Anda di halaman 1dari 298

Hindia Belanda (1818-1942).

Perang total ini juga menjadi pemicu lahirnya historiografi


baru. Untuk pertama kali dalam sastra Jawa modern muncul sebuah otobiografi—
(1832)—yang ditulis Pangeran Diponegoro (1785-1855) dalam pengasingan
Babad Kedung Kebo
dan Historiografi Perang Jawa
kepongahan kekuasaaan alias pamrih? Bagi musuh bebuyutan Diponegoro di Bagelen,

1856), jawaban sudah jelas: Diponegoro seorang yang hebat tapi memiliki kelemahan

Dalam naskah yang ditulis Cokronegoro dengan bantuan mantan panglima Diponegoro

jawab otobiografi sang Pangeran. Versi sejarah Perang Jawa ini membenarkan pilihan

pertengahan 1970-an, tentang dan historiografi Jawa, merupakan

sejarah Jawa pada awal abad ke-19 sangat beraneka ragam dan historiografi lokal sangat

bacaan-indo.blogspot.com

PETER CAREY
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
U n d an g-U n d an g Re p u blik In d o n e s ia
N o m o r 2 8 Tah u n 2 0 14 te n tan g H ak Cip ta
Lin gku p H ak Cip ta
Pasal 1
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang tim bul secara otom atis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa m engurangi pem batasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ke te n tu an Pid an a
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara
paling lam a 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta
m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana
penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lim a
ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta
bacaan-indo.blogspot.com

m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana
penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0
(satu m iliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau
pidana denda paling banyak Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat m iliar rupiah).
Babad Kedung Kebo
dan Historiografi Perang Jawa

PETER CAREY
bacaan-indo.blogspot.com

J akarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Sisi Lain Diponegoro:
Babad Kedung Kebo dan Historiograi Perang Jawa
© Peter Carey

KPG 59 17 01405

Cetakan Pertama, September 2017

Penulis
Peter Carey

Penyunting
Candra Gautama
Robertus Rony Setiawan

Perancang Sampul
Wendie Artswenda

Penata Letak
Leopold Adi Surya

CAREY, Peter
Sisi Lain Diponegoro:
Babad Kedung Kebo dan Historiograi Perang Jawa
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2017
xv+ 277; 13,5 cm x 20 cm
ISBN: 978-602-424-680-8

Keterangan gambar sampul: Gambar pertemuan antara Residen Yogyakarta A.H. Smissaert, Patih Yogyakarta
Raden Adipati Danurejo IV, dan komandan pasukan kawal Sultan, Mayor Tumenggung Wironegoro, di Wisma
Residen Yogyakarta. Gambar ini mungkin menunjukkan mereka sedang merencanakan serangan ke permukiman
Diponegoro di Tegalrejo pada 20 Juli 1825. Diambil dari KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo), f. 51r. Foto seizin
Universiteitsbibliotheek Leiden.
bacaan-indo.blogspot.com

Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta.


Isi di luar tanggung jawab percetakan.
DAFTAR ISI

Daftar Singkatan vii


Prakata ix

Bagian I: Eko lo gi Ke bu dayaan Jaw a 1


Pentingnya Peranan Wayang dalam Kebudayaan J awa 10
Babad Diponegoro (Manado) 15
• Arjuna sebagai Inspirasi dalam Babad Diponegoro 15
• Sang Teladan: Sultan Agung, Sunan Kalijogo,
dan W ali Songo 21
• Konsep Ratu Adil dan Gelar Erucokro dalam
Pandangan Diponegoro 30
• Peran Islam dan Suatu Kesim pulan 39
Babad Kedung Kebo 44
Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta 58
Kesimpulan 66
Catatan Akhir 71

Bagian II: Babad Ke du n g Ke bo 113


bacaan-indo.blogspot.com

Membandingkan Sumber-sumber Rujukan Babad Kedung Kebo 122


• Kata Pengantar untuk LOr 2163 123
• Kata Pengantar untuk Koninklijk Instituut KITLV Or 13 127
• Kata Pengantar untuk Naskah Panti Budoy o PB A 282 132
vi Sisi Lain Diponegoro

Riwayat Hidup Cokronegoro (1779-1862) 142


Penutup 159
Riwayat Hidup Basah Haji Ngabdullatip Kerto Pengalasan 163
Kesimpulan 174
Catatan Akhir 178

Epilo g 19 5
Asal Usul Nama 'Purworejo' 198
Laporan Lawick van Pabst dan Sejarah Awal Administrasi
di Purworejo 20 2
Infrastruktur, Pendidikan, dan Budaya Sastrawi; Warisan
Cokronegoro I dan Keluarga Cokronegaran kepada Purworejo 20 6
Kesimpulan dan Sebuah Ramalan 223
Catatan Akhir 227

Daftar Pustaka 231


Lam piran 1 Surat dari Basah Pengalasan kepada Kol. Cleerens 246
Lam piran 2 Laporan Van Pabst tentang Urusan Daerah Kerajaan 262
Indeks 267
Tentang Penulis 276
bacaan-indo.blogspot.com
DAFTAR SINGKATAN

AJ Anno J avanico, tahun J awa


ANRI Arsip Nasional Republik Indonesia, J akarta
ANU Australian National University (Canberra, ACT)
AN Archief Nationaal, Den Haag—Arsip Nasional (Belanda),
Den Haag
BG Bataviaasch Genootschap [van Kunsten en Wetenschap-
pen]—Perhimpunan Batavia [untuk Kebudayaan dan Ilmu
Pengetahuan]
BKI Bijd r a g en t ot d e T a a l-, La n d - en Volk en k u n d e—
Sumbangan bagi ilmu-ilmu pengetahuan bahasa, geograi
dan etnograi [Jurnal ilmiah, Leiden]
dK Koleksi Hendrik Merkus de Kock, Nationaal Archief, Den
Haag
J SEAH Journal of Southeast Asian History —J urnal Sejarah Asia
Tenggara (Singapura)
KBG Koninklijk Bataviaasch Genootschap (Batavia)
bacaan-indo.blogspot.com

KITLV Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde—


Lembaga Kerajaan untuk ilmu-ilmu Bahasa, Geograi dan
Etnograi, Leiden
KITLV Or Idem . MS Orientalis (Bahasa Asia/ Timur J auh)
viii Sisi Lain Diponegoro

KITLV H Idem . MS Bahasa Belanda (H = Hollands)


LOr Leid en Un iver sit y Or ien t al MS. Naskah Or ien t alis
Universitas Leiden
NA Nationaal Archief (Arsip Nasional Belanda, Den Haag
NBG Nederlands Bijbel Genootschap MS (Naskah Perhimpunan
Perinjilan Belanda di Perpustakaan Universitas Leiden)
SB Son ob u d oyo Mu seu m , Yogya ka r t a (P er p u st a ka a n
Museum Sonobudoyo, Yogyakarta)
TBG Tijd schr ift v a n het Ba t a v ia a sch Gen oot scha p v a n
Kunsten en W etenschappen—J urnal dari Per him punan
Kebudayaan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Batavia
TNI Tijdschrift voor Nederlandsch-Indiё—J urn al H in dia-
Belanda
Not. KBG Notulen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap—
Catatan-catatan singkat dari perkumpulan panitia direksi
Perhimpunan Batavia
UBL Universiteitsbibliotheek Leiden, Perpustakaan Universitas
Leiden
VBG Verhan delin gen v an het Batav iaasch Gen ootschap—
Monograf Perhimpunan Batavia untuk Kebudayaan dan
Ilmu-Ilmu Pengetahuan (Batavia)
bacaan-indo.blogspot.com
PRAKATA

