Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Kepatuhan
Pada Kasus Kegagalan Pembayaran Asuransi Oleh Perusahaan BUMN PT Asuransi
Jiwasraya” tepat sesuai waktu yang ditentukan. Dengan selesainya tugas ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih, kami juga tak luput dari berbagai hambatan dan
masalah, namun berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak serta sarana yang mendukung.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Audit Kepatuhan, atas bimbingan
dan saran-saran yang telah diberikan serta pembelajaran dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya perlu juga dikatakan bahwa tugas ini bukanlah merupakan sesuatu yang
sempurna, mengingat kami hanyalah manusia biasa yang sangat jauh dari kesempurnaan.
Sejalan dengan keterbatasan yang kami miliki tersebut, maka tugas ini masih sangat terbuka
terhadap kritik maupun saran yang bertujuan agar lebih menyempurnakan makalah ini.
Semoga dengan selesainya tugas ini akan memberikan manfaat sebagaimana yang
diharapakan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyatakan kesimpulan yang dirancang untuk
meningkatkan kepercayaan pengguna.
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
terhadap pelanggaran audit kepatuhan.
2. Bagi Pembaca
Sebagai sumber bacaan untuk penelitian lebih lanjut serta bahan perbandingan untuk
menyusun penelitian.
3. Bagi Perusahaan
a. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
b. Pertimbangan agar kasus pelanggaran audit kepatuhan tidak terjadi lagi.
5
BAB II
2.1. LandasanTeori
Dalam ISSAI 4100 tujuan audit kepatuhan adalah mendapatkan bukti yang
cukup dan sesuai untuk menyimpulkan apakah entitas telah mematuhi dalam segala
hal yang material terhadap criteria tertentu. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
kesimpulan pemeriksaan kepatuhan yang tepat maka penentuan criteria sangat penting
dan termasuk dalam langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan kepatuhan.
Kriteria adalah dasar yang digunakan oleh auditor untuk menguji asersi
subject matter yang telah disusun/disajikan. Kriteria harus dikomunikasikan dengan
pihak yang diperiksa sehingga tercipta keseragaman pemahaman atas kriteria yang
digunakan. Apabila terdapat perbedaan sudut pandang, kedua belah pihak dapat
berdiskusi dan menyamakan persepsi sebelum masuk ke pelaksanaan pemeriksaan.
6
Komunikasi atas kriteria di awal pemeriksaan juga akan berguna apabila ada
sanggahan atas criteria tersebut sehingga tim dapat mengevaluasi kriteria lain yang
relevan untuk pemeriksaan. Jika terdapat perubahan kriteria yang digunakan, maka
harus dikomunikasikan dan di dokumentasikan.
7
g. Dapat diterima – kriteria yang dapat diterima adalah yang disetujui oleh ahli
independen, entitas yang diperiksa, badan legislatif, media serta public secara
umum.
h. Tersedia – criteria harus tersedia bagi pengguna laporan yang dituju sehingga
mereka mengerti sifat audit yang dilakukan dan dasar untuk penyusunan laporan
pemeriksaan.
1. Untuk mengalihkan ragam risiko yang mungkin terjadi dengan nasabah, di mana
risiko tersebut akan digantikan oleh perusahaan asuransi setelah nasabah
melakukan sejumlah pembayaran premi kepada perusahaan asuransi.
2. Jaminan bagi pihak nasabah mendapatkan perlindungan dengan risiko kerugian di
masa depan yang mungkin akan terjadi.
3. Memperkecil nilai dan potensi kerugian yang lebih besar bila mengeluarkan biaya
sendiri saat mengalami sebuah risiko.
8
4. Khusus untuk asuransi jiwa, dapat kamu gunakan sekaligus untuk menabung
karena sebagian biaya preminya akan dikembalikan kepada nasabah dalam kurun
waktu tertentu.
5. Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi biaya untuk
pengawasan, pengamanan, dan perlindungan yang memakan banyak biaya dan
waktu.
6. Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai dengan nilai premi
asuransi.
7. Untuk menutup loss of earning power seseorang atau suatu badan usaha ketika
sudah tidak bekerja atau tidak berfungsi lagi.
1. Penghimpun dana.
2. Membantu pebisnis fokus pada usaha.
3. Mengurangi potensi risiko.
4. Membagi Risiko Kerugian.
9
6. Asuransi Kendaraan, yaitu asuransi yang memberikan pertanggungan terhadap
kendaraan jika terjadi risiko seperti kerusakan akibat kecelakaan, kehilangan, dan
lain-lain.
10
lembaganya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan
Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di
sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mempunyai tugas
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor Institusi Keuangan Non bank (IKNB) .
Dilihat dari tugasnya sebagai pengawas kegiatan jasa keuangan, maka
keberadaan OJK dalam kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya banyak
dipertanyakan publik. Terlebih kasus ini sebenarnya sudah terdeteksi beberapa tahun
lalu atau cukup memakan waktu yang panjang untuk diawasi. Namun terlepas dari
opini-opini publik yang masih perlu diuji kebenarannya, secara fundamental kasus
gagal bayarnya Jiwasraya ini karena penerapan Good Corporate Governance ( GCG )
dalam mengelola perusahaan tidak diterapkan dengan baik dan benar oleh pimpinan
PT Asuransi Jiwasraya sesuai dengan aturan yang sudah ada yaitu POJK Nomor
73/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan
Perasuransian.
11
Fraud pada laporan keuangan dan tingkat bunga yang tinggi menyebabkan
keuangan perusahaan semakin berat. Sebab, perusahaan harus membayar kembali
dana nasabah sekaligus bunganya yang tidak sedikit saat jatuh tempo. Sementara,
keuntungan atas pemanfaatan dana nasabah tidaklah sesuai dengan yang dicantumkan
dalam laporan keuangan resmi perusahaan.
12
menjadi peringatan serius tentang pentingnya tata kelola perusahaan yang baik dan
benar.
2.3. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelanggaran audit
kepatuhan dalam kegagalan pembayaran asuransi oleh PT Asuransi Jiwasraya
disebabkan karena tata kelola perusahaan yang kurang baik. Penerapan tata kelola
perusahaan yang baik berkaitan erat dengan kredibilitas perusahaan yang menjalankan
usahanya serta meminimalisir risiko yang ada. Selain itu, menurut penelitian kami
kegagalan ini juga disebabkan karena produk-produk yang merugi karena bunga yang
terlalu tinggi serta kinerja pengelolaan aset yang rendah. Pasalnya, kegagalan
pembayaran asuransi ini terjadi pada produk unggulannya yang menawarkan return
yang tinggi, bahkan mencapai dua kali lipat dari bunga deposito bank, apalagi risiko
investasi produk unggulan tersebut ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan asuransi.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sebelumnya tidak mempertimbangkan risiko-
risiko yang ada pada produk unggulan tersebut secara tepat. Adapun audit kepatuhan
yang dilanggar oleh PT Asuransi Jiwasraya adalah mengenai bukti audit. Bukti audit
adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mengambil kesimpulan yang
mendasari kesimpulan atau opini auditor. Dalam kasus ini, terjadi indikasi fraud pada
laporan keuangan tahun 2017. PT Asuransi Jiwasraya memalsukan laporan keuangan
perusahaan dibagian laba yang mencapai Rp 2,4 triliun, padahal laba sebenarnya
hanya sebesar Rp 328,44 miliar saja. Adanya fraud laporan keuangan ini diketahui
setelah dilakukannya audit oleh suatu KAP yang cukup terkenal.
KAP ini dinilai telah melanggar kode etik karena ikut andil dalam pelaporan
laporan keuangan yang salah. Auditor seharusnya objektif dan bersikap profesional.
Namun, KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya justru
melakukan rekayasa laporan keuangan. Pada laporan keuangan PT Asuransi
Jiwasraya disajikan bahwa laporan keuangan tersebut disajikan dengan “opini dengan
modifikasi” tanpa penjelasan lebih lanjut apa jenis opini yang ditetapkan oleh auditor
dan penyebabnya.
Peran OJK dalam audit kepatuhan juga sangat penting. Otoritas adalah elemen
paling mendasar dari audit kepatuhan karena struktur dan konten otoritas melengkapi
kriteria audit dan oleh karena itu membentuk dasar bagaimana audit akan dilanjutkan
13
di bawah penraturan konstitusional tertentu, yang mencakup aturan, hukum, regulasi,
kebijakan, kode etik, serta persyaratan yang disepakati. Dalam kasus ini, OJK gagal
dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor
jasa keuangan serta melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
14
Audit kepatuhan pada PT Asuransi Jiwasraya tidak dilakukan dengan benar
sesuai peraturan yang berlaku. Terjadi kecurangan yang dilakukan oleh KAP yang
bersangkutan yang memberikan “opini dengan modifikasi” namun tidak dijelaskan
secara detail bentuk modifikasinya. Dalam kasus ini, OJK juga dinilai gagal
melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengawasi kegiatan operasional perusahaan.
3.2. Saran
1. Perusahaan harus menetapkan tata kelola yang baik untuk meminimalisir risiko
agar kelangsungan hidup perusahaan berjalan dengan baik.
2. OJK harus melaksanakan fungsi pengawasannya lebih ketat agar kasus seperti ini
tidak terulang kembali.
3. Auditor seharusnya bersifat independen dan memperhatikan kode etik.
DAFTAR PUSTAKA
ISSAI 400
ISSAI 4100
15
ANGGUNGGUGAT KERUGIAN NASABAH ASURANSI TERHADAP KASUS
GAGAL BAYAR PRODUK ASURANSI UNIT LINK
Lorina Lorina
Jurnal Pro Hukum: Jurnal Penelitian Bidang Hukum Universitas Gresik 8 (2), 325-
333, 2019
16