Disusun Oleh :
Protein adalah makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan menyusun lebihdari
setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makromolekul, protein merupakansenyawa
organik yang mempunyai berat molekul tinggi dan berkisar antara beberapa ribusampai jutaan
dan tersusun dari C,H,O dan N serata unsur lainnya seperti S yang membentukasam-asam amino.
(Patong, Dkk. 2012).
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein berfungsi sebagai
biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu
jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang
disebut antigen, juga suatu protein (Kuchel dan Ralston 2006).
Protein merupakan polipeptida alami yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih
residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Berat molekul molekul
protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul. Seperti
senyawa polimer lain, protein dapat dihidrolisis oleh asam, basa atau enzim dan menghasilkan
campuran asam-asam amino.
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama,
yaitu:
1. Protein globular; yaitu protein yang berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang
berlipat. Umumnya protein globular larut dalam air, asam, basa, atau etanol. Contoh: albumin,
globulin, protoamin, semua enzim dan antibodi.
2. Protein fiber; yaitu protein yang berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida yang
memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan peran struktural atau
pelindung. Protein fiber tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol. Contoh keratin pada
rambut, kolagen pada tulang rawan, dan fibroin pada sutera.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang
lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya
perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang
tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi
khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda
antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin)
dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji
lainnya. (Ariwulan, 2011).
Sifat fisiko kimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada komposisi dan jenis
asam amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk
dispersi koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membran semipermeabel.
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut
protein berbeda di dalam air, asam dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada yang sukar
larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organik seeperti eter, kloroform, atau
benzena. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebababkan etanol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molekul protein.
Pada umumnya protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia,
sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul
protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas,
perubahan pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun.
Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversibel, tetapi ada pula yang irreversibel,
tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas
biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap. Sebagian besar protein
dapat diendapkan dengan penambahan asa-asam organik seperti asam pikrat, asam trikloroasetat
dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat
yang tidak larut. Protein dapat pula mengalami denaturasi irreversibel dengan adanya logam-
logam berat seperti Cu+2, Hg+2, atau Pb+2, sehingga mudah mengendap.
BAB III
METODOLOGI
1.1.1 Alat
Tabung reaksi
1.1.2 Bahan
Rak tabung reaksi
Larutan NaOH 40%
Pipet ukur
Larutan Pb-asetat 5%
Pipet tetes
Larutan HCl 10%
Asam trikolroasetat 10%
Aquades
Asam sulfosalisilat 5%
Larutan (NH4)2SO4 jenuh
Larutan MgSO4 5%
Larutan HgCl2 5%
Larutan NaCl 5%
Larutan CuSO4 5%
Larutan BaCl2 5%
Larutan CaCl2 5%
Albumin telur
1.2 Prosedur Kerja
A. Uji Kelarutan Protein
1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan: aquades, HCl 10%, NaOH
40%,
2. Alkohol 96% dan kloroform. Sebanyak 1 ml.
2. Tambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung reaksi.
3. Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
D. Denaturasi
1. Tuangkan 3 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Panaskan sampai mendidih selama beberapa menit dengan api kecil.
3. Amati apa yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN :
A. Uji Kelarutan Protein
Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
Albumin 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
telur
Aquades 1 ml
HCl 10% 1 ml
NaOH 1 ml
40%
Alkohol 1 ml
96%
Kloroform 1 ml
Kocok tabung reaksi dengan kuat
Hasil: Dapat larut Dapat larut Larut, namun Tidak dapat Tidak dapat
Larut/tidak agak sulit larut larut
larut
D. Denaturasi Protein
Bahan Uji dan perlakuan Pengamatan
Albumin Telur dipanaskan Ada pengembunan disertai bau rambut terbakar
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama berdasarkan jurnal yang saya baca, dimana protein
yang terdapat di dalam albumin telur merupakan salah satu dari protein globular
dimana protein ini akan larut ketika dicampur dengan air ( aquades ), NaOH, Alkohol
dan HCl. Sehingga pada percobaan pertama semua protein larut “sesuai dengan teori
protein globular” tetapi ada beberapa yang menghasilkan endapan yang sangat sedikit.
Akan tetapi, hasil dari praktikum kami yaitu aquades dan kloroform tidak larut.
Kesalahan itu terjadi karena kami kurang fokus, kami hanya mencampur albumin telur
dengan sampel yang lain dengan 1 : 1 yang seharusnya 2 : 1.
Pada percobaan kedua yaitu garam NaCl, BaCl2 dan CaCl2 tidak menghasilkan
endapan protein dan garam lainya seperti MgSO4 dan (NH4)2SO4 jenuh
menghasilkan endapan yang begitu terlihat.
Dalam pratikum ketiga karena larutan Asam Organik (TCA dan Asam
Sulfosalisilat) tidak tersedia maka yang di pratikumkan hanya dengan 3 bahan
terakhir.Berdasarkan jurnal yang saya baca, Dimana pada protein ketika ditambahkan
logam akan mengalami pengendapan dan hasilnya setelah pratikum semua albumin
mengalami pengendapan secara ireversibel karean protein berikatan dengan logam
sehingga mudah mengendap. Akan tetapi pada praktikum kami, asam CuSO4 dan
HgCl2 tidak terdapat endapan dan Pb-Asetat terdapat endapan. Kesalahan ini mungkin
terjadi padaproses pencampuran bahan dan sampel.
Protein sangat peka terhadap pengaruh fisik dan kimia sehingga medah
mengalami perubahan bentuk inilah yang disebut denaturasi. Pada percobaan kali ini
dilakukan uji pengaruh fisik terhadap protein albumin dengan cara dipanaskan.
Sehingga hasilnya terjadi perubahan bentuk pada albumin menjadi putih dan mengeras
sehingga akan sangat mudah untuk mengendap. Penyebab dari perubahan ini adalah
suhu panas yang dihasilkan oleh kompor penangas air.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Daya larut protein di setiap larutan berbeda-beda tergantung dengan jenih larutan
dan konsentrasi larutan itu sendiri.
2. Ketika konsentrasi garam pelarut semakin tinggi maka garam tersebut semakin
efektif dalam mengendapkan protein.
3. Protein pada umunya tidak larut tehadap Asam Organik dan juga logam. Dan juga
megalami denaturasi.
5.2 Saran
Praktikan seharusnya melakukan praktikum dengan baik dan serius, agar
praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa dengan penambahhan garam berkonsentrasi tinggi kelarutan protein
menjadi berkurang, sehingga dapat mengendap !
2. Pada percobaan manakah garamnya lebih efektif untuk mengendapkan protein ?
Mengapa ?
3. Jelaskan mengapa susu atau putih telur dapat digunakan sebagai antidotun pada
keracunan logam-logam berat ?
Jawaban :
1. Karena dengan semakin tinggi konsentrasi garam maka protein akan semakin sukar larut
hal ini diakibatkan larutan agaram semakin pekat dan juga semakin lemah mengikat protein
sehingga protein mengendap.
2. Garam yang paling efektif adalah garam BaCl 5%. Karena jumlah muatan ion di dalam
garam ini lebih banyak.
3. Karena logam yang ditambahkan protein albumin akan menyebabkan logam dan
albumin itu mengendap sehingga racun dari logam berat tadi akan mudah untuk keluar dari
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Penuntun Praktikum Biokimia. 2021. Fakultas Pertanian, Teknologi Pertanian.
wwwwUNIB : Bengkulu
LAMPIRAN