Anda di halaman 1dari 37

PENGEMBANGAN ORGANISASI PADA

PT. POS INDONESIA


(ORGANISASI PUBLIK DI INDONESIA)
Analisis Menggunakan Teori Good Corporate Governance
(GCG)

Oleh:
Monica Lusiana
NPM. 170110170017

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


PENGEMBANGAN ORGANISASI

Dosen: DR. DEDI SUKARNO, S.IP., M.SI.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR - SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengembangan
Organisasi Pada Pt. Pos Indonesia”.

Makalah ini berisikan tentang bagaimana pengembangan organisasi pada Pt.


Pos Indonesia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua tentang pengembangan organisasi. Secara khusus makalah ini merupakan
salah satu tugas yang harus diselesikan sebagai Mahasiswa dalam mata kuliah
Perilaku Organisasi. Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam
makalah ini maka peran aktif dari pembaca berupa kritik dan saran dibutuhkan dalam
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, atas perhatiannya penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir.

Jatinangor, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………..………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ………………………………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………………….………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………...……………………………………………………....1

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………………….…………1

B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………………………….5

C. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………………………………5

D. MANFAAT PENULISAN …………………………………………………………………………… .5

BAB II TINAJUAN PUSTAKA ………………………………………………………………....................6

A. PENGERTIAN ORGANISASI ……………………………………………………………………….6

B. PENGEMBANGAN ORGANISASI ………………………………………………………………7

C. PT. POS INDONESIA ……………………………………………………………………………....10

D. GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) …………….…………………………………11

BAB III PEMBAHASAN……………....………………………..………………………………………………..14

A. SEJARAH SIGKAT PT. POS INDONESIA……………………………………………………. 14


B. VISI MISI DAN MOTTO……………………………………………………………………………16
C. ANALISIS PENGEMBANGAN ORGANISASI PT. POS INDONESIA DENGAN
TEORI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)……………………………………16

BAB IV PENUTUP ……………………………………….……… ……………………………………………..30

A. SIMPULAN ……………………………………….….…………………………………………………30

B. SARAN ……………………………………………….………………………………………………….32

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….………………………………………………….33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada organisasi baik niaga, organisasi pemerintah, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau organisasi sosial nirlaba, akan mengalami berbagai
perubahan dengan intensitas masing-masing. Sejalan dengan kehidupan yang
terus maju, organisasi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap
perkembangan jaman. Apabila sebuah organisasi peka terhadap perubahan
yang terjadi maka keberlangsungan organisasi dapat terjamin. Yang menjadi
pimpinan atau manajer masa sekarang maupun yang akan datang harus dapat
memastikan bahwa dirinya mempunyai kapasitas sebagai seorang pemimpin
seperti bersikap luwes dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tidak hanya
itu, manajer juga harus dituntut untuk paham masalah dan proaktif
menemukan solusi serta dapat menyusun langkah perubahan apa yang akan
dibuat dimasa mendatang.
Menurut Kast dan James E Rosenzweig mengatakan bahwa organisasi
adalah kumpulan orang atau kelompok yang berada dalam suatu ikatan
formal dan memiliki hubungan atasan dan bawahan yang saling bahu
membahu bekerjasama menggapai sebuah tujuan. Organisasi juga menjadi
sebuah wadah tempat berinteraksi dan berproses anggotanya (Nawawi 2010)
Sebuah organisasi dituntut harus konsisten. Sebagai wujud konsistensi
dari tuntutan tersebut mewajibkan organisasi jugaharus melakukan
perubahan yang berasal dari internal maupun eksternal sebuahorganisasi.
Dengan kata lain, organisasi juga harus peka terhadap segala masukan, kritik
dan saran terkait dengan organisasi. Sebuah organisasi juga penting untuk
mengakomodir dan menfasilitasi setiap unsur pemegang kepentingan yang
ada.Dewasi ini, organisasi juga diharuskan beradaptasi dengan lingkungan.
Proses adaptasi ini membuat organisasi harus mengarahkan anggotanya agar

1
dapat menyesuaikan diri dan mengambil nilai positif dari segala pemaharuan
yang terjadi dalam rangka pengembangan individual maupun organisasi.
Proses inilah yang disebut dengan pengembangan organisasi atau lebih
familiarnya dengan sebutan organizational development(OD). (Thoha 2007,
9)
Sebuah organisasi yang ingin mempertahankan eksistensi dan daya
saingnya haruslah memperhatikan OD secara menyeluruh. Pada dasarnya,
terdapat dua hal yang harus diperhatikan OD yaitu internal dan eksternal
organisasi. Secara eksternal hal yang mempengaruhi adalah persaingan
kompetitif antar organisasi, perkembangan ilmu pengentahuan dan
teknologi, dan sebagainya. Faktor internal nya adalah struktur, sistem dan
prosedur, sarana dan prasarana, dan sebagainya. (Ndraha 1999)
OD sangatlah diperlukan dalam suatu organisasi. Karena, di zaman
modern ini organisasi harus mampu mempertahankan eksistensinya dan
mampu bersaing dengan organisasi-organisasi yang lain. Organisasi itu
dikatakan berhasil apabila organisasi tersebut mampu mengikuti
perkembangan saat ini dan tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai.
Ada 2 Faktor penyebab dilakukannya ODyaitu: kekuatan eksternal dan
kekuatan internal. Kekuatan eksternal meliputi: kompetisi yang semakin
tajam antar organisasi, perkembangan IPTEK, perubahan lingkungan (baik
lingkungan fisik maupun sosial). Sedangkan, pada kekuatan internal meliputi:
struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan fasilitas, proses dan sasaran.
(Naraha 1999, 15)
Ada dua alasan mengapa OD sangatlah diperlukan dalam suatu
organisasi. Alasan yang pertama yaitu: struktur imbalan dalam pekerjaan
tidak cukup memperkuat pelatihan konvensional, sehingga seringkali gagal
mengalihkan hasil belajar dalam pekerjaan. Terlalu banyak program yang
dirancang dengan baik akan tetapi mengalami kegagalan karena faktor
lingkungan kerja yang tidak mendukung.Sedangkan alasan yang kedua yaitu:
laju perubahanyang berlangsung dengan cepat, yang mengharuskan

2
organisasi untuk benar-benar luwes dalam rangka melangsungkan hidupnya
dan untuk memperoleh keuntungan. OD berupaya untuk mengembangkan
organisasi secara keseluruhan agar dapat menanggapi perubahan secara lebih
seragam dan berkemampuan. (Newstrom 1994, 246)
Di zaman globalisasi ini, organisasi atau perusahaan di tuntut untuk
terus berkompetensi agar tidak tergerus oleh zaman. Perusahaan harus
mampu melakukan berbagai inovasi agar tetap menjaga kesinambungan dari
perusahaan. Pada perusahaan jasa, masalah pelayanan merupakan hal utama
yang perlu diperhatikan karena dengan pelayanan yang baik, maka konsumen
ataupun masyarakat menaruh kepercayaan terhadap perusahaan sehingga
akan berdampak kepada pemakaian jasa perusahaan yang akan dilakukan
berulang-ulang. Apalagi pada situasi sekarang ini, perusahaan dituntut untuk
lebih serius dalam Praktik tata kelola nya. Hal ini di anggap penting karena
mengelola perusahaan dengan baik sama hal nya dengan telah mengambil
bagian dalam pengembangan ekonomi sosial masyarakat dan negara. Dengan
tidak dilaksanakan nya Good Corporate Governance(GCG) dengan baik maka
akan menurunkan kepercayaan dari pemodal karena kurang tersediannya
informasi untuk melihat resiko dan hasil investasi perusahaan.
Khususnya di Indonesia, terkait dengan pedoman tata kelola
perusahaan yang baik telah disusun pedoman umum nya oleh KNKG (Komite
Nasonal Kebijakan Governance). Dengan praktik tata kelola yang baik,
diharapkan budaya kerja perusahaan mengalami perubahan kearah
peningkatan. Perusahaan dapat menerapkan independensi dalam praktik
pengelolaan disegala bidang. GCG dapat menjadi daya tarik sendiri bagi
masyarakat terhadap perusahaan. Selain itu, investor pun lebih dapat
menaruh kepercayaan nya kepada perusahaan karena pengelolaan yang baik
akan menjadi jaminan bagi investor untuk memperoleh keuntungan.Pada UU
No.19 Tahun 2003 menjelaskan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
merupakan perusahaan yang mayoritas saham nya milik negara dan
penyertaan modal perusahaan juga dari anggaran negara. Salah satu BUMN

3
di Indonesia yang dihadapkan pada tantangan era globalisasi agar dapat terus
bersaing adalah Pos Indonesia. Perusahaan ini merupakan badan Usaha
dalam bidang jasa pengiriman surat, paket dan uang. Kondisi geografis
Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang terpisah oleh luasnya lautan, maka
diperlukan jasa pelayanan yang cepat, tepat dan terpercaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan jasa seperti pengiriman barang, surat
serta pengiriman yang untuk daerah yang terpencil.
PT Pos Indonesia (PT Pos) merupakan contoh nyata, bagaimana suatu
perusahaan tetap berdiri kokoh bak karang di laut lepas meski berkali-kali
dihantam badai perubahan. Alih-alih karam oleh ancaman perubahan, layar
kapal bernama ‘PT Pos’ itu justru kian berkibar kencang dalam mengarungi
bahtera lautan bisnis perposan.
Padahal, menurut Eva Z. Yusuf dari PPM Graduate School of
Management, paling tidak ada tiga ancaman perubahan yang berpotensi
mengandaskan PT Pos. Ancaman perubahan pertama tatkala perusahaan
yang berdiri pada tanggal 26 Agustus 1746 atau 265 tahun lalu ini dipaksa
mengubah jenis badan usahanya dari jawatan menjadi perusahaan umum
(perum), dan lantas berubah lagi jadi perseroan terbatas (PT) pada tahun
1995.
Perubahan ini membawa konsekuensi berat. Pasalnya, sebagai
perusahaan jawatan, peran PT Pos semata-mata diarahkan sepenuhnya
memberikan pelayanan publik hingga tidak bersifat komersial atau mencari
untung. Sementara sebagai BUMN berbentuk PT maka perusahaan berlogo
burung Merpati ini dituntut meraup profit, dengan tetap berkewajiban
melayani layaknya perusahaan jawatan.
Namun setelah beroperasi selama sekitar 250 tahun sebagai
perusahaan nonprofit dan kini dipaksa mengubah diri berorientasi laba, tentu
jauh dari kata mudah. Dibutuhkan perubahan kultur perusahaan,
infrastruktur yang memadai, sistem manajemen handal, ataupun kesiapan
sumber daya manusia (SDM) agar perusahaan mampu kompetitif. Namun

4
tantangan itu kembali muncul ketika PT Pos kembali harus berhadapan
dengan gelombang revolusi teknologi berdegup kecang di era akhir 1990-an.
Salah satu pukulan yang paling keras adalah kemunculan teknologi pesan
pendek (short massage service/SMS) dan surat elektronik (e-mail).
Kecepatan, kemudahan, dan murahnya biaya jasa berbasis teknologi
informasi (TI) tersebut ketimbang berkirim surat via pos mengubah perilaku
konsumen terhadap layanan pos.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka
peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: Bagaimana
pengembangan organisasi publik pada Pt. Pos Indonesia.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengembangan organisasi publik pada Pt. Pos Indonesia.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memiliki manfaat, antara lain adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembanganilmu dan pengetahuan yang berhubungan
dengan topik pengembangan organisasi (organizational
development)
2) Sebagai referensi alternatif bagi penelitian-penelitian
selanjutnya dalam mempelajari strategi pengembangan
organisasi
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbang
saran dan masukan bagi Pt. Pos Indonesia.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Organisasi
Secara etimologis perkataan organisasi berasal dari kata “Organum”
(Latin), artinya adalah alat, bagian, anggota ataupun badan. Organisasi
merupakan suatu proses yang berstruktur sebagai tempat orang-orang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Abdulsyani 1987).
Organisasi dapat diartikan dua macam, yaitu: (1) dalam arti statis, organisasi
sebagai wadah kerja sama kelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu. (2) dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu
sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
(Syamsi 1994)
Menurut Chester Barnerd organisasi adalah suatu sistem dari
aktivitas-aktivitas orang yang terkoordinasikan secara sadar atau kekuatan-
kekuatan yang terdiri dari dua orang atau lebih. Organisasi dapat didefinisikan
sebagai hubungan-hubungan yang terpolakan di antara orang-orang yang
berususan dengan aktivtas-aktifitas ketergantungan yang diarahkan pada
suatu tujuan tertentu (Wexley 2005)
Sedangkan menurut Senge,
“Organisasi adalah di mana orang-orangnya secara terus- menerus
mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-
benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan
berkembang dipupuk, aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan orang-
orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn)
sesuatu secara bersama”. (Senge 1990)
Burky dan Perry menyebutkan bahwa organisasi adalah sebuah
kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak secara bersama-
sama dalam rangka mencapai tujuan bersama. (Shahid J. Burky 1998)

6
B. Pengembangan Organisasi
Kreitner dan Kinicki yang dikutip oleh Danang Sunyoto dan Burhanudin
mengatakan bahwa pengembangan organisasi adalah sekelompok teknik
atau intervensi yang digunakan untuk menerapkan perubahan dalam
organisasi. (Burhanudin 2015, 170)
Pengembangan organisasi merupakan sebuah proses yang
menerapkan pengetahuan, praktek-praktek ilmu perilaku (behavoural scince)
untuk membantu organisasi dalam meraih tingkat efektivitas yang lebih
tinggi. (Sulaksana 2004, 66)
Faktor terbesar yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan
organisasi adalah dampak dari perkembangan lingkungan (faktor lingkungan)
dan perkembangan di dalam organisasi sendiri (faktor orgnanisasi) (Istianda
2014, 121)
Dalam buku yang ditulis oleh Meitia Istianda, dkk. Sondang P Siagian
menyatakan bahwa perkembaangan lingkungan yang mempengaruihi
terjadinya perubahan pada organisasi disebabkan oleh adanya hal-hal berikut
ini:
1) Tantangan utama di masa depan
Terdapat konsensus di kalangan ilmuwan, khususnya yang
mendalamai teori dan praktik-praktik organisasi bahwa tantangan
sentral yang akan dihadapi umat manusia adalah membuat
orgnanisasi menjadi lebih baik. Organasasi yang lebih baik adalah
orgnanisasi yang semakin tinggi tingkat efektivitasnya.
2) Perubahan dalam konfigurasi ketenagakerjaan
Semakin banyaknya wanita memasuki dunia kerja dan semakin
banyaknya wanita yang menduduki manajemen puncak yang
diakibatkan. Implikasi dari itu adalah perlunya kemampuan untuk
mengubah kebijaksanaan manajemen (organisasi) dalam hal
penempatan, alih tugas, alih wilayah kerja, promosi, jam kerja, sistem

7
imbalan dan sebagainya dengan memperhitungkan kepentingan
wanita karier.
3) Peningkatan di bidang tingkat pendidikan para pekerja
Makin tingginya tingkat pendidikan formal tersebut antara lain
berakibat pada peningkatan harapan dalam hal karir dan peroleh
pekerjaan serta penghasilan. Namun, disisi lain lapangan kerja yang
tersedia tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis pengetahuan
serta keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tersebut.
4) Revolusi di bidang teknologi
Revolusi di bidang teknologi, transportasi, komunikasi dan informasi
berlangsung demikian cepatnya sehingga berakibat pada perubahan
persepsi manusia tentang ruang, jarak, dan waktu.
5) Perkembangan perekonomian
Dalam bidang perekonomian, dunia mengalami berbagai
perkembangan yang pada gilirannya berakibat pada perubahan dalam
cara mengelola organisasi tingkat mikro.
6) Berbagai kecenderungan sosial
Usahawan yang menghasilkan barang atau jasa tertentu biasanya
mengamati perilaku pelanggannya. Preferensi pelanggan sering
berubah. Faktor-faktor penyebabnya beraneka ragam, seperti tingkat
pendidikan yang semakin tinggi, kemampuan finansial yang
meningkat, perubahan status sosial, pertimbangan gengsi atau karena
adanya produk tertentu yang sedang trendy.
7) Faktor geopolitik
Perubahan politik membuktikan betapa pentingnya manajemen peka
terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan
manusia, bukan hanya pada lingkungan internalnya, akan tetapi juga
pada lingkungan eksternalnya yang bersifat nasional, regional, dan
internasional
8) Persaingan

8
Setiap perusahaan dituntut agar mampu meningkatkan daya saingnya.
Salah satu wahana yang diperlukan untuk itu ialah manajemen yang
inovatif, suatu hal yang menjadi sasaran pengembangan organisasi.
9) Pelestarian lingkungan
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umat manusia, sumber
daya alam harus diupayakan kelestariannya. Oleh karena itu, perlu
pula diperhatikan pembangunan ekonomi yang berwawasan
lingkungan.
Dalam buku yang ditulis oleh Meita Istianda, dkk. Mergulies dan Raia
mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan keadaan dan kehidupan
organisasi, yaitu terjadi hal-hal berikut:
1) Perubahan peranan dan tujuan organisasi Peran dari organisasi dalam
masyarakat menjadi berubah. Organisasi sudah tidak lagi hanya
berusaha memaksimalkan keuntungan tetapi juga memberikan
kemanfaatan sosial, seperti perlindungan terhadap lingkungan hidup,
memperluas lapangan kerja.
2) Membesarnya ukuran dan kompleksitas organisasi Hampir semua
organisasi, publik atau pun non publik pernah mengalami
pertumbuhan sehingga menjadi besar dan rumit. Pertumbuhan
ukuran ini menimbulkan makin kompleksnya tugas dan peranan serta
hubungan kerja dalam organisasi tersebut. Semua menurut koordinasi
yang lebih baik.
3) Tujuan organisasi menjadi lebih kompleks dan sukar Tujuan organisasi
yang dulunya dapat dirumuskan secara sederhana dan dalam banyak
hal hanya mempunyai arti tunggal sekarang ini harus dirumuskan
dalam yang lebih sukar yang memungkinkan adanya pengertian.
Pengembangan organisasi, dikatakan bahwa pengembangan
organisasi dalam rangka pengembangan sistem manajemen dapat dilakukan
dengan cara mengadopsi ide, model, cara atau metode baru guna
meningkatkan keefektifan organisasi. (Owens 1991)

9
C. Pt. Pos Indonesia
Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN)
Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat ini, bentuk badan usaha
Pos Indonesia merupakan perseroan terbatas dan sering disebut dengan PT.
Pos Indonesia. Bentuk usaha Pos Indonesia ini berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995. Peraturan Pemerintah
tersebut berisi tentang pengalihan bentuk awal Pos Indonesia yang berupa
perusahaan umum (perum) menjadi sebuah perusahaan (persero). Pos
Indonesia memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang
dicatatkan di Akta Notaris Sutjipto, S. H. Nomor 117 pada tanggal 20 Juni 1995
yang juga telah mengalami perubahan sebagaimana yang dicatatkan di Akta
Notaris Sutjipto, S. H. Nomor 89 pada tanggal 21 September 1998 dan Nomor
111 pada tanggal 28 Oktober 1998.

Pt. Pos Indonesia mempunyai jaringan yang sangat luas hingga 4.800
kantor pos online. Jumlah titik layanan (Point of Sales) mencapai 58.700 titik
dalam bentuk kantor pos, Agenpos, Mobile Postal Service, dan lain lain. Pos
Indonesia memiliki jaringan yang dedicated, sistem distribusi yang handal,
Track and Trace, layanan yang prima, kecepatan, ketepatan, serta harga yang
kompetitif. Kantor pos merupakan tempat strategis untuk transaksi
penjualan, dan atau distribusi barang dan jasa.

Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain pembangunan


Post Shop yang merupakan pengembangan bisnis ritel yang
diimplementasikan untuk merubah image Kantor pos konvensional menjadi
Kantor pos modern dengan pola layanan one stop shopping, yaitu Postal
Services (jasa ritel) berupa layanan pengiriman surat, paket, jasa keuangan,
penjualan Postal items (meterai, prangko, produk filateli dan lain lain),
layanan Online Shopping.

Struktur Organisasi Pt. Pos Indonesia:

10
D. Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Cadbury Commite of United Kingdom,dalamTjager(2003)
GCG adalah “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan” (Tjager 2003).
Menurut the Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) dalam Sutojo & E. Jhon Aldridge (2005) corporate
governance adalah
“sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan
kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur
pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan
terhadap kelangsungan perusahaan, termasuk pemegang saham,
Dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota the
stakeholders non-pemegang saham” (Sutojo 2005)

11
Sementara itu, Finance Committee on Corporate Governance
Malaysia (dalam Patriadi, 2004) “Menjelaskan bahwa GCG merupakan suatu
proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus
mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan
bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah
menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan
berbagai kepentingan para stakeholder lainnya”.
Dalam kerangka tujuan pengembangan perusahaan ke depan, maka
berbagaiupaya untuk meningkatkan kinerja berdasarkan paradigma baru
perlu ditetapkandengan penerapan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip dasar
GCG yaitu transparency, accountability, responsibility, independency, dan
fairness (Sanim 2011, 37-38).
a) Transparansi(Transparency)
Prinsipnya adalah untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis,perusahaan harus menyediakan informasi dan
material yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
paraturan perundang-undangan, tetapi juga halyang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
b) Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar,terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
c) Responsibilitas (Responsibility)

12
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizenship.
d) Independensi(Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
e) Kewajaran dan kesetaraan(Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Pt. Pos indonesia


Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantor
Pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal
G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk
lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang
berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari
dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir
mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.Setelah Kantorpos
Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantorpos Semarang
untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu
dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute perjalanan pos kala itu ialah
melalui Karawang, Cirebon dan Pekalongan.
Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai
dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone). Badan usaha yang
dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial
dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik.
Perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara
Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Mengamati perkembangan zaman
dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada
tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan
Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak
ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas
pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. Selama 17
tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu
menunjukkan kreatifitasnya dalam pengembangan bidang perposan

14
Indonesia dengan memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang
mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen
kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen
kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring
dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, jejaring Pos
Indonesia sudah memiliki lebih dari 3.800 Kantorpos online, serta dilengkapi
electronic mobile pos di beberapa kota besar. Semua titik merupakan rantai
yang terhubung satu sama lain secara solid & terintegrasi. Sistem Kode Pos
diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos dimana tiap jengkal
daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat.
Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang,
Kantorpos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur
Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan
untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi
mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang
datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir
mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.
Pada tahun 1978 berubah menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro
yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam
menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam
maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perusahaan Umum. Pada
tanggal 20 Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT
Pos Indonesia (Persero). (Indonesia 2019)

Jenis BUMN / Perseroan Terbatas


Pendahulu PN Pos dan Telekomunikasi (1961-65)
PN Pos dan Giro (1965-78)
Perum Pos dan Giro (1978-95)
Didirikan 26 Agustus 1746
Kantor Pusat Bandung. Jawa Barat, Indonesia

15
Daerah Layanan Seluruh Indonesia
Tokoh Penting Poernomo (Pelaksana Tugas, Direktur
Utama)
Pemilik Pemerintah Indonesia
Anak Perusahaan PT Pos Logistik
PT Pos Properti
Situs Web www.posindonesia.co.id

B. Visi, Misi dan Motto Pt. Pos Indonesia


Visi:
Menjadi pilihan utama layanan logistik dan jasa keuangan.
Misi:
 Memberikan solusi layanan logistik e-commerce yang kompetitif.

 Menjalankan fungsi designated operator secara profesional dan


kompetitif.
 Memberikan solusi jasa layanan keuangan terintegrasi yang
kompetitif dalam rangka mendukung financial inclusion berbasis
digital.
 Memberikan solusi layanan dokumentasi dan otentikasi digital yang
kompetitif.

Motto:

Tepat waktu setiap waktu.

C. Analisis Pengembangan Organisasi Pt. Pos Indonesia Dengan Teori Good


Corporate Governance

PT Pos Indonesia sebagai perusahaan yang berusia lebih tua dari usia
Republik ini, memiliki sejarah cukup panjang dalam membangun komunikasi
social dan cultural di Indonesia. Sebagai salah satu BUMN yang bergerak di

16
bidang jasa, Pos Indonesia menyelenggarakan layanan pos bagi masyarakat
baik di dalam maupun luar wilayah Indonesia serta optimalisasi sumber daya
yang dimiliki untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas., seperti
yang tercantum pada Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 1998 tentang
Persero. PT Pos Indonesia saat ini adalah PT Pos yang berbeda dengan PT Pos
sebelum tahun 2009. PT Pos yang ada saat ini adalah PT Pos dengan semangat
baru, dengan manajemen yang jauh lebih baik, didukung oleh infrastruktur
yang lebih canggih yang bertujuan untuk mengutamakan kepuasan
pelanggan. Secara keseluruhan, PT Pos bukan lagi perusahaan konvensional,
namun perusahaan yang modern, mutakhir dan professional yang siap
menghadapi tantangan masa depan. Perubahan Status Pos Indonesia Pos
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari
Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone).

Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini


operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk
mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga statusnya
menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Mengamati
perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang
sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara
Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum
Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam
menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam
maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995
berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia
(Persero).
Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu
menunjukkan kreatifitasnya dalam pengembangan bidang perposan
Indonesia dengan memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang

17
mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen
kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen
kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring
dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, jejaring Pos
Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantorpos online, serta dilengkapi elektronic
mobile pos di beberapa kota besar. Semua titik merupakan rantai yang
terhubung satu sama lain secara solid & terintegrasi. Sistem Kode Pos
diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos dimana tiap jengkal
daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat. Pembaharuan
Birokrasi haruslah disusun dengan rencana yang komprehensif, menyeluruh
tidak sporadis dan parsialistik. Merancang reformasi birokrasi sesungguhnya
bermakna merumuskan suatu model birokrasi yang dapat memperkuat
kapasitas negara, melalui pendefinisian ulang dan lingkup intervensi
pemerintah. Merancang reformasi birokrasi tidak sekedar menyederhanakan
struktur birokrasi, tetapi mengubah pola pikir (mind set) dan pola budaya
(cultural set) birokrasi untuk berbagi peran dengan peran aktor non negara
dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Tahun 2003-2008 menjadi titik
nadir PT Pos Indonesia. Tidak hanya keuangan dalam lima tahun berturut-
turut yang merugi, tampilan kantor pos, mobil operasional atau infrastuktur
bisnis lainnya yang kusam dan tidak layak pakai, serta permasalahan hukum
yang menimpa beberapa karyawan semakin menambah kemerosostan
perusahaan. Hal ini juga semakin menurunkan persepsi dan tingkat
kepercayaan masyarakat yang terus menurun terhadap layanan Pos
Indonesia. Hingga pada akhirnya manajemen baru PT Pos tahun 2009 telah
merumuskan transformasi PT Pos Indonesia. Berikut peta perubahan dan aksi
korporasi yang dilakukan: Langkah yang diambil oleh para pemimpin PT Pos
untuk memperbarui organisasinya dimulai dengan adanya program
empowerment and modernization pada tahun 2009-2010. Pada program ini
ditekankan adanya desentralisasi pengambilan keputusan, dimana proses
pengambilan keputusan tidak dimonopoli oleh para pemimpin di tingkat

18
pusat tetapi sebagian keputusan bisnis diserahkan ke tingkat daerah. Hal ini
bertujuan untuk:
a) Mempercepat proses pengambilan keputusan
b) Menciptakan pemimpin di tiap daerah sebagai motor penggerak
bisnis di daerah Kebijakan ini dibarengi dengan modernization
insfrastuktur bisnis.
Kendaraan operasional dan kendaraan dinas yang telah berusia lebih
dari 10 tahun diganti dengan kendaraan yang baru dengan pola leasing,
kantor-kantor yang telah kusam direnovasi dan dicat ulang serta membuat
jaringan antar PT Pos Indonesia yang terhubung secara online. Online-isasi
seluruh kantor pos ini telah memudahkan layanan jasa keuangan seperti
Remitansi, PosPay dan dapat dilakukan jejak-lacak terhadap kiriman dokumen
maupun barang. Program empowerment dan modernization tersebut telah
membuahkan hasil yang baik, dimana telah berhasil membangun rasa percaya
diri para pemimpin Pos, rasa bangga seluruh karyawan sehingga lebih
bergairah, juga membalikkan perusahaan dari rugi menjadi laba. Perusahaan
juga mampu memberikan tunjangan kinerja triwulan, kenaikan tunjangan
konjungtur serta jasa produksi akhir tahun. Tahun 2011-2012 memasuki
program fix the basics. Meskipun masih dalam eksekusi program fix the basics
yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan dan tingkat efisiensi dan
belum memasuki tahap mengakselerasi penjualan, namun secara fakta PT Pos
telah memperoleh laba dan kenaikan penjualan. Total revenue tahun 2011
meningkat 14,34%, laba bersih meningkat 220,81% dan total penjualan
meningkat 8,82% dibanding tahun 2010.
Beberapa perubahan yang dilakukan PT. Pos Indonesia Persero dalam
mengelola perubahan dan pengembangan oerganisasi diantaranya adalah :
1) Digerakkan Oleh Misi Reinventing Government atau wirausaha
birokrasi, pemerintah dengan bergaya wirausaha ini menjadi cara yang
efisien dan efektif untuk menghindari kebangrutan suatu birokrasi.
Bagi Osborne dan Gaebler, organisasi birokrasi publik yang dijalankan

19
berdasarkan peraturan tidak akan efektif dan kurang efisien, karena
kinerjanya akan berjalan lamban dan terkesan bertele-tele. Akan
tetapi, birokrasi yang digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya,
akan lebih efektif dan efisien. Dengan mendudukkan misi organisasi
sebagai tujuan, mereka dapat mengembangkan sistem anggaran dan
peraturan sendiri yang member keleluasaan kepada karyawannya
untuk mencapai misi organisasi tersebut. Visi: Menjadi penilai
profesional bagi kepentingan manajemen dalam mencapai tujuan
perusahaan Misi: Membantu manajemen melalui kegiatan penilaian
aktivitas perusahaan yang obyektif dan tidak memihak, memberikan
pelaporan secara lengkap, akurat dan tepat waktu sebagai informasi
kepada manajemen serta mengoptimalkan peran Compliance,
Catalyst, Consultant, Competence dan Colleague. Organisasi yang
digerakkan oleh misi lebih efektif, efisien, inovatif, fleksibel dan
semangat yang tinggi daripada organisasi yang digerakkan oleh
peraturan. PT Pos yang ada saat ini adalah PT Pos yang digerakkan oleh
misi. Dengan misi, PT Pos akhirnya menyusun target-target untuk
mencapai misinya. Organisasi yang digerakkan oleh misi lebih efektif,
efisien, inovatif, fleksibel dan semangat yang tinggi daripada
organisasi yang digerakkan oleh peraturan. PT Pos yang ada saat ini
adalah PT Pos yang digerakkan oleh misi. Dengan misi, PT Pos akhirnya
menyusun target-target untuk mencapai misinya.
2) Revitalisasi Organisasi PT Pos digolongkan menjadi organisasi terbuka
karena PT Pos selalu mempertimbangkan situasi lingkungan luar untuk
memutuskan kebijakan yang akan diambil. Lingkungan luar yang
dijadikan pertimbangan antara lain perkembangan teknologi
informasi, perubahan budaya masyarakat yang tidak lagi sering
mengirimkan surat untuk menjalin komunikasi antar individu, pesaing
yang ada serta mitra yang ada. Pos Indonesia bertransformasi, dari
perusahaan persuratan (postal company) menjadi perusahaan

20
jaringan (network company). Dengan adanya perubahan ini, Pos
membuat berbagai diferensiasi produk dan lini bisnis baru sejalan
dengan kompetensi yang dibangunnya. Pos Indonesia membuat
perencanaan strategis dengan mengintegrasikan sumber daya dan
kompetensi yang dimiliki.
3) Strategi Berdasar Analisa Pasar PT Pos menyadari bahwa perusahaan
penyedia layanan surat dan paket yang ada di Indonesia terdapat
dalam jumlah yang sangat banyak, yaitu sekitar 3400 perusahaan.
Berdasar analisa pasar yang dilakukan, mayoritas pangsa pasar terdiri
dari 3 pemain utama, yaitu Tiki, Pos, dan Tiki JNE. Mayoritas kegiatan
pengiriman surat terjadi di Pulau Jawa dan dikuasai oleh pesaing PT
Pos. Oleh karena itu, PT Pos membuat strategi kebijakan untuk
mengatasi keadaan ini. Pos Indonesia memiliki jaringan fisik yang kuat
sebagai asset utama sehingga mampu melakukan penetrasi ke daerah-
daerah rural di seluruh Indonesia dan menghubungkannya dalam satu
jaringan online terpadu. Kantor pos dikelola sebagai sebuah jaringan
(network) yang bernilai dan dapat dimanfaatkan bagi para pelaku
ekonomi di tanah air gula melakukan usahanya. Perubahan yang
dilakukan oleh kantor pos tidak hanya perubahan fisik (yang
dihubungkan oleh armada transportasi) namun juga sebagai jaringan
virtual (yang terhubung secara online) sehingga dapat digunakan
untuk mengembangkan jasa-jasa transaksi keuangan seperti
remittance, bill payment, fund distribution, dan bank channeling serta
jasa logistic, disamping e-commerce. PT pos Indonesia sangat
mempertimbangkan berbagai risiko yang akan terjadi jika terdapat
variable yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Salah satu cara untuk melakukan pengembangan organisasi kearah
yang positif maka cara nya adalah dengan melaksanakan Good Corporate
Governance. Mengimplementasikan GCG suatu keharusan untuk dilakukan
oleh komisaris maupun direksi dalam pengambilan keputusan manajemen

21
dengan mempertimbangkan norma, serta mematuhi undang-undang terkait
dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab kepada pemegang kepentingan
secara berkesinambungan.
Adapun manfaat dari implementasi GCG yang dilakukan pada PT. Pos
Indonesia adalah meningkatkan value perusahaan sehingga diharapkan
mempunyai daya saing yang mumpumi dari tingkat nasional maupun regional
serta mampu menjaga kesinambungan perusahaan secara terus menerus,
mengelola perusahaan dengan rasa tanggung jawab dan integritas yang tinggi
serta dapat menjalankan tugas fungsi dengan baik dan benar, dalam
pengelolaan perusahaan di harapkan selalu di dorong dengan tindakan yang
sesuai norma dan patuh terhadap undang-undang berlaku, merasa memiliki
beban moral terhadap stakeholder dan lingkungan sekitar, serta melakukan
aktivitas manajemen perusahaan yang dapat memberikan dampak positif
terhadap sosial ekonomi kemasyarakatan, terakhir harus menjamin suasana
investasi yang nyaman dan ramah investor.
Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di
Perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Memaksimalkan nilai Perusahaan agar memiliki daya saing yang kuat,
baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk
mencapai maksud dan tujuan Perusahaan;
2) Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efisien dan
efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
Organ Perusahaan;
3) Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan
dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran
akan adanya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders
maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan;

22
4) Meningkatkan kontribusi Perusahaan terhadap perekonomian
nasional;
5) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan nilai investasi
Perusahaan.
Implementasi Good Corporate Governance Perusahaan telah
menghasilkan hal-hal penting sebagai berikut:
1) Keputusan Direksi PT Pos Indonesia (Persero) Nomor : KD.
52/DIRUT/0909 Tanggal 9 September 2009 tentang Tata Cara Laporan
Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di Lingkungan PT Pos
Indonesia (Persero).
2) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 288/Dekom/0714 dan Nomor: KD. 44 /DIRUT/0714
tanggal 01 Juli 2014 tentang Panduan Penerapan Good Corporate
Governance di PT Pos Indonesia (Persero).
3) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 357/Dekom/0914 dan Nomor: KD. 63 /DIRUT/0914
tanggal 02 September 2014 tentang Board Manual PT Pos Indonesia
(Persero).
4) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 439/Dekom/1014 dan Nomor: KD. 85 /DIRUT/1014
tanggal 29 Oktober 2014 tentang Pedoman Etika Bisnis dan Tata
Perilaku (code of conduct) Insan Pos Indonesia.
5) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 451/Dekom/1114 dan Nomor: KD. 87 /DIRUT/1114
tanggal 06 November 2014 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi
di PT Pos Indonesia (Persero).
6) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 125/Dekom/0415 dan Nomor: KD. 35 /DIRUT/0415
tanggal 24 April 2015 tentang Whistle Blowing System di PT Pos
Indonesia (Persero).

23
7) Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi PT Pos Indonesia
(Persero) Nomor: 326/Dekom/1015 dan Nomor: KD. 86 /DIRUT/1015
tanggal 30 Oktober 2015 tentang Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan di PT Pos Indonesia (Persero)
Dalam Good Corporate Governance terdapat 5 prinsip utama,yaitu:
1. Transparansi (Transparancy)
Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materil dan relevan mengenai Perusahaan. Pada Pt. Pos
Indonesia Anggota Dewan Komisaris dilarang melakukan transaksi
yang mempunyai benturan kepentingan dan mengambil keuntungan
pribadi dari kegiatan Perusahaan selain gaji dan fasilitas yang
diterimanya sebagai anggota Dewan Komisaris yang telah ditentukan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari anggota Dewan Komisaris harus berasal dari
kalangan di luar Perusahaan yang bebas dengan ketentuan sebagai
berikut :
 Tidak menjabat Direksi di Perusahaan terafiliasi.
 Tidak bekerja pada Pemerintah termasuk di departemen,
lembaga dan kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir.
 Tidak bekerja di Perusahaan dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir.
 Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung
maupun tidak langsung dengan Perusahaan atau perusahaan
yang menyediakan jasa dan produk kepada Perusahaan.
Bebas dari kepentingan dan aktivitas bisnis atau hubungan lain
yang dapat menghalangi atau mengganggu kemampuan Dewan
Komisaris yang berasal dari kalangan di luar Perusahaan untuk
bertindak atau berpikir secara bebas di Perusahaan.

24
Para anggota Direksi dan Karyawan dilarang melakukan
transaksi yang mempunyai benturan kepentingan dan mengambil
keuntungan pribadi dari kegiatan Perusahaan yang dikelolanya selain
gaji dan fasilitas lainnya yang telah ditentukan oleh Rapat
UmumPemegang Saham (RUPS) atau peraturan dinas yang ada.
Paling sedikit 20 % (Dua puluh persen) dari jumlah anggota Direksi
harus berasal dari kalangan di luar Perusahaan yang bebas dari
pengaruh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi lainnya
serta Pemegang Saham.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban masing-masing Organ dan seluruh jajaran
Perusahaan sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara
efisien dan efektif. Pada Pt. Pos Indonesia sistem Pengendalian
Internal yang efektif harus ditetapkan oleh Direksi untuk
mengamankan investasi dan aset Perusahaan. Tujuan pengendalian
internal adalah sebagai berikut :
1) Sistem Pengendalian Internal diberlakukan untuk
memberikan jaminan kebenaran informasi keuangan,
efektivitas dan efisiensi proses pengelolaan Perusahaan
serta kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2) Perusahaan meyakini bahwa penetapan mekanisme atau
sistem pengendalian internal yang efektif untuk
mengamankan investasi dan aset Perusahaan.
3) Sistem pengendalian internal yang dimaksud mencakup hal¬-
hal antara lain sebagai berikut :
 Lingkungan pengendalian internal dalam Perusahaan
yang disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari :
Integritas, nilai etika dan kompetensi Karyawan,

25
filosofi dan gaya manajemen, cara yang ditempuh
manajemen dalam melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawabnya, pengorganisasian dan
pengembangan sumber daya manusia, dan perhatian
dan arahan yang dilakukan oleh Direksi;
 Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha (risk
assessment) yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan
mengelola risiko usaha relevan;
 Aktivitas pengendalian yaitu tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap
kegiatan Perusahaan pada setiap tingkat dan unit
dalam organisasi Perusahaan, antara lain mengenai
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi,
penilaian atas prestasi kerja, pembagian tugas dan
keamanan terhadap aset Perusahaan;
 Sistem informasi dan komunikasi yaitu suatu proses
penyajian laporan mengenai kegiatan operasional,
finansial, serta ketaatan dan kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan oleh
Perusahaan;
 Kualitas dan efektivitas sistem pengendalian internal
pada setiap tingkat dan unit struktur organisasi
Perusahaan harus dimonitor oleh Perusahaan agar
dilaksanakan secara optimal.
Pt. Pos Indonesia juga sudah memahami prinsip
akuntabilitasnya didalam menjalankan pekerjaannya. Dampak positif
dari menjalankan prinsip tersebut adalah membuat sistem
controlling menjadi lebih berjalan yang dapat menjaga benturan
kepentingan dan aksi saling lempar tanggung jawab. Akuntabilitas

26
juga mendorong karyawan agar menyelesaikan pekerjaan nya sesuai
dengan tuntutan yang dibebankan kepadanya. Kusharyanti (2003)
menyatakan bahwa pengetahuan/kemampuan diperoleh dari
pendidikan formal, misalnya melalui pendidikan formal maupun
mengikuti kursus-kursus serta seminar. (Kurhayanti 2003)
3. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan
Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Pada PT. Pos Indonesia
sudah menjalankan prinsip tanggung jawab didalam menjalankan
pekerjaannya. Pelaksanaan prinsip tanggung jawab tercermin dari
dimana perusahaan melaksanakan tanggung jawab terhadap
lingkungan serta tanggungjawab pegawai terhadap aset-aset
perusahaan. Selain itu para pegawai juga melakukan tanggung
jawabnya kepada masyarakat atau konsumen dengan memberikan
pelayanan yang baik serta optimal. Menurut Fisher (2001), pegawai
dapat meningkatkan tanggung jawab pekerjaan dengan mengurangi
tekanan dilingkungan kerja professional. (Fisher 2001)
Prinsip pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan dengan undang-undang terkait termasuk
berhubungan dengan masyarakat dan pemegang kepentingan
lainnya. Pada PT. Pos Indonesia karyawan telah menjalankan
program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Social Investment
(SC). Selain itu karyawan juga berpartisipasi dalam program bina
lingkungan seperti membantu korban bencana alam, memberikan
edukasi kepada masyarakat sekitar dan sebagainya.
4. Kemandirian (Independency)
Kemandirian adalah adalah suatu keadaan di mana
Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan
dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

27
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
Berdasarkan Hapsari (2011), sistem GCG menjadi tujukan
untuk dijalankan oleh berbagai perusahaan-perusahaan modern di
dunia (Hapsari 2011). Manajer PT. Pos Indonesia sudah memahami
serta membenahi masalah manajemen didalam tanggung jawab
pada bidang masing-masing, sering kali pada perusahaan saling
lempar tanggung jawab sehingga dapat menurunkan kualitas
manajemen perusahaan, Manajer juga menujukkan sikap
kemandirian dengan mencegah hal-hal yang negatif seperti
nepotisme.
PT. Pos Indonesia sudah melakukan sistem kemandirian. Hal ini
tidak terlepas dari komitmen Perusahaan yakin
mengimplementasikan kemandirian dengan baik dan maksimal ,
elemen perusahaan akan berkerja dengan optimal dan memberikan
yang terbaik untuk perusahaan untuk perusahaan. Selain itu
peraturan yang ada juga mendukung manajer dan karyawan untuk
menjaga independensinya.
5. Kewajaran (Fairness)
Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan di dalam
memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pada PT. Pos Indonesia para manajer
maupun karyawan memahami prinsip kewajaran ditunjukkan
perusahaan dengan menerapkan sistem manajemen “Human
Capital” yaitu dengan memperlakukan karyawan tanpa melihat
suku, ras, agama maupun golongan yang tidak ada hubungan nya
dengan pekerjaan. Rawls, didalam theory of justice, 1971
menyatakan bahwa keadilan baru akan terwujud jika semua elemen
dapat menerima semua ketentuan dan norma.

28
Dalam hal ini praktek kesetaraan dilakukan dengan mengakui
hak serta kewajiban yang harus ditepati dan dilaksanakan sebagai
bentuk taat aturan. Selain itu prinsip kewajaran di buktikan juga
perusahaan dalam bentuk mendapatkan pendidikan lanjutan
maupun promosi untuk meningkatkan kedudukan pada
pekerjaannya.

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Suatu organisasi akan mengalami perubahan karena organisasi selalu
mengahadapi berbagai macam tuntutan kebutuhan. Salah satunya
yaitu organisasi publik pada Pt. Pos Indonesia.
 Pt. pos indonesia saat ini memiliki berbagai macam pelayanan
seperti:
1. Jasa Surat Dan Paket
- Pos express
- Surat Pos Biasa (Standar)
- Paket Pos
- Pos Kilat Khusus
- Express Mail Service (EMS)
2. Jasa Keuangan
- Pos Pay
- Wesel Pos
- Giro Pos
- Fund Distribution
- Bank Chanelling
3. Jasa Logistik
- Logistik
- Layanan Logistik Lainnya
4. Admail Pos
- Layanan percetakan digital
- Pengamplopan (inserting)
- Layanan pra posting
- Layanan penunjang
5. Filateli

30
 Terdapat 5 prinsip dasar dari GCG yaitu :
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Tanggung jawab
4. Kemandirian
5. Kesetaraan dan Kewajaran
 Pada dasarnya jika prinsip GCG diimplementasikan dengan baik
diharapkan membawa pengaruh positif kepada perusahaan agar terus
tumbuh secara sehat dan terus konsisten menjaga keberlangsungan
perusahaan serta memberikan untung kepada pemegang saham.
 PT. Pos Indonesia secara umum telah melakukan penerapan Corporate
Governance (GCG) berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor Kep-117/M-MBU/2002 pada tanggal 1 Agustus 2002
tentang penerapan praktek Good Corporate Governance (GCG) pada
BUMN dan telah disempurnakan oleh Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011

31
B. Saran
PT. Pos Indonesia diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan
penegak hukum maupun konsultan hukum untuk ikut membantu mengawasi
jalannya proses pengelolaan perusahaan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1987. Abdulsyani, Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara.

Burhanudin, Danang Sunyoto dan. 2015. Teori Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta:


Cempaka Putih.
Fisher. 2001. Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak. Jakarta: The
British Council.

Hapsari. 2011. "Pengaruh Kualitas Pelayanan, Fasilitas Fisik dan Promosi Terhadap
Kepuasan Konsumen Pada Hotel Semesta Semarang." Skripsi, Manajemen
Pemasaran, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semaran.

Indonesia, Pos. 2019. Pos Indonesia. desember 18. Accessed desember 18, 2019.
https://www.posindonesia.co.id/id/content/12.

Istianda, Meita. 2014. Pengembangan Organisasi. Banten.


Kurhayanti. 2003. "Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik
Penelitian Dimasa datang." Jurnal akuntansi dan Manajeme.

Naraha, Taliziduhu. 1999. “Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia”.


Jakarta: Rineka Cipta.
Nawawi, Ismail. 2010. Perilaku Administrasi: Kajian, Teori dan Pengantar Praktik. Surabaya:
ITS Press.
Ndraha, Talizihudu. 1999. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Newstrom, Keith Davis dan John W. 1994. “Perilaku Dalam Organisasi”. Jakarta: Erlangga.
Owens, John M. 1991. Program Evaluations: Forms and Approaches. New York: NSW: Allen
and Unwin.
Sanim, Bunasor. 2011. The Golden Triangle of Control System in PT BankRakyat Indonesia.
Bogor: IPB Press.

Senge, Peter. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization.
New York: Currency Doubleday.

Shahid J. Burky, Guillermo E. Perry and William R. Dillinger. 1998. Beyond the Center:
Decentralizing the State. Washington D.C: The World Bank.

Sulaksana, Uyung. 2004. Manajemen Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Sutojo, Siswanto danE Jhon Aldridge. 2005. Good Corporate Governance. Bogor: PT Damar
Mulia Pustaka.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

33
Thoha, Miftah. 2007. “Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi”. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada: .
Tjager, I Nyoman, dkk. 2003. Corporate Governance :Tantangan danKesempatan Bagi
Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Komite NasionalKebijakan Governance.

Wexley, N Kenneth, Ph. D, dan Gary A. Yuki. 2005. Perilaku Orgnisasi dan Psikologi
Personalia. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

34

Anda mungkin juga menyukai