Anda di halaman 1dari 9

Marthin Pangihutan Ompusunggu, Achmad Helmy Djawahir

Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen


pada Warung Kopi di Malang

Marthin Pangihutan Ompusunggu


Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Achmad Helmy Djawahir
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Abstract: The purpose of this research is to understands and know the description of lifestyle and consumer
behaviour phenomenom in a coffeeshops Malang. The consumer behaviour phenomenom is always doing a
activites in coffeeshop such as discussion, interaction, and even meeting. Consumers are able to feel relaxed
in a coffeeshop atmosphere because they not restricted by a regulations or rules. Activites in a coffeeshop is
a reflection of the needs that important to consumers, because encouragement of lifestyle. Type of this
research is a qualitative research based on phenomenology, which takes informant from consumer and
entrepreneur coffeeshop. The number of informant on this research are 7 informant. Interview, observation,
and documentation as an instrument for primary data collection. Method of data collection methodes using
interview is done, then the data analysis through manual qualitative analysis is the primary tool analysis
on this research.

Keywords: consumer behaviours, lifestyle, coffeeshop in Malang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengerti gambaran gaya hidup dan fenomena perilaku
konsumen pada warung kopi di Malang. Fenomena perilaku konsumen warung kopi selalu melakukan aktivitas
diskusi, berinteraksi, rapat, karena konsumen warung kopi menganggap bisa merasakan suasana santai tanpa
harus dibatasi oleh peraturan. Hal ini berdampak kepada tujuan dan arah pembicaraan yang santai tetapi masih
dalam ruang lingkup topik serius. Aktivitas di warung kopi merupakan suatu refleksi kebutuhan yang penting
bagi konsumen. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologis. Data yang
diperoleh melalui wawancara (secara langsung terhadap informan), dokumentasi, dan observasi. Jumlah informan
pada penelitian ini adalah 7 orang informan.

Kata Kunci: gaya hidup, perilaku konsumen, warung kopi kota Malang

Sektor usaha kecil menengah merupakan salah satu menjamur di berbagai kota besar Indonesia. Jenis
pilar dan strategis dalam proses pembangunan per- usaha ini sangat strategis untuk dikembangkan, karena
ekonomian masyarakat. Perkembangan sektor ini untuk modal usaha warung kopi tidak terlalu besar
mendapatkan antusias tersendiri dari sebagian orang dan relatif mudah untuk dijalankannya. Selain itu,
yang ingin memasuki sektor usaha ini. Hal ini bisa komoditas kopi di Indonesia menjadi komoditas
dilihat dari perkembangan warung kopi yang pendukung perekonomian Indonesia. Faktor utamanya
adalah Indonesia salah satu negara yang merupakan
penghasil dan pengekspor biji kopi terbesar di dunia.
Alamat Korespondensi: Fakta ini merupakan salah satu faktor utama yang
Marthin Pangihutan Ompusunggu, Program Pasca- mendorong perkembangan warung kopi. Hal pendu-
sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas kung utama lainnya adalah kegiatan ngopi (berkumpul
Brawijaya bersama teman, saudara, atau kolega, sambil menikmati

188 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME188
12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen pada Warung Kopi di Malang

sajian kopi) di warung kopi yang tidak bisa lepas dari temukan di berbagai pusat perbelanjaan atau lokasi
kebiasaan konsumen, di mana setiap individu meng- tertentu di Malang. Peningkatan permintaan terhadap
habiskan waktu mereka di warung kopi dengan ber- minuman kopi dan tren minum kopi yang semakin
bagai kebiasaan yang dilakukan (Panggabean, 2010). berkembang membuat semakin banyak pengusaha
Berangkat dari berbagai fakta yang ada, kebiasaan yang mencoba masuk ke dalam indutri coffeeshop
perilaku ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Lebih modern ini. Salah satu contoh kawasan Pulosari yang
dari itu, kebiasaan ngopi ini sudah menjadi gaya hidup merupakan komplek warung atau warung kopi, meru-
yang selalu melekat pada masyarakat Indonesia. pakan salah satu warung kopi yang terdapat di salah
Pada awalnya berkumpul di warung kopi hanya- satu pusat kota Malang. Sejak lama para psikolog
lah sebatas aktivitas untuk mengisi waktu luang dan dan ahli yang tertarik pada perilaku manusia telah
beristirahat. Namun perkembangannya ngopi menjadi berusaha menyusun berbagai daftar kebutuhan manu-
sebuah gaya hidup yang terus berkembang. Berdasar- sia secara lengkap. Salah satunya adalah yang dike-
kan pengamatan di lapangan, ada beberapa komunitas mukakan oleh psikolog Henry Murray, bahwa manu-
yang selalu berkumpul di warung kopi, dan komunitas sia mempunyai serangkaian kebutuhan yang sama,
ini selalu berkembang. Komunitas lifestyle tersebut akan tetapi tiap individu mempunyai tingkat prioritas
telah melahirkan sebuah subkultur baru, yaitu komu- berbeda yang dipengaruhi oleh berbagai hal. Keter-
nitas warung kopi, seperti komunitas pemusik, komu- kaitan antara kajian mengenai perilaku manusia dalam
nitas organisasi mahasiswa, dan komunitas pecinta bidang psikologi dan prioritas individu yang berbeda-
klub sepakbola. Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati beda dikaji dalam pembahasan perilaku konsumen.
secangkir kopi merupakan hal yang biasa dilakukan Pada mulanya, konsep mengenai gaya hidup
untuk melepaskan kepenatan. Untuk sebagian lainnya diperkenalkan pertama kali oleh Adler. Adler mengata-
aktivitas ini melebihi dari itu, tetapi bagaimana inter- kan bahwa gaya hidup merupakan prinsip-prinsip
aksi yang menyertai di dalam aktivitas ngopi akan idiografik yang dapat digunakan sebagai landasan
berdampak lebih luas. Misalnya para pebisnis atau untuk memmahami tingkah laku dan keunikan individu
pegawai kantor menikmati secangkir kopi untuk yang akan melatar belakangi sifat khas yang dimiliki-
mengadakan rapat, berhubungan dengan relasi lain, nya (Hall dan Lindzey, 1985). Gaya hidup menurut
atau menciptakan suasana baru di luar lingkungan Adler dalam Hall dan Lindzey (1985) adalah cara
kerja. Fenomena ini tidak lepas di kalangan mahasiswa unik individu untuk mencari tujuan hidup yang kita
atau pelajar juga. Bagi kalangan mahasiswa, menik- susun dalam perencanaan hidup untuk menemukan
mati secangkir kopi bisa dikatakan bermakna apabila dirinya. Gaya hidup didefinisikan sebagai bagaimana
dilakukan di warung kopi sambil diselingi dengan seseorang hidup, termasuk bagaimana seseorang
diskusi kecil. menggunakan uangnya, waktu, dan sebagainya
Perkembangan kedai kopi modern ini dapat (Prasetijo dan Ihalauw, 2005). Konsumen cenderung
terlihat di pusat-pusat perkotaan karena penduduk mencari dan mengevaluasi alternatif yang ada dengan
perkotaan memiliki sikap konsumtif yang lebih tinggi atribut produk yang menjajikan pemenuhan kebutuhan
dibandingkan dengan penduduk pedesaan. Kebutuhan gaya hidup yang dianutnya (Prasetijo dan Ihalauw,
konsumen terhadap makanan, kepraktisan, dan ada- 2005).
nya sikap konsumtif pada saat ini, menyebabkan mun- Fenomenologi dari ”dunia sosial” atau ”social
cul dan berkembangnya kafe atau warung kopi yang world” (Schutz, 1970), menjelaskan bagaimana kita
menyediakan kebutuhan pangan penduduk secara secara sosial membangun obyek dan pengetahuan kita
praktis. Banyak pengusaha warung kopi yang menya- dari kejadian-kejadian yang kita temui dalam kehidupan
dari peluang bisnis ini di Kota Malang. Hal tersebut sehari-hari. Dengan memperhatikan tujuan penelitian
mengakibatkan peningkatan jumlah warung kopi di dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang digunakan
Malang. Jenis restoran yang menjadikan kopi sebagai dalam penelitian ini, maka yang lebih tepat adalah
menu utama dan memberikan suasana informal menggunakan pendekatan analisis fenomenologi
dengan pelayanan yang cepat adalah coffeeshop. Alferd Schutz, karena pendekatannya Schutz meng-
Berbagai macam coffeeshop modern dapat kita gunakan pisau analisis denga kata kuncinya: ”because

