Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DIAGNOSTIK MOLEKULER 2
DETEKSI/DIAGNOSI PENYAKIT MENGGUNAKAN TEKNIK ELISA 

KELOMPOK 2:
ANDIKA.M (A201701011)
LIN INDRIANI RASYIDIN (A201701012)
NUR ANISA (A201701014)
ROSNITA (A201701015)
IMA FRATIWI (A201701016)
ADRIANA (A201701017)

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul DETEKSI/DIAGNOSI
PENYAKIT MENGGUNAKAN TEKNIK ELISA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr.
Muzuni.,M.Si, pada mata kuliah Diagnositik Molekuler II Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang DETEKSI/DIAGNOSI PENYAKIT MENGGUNAKAN
TEKNIK ELISA  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya berterima kasih kepada bapak Dr. Muzuni.,M.Si, salaku dosen mata kuliah
Diagnositik Molekuler II yg telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesui bidang studi yg saya tekuni.
Saya juga megucapkan terima kasih kepada semua pihak yg telah membagi sebagian
pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 12 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………


B. Rumusan Masalah ……………………………………………
C. Tujuan Penulisan …………………………………………….. 

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Penemuan dan Prinsip Dasar Teknik ELISA……………………………..................


B. Macam-Macam Teknik ELISA................................................................
C. Alat & Bahan Yang Digunakan Bahan...............................................
D. Kelebihan & Kekurangan Teknik ELISA............................................
E. Langkah Kerja Teknik ELISA..........................................................................
F. Contoh Kerangka pemeriksaan HbsAg Teknik ELISA....................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………… ....................


B. Saran ……………………………………………………………… ....

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ELISA adalah suatu singkatan bahasa Inggris yang disebut dengan : (Enzyme-linked
immunosorbent assay) atau penetapan kadar immunosorben taut-enzim yang merupakan suatu uji
serologis. Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva
Engvall. Menggunakan teknik ELISA dalam bidang imunologi untuk menganalisis interaksi antara
antigen dan antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan
menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/signal. Selanjutnya digunakan sebagai
uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan suatu antibodi/antigen dengan menggunakan
antibodi/antigen spesifik. Teknik ELISA juga dapat diaplikasikan dalam uji kuantitatif untuk
mengukur kadar antibodi/antigen yang diuji dengan menggunakan alat bantu berupa
spektrofotometer dan dengan cara menentukan jumlah penambahan kadar antibodi/antigen,
sehingga dapat dibuat suatu kurva standard antara kadar antibody atau antigen yang dapat dihitung
berdasarkan absorbansinya.( Ichwan, 2014)
ELISA dianggap pemeriksaan yang memiliki spesifitas dan sensitifitas yang tinggi yang
mampu menunjang diagnosa klinis hepatitis B. ELISA ( EIA ) dibagi menjadi dua macam yaitu
homogenous EIA dan heterogenous EIA. Homogenous EIA berguna untuk pemeriksaan bahan
obat-obatan, hormon dan lain-lain. Sedangkan heterogenous EIA berguna untuk pemeriksaan bahan
yang memiliki berat molekul besar misalnya antigen dan antibodi. Pemeriksaan parameter petanda
serologis hepatitis B termasuk dalam kelompok kedua yaitu heterogenous EIA.
Ada tiga tahapan penting dalam uji ELISA yaitu :
1. Pelapisan ( coating ) dengan antigen atau antibodi pada plate ( Phase padat ). Pelapisan dengan
dengan antigen untuk penentuan antibodi untuk penentuan antigen.
2. Penambahan bahan yang ditentukan ( diperiksa ), misalnya serum, plasma, saliva dan cairan
tubuh yang lain.
3. Penambahan detektor yang berfungsi untuk mendeteksi ikatan Ag – Ab yang terjadi. Ada dua
detektor yang digunakan yaitu :
a. Penambahan konjugat yaitu antigen atau antibodi yang
berlabel enzim, misalnya Horse Radish Peroxidase ( HRPO). Alkaline
Phosphatase,Urease,Glukose-Oxidase(GOP) dan lain-lain.
b. Penambahan substrat yang berfungsi memberi perubahan
warna pada reaksi. Misalnya TMB (Tetra Methyl Benzidine, O- Toluidine, OPD,
ABTS dan lain-lain.
ELISA sendiri terdiri dari beberapa macam metode diantaranya ELISA kompetitif, ELISA
double sandwich antigen atau antibodi dan indirect ELISA yang ketiganya memiliki prinsip dasar
reaksi yang sama yaitu reaksi Ag - Ab. (Faizal, 2011)

B. Rumusan Msalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana cara untuk
Deteksi/Diagnosis Penyakit Menggunakan Teknik ELISA

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah penemuan, dan prinsip teknik ELISA
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik ELISA
3. Untuk megetahui macam-macam teknik ELISA
BAB II
PEMBAHSAN

A. Sejarah Penemuan dan Prinsip Dasar Teknik ELISA


Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) atau dalam bahasa indonesianya disebut
sebagai uji penentuan kadar imunosorben taut-enzim, merupakan teknik pengujian serologi yang
didasarkan pada prinsip interaksi antara antibodi dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya
digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibodi dalam
suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibodi IgM, IgG, & IgA pada saat terjadi infeksi (pada
tubuh manusia khususnya). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik Elisa
juga diaplikasikan dalam bentuk lain termasuk menganalisis kadar hormon yang terdapat dalam
suatu organisme. Antigen yang berlabel dan antigen yang tidak berlabel saling bersaing untuk
berikatan dengan antibodi yang terdapat dalam jumlah terbatas (Haussmann et al, 2007).
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva
Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi (ELISA konvensional)
untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi
tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/
signal.
Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simpel dapat dijabarkan sebagai berikut:
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama
digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu
sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan,
dan juga berbagai bidang industri.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen
tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui diimobilisasi pada suatu permukaan
solid(biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan
pada permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang spesifik untuk antigen
yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA).
Setelah antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks
dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi secara
langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap
tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau
antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan substrat
enzimatik untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam
sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode metode
terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif.
Dalam perkembangan selanjutnya, selain digunakan sebagai uji kualitatif untuk mengetahui
keberadaan suatu antibodi atau antigen dengan menggunakan antibodi atau antigen spesifik, teknik
ELISA juga dapat diaplikasikan dalam uji kuantitatif untuk mengukur kadar antibodi atau antigen
yang diuji dengan menggunakan alat bantu berupa spektrofotometer atau dengan cara menentukan
jumlah penambahan atau kadar antibodi atau antigen, sehingga dapat dibuat suatu kurva standar dan
kadar antigen atau antibodi yang tidak diketahui dapat ditentukan.
ELISA tradisional secara khusus memiliki reporter dan substrat yang menghasilkan beberapa
bentuk perubahan warna yang dapat diamati untuk mengetahui kehadiran antigen atau analyte.
Bentuk teknik ELISA terbaru seperti teknik flurogenic,electro chemiluminescent , dan real-time
PCR dibuat untuk mengetahui sinyal kuantitatif. Metode ini dapat memberikan berbagai
keuntungan diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing (Leng et al , 2008).

B. Macam-Macam Teknik ELISA


Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA kompetitif
yang menggunakan konjugat antigen-enzim atau konjugat antibodi-enzim, dan teknik ELISA
nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada teknik ELISA
nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan enzim yang berfungsi
sebagai signal. Teknik ELISA nonkompetitif ini seringkali disebut sebagai teknik ELISA sandwich.
A. Indirect ELISA
Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA untuk menentukan konsentrasi antibodi
dalam serum adalah:
1. Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui konsentrasinya ditempelkan pada
permukaan lubang plate mikrotiter. Antigen tersebut akan menempel pada permukaan plastik
dengan cara adsorpsi. Sampel dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan kurva
standar yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari suatu sampel yang akan diuji.
2. Suatu larutan pekat dari protein non-interacting, seperti bovine serum albumin (BSA) atau
kasein, ditambahkan dalam semua lubang plate mikrotiter. Tahap ini dikenal sebagai blocking,
karena protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.
3. Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain kemudian dilapisi dengan sampel serum dari
antigen yang tidak diketahui, dilarutkan dalam buffer yang sama dengan yang digunakan untuk
antigen standar. Karena imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena adsorpsi non-spesifik,
maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen standar.
4. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan
dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen terimobilisasi pada permukaan lubang,
bukan pada protein serum yang lain atau protein yang terbloking.
5. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi, ditambahkan
dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi menjadi enzim dengan substrat spesifik.
Tahap ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.
6. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak terikat.
7. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan sinyal kromogenik/
fluorogenik/ elektrokimia.
8. Hasil dikuantifikasi dengan Elisa Reader / spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat
optik/ elektrokimia lainnya.
Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang
tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama dari
metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap protein
pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga konsentrasi analit yang kecil
dalam sampel harus berkompetisi dengan protein serum lain saat pengikatan pada permukaan
lubang. Mekanisme indirect ELISA dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Indirect ELISA

B. Sandwich ELISA
Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’
2. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir
3. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
4. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat
5. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan antigen
6. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan
dengan antibodi primer.
7. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi‐enzim yang tidak terikat dapat dibuang
8. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/
berfluoresensi/ elektrokimia
9. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen
Keuntungan utama dari metode sandwich ELISA adalah kemampuannya menguji sampel yang tidak
murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama
antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara
kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi. Prinsip
kerja sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 2. Sandwich ELISA


Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat sensitivitas
dari hasil pengujian, antara lain:
 Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel pada dinding lubang
microtiter
 Afinitas dari antibodi penangkap dan antibodi detektor terhadap antigen
Sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik ELISA
terdahulu, yaitu ELISA direct. Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada
tingkat spesitifitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat
berinteraksi dengan 2 jenis antibodi, yaitu antibodi penangkap dan antibodi detektor. Namun
demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat
diaplikasikan untuk mendeteksi antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis
antibodi yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya
harus berbeda).
ELISA terdiri dari bermacam-macam metode diantaranya ada Direct, Indirect, Sandwich dan
Kompetitif.

Gambar 3. Macam-macam metode Elisa (Sumber: Haussmann et al, 2007)


C. Alat & Bahan Yang Digunakan Bahan
1. Kit ELISA yang terdiri dari :
 plate ELISA yang telah dilapisi (coated) dengan antibodi atau antigen
 Antigen yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi berupa
antibodi).
 Antibodi yang dimurnikan (jika sampel yang hendak dideteksi atau dikuantifikasi berupa
antigen).
 Larutan standard (kontrol positif dan negatif).
 Sampel yang ingin dites.
 standar antibiotik
 Konjugate atau enzim penanda
 Substrat yang bersifat spesifik terhadap enzim signal
 Larutan pencuci ( Buffer )
 Larutan penghenti reaksi (stop solution)
2. Peralatan
 Timbangan
 Gelas ukur
 Single mikro pipet 5-50 μl, 50-1000 μl
 Multi channel mikro pipet 5-50 μl, 50-300 μl
 Bak reservoar
 Homogenizer/stomacher/mortar,
 Sentrifuger atau filter
 Penangas air
 Inkubator
 ELISA Plate washer atau labu semprot
 ELISA Plate Reader dengan filter panjang gelombang 400-600 nm untuk pengukuran
kuantitatif
 Komputer

D. Kelebihan & Kekurangan Teknik ELISA
Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
 Teknik pengerjaan relatif sederhana.
 Relatif ekonomis (karena jenis antibodi yang digunakan hanya satu saja, sehingga
menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
 Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
 Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen tersebut
sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi dan antigen yang bersifat
sangat spesifik)
 Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain:
 Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya jenis
antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen)
 Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibodi poliklonal, sehingga
pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif cukup mahal.
 Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat kontrol
negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas dari larutan
blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat berinteraksi dengan antibodi
bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
 Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga pembacaan
harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan
memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
E. Langkah Kerja Teknik ELISA
Secara singkat tahapan kerja dalam metode ELISA dapat digambarkan sebagai berikut:
F. Contoh Kerangka Pemeriksaan HbsAg Teknik ELISA

Infeksi Respon Vaksinasi


virus imun Hepatitis

EIA Anti-HBs Rapid

ELISA

Ketepatan pada pemipetan serta ketelitian


Panjang gelombang (450nm) Waktu pembacan

Gambar 4. Kerangka konsep perbandingan titer anti-HBs dengan variasi pembacaa


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Enzim-linked immunosorbent assay (ELISA) adalah teknik yang menggabungkan spesifisitas
antibodi dengan sensitivitas uji enzim secara sederhana, dengan menggunakan antibodi atau antigen
yang digabungkan ke suatu enzim yang mudah diuji. ELISA memberikan pengukuran antigen atau
antibodi yang baik secara relatif maupun kuantitatif.  ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya antigen yang dikenali oleh antibodi atau dapat digunakan untuk menguji antibodi yang
mengenali antigen.
Teknik ELISA seacara umum mengikuti lima prosedur :
1) melapisi pelat microtiter dengan antigen:
2) memblokir semua situs yang tidak terikat untuk mencegah hasil positif palsu;
3) menambahkan antibodi primer (misalnya antibodi rabbit monoklonal ) ke sumur;
4) tambahkan antibodi sekunder yang terkonjugasi ke enzim (misalnya IgG anti-rat);
5) reaksi substrat dengan enzim untuk menghasilkan produk berwarna, sehingga menunjukkan reaksi
positif.

B. SARAN
Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu semoga adanya makalah ini bisa pulalah
menambah pengetahuan kita tentang ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Dan
mahasiswa yang ingin mengetahui lebih detail tentang ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay), diharapkan mencari lebih banyak referensi,sumber dari berbagai buku karena makalah ini
belum lah sempurna,sebab tak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu sangat sakali
membutuhkan saran dan kritikan dari dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA
http://wanenoor.blogspot.co.id/2012/11/metode-elisa-enzyme-linked-immune.html
http://yazhidbazhar.blogspot.co.id/2015/09/elisa-enzyme-linked-immunosorbent-assay.html
http://zacktha.blogspot.com/
http://siska-theanalyst.blogspot.com/2012/03/elisa-test.html
http://2.bp.blogspot.com/-QrhUJtUBTdc/UTZhTNtkwFI/AAAAAAAABB0/SSp7EhBqyak/s000/search_32x32-
32.png
https://moko31.wordpress.com/2011/06/28/tinjauan-tentang-elisa/

Anda mungkin juga menyukai