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat
inap.
4) Sistem kombinasi
24
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi sistem floor stock, resep perseorangan
dan unit dose.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat
kesalahan pemberian Obat dapat diminimalkan sampai kurang dari
5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau Resep individu
yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
dan metode sentralisasi atau desentralisasi.
g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik
izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai bila:
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2) Telah kadaluwarsa;
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
4) Dicabut izin edarnya.
25
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
1) Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
2) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait;
4) Menyiapkan tempat pemusnahan;
5) melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTEK
A. Geografi dan data Demografi Rumah Sakit Lestari Raharja
Rumah sakit Lestari Raharja Magelang berada di Jl. Sutopo No. 5,
Cacaban, Kec. Magelang, Jawa Tengah. Rumah sakit Lestari Raharja Magelang
merupakan rumah sakit tipe D yang berdiri pada tahun 1997 dibawah yayasan
Rumah Sakit Lestari Raharja, sebagai rumah sakit bersalin dengan fasilitas ruang
rawat inap, ruang operasi kebidanan dan penyakit kandungan.
Pada tahun 1983, status rumah sakit ditingkatkan menjadi Rumah Sakit
Umum, dengan maksud dan tujuan akan dapat lebih mampu berperan dalam
membantu pemerintah melayani kesehatan masyarakat luas.
F. Visi, Misi dan Motto
1. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Lestari Raharja sebagai Rumah sakit unggulan
dengan pelayanan prima.
2. Misi
a. Memberikan pelayanan yang ramah bersahabat, terampil dan profesional
tanpa membedakan unsur SARA
b. Membangun sumber daya alam (SDM) rumah ssakit yang profesional,
akuntabel, yang berorientasi pada konsumen serta berintegrasi dalam
memberi pelayanan.
c. Senantiasa meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dalam
memperluas jangkuan pelayanan kepada masyarakat.
3. Motto
Melayani dengan hati sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat
27
G. Logo Rumah Sakit Lestari Raharja
1. Spesialis Anak :
a. dr. Isnu R. Rasjid,SP. A
b. dr. Listiamigrum, Sp.A
2. Spesialis Bedah :
a. dr. H.Tjipto J. Moewardi,Sp.B,Finacs
b. dr. Isti Sad Aryanti, Sp. B, Finacs
c. dr. Jati Rimba, Sp.B
3. Spesialis Penyakit Dalam:
a. dr. Suharjono, SP. PD
b. dr. Syamsul Arif Z,Sp.PD
c. dr. Wartoto, Sp.PD
28
4. Spesialis Gigi:
a. dr. Atsana Rizki Prima
b. dr. Julius Benedict Haryono
5. Spesialis Saraf :
a. dr. Dyah Wirtami Puspitasari, Sp.S
b. dr. Heriyanto, Sp.S
c. dr. Suryono,Sp.S
6. Spesialis Mata :
a. dr. Junaidi, Sp.M
b. dr. Sri Yuni Hartati, Sp.M
7. Spesialis Paru:
a. dr. Prima,Sp. P
8. Spesialis THT :
a. dr. sudarmawan,Sp.THT
9. Spesialis Orthopedi :
a. dr. Ronal, Sp. OT
29
J. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lestari Raharja
Rumah Sakit Lestari Raharja memiliki satu apoteker penanggung jawab dan satu
orang apoteker pembantu. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lestari Raharja dibantu
oleh Asisten Apoteker. Apotek mempunyai sarana dan prasarana yang memadai
mencakup alat pembungkus puyer, lemari pendingin, tempat peracikan obat,
lemari obat (Generik, Paten, sediaan salep, sediaan tetes, sirup, alkes), komputer
untuk menginput data, wastafel, dan lemari untuk menyimpan obat psikotropika
dan High Alert.
30
K. Sarana dan Prasarana
Perbekalan farmasi pada rawat inap RS Lestari Raharja diletakkan di
dalam rak yang bersusun. Penataan obat oral, injeksi, dan alat kesehatan di
pisahkan. Penataan obat-obatan oral dan injeksi diatur berdasarkan alfabetis,
bentuk sediaan, regulasi (peraturan perundang-undangan) serta suhu
penyimpanan. Obat dengan nama yang sama namun mempunyai kekuatan yang
berbeda pada kotak obat diberikan tanda berupa tulisan pada kardus yang besar
dan di beri stiker LASA sehingga untuk menghindari kesalahan pengambilan. Ada
pula informasi perhatian agar berhati-hati dalam pengambilan obat seperti: Baca
obat pada saat mengambil, penegasan beberapa obat yang look alike sound alike
(LASA) dengan menempelkan peringatan di rak obat. Tujuannya supaya petugas
lebih waspada dalam melakukan proses filling obat sehingga dapat meminimalkan
kejadian medication error.
(blister/strip).
b. Warna transparan merah untuk obat High Allert dengan rute oral
31
Disediakan stiker untuk perhatian penggunaan maupun
penyimpanan, untuk obatobat yang penyimpanannya di lemari es maka
pada embalase diberikan stiker “simpan di lemari es”, sediaan sirup
diberikan stiker “kocok dahulu”. Suhu dan kelembaban di dalam Instalasi
Farmasi rawat inap dilakukan pemantauan setiap hari pada jam 07.00,
14.00 dan 21.00 sehingga aman dan sesuai dengan standar dalam
penyimpanan obat. Pengendalian suhu dan kelembapan di farmasi rawat
inap dipantau dengan menggunakan termohigrometer.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Pengadaan
33
ini dilakukan dengan pertimbangan agar mencegah kekosongan obat dan alat
kesehatan di gudang perbekalan farmasi.
Untuk penanganan apabila terjadi ketidaktersediaan stok obat di
Rumah Sakit yang disebabkan oleh tidak mendapat produk e-catalog , Produk
e-catalog kosong, ada penolakan pada pabrik ataupun Distributor belum bisa
mengirim karena ada kendala, Pengadaan dapat dilakukan dengan upaya
peminjaman obat ke Rumah Sakit yang sudah ada perjanjian kerja sama
dengan Rumah Sakit Lestari Raharja Magelang atau pembelian ke apotek
yang sudah ada kerja sama dengan Rumah Sakit Lestari Raharja Magelang
3. Penerimaan
34
Penangungjawab Instalansi Farmasi RS yang kemudian di cap dengan cap
Instalansi Farmasi, kemudian petugas akan mengambil 2 lembar dari 5 faktur
yang akan digunakan untuk tembusan ke gudang dan sebagai arsip rumah
sakit, faktur yang lainnya akan dikembalikan kepada distributor. Selanjutnya
petugas TTK yang diberi kewenangan akan mengarsipkan faktur dan akan
dilakukan propes entry data obat/alkes yang diterima ke dalam computer agar
data harga maupun stok dapat digunakan dan ter upgrade.
Barang yang diterima kemudian dipindahkan ke bagian gudang
penyimpanan. Obat-obatan akan disimpan di dalam gudang obat, infus,
alkohol, dan lain-lain yang berupa cairan akan disimpan di dalam gudang
mudah terbakar, dan alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
akan disimpan di gudang sendiri. Gas medis akan langsung disimpan di
gudang gas medis. Bagi barang yang langsung dibutuhkan di gudang, bagian
penerimaan akan langsung menginformasikan ke Tenaga Teknis Kefarmasian
yang mempunyai tanggung jawab administrasi gudang terkait bahwa barang
yang dibutuhkan sudah datang.
35
ALUR PENGELOLAAN ADMINISTRASI FARMASI
Menulis sediaan
Perencanaa obat yang akan
dibeli di buku
defekta
Tanggal datang
Nama PBF
barang / obat
36
tanggal kadaluwarsa lebih pendek diletakkan di bagian depan sehingga barang
tersebut dikeluarkan terlebih dahulu atau dipakai lebih dahulu.
Metode First In First Out (FIFO) digunakan untuk barang yang tidak
memiliki tanggal expired date misalnya beberapa alat kesehatan dengan hanya
melihat nomor batch. Metode First Expired First Out (FEFO) digunakan untuk
sediaan yang memiliki tanggal expired date.
Barang yang sudah hampir expired harus segera dikeluarkan terlebih
dahulu dan letaknya dipisahkan dengan barang lain atau diberi tanda
keterangan pada rak digudang dan di warehouse sehingga dapat ditentukan
waktu pengembalian kepada distributor sesuai kesepakatan. Selain itu, di
gudang obat juga menyimpan obat High Alert Medicines (HAM).
Penyimpanan HAM terpisah dengan obat reguler dan diberi penandaan berupa
stiker High Alert.
Obat-obat yang diberikan penandaan high alert di RS Lestari Raharja
antara lain obat-obatan yang memerlukan pengawasan ketat dengan pantauan
dokter dan tenaga teknis kefarmasian, insulin, dan lain-lain. LASA (Look
ALike Sound ALike), obat yang memiliki penampilan dan penamaan yang
mirip tidak ditempatkan berdekatan, dan diberi penadaan khusus untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Di IFRS Lestari Raharja obat golongan narkotika disimpan secara
terpisah dari obat-obat reguler lain menggunakan lemari khusus yang terbuat
dari kayu dengan sistem double lock, dan kunci dipegang oleh
penanggungjawab. Obat psikotropika disimpan secara terpisah dari obat-obat
reguler lain menggunakan lemari khusus, dan lemari khusus psikotropika
sedang dalam rencana untuk double lock. Sedangkan obat prekursor disimpan
terpisah dari obat-obat reguler lain, aman, mudah diawasi oleh
penanggungjawab.
Penataan dan penyimpanan perbekalan kesehatan RS Lestari Raharja
dilakukan setelah melalui bagian penerimaan dengan melewati proses
pengecekan. Barang yang sesuai dengan pesanan segera dikirim ke gudan.
Petugas gudang akan melakukan pengecekan ulang pada fisik barang
37
dicocokan dengan copy faktur. Bila telah sesuai antara copy faktur dengan
barang maka barang diletakkan ke dalam rak penyimpanan dan mencatat
dalam kartu stok yang yang berisi tanggal, nama produk, jumlah produk yang
masuk, jumlah sisa produk, nomor batch, ED, dan tanda tangan. Pencatatan
ED dilakukan untuk mempermudah dalam mengendalikan jumlah stok,
meningkatkan kualitas keamanan pemakaian obat bagi pasien juga untuk
memudahkan pengontrolan obat yang sudah rusak atau ED (barang yang
sudah hampir ED harus segera dikeluarkan terlebih dahulu dan letaknya
dipisahkan dengan barang lain dan diberika label sebagai pengingat petugas
yang mengambil stok) sehingga dapat ditentukan waktu pengembalian kepada
distributor sesuai syarat masing-masing distributor.
Setelah dilakukan pengecekan, perbekalan farmasi ditata pada rak
penyimpanan yang dibedakan berdasarkan bentuk sediaan, baik obat maupun
alat kesehatan. Setiap minggu gudang perbekalan kesehatan RS Lestari
Raharja melakukan stok opname dan cek expired date (ED) dan setiap tiga
bulan diadakan stok opname dan cek ED dari yayasan, hal ini dilakukan untuk
menjaga keamanan dan penjaminan mutu perbekalan kesehatan RS Lestari
Raharja.
5. Pendistribusian
38
6. Penarikan dan pemusnaan
39
L. Pengelolahan Pelayanan Resep di Intalasi Farmasi Rumah Sakit
Lestari Raharja
Sistem distribusi obat dirumah sakit mencakup pelayaan sediaan obat
yang telah di dispensing instalasi farmasi ketempat perawatan penderita dengan
keamanan dan ketetapan obat, ketetapan penderita, ketetapan jadwal, waktu,
tanggal, metode pemberian, ketetapan personal pemberi obat kepada penderita
serta keutuhan mutu obat. Beberapa macam sistem distribusi obat untuk pasien
rawat inap di rumah sakit :
a. Sistem rawat individual (individual prescription)
Resep ditulis dokter langsung diserahkan kepada penderita dan obat harus
diambil sendiri ditempat pelayanan farmasi. Rawat jalan di Instalansi
Farmasi Lestari Raharja menggunakan sistem ini.
b. Sistem unit dosis
40
b. Kemudian tenaga teknis kefarmasian akan melakukan pengecekan untuk
memastikan resep tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan
seperti : ( BPJS / UMUM )
c. Konfirmasi kepada dokter yang menuliskan resep tersebut tidak sesuai
standar oleh tenaga teknis kefarmasian untuk mengajukan penggantian
obat yang sesuai standar.
d. Lakukan input ke program komputer serta beri harga bila resep tersebut
sesuai standar oleh tenaga teknis kefarmasiaan
e. Siapkan resep dan diberikan etiket serta verivikasi resep untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam jumlah dan penulisan
pemakaian obat
f. Lakukan serah terima obat oleh tenaga teknis kefarmasiaan kepada
perawat ruangan
g. Lakukan identifikasi resep dan obat yang diserahkan dari tenaga teknis
kefarmasiaan oleh perawat.
h. Tanda tangani buku serah terima obat jika sudah benar oleh perawat.
41
f. Untuk pasien ansuransi lapor ke bagian pendaftaran ( nama pasien ,
nama ansuransi dan harga obat )kemudian mengkonfirmasi ke kasir dan
mengambil obat ke instalasi farmasi .
g. Obat langsung disiapkan dan diberi label
h. Obat di cek ulang sebelum diserahkan
i. Obat diserahkan dan diberikan informasi mengenai obat dan aturan pakai
kepada pasien
STUDI KASUS
g
1. Skrinning Administratif
a. Nama Dokter : Dr. Yudha Fauzan
b. Nama Pasien : Prasetya
c. Alamat :
d. Umur : 29 tahun
e. Riwayat sakit : Demam , radang tenggorokan
f. Tanggal periksa : 5 Mei 2021
2. Skrinning Farmasetis :
a. Sumagesic tablet dikonsumsi tiga kali sehari 1 tablet setelah
makan.
b. Methylprednisolone 4 mg diberikan lameson 4 mg dikonsumsi
tiga kali sehari setelah makan.
42
c. Becom C 500mg dikonsumsi tiga kali sehari setelah makan.
3. Skrining Klinis
a. Sumagesic tablet
SUMAGESIC TABLET merupakan obat dengan kandungan
Paracetamol 600 mg. Obat ini dapat digunakan untuk meringankan
rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan demam.
Paracetamol pada kandungan obat ini bekerja pada pusat pengatur
suhu di hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (antipiretik)
serta menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat
mengurangi nyeri ringan sampai sedang (analgesik).
Efek samping
Reaksi Alergi , Reaksi ini bisa menimbulkan kulit ruam
atau pembengkakan.
Tekanan darah rendah dan detak jantung cepat. Seringnya
ini terjadi pada paracetamol yang diberikan dalam bentuk
suntikan di rumah sakit.
Gangguan darah.Efek ini termasuk jarang terjadi.
Gangguan pada hati dan ginjal. Kerusakan hati dan ginjal
bisa terjadi jika Anda meminum atau menggunakan terlalu
banyak dosis paracetamol. Ini adalah efek samping yang
paling parah.
b. Lameson tablet
LAMESON 4 merupakan obat dengan kandungan
Methylprednisolon dalam bentuk tablet. Obat ini digunakan untuk
kelainan endokrin, reumatik, kolagen, alergi, mata, saluran
pernapasan, kelainan hematologi, neoplasma, edema, gangguan sal
pencernaan, eksaserbasi akut, meningitis tuberkulosa. Dalam
penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER.
Kategori : Antiinflamasi
Efek samping Methylprednisolone :
Sulit tidur (insomnia), perubahan mood
Jerawat, kulit kering, kulit menipis, memar, dan perubahan
warna kulit
Luka yang tak kunjung sembuh
Produksi keringat meningkat
Sakit kepala, pusing, ruangan terasa berputar.
c. Becom C tablet
43
BECOM-C KAPLET mengandung kombinasi Vitamin B
Kompleks, Vitamin C, Nicotinamide, dan Kalsium Pantotenat.
Multivitamin ini digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan
multivitamin pada masa pertumbuhan dan selama masa
penyembuhan. Vitamin B Kompleks penting untuk memelihara
aktivitas susunan saraf, sedangkan Vitamin C memegang peranan
penting dalam memelihara daya tahan tubuh, juga dibutuhkan
untuk pembentukan gigi dan tulang.
TINJAUAN KASUS
1. DEMAM
a. Pengertian
Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh hingga lebih dari 380C.
Demam menandakan adanya penyakit atau kondisi lain di dalam tubuh.Demam
umumnya terjadi sebagai reaksi dari sistem imun dalam melawan infeksi virus,
bakteri, jamur, atau parasit penyebab penyakit. Beberapa penyakit yang sering
menyebabkan demam adalah flu, radang tenggorokan, dan infeksi saluran
kemih. Demam bisa terjadi pada siapapun, mulai dari bayi, anak-anak, hingga
orang dewasa.
Sakit kepala
Berkeringat
Menggigil
Lemas
Nyeri otot
Kehilangan nafsu makan
44
Demam dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti:
2. PERADANGAN
a. Pengertian
Inflamasi atau peradangan merupakan mekanisme tubuh dalam
melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri,
dan jamur. Pada saat mekanisme alami ini berlangsung, sel-sel darah putih
dan zat yang dihasilkannya sedang melakukan perlawanan dalam rangka
membentuk perlindungan. Inflamasi bukan hanya terjadi akibat kehadiran
benda asing yang menyerbu sistem kekebalan tubuh kita. Cedera fisik dan
bahan iritan juga dapat memunculkan respons inflamasi tubuh.
b. Gejala
c. Pengobatan
45
Jenis-jenis obat antiinflamasi
Obat kortikosteroid
Kortikosteroid adalah salah satu tipe hormon steroid dengan kemampuan
menekan sistem imun yang mulai menyerang sel-sel sehat, untuk mengurangi
respons inflamasi. Hal ini membuat gejala sekaligus peradangan mereda
dengan sendirinya.Meski dianggap ampuh untuk mengatasi peradangan,
penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang tidaklah
disarankan.Pasalnya, jika dikonsumsi terlalu lama, obat ini berisiko
menimbulkan gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi, hingga
osteoporosis.Contoh obat golongan kortikosteroid adalah dexamethasone,
methylprednisolone, prednisone, dan triamcinolone.
Obat pereda nyeri
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
47
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2001. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Anshari, M., 2009. Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan
Makanan.Yogyakarta: Nuha Litera Offset.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dapertemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi
(Central Sterile Supply Departement/CSSD) Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral
Bina Pelayanan Medik, Jakarta.
Dirjen Binfar dan Alkes, 2010, Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
48
Kefarmasian di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2018, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraa Promosi Kesehatan Rumah Sakit, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Pranoto, V., 2017, Perubahan Rencana Strategis (RENSTRA) Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan Tahun
2011-2016.
https://fdokumen.com/document/bab-iv-visi-misi-tujuan-dan-
sasaran-strategi- rencana-strategis-renstra.html, diakses pada
tanggal 19 Juni 2020.
Presiden RI, 2004, Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional,
Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.
49
LAMPIRAN
1. Surat Pesanan
50
c. Surat Pesanan Obat Psikotropika
51
f. Rak Penyimpanan Alkes
52
h. Lemari Penyimpanan Obat tetes mata
53
i. Lemari Penyimpanan Obat High Alert
54
k. Etiket oral
m. Etiket Cetak
55
n. Etiket Obat Luar
o. Eiket sirup
56
p. Contoh copy resep
57
r. Aplikasi SIMRS
58
59