WAKTU saya tiba di Yogyakarta pada Desem ber 1971 sebagai


pe n eliti m uda dari Un iversitas Oxford un tuk m em ulai studi
lapangan tentang Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan Perang
J awa (18 25-30 ), saya sem pat bertem u beberapa kali dengan
guru besar sejarah In don esia di UGM (Un iversitas Gadjah
Mada), Profesor Sartono Kartodirdjo. Saya sangat menghormati
jasa Pak Sartono sebagai seorang sejarawan dan pribadi manusia
yang bermoral tinggi. Integritas beliau sebagai akademisi selama
periode Orde Baru (1966-1998 ) teruji den gan keputusan n ya
m enjauhkan diri dari tugas sebagai pem im pin redaksi untuk
jilid VI Sejarah Nasional Indonesia (zaman J epang, 1942-1945,
dan era pascam erdeka, 1945-1975) yan g pen uh kon troversi
itu. Sikap ini berbeda dengan jurusan sejarah di Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia di bawah pimpinan
pendukung Orde Baru, Profesor Nugroho Notosusanto, di mana
bacaan-indo.blogspot.com

ruan g gerak in telektual para sejarawan UI dipersem pit oleh


politik m em ihak sang Rektor. Profesor Sartono dengan tegas
dan bijaksana mempertahankan objektivitas sivitas akademika
x Sisi Lain Diponegoro

UGM dan m en jauhkan jurusan sejarahn ya dari kepen tin gan


politik rezim militer Soeharto.
Kendati dem ikan, ada sesuatu yang m em buat saya pena-
saran selama dua tahun mengadakan penelitian di Yogyakarta
(1971-1973). Ini dipicu oleh releksi Profesor Sartono tentang
guna sejarawan (the historian’s craft). Suatu hari saya sempat
bertanya kepada Profesor Sartono tentang jenis sejarah yang ia
dukung di kalangan mahasiswa pascasarjana calon master (S2)
dan doktor (S3) di UGM. Dengan gamblang beliau menjawab:
“Ya, begini, waktu saya kem bali dari Universitas Am sterdam
sebagai guru besar setelah selesai disertasi doktoral saya pada
tahun 1968, saya melihat bahwa kebanyakan mahasiswa jurusan
sejarah di sini sedang membuat skripsi tentang babad, hikayat,
dan syair. Saya bilang kepada m ereka, ‘Itu bukan sejarah, itu
dongeng!’ De ngan cepat, saya memberhentikan semua peneli-
tian yang kolot itu.” Untuk mengganti haluan intelektual maha-
siswanya, Profesor Sartono menganjurkan bahwa ilmu sejarah
bukan sekadar ‘narasi’ atau ‘tuturan’: “J angan melulu dari ilmu
sejarah saja,” Pak Sartono sering menasihati muridnya, “tetapi
kamu harus memanfaatkan bantuan ilmu antropologi, sosiologi,
dan disiplin terkait seperti ilmu ekonomi dan demograi!” Pada
akhirnya, guru besar lulusan Amsterdam itu memperingatkan
mahasiswa untuk jangan sampai terpesona dengan aneka ragam
kisah raja-raja atau orang besar. Sebab rakyat—petani dan wong
cilik—juga punya peran sangat penting yang juga ikut memben-
tuk sejarah.1
Saya setuju seratus persen den gan pan dan gan Profesor
Sarton o, tapi toh saya harus m en gakui bahwa saya m erasa
sedikit sedih juga. Dengan m enyingkirkan babad dan hikayat
bacaan-indo.blogspot.com

dari proses pen ulisan sejarah pasti ada sesuatu yan g un ik

1
Atiqoh Hasan, ‘Proil: Sartono Kartodirdjo’, https://m.merdeka.com/proil/
indonesia/s/sartono-kartodirdjo/, diunduh 20 Februari 2017.
Prakata xi

yan g hilan g. Bagaim an a m en gerti J awa dan pan dan gan n ya


terhadap sejarah kalau kita tidak m em pelajari sum ber asli
sastra sejarah J awa sendiri? Sebagai calon sejarawan riwayat
Pan geran Dipon egoro dan Peran g J awa, saya m erasa tidak
mungkin saya melupakan babad. Saya ingat di sini kesimpulan
sejarawan m iliter Belan da, P.J .F. Louw (18 56-1924), yan g
m en jadi pen ulis m itra m ahakarya ten tan g Peran g J awa: De
Java-Oorlog van 1825-30 (enam jilid, 1894-190 9). Dia dengan
tegas membantah apa yang dianjurkan Profesor Sartono di bab
pertama mahakarya itu: “Tanpa keraguan kita harus menghargai
Babad Diponegoro begitu tinggi sehingga dengan gamblang kita
bisa m engatakan bahwa suatu tulisan sejarah tentang Perang
J awa yang tidak m enggunakan babad sebagai sum ber utam a
harus dicap sangat kurang lengkap” (Louw dan De Klerck 1894-
190 9, I:84).
J adi, otobiografi yan g ditulis san g Pan geran sen diri di
Manado (1831-32), yang sekarang diakui sebagai naskah Ingatan
Dunia (Mem ory of the W orld) dan terdaftar di MoW Interna-
tional Register dari UNESCO (20 13), adalah suatu sumber yang
tidak bisa dihindari kalau kita berniat menulis tentang Perang
J awa.
Dem ikia n p u la d en ga n b a b a d b u p a t i p er d a n a Pu r -
wor ejo pascaper an g, Raden Adipati Cokr on egor o I (1779-
18 6 2, m en jabat 18 31-18 56 ), yan g d iken al sebagai Bu k u
Ked u n g Kebo (set er u sn ya Ba ba d Ked u n g Kebo) (18 43).
Babad in i adalah sesuatu yan g am at lan gka: sebuah sum -
ber lokal yang ditulis dua pelaku Perang J awa: Cokro negoro
sen diri dan pan glim a Dipon egoro, Basah Abdullatip Kerto
Pen galasan (sekitar 1795-pasca 18 66), yan g pern ah m en jadi
bacaan-indo.blogspot.com

kom andan lapangan di Bagelen tim ur (hlm . 163-172). Inilah


naskah yang disusun di Purworejo yang menceritakan Perang
J awa dari pihak putra daerah Bagelen.
xii Sisi Lain Diponegoro

Lebih menarik lagi adalah kisah pribadi putra daerah itu,


yang sebelum perang bertugas sebagai mantri gladhag (mantri
gilda kuli panggul) di Keraton Surakarta dengan gelar Raden
Ngabehi Resodiwirio, pernah menjadi murid dari guru tarekat
Satariyah yang sam a dengan sang Pangeran. Guru tarekat ini
adalah Kiai Taptojani, pradikan ageng (ulama besar yang meng-
urus tanah wakaf atau pondok pesantren) di Mlangi, barat-laut
Yogya yang masih hidup ketika berlangsung Perang J awa, dan
pernah terlibat dalam negosiasi damai di pesantrennya.
Nasib dua tokoh Perang J awa yang pernah sama-sama be-
lajar tasawuf Islam Sui dengan guru terkondang itu pada akh-
irnya m enjadi berbeda secara diam etral: Diponegoro m enjadi
Sultan Erucokro dan pemimpin Perang J awa melawan Belan-
da, sementara Cokronegoro diangkat menjadi wakil komandan
hulp troepen (pasukan cadan gan pribum i) Keraton Surakar-
ta di Bagelen dan m em bela daerah Surakarta di tanah Bagel-
en dari pasukan sang Pangeran. Babad yang dia tulis bersama
Pengalasan pada awal 1840 -an m engisahkan riwayatnya sela-
ma perang dan memberi pandangan yang amat kritis terhadap
Diponegoro, yang dianggap telah m elaksanakan perang pada
waktu yang tidak tepat dan didorong oleh nafsu (pam rih) dan
keangkuhan (kagepok takabur). Pandangan kritis ini bisa dili-
hat dari contoh wayang yang dipakai dan sasmita berupa wang-
sit dan penampakan yang diterima oleh sang Pangeran sebelum
peran g. Ketim ban g figur Arjun a yan g digem ari Dipon egoro
dalam babadn ya sebagai perlam ban g pribadi, Cokron egoro
m en am pilkan Prabu Suyudan a sebagai con toh wayan g yan g
m engisahkan pem im pin yang hebat tapi m em iliki cacat fatal,
kesombongan (lihat hlm. 116).
bacaan-indo.blogspot.com

Karena itulah Babad sang bupati perdana Purworejo itu


m em beri perspektif sejarah yang penting. Suatu antitesis ter-
h adap kisah kepah lawan an yan g diceritakan dalam babad
otobiografi san g Pan geran . Men urut Cokron egoro, m em an g
Prakata xiii

belum waktunya untuk mengusir Belanda. Daripada menentang


m ereka, lebih baik m en erim an ya dan bekerja sam a sebagai
sekutu politik un tuk m em ban gun n egar a H in dia Belan da.
Bila kita kembali kepada pandangan Profesor Sartono, babad,
hikayat, dan kitab pada dasarn ya bukan sesuatu yan g kolot
atau ketinggalan zaman, melainkan suatu tradisi sastra sejarah
yang amat hidup. J angan sampai kita menghindar dari tradisi
historiograi lokal Jawa ini hanya sebab kita merasa kurang
sesuai den gan n orm a sejarah yan g ‘ben ar’ atau ‘scien tific’
menurut pandangan ilmuwan Barat.
Buku kecil ini lahir dari perspektif ini, khususnya dari dua
artikel yang saya pernah tulis sebagai peneliti m uda sewaktu
saya melamar sebagai dosen peneliti di Magdalen College tahun
1974. Yan g pertam a, artikel berjudul “The Cultural Ecology
of Early Nineteenth Century J ava” yang diterbitkan Institute
of Sou th east Asian Stu dies (ISEAS) d i Sin gapu r a sebagai
‘Occasional Paper’ (no. 24). Kedua, artikel “Buku Kedhung Kebo;
Its Authorship and Historical Importance” yang saya terbitkan
pada jurnal terbitan Leiden yang memfokuskan kajian mengenai
Indonesia, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
Dua artikel tersebut telah diterjem ahkan dalam bahasa
In d on esia d en gan ju d u l Ek olog i Kebu d a y a a n J a w a d a n
Kitab Kedun g Kebo oleh sebuah pen erbit yan g sudah lam a
tidak ada, PT Pustaka Azet, sebagai jilid II dalam suatu seri
mengenai Perang J awa yang terbit tahun 1986. Sayang sekali,
m utu publikasi dan kualitas terjem ahannya sam a sekali tidak
memuaskan. Begitu berantakan sehingga saya merasa terdorong
untuk membuat terjemahan dan edisi baru.
Di sin i saya h ar u s m en gaku i ban yak ber u tan g bu d i.
bacaan-indo.blogspot.com

Pertam a-tam a kepada editor Kepustakaan Populer Gram edia


(KPG), Can dra Gautam a, yan g telah m en doron g saya un tuk
mengkaji kembali tulisan awal saya supaya bisa disajikan dalam
bahasa yang lebih populer bagi generasi muda Indonesia kini.
xiv Sisi Lain Diponegoro

Saya juga berterim a kasih kepada m antan bupati Purworejo,


Drs Suharto AH (menjabat 1967-1975) dan Pak Wiryo Ratmoko
(m en jabat 19 6 6 -19 6 7) (alm .) (lih at h lm . 113 cat at an 1),
serta kepada Mas Ilhan Erda, wartawan -pen ulis pen ggem ar
sejarah lokal Purworejo, yang banyak m enolong saya dengan
m en yediakan foto-foto orisin al dan rujukan artikel lam an .
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada asisten peneliti
saya, Reza Alam , yang telah m em buka jalan bagi penerbitan
dengan membuat suatu kajian ulang dari teks bahasa Indonesia
yang asli, dan kepada m ahasiswa S3 saya di FIB UI, Achm ad
Sunjayadi, yang telah melacak semua bahan mengenai asal-usul
Purworejo di ANRI. A big thank y ou untuk Mas Wendie atas
desain sam pul buku yang bagus. J uga kepada Robertus Rony
Setiawan sebagai penyunting pendamping buku ini dan Leopold
Adi Surya yang telah menata letak buku ini dengan cantik.
Ten tu sem ua tem an in i tidak bertan ggun g jawab atas
klenta-klentuning yang telah saya buat, baik sengaja maupun
tidak sengaja yang masih melekat pada edisi baru ini.

Peter Carey

Serpong, malam 22 Februari 20 17.


HUT ke-186 pengukuhan Kabupaten Purw orejo dan
Cokronegoro I sebagai bupati perdanany a oleh beslit
Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, tahun 1831.
bacaan-indo.blogspot.com
Raden Adipati Danurejo IV (menjabat 1813-1847) ditampar dengan selop
bacaan-indo.blogspot.com

oleh Diponegoro akibat suatu pertengkaran mengenai penyewaan tanah


kerajaan di Rojowinangun pada 20 Juni 1820. Seorang sentana (anggota
keluarga Sultan) menyaksikan. Gambar diambil dari Koninklijk Instituut voor
Taal-, Land- en Volkenkunde (Leiden), Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo),
f.55v. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden (UBL).
bacaan-indo.blogspot.com
BAGIAN I

Ekologi Kebudayaan Jawa

DALAM buku kecil ini saya ingin m em bahas beberapa babad


atau hikayat (naskah sejarah) J awa untuk mempelajari riwayat
Pan geran Dipon egoro (178 5-18 55) dan Peran g J awa (18 25-
1830 ). Saya juga ingin membuat sejumlah saran tentatif untuk
menganalisis babad tersebut berdasarkan konteks budayanya.
Dalam suatu karan gan Profesor An thon y J ohn s, ahli Islam
Indonesia dari ANU, mengenai suisme sebagai suatu kategori
sastra dan sejarah Indonesia, ia menyarankan sejarawan asing
un tuk m em ikirkan kem bali kon sep-kon sep sejarah m ereka
dalam m em pelajari sejarah Nusan tara (J oh n s 1961:10 -23).
Secara khusus, ia mengajak sejarawan asing untuk menggunakan
bacaan-indo.blogspot.com

pengertian yang bermakna bagi masyarakat yang dipelajari. J adi,


menurut J ohns, konsep sejarah tidak boleh dipaksakan dari luar,
m elain kan harus dilan dasi oleh ciri kebudayaan m asyarakat
yang sedang dipelajari. Dengan demikian para sejarawan asing
2 Sisi Lain Diponegoro

