Bab 2
MODEL PEMBELAJARAN
9
10 SINTAKS 45 METODE PEMBELAJARAN DALAM STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
Bab 3
METODE PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Huda (2003) berpendapat bahwa model pembelajaran AIR ini
mirip dengan Somatic, Auditory, Visualitation, Intelectually (SAVI)
dan Visualitation, Auditory, Kinestetic (VAK). Perbedaannya hanya
terletak pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman,
perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian
tugas atau kuis.
Menurut Suherman (dalam Humaira, 2012): AIR adalah singkatan
dari Auditory, Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini
menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal
tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan
dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara,
persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.
21
22 SINTAKS 45 METODE PEMBELAJARAN DALAM STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
siswa lain mengenai materi yang disampaikan oleh guru, hal ini
dilakukan bergantian. Kemudian tiap kelompok menyampaikan hasil
kegiatan kelompok kepada kelompok yang lain.
papan tulis atau pada kertas lebar yang disediakan. Selesai di tulis
pendapat atau gagasan itu di kaji dan di nilai oleh kelompok
tersebut atau oleh tim yang di tunjuk untuk melakukan kajian.
Widowati (2008) mendefinisikan metode brainstorming sebagai
berikut. Brainstorming adalah suatu situasi di mana sekelompok
orang berkumpul untuk menggeneralisasikan ide-ide baru seputar
area spesifik yang menarik. Brainstorming dapat juga diartikan
sebagai suatu teknik konferensi di mana tiap-tiap kelompok berusaha
mencari suatu solusi pada suatu permasalahan yang spesifik melalui
pemunculan ide-ide secara spontan oleh masing-masing anggota
kelompok. Brainstorming merupakan alternatif upaya pengembangan
kemampuan berpikir kreatif. Brainstorming merupakan cara cerdas
untuk menggeneralisasikan ide-ide baru ataupun ide-ide yang kreatif.
Dalam brainstorming seseorang dapat mengkombinasikan ide-ide
sendiri dengan ide orang lain untuk memunculkan ide baru atau
pun menggunakan ide orang lain untuk merangsang munculnya
ide. Proses pembelajaran yang menggunakan teknik tersebut, siswa
akan merasa lebih bebas dalam berpikir dan berpindah menuju
suatu area pikiran baru sehingga dapat menghasilkan sejumlah ide-
ide baru dan pemecahan masalah.
2. Efektivitas Brainstorming
Pembelajaran brainstorming merupakan salah satu metode
pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran
tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik mampu
menjelaskan temuannya pada pihak lain. Yang diharapkan, selain
agar tujuan pembelajaran tersebut tercapai, maka kemampuan siswa
dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.
Menurut Wahyudi (2008) bahwa tujuan brainstorming adalah
untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta
gagasan (mind map) untuk menjadi pembelajaran bersama".
Selanjutnya Edwards (2008) menyatakan bahwa "brainstorming
dilakukan untuk mendapat sebanyak mungkin masukan dalam waktu
pendek sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya, tanpa
memperhatikan kualitas materi yang disampaikan.
Metode Pembelajaran 31
a. Connecting
Connecting secara bahasa berarti menyambungkan, menghubungkan,
dan bersambung. Connecting merupakan kegiatan menghubungkan
informasi lama dengan informasi baru atau antar konsep. Informasi
lama dan baru yang akan dihubungkan pada kegiatan ini adalah
konsep lama dan baru. Pada tahap ini siswa diajak untuk
menghubungkan konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep
lama yang telah dimilikinya, dengan cara memberikan siswa
pertanyaan-pertanyaan, kemudian siswa diminta untuk menulis
hal-hal yang berhubungan dari pertanyaan tersebut. Dengan
Connecting, sebuah konsep dapat dihubungkan dengan konsep
lain dalam sebuah diskusi kelas, dimana konsep yang akan
diajarkan dihubungkan dengan apa yang telah diketahui siswa.
Agar dapat berperan dalam diskusi, siswa harus mengingat dan
menggunakan konsep yang dimilikinya untuk menghubungkan
dan menyusun ide-idenya.
Connecting erat kaitannya dengan belajar bermakna. Belajar
bermakna merupakan proses mengaitkan informasi atau materi
baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif seseorang. Sruktur kognitif dimaknai oleh Ausabel sebagai
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat oleh peserta belajar. Dengan belajar
bermakna, ingatan siswa menjadi kuat dan belajar mudah dicapai.
Koneksi (connection) dalam kaitannya dengan matematika dapat
diartikan sebagai keterkaitan secara internal dan eksternal.
Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antara konsep-
konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu
sendiri dan keterkaitan secara eksternal yaitu keterkaitan antara
konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.
b. Organizing
Organizing secara bahasa berarti mengatur, mengorganisasikan,
mengorganisir, dan mengadakan. Organizing merupakan kegiatan
mengorganisasikan informasi-informasi yang diperoleh. Pada
tahap ini siswa mengorganisasikan informasi-informasi yang
diperolehnya seperti konsep apa yang diketahui, konsep apa yang
dicari, dan keterkaitan antar konsep apa saja yang ditemukan
Metode Pembelajaran 49
2) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode jigsaw dibagi
menjadi beberapa bagian tergantung pada banyak anggota
dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi
pembelajaran yang dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3) Membagi Siswa ke dalam Kelompok Asal dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif metode jigsaw
beranggotakan 3-5 orang yang heterogen dari kemampuan
akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4) Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu
pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual
pada semester sebelumnya.
b. Rencana Kegiatan
Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-
masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam
kelompok ahli.
1) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai
dengan banyaknya kelompok.
2) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk
menjelaskan topik yang didiskusikannya.
3) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang
mencakup semua topik.
4) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan
skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
c. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1) Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2) Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3) Presentasi.
Materi Evaluasi
1) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami oleh mahasiswa.
2) Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
82 SINTAKS 45 METODE PEMBELAJARAN DALAM STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
Catatan Biasa:
a. Catatan Biasa
b. Hanya berupa tulisan-tulisan saja
c. Hanya dalam satu warna
d. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama
e. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
f. Statis
Mind Mapping:
a. Peta pikiran
b. Berupa tulisan, simbol, dan gambar
c. Berwarna warni
d. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f. Membuat individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu
teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua
belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur
dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan
sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang
diterima. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap
hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan
yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan
yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses
belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru
dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan
mind mapping (Sugiarto,2004).
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar
kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan
topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan
posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau
Metode Pembelajaran 85
kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak
kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan
kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni.
Dengan mengsinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat
dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai
asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa
sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang
saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-
garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-
garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh
dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat
kepentingan dari masing-masing garis. Metode pembelajaran Mind
Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam
kerja kelompok secara berpasangan (2 orang).
1. Pengertian
Metode Think Pair Share adalah metode pembelajaran sederhana
dimana ketika guru menyampaikan pelajaran di dalam kelas, para
siswa duduk berpasangan antara tim mereka. Guru memberikan
pertanyaan di dalam kelas. Siswa diarahkan berfikir menuju sebuah
jawaban pada pasangan mereka, kemudian teman mereka mencapai
kesepakatan pada sebuah jawaban. Akhirnya, guru menanyakan
untuk berbagi jawaban mereka pada semua siswa.
• Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya
di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat
digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu
informasi yang baik adalah skor tes.
• Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang
dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika
hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti
ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa
dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa.
Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan
dibentuk.
• Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok-
kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan
tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil
belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan
demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok
dalam kelas kurang lebih sama.
• Mengisi lembar rangkuman kelompok
Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada
lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil
kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan
guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai
atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain
itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada
semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran
kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja
sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap
kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan
saling mengenal antar anggota kelompok.
140 SINTAKS 45 METODE PEMBELAJARAN DALAM STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu
penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes
penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas,
yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis,
aktivitas kelompok, dan kuis. Dalam presentasi kelas, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
• Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari
dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa
ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari,
dan sebagainya.
• Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok
untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa
senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
• Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
pembelajaran.
• Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar
siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
• Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Guru
menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
• Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok
masalahnya.
3) Praktek terkendali
• Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
• Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab
pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan
oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan
Metode Pembelajaran 141
pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu
meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain,
dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali
dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan
yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam
permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal
dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau
memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu
selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung
jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya
setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan
melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua
kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian
menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh
kelompoknya.
c. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata
skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang
diperoleh oleh masing - masing anggota kelompok dibagi dengan
dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata - rata poin yang didapat oleh
kelompok tersebut.
e. Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya.