Anda di halaman 1dari 16

BAB I

“Kepemimpinan”
Mata Kuliah Leadership

Disusun oleh :
Annisa Sri Maulidawati
Reza Adhi Pranada
Siti Nuraini

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


POLITEKNIK LP3I JAKARTA KAMPUS DEPOK
TAHUN 2016
Jl. Margonda Raya No.274 Telp. (021) 7720 5620, 775 1259
SMS Center : 0857 1400 6007
Daftar Isi

Daftar isi .............................................................................. i


I. Sejarah kepemimpinan ............................................ 1

II. Pengertian Kepemimpinan ...................................... 2

III. Teori – teori Kepemimpinan ................................... 3

IV. Gaya Kepemimpinan ............................................... 4

V. Pendekatan dalam Studi Kepemimpinan .............. 8

VI. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis


Pendekatan Perilaku …………………………….. 12

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPEMIMPINAN ………………………………. 13

Leadership Page i
I. Sejarah Kepemimpinan

Dahulu banyak orang berpendirian bahwa kepemimpinan itu tidak dapat


dipelajari. Sebab kepemimpinan merupakan suatu bakat yang diperoleh orang
sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi, orang menyatakan
bahwa tidak diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan disebabkan oleh
keberuntungan seorang pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa,
sehingga dia memiliki kharisma dan kewibawaan untuk memimpin massa yang
ada disekitarnya.

Tegasnya seorang pemimpin yang sukses itu menjalankan kepemimpinannya


tanpa didasari teori, tanpa menjalani pelatihan dan pendidikan sebelumnya.
Kepemimpinan adalah jenis pemimpin yang tidak ilmiah. Dia melakukan
kepemimpinannya oleh karena dia memiliki bakat menguasai seni memimpin
(seni kepemimpinan) yang khas menjadi miliknya sendiri.

Dalam perkembangan zaman, kepemimpinan adalah secara ilmiah kemudian


berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah (scientific
management), yang dipelopori oleh ilmuwan Frederick W. Taylor pada awal abad
ke 20 dan kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.

Kemudian tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, tetapi
mempersiapkan secara berencana, melatih calon-calon pemimpin baru. Semuanya
dilakukan lewat perencanaan, percobaan, penelitian, analisis, supervisi dan
penggemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin
yang unggul, agar mereka berhasil dalm tugas-tugasnya.

Nilai kepemimpinan tidak lagi ditentukan oleh bakat alamnya, akan tetapi oleh
kemampuannya menggerakkan banyak orang melakukan suatu karya bersama,
berkat pengaruh kepemimpinannya yang diperoleh melalui pelatihan dan
pendidikan.

Sekian mengenai pengertian kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dan sejarah


kepemimpinan, semoga tulisan saya mengenai pengertian kepemimpinan, fungsi
kepemimpinan dan sejarah kepemimpinan dapat bermanfaat.

Leadership Page 1
II. Pengertian Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan menurut George R. Terry menyatakan bahwa


kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
mereka menyukai untu berusaha dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok atua
organisasi.
Pengertian kepemimpinan menurut Howard H. Hoyt menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah seni untuk bisa mempengaruhi segala tingkahlaku dari
manusia, dan memiliki kemampuan dalam membimbing seseorang.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan


kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Seorang pemimpin harus bisa memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang


yang dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa
mempengaruhi perilaku orang lain. Pemimpin ada dua macam, yaitu pemimpin
formal dan pemimpin informal. Dimana pemimpin formal harus memiliki
kekuasaan dan kekuatan formal yang ditentukan oleh organisasi, sedangkan
pemimpin informal walaupun tidak memiliki legitimasi kekuatan dan kekuatan
resmi namun harus memiliki kemampuan mempengaruhi yang besar yang
disebabkan oleh kekuatan pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses
kepemimpinan telah muncul beberapa teori kepemimpinan. Teori kepemimpinan
dalam organisasi telah berevolusi dari waktu ke waktu ke dalam berbagai jenis
dan merupakan dasar terbentuknya suatu kepemimpinan. Setiap teori
menyediakan gaya yang efektif dalam organisasi. Banyak penelitian manajemen
telah menemukan solusi kepemimpinan yang sempurna. Hal ini menganalisis
sebagian besar teori terkemuka dan mengeksplorasinya. Dalam teori
kepemimpinan ada beberapa macam teori, diantaranya Great Man Theory, teori
sifat, perilaku, kepemimpinan situasional dan kharismatik.

Adapun beberapa Fungsi dari Kepemimpinan, yaitu sebagai berikut :


1. Memprakarsai struktur organisasi
2. Menjaga adanya koordinasi dan integrasi dalam organisasi, supaya
semuanya beroperasi secara efektif.
3. Merumuskan tujuan institusional atau organisasional dan menentukan sarana
serta cara-cara yang efisien untuk mencapai tujuan tersebut.

Leadership Page 2
4. Mengatasi pertentangan serta konflik-konflik yang muncul dan mengadakan
evaluasi serta evaluasi ulang.
5. Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan dan juga
penyempurnaan dalam organisasi.

III. Teori-teori kepemimpinan

1. Teori kepemimpinan genetis yaitu, teori yang menjelaskan bahwa


seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan untuk
bisa menjadi pemimpin; dia telah memiliki bakat dan mempunyai
pembawaan untuk bisa menjadi pemimpin. Menurut teori kepemimpinan
seperti teori genetis ini mengasumsikan bahwa tidak setiap orang dapat
menjadi pemimpin, hanya beberapa orang yang memiliki pembawaan dan
bakat saja yang dapat menjadi pemimpin. Hal tersebut memunculkan
“Pemimpin tidak hanya sekedar dibentuk tapi dilahirkan”.
2. Teori kepemimpinan yang kedua yaitu teori sosial yang menyatakan
bahwa seseorang akan dapat menjadi pemimpin karena lingkungannya
yang mendukung, keadaan dan waktu memungkinkan ia bisa menjadi
pemimpin. Setiap orang dapat memimpin asal diberikan kesempatan dan
diberikan pembinaan untuk  dapat menjadi pemimpin meskipun ia tidak
memiliki pembawaan atau bakat. Adapun istilah dari teori kepemimpinan
sosial ini yaitu Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan.
3. Teori kepemimpinan yang ketiga yaitu teori ekologis, dalam teori
kepemimpinan ekologis ini menyatakan bahwa gabungan dari teori genetis
dan sosial, dimana seseorang akan menjadi pemimpin membutuhkan bakat
dan bakat tersebut mesti selalu dibina agar berkembang. Kemungkinan
untuk bisa mengembangkan bakat tersebut itu tergantung dari
lingkungannya.
4. Teori kepemimpinan yang keempat yaitu teori situasi, dalam teori
kepemimpinan situasi ini menyatkaan bahwa seseorang dapat menjadi
pemimpin ketika berada dalam situasi tertentu karena dia memiliki
kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam situasi tersebut. Akan tetapi
pada situasi yang lainnya, kelebihannya tersebut tidak dibutuhkan,
akhirnya ia tidak akan menjadi pemimpin lagi, bahkan bisa jadi menjadi
pengikut saja.

Leadership Page 3
IV. Gaya kepemimpinan

Adapun gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan otokratis


Gaya ini terkadang disebut sebagai kepemimpinan yang terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya otokratis ini ditandai dengan adanya
petunjuk yang sangat banyak sekali yang berasal dari pemimpin dan tidak
ada satupun peran para anak buah dalam merencanakan dan sekaligus
mengambil suatu keputusan. Gaya kepemimpinan otokratis ini akan
menentukan sendiri keputusan, peran, bagaimana, kapan dan bilamana
secara sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti dilaksanakan.
Paling sangat menonjol dalam gaya kepemimpinan otokratis ini adalah
seseorang akan memberikan perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan
memerintah berdasarkan dari kemampuannya untuk menjatuhkan
hukuman serta memberikan hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah
suatu kemampuan dalam mempengaruhi orang lain yang ada disekitar agar
mau bersedia berkerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan
dengan ditempuh atas segala cara kegiatan yang akan dijalankan atas dasar
putusan dari pemimpin. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini
yaitu wewenang mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu
dibuat oleh pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin,
komunikasi hanya berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke
bawahan bukan sebaliknya, pengawsan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah
laku atau kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada
kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau
pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian,
menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna dari para bawahan
tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan
anacaman.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam
mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan
yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan
pimpinan.
Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat
pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan,

Leadership Page 4
kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi
kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama.
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki
wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam
melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan
keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi
dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun
sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau
kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang
dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam
menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada
bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi,
dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk
memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire / bebas


Gaya ini akan mendorong kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif.
Kurang interaksi dan kontrol yang telah dilakukan oleh pemimpin,
sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika bawahan mampu
memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar tujuan
dan sasaran yangcukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam
menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak
buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan Laissez Faire adalah Bawahan akan diberikan kelonggaran
atau fleksibelitas dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-
hati diberikan batasan serta berbagai macam prosedur; Bawahan yang
sudah berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan hadiah
atau penghargaan, di samping adanya suatu sanksi-sanksi bagi mereka
yang kurang berhasil, sebagai dorongan; Hubungan antara pimpinan dan
bawahan dalam suasana yang sangat baik secara umum manajer akan
bertindak cukup baik; Manajer akan menyampaikan berbagai macam
peraturan yang berhubungan dengan tugas-tugas atau perintah, dan
sebaliknya para bawahan akan diberikan kebebasan dalam memberikan
pendapatannya.

4. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Adalah gaya pemimpin yang telah memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang ingin diambil dari dirinya sendiri dengan secara penuh.

Leadership Page 5
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan dipegang oleh si
pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
sekedar melaksanakan tugas yang sudah diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas.
Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau
suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti
diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya
agar mendapatkan kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di
sini bawahan hanyalah menjadi suatu mesin yang hanya sekedar
digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari
bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun diperhatikan.

5. Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik
orang. Mereka akan terpesona dengan cara berbicaranya yang akan
membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan memiliki gaya
kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi akan
perubahan dan adanya tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya.
Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut akan
kecewa karena adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang telah diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si
pemimpin akan senantiasa memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

6. Gaya Kepemiminan Moralis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada
umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka
mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan
ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang – orang akan datang karena
kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya. Kelemahan dari
pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini
sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat
mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan
bersahabat.

Leadership Page 6
7. Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku
dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan
sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan
mencari aman.

8. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).


Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya untuk pembuatan keputusan
didasarkan pada suatu proses analisis,  terutama analisis logika dari setiap
informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan
lebih menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka
panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika
dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang masuk akal
serta kuantitatif.

9. Gaya Kepemimpinan Situasional


kepemimpinan situasional ialah “a leadership contingency theory that
focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan
situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para
pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai
tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan
yang efektif ialah bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua
pemimpin yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan
yang sangat tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada soal pengaruh terhadap
individu dan kelompok akan tetapi bergantung juga terhadap tugas,
pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi
pendekatan pada kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia mesti  mampu
dalam menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang selalu
berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua
konsep yang fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu
atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

Leadership Page 7
V. Pendekatan dalam Studi Kepemimpinan

A. Pendekatan Sifat (trait approach)


Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi
sifat-sifat (traits) yang tampak pada seseorang.
Keberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. Sifat-
sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang
menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena
dibuat atau dilatih.
Banyak ahli yang telah berusaha meneliti dan mengemukakan pendapatnya
mengenai sifat-sifat baik manakah yang diperlukan bagi seorang pemimpin
agar dapat sukses dalam kepemimpinannya. Ghizeli dan Stogdil misalnya
mengemukakan adanya lima sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yaitu:
kecerdasan, kemampuan mengawasi, inisiatif, ketenangan diri, dan
kepribadian. Seain itu, dari hasil studi pada tahun 1920-1950, diperoleh
kesimpulan adanya tiga macam sifat pribadi seorang pemimpin meliputi ciri-
ciri fisik, kepribadian, dan kemampuan atau kecakapan.
Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan pendekatan sifat,
keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat
pribadi, melainkan ditentukan pula oleh kecakapan atau keterampilan (skills)
pribadi pemimpin.

B. Pendekatan Kekuasaan (power aprroach)


Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti
manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan power) dalam
konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator
berada di bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan
efektif, sehingga mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan
melaksanakan tugas dengan lebih baik.
Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak mampu memakai kekuasaan dengan
efektif, sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas tidak dapat
dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita bahas secara terperinci
tentang jenins-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam suatu organisasi.
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu
interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction

Leadership Page 8
between two or more individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi
untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam
interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :


a. Reward PowerTipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan
untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang
dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian
atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan.
b. Coervice PowerKekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan
pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe
koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang
mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit,
mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan.
c. Referent Power,Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan
‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang
lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang
diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan
mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu
melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang
diberikan atasannya.
d. Expert Power,Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan
diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan,
pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih
banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki
expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau
bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima
jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya
expert power.
e. Legitimate Power,Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya
(actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan
kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang
lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur
social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam
contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas
dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang
tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.

Leadership Page 9
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell
menawarkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu
berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan (insentif) atau
paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan,
mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara
alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara
sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara
mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal,
dibanding jika karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah (legitimate
authority).

C. Pendekatan Perilaku (behaviour approach)


Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran
bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan
itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu
memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan
pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan
dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.

D. Pendekatan Situasi (situational approach)


Pendekatan situasional ini muncul karena para peneliti mengenai gaya
kepemimpinan tidak menemukan pendekatan yang paling efektif bagi semua
situasi (Fielder, dengan teori contingency, Tannembaum dan Schmidt, dengan
teori rangkaian kesatuan kepemimpinan
Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi.
Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan
suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh
perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki
ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun
akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda,
semangat, watak dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan
perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.

Leadership Page 10
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan antara lain:
sifat pribadi pemimpin, sifat pribadi bawahan, sifat pribadi sesama pemimpin,
struktur organisasi, tujuan organisasi, motivasi kerja, harapan pemimpin
maupun bawahan, pengalaman pemimpin maupun bawahan, adat, kebiasaan,
budaya lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan
situasi. Teori ini bukan hanya penting bagi kompleksitas yang bersifat
interaktif dan fenomena kepemimpinan tetapi turut membantu para pemimpin
yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang
bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat
berdasarkan situasi.

Leadership Page 11
VI. Teori Kepemimpinan Berdasarkan Analisis Pendekatan
Perilaku

Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya


menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah mengidentifikasi
dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu 1)
yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan 2) yang berorientasi pada
bawahan atau karyawan (employee oriented).
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas
dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan
keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting
bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan
hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada
mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya.
Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak
tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti
bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan
orientasi tugas yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang
tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation,  pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan
dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan
juga lemah.
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling fatal
akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin
dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.

Leadership Page 12
VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPEMIMPINAN

Seperti yang telah kita ketahui Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup
meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu
tim untuk mencapai tujuan tertentu. namun ada beberapa faktor-faktor penting
yang mempengaruhi kepemimpinan tersebut, diantaranya adalah :

1. Faktor Kemampuan Personal


Pengertian kemampuan personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika
seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan
menjadi pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak
dengan potensi kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari
lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula.
Dengan demikian antara potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan
adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang
pemimpin.

2. Faktor Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan
tidak dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan
terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama
tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh.
sama-sama mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan
mempunya pengarauh yang berbeda.

3. Faktor Situasi dan Kondisi


Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat
situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin
yang karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena
anggota organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin
transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan oragnisasi adalah religiutas
maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual
adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah
dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau
tidak.

Leadership Page 13
FAKTOR KEBERHASILAN PEMIMPIN

1. Moril
Moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan
untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas
perorangan maupun organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi moril adalah :
a. Kepemimpinan atasan.
b. Kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran.
c. Penghargaan atas penyelesaian tugas.
d. Solidaritas dan kebanggaan organisasi.
e. Pendidikan dan latihan.
f. Kesejahteraan dan rekreasi.
g. Kesempatan untuk mengembangkan bakat.
h. Struktur organisasi.
i. Pengaruh dari luar.

2. Disiplin
Disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan tulus ikhlas terhadap perintah atau
petunjuk atasan serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin
yang didasarkan oleh disiplin pribadi.

3. Jiwa korsa
Jiwa korsa adalah loyalitas, kebanggan dan antusiasme yang tertanam pada
anggota termasuk pimpinannya terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi
yang mempunyai jiwa korsa yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat
dipadamkan oleh semangat organisasi.

4. Kecakapan
Kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam
waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien
mungkin serta berlangsung dengan tertib.

Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari


pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.
jadi menjadi seorang pemimpin yang baik sebenarnya dapat kita kembangkan
sendiri dengan lewat pengembangan diri dan pergaulan yang positif.

Leadership Page 14

Anda mungkin juga menyukai