Anda di halaman 1dari 10

AUDITING

OLEH :

NAMA : NI KADEK MARTINI


NPM : 1833121009
KELAS : D8 AKUNTANSI

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021
PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN

1. SIFAT SIKLUS PENDAPATAN


Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam
bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai
contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter, pengacara,
akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop, bank serta lembaga keuangan yang
menerima bunga dan deviden. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini
didasarkan pada perusahaan barang dagang.
Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah :
1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)
2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
3. Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak
tertagih (penyisipan dan pengapusan).
Transaksi-transaksi tersebut mempengaruhi rekening-rekening berikut :
a) Penjualan
b) Piutang dagang
c) Harga pokok penjualan (HPP)
d) Kas
e) Persediaan barang dagang
f) Potongan penjualan
g) Retur penjualan
h) Kerugian atau biaya piutang tak tertagih (bad debts expense)
i) Cadangan kerugian piutang

2. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing
asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan. Tujuan audit
ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh
manajemen.
Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Pada siklus ini tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo
penjualan, piutang dagang dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Tujuan dari
asersi ini adalah :
1. Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada pelanggan
selama periode di bawah audit
2. Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode,
baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit
3. Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama satu periode menggambarkan rekening
potongan penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih
4. Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan
pada tanggal neraca
Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam
laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit sersi
kelengkapan :
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan penjualan tunai,
serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah dicatat
2. Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca

Asersi Penilaian dan Pengalokasian


Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah
saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah
yang tepat. Tujuan dari asersi ini adalah :
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan telah dijurnal
secara tepat
2. Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan
saldo dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan
diakui apabila pelunasan piutang dilakukan dalam periode potongan
3. Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perbedaan antara
piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat direalisasikan
Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi diatas, auditor perlu menghimpun bukti
apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklassifikasikan. Tujuan dari asersi ini
adalah :
1. Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca. Piutang
dagang dikelompokan sebagi asset lancer perusahaan dalam neraca
2. Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan piutang dagang
yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan
3. Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagih telah
diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam laporan laba rugi

3. MATERIALITAS, RISIKO BAWAAN, DAN STRATEGI AUDIT


Materialitas
Transaksi penjualan adalah sumber utama pendapatan operasional banyak perusahaan,
dan merupakan komponen utama yang menentukan laba bersih. Transaksi penjualan kredit akan
menambah saldo rekening piutang dagang yang akan berpengaruh material untuk neraca.
Rekening penyesuaian penjualan, pada beberapa perusahaan, sangat material bagi laporan
keuangan. Rekening piutang dagang, aliran kas, dan penyesuaian penjualan yang material
tersebut menuntut auditor untuk lebih cermat dalam melaksanakan prosedur audit. Auditor perlu
memperluas lingkup audit yang lebih efektif dan memerlukan relatif lebih banyak sampel bukti
yang harus diperiksa.
Risiko Bawaan
Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain :
1. Volume transaksi yang tinggi
2. Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu,
dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan
3. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer
karena ada kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan
4. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)
5. Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi
korupsi
Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut.
Ketidaktepatan penentuan saat pengakuan pendapatan dapat menyebabkan laba yang overstated
maupun understated.
Strategi Audit
Dalam straregi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah,
auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari
penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien
sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji
kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern
tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan
pengujian pengendalian.

4. PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN


Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah “Pengendalian Intern
meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam
perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern
merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling
mendukung satu dengan yang lainnya.

Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang


diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang
untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi
kedalam tiga kategori, yaitu :

a) Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan


b) Pelaporan Keuangan yang handal
c) Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan
tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan,
dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat
profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi
laporan segmen maupun interim.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi
dengan semestinya.

5. PERTIMBANGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENJUALAN


KREDIT
Umumnya aktivitas pengendalian relevan dengan audit atas siklus pendapatan dapat
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan :
1. Review kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
Dari penjelasan diatas , aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam
siklus pendapatan antara lain :
1. Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem penjualan kredit
2. Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
3. Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen yang terkait seperti surat order
pengiriman
4. Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen sumber (faktur penjualan)

6. ILUSTRASI PELAKSANAAN PENJUALAN KREDIT


penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan secara non-tunai, dalam hal ini laba
yang diharapkan adalah lebih besar daripada penjualan tunai.
Faktor-faktor Penjualan Kredit

a. Standar kredit adalah salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan, dengan
menurunkan standar kredit dapat menstimulasi permintaan, yang akhirnya akan
mengarah pada penjualan dan laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, terdapat biaya
untuk membuat piutang tambahan. Seperti juga resiko yang lebih besar untuk
adanya kerugian akibat piutang tak tertagih.
b. Syarat pembayaran kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Bila perusahaan
menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat berarti perusahaan lebih
mengutamakan keamanan kredit dibandingkan misalnya memberikan batas waktu
pembayaran yang singkat dan memberikan beban bunga bila pengembaliannya
terlambat. Dengan demikian maka investasi perusahaan dalam piutang dagang
cenderung lebih kecil. Hal sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit
bersifat lunak/longgar.
c. Plafon kredit, dalam memberikan kredit kepada pelanggan maupun calon
pelanggan, perusahaan akan membuat sebuah batasan kredit yang berbeda-beda
terhadap pelanggan satu dengan pelanggan lainnya, hal ini dikarenakan tingkat
kemampuan yang berbeda pula. Hal ini adalah salah satu alat kontrol dalam
pelaksanaan kebijakan kredit.
d. Volume penjualan kredit, dalam melakukan penjualan secara kredit, perusahaan
dapat menetapkan batas maksimal kredit yang akan diberikan kepada
pelanggannya. Makin tinggi batas yang ditetapkan untuk masing-masing
pelanggan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang dan
sebaliknya. Makin selektif dalam menentukan langganan yang diberi kredit, maka
akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang dan sebaliknya.
e. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan, ada sebagian langganan yang mempunyai
kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash
discount, dan ada sebagian lagi tidak menggunakan kesempatan tersebut.
Kebiasaan para langganan membayar dalam periode cash discount atau
sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang.
Bila sebagian besar para langganan membayar selama discount period, maka dana
yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat cair dan akan memperkecil
investasi dalam piutang.
f. Kebijakan Pengumpulan piutang, Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan
dalam pengumpulan piutang dalam dua cara yaitu secara aktif maupun pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif
mengeluarkan uang yang lebih besar dalam membiayai aktivitas pengumpulan
piutangnya dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan
kebijaksanaan piutang secara pasif.

7. PENGHIMPUNAN dan PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN


Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara review pendahuluan.
Dokumentasi pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau
memo naratif

8. PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN


Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :
1. Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah
saji
3. Mengjimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi
pengendalian adalah efektif
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun
5. Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian

9. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian terhadap aktivitas penjualan memfokuskan pada otorisasi penjualan,
pelaksanaan prosedur dan kelengkapan pencatatan. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat
diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang
2. Pengujian pengendalian penagihan
3. Pengujian pengendalian pencatatan
4. Pengujian pengendalian retur penjualan

10. PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER


Test audit dengan bantuan computer dapat meliputi :
1. Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk
mendeteksi order penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang
pada file computer
2. Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sampel dokumen pengiriman
3. Menyeleksi dan mencetak sampel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingankan
dengan harga yang ditetapkan oleh manajemen
11. AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Dokumen dan Catatan Umum
a) Bukti penerimaan uang
b) Pradaftar
c) Lembar penghitungan kas
d) Ikhtisar kas harian
e)Slip deposi yang disahkan
f) File transaksi penerimaan kas
g) Jumlah penerimaan kas
Fungsi-fungsi
a) Menerima penerimaan kas, yaitu melalui :
1. Penerimaan melalui kasir/Over the Counter Receipts
2. Penerimaan melalui pos/Mail Receipts
3. Menyetorkan kas ke bank
4. Mencatat penerimaan kas Sistem Ilustratif untuk Pemrosesan Penerimaan Kas.
Sebagaimana telah dicatat sebelumnya ketika membahas sistem penjualan kredit, terdapat
juga beberapa sistem pemrosesan penerimaan kas. Memahami dan Menilai Risiko
Pengendalian. Banyak prosedur pengendalian yang terlibat dalam pemrosesan
penerimaan kas merupakan pengendalian manual,
9 bukan prosedur pengendalian yang terprogram. Auditor biasanya akan menggunakan
kombinasi dari pengajuan pertanyaan, observasi, dan inspeksi dokumen untuk
mengumpulkan bukti bahwa prosedur pengendalian manual merupakan fungsi yang
paling efektif.
12. AKTIVITAS PENGENDALIAN-TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :
1. Pemberian potongan tunai
2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
3. Penentuan piutang tak tertagih
Aktivitas pengendalian bermanfaat dalam mengurangi risiko penyelewengan semacam itu
yang berfokus pada penetapan validitas, atau eksistensi atau kejadian, transaksi dan
mencakup hal-hal berikut ini :
a. Otorisasi yang tepat atas seluruh transaksi penyesuaian penjualan.
b. Perhitungan independen atas barang-barang yang diretur
c. Penggunaan dokumen dan catatan yang tepat
d. Pemisahan tugas untuk mengotorisasi transaksi penyesuaian penjualan dan penanganan
serta pencatatan penerimaan kas.
Apabila terdapat potensi salah saji yang material dari transaksi penyesuaian penjualan,
maka auditor harus memperoleh pemahaman atas seluruh aspek yang relevan dari
komponen struktur pengendalian internal dan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko salah saji semacam itu.
13. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA
Risiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat risiko inheren,
risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian.
Jadi, faktor-faktor yang berkaitan dengan penilaian ini harus dipertimbangkan dalam
penentuan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi piutang
usaha.
Penilaian risiko inheren yang direncanakan, rissiko prosedur analitis, dan risiko
pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit, yaitu pada fase
10 perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian yang tepat dan tingkat
pengujian substantif terkait yang direncanakan, yang ditetapkan dalam strategi audit
pendahuluan untuk setiap asersi.

Anda mungkin juga menyukai