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 189


Marthin Pangihutan Ompusunggu, Achmad Helmy Djawahir

motives” (motif-motif menyebabkan perilaku subyek/ perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari
informan) dan in ”order motives” (motif-motif yang program-program yang dirancang untuk mencapai
diinginkan oleh perilaku subjek/informan). Menurut tujuan perusahaan. Warung kopi dalam penelitian ini
Creswell (2010), untuk menunjukkan keterbukaan melakukan analisis pemasaran yang bermula dari kon-
penelitian, digunakan kata-kata ”apa” atau ”bagai- sep produk yang akan ditawarkan, menganalisis kebu-
mana” pada awal perumusan masalah penelitian. Kata tuhan konsumen, dan melakukan penjagaan kualitas
”bagaimana” seringkali menyiratkan bahwa penelitian produk. Dari informasi semua informan pengelola
tengah berusaha menjelaskan mengapa sesuatu mun- usaha warung kopi, dapat diketahui usaha ini tidak
cul. dijalankan secara sembarangan. Berikut hal-hal yang
bisa ditemukan melalui relevansi deskripsi narasi
Fokus Penelitian informan dan literatur teori yang berhubungan.
Penelitian ini akan berfokus pada research focus
yang dirancang yaitu bagaimana perilaku lifestyle di Konsep Pemasaran
warung kopi sehingga membentuk perilaku konsumen, Tujuan penerapan konsep pemasaran mengata-
karateristik konsumen, dan berdampak secara tidak kan untuk mencapai tujuan yang terdiri dari penentuan
langsung untuk perkembangan warung kopi di dan keinginan pasar sasaran serta memberikan
Malang. Selain itu apa pertimbangan konsumen dalam kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan
memilih warung kopi atau tempat menikmati kopi di efisien dibandingkan para pesaing. Sebagai contoh
Malang. Fokus penelitian tersebut akan ditinjau lebih salah satu warung kopi yang dijadikan obyek peneli-
dalam pada pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana tian, menganalisis kebutuhan mahasiswa terhadap
gambaran gaya hidup dan fenomena perilaku konsu- aktivitas ngopi, dari langkah ini informan ini menge-
men khususnya pada warung kopi di Malang? tahui bahwa keinginan pasar dapat diketahui, dan bisa
memberikan kepuasaan yang sesuai dengan permin-
METODE taan konsumen warung kopi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
fenomenologis. Informan untuk penelitian ini berjumlah Peluang Bisnis (Konsep Produk, dan Targeting)
7 orang yang terbagi 3 informan pengelola warung Konsep produk merupakan bagian dari konsep
kopi, dan 4 informan konsumen warung kopi. Kriteria pemasaran. Dalam penelitian ini diketahui pengelola
untuk menentukan informan yaitu : 1. Informan adalah warung kopi hanya menggunakan konsep produk
mereka yang sengaja dipilih untuk penelitian ini. Pene- dalam menjalankan usahanya. Dalam konsep produk,
liti juga percaya bahwa melalui pengamatan sendiri, konsumen akan lebih memilih produk yang menawar-
atau atas rekomendasi dari pemilik warung kopi, me- kan mutu, performa, dan ciri-ciri yang terbaik (Kotler,
reka telah sering berkunjung ke warung kopi tersebut 2009). Melalui informasi yang diberikan 3 informan
seakan-akan aktivitas ini seperti rutinitas, dan 2. Infor- pengelola warung kopi, semua informan mengutama-
man yang akan lebih menjadi prioritas adalah mereka kan kualitas dan mutu kopi yang disajikan kepada
yang bersedia terlibat dan mampu untuk menggambar- pelanggan. Tujuan setiap pemilik warung kopi hampir
kan pengalaman-pengalaman mereka. sama, karena awalnya mereka sudah mengetahui
kebutuhan masyarakat berkumpul sambil menikmati
HASIL DAN PEMBAHASAN sajian kopi, maka cara yang paling efisien adalah
Dari deskripsi masing-masing informan kemudian dengan terus memberikan kualitas dan sajian unik dari
dianalisa dan dikurangi untuk kemudian menjadi tema kopi. Berdasarkan konsep ini, dengan adanya ciri-
ciri khusus melalui produk yang ditawarkan, maka
yang sesuai untuk penelitian ini. Tabel di bawah me-
nyediakan bagian singkat dari deskripsi narasi feno- konsumen akan dapat merespon produk dengan baik,
dan konsumen akan mampu menilai kualitas kopi yang
mena usaha warung kopi dari setiap informan penge-
lola warung kopi yang sesuai. Menurut Kotler dan diberikan. Selain itu sebelum memulai usaha warung
Armstrong (2009), pemasaran adalah analisis, kopi, setiap informan menyusun konsumen sasaran

190 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen pada Warung Kopi di Malang

yang akan direncanakan, hal ini berhubungan dengan Perilaku Konsumen pada Warung Kopi di
konsep targeting, karena berdasarkan situan demo- Malang
grafis di Malang, informan menargetkan konsumen
Dari hasil wawancara dengan 4 informan konsu-
dari kalangan mahasiswa dan pegawai kantoran.
men warung kopi diketahui semua informan laki-laki
Targeting merupakan usaha untuk mengevaluasi daya
berusia 25–33 tahun. Masing-masing informan memi-
tarik masing-masing segmen pasar, dan memilih
liki pekerjaan yang berbeda, dengan penghasilan rata-
segmen-segmen sasaran (Kotler, 2009).
rata Rp2.000.000,- sampai dengan Rp5.000.000,-.
Tingkat pendidikan semua informan konsumen
Dimensi Gaya Hidup (Bisnis dan Ekonomi) warung kopi sama yaitu sarjana. Menurut Morissan
Alasan semua informan terjun ke dalam usaha (2012) konsumen dapat dikelompokkan menurut
warung kopi, karena sempitnya lapangan pekerjaan. tingkat pendidikan yang dicapai. Pendidikan yang
Hal ini menjadi faktor utama semua informan untuk berhasil dan tinggi biasanya menentukan pendapatan
memulai bisnis yang memiliki peluang bagus di dan kelas soial mereka. Pendidikan juga menentukan
Malang. Dimensi gaya hidup bisa terlihat dari pan- tingkat intelektualitas seseorang. Dalam hasil yang di
dangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain dapat dari penelitian ini, konsumen warung kopi tidak
(Kasali, 2000). Melalui opini setiap informan yang pernah memandang tingkat pendidikan konsumen
merupakan salah satu aspek dalam dimensi gaya lainnya, dan tidak pernah ada kelas sosial di warung
hidup AIO, bisa diketahui pendapat informan pengelola kopi. Hal ini disebabkan karena warung kopi sudah
warung kopi yang memberikan gambaran setiap kon- menjadi tempat berkumpul bagi semua kalangan.
sumennya yang berkomunitas dan senang berada Melalui hasil wawancara ini juga dapat diperoleh
dalam situasi informal atau santai. informasi gambaran perilaku konsumen warung kopi
dan faktor pembentuknya, yang meliputi:
Riset Perilaku Konsumen
Informasi yang paling unik dari semua informan, Budaya
bahwa hal pertama yang dilakukan sebelum menjalan- Perilaku konsumen yang terbentuk bisa melalui
kan usaha warung kopi adalah mengamati perilaku pengaruh faktor internal dan faktor eksternal. Salah
konsumen di Malang. Langkah ini agar bisa mengeta- satu faktor yang berdampak luas adalah budaya yang
hui kebutuhan, sasaran, dan respon konsumen warung merupakan faktor eksternal (Hurriyati, 2005). Bagi
kopi. Mengerti perilaku konsumen sangat penting, konsumen di warung kopi, aktivitas ngopi sudah men-
karena konsumen selalu berinteraksi dengan ling- jadi kebiasaan sejak lama yang diajarkan oleh orang
kungannya, maka perilaku itu akan berubah-ubah tua, kerabat, atau atas dasar kemauan mereka sendiri.
(Amirullah, 2002). Para pengelola usaha warung kopi Dari sisni nilai budaya ngopi secara tidak sadar berpe-
sadar akan hal ini, mengingatkan penikmat warung ngaruh terhadap keputusan kunjungan ke warung kopi.
kopi sudah sangat luas. Pada umumnya informan Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat
pengelola warung kopi mengamati melalui 2 faktor, secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami
yaitu faktor demografis (pekerjaan), dan faktor psiko- dan otomatis, sehingga pengaruhnya terhadap perilaku
logis (gaya hidup). Dalam praktek usaha warung kopi, sering diterima begitu saja tanpa dipikirkan terlebih
didapatkan gambaran walaupun warung kopi terbuka dahulu (Umar, 2005).
untuk semua kalangan, tetapi faktanya kalangan yang
paling dominan bisa dilihat dari kalangan mahasiswa Faktor Kebutuhan
dan pegawai kantor. Situasi ini dimanfaatkan oleh
pengelola warung kopi untuk bisa memberikan sarana Perilaku konsumen menurut Engel, et al. (2004)
dan pelayanan yang lebih luas lagi untuk mahasiswa adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
dan pegawai kantor. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses kebutuhan yang

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 191


Marthin Pangihutan Ompusunggu, Achmad Helmy Djawahir

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Pada dasarnya seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
perilaku konsumen merupakan perilaku yang berhu- Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti
bungan dengan usaha untuk mendapatkan barang dan keluarga, perkumpulan, organisasi dari setiap informan
jasa guna memenuhi kebutuhan. Perilaku konsumen yang diwawancara. Sebuah peran terdiri dari aktivitas
bersifat dinamis karena bisa berubah mengikuti yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan
kebutuhannya masing-masing. Kebutuhan sendiri bisa sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Tiap peran mem-
dinilai sebagai jarak atau pembatas antara apa yang bawa sebuah status yang merefleksikan sebuah peng-
diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. hargaan (Kotler dan Amstrong, 2009). Pada temuan
Informan menyatakan ngopi merupakan refleksi salah penelitian ini kelompok referensi adalah teman, kera-
satu kebutuhan utamanya, di mana selalu ada hal bat, dan keluarga dari para informan telah memberi-
positif yang didapat misalnya informasi, jaringan baru, kan efek atau pengaruh yang membentuk perilaku
dan juga suasana kekeluargaan. Melalui gambaran konsumen di warung kopi. Hal ini bisa dilihat dari
dan informasi konsumen warung kopi yang ada, bisa setiap pengakuan informan bahwa kunjungan ke wa-
diketahui bahwa kebutuhan aktivitas ngopi menjadi rung kopi selalu dilakukan secara terus menerus kare-
titik sentral bagi mereka, dimana dalam kebiasaan na adanya interaksi sosial yang sering terjadi. Konsu-
ngopi ini tercermin aktivitas atau interaksi positif men warung kopi sering berada dalam satu kelompok
sebagai tujuannya. Tujuan ada karena kebutuhan, sosial atau komunitas.
yang berarti untuk memenuhi kebutuhan konsumen
harus memiliki tujuan akan tindakannya (Kotler, 2009). Gambaran Gaya Hidup Konsumen Warung
Kopi
Harga Dari hasil wawancara dengan 4 informan kon-
Rangsangan pemasaran terdiri dari empat P, sumen warung kopi, bisa didapatkan gambaran bahwa
product (produk), price, (harga), place (tempat), dan kegiatan ini sebuah gaya hidup, dan sebagian informan
promotion (promosi). Pada penelitian ini hanya dite- mengakui secara tidak sengaja bahwa apa yang mere-
mukan satu rangsangan pemasaran yang berpengaruh ka lakukan adalah gambaran gaya hidup. Plummer
mengenai model perilaku konsumen warung kopi yaitu (1974) mendefinisikan gaya hidup sebagai cara hidup
harga. Harga ditinjau dari perspektif konsumen adalah individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang
perihal apa yang diberikan atau dikorbankan dalam menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang
upaya untuk memperoleh suatu produk (Zeithaml, mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarik-
1988). Harga dibedakan menjadi dua yaitu harga an), dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia
obyektif (harga aktual dari suatu produk), dan perceived sekitarnya. Melalui bagian ini akan dijelaskan gaya
price (harga menurut konsumen. Penelitian-penelitian hidup ngopi yang berkembang melalui dimensi gaya
yang telah dilakukan menemukan bahwa konsumen hidup, demografi, dan hasrat pemenuhan kebutuhan
tidak selalu mengingat harga aktual dari suatu produk, emosional, sebagai berikut:
namu mereka melihat harga menurut pendapat mere-
ka dan bagi konsumen harga hanya dibedakan murah Dimensi Gaya Hidup AIO (Activity, Interest,
atau mahal (Zeithaml, 1988). Opinion)
Gaya hidup menggambarkan jati diri seseorang
Faktor Sosial
yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler,
Hasil wawancara dengan informan mendapatkan 2009). Secara umum gambaran gaya hidup dapat dike-
informasi dan gambaran perilaku konsumen warung nali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya
kopi lebih mengarah kepada faktor sosial. Faktor sosial (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pa-
merupakan faktor yang paling dominan terhadap pem- da lingkungannya (minat), dan apa yang orang pikirkan
bentukan perilaku konsumen warung kopi. Beberapa tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). In-
contoh faktor sosial adalah kelompok kecil, keluarga forman pada penelitian ini sangat banyak mengalo-
serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku kasikan atau menghabiskan waktunya di warung kopi,

192 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen pada Warung Kopi di Malang

intensitas kunjungan yang terbilang cukup sering luxuries. Aspirational Luxuries adalah konsumen
ternyata tidak pernah menimbulkan rasa jenuh terha- mendapatkan kepuasan dari aspek emosionalnya.
dap semua informan. Informan memiliki minat yang Melalui pembelian, konsumen dapat mengekspresikan
sangat dalam terhadap aktivitas interaksi kepada dirinya, nilai, minat, dan hasratnya (Solomon, 2007).
orang yang belum dikenal sebelumnya, dari sini Dari semua aktivitas dan waktu yang dihabiskan di
mereka akan menggali informasi yang bermanfaat, warung kopi, semua informan dalam penelitian mera-
mencari relasi, atau juga mencari pekerjaan. sakan kepuasan emosional. Kepuasan muncul dari
emosi lebih besar daripada kepuasan pemenuhan
Demografis (Pekerjaan) kebutuhan praktis atau fungsional (Kotler, 2009).
Gaya hidup yang tercermin melalui konsumen
Melalui konsep dan teori gaya hidup, dapat dike-
warung kopi bisa dikategorikan ke dalam gaya hidup
tahui faktor utama pembentuk gaya hidup bisa terjadi
santai, berkomunitas, dan mencari kepuasaan batin
melalui faktor demografis dan faktor psikografis. Hal
yang sangat sulit dinilai. Kebiasaan konsumen yang
ini dikuatkan oleh pendapat dari Lazer dalam (Plummer,
selalu berkunjung ke warung kopi membentuk sub
1974) mejelaskan bahwa, faktor demografis misalnya
budaya yang baru. Orang yang berasal dari sub buda-
datang melalui usia, jenis kelamin, dan juga pekerjaan,
ya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin
sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena
indikator penyusunnya dari karateristik konsumen mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Tetapi
langsung. Dalam penelitian ini hanya ditemukan faktor pada umumnya konsumen warung kopi rata-rata me-
pembentuk gaya hidup dari pekerjaan. Rata-rata infor- miliki gaya hidup yang sama. Melalui opini dan minat
man berkunjung ke warung kopi untuk memberikan yang disampaikan setiap informan aktivitas ini bisa
dampak yang maksimal terhadap kinerja mereka di diklasifikasikan ke dalam sebuah konsep gaya hidup,
lapangan. Melalui informasi yang diberikan setiap dimana setiap informan memiliki opini dan minat yang
informan, rata-rata informan melakukan kunjungan sangat dalam terhadap aktivitas ngopi. Konsumen
karena pengaruh tugas dan pekerjaan. Dengan warung kopi akan berusaha memaksimalkan kepuas-
kerabat yang satu profesi, hal-hal yang berhubungan an secara emosional selama kemampuan finansialnya
dengan pekerjaan akan lebih mudah diselesaikan masih memungkinkan. Dari penjelasan gambaran
dalam diskusi di warung kopi. Para konsumen warung gaya hidup dan perilaku konsumen warung kopi, maka
kopi yang datang dari kalangan pekerja kantor, menilai ada beberapa temuan yang bisa diketahui melalui
untuk bisa menghilankan kepenatan setelah seharian penelitian ini. Melalui temuan ini akan dibandingkan
bekerja, maka mereka akan berkunjung ke warung dengan teori atau konsep yang sudah ada untuk meng-
kopi. konfirmasi temuan tersebut. Perbandingan antara
temuan dan teori atau konsep yang digunakan dalam
penelitian ini bisa dilihat dalam tabel 1.
Aspirational Luxuries
Melalui perspektif gaya hidup dapat dijelaskan KETERBATASAN PENELITIAN
karateristik dan perilaku konsumen dalam menghabis-
kan waktu luang mereka, dan bagaimana mereka Secara keseluruhan semua informan yang terlibat
memilih untuk menghabiskan pendapatan mereka adalah laki-laki, dan tidak ada informan wanita yang
(Solomon, 2007). Terdapat empat kategori perilaku ikut terlibat. sesuai dengan dokumen informan yang
yang menjadi motif pembelian konsumen dalam disediakan, yang menanggapi seluruhnya adalah laki-
memenuhi kebutuhannya karena adanya dorongan laki. Hal ini dapat dipahami karena mayoritas konsu-
gaya hidup, yaitu: ulitarian purchases (pembelian men warung kopi adalah laki-laki, meskipun tidak
produk bermanfaat), indulgences (kesukaan), life- menutup kemungkinan bahwa ada juga wanita yang
style luxuries (gaya hidup mewah), dan aspirational menjadi konsumen di warung kopi, namun belum
luxuries (hasrat kemewahan) (Solomon, 2007). Pada terungkap pada penelitian ini. Keterbatasan lainnya
penelitian ini bisa diketahui model perilaku konsumen adalah peneliti tidak bisa menemukan obyek penelitian
warung kopi teridentifikasi melalui aspirational pada warung kopi yang memiliki konsep modern atau
warung kopi cepat saji. Hal ini disebabkan karena

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 193


Marthin Pangihutan Ompusunggu, Achmad Helmy Djawahir

Tabel 1. Perbandingan Temuan dan Teori dalam Penelitian

Temuan Teori atau Konsep


Konsumen warung ko pi menilai ngopi Tujuan adanya perilaku ko nsumen karena
merupakan kebutuhan utama yang tidak bisa kebutuhan, yang berarti untuk memenu hi
lepas dari aktivitas sehari-hari. kebutuhan konsumen haru s memiliki tujuan
akan tindakannya (Kotler, 2009).
Pada penelitian ini bisa diketahui model  Kepuasan yang bersifat emosional tidak
perilaku konsumen warung kopi teridentifikasi terlihat, dan hanya pribadi konsumen itu
melalui aspirational luxuries atau merasakan send iri yang bisa merasakan (Mowen dan
kepuasan melalui aspek emosional. Minor, 2000, dalam Sumarwan, 2004).
 Kepuasan muncul d ari emosi lebih besar
daripada kepuasan pemenuhan kebutuhan
praktis atau fungsional (Kotler, 2009).
Konsumen warung kopi sering mencari warung  Mencari keragaman (variety seeking) mengacu
kopi yang baru untuk dijadikan tempat pada kecenderungan konsu men untuk mencari
berku mpul, hal ini bertujuan untuk mengurangi secara spontan pembelian produk baru
rasa jenu h. meskipun mereka terus mengungkapkan
kepuasan mereka dengan merek yang lama.
 Untuk mengurang i rasa jenuh ini, konsumen
sering terlibat pada perilaku mencari varias i
(Howard and Sheth 1969).

Sumber: Data diolah, 2014

jenis warung kopi ini belum ada di kota Malang. selalu berkunjung, karena dalam situasi tersebut
Dengan mengadakan penelitian pada warung kopi mudah untuk menjalin relasi dan informasi.
yang bersifat modern, bisa mengerti konsep gaya • Harga yang sesuai dengan daya beli konsumen
hidup dan perilaku konsumen pada kalangan kaum warung kopi menjadi salah satu pertimbangan
urban. Oleh karena itu mungkin ada informasi atau utama dalam mendorong keputusan berkunjung
hal-hal yang belum terungkap yang bisa diketahui ke warung kopi.
melalui konsumen kaum urban. • Dimensi gaya hidup yang tercermin di warung
kopi adalah komunitas, situasi santai, dorongan
PROPOSISI PENELITIAN pekerjaan, dan hiburan. Melalui dimensi gaya
Dari pembahasan sebelumnya, maka diperoleh hidup bisa diketahui aktivitas, minat, dan juga opini
proposisi dari penelitian ini yang merupakan ungkapan konsumen warung kopi terkait aktivitas ngopi
dari hasil temuan dan suatu pendapat yang belum yang sering dilakukan.
tentu dibuktikan dan sudah terbuktikan, antara lain:
• Rangsangan pemasaran berupa iklan, harga, atau KESIMPULAN DAN SARAN
promosi produk yang ada di warung kopi mensti- Kesimpulan
muli konsumen untuk selalu berkunjung ke wa- Pada penelitian kualitatif fenomenologis menge-
rung kopi. nai Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen
• Hakikat pembentukan perilaku konsumen karena Pada Warung Kopi di Malang, bisa diperoleh bebe-
adanya pemenuhan kebutuhan konsumen, sesuai rapa kesimpulan sebagai berikut:
dengan setiap perilaku konsumen warung kopi, • Melalui perilaku konsumen yang beragam, pe-
yang menilai ngopi merupakan kebutuhan utama. ngelola warung kopi mampu menyediakan fasilitas
• Situasi santai dan informal dalam warung kopi dan tempat melalui segmentasi pasar berdasarkan
menjadi faktor utama mereka memutuskan untuk gaya hidup konsumen warung kopi.

194 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Gaya Hidup dan Fenomena Perilaku Konsumen pada Warung Kopi di Malang

• Fenomena perilaku konsumen warung kopi selalu Bagi Konsumen/Informan


melakukan aktivitas diskusi, berinteraksi, rapat,
• Selalu mempertahankan nilai-nilai positif selama
karena konsumen warung kopi menganggap bisa
melakukan aktivitas di warung kopi.
merasakan suasana santai tanpa harus dibatasi
• Ikut serta memberikan masukan ide-ide pengem-
oleh peraturan. Hal ini berdampak kepada tujuan
bangan usaha kepada pengelola warung kopi.
dan arah pembicaraan yang santai tetapi masih
dalam ruang lingkup topik serius.
Bagi Pihak Terkait/Pemerintah
• Aktivitas di warung kopi merupakan suatu reflek-
si kebutuhan yang penting bagi konsumen, dan • Memberikan perhatian khusus kepada warung
didorong oleh gaya hidup ngopi. Dalam kebu- kopi yang berada di pinggir jalan-jalan protokol
tuhan ini mereka mencari pertukaran informasi, Malang, untuk memberikan kemudahan perizinan
jaringan, atau hal-hal positif lainnya. Berkomuni- usaha, karena pada umumnya warung kopi terse-
tas menjadi salah satu kebutuhan konsumen but belum mempunyai izin usaha. Hal ini berkaitan
warung kopi, karena dalam komunitas memiliki dengan isu-isu keamanan masyarakat dan krimi-
nilai kekeluargaan. nalitas, di mana masyarakat sering terganggu
• Melalui dimensi gaya hidup AIO (Activity, In- pada jam operasional warung kopi yang tidak
terest, Opinion) warung kopi merupakan wadah mentaati peraturan.
atau media bagi setiap konsumennya untuk • Menyediakan wadah khusus bagi pengelola
menyalurkan aktivitas, perilaku, dan gaya hidup warung kopi seperti, festival kopi atau wisata
di warung kopi. Dari dimensi gaya hidup, maka warung kopi yang bisa dimasukkan ke dalam
terbentuk aktivitas konsumen warung kopi yang program pengembangan tujuan wisata.
sudah melekat dan aktivitas di warung kopi terse-
but tidak bisa lepas dalam keseharian mereka. Bagi Penelitian Selanjutnya
• Aspirational luxuries merupakan perilaku yang • Penelitian selanjutnya sangat memungkinkan
sesuai untuk mengkategorikan konsumen warung untuk dilakukan pada kota-kota besar lainnya
kopi. Konsumen warung kopi tidak merasakan yang tingkat pendapatannya jauh lebih tinggi dari
kepuasan praktis, melainkan kepuasaan emosio- kota Malang.
nal atau batin yang selama ini mereka rasakan. • Penelitian ke depan bisa dilakukan dengan meng-
gunakan informan yang lebih besar jumlahnya.
Saran • Penelitian ke depan bisa direplikasi untuk dilaku-
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan pada kan peneliti di bidang kesehatan dan bidang ilmu
bagian sebelumnya, ada beberapa saran untuk bisa psikologis.
memberikan gambaran perilaku konsumen kepada
konsumen warung kopi, dan membantu pengelola DAFTAR RUJUKAN
warung kopi agar bisa menghadapi permasalahan Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen Cetakan Pertama.
dalam usaha warung kopi. Jakarta: Graha Ilmu.
Creswell, J.W. 2010. Research Design: Pendekatan
Bagi Pengelola Warung Kopi/Informan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Lebih sentral memposisikan gaya hidup konsu- Engel, F., James, Roger, D., Blackwell, dan Paul, W.M. 2004.
men, agar dapat mengembangkan produk sesuai Perilaku Konsumen. Terjemahan Alex Budianto. Edisi
dengan tuntutan gaya hidup mereka. Keenam. Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
• Mengaplikasikan peran bauran pemasaran ke Griffin, Ricky, W., dan Ronald, J.E. 1996. Bisnis (Business).
skala lebih besar, yang nantinya bisa membantu Fourth Edition Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
para pengelola warung kopi ke arah pengem- Prehalindo.
bangan usaha sesuai dengan visi misi masing- Hall, C.C., dan Lindzey, G. 1985. Introduction to Theories
masing pengelola. of Personality. Jakarta. Kanisius.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 195


Marthin Pangihutan Ompusunggu, Achmad Helmy Djawahir

Howard, J.A., and Sheth, J.N. 1969. The Theory of Buyer Prasetijo, R., dan Ihalauw, J. 2005. Perilaku Konsumen.
Behavior. New York: Wiley. Yogyakarta: Andi.
Hurriyati, R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Schiffman, L., and Kanuk, L.L. 2000. Perilaku Konsumen.
Konsumen. Bandung: Alfabeta. Edisi 7. Jakarta: PT Index.
Kasali, R. 2000. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Schutz, A. 1970. On Phenomenology and Social Relations.
Targeting, Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Chicago: The University of Chicago Press.
Utama. Solomon, M.R. 2007. Consumer Behaviour: Buying, hav-
Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Jakarta: ing, and being, 7th Edition. New Jersey: Pearson Edu-
PT Index. cation, Inc.
Kotler, P., dan Armstrong, G. 2009. Prinsip-prinsip Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Pene-
Pemasaran Jilid 1 Edisi 12. Jakarta: Erlangga. rapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kotler, P., and Keller, K.L. 2002. Marketing Management. Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.
New Jersey: Pearson Education, Inc. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Morissan, A. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Zeithaml, V.A. 1988. ” Consumer Perceptions of Price, Qua-
Terpadu. Jakarta. Ramdina Prakarsa. lity, and Value: a Means-End Model and Synthesis of
Panggabean, E. 2010. Buku Pintar Kopi. Jakarta: PT Evidence”, Journal of Marketing. Vol. 52 (July 1988),
Gramedia Pustaka Utama. p. 2–22.
Plummer, J. 1974. The Concept and Application of Lifestyle
Segmentation dalam Journal of Marketing, 38 (Janu-
ary) hal33–37.

196 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014

Anda mungkin juga menyukai