SECARA ORGANIK
DOSEN PEMBIMBING
TEKNISI
DISUSUN OLEH
Azizah Nurrohmah
A31180809 / A
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
1 2 3 4
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta bahan obat tradisional.
Bawang merah (Allium ascalonicum l) merupakan komoditas hortikultura yang
memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek
pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman
(seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober),
sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering
merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung
sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan
melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam
normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang
merah dipasar akan lebih stabil.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui secara langsung proses budidaya tanaman bawang merah.
2. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya pada budidaya tanaman bawang merah.
3. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah mulai
dari fase vegetative hingga fase generative.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2. Tanah :
Aluvial
pH tanah : 5,6 – 6,5
3.2.2 Bahan
1. Benih umbi bawang merah
2. Air
3. Fungisida Dithane
4. POC Nasa
5. POC urine sapi
3.3 Prosedur Kerja
A. Persiapan Benih
Persiapan benih meliputi penyortiran benih umbi bawang merah dengan
kriteria siap tanam yaitu umbi tidak rusak, umbi tidak terlalu besar maupun kecil
dan dianjurkan umbi yang ujung tunas berwarna hijau. Umbi yang digunakan
sebagai benih mendapat perlakuan pemotongan ujung tunas (disunat) 1/3 bagian,
dengan tujuan agar pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat tumbuh dan
makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya
meningkat. Kelemahannya jika umbi bibit tidak dipotong ujungnya, maka
pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat serta hasil umbinya menurun.
Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada dalam
umbi ikut terpotong (Rahayu, 2002 dalam Aris & Abdul, 2015). Selain itu umbi
juga dapat perlakuan direndam dalam larutan fungisida Dithane, perendaman
selama 15 menit (sebanyak 15g untuk 1 timba besar ditambah air secukupnya)
bertujuan untuk melindungi umbi agar tidak terserang jamur selama
dibudidayakan. Bibit umbi bawang merah yang disiapkan sebanyak 1000 umbi,
namun yang ditanam hanya 200 umbi per bedeng dan sisanya untuk persiapan
penyulaman apabila ada umbi yang tidak tumbuh.
D. Pengolahan Lahan
Lahan yang diolah memiliki luas 8m 2 atau dengan ukuran 2m x 4m yang telah
berbentuk hamparan bedengan. Pengolahan lahan diawali dengan membalik dan
menggemburkan tanah. Setelah gembur, tanah dicampur dengan pupuk kandang
sebanyak 2 karung atau sekitar 20kg. Apabila tanah sudah rata tercampur dengan
pupuk kandang, permukaan tanah diratakan untuk siap ditanami.
E. Penanaman
Penanaman 200 umbi bawang merah dilakukan dengan membuat jarak tanam
terlebih dahulu. Jarak tanam untuk bawang merah adalah 20cm x 20cm, jadi
terdapat 10 baris tanaman dan 20 tanaman dalam baris dalam 1 bedeng.
Penanaman umbi bawang merah dengan membuat lubang tanam secukupnya
secara manual dengan jari tangan dan menanam 3/4 bagian umbi. Umbi bawang
merah tidak ditanam sepenuhnya dengan tujuan agar umbi dapat cepat tumbuh.
Setelah umbi ditanam, ditutup dengan mulsa jerami agar umbi mendapat
kelembaban yang cukup untuk menghentikan masa dormansi dan umbi menjadi
cepat tumbuh.
F. Perawatan
Perawatan tanaman bawang merah secara organik yaitu dengan disiram setiap
hari sekali dan diberi pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan ialah pupuk
organik cair (POC) urine sapi dan Nasa. Pemberian POC urine sapi dilakukan 1
kali dengan takaran 1 gelas aqua POC urine sapi dicampurkan 10L air.
Sedangkan pemberian pupuk dilakukan selama 1 minggu sekali, 4 kali, dengan
takaran 10 tutup botol POC Nasa dicampurkan dengan 20L air untuk tanaman 1
bedeng. Selain disiram dan diberi pupuk, perawatan tanaman bawang merah juga
dengan penyiangan gulma, penyiangan gulma dilakukan setiap saat atau dirasa
gulma sudah tinggi hampir menyaingi tanaman budidaya. Perawatan lain yang
perlu dilakukan ialah pengompresan atau penyiraman tanaman serta
penyemprotan pestisida golongan insektisida Asmec yang dilakukan 1 kali,
pengompresan dilakukan setelah turun hujan agar tanaman tidak mengalami
moler karena kandungan asam pada air hujan yang bersifat dapat merusak
tanaman.
G. Panen
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian
Pertanian, panen bawang merah dilakukan jika tanaman sudah berumur 50-55
HST untuk dikonsumsi dan 60-70 HST untuk dijadikan benih. Ciri-ciri fisik
untuk siap dipanen ialah :
1. Pangkal daun sudah lemas
2. Daun berwarna kuning
3. Umbi sudah kompak, menyembul ke permukaan tanah
4. Umbi berwarna merah tua keunguan
5. Sebagian besar tanaman telah rebah
H. Pasca Panen
Penanganan pasca panen bawang merah ialah dengan pelayuan dengan cara
penjemuran daun untuk mendapatkan kulit umbi berwarna merah dan berkilau
(2-3 hari) di bawah sinar matahari langsung. Cara lain ialah pengeringan dengan
cara menjemur umbi bawang merah di bawah sinar matahari langsung (7-14 hari)
dengan melakukan pembalikan setiap 2-3 hari (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian).
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang digunakan untuk megamati pertumbuhan bawang
merah meliputi :
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah daun
3. Diameter batang semu
4. Rata-rata jumlah umbi per rumpun
5. Rata-rata berat umbi per rumpun
6. Rata-rata diameter umbi
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut hasil pengamatan dari 10 sampel tanaman selama 1 bulan setiap 3 hari
sekali dimulai tanggal 24-10-2019 hingga 20-12-2019 dari budidaya tanaman bawang
merah secara organik :
1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman
Tinggi Tanaman
35.0
30.0
25.0
20.0
cm
15.0
10.0
5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Daun
40.0
35.0
30.0
25.0
helai
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Grafik pertumbuhan diameter batang semu
0.5
0.4
0.3
cm
0.2
0.1
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berikut data hasil panen dari budidaya tanaman bawang merah secara organik :
Total keseluruhan panen bawang merah dalam 1 bedeng (ukuran 2m x 4m) ialah
10kg berat basah sebelum dikeringkan, setelah dikeringkan menjadi 6kg.
4.2 Pembahasan
Budidaya konvensional tanaman bawang merah secara organik yang dilakukan
selama 2,5 bulan memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran. Budidaya
tanaman hortikultura harus dilakukan dengan sesuai prosedur dan anjuran yang telah
diajarkan oleh dosen maupun teksini. Hal ini ditegaskan agar dapat benar-benar
mampu mendalami apa yang diajarkan dan disisi lain mampu menghasilkan
produktivitas hortikultura yang berkualitas bagus.
Pertumbuhan tanaman dan hasil yang diperoleh dari budidaya tanaman bawang
merah telah digambarkan pada grafik dan tabel hasil panen. Presentase hidup
tanaman pun dapat dibilang baik karena 99% tanaman dapat tumbuh, hanya 2 umbi
yang mati dan perlu disulam. Pada grafik pertumbuhan tinggi tanaman tergambar
kurva semakin menurun dari pengamatan ke-6 hingga terakhir. Hal ini terjadi
dikarenakan daun tanaman banyak yang menguning dan layu, banyak juga tanaman
yang mengalami atau terserang penyakit moler. Penyakit moler pada tanaman bawang
merah dikarenakan terkenanya air hujan. Air hujan mengandung asam dan dapat
membawa jamur fusarium (Fusarium oxysporum) yang menyebabkan penyakit pada
tanaman bawang merah. Sehingga tanaman banyak yang layu kemudian mati serta
banyak umbi yang megalami busuk. Penyakit tersebut dapat dikendalikan dengan
memberikan pestisida golongan fungisida agar tidak mempengaruhi hasil
produktivitas, namun kegiatan budidaya yang dilakukan secara organik jadi untuk
pengendalian hanya dengan pengompresan atau penyiraman pada daun tanaman
setelah terkena hujan.
Pada grafik ke-2 mengenai jumlah daun mengalami peningkatan terus menerus.
Hal ini diduga karena perlakuan pemotongan 1/3 bagian ujung tanaman. Pemotongan
1/3 bagian ujung tanaman menyebabkan makin banyak anakan umbi maupun jumlah
daun, sehingga jumlah daun pada tanaman bawang merah terus mengalami
peningkatan. Pada penampakan fisik daun bawang merah dengan dibudidayakan
secara organik terlihat hijau segar dan sempurna, hanya saja mulai menguning dan
layu ketika terserang moler.
Pada grafik ke-3 mengenai diameter batang semu mengalami peningkatan yang
hanya sedikit. Namun, dari peningkatan besar diameter batang semu terlihat jika umbi
terus tumbuh membesar. Batang semu bawang merah tersusun dari pelepah-pelepah
daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi
menjadi umbi lapis. Sedangkan batang sejati bawang merah berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik
tumbuh).
Hasil panen yang diperoleh dari budidaya tanaman bawang merah secara organik
ialah 10kg berat basah dan 6kg berat kering. Namun, tidak semua umbi yang dipanen
pada kondisi baik. Ada sebagian umbi yang mengalami busuk umbi dan berbentuk
kecil atau kurang berkembang kurang baik. Seharusnya, hasil panen yang diperoleh
bisa lebih banyak apabila tanaman tidak mengalami penyakit maupun busuk umbi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Budidaya tanaman bawang merah dilakukan dengan perlakuan pemotongan
1/3 bagian ujung umbi, perendaman fungisida Dithane dan pemberian POC
urine sapi dan Nasa, budidaya tanaman bawang merah dilakukan secara
organik.
2. Tanaman mengalami moler dan busuk umbi dikarenakan hujan.
3. Hasil panen budidaya tanaman bawang merah diperoleh berat basah umbi
10kg dan berat kering 6kg.
5.2 Saran
Saran mengenai praktikum ialah diharapkan tepat dalam pemilihan lahan
budidaya dan tersedianya sumber air di dekat lahan budidaya, agar saat budidaya
pada musim yang ekstrim dapat dengan mudah untuk mengirigasi, selain itu juga agar
hasil yang diharapkan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Pemupukan POC
Sanitasi gulma
Panen
JADWAL KEGIATAN
Tanggal Kegiatan
14 Oktober 2019 1. Pembagian lahan dan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan meliputi penggemburan lahan
dan pencampuran dengan pupuk kandang.
2. Penanaman.
Meliputi persiapan bibit umbi bawang merah,
penanaman hingga ditutup dengan mulsa jerami.
21 Oktober 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
28 Oktober 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
4 November 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
11 November 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC urine sapi)
18 ovember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
25 ovember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC urine sapi)
2 Desember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC Nasa)
9 Desember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC Nasa)
16 Desember 2019 1. Panen
BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG
SECARA ORGANIK
DOSEN PEMBIMBING
TEKNISI
DISUSUN OLEH
Meki Sugara
A31182252 / B
3.2.2 Bahan
1. Benih kacang panjang
2. Air
3. Fungisida Dithane
4. POC Nasa
5. Pupuk cair urine sapi
3.3.2 Penanaman
1. Menanam benih kacang panjang pada tiap lubng, tiap lubang berisikan 2
benih
2. Menutup lubang tanam dengan sedikit tanah
3. Menutup bedengan dengan jerami
d. Panen
1. Panen dilakukan setiap 3 hari sekali, panen sudah dilakukan sebanyak
5 kali
2. kacang panjang yang telah siap dipanen memiliki ciri -ciri kacang
berukuran panjang, warna kacang lebih hijau muda, dan biji kacang
belum menonjol menandakan kacang panjang masih muda dan pas
untuk di masak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut hasil pengamatan dari 10 sampel tanaman selama 1 bulan setiap 3 hari
sekali dimulai tanggal 20-10-2019 hingga 19-11-2019 dari budidaya tanaman kacang
panjang secara organik :
4.1.1 Grafik tinggi tanaman
TINGGI TANAMAN
250
200
150
cm
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
jumlah daun
80
70
60
50
helai
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.1.3 Grafik diameter batang
diameter batang
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
cm
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.2 Pembahasan
Pada budidaya sayuran konvensiona kacang Panjang secara organic di
hasilkan pertumbuhan kacang Panjang dengan parameter : tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter batang dan hasil panen dihasilkan pertumbuhan tinggi tanaman setiap
3 hari sekali pengamatan pertumbuhannya menunjukkan meningkat terus menerus
sampai ke fase generative. Jumalah daun kacang Panjang pada pengamatan pertama
hingga ke empat rata-rata pertambahannya hanya 2-3 helai setiap 3 hari sekali dan
meningkat derastis dari pengamatan ke 4 terakhir pengamatan dan menurun
pertambahannya setelah masuk fase generative tanaman. Sedangkan pada diameter
batang juga meningkat meski hanya beberapa millimeter.
Pada hasil panen total kacang Panjang seberat 5,272 kg dari hasil panen yang
dilakukan 5 kali pemanenan. Pemanenan pertama yaitu didapat seberat 0,072 kg,
panen kedua yaitu seberat 0,6 kg, panen ketiga yaitu seberat 2,3 kg, panen keempat
yaitu seberat 1,3 kg dan panen terakhir yaitu seberat 1 kg. hasil panen tertinggi yaitu
pada panen ke 3 yaitu seberat 2,3kg dan terendah.
BAB V
KESIMPULAN
Pada hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
pertumbuhnnya meningkat pesat saat masa vegetative dan pertumbuhannya mulai
turun saat memasuki masa generative. Pada hasil panen tertinggi yaitu pada panen ke
3 yaitu sebesar 2,3 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-
kanker/k/kacang-panjang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_panjang
LAMPIRAN
DOSEN PEMBIMBING
TEKNISI
Kaidi, SP
DISUSUN OLEH
Azizah Nurrohmah
A31180809 / A
DOSEN PEMBIMBING
TEKNISI
Kaidi, SP
DISUSUN OLEH
Meki Sugara
A31182252 / B