Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Laporan Kasus Terkait Etika dan Kewenangan Bidan dalam Lingkup KB


dan Kespro Mengenai Kb Suntik 3 Bulan

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan
Reproduksi yang diampu oleh Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, M. Kes

Disusun oleh :
Mahasiswa Semester V Program Studi Sarjana Terapan

I Gusti Ayu Dwi Putri Hendrayani (P07124218003)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Kasus Terkait Etika dan
Kewenangan Bidan dalam Lingkup KB dan Kespro Mengenai Kb Suntik 3 Bulan”.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, bimbingan dan
saran kepada penulis dalam menyusun makalah ini, pihak-pihak tersebut yaitu :
1. Ni Luh Putu Sri Erawati, MPH sebagai Penanggung Jawab Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
2. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, M.Kes sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat dipergunakan
untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan demikian makalah ini penulis susun
semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan menyelesaikan makalah ini.

Denpasar, 5 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................................... 2
C. Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN MATERI


A. Definisi ............................................................................................................................3
B. Mekanisme Kerja ........................................................................................................... 3
C. Keuntungan dan Kerugian ............................................................................................. 4
D. Indikasi ........................................................................................................................... 5
E. Kontra Indikasi................................................................................................................ 5
F. Waktu Mulai Menggunakan KB Suntik 3 Bulan............................................................ 5
G. Efek Samping.................................................................................................................. 6
H. Masalah Moral Terkait KB............................................................................................. 9

BAB III KASUS dan PEMBAHASAN


A. Kasus............................................................................................................................. 11
B. Pembahasan .................................................................................................................. 11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri
Syarif mengatakan “Jumlah penduduk Indonesia 232,9 juta orang pada tahun 2007
dan diperkirakan pada tahun 2008 sebanyak 236,4 juta orang dan akan terus
bertambah 3 juta orang setiap tahun, jika tidak ada upaya pengendalian yang
memadai” (BKKBN, 2008). Pertambahan penduduk yang cepat dan tidak seimbang
akan mengakibatkan terjadinya tekanan-tekanan yang berat pada sektor penyediaan
pangan, sandang, perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan dan lain-
lain. Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan bahwa makin tua umur, makin banyak
anak yang dilahirkan, makin kecil atau pendek jarak waktu antara kelahiran anak,
maka makin banyak dan tinggi komplikasi kesakitan dan kematian ibu (Mochtar,
1998).
Dari terlalu sering dan terlalu dekat jarak kelahiran dapat meningkatkan angka
kematian ibu maka salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan
jumlah kelahiran hidup tersebut dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan
sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan kelahiran dengan program Keluarga
Berencana (KB). Melihat tingginya angka kependudukan di Negara Indonesia, peran
pemerintahpun sangat penting untuk memberikan penghidupan yang layak bagi
masyarakatnya. Salah satu peran pemerintah yaitu dengan mengadakan program
keluarga berencana. Pemerintah menggalakkan progam KB dengan maksud untuk
menekan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Dengan adanya program KB
setidaknya laju pertumbuhan terkurangi. Dalam menggalakkan program tersebut
tidaklah mudah untuk menyampaikan dan menjelaskan kepada masyarakat bagaimana
dan apa program KB.
Namun selain untuk menangani masalah laju pertumbuhan KB juga
dimaksudkan untuk menurunkan dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi karena
sampai saat ini angka kematian ibu dan bayi masih saja tinggi, maka dari itu untuk
menanggulangi masalah diatas pemerintah dan yang berwenang menenkankan
masyarakat untuk ikut program KB.
Program KB merupakan program yang menyentuh langsung masyarakat
banyak meliputi para keluarga yang pada saat ini lebih dari 9,1 juta Kepala Keluarga

1
(KK), dengan jumlah peserta KB aktif sebesar 4,9 juta yang tersebar di seluruh
wilayah propinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 (BKKBN, 2007)
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan
menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi.
Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan dalam
suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu. Efek
samping penggunaan suntik DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan,
kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan
jerawat. Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau
perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore) (BKKBN, 2003).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui etika dalam pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui kewenangan dalam pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui etika dan kewenangan bidan dalam penanganan kasus
keluarga berencana
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi tentang etika dan kewenangan bidan dalam penanganan
kasus keluarga berencana.
2. Sebagai tambahan bahan bacaan kepada masyarakat umumnya dan mahasiswa
kebidanan pada khususnya tentang KB, etika dan kewenangan bidan dalam
penanganan kasus keluarga berencana.

BAB II
2
TINJAUN MATERI
A. Definisi
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga
yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran". Keluarga Berencana (KB)
merupakan salah satu usaha untuk merencanakan jumlah anak serta jarak kehamilan
menggunakan alat kontrasepsi.
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu
usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi
ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang
sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan
menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone asetat) dan
kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone asetat yang diberikan
dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu
(Baziad, 2002).
B. Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004) :
a. Primer : Mencegah ovulasi
3
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH)
menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA,
endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang
tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa menjadi
semakin sedikit sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan
biopsi, tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90 hari
setelah suntikan DMPA berakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi.

3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba


falopi.
C. Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan
Keuntungan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Sangat efektif, sedikit efek samping
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak mempengaruhi ASI.
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause.
2. Kerugian
a. Sering ditemukan ganguan haid.
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

4
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B dan virus HIV.
b. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
D. Indikasi
1. Wanita usia reproduktif.
2. Wanita yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus dan keguguran.
7. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Masalah gangguan pembekuan darah.
9. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.
E. Kontra Indikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
5. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
F. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan
1. Mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
2. Pada ibu yang tidak haid injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil, dalam 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual. 
3. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
4. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya.
5. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
5
akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu di suntik
setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
6. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
G. Efek Samping
1. Gejala Gangguan Haid
Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan.
Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium. Penyebab amenore primer
umumnya lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan
kongenital dan kelainan genetik sedangkan amenore sekunder lebih menunjuk
pada sebab-sebab yang timbul dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi,
gangguan metabolisme, penyakit infeksi dan lain-lain. Metroragi dapat
disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional.
Bila penyebab menoragi dan metroragi adalah neoplasma, gangguan
pembekuan darah, penyakit kronis atau kelainan ginekologik, klien perlu
dirujuk ke spesialis.
a. Tidak mengalami haid (amenore)
Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan masa
remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens atau belum
menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder, sedangkan amenore
sekunder bila wanita sudah mengalami menstruasi namun kemudian tidak
mengalami menstruasi dalam waktu 3-6 bulan (Varney, 2006).
b. Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Spotting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama
akseptor mengikuti KB suntik dan berlangsung lebih dari 8 hari. Hal ini
biasa terjadi pada awal-awal penggunaan KB suntik 3 bulan. Istilah
spotting dipakai untuk menjelaskan kondisi perdarahan vagina yang
sangat ringan. Ini biasanya ditandai dengan keluarnya cairan berwarna
coklat, dan terjadi di pertengahan siklus di antara periode menstruasi.

6
Bercak ini umumnya hanya berupa darah dalam jumlah yang sedikit.
(Nurfitriyana, D. 2020).
Gejalanya :
1) Baru menggunakan alat kontrasepsi berbasis hormon
2) Melewati dosis atau tidak minum pil KB sesuai dosis yang
dianjurkan
3) Baru saja mengubah jenis atau dosis kontrasepsi
4) Menggunakan alat kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
Penyebab : hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan dan
peningkatan hormon progesteron dalam tubuh sehingga pembuluh vena
kecil dalam endometrium melebar dan rapuh yang mengakibatkan
terjadinya perdarahan bercak.
Penanganannya :
1. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal
ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
2. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan :
(a) 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol),
ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari) jelaskan
bahwa setelah pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan.
(b) Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol
atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia).
Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika terdapat
insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi, istilah
metroragi digunakan untuk menggambarkan keadaan tersebut (Varney,
2006).
d. Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada biasanya
(menorarghia).
7
Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah apabila tiga
sampai empat pembalut sudah penuh selama empat jam. Jumlah
kehilangan darah yang dipertimbangkan normal selama mens adalah 30 cc
sejak penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-an dan setiap perdarahan
yang lebih dari 80 cc dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang
dikatakan oleh Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan ukuran standar
untuk menetapkan menoragi (Varney, 2006).
2. Kenaikan berat badan
Pada akseptor KB suntik berkisar antara 1-2 kilogram per tahun. Penyebabnya,
hormon progesteron pada KB suntik dapat menambah nafsu makan dengan cara
memengaruhi pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus. 
3. Tidak Bisa Seketika Kembali “Subur”
Beda halnya dengan IUD, implan, maupun pil KB, pengguna KB suntik harus
sedikit bersabar ketika merencanakan kehamilan kembali. Setelah penggunaan
KB suntik dihentikan, kesuburan akan kembali hingga 10 bulan setelahnya atau
lebih cepat. Seseorang tidak dapat memprediksi berapa lama kesuburannya akan
kembali karena efeknya pada setiap orang berbeda-beda. Sementara itu,
pengguna IUD, implan, dan pil KB dapat langsung subur kembali setelah alat
dilepas atau berhenti minum pil KB. Hal ini tergolong wajar karena efek
konsumsi obat belum habis. Jika ingin merencanakan kehamilan, hendaknya
hentikan pemakaian KB suntik beberapa bulan sebelumnya
4. Salah satu cara kerja hormon progesteron adalah mengentalkan lendir pada
vagina. Selain itu, suntikan progestin dapat mengubah makanan yang
mengandung karbohidrat menjadi lemak yang sulit bereaksi terhadap air.
Artinya, semakin banyak kadar lemak di badan semakin sedikit pula kadar air di
tubuhnya. Hal ini membawa pengaruh pada vagina yang menjadi lebih kering.
Kondisi ini mampu menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan seksual.
5. Sakit Kepala, Nyeri Payudara, dan Perubahan Mood
Pada beberapa wanita, suasana hati cepat berubah dan timbul amarah yang lebih
sering dari biasanya. Semua efek samping di atas, termasuk pusing, nyeri
payudara, berkunang-kunang, bukanlah gejala penyakit tertentu namun murni
karena perubahan hormon. Meskipun cukup umum, tidak semua pengguna KB
suntik mengalaminya.
6. Timbul Jerawat
8
Perubahan hormon yang terjadi akibat KB suntik dapat menyebabkan gangguan
pada kulit, seperti munculnya jerawat. Hormon progesteron dapat menyebabkan
sekresi pada kelenjar minyak dan lemak di wajah secara berlebihan. Efeknya,
timbullah jerawat sebagai akibat dari penyumbatan pori-pori. Untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya jerawat, jagalah kebersihan wajah dengan rajin
mencuci muka sebelum tidur untuk membersihkan sisa make up atau kotoran
yang menempel setelah beraktivitas
H. Masalah Moral Terkait KB
Program KB mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti program KB
bukanlah pekerjaan mudah. Tidak semudah kegiatan “sales Promosion” yang
menawarkan barang-barang seperti sabun, atau perlengkapan rumah tangga lainnya.
Pemasyarakatan ide KB adalah suatu proses. Karena pada dasarnya, program KB
adalah suatu badan sosial dalam bidang kependudukan. Everett M.roger dalam
bukunya: Comunication of innovation, mengartikan bahwa inovasi setiap gagasan
atau bidang yang dianggap baru oleh seseorang, maka sesuatu tersebut adalah inovasi
bagi seseorang itu. Sebelum melakukan usaha-usaha pemasyarakatan program KB,
perlu dipahami beberapa nilai lama dalam bidang kependudukan khususnya
masyarakat yang tinggal dipedesaan. Mengajak seseorang untuk mengikuti program
KB, berarti mengajak mereka untuk meninggalkan nilai dan norma lama.
Nilai-nilai lama tersebut antara lain:

1. Adanya anggapan bahwa anak adalah jaminan hari tua.

Maksudnya anggapan bahwa anak adalah jaminan hari tua adalah


ketika nanti si orang tua telah tua maka orang tua tidak khawatir tentang
kehidupannya yaitu tentang kebutuhan dan keseharian, selain itu juga orang tua
tidak khawatir dalam menjalani masa tuanya karena ada anaknya yang mau
mengurus dan mengsuhnya.
2. Khususnya dalam masyarakat agraris,semakin banyak anak semakin
menguntungkan bagi keluarga dalam penyediaan tenaga kerja dalam bidang
pertanian.
Semakin banyak anak semakin menguntungkan bagi keluarga dalam
penyediaan tenaga kerja bidang pertanian. Indonesia adalah Negara agraris
dimana mayoritas masyarakatnya hidup dengan mata pencahariaan dari
pertanian, perikanan,perkebunan dan lain-lain. Khususnya disini bahwa

9
mayoritas masyarakat Indonesia hidup di pedesaan yang kebanyakan
masyarakatnya adalah petani, jika banyak anak otomatis mereka yang akan
melanjutkan usaha pertanian orang tuanya. Mereka tidak memburuhkan karena
masyarakat desa mayoritas memiliki daerah pertanian sendiri- sendiri.
3. Kedudukan anak laki-laki sebagi factor penerus keturunan masih amat
dominan.
Karena tidak memiliki keturunan laki-laki dikalangan kelompok
masyarakat tertentu, berarti putusnya hubungan dengan silsila kelompok. Bagi
masyarakat desa dan sebagian besar masyarakat kota pembicaraan terbuka
mangenai seksualitas adalah sesuatu yang tabu. Adanya pola pikir masyarakat
yang kurang sehat tentang makna keturunan.
4. Banyak anak banyak rezeki.

BAB III
KASUS & PEMBAHASAN
A. Kasus
Tujuh tahun lalu seorang ibu melahirkan dengan opersai Caesar. Mengingat ingin
mengatur jarak kelahiran, ibu dan suami memutuskan untuk menggunakan KB suntik,
namun ternyata tidak cocok sehingga beralih ke pil. Enam tahun berselang ibu dan
suami memutuskan untuk memiliki anak lagi. Setahun pil sudah tidak digunakan lagi,
10
namun tanda-tanda kehamilan belum muncul. Sampai pada akhirnya pada 4 maret
2006, dokter melakukan USG. Hasilnya amat mengejutkan. Di dalam rahim ibu
terpasang IUD. Ibu dan suami tidak pernah berkeinginan menggunakan alat
kontrasepsi IUD. Kalaupun secara sadar menggunakannya, untuk apa masih
menggunakan alat kontrasepsi suntik dan lalu pil selama 6 tahun?. Mereka menduga
tindakan pemasangan (tanpa sepengetahuan dan izin dari ibu dan suami) dilakukan
saat ibu dioperasi Caesar. Pihak RS saat itu sama sekali tidak menginformasikan
kepadanya perihal pemasangan IUD. Istrinya diopersi di RS Sunan Gunung Jati
Cirebon. Dengan kasus ini mereka menuntut penjelasan dan ganti rugi kepada pihak
rumah sakit, seraya mengingatka kepada keluarga berputra satu lainya yang sulit
mendapatkan anak kedua : Anda mungkin korban program KB yang dicananangkan
rumah sakit.
B. Pembahasan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa sepasang suami istri mengalami hal yang
tidak mengenakan bagi sang istri karena kurangnya informasi tenaga medis dengan
pasien, sehingga menyebabkan kelalaian yang beresiko bagi ibu tersebut. Dalam hal
ini bidan dan tenaga medis lainnya telah melanggar kode etik yang berlaku bagi
tenaga medis.
1. Aspek Penilaian Etika Moral Dalam Pelaksanaan KB
Dalam praktek secara operasional di lapangan,tidak jarang bahwa para Bidan di
hadapkan dengan masalah yang menyangkut KB,yang harus diputuskan atas
dasar pertimbangan etika dan moral. Dari sekian pendapat yang di ajukan oleh
pasien,dapat diambil beberapa kesimpulan yang amat berharga bagi para tenaga
Bidan yang menangani masalah KB.
a. Bidan perlu menghormati hati nurani suami istri
b. Bidan perlu semakin memanusiakan diri sendiri
c. Bidan harus setia pada suara hatinya sendiri
d. Bidan berpegang pada tujuan KB yang baik
e. Bidan berpedoman pada perbuatan lahirlah KB yang baik
2. Menghadapi masalah etik dan moral dalam pelayanan kebidanan
Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya
adalah karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap
keputusan yang dibuat berhubungan dengan klien serta harus mempunyai
tanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk dapat
11
menjalankan praktik kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan
pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan
juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan.
Menurut Dary 1 Koehn dalam The Ground of Professional Ethics
(1994), Bahwa bidan dikatakan profesional bila menerapkan etika dalam
menjalankan praktik kebidanan.Dengan memahami peran sebagai bidan akan
meningkatkan tanggung jawab profesionlnya kepada pasien atau klien. Bidan
berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapakan
dalam strategi praktik kebidanan. Dari bagan aliran diatas menunjukan alur
yang senantiasa berurutan, pada tahap pertama bidan dengan pasien
dihubungkan dengan suatu dialog, forum informasi ,kemudian terjadi pilihan
(choice) dan pengambilan keputusan.
a. Menyetujui, sehingga menandatagani form persetujuan,
b. Menolak, dengan menandatangani form penolakan
Sehingga baik persetujuan maupun penolakan sebaiknya dituangkan
secara tertulis, jika terjadi permasalahan, maka secara hukum bidan mempunyai
kekutan hukum karena mempunyai bukti tertulis, jika terjadi permasalahan,
maka secar hukum bidan mempunyai kekuatan, karena mempunyai bukti tertulis
yang menunjukan bahwa prosedur pemberian informasi telah dilalui dan
keputusan ada ditangan klien untuk menyetujui atau menolak.
Hal ini sesuai hak pasien untuk menentukan diri sendiri, yaitu pasien
berhak menerima atau menolak tindakan atas dirinya setelah diberi penjelasan
secara jelasnya. Akhirnya bahwa manfaat informed consent adalah untuk
mengurangi kejadian malpraktek dan agar bidan lebih berhati-hati dan alur
pemberian informasi benar-benar dilakukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan untuk megatasi masalah etik moral yang mungkin terjadi dalam
pelayanan kebidanan.
3. Landasan Hukum Praktik Pelayanan Kebidanan
Secara spesifik pemerintah mengatur hak atas pelayanan dan perlindungan
kesehatan bagi ibu dan anak di dalam Pasal 126 dan Pasal 131 Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Adapun dalam desain
pelaksanaannya, hak tersebut diarahkan melalui kebijakan strategi dan aktivitas
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak
12
(AKA), antara lain upaya meningkatkan program upaya kesehatan perorangan,
program upaya kesehatan masyarakat, program pencegahan dan pembe-
rantasan penyakit dan program promosi kesehatan. Tujuan program kesehatan
ibu dan anak adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara
kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok
yang paling rentan dan peka terhadap berbagai masalah kesehatan seperti
kejadian kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian sama dengan melakukan
malpraktik. Malpraktik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, dapat berupa
malpraktik medik yaitu yang dilaksanakan ketika ia menjalankan profesinya
dibidang medik dalam hal ini dapat berupa perbuatan yang dapat disengaja
seperti pada miscondact tertentu, tindakan kelalaian atau ketidak kompetenan/di
luar kompetennya yang tidak beralasan yang berupa luka atau menderita
kerugian pada pihak yang ditangani.
Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaian dengan pelayanan
medis yang diberikan oleh tenaga medis. Jika pelayanan bidan diberikan kepada
pasien sesuai dengan standar operasional prosedur, berkualitas dan bermartabat,
maka pelayanan itu akan terhindar dari bayangan- bayangan tuntutan hukum
maupun tuntutan etika profesi. Berikut beberapa landasan hukum :
a. Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban
tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan,
menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan
pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed
consent), dan membuat serta memelihara rekam medik. Standar profesi
tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga
kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik.
Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum
melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta
mendapat penghargaan.
b. Pasal 1365 KUH Perdata yang menentukan bahwa tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya mengganti kerugian tersebut
(Heryanto, n. d. ). Pasal 1366 KUH Perdata menentukan bahwa setiap
13
orang yang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kekurang hati-hatiannya. Pasal 1367
KUHPerdata menentukan bahwa seseorang tidak saja bertanggungjawab
untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga
kerugian yang disebabkan oleh orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang dibawah
pengawasannya.
c. Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan menentukan bahwa setiap orang berhak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian atau kesalahan
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayaan kesehatan yang
diterimanya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moral pada dasarnya adalah suatu rangkaian nilai dari berbagai macam perilaku
yang wajib dipatuhi. Dalam mengajak masyarakat mengikuti program KB merupakan
suatu proses karena mengajak berarti mengubah pola pikir dari nilai-nilai lama yang
telah melekat. Maka dari itu tidak hanya tenaga kesehatan yang memiliki wewenang
atau tugas dalam hal tersebut namun juga peran pemerintah sangat dibutuhkan. Dalam
menghadapi masalah moral yang terjadi tenaga kesehatan khususnya Bidan harus
memberikan konseling dengan penjelasan yang selengkap-lengkapnya. Setelah terjadi
14
dialog maka hendaknya Bidan memberikan sebuah pilihan kepada klien yang
kemudian akan menghasilkan pengambilan keputusan.
a. Menyetujui, sehingga menandatagani form persetujuan.
b. Menolak, dengan menandatangani form penolakan.
B. Saran
Menyadari bahwa makalah ini masi banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.

15
Mitchell, J. 2015. Makalah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan Moral.
https://id.scribd.com/doc/267141641/MAKALAH-ETIKOLEGAL-DALAM-
PRAKTIK-KEBIDANAN-MORAL-TERKAIT-DENGAN-KB Diakses pada
tanggal 04 November 2020 (18:45).

Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2 edisi 2. Jakarta : EGC


Nurfitriyana, D. 2020. Mengenal Spotting: dari Gejala, Penyebab, dan Cara
Penanganannya. https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/wanita/mengenal-
spotting-dari-gejala-penyebab-dan-cara-penanganannya/ Diakses pada tanggal 05
November 2020. (13:29).

Nuryuniarti, R., Nurmahmudah, E. 2019. Regulasi Hukum Bagi Bidan Dalam Melakukan
Asuhan Kebidanan Pada Balita Di Bidan Praktik Mandiri Menurut Permenkes
Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jurnal
Ilmiah, 7(2).

Sarwono BKKBN. 2003. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN

----------. 2007. Buletin Program KB Nasional No.2 Tahun 2007

----------.2008.Penduduk Indonesia bertambah 3 Juta setiap tahun.

Susilowati, E. (2020). KB Suntik 3 (Tiga) Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid dan
Penanganannya. Majalah Ilmiah Sultan Agung, 49(123), 40-51.

Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

Pasal 1365 KUH Perdata

Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

16

Anda mungkin juga menyukai