Penyisihan Logam Berat Tembaga (Cu2+) Oleh Bakteri Indigenous
Penyisihan Logam Berat Tembaga (Cu2+) Oleh Bakteri Indigenous
INDIGENOUS
ABSTRAK
Permasalahan mengenai pencemaran lingkungan seperti pencemaran logam berat dapat diselesaikan dengan
proses biologi dengan metode bioremediasi. Bioremediasi menjadi alternatif efektif untuk menyisihkan
logam berat karena ramah lingkungan, menjadi teknologi hemat biaya dan tidak menyebabkan adanya
pencemaran sekunder. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
memanfaatkan mikroba berupa bakteri indigenous baik untuk kultur tunggal maupun campuran dengan
berbagai variasi suhu, konsentrasi pencemar dan waktu kontak untuk mereduksi logam berat tembaga
khusunya ion Cu2+ yang bersifat toksik dan xenobiotik. Dengan demikian, berdasarkan hasil beberapa
penelitian sebelumnya, efesiensi pemanfaatan bakteri indigenous sebagai bioremedian untuk mereduksi
logam berat tembaga khusunya ion Cu2+ mencapai kisaran dengan rentang minimum 90% sampai dengan
maksimum 98%.
Kata Kunci: Bakteri Indigenous, Penyisihan logam berat tembaga Cu2+; Bioremediasi
PENDAHULUAN
Mengingat perkembangan industri yang semakin pesat sejak masa revolusi industri
mengakibatkan meningkatnya pula limbah yang dihasilkan (Miran, Waheed dkk., 2017)
(Sembiring Elsa Try Julita dkk., 2018). Berbagai industri yang berproduksi pada bahan
baku utama logam berat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam
berbagai aspek. Berbagai industri yang semakin berkembang seperti industri
penambangan, produksi energi dan industri electroplating akan menghasilkan limbah yang
mengandung logam berat. Apabila limbah yang mengandung logam berat tersebut masuk
dan terakumulasi ke dalam lingkungan maka akan mengakibatkan masalah yang harus
diselesaikan karena mampu menggangu seluruh siklus hidup manusia dan mahluk hidup
lainnya di dalam suatu ekosistem (Gall dkk.,2015).
Di samping itu, pencemaran akibat logam berat mengakibatkan berbagai resiko
sekunder dan juga menggangu keseimbangan ekologis. Salah satu jenis logam berat yang
berpotensi mencemari lingkungan dan menyebabkan kematian dalam dosis yang tinggi
adalah tembaga dalam bentuk ion Cu2+. Walaupun dalam dosis rendah, tembaga dalam
bentuk ion Cu2+ menjadi salah satu mikroelemen yang sangat esensial bagi seluruh
makhluk hidup khususnya dapat menjadi substrat yang cocok bagi berbagai
mikroorganisme.Tembaga dalam bentuk ion Cu2+ bersifat xenobiotik dikarenakan bersifat
anorganik toksik dan non-biodegradable (Sembiring Elsa Try Julita dkk., 2018).
Tembaga (Cu2+) merupakan salah satu mikroelemen yang sangat esensial bagi
seluruh makhluk hidup. Keberadaan Cu2+ dengan konsentrasi tinggi justru bersifat racun
karena akan terakumulasi dalam rantai makanan atau mengalami bioakumulasi sehingga
mengganggu pertumbuhan makhluk hidup. Pada umumnya, terdapat beberapa cara
penanggulangan untuk mereduksi logam berat khususnya logam berat tembaga dalam
bentuk ion Cu2+ seperti penanggulangan secara fisika, kimia dan biologi. Namun
penanggulangan pencemaran lingkungan secara fisika, kimia seperti presipitasi kimia,
filtrasi, pertukaran ion maupun peroses elektrokimia membutuhkan biaya yang besar dan
dapat menyebabkan pencemaran sekunder (Miran, Waheed dkk., 2017). Oleh karena itu
diperlukan proses penanggulangan yang ramah lingkungan, hemat biaya dan dapat
mereduksi pencemar secara permanen.
Penanggulangan secara biologi menjadi teknologi yang menjanjikan dalam
mereduksi konsentrasi logam berat Cu2+. Salah satu penanggulangan proses biologi yang
dapat digunakan adalah pemanfaatan kultur tunggal maupun campuran bakteri dalam
proses bioremediasi. Agen-agen biologi yang digunakan untuk mereduksi logam berat
Cu2+ adalah pemanfaatan enzim yang akan dihasilkan oleh sel-sel mikroba berupa bakteri
untuk memanfaatkan logam berat Cu2+ sebagai substrat.
Keberhasilan proses bioremediasi ditentukan oleh berbagai parameter yaitu berupa
faktor fisik, kimia maupun biologi diantaranya waktu kontak antara agen biologi apakah
akan bersifat sinergis atau antagonis maupun antara agen biologi dengan logam berat Cu2+,
besarnya nilai konsentrasi logam berat Cu2+, nilai pH dan suhu (Satyapal, Ghanshyam
Kumar dkk., 2018). Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar pada keberhasilan
aktivitas bakteri untuk menghasilkan metabolit sekunder dan kemudian mereduksi logam
berat Cu2+. Bioremediasi dapat dilakukan dengan mengandalkan kultur tungal maupun
campuran tergantung pada tingkat toksisitas dari pencemar yang hendak direduksi.
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk
mempelajari dan memberikan informasi mengenai penyisihan logam berat Cu2+ dengan
memanfaatkan kultur tunggal maupun campuran bakteri pada proses bioremediasi yang
selanjutnya perlu diuji potensinya sebagai penyerap logam berat Cu2+.
TINJAUAN PUSTAKA
Logam Berat Tembaga (Cu2+) Sebagai Pencemar
Sumber pencemaran logam berat akibat kegiatan manusia dalam bidang industri akan terus
bertambah sejalan dengan meningkatnya usaha eksploitasi berbagai sumber alam dengan
kandungan logam berat di dalamnya. Logam berat secara alami terpapar di dalam tanah
dan tidak dapat terdegradasi, dapat menetap di tanah dan air tanah untuk waktu yang lama,
sehingga akan terus meningkat dari waktu ke waktu (Govindasamy dkk., 2011). Logam
berat paling berbahaya selain merkuri, arsenik, kromium, timah dan selenium adalah
logam berat tembaga (Cu2+) (Ghosh, Arpita dkk.,2013). Berbagai faktor lingkungan seperti
suhu, keberadaan oksigen, nilai keasaman (pH) maupun aktivitas biokimia akan
mempengaruhi kelarutan suatu konsentrasi logam berat (Sembiring Elsa Try Julita dkk.,
2018).
PENUTUP
Pemanfaatan kultur campuran bakteri baik kultur tunggal maupun kultur campuran mampu
mereduksi logam berat tembaga (Cu2+) lebih dari 90%. Melalui hasil penelitian tersebut,
penanggulangan pencemaran lingkungan secara biologi dapat menjadi alternatif paling
efektif untuk mereduksi logam berat dengan maksimum penyisihan mencapai 98%.
DAFTAR PUSTAKA
Acosta J A, Faz A, Martínez-Martínez S, Zornoza R, Carmona D M, Kabas S.
2011. Multivariate Statistical and GIS-Based Approach to Evaluate Heavy Metals
Behavior In Mine Sites For Future Reclamation.
Journal of Geochemical Exploration.109 (1-3): 8–17.
DOI:10.1016/j.gexplo.2011.01.004
Banerjee S, Kamila B, Barman S, Joshi S. R, Mandal T, Halder G.2019. Interlining Cr (VI)
Remediation Mechanism by A Novel Bacterium Pseudomonas Brenneri Isolated
From Coalmine Wastewater.
Journal of Environmental Management. 233: 271-282.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.12.048
Chen Z, Gao S, Jin M, Sun S, Lu J, Yang P, Bonda P L, Yuana Z, Guo
J.2019. Physiological and Transcriptomic Analyses Reveal CuO Nanoparticle
Inhibition of Anabolic and Catabolic Activities of Sulfate-Reducing Bacterium.
Environment International. 125: 65–74.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.01.058
Dong H, Li L, Lu Y, Cheng Y, Wang Y, Ning Q, Wang B, Zhang L, Zeng
G.2019. Integration of Nanoscale Zero-Valent Iron and Functional Anaerobic
Bacteria for Groundwater Remediation: A Review.
Environment International. 124: 265–277.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.01.030
Fadhilah Refnilda, Katharina Oginawati, Nur Aisyah Yuniar Romantis. 2018. The
Pollution Profile Of Citarik, Cimande, And Cikijing Rivers In Rancaekek District,
West Java, Indonesia.
Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology. 2 (1): 14-26.
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v2i1.3551
Gall J E, Boyd R S, Rajakaruna N.2015. Transfer of Heavy Metals Through Terrestrial
Food Webs: A Review.
Environmental Monitoring and Assessment, 187(4):187-201
DOI: 10.1007/s10661-015-4436-3
Ghosh Arpita, & Saha Papita Das. 2013. Optimazation Of Copper Bioremediation by
Stenotrophomonas Maltophilia PD2. University of Calcutta, Kolkata, India.
Journal of Environmental Chemical Engineering. 1(3):159-163
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.jece.2013.04.012
Govindasamy C, Arulpriya M, Ruban P, Francisca LJ, Ilayaraja A. 2011. Concentration of
Heavy Metals In Seagrasses Tissue Of The Palk Strait, Bay Of Bengal.
Int J Environ Sci. 2:145-153.
DOI: 10.6088/ijes.00202010016
Hu Y, Zhou J, Du B, Liu H, Zhang W, Liang J, Zhanga W, You L, Zhou, J.2019. Health
Risks to Local Residents From The Exposure of Heavy Metals Around The Largest
Copper Smelter in China.
Ecotoxicology and Environmental Safety.171: 329–336.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2018.12.073
Miran W, Jang J, Nawaz M, Shahzad A, Jeong S E, Jeon C O, Lee D S. 2017. Mixed
Sulfate-Reducing Bacteria-Enriched Microbial Fuel Cells For The Treatment of
Wastewater Containing Copper.
Chemosphere. 189: 134–142.
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.chemosphere.2017.09.048
Satyapal G K, Mishra S K, Srivastava A, Ranjan R K, Prakash K, Haque R, Kumar N.
2018. Possible Bioremediation of Arsenic Toxicity by Isolating Indigenous Bacteria
From The Middle Gangetic Plain of Bihar, India.
Biotechnology Reports.17: 117–125.
DOI: https://doi.org/10.1016/j.btre.2018.02.002
Sembiring Elsa Try Julita, Idris Maxdoni Kamil. 2018. Mathematical Model to Identify
Heavy Metal In Irrigation Channel From Cicabe Final Disposal Site.
Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology. 2 (1): 1-13.
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v2i1.3530