Anda di halaman 1dari 11

PARADIGMA PENELITIAN POSITIVISTIK

Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metode
Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu: Agus Hikmat Syaf, M.Pd.

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

Hana Qonitah (1172050040)

Irfan Irfani (1172050047)

Muhammad Haidi Nurrahman (1172050062)

Naviatusiva (1172050066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji beserta syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Paradigma Penelitian
Positivistik” dapat diselesaikan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw semoga kita dapat syafa’atnya di
yaumul qiyamah.

Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu secara langsung maupun tidak langsung. Dengan penyusunan makalah
ini semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Bandung, 4 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Paradigma Penelitian Positivistik...........................................................................3

B. Pendekatan Positivistik dalam Penelitian...............................................................4

C. Aplikasi dalam Pendidikan Matematika.................................................................5

BAB III PENUTUP............................................................................................................7

A. Simpulan................................................................................................................7

B. Saran......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian dalam dunia pendidikan memiliki peran penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan
matematika. Penelitian pada bidang pendidikan matematika bertujuan untuk
menemukan, membuktikan dan mengembangkan berbagai hal yang berkaitan
dengan pembelajaran pada bidang matematika.
Pengertian penelitian sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) online adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan analisis, dan penyajian
data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu
permasalahan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip
umum. Prinsip pada penelitian berdasarkan metode ilmiah yang sistematis dan
dijadikan sebagai pedoman berpikir dan bertindak oleh peneliti. Secara garis besar
penelitian terdiri dari penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian
kualitatif dan kuantitatif diatur oleh paradigma yang berbeda.
Paradigma menurut Harmon (dalam Moleong 2004:49) merupakan cara
dasar untuk melakukan persepsi, berfikir, menilai dan melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan sesuatu secara khusus mengenai realistis. Sedangkan menurut
baker dalam (dalam Moleong 2004:49) menjelaskan bahwa paradigma sebagai
seperangkat aturan yang membangun atau mendefinisikan batas-batas, dan
menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas tersebut agar
berhasil. Jadi paradigma adalah suatu konsep, metode, dan kaidah-kaidah
peraturan yang dijadikan sebagai kerangka pelaksanaan dalam melaksanakan
sebuah penelitian. Dalam penelitian paradigma berfokus sebagai kerangka
konseptual dan juga kerangka filosofis. Oleh karena itu, peneliti haruslah
mengetahui secara jelas mengenai paradigma dalam penelitian, hal ini akan
membantu peneliti dalam melaksankan penelitiannya. Salah satu ragam
paradigma yang perlu diketahui peneliti adalah paradigma postivistik. Paradigma
postivistik yang melahirkan pendekatan kuantitatif yang seringkali digunakan oleh

1
peneliti pada bidang pendidikan matematika. Oleh karena itu, peneliti menyusun
makalah “Paradigma Penelitian Postivistik Pada Pendidikan Matematika”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma penelitian positivistik?
2. Bagaimana pendekatan positivistik dalam penelitian?
3. Bagaimana penerapan pendekatan positivistik dalam penelitian pendidikan
matematika?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai paradigma postivistik
2. Untuk mengetahui pendekatan positivistik dalam penelitian
3. Untuk mengetahui penerapan pendekatan positivistik dalam penelitian
pendidikan matematika

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma Penelitian Positivistik
Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap
sebagai Bapak Ilmu Sosiologi Barat dan sering disebut “Bapak
Positivisme“karena aliran filsafat yang didirikannya tersebut. Positivisme adalah
nyata, tidak khayal. Ia menolak metafisika dan teologik. Jadi menurutnya, ilmu
pengetahuan harus nyata dan bermanfaat serta diarahkan untuk mencapai
kemajuan. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia berdasarkan
sains. Positivisme sebagai perkembangan empirisme yang ekstrim, yaitu
pandangan yang menganggap bahwa yang dapat diselidiki atau dipelajari
hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang mereka namakan positif
(Adib, 2011).
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal
muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari
paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Dengan kata
lain, Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan
pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis
sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh
kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan
empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim
karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Beranjak dari hal tersebut, menurut paradigma positivistik, pengetahuan
terdiri atas berbagai hipotesis yang diverifikasi dan dapat diterima sebagai fakta
atau hukum. Ilmu pengetahuan mengalami akumulasi melalui proses pertambahan
secara bertahap, dengan masing-masing fakta berperan sebagai semacam bahan
pembentuk yang ketika ditempatkan dalam posisinya yang sesuai,
menyempurnakan bangunan pengetahuan yang terus tumbuh. Ketika faktanya
berbentuk generalisasi atau pertalian sebab-akibat, maka fakta tersebut bisa

3
digunakan secara sangat efisien untuk memprediksi dan mengendalikan. Dengan
demikian generalisasi pun bisa dibuat, dengan kepercayaan yang bisa
diprediksikan.
Jika dilihat dari tiga pilar keilmuan, ciri-ciri positivistik yaitu: (a) aspek
ontologis, positivistik menghendaki bahwa realitas penelitian dapat dipelajari
secara independen, dapat dieliminasikan dari obyek lain dan dapat dikontrol; (b)
secara epistemologis, yaitu upaya untuk mencari generalisasi terhadap fenomena;
(c) secara aksiologis, menghendaki agar proses penelitian bebas nilai. Artinya,
peneliti mengejar obyektivitas agar dapat ditampilkan prediksi meyakinkan yang
berlaku bebas waktu dan tempat. Kevalidan penelitian positivisme dengan cara
mengandalkan studi empiri. Generalisasi diperoleh dari rerata di lapangan. Data
diambil berdasarkan rancangan yang telah matang, seperti kuesioner, inventori,
sosiometri, dan sebagainya. Paham positivistik akan mengejar data yang terukur,
teramati, dan menggeneralisasi berdasarkan rerata tersebut.
Filsafat positivisme memberikan pengaruh yang nyata dalam mengkaji
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pendekatan positivisme dipakai sangat luas
dalam penelitian-penelitian dasar, demikian juga penelitian di bidang Pendidikan,
seperti penelitian dalam Pendidikan Matematika. Penganut positivistik sepakat
bahwa tidak hanya alam semesta yang bisa dikaji, melainkan fenomena sosial
termasuk pendidikan harus mencapai taraf objektifitas dan valid melalui metode
yang empirik. Dalam rangka mengkaji gejala/fenomena sebagai ilmu pengetahuan
ilmiah, positivisme memiliki pokok-pokok paradigma positivistik sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa suatu teori memiliki kebenaran yang bersifat universal.
2. Komitmen untuk berusaha mencapai taraf “objektif” melalui fenomena.
3. Kepercayaan bahwa setiap gejala dapat dirumuskan dan dijelaskan mengikuti
hukum sebab akibat.
4. Kepercayaan bahwa setiap variabel penelitian dapat dididentifikasikan,
didefinisikan dan pada akhirnya diformulasikan menjadi teori dan hukum.
B. Pendekatan Positivistik dalam Penelitian
Positivistik bisa menjalankan peran pendekatan ilmiah pada gejala
lingkungan untuk diformulasikan menjadi pengetahuan yang bemakna.
Pengetahuan modern mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran.

4
Sehingga, sebuah fakta dan gejala dapat dikumpulkan secara sistematis dan
terencana harus mengikuti asas yang terukur, terobservasi dan diverifikasi.
Dengan begini, pengetahuan menjadi bermakna dan sah menurut tata cara
positivistik. Positivistik sendiri sebenarnya merupakan sebuah paham penelitian.
Istilah ini juga merujuk pada sudut pandang tertentu, sehingga boleh disebut
sebagai pendekatan. Positivistik lebih berusaha kearah mencari fakta atau sebab-
sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi yang
bersifat subjektif.
Tujuan penelitian dengan pendekatan filsafat positivisme adalah
menjelaskan yang pada akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan
mengendalikan fenomena, benda-benda fisik atau manusia. Kriteria kemajuan
puncak dalam paradigma ini adalah bahwa kemampuan “ilmuwan” untuk
memprediksi dan mengendalikan (fenomena) seharusnya berkembang dari waktu
ke waktu. Perlu dicermati reduksionisme dan determinisme yang diisyaratkan
dalam posisi ini. Peneliti terseret ke dalam peran “ahli”, sebuah situasi yang
tampaknya memberikan hak istimewa khusus, namun boleh jadi justru tidak
layak, bagi seorang peneliti.
Positivistik lebih menekankan pembahasan singkat, dan menolak
pembahasan yang penuh deskripsi cerita. Peneliti yang akan menggunakan
positivistik, harus berani membangun teori-teori atau konsep dasar, kemudian
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Peneliti lebih banyak berpikir induktif, agar
menghasilkan verifikasi sebuah fenomena. Penelitian positivistik menuntut
pemisahan antara subyek peneliti dan obyek penelitian sehingga diperoleh hasil
yang obyektif. Kebenaran diperoleh melalui hukum kausal dan korespondensi
antar variabel yang diteliti. Karenanya, menurut paham ini, realitas juga dapat
dikontrol dengan variabel lain. Biasanya peneliti juga menampilkan hipotesis
berupa prediksi awal setelah membangun teori secara handal. Suatu penelitian
yang memiliki dasar positivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang
dan waktu.
2. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.

5
3. Memisahkan peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak antara
peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau
kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti.
4. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban
permasalahan yang hendak diteliti.
C. Aplikasi dalam Pendidikan Matematika
Peneliti yang menggunakan paradigma postivistik mengasumsikan bahwa
sudah ada suatu hal yang realistis di dunia dan sedang menunggu untuk ditemukan
(Tracy, 2013:39), dalam dunia pendidikan matematika misalnya “apakah metode
A dapat digunakan untuk materi pada matematika?” peneliti yang menggunakan
paradigma postivistik akan menjawab “ya, jika dapat dibuktikan bahwa metode A
dapat digunakan untuk materi pada matematika”. Mereka mungkin menyimpulkan
bahwa dengan alat dan metode yang tepat, penelitiannya akan menunjukkan
bahwa metode tersebut dapat digunakan untuk materi pada matematika. Dalam hal
ini paradigma postivistik berorientasi untuk menjawab secara realistis suatu hal
yang berkaitan pada bidang pendidikan matematika dengan membuktikan hal
tersebut menggunakan alat dan metode yang tepat dan sesuai.

6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kata kunci positivistik yang penting adalah jangkauan yang bisa
dibuktikan secara empirik (nyata) dan oleh pengalaman indrawi (dilihat, diraba,
didengar, dan dirasakan). Kevalidan penelitian positivisme dengan cara
mengandalkan studi empiris. Generalisasi diperoleh dari rerata di lapangan. Data
diambil berdasarkan rancangan yang telah matang, seperti kuesioner, inventori,
sosiometri, dan sebagainya. Paham positivistik akan mengejar data yang terukur,
teramati, dan menggeneralisasi berdasarkan rerata tersebut.
Dalam rangka mengkaji gejala/ fenomena sebagai ilmu pengetahuan
ilmiah, positivisme memiliki pokok-pokok paradigma positivistik sebagai berikut:
1) Keyakinan bahwa suatu teori memiliki kebenaran yang bersifat universal; 2)
Komitmen untuk berusaha mencapai taraf “objektif” melalui fenomena; 3)
Kepercayaan bahwa setiap gejala dapat dirumuskan dan dijelaskan mengikuti
hukum sebab akibat.; 4) Kepercayaan bahwa setiap variabel penelitian dapat
diidentifikasikan, didefinisikan dan pada akhirnya diformulasikan menjadi teori
dan hukum.
Tujuan penelitian dengan pendekatan positivisme adalah menjelaskan
yang pada akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan
fenomena, benda-benda fisik atau manusia. Kriteria kemajuan puncak dalam
paradigma ini adalah bahwa kemampuan ilmuwan untuk memprediksi dan
mengendalikan (fenomena) seharusnya berkembang dari waktu ke waktu.
Paradigma postivistik berorientasi untuk menjawab secara realistis suatu
hal yang berkaitan pada bidang pendidikan matematika dengan membuktikan hal
tersebut menggunakan alat dan metode yang tepat dan sesuai
B. Saran
Dengan hadirnya makalah ini sekiranya dapat berguna untuk kedepannya
supaya lebih memahami lagi bagaimana paradigm positivistik dalam penelitian.
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah semoga makalah ini dapat diterima
dikalangan mahasiswa karena makalah ini dibuat berdasarkan referensi yang ada
dibuku sehingga dapat dimuat dimateri perkuliahan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

-----------------. Kamus besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di


kbbi.web.id/teliti.html. Diakses 02 Oktober 2020

Moloeng, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Tracy, Sarah J. (2013). Qualitative Research Methods. West Sussex: Wiley-


Blackwell

Anda mungkin juga menyukai