bisa melihat ke luar dari masyarakat atau budaya yang mereka


pelajari daripada melihat ke dalam dari perspektif serba asing.
Yang menjadi perhatian saya dalam buku kecil ini adalah
seju m lah cir i bu daya yan g m em pu n yai h u bu n gan den gan
kesusastraan babad atau naskah sejarah J awa bagian tengah-
selatan . Saya akan m en gam bil sebagian kecil dari literatur
sejarah tersebut, yaitu naskah yang menceritakan kejadian pada
awal abad XIX. Fokus saya adalah serangkaian babad mengenai
Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan perjuangannya selam a
Perang J awa (1825-1830 ) yang secara um um dikenal sebagai
Babad Diponegoro. Selain Babad Kedung Kebo, yang ditulis
di Purworejo 1a sekitar 18 43, dan dibahas den gan terperin ci
pada bagian kedua buku pendek ini, saya tidak akan membahas
latar belakang dan sosok pengarang babad tersebut. Walaupun
masih amat banyak penelitian mendasar yang harus dilakukan
di bidang palaeograi—pengkajian cara penulisan naskah untuk
menentukan penanggalan dan data mengenai pengarangnya—
tidak ada cukup ruang untuk dimuat dalam buku ini.
Secara sin gkat ada tiga kelom pok Babad Dipon egoro:
(1) naskah yang ditulis oleh Diponegoro sendiri dan kerabat
d ekatn ya, seper ti pu tr a su lu n gn ya, Pan ger an Dipon egor o
Muda (sekitar 180 3-pasca Maret 1856);1b (2) babad yang ditulis
pascaperang atas perintah bupati pertam a Purworejo, Raden
Adipati Cokron egoro I (m en jabat 18 31-18 56), yan g diken al
dengan judul Babad Kedung Kebo; dan (3) babad yang ditulis
di keraton Yogyakarta dan Surakarta. Untuk keperluan buku ini,
ketiga jenis naskah tersebut akan ditonjolkan dalam tiga seksi:
ketiganya merupakan babad paling asli yang telah ditulis oleh
orang yang masih sezaman dengan Diponegoro.
bacaan-indo.blogspot.com

Yan g pertam a adalah babad otobiografi san g Pan geran


sen d ir i, yaitu Ba ba d Dip on eg or o. Babad in i d itu lis atau
didiktekan di Man ado dalam kurun waktu sem bilan bulan
(13 Novem ber 18 31-3 Februari 18 32). ² Dengan panjang 1.151
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 3

halaman folio, Diponegoro sempat menceritakan sejarah J awa


dan riwayatnya sampai pengasingan (Carey 1981:xxiv-xxvii, lix
catatan 72-73). Sepertiga dari Babad ini m enyangkut sejarah
J awa dari Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabhumi) (wafat 1478)
h in gga sebelu m kelah ir an Dipon egor o pada 11 Novem ber
178 5. Sisan ya m en ggam barkan kehidupan n ya serta keadaan
zamannya sampai awal masa pengasingannya di Manado (1830 -
18 33). Kita bisa m en duga bahwa Dipon egoro m en ceritakan
riwayat hidupnya kepada seorang juru tulis yang menulis babad
asli dalam bentuk tembang macapat (Carey 20 12:862, catatan
212). Salin an n ya yan g palin g asli disim pan di Perpustakaan
Nasion al di J akarta dan ditulis dalam huruf pegon , bahasa
J awa yang menggunakan huruf Arab, suatu sistem aksara yang
dipakai secara luas di kalangan kaum agama yang lebih saleh di
J awa pada zaman Pangeran Diponegoro itu.3
Babad Diponegoro merupakan sumber sejarah J awa yang
palin g terken al dan sekaran g sudah diakui sebagai Warisan
Dunia (Mem ory of the W orld) oleh UNESCO (18 J uni 20 13).
Salah satu sebab, babad ini telah diterjemahkan serta diterbitkan
menggunakan aksara J awa oleh penerbit di Surakarta sebelum
Perang Dunia I.4 Nam un sam pai sekarang belum ditem ukan
naskah aslinya, dan semua referensi yang digunakan di dalam
buku pendek ini berasal dari salinan yang belakangan dibuat di
Surakarta dan yang sekarang dapat ditemukan di Perpustakaan
Universitas Leiden, LOr 6547a-d (Koleksi G.A.J . Hazeu).5
Naskah yang kedua, Babad Kedung Kebo, yang agaknya
ditulis pada awal 1840 -an dan satu salinannya sekarang dapat
ditem ukan di Perpustakaan Un iversitas Leiden (LOr 2163).
Rupan ya seluruh pen yalin an n askah kitab tersebut berhasil
bacaan-indo.blogspot.com

diselesaikan pada 1843.6 Babad ter sebut ditulis atas perintah


Cokronegoro I, salah seorang lawan utama Diponegoro di daerah
Bagelen. Ada pula ke mungkinan besar bahwa seorang mantan
kom an dan pasukan Dipon egoro, Basah Pen galasan (sekitar
4 Sisi Lain Diponegoro

1795– pasca-18 66) juga ikut m en yusun kitab tersebut (Carey


1974b:259-28 8 ; hlm . 134-139). Naskah yang terakhir, Babad
Keraton Surak arta (selan jutn ya: Babad Surak arta), yan g
menceritakan kejadian menjelang dan pasca Perang J awa pada
20 J uli 1825, sudah diterbitkan sebagai edisi asli dengan huruf
romawi dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Melayu
Indonesia oleh penulis sewaktu menyiapkan disertasi doktoral
di Oxford pada 1975 (Carey 1981). Walaupun Babad ini hanyalah
sebagian dari satu naskah keraton yang lebih panjang, ia tetap
m erupakan dokum en yan g palin g sesuai den gan m asan ya.
Salinan Babad ini bisa ditemukan di Perpustakaan Universitas
Leiden (LOr 2114) dan agaknya dibuat untuk sekolah bahasa
J awa yan g didirikan oleh ahli bahasa J awa dan m ision aris
Kristen berkebangsaan J erman, J .F.C. Gericke (1798-1857), di
Surakarta pada 1832.7
Tiga naskah ini mempunyai nilai sejarah yang penting sebab
ditulis oleh orang yang hidup sezam an dengan Perang J awa.
Dua dari tiga babad tersebut—yaitu babad otobiografi san g
Pangeran yang ditulis di Manado (1831-32) dan Babad Kedung
Kebo (1843)—justru ditulis oleh pemimpin utama Perang J awa.
Meskipun dem ikian , m ereka tidak dapat dipan dan g den gan
persepsi sejarawan Barat terhadap kenang-kenangan ataupun
otobiogr afi tokoh -tokoh sejar ah p en tin g sep er ti m em oar
terkondang raja Prusia (J erman), Frederik der Große (Frederik
Yang Besar) (bertakhta 1740 -178 6)—Histoire de M on Tem ps
(Sejarah dari Zam anku) (1746). Pertam a, karena babad J awa
tersebut pada dasarn ya m e rupakan karya sastra dan bukan
narasi atau kronologi sejarah. Kita ingat di sini bahwa babad
J awa ditulis dalam ben tuk san jak (tem ban g atau kidun g)—
bacaan-indo.blogspot.com

berbeda dengan cara penulisan prosa—dan juga menggunakan


banyak kata-kata puitis yang jarang digunakan dalam bahasa
sehari-hari. Babad tersebut terdiri atas beraneka ragam bagian
d an m asin g-m asin g m em pu n yai ir am a san jakn ya sen d ir i.
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 5

Irama yang berbeda-beda itu berguna untuk meningkatkan efek


pem en tasan babad itu kalau dibacakan dalam forum publik
sebagai sastra. Biasanya babad dikidungkan atau dinyanyikan
p ad a p er tem u an besar d an ir am a san jakn ya d isesu aikan
dengan topik yang dibahas. Karena itu, iram a sanjak Durm a
dan Pan gkur den gan iram a staccato-n ya lebih sesuai un tuk
m en ggam bar kan p er t em p u r an , sed a n gkan ir am a san jak
Asm aradana dan Sinom , yang lemah lembut dan agung, lebih
cocok untuk menggambarkan suasana istana, hubungan cinta,
serta pembicaraan politik. Kunci dalam perubahan irama sanjak
biasanya terjalin di dalam kuplet terakhir pada bagian sanjak
sebelumnya yang terdapat kata kunci tertentu.
Serin g kali keteram pilan pujan gga yan g bersan gkutan
dapat dinilai dari kehalusan dalam m enyam arkan perubahan
ir am a san jak seh in gga tid ak m en gu r an gi keh alu san d an
kelan car an p en gid u n gn ya. Nam u n , san g p elan tu n babad
tersebut akan m engetahui bahwa perubahan iram a di dalam
sanjak yang tengah dikidungkannya akan mengubah suaranya,
sesuai den gan tun tutan yan g terdapat. Pem bacaan babad—
m acapatan—biasanya dilakukan, baik di lingkungan istana atau
keraton, maupun di desa-desa, di mana sering kali pembacaan
tersebut dilakukan pada perayaan yang berlangsung sepanjang
malam (lèklèkan) dalam rangka kehamilan, kelahiran, ataupun
perkawin an . 8 Babad Keraton Yogy ak arta yan g dipan dan g
begitu diisi dengan kekuatan ghaibnya—kram at dalam istilah
J awa—mengandung kisah tragis mengenai peristiwa-peristiwa
yang terjadi di keraton Yogyakarta, sehingga sam pai saat ini
saja hanya boleh dikidungkan oleh kerabat keluarga Sultan yang
terdekat.
bacaan-indo.blogspot.com

Kedua, terlepas daripada fungsi kesusastraannya, Babad ini


penting sebagai pelambang legitimasi atau otorisasi kekuasaan
d alam kon teks m asyar akat J awa. In i ber laku bagi su atu
dinasti yang sedang berkuasa atau bahkan bagi suatu keluarga
6 Sisi Lain Diponegoro

sekalipun. Karena itu, banyak babad m em punyai kedudukan


pusaka bagi keluarga dan keraton. Kata kerja m babad dalam
bahasa J awa, yan g berarti ‘m em bersihkan hutan atau alam
liar’, dari m ana kata benda babad itu berasal, m enggam bar-
kan pula fungsinya. Ini sebabnya sering sekali penulisan babad
disaksikan bersam aan , secara fisik, den gan pem ban gun an
sebuah keraton , pen ghim pun an pusaka, serta pem ben tukan
sebuah pem erintahan atau pengusahaan. Pendek kata, babad
difungsikan sebagai sesuatu yang penting dalam m endirikan
suatu kerajaan yang baru (Berg 1957:50 6-32; Ricklefs 1974a:176-
226).
Dem ikianlah kewajiban seseorang pujangga istana untuk
menuliskan kembali atau memperbarui babad istana dari zaman
ke zaman. Dalam babad keraton, pujangga sering menjelaskan
silsilah keluarga sang raja, mengaitkan dinasti yang baru dengan
tokoh mitologi J awa—bahkan terkadang dengan para nabi. Ini
yang disebut sejarah kiw a dan tengen—sejarah sisi kiri (yang
m em bahas raja J awa) dan kanan (yang m enuturkan riwayat
para n abi)—dan keduan ya m em pun yai peran pen tin g dalam
tr adisi h istor iogr afi J awa. In i m en un jukkan bah wa babad
m em punyai arti yang sangat penting dalam m elegitim asikan
suatu dinasti. Mungkin inilah yang m enjadi salah satu alasan
mengapa ke susastraan sejarah J awa berkembang di lingkungan
keraton di J awa bagian tengah-selatan setelah penandatanganan
Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.9 Perjanjian Giyanti
m em bagi J awa bagian ten gah dan selatan m en jadi daerah
Yogyakarta dan daerah Surakarta, dan belakangan dua istana
junior: Mangkunegaran (1757) dan Pakualaman (1812). Ini ada
akibat bahwa masing-masing istana senior ingin membuktikan
bacaan-indo.blogspot.com

legitim asin ya sebagai pen gu asa tu n ggal di J awa (Ricklefs


1974a:176-226).
Dalam n askah Babad Dipon egoro, palin g tidak dalam
kaitan n ya den gan babad otobiografi Dipon egoro dan Babad
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 7

Kedung Kebo, permasalahan legitimasi dan otorisasi kekuasaan


pribadi selalu m erupakan tem a yan g pen tin g. Perm asalahan
pam rih (kepen tin gan diri sen diri atau m otif-m otif pribadi
yang terselubung) m erupakan pertim bangan sentral di dalam
ilsafat Jawa mengenai kekuasaan (Anderson 1972:39-43). Hal
in i serin g dibahas di kedua babad yan g bersan gkutan . Pada
bagian awal kedua Babad ini, para penulis menekankan bahwa
m ereka m em buat n askah un tuk kepen tin gan keturun an dan
keluarga dari para pengarangnya. Karena itulah, Babad tersebut
mempunyai kualitas sebagai suatu pusaka keluarga yang unik.
Dalam Babad Diponegoro yang ditulis di Manado, tema ini ada
dalam bentuk spiritual, yang bersifat sangat pribadi. Di dalam
kata pengantarnya, Diponegoro menekankan bahwa ia menulis
ten tan g r iwayat h id u pn ya sen d ir i u n tu k m er ed akan d u ka
mendalam yang dialami saat ditangkap melalui pengkhianatan
di Magelan g (28 Maret 18 30 ) dan diasin gkan ke Sulawesi
(30 April 18 30 ). Ia juga m en gakui m em buat Babad un tuk
m em ohon pen gam pun an Tuhan atas segala dosa, baik yan g
telah dilakukannya sendiri, maupun yang telah dikerjakan oleh
keluarganya.10
Dalam ban yak segi, Babad Dipon egoro in i m erupakan
sebuah dokum en pribadi yan g m en gh arukan . Tulisan san g
Pan geran juga m en jadi bukti kesun gguhan serta ketulusan
hatinya dalam beragam a baik untuk dirinya sendiri m aupun
un tuk keturun an n ya. In i disebabkan tem a sen tral babadn ya
yan g m em bah as per soalan m en gapa ia sam pai m en u n tu t
kekuasaan dan atas otoritas siapa? Sedangkan dalam Babad
Kedun g Kebo, tujuan n ya secara esen sial juga sam a, tetapi
t er selu bu n g d alam kon t eks yan g ber sifat lebih d u n iawi:
bacaan-indo.blogspot.com

Cokronegoro ingin m enyediakan hak dasar bagi dinasti para


bupati yang telah ia dirikan di Purworejo (Bagelen timur); maka
hal-hal yan g dilakukan n ya selam a Peran g J awa m erupakan
sesuatu yan g sen tral bagi pen egakan kekuasaan n ya (Carey
8 Sisi Lain Diponegoro

1974b:261). Babadn ya in i juga m em bahas perm asalahan ke-


ku asaan d an p am r ih d alam kait an n ya d en gan m en gap a
Cokr on egor o m em utuskan un tuk ikut ber per an g m elawan
Dipon egor o walaupun dua-duan ya m er upakan m ur id dar i
kiai terkon dan g yan g sam a, Ki Taptojan i, yan g dalam pra-
18 0 5 p er d ik a n a g en g (kep ala p esan t r en ) Mlan gi d ekat
Yogya. Sang bupati perdana Purworejo, m enceritakan dalam
Babad, m engapa ia, seorang keturunan kiai—seseorang yang
berpengaruh di sebuah desa kecil di Bagelen—dapat bangkit dan
menanjak sebelum meletusnya Perang J awa sehingga akhirnya
mencapai kedudukan bupati. Itulah sebabnya mengapa Babad
merupakan barang pusaka bagi keluarga Cokronegoro. Babad ini
mempunyai nilai yang sama pentingnya dengan pembangunan
kabupaten baru yang terletak di Purworejo itu, dan penerimaan
gelar baru Raden Adipati Cokronegoro dari kom isaris untuk
urusan daerah kerajaan, P.H. Baron van Lawick van Pabst (1780 -
1846; menjabat 1830 -1833), pada malam 26-27 Februari 1831.11
Sem ua lan gkah in i telah m en gon solidasikan kekuasaan n ya,
sesuai dengan pengertian budaya J awa.
Pen car ian akan legitim asi ser ta p em bah asan p am r ih
d a la m Ba b a d Dip on eg or o t ela h d ip ost u la sika n d a la m
kebudayaan tradision al dan kosm ik J awa. Beberapa kon sep
akan d ibah as d alam bu ku pen d ek in i. Di d alam m asin g-
m asing babad tersebut dapat ditem ukan bagian tulisan yang
membahas lakon dan igur dari wayang.12 J uga dalam kedua
babad yan g utam a in i terdapat bagian lain yan g m em bahas
mimpi dan ‘wahyu’ serta penafsirannya. Bisa dikatakan bahwa
in i bukan h an ya kesusastraan yan g tum buh den gan subur
atau pu n pen yim pan gan ke d u n ia yan g tid ak m asu k akal,
bacaan-indo.blogspot.com

m elainkan bagian tulisan yang penting. Secara langsung atau


tidak, tulisan in i m em bahas peran kekuasaan . Pen dek kata,
bagaim an a m asyar akat J awa sezam an akan m elih at d ir i
mereka sendiri ataupun lawan mereka. J adi, walaupun mereka
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 9

tidak akan diklasiikasikan sebagai bagian dari ‘sejarah yang


ilmiah (scientiic history)’ oleh sejarawan Barat, mereka tetap
m em berikan petunjuk yang dapat m em perlihatkan gam baran
penting dalam bahan sejarah. Gambaran ini terdapat di babad
ter sebu t. Su atu pem bah asan m en gen ai h al ber iku t d apat
m enghasilkan sejum lah konsepsi ke budayaan yang m un gkin
h ar u s d iper tim ban gkan oleh sejar awan asin g kalau in gin
membahas babad J awa ini.
Nam un , suatu subjek yan g tidak dapat dibah as secara
terinci dalam buku pendek ini adalah peran Islam, baik sebagai
kekuatan yan g m elegitim asikan keran gka kebudayaan J awa
tradision al, m aupun sebagai suatu kekuatan in ovatif pada
perm ulaan abad XIX (lihat Ricklefs 20 0 6). In i m erupakan
suatu pertim bangan sentral bagi setiap orang yang ingin m e-
mahami budaya J awa pada masa transisi dari era prakolonial
Perserikatan Dagan g H in dia Tim ur (VOC) ke zam an H in dia
Bela n d a (18 18 -19 4 2 ) ya n g m em b en t a n g d a r i p u lih n ya
keku asaan Belan d a setelah Per an g Napoleon (18 0 3-18 15)
sam pai penaklukan Belanda oleh J epang pada 8 Maret 1942.
Tetapi dalam buku ini topik Islam tersebut hanya akan dikaji
sejauh mana Islam itu sendiri mempengaruhi tema pokok yang
dibahas.
bacaan-indo.blogspot.com
Pentingnya Peranan Wayang dalam
Kebudayaan Jawa

SEBELUM tema historiograi Jawa dibahas secara terinci dalam


naskah babad tentang Perang J awa, mungkin perlu didahului
oleh sebuah catatan singkat tentang pentingnya arti wayang
dalam budaya tradisional J awa. Pengaruh simbol dan mitologi
wayang, terutam a contoh yang diam bil dari siklus Ram a dan
kisah Pandawa lima, yang merupakan landasan bagi kebanyakan
lakon wayang, mempunyai peranan penting dalam kehidupan
masyarakat J awa sampai sekarang.13 Banyak cerita wayang, yang
semula diilhami oleh epik Hindu Ram ay ana dan Mahabharata,
m em ber ikan kesem patan yan g luas bagi seor an g in dividu
Jawa untuk mengidentiikasi beraneka ragam kepribadian dan
keadaan (Anderson 1965:25-27). Mereka juga mencerminkan,
pada tin gkat yan g jauh lebih dalam , esen si dari perlawan an
antara baik dan buruk yang berlangsung di dalam jiwa manusia.
bacaan-indo.blogspot.com

Pandangan m istik ini bisa m em buka rahasia tersem bunyi di


balik kehidupan seseorang (Mangkoenagoro 1933:79-97).
Per an an p en tin g sen tr al yan g d ip egan g oleh wayan g
in i dalam pan dan gan h idu p m asyar akat J awa tam pakn ya
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 11

dipaham i dan diakui sepenuhnya oleh para wali. Orang suci


J awa beragam a Islam tradisional ini, m enurut legenda J awa,
m en ggu n akan cer ita wayan g ter sebu t sebagai su at u alat
u n tu k m en yam paikan dan m en yebar kan doktr in Islam di
J awa. Con toh n ya, Sun an Kalijogo, wali yan g palin g efektif
dalam memanfaatkan peranan yang dipegang oleh wayang. Ia
dilaporkan pernah m engatakan kepada Sultan Dem ak bahwa
“sesu n ggu h n ya p er tu n ju kan wayan g itu ad alah bayan gan
[cermin] dari Yang Tunggal, seseorang dapat saja menamakan
itu sebagai pen cerm in an un dan g-un dan g. Oleh karen a itu
wayang berlaku untuk seluruh um at m anusia dan dalang-nya
dapatlah dipersam akan dengan Allah, Pencipta seluruh Alam
Sem esta in i […]” (Rin kes 1912:145). Mun gkin sekali, secara
sebagian, dalam hal inilah Diponegoro memahami makna dari
wayan g, sebab dalam pertem uan n ya den gan Ratu Adil yan g
begitu penting, pada 19 Mei 1824, ia pun telah menggunakan
persam aan wayan g yan g dem ikian un tuk m en ggam barkan
Tuhan seakan-akan ia menggenggam dan menjalankan ‘lakon’
hidupnya.14 Nam un, walaupun ada upaya untuk m em asukkan
konsep Islam ke dalam wayang, bisa dikatakan bahwa wayang
itu tetap m erupakan cara pen gun gkapan m istik J awa yan g
paling m urni. Wayang m em buka penekanannya kepada pen-
carian kebenaran dalam jiwa serta pengenalan diri sendiri yang
akhirnya akan mengantarkan manusia kepada penyatuan mistik
dengan Tuhan.15
Kalau simbolisme dan mitologi wayang tetap mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menentukan langkah dan tindakan
politisi J awa modern, maka betapa jauh lebih penting lagi dalam
m asyarakat J awa pada perm ulaan abad XIX saat Diponegoro
bacaan-indo.blogspot.com

hidup. Pada waktu itu J awa m erupakan sebuah m asyarakat


yan g terben am dalam pelukan h ikayat dan cerita wayan g.
Babad Keraton Yogy akarta, m isaln ya, m en gan dun g ban yak
sekali pen gacuan -pen gacuan kepada beran eka ragam jen is
12 Sisi Lain Diponegoro

pertun jukan wayan g yan g diselen ggarakan di keraton pada


zaman sultan keempat (1812-1814) dan kelima (1822-26/ 1828-
55). Dari semua pertunjukan tersebut, wayang wong-lah yang
paling populer.16 Sebuah laporan Belanda bahkan mengatakan
bahwa penyebab utama dari keluhan terhadap Patih Yogya yang
korup dan am bisius itu, Dan urejo IV (m en jabat 18 13-18 47),
adalah bahwa ia telah menguasai hak untuk menyelenggarakan
suatu pertunjukan wayang wong di tempat kediamannya tepat
sebelum meletusnya Perang J awa dalam bulan J uli 1825.17 Pada
13 Mei 1816, waktu berlangsungnya perayaan pernikahan Sultan
H am en gkubuwon o IV (18 14-18 22) den gan an ak perem puan
Patih Danurejo II (m enjabat 1799-1811), yang dicekik m ati di
keraton, tiga buah pertunjukan wayang kulit diselenggarakan
di keraton . Ada juga sebuah pem en tasan wayan g won g dan
tu ju h jen is per tu n ju kan wayan g yan g ber beda. 18 Nan tin ya
seoran g Patih Yogyakarta pasca-Peran g J awa, Dan urejo V
(sekitar 180 3-1884; m enjabat 1847-1879), m antan kom andan
(Basah) Dipon egoro, m em peroleh kem ajuan n ya yan g din i
itu, selam a m asa pem er in tah an Sultan H am en gkubuwon o
V (18 22-18 26/ 18 28 -18 55), ber kat keter am pilan n ya d alam
m en yajikan pertun jukan wayan g won g di istan a. 19 Naskah-
naskah pertunjukan yang paling populer di keraton Yogyakarta
pada permulaan abad yang ke-19 itu adalah Arjuna Sasrabau
(A r ju n a w ija y a ), S er a t R a m a , S er a t Bh a r a t a y u d a d a n
Arjunawiwāha (Mintaraga) dan mungkin inilah yang menjadi
dasar dari begitu banyak lakon wayang yang dipentaskan pada
m asa itu (Babad N gay ogy ak arta, I, XCV.27, hlm . 38 8 ; II,
XVIII.28-29, hlm. 75).
Sebu ah lap or an Belan d a m en yebu tkan ten t an g Rat u
bacaan-indo.blogspot.com

Kencono (sekitar 180 2– 1827), janda Sultan Hamengkubuwono


IV, waktu jatuh sakit pada awal tahun 18 25, ia sam a sekali
tid ak tid u r selam a d u a m alam ber tu r u t-tu r u t d an m en g-
habiskan waktun ya den gan m em baca cerita wayan g secara
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 13

t er u s-m en er u s. 2 0 Di Su r a ka r t a , Su n a n Pa ku b u won o I V
(bertah kta, 178 8 -18 20 ), seseoran g yan g san gat peduli ter-
hadap kehidupan kesenian, dipandang sebagai sosok yang ge-
m ar den gan pertun jukan wayan g kulit dan wayan g won g di
keraton Surakarta. Sehingga kadang-kadang ia sendirilah yang
berperan sebagai dalang dan ia pun juga m endorong kerabat
dan anggota keluarganya untuk menjadi penari wayang topeng
(Hagem an 1856:24). Di daerah pedesaan pun bisa dipastikan
bahwa terdapat m in at yan g cukup besar terhadap wayan g,
sebab banyak dalang istana yang berasal dari daerah-daerah
p ed esaan . Beber ap a d ar i m er eka ten tu telah m en em p u h
keh idupan m en gem bara sam bil m en gadakan pertun jukan -
pertunjukan dari satu desa ke desa lainnya (Pigeaud 1938:35-
37). Sebuah laporan resmi pemerintah Belanda yang diedarkan
kepada sem ua Residen , sesudah berakh irn ya Peran g J awa
(18 25-30 ), m em bah as ten tan g pen gar uh wayan g ter h adap
‘orang menumpang’ (para pekerja yang tidak memiliki tanah).
Laporan in i m en ggam barkan bagaim an a an gan dan khayal
m ereka berkobar karena cerita wayang tentang petualangan,
yang, karena perbuatan m ereka, dapat m encapai kedudukan
seperti para pangeran (Louw dan De Klerck 1894-190 9:I, 26;
TNI 1861:67).
Seperti banyak bangsawan J awa pada masa itu, Diponegoro
sen diri m em pun yai perhatian dan m in at kepada wayan g. Ia
juga mempunyai seperangkat gamelan lengkap di kediamannya
di Tegalrejo.21 Budaya kejawen itu tidak bertentangan dengan
keim an an san g Pan geran sebagai seoran g Islam yan g saleh.
Seorang tamu Belanda yang datang mengunjungi puing-puing
kediam an Dipon egoro setelah Peran g J awa, m en yam paikan
bacaan-indo.blogspot.com

kom en t ar n ya t en t an g p r in g g it a n (selasar p em isah ) d an


pen dopo, yan g ten tun ya san gat cocok sebagai tem pat m e-
n yelen gga r a ka n p er t u n ju ka n wa ya n g (Br u m u n d 18 53 -
54:18 5). 22 Terdapat pula bukti bahwa Dipon egoro m en gen al
14 Sisi Lain Diponegoro

baik kesusastraan Jawa. Di dalam babad otobiograi dan Babad


Keraton Yogy akarta ia digambarkan sebagai sosok yang gemar
m em baca cerita Arjunaw ijay a, Serat Ram a, Arjunawiwāha
ser ta Bhom a Kaw y a (Bhom án tak a), d i lin gku n gan n ya d i
Tegalrejo (Carey 2012:122-23, mengutip Babad Ngay ogy akarta,
II, XXXVI.19; KITLV Or 13:IV.37). Ia juga menganjurkan agar
adiknya, Sultan Hamengkubuwono IV (bertahkta, 1814-1822),
yang masih di bawah umur, mau membaca cerita tersebut demi
pendidikannya (Carey 20 12:479).
Di d alam babad ot obiogr afin ya, Dip on egor o m en g-
gam bar kan bagaim an a pada 19 Desem ber 18 22, ketika ia
diangkat menjadi wali atas keponakannya, sultan yang kelima
itu, tan pa m em in ta pen dapat serta n asihatn ya dan bahkan
tanpa diundang untuk m enghadiri upacara penobatannya di
Yogyakar ta, ia m em er in tah kan p en giku tn ya d i Tegalr ejo,
yan g bern am a Sostrowin an gun , un tuk m em bacakan cerita
Arjunaw ijay a. Pengikut itu disuruh memulainya dengan bagian
yan g m elukiskan kem arahan serta pen ebusan dosa Arjun a;
suatu bagian yan g san gat cocok un tuk keadaan tersebut. 23
Oleh karena itu, kemungkinan besar Diponegoro, serta orang-
orang yang hidup sezamannya, mempunyai pengetahuan baik
m engenai naskah cerita J awa yang terkem uka. Pengetahuan
yang demikian ini memberikan kita titik awal yang bermanfaat
untuk dapat memahami Babad Diponegoro itu, di mana begitu
banyak contoh yang diambil dari dunia pewayangan.
bacaan-indo.blogspot.com
Babad Diponegoro (Manado)

Ar ju n a s e b a g a i In s p ir a s i d a la m Babad D ipo n e go ro
DI dalam babad yang ditulis oleh Diponegoro sendiri di Manado
(18 31-18 32), terdapat berbagai bagian dari tulisan n ya yan g
m em berikan petun juk bahwa sesun gguhn ya ia sen diri sadar
akan contoh yang diberikan oleh Arjuna. Saudara ketiga dari
lim a bersaudara keluarga Pan dawa, Arjun a diken al den gan
kegagahan serta kekuatan spiritualnya (Ricklefs 1974b:229-30 ;
Van Praag 1947:20 2).24 Karena inilah saat Diponegoro membuat
ziarah ke pan tai Laut Kidul waktu m uda pada sekitar 18 0 5,
ia menggam barkan bagaimana ia dikasih sebuah anak panah,
Sarotomo, yang segera tampak olehnya berupa selarik kilatan
cahaya yan g m en em bus batu san daran n ya begitu ia ban gkit
dari lim bungnya (Carey 20 12:174). Kejadian ini setelah sang
Pan geran berm alam di Paran gkusum o ketika ia m en erim a
wangsit dari Sunan Kalijogo, wali yang sangat dim uliakan di
bacaan-indo.blogspot.com

J awa sebagai pen asihat raja-raja J awa, ten tan g tugasn ya di


masa depan. Di kemudian hari, pusaka ini dibentuknya menjadi
sebuah belati kecil atau cundrik untuk istri keempatnya, Raden
16 Sisi Lain Diponegoro

Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827) (Ricklefs 1974b:247; Carey


20 12:178).
Sar otom o ad alah n am a sen jata yan g d igu n akan oleh
Arjun a dan cara Dipon egoro m en erim a an ak pan ah itu dari
tan gan san g wali yan g m en yebarkan agam a Islam di J awa
bagian tengah-selatan m engingatkan kita kepada cara Arjuna
m enerim a sebuah anak panah lainnya, Pasopati, dari tangan
Siwa, sebagaim ana yang diceritakan di dalam Arjunawiwāha
(Poerbatjaraka 1926:263). Kelak, dalam babad otobiograinya,
ket ika Dip on egor o m en cer it akan t en t an g p er n ikah an n ya
pada akhir Septem ber 18 14 dengan putri yatim piatu Raden
Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun (m enjabat 1796-18 10 ),
Raden Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827), ia menggambarkan
perkawinannya seperti perkawinan antara Batara Wisnu dengan
Dewi Sr i. Sem en tar a, ayah n ya, Su ltan H am en gku bu won o
III (18 12-18 14), disebutkan sebagai Batara Guru dan para
istri perm aisuri sultan sebagai Ratih, Suprobo dan Tilotom o
(Tilottamā) (Carey 2012:470). P en gga m b a r a n t er seb u t
dilukiskan dengan istilah-istilah yang tradisional, tetapi hal ini,
sekali lagi, mengingat kan kita kepada tokoh Arjuna. Ini karena
Dewa Wisnu dianggap menjadi titisan Arjuna dan telah hidup
kem bali dalam diri saudara ketiga Pandawa lim a di bum i ini
(Hardjowirogo 1965:142).
Tem a in i dirujuk lebih eksplisit lagi dalam pertem uan
Diponegoro dengan Ratu Adil pada 19 Mei 1824. Dalam kondisi
sam a seperti digunakan oleh Arjuna kepada Kresna sebelum
pertem puran n ya den gan Karn a dalam cerita Bharatay uda,
Dipon egor o ber m oh on kepada San g Ratu Adil agar dapat
dibebaskan dari keharusan untuk berperang, karena ia tidak
bacaan-indo.blogspot.com

dapat berkelahi dan tak tahan melihat maut (Carey 20 12:667;


Rusche 190 8-190 9, I:10 1-2). Akhirnya, tem a tersebut m uncul
kem bali pada bagian akhir Peran g J awa, ketika Dipon egoro
berkelan a di hutan -hutan dari pegun un gan daerah Gowon g
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 17

di Kedu Selatan sam pai Bagelen dan Ban yum as pada bulan
terakhir (11 Novem ber 18 29-9 Februari 18 30 ) peran g han ya
dengan diiringi dua orang punakawannya. Pengikut khusus ini
bernama Bantengwareng (gudel banteng) dan Roto (singkatan
dari J oyosuroto) dan yan g pertam a digam barkan di dalam
babad otobiografi sebagai seoran g an ak ban del (“bajin gan
muda”) yang penuh dengan kenakalan dan juga seorang cebol
(Carey 20 12:471; Rusche 190 8-190 9, II:149-50 ). Penggambaran
mengingatkan kita pada cacat para pelayan Arjuna dan anggota
lain Pandawa bersaudara, yang bernam a Sem ar, Gareng, dan
Petruk, yang mengikuti para majikan mereka mengembara ke
hutan -hutan setelah Yudistira kehilan gan kerajaan Ngastin a
karena main dadu lawan Kurawa. Persamaan ini dibuat bahkan
lebih jelas lagi dalam babad karya Diponegoro ketika nam a-
nama Semar, Gareng dan Petruk diberikan kepada tiga orang
bekel (kepala pemungut pajak tanah di desa) dari daerah sekitar
yan g selam a beber apa waktu ber gabun g den gan golon gan
pen dukun g Pan geran tersebut. Dipon egoro m en am bah kan
bahwa nama-nama tersebut cocok dengan tampang para bekel
itu dan m ereka pun sen an g m en erim an ya (Carey 20 12:471;
Rusche 190 8-190 9, II:150 ).
Dari sem ua n askah yan g dibaca oleh Dipon egoro dan
or an g-or an g sekelilin gn ya d i Tegalr ejo, sep er tin ya cer ita
Arjunawiwāha-lah yan g m em berikan pen garuh yan g palin g
be sar kepadanya. Perbandingan penting dapat dilihat dalam
ba gian Babad in i. Adapula h al yan g m en arik bah wa buku
Arjunawiwāha itu m er upakan bagian dar i sejum lah kecil
n as kah -n askah yan g selam at d ar i m alapetaka pen jar ah an
perpustakaan keraton Yogyakarta yan g dilakukan oleh ten -
bacaan-indo.blogspot.com

t ar a Sep oy-In ggr is p ad a 20 J u n i 18 12. 25 Sekar an g lakon


wayang Arjunawiwāha—yang biasanya lebih dikenal dengan
judul m odern n ya, M in taraga—dipan dan g oleh m asyarakat
J awa se bagai salah satu dari sejum lah kecil lakon m istik dan
18 Sisi Lain Diponegoro

sebagai pasan gan un tuk lakon Bim a Suci. Tem a cerita yan g
disebutkan belakangan itu adalah pencarian dan upaya Bim a
u n tu k m en em u kan air keh id u pan ser ta pen getah u an d ir i
kosmik. Sedangkan Arjunawiwāha membahas persiapan yang
ditem puh oleh Arjun a, m elalui cara-cara pertapaan , un tuk
bisa mendapatkan kekuatan yang tidak dapat dikalahkan agar
ia dapat m en guasai dun ia dan berjaya atas sem ua kekuatan
jah at (Man gkoen agoro 1933:92-93). Pada m asa yan g lebih
dini, m enurut keterangan dan pendapat ahli Sastra J awa, Dr.
Pigeaud, cerita Arjunawiwāha itu sangat populer di kalangan
pengarang muda J awa pada abad XVIII dan XIX yang “melihat
di dalam sanjak-sanjak naskah cerita yang bersangkutan sebuah
kiasan yang merujuk kepada sebuah perjuangan yang jauh lebih
tinggi di dalam kehidupan m anusia, kem enangan m anusia di
dalam menaklukkan kekuatan setan serta penjelmaannya yang
terakhir […]” (Pigeaud 1967-1980 , I:181).
Ad a kem u n gkin a n , b a ik d i d a la m p a n d a n ga n d a n
pen gertian para pen garan g m uda J awa itu, m aupun dalam
pengertian asli yang terkandung di dalam naskah cerita tersebut,
bahwa segala m acam persiapan yan g ditem puh oleh Arjun a
untuk dapat melaksanakan pemerintahan yang benar dan adil
di bumi ini, mempunyai koneksi dengan Diponegoro. Ini bisa
dilihat dari cara ia menggambarkan dirinya sendiri dalam babad
yang ditulisnya. Antara lain, cara ia m engasingkan diri untuk
m elakukan pertapaan dan kem udian tam pil kem bali dalam
keadaan yang sudah disucikan untuk menjalankan peperangan
yang ditugaskan kepadanya. Kelakuan ini sangat mirip dengan
cara Arjuna mempersiapkan dirinya untuk mendirikan sebuah
pemerintah yang adil-palamarta sebagaimana diceritakan dalam
naskah Arjunawiwāha itu.
bacaan-indo.blogspot.com

Oleh karen a itulah seluruh bagian din i dari babad oