Anda di halaman 1dari 39

BUDIDAYA KONVENSIONAL TANAMAN BAWANG MERAH

SECARA ORGANIK

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Kasutjianingati, M.Si.


Ir. Tri Rini Kusparwanti, MP
Refa Firgiyanto, SP, M.Si.

TEKNISI

Fendi Hermawan A.Md

DISUSUN OLEH

Azizah Nurrohmah
A31180809 / A

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah (Allium ascalonicum l) family Lilyceae yang berasal dari Asia
Tengah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sering digunakan sebagai
penyedap masakan. Selain itu, bawang merah juga mengandung gizi dan senyawa
yang tergolong zat non gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan bawang
merah di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini
sejalan dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk Indonesia yang setiap
tahunnya juga mengalami peningkatan.
Kebutuhan akan bawang merah di Indonesia sangatlah tinggi, dengan
bertambahnya jumlah populasi penduduk kebutuhan semakin meningkat dan lahan
semakin sempit. Namun Indonesia masih mampu memenuhi kebutuhan akan bawang
merah dengan bukti selalu meningkatkan hasil produksi bawang merah. Bahkan yang
dahulunya Indonesia mengimport bawang merah, sekarang mampu mengeksport
bawang merah ke beberapa negara di ASEAN. Berdasarkan catatan BPS (Badan
Pusat Statistika) dalam Tribun Jatim.com, Indonesia menghentikan import bawang
merah di tahun 2014 dan mulai mengeksport bawang merah pada tahun 2015 hingga
sekarang. Berikut grafik hasil produksi bawang merah di Indonesia tahun 2015-2018
menurut data BPS :
Hasil Produksi Bawang Merah Selama 2015-2018 di
Indonesia
1600000
1400000
Hasil Produksi (ton)

1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
1 2 3 4

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke
dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan serta bahan obat tradisional.
Bawang merah (Allium ascalonicum l) merupakan komoditas hortikultura yang
memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek
pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman
(seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober),
sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering
merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung
sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan
melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam
normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang
merah dipasar akan lebih stabil.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui secara langsung proses budidaya tanaman bawang merah.
2. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya pada budidaya tanaman bawang merah.
3. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah mulai
dari fase vegetative hingga fase generative.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi


Bawang merah (Allium cepa L. var. aggregatum) adalah salah satu bumbu masak
utama dunia yang berasal dari Iran, Pakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah
utaranya, tetapi kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, baik sub-tropis
maupun tropis. Wujudnya berupa umbi yang dapat dimakan mentah, untuk bumbu
masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya
dapat pula digunakan untuk campuran sayur. Tanaman penghasilnya disebut dengan
nama sama. Bawang merah saat ini dianggap sebagai sebuah varietas dari spesies
Allium cepa, spesies yang memuat sejumlah besar varietas bawang yang dikenal
dengan nama kolektif bawang bombai (Wikipedia, 2019).
Morfologi bawang merah meliputi :
1. Akar, berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang
terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
2. Batang, memiliki batang sejati atau disebut “diskus” yang berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas
(titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-
pelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk
dan fungsi menjadi umbi lapis.
3. Daun, berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan
bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun
melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
4. Bunga, tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang
panjangnya antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum
bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum
bunga terdiri atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari
berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk
hampir segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodit)
dan dapat menyerbuk sendiri atau silang.
5. Buah dan Biji, buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus
biji berjumlah 2 –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening
atau putih setalah tua berwarna hitam. Biji bawang merah dapat digunkan
sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
(CCRC, 2010)
Klasifikasi tanaman :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Sub-klas : Liliidae
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L. var. aggregatum
(CCRC, 2010)
B. Syarat Tumbuh
1. Iklim :
 Suhu udara 25-32°C
 Kelembaban udara 50-70%
 Penyinaran minimal 70%
 Beriklim kering, tipe iklim D3/E3 yaitu antara (0-5) bulan basah dan (4-
6) bulan kering

2. Tanah :
 Aluvial
 pH tanah : 5,6 – 6,5

3. Ketinggian tempat : > 0 – 1000 m dpal


Bawang merah menghendaki tumbuh pada lokasi dekat dengan sumber air, bukan
bekas tanaman terung-terungan (terung, tomat, cabai, dan kentang), bukan daerah
endemik penyakit layu bakteri dan layu fusarium, serta disarankan bekas tanaman
padi, jagung atau tebu. Sistem tanam bawang merah dapat dengan tumpang gilir di
lahan terbuka dan tumpanggilir di dalam rumah kasa (netting house). Sedangkan
waktu tanam yang baik untuk bawang merah ialah pada bulan April - Juni untuk
menghindari terjadinya ledakan serangan ulat bawang dan September - Oktober untuk
menghindari terjadinya ledakan serangan penyakit trotol.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian)
C. Budidaya
Budidaya bawang merah diawali dengan penanaman menggunakan jarak tanam
10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya ialah kulit pembalut umbi dikupas terlebih
dahulu dan dipisahkan siung-siungnya, cara ini untuk mempercepat keluarnya tunas.
Sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam
berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang
tipis. Pemeliharaan bawang merah cukup mudah, yaitu :
a. Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara
menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan
dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak
ada hujan.
b. Pemupukan : pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis
10ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/ha, ZA 200 kg/ha, TSP/SP-
36 250 kg/ha. KCl 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah).
c. Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati.
Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
d. Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman
berumur 21 hari. Pengendalian opt dilakukan tergantung pada serangan hama
dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah,
ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan nematoda akar.
e. Pengendalian hama dilakukan dengan cara:
- Sanitasi dan pembuangan gulma
- Pengumpulan larva dan memusnahkan
- Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
- Penggunaan insektisida
- Rotasi tanaman
f. Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh bercak ungu, embun
tepung, busuk leher batang, antraknose, busuk umbi, layu fusarium dan busuk
basah. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara:
- Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
- Penggunaan benih yang sehat.
- Penggunaan fungisida yang efektif
g. Panen dan pasca panen, panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar
60 hst, ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman
dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1
(satu) hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat
dihasilkan 10-15 ton. Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan
merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup
panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak
kering diikat dalam bentuk ikatan.proses pengeringan dihentikan apabila umbi
telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena
sentuhan terdengar gemerisik. Sortasi dilakukan setelah proses pengeringan.
Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung
dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih,
aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.
(Akira, 2017)
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu Pelaksanaan


Praktikum Budidaya Tanaman Sayuran acara Budidaya Konvensional Tanaman
Bawang Merah secara Organik dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 14 Oktober 2019 – Senin, 16 Desember 2019
Tempat : Lahan organik Politeknik Negeri Jember

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cangkul 9. Pompa
2. Meteran 10. Knapsack sprayer
3. Kayu 11. Timba sedang
4. Nampan 12. Alat tulis menulis
5. Pisau 13. Penggaris
6. Timba besar 14. Jangka sorong
7. Gayung 15. Timbangan
8. Selang 16. Koret

3.2.2 Bahan
1. Benih umbi bawang merah
2. Air
3. Fungisida Dithane
4. POC Nasa
5. POC urine sapi
3.3 Prosedur Kerja
A. Persiapan Benih
Persiapan benih meliputi penyortiran benih umbi bawang merah dengan
kriteria siap tanam yaitu umbi tidak rusak, umbi tidak terlalu besar maupun kecil
dan dianjurkan umbi yang ujung tunas berwarna hijau. Umbi yang digunakan
sebagai benih mendapat perlakuan pemotongan ujung tunas (disunat) 1/3 bagian,
dengan tujuan agar pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat tumbuh dan
makin banyaknya anakan maupun jumlah daun, sehingga hasil umbinya
meningkat. Kelemahannya jika umbi bibit tidak dipotong ujungnya, maka
pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat serta hasil umbinya menurun.
Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada dalam
umbi ikut terpotong (Rahayu, 2002 dalam Aris & Abdul, 2015). Selain itu umbi
juga dapat perlakuan direndam dalam larutan fungisida Dithane, perendaman
selama 15 menit (sebanyak 15g untuk 1 timba besar ditambah air secukupnya)
bertujuan untuk melindungi umbi agar tidak terserang jamur selama
dibudidayakan. Bibit umbi bawang merah yang disiapkan sebanyak 1000 umbi,
namun yang ditanam hanya 200 umbi per bedeng dan sisanya untuk persiapan
penyulaman apabila ada umbi yang tidak tumbuh.
D. Pengolahan Lahan
Lahan yang diolah memiliki luas 8m 2 atau dengan ukuran 2m x 4m yang telah
berbentuk hamparan bedengan. Pengolahan lahan diawali dengan membalik dan
menggemburkan tanah. Setelah gembur, tanah dicampur dengan pupuk kandang
sebanyak 2 karung atau sekitar 20kg. Apabila tanah sudah rata tercampur dengan
pupuk kandang, permukaan tanah diratakan untuk siap ditanami.
E. Penanaman
Penanaman 200 umbi bawang merah dilakukan dengan membuat jarak tanam
terlebih dahulu. Jarak tanam untuk bawang merah adalah 20cm x 20cm, jadi
terdapat 10 baris tanaman dan 20 tanaman dalam baris dalam 1 bedeng.
Penanaman umbi bawang merah dengan membuat lubang tanam secukupnya
secara manual dengan jari tangan dan menanam 3/4 bagian umbi. Umbi bawang
merah tidak ditanam sepenuhnya dengan tujuan agar umbi dapat cepat tumbuh.
Setelah umbi ditanam, ditutup dengan mulsa jerami agar umbi mendapat
kelembaban yang cukup untuk menghentikan masa dormansi dan umbi menjadi
cepat tumbuh.
F. Perawatan
Perawatan tanaman bawang merah secara organik yaitu dengan disiram setiap
hari sekali dan diberi pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan ialah pupuk
organik cair (POC) urine sapi dan Nasa. Pemberian POC urine sapi dilakukan 1
kali dengan takaran 1 gelas aqua POC urine sapi dicampurkan 10L air.
Sedangkan pemberian pupuk dilakukan selama 1 minggu sekali, 4 kali, dengan
takaran 10 tutup botol POC Nasa dicampurkan dengan 20L air untuk tanaman 1
bedeng. Selain disiram dan diberi pupuk, perawatan tanaman bawang merah juga
dengan penyiangan gulma, penyiangan gulma dilakukan setiap saat atau dirasa
gulma sudah tinggi hampir menyaingi tanaman budidaya. Perawatan lain yang
perlu dilakukan ialah pengompresan atau penyiraman tanaman serta
penyemprotan pestisida golongan insektisida Asmec yang dilakukan 1 kali,
pengompresan dilakukan setelah turun hujan agar tanaman tidak mengalami
moler karena kandungan asam pada air hujan yang bersifat dapat merusak
tanaman.
G. Panen
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian
Pertanian, panen bawang merah dilakukan jika tanaman sudah berumur 50-55
HST untuk dikonsumsi dan 60-70 HST untuk dijadikan benih. Ciri-ciri fisik
untuk siap dipanen ialah :
1. Pangkal daun sudah lemas
2. Daun berwarna kuning
3. Umbi sudah kompak, menyembul ke permukaan tanah
4. Umbi berwarna merah tua keunguan
5. Sebagian besar tanaman telah rebah
H. Pasca Panen
Penanganan pasca panen bawang merah ialah dengan pelayuan dengan cara
penjemuran daun untuk mendapatkan kulit umbi berwarna merah dan berkilau
(2-3 hari) di bawah sinar matahari langsung. Cara lain ialah pengeringan dengan
cara menjemur umbi bawang merah di bawah sinar matahari langsung (7-14 hari)
dengan melakukan pembalikan setiap 2-3 hari (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian).
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang digunakan untuk megamati pertumbuhan bawang
merah meliputi :
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah daun
3. Diameter batang semu
4. Rata-rata jumlah umbi per rumpun
5. Rata-rata berat umbi per rumpun
6. Rata-rata diameter umbi
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut hasil pengamatan dari 10 sampel tanaman selama 1 bulan setiap 3 hari
sekali dimulai tanggal 24-10-2019 hingga 20-12-2019 dari budidaya tanaman bawang
merah secara organik :
1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman

Tinggi Tanaman
35.0

30.0

25.0

20.0
cm

15.0

10.0

5.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Grafik pertumbuhan jumlah daun

Jumlah Daun
40.0

35.0
30.0

25.0
helai

20.0

15.0
10.0

5.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Grafik pertumbuhan diameter batang semu

Diameter Batang Semu


0.6

0.5

0.4

0.3
cm

0.2

0.1

0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berikut data hasil panen dari budidaya tanaman bawang merah secara organik :

N JUMLAH UMBI PER RUMPUN (umbi)


TANGGAL
O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1 16-12-2019 0 18 14 12 22 - 5 - 6 2
RATA-RATA 9

N TANGGA BOBOT PER RUMPUN (kg)


O L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,0 0,12 0,08 0,06 0,08 0,01 0,03 0,00
1 16-12-2019 8 4 8 8 6 - 0 - 2 5
RATA-RATA 0,05

DIAMETER UMBI (cm)


NO TANGGAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 16-12-2019 2,5 2,1 2,1 2 1,3 - 1 - 1,8 1,2
RATA-RATA 1,4

 Total keseluruhan panen bawang merah dalam 1 bedeng (ukuran 2m x 4m) ialah
10kg berat basah sebelum dikeringkan, setelah dikeringkan menjadi 6kg.
4.2 Pembahasan
Budidaya konvensional tanaman bawang merah secara organik yang dilakukan
selama 2,5 bulan memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran. Budidaya
tanaman hortikultura harus dilakukan dengan sesuai prosedur dan anjuran yang telah
diajarkan oleh dosen maupun teksini. Hal ini ditegaskan agar dapat benar-benar
mampu mendalami apa yang diajarkan dan disisi lain mampu menghasilkan
produktivitas hortikultura yang berkualitas bagus.

Pada praktikum mata kuliah Budidaya Taman Sayur yang membudidayakan


bawang merah, perlakuan yang diberikan ialah memotong 1/3 bagian ujung umbi,
perendaman pada larutan fungisida Dithane dan pemberian pupuk POC urine sapi
serta Nasa. Pemotongan 1/3 bagian ujung umbi agar pertumbuhan bibit merata
(seragam), umbi cepat tumbuh dan makin banyaknya anakan maupun jumlah daun,
sehingga hasil umbinya meningkat. Kelemahannya jika umbi bibit tidak dipotong
ujungnya, maka pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat serta hasil umbinya
menurun. Akan tetapi hati-hati dalam memotongnya, jangan sampai tunas yang ada
dalam umbi ikut terpotong (Rahayu, 2002 dalam Aris dan Abdul, 2015). Perendaman
larutan fungisida Dithane dilakukan dengan tujuan agar umbi tidak terserang jamur
pada saat dibudidayakan. Sedangkan pemberian POC digunakan untuk membantu
mengatasi kendala produksi pertanian. Pupuk organik cair adalah larutan dari
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari
pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah
dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Samad, 2008
dalam Sri dkk, 2016).

Pertumbuhan tanaman dan hasil yang diperoleh dari budidaya tanaman bawang
merah telah digambarkan pada grafik dan tabel hasil panen. Presentase hidup
tanaman pun dapat dibilang baik karena 99% tanaman dapat tumbuh, hanya 2 umbi
yang mati dan perlu disulam. Pada grafik pertumbuhan tinggi tanaman tergambar
kurva semakin menurun dari pengamatan ke-6 hingga terakhir. Hal ini terjadi
dikarenakan daun tanaman banyak yang menguning dan layu, banyak juga tanaman
yang mengalami atau terserang penyakit moler. Penyakit moler pada tanaman bawang
merah dikarenakan terkenanya air hujan. Air hujan mengandung asam dan dapat
membawa jamur fusarium (Fusarium oxysporum) yang menyebabkan penyakit pada
tanaman bawang merah. Sehingga tanaman banyak yang layu kemudian mati serta
banyak umbi yang megalami busuk. Penyakit tersebut dapat dikendalikan dengan
memberikan pestisida golongan fungisida agar tidak mempengaruhi hasil
produktivitas, namun kegiatan budidaya yang dilakukan secara organik jadi untuk
pengendalian hanya dengan pengompresan atau penyiraman pada daun tanaman
setelah terkena hujan.

Pada grafik ke-2 mengenai jumlah daun mengalami peningkatan terus menerus.
Hal ini diduga karena perlakuan pemotongan 1/3 bagian ujung tanaman. Pemotongan
1/3 bagian ujung tanaman menyebabkan makin banyak anakan umbi maupun jumlah
daun, sehingga jumlah daun pada tanaman bawang merah terus mengalami
peningkatan. Pada penampakan fisik daun bawang merah dengan dibudidayakan
secara organik terlihat hijau segar dan sempurna, hanya saja mulai menguning dan
layu ketika terserang moler.

Pada grafik ke-3 mengenai diameter batang semu mengalami peningkatan yang
hanya sedikit. Namun, dari peningkatan besar diameter batang semu terlihat jika umbi
terus tumbuh membesar. Batang semu bawang merah tersusun dari pelepah-pelepah
daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi
menjadi umbi lapis. Sedangkan batang sejati bawang merah berbentuk seperti
cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik
tumbuh).

Hasil panen yang diperoleh dari budidaya tanaman bawang merah secara organik
ialah 10kg berat basah dan 6kg berat kering. Namun, tidak semua umbi yang dipanen
pada kondisi baik. Ada sebagian umbi yang mengalami busuk umbi dan berbentuk
kecil atau kurang berkembang kurang baik. Seharusnya, hasil panen yang diperoleh
bisa lebih banyak apabila tanaman tidak mengalami penyakit maupun busuk umbi.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Budidaya tanaman bawang merah dilakukan dengan perlakuan pemotongan
1/3 bagian ujung umbi, perendaman fungisida Dithane dan pemberian POC
urine sapi dan Nasa, budidaya tanaman bawang merah dilakukan secara
organik.
2. Tanaman mengalami moler dan busuk umbi dikarenakan hujan.
3. Hasil panen budidaya tanaman bawang merah diperoleh berat basah umbi
10kg dan berat kering 6kg.
5.2 Saran
Saran mengenai praktikum ialah diharapkan tepat dalam pemilihan lahan
budidaya dan tersedianya sumber air di dekat lahan budidaya, agar saat budidaya
pada musim yang ekstrim dapat dengan mudah untuk mengirigasi, selain itu juga agar
hasil yang diharapkan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2170. Diakses pada Selasa,


10
Desember 2019.
Anonim. 2018. https://www.tribunnews.com/nasional/2018/07/09/ekspor-bawang-
merah-indonesia-meningkat-signifikan-sejak-2016. Diakses pada Selasa, 10
Desember 2019.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian. 2017.
www.litbangpertanian.go.id. Diakses pada Selasa, 10 Desember 2019.
Badan Pusat Statistika. 2019. Grafik Produktivitas Bawang Merah pada Tahun 2015
hingga 2018 (https://www.bps.go.id/site/resultTab). Diakses pada Selasa, 10
Desember 2019.
Rahayu, S., Elfarisna, Rosdiana. 2016. Respon Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dengan Penambahan Pupuk
Organik
Cair. Jakarta. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hal 123-131.
Safrudin, A. dan Wachid, A. 2015. Pengaruh Pupuk Organik Cair Dan Pemotongan
Umbi Bibit Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Alium
ascalonicum L.). Sidoarjo. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Vol. 12
No.1
Hal 12-21.
Wikipedia. 2019. https://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah. Diakses pada Selasa,
10 Desember 2019.
LAMPIRAN

Penanaman benih umbi bawang merah

Perendaman benih umbi bawang merah


dengan larutan fungisida Dithane

Pemberian mulsa jerami


Tanaman bawang merah berumur 7 hari
Tanaman moler akibat hujan

Lahan bedengan bawang merah

Umbi bawang merah membusuk akibat


moler

Tanaman bawang merah berumur 29


hari
Umbi bawang merah yang menyembul Kondisi tanaman setelah sering terkena
di permukaan tanah hujan

Fungisida untuk merendam benih umbi


bawang merah

Pupuk Organik Cair


Pemotongan bagian ujung bawang
merah

Pemupukan POC

Sanitasi gulma

Panen
JADWAL KEGIATAN

Tanggal Kegiatan
14 Oktober 2019 1. Pembagian lahan dan pengolahan lahan.
Pengolahan lahan meliputi penggemburan lahan
dan pencampuran dengan pupuk kandang.
2. Penanaman.
Meliputi persiapan bibit umbi bawang merah,
penanaman hingga ditutup dengan mulsa jerami.
21 Oktober 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
28 Oktober 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
4 November 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
11 November 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC urine sapi)
18 ovember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma)
25 ovember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC urine sapi)
2 Desember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC Nasa)
9 Desember 2019 1. Perawatan lahan (sanitasi gulma, pemupukan
dengan POC Nasa)
16 Desember 2019 1. Panen
BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG
SECARA ORGANIK

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Kasutjianingati, M.Si.


Ir. Tri Rini Kusparwanti, MP
Refa Firgiyanto, SP, M.Si.

TEKNISI

Fendi Hermawan A.Md

DISUSUN OLEH

Meki Sugara
A31182252 / B

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis sayuran yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat
Indonesia maupun dunia salah satunya kacang panjang. Masyarakat dunia
menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfa tanaman kacang
panjang berasal dari India dan Cina. Adapun yang menduga bersal dari kawasan
benua Afrika. Plasma nutfa kacang panjang (Vigna sinensis) diketemuakan tumbuh
liar di daerah Himalaya India. Oleh karena itu, tanamn kacang panjang tipe merambat
berasal dari daerah tropis dan Afrika, Abbisinia Ethiopia.
Klasifikasi kacang Panjang :
 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Tracheobionta
 Seper Divisi : Spermatopytha
 Divisi : Magnoliophytha
 Kelas : Magnoliopsida
 Sub kelas : Rosidae
 Ordo : Fabales
 Famili : Fabaceae
 Genus : Vigna
 Spesies : Vigna sinensis
Kacang panjang merupakan salah satu tanaman sayuran sebagai sumber vitamin
dan mineral. Fungsinya sebagi pengatur metabolisme tubuh, meningkatkan
kecerdasan dan ketahanan tubuh serta memperlancar proses pencernaan karena
kandungan seratnya yang tinggi. Kacang panjang dapat di bedakan menjadi 2
kelompok yaitu kelompok merambat dan tidak merambat. Kelompok kacang panjang
yang banyak dibudidayakan adalah kelompok yang merambat, cirinya tnaman
membelit pada ajir dan buahnya panjang ± 3,5-40 cm berwarna hijau atau putih
kehijauan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui secara langsung proses budidaya tanaman kacang panjang.
2. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya pada budidaya tanaman kacang panjang.
3. Mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang panajang mulai
dari fase vegetative hingga fase generative.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim


dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak,
berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling,
panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna
hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk
kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2
cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang
kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna
hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya
tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994).
Kacang panjang merupakan tumbuhan yang dijadikan sayur atau lalapan. Ia
tumbuh dengan cara memanjat atau melilit. Bagian yang dijadikan sayur atau lalapan
adalah buah yang masih muda dan serat-seratnya masih lunak, kacang panjang ini
mudah didapati di kawasan panas di Asia. Daunnya disebut dengan lembayung dan
dapat dijadikan sayuran hijau. Cara menanam tanaman kacang panjang adalah tanam
langsung dengan memasukan 2-3 biji kedalam lubang sedalam 1- 2 cm kemudian
ditimbun tanah, berbunga pada umur 30 hari dan mulai panen umur 45 hari.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Pelaksanaan
Praktikum Budidaya Tanaman Sayuran acara Budidaya Tanaman Kacang
Panjang secara Organik dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 14 Oktober 2019 – Minggu, 22 Desember 2019
Tempat : Lahan organik Politeknik Negeri Jember

3.2Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cangkul 9. Knapsack sprayer
2. Meteran 10. Timba sedang
3. Kayu 11. Alat tulis menulis
4. Nampan 12. Penggaris
5. Timba besar 13. Jangka sorong
6. Timba besar 14. Timbangan
7. Selang 15. Koret
8. Pompa

3.2.2 Bahan
1. Benih kacang panjang
2. Air
3. Fungisida Dithane
4. POC Nasa
5. Pupuk cair urine sapi

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Persiapan Lahan
a. Pembentukan bedengan
Bedengan keseluruhan sudah disediakan oleh pekerja dengan ukuran
panjang bedengan 1.2 meter dan lebar bedengan 4 meter sebanyak 2 bedeng,
jarak tanam kacang panjang 60 × 50 cm.
b. Pengolahan tanah
Pengolahan lahan dengan pengolahan awal tanah digemburkan hingga
tanah yang berbentuk bongkahan hancur.
1. Menggemburkan tanah dengan cangkul
2. Menambahkan dan mencampurkan pupuk organik/ kompos kedalam
bedengan
c. Pembuatan lubang tanam
1. Mengukur jarak tanam 60×50 cm, mengambil titik tengah bedeng
kemudian mengatur jarak tanam pada sisi lebarnya (1.2 m), 25 cm
kekanan dan kekiri kemudian pada bagian panjang bedeng di ukur 60 cm
antar lubang.
2. Membuat lubang tanam dengan tugal

3.3.2 Penanaman
1. Menanam benih kacang panjang pada tiap lubng, tiap lubang berisikan 2
benih
2. Menutup lubang tanam dengan sedikit tanah
3. Menutup bedengan dengan jerami

3.3.3 Pemeliharaan Tanaman


a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tidak
tumbuh yang di karenakan oleh beberapa faktor.
b. Pemupukan susulan
Pemupukan dilakukan sebanyak 8 kali dengan pupuk organic NASA
Pada pemupukan susulan ke 1 sampai pemupukan susulan ke 6 pupuk
dilarutkan dalam air lalu disiramkan pada lubang tanam untuk KNO3
merah sedangkan pada pupuk NPK Grower pupuk dimasukkan pada
lubang pupuk yang sudah dibuat dengan tugal lalu tutup kembali .
Sedangkan pemupukan susulan ke 7 dan 8 pupuk dimasukkan pada lubang
pupuk untuk pupuk NPK Grower dan SP36.

c. Penyiangan dan Penyiraman


1. Penyiangan dilakukan 3 hari sekali, untuk mengurangi pertumbuhan
gulma yang ada sehingga tidak menghambat pertumbuhan kacang
panjang.
2. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan bantuan alat pompa.
Penyiraman dilakukan secara kelompok sesuai kesepakatan yang telah
di tentukan

d. Panen
1. Panen dilakukan setiap 3 hari sekali, panen sudah dilakukan sebanyak
5 kali
2. kacang panjang yang telah siap dipanen memiliki ciri -ciri kacang
berukuran panjang, warna kacang lebih hijau muda, dan biji kacang
belum menonjol menandakan kacang panjang masih muda dan pas
untuk di masak

3.3.4 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan diambil dari 10 sampel dari 2 bedeng
untuk mengukur masa vegetatif dan generatif, masa vegetatif yang
diamati yaitu tinggi tanaman; jumlah daun; dan diameter batang dan
Parameter pengamatan pada masa generatif yaitu bobot buah, diameter
buah, dan panjang buah. Pengamatan dilakuan 7 hari setelah tanam dan
diamati setiap 3 hari sekali.
1. Memilih 10 tanaman dari 2 bedeng untuk dijadikan sampel
pengamatan.
2. Mengukur tinggi tanaman, tinggi tanaman di ukur dari batang
bagian bawah hingga titik tumbuh kacang panjang
3. Menghitung jumlah daun yang telah membuka dengan sempurna
4. Mengukur diameter batang, dameterbatang di ukur dari batang
pangkal bawah
5. mencatat data hasil pengamatan pada buku catatan sebagai hasil
pertumbuhan vegetative kacang panjang

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut hasil pengamatan dari 10 sampel tanaman selama 1 bulan setiap 3 hari
sekali dimulai tanggal 20-10-2019 hingga 19-11-2019 dari budidaya tanaman kacang
panjang secara organik :
4.1.1 Grafik tinggi tanaman

TINGGI TANAMAN
250

200

150
cm

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4.1.2 Grafik jumlah daun

jumlah daun
80

70

60

50
helai

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.1.3 Grafik diameter batang

diameter batang
0.80

0.70

0.60

0.50

0.40
cm

0.30

0.20

0.10

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4.1.4 Tabel hasil panen


Panen 1 2 3 4 5 Total
ke
kg 0.072 0.6 2.3 1.3 1 5.272

4.2 Pembahasan
Pada budidaya sayuran konvensiona kacang Panjang secara organic di
hasilkan pertumbuhan kacang Panjang dengan parameter : tinggi tanaman, jumlah
daun, diameter batang dan hasil panen dihasilkan pertumbuhan tinggi tanaman setiap
3 hari sekali pengamatan pertumbuhannya menunjukkan meningkat terus menerus
sampai ke fase generative. Jumalah daun kacang Panjang pada pengamatan pertama
hingga ke empat rata-rata pertambahannya hanya 2-3 helai setiap 3 hari sekali dan
meningkat derastis dari pengamatan ke 4 terakhir pengamatan dan menurun
pertambahannya setelah masuk fase generative tanaman. Sedangkan pada diameter
batang juga meningkat meski hanya beberapa millimeter.
Pada hasil panen total kacang Panjang seberat 5,272 kg dari hasil panen yang
dilakukan 5 kali pemanenan. Pemanenan pertama yaitu didapat seberat 0,072 kg,
panen kedua yaitu seberat 0,6 kg, panen ketiga yaitu seberat 2,3 kg, panen keempat
yaitu seberat 1,3 kg dan panen terakhir yaitu seberat 1 kg. hasil panen tertinggi yaitu
pada panen ke 3 yaitu seberat 2,3kg dan terendah.

BAB V
KESIMPULAN

Pada hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
pertumbuhnnya meningkat pesat saat masa vegetative dan pertumbuhannya mulai
turun saat memasuki masa generative. Pada hasil panen tertinggi yaitu pada panen ke
3 yaitu sebesar 2,3 kg.
DAFTAR PUSTAKA

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.
http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-
kanker/k/kacang-panjang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_panjang
LAMPIRAN

Inokulasi bibit jamur tiram Jamur kuping

Perlakuan kontrol Perlakuan 25% kulit kopi

Perlakuan 75% kulit kopi Perlakuan 50% kulit kopi

Baglog yang mengalami kontaminasi Jamur Tiram


BUDIDAYA JAMUR TIRAM

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Kasutjianingati, M.Si.


Ir. Tri Rini Kusparwanti, MP
Refa Firgiyanto, SP, M.Si.

TEKNISI

Kaidi, SP

DISUSUN OLEH

Azizah Nurrohmah
A31180809 / A

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2019
LAMPIRAN

Inokulasi bibit jamur tiram Jamur kuping

Perlakuan kontrol Perlakuan 25% kulit kopi

Perlakuan 75% kulit kopi Perlakuan 50% kulit kopi

Baglog yang mengalami kontaminasi Jamur Tiram


BUDIDAYA JAMUR TIRAM

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Kasutjianingati, M.Si.


Ir. Tri Rini Kusparwanti, MP
Refa Firgiyanto, SP, M.Si.

TEKNISI

Kaidi, SP

DISUSUN OLEH

Meki Sugara
A31182252 / B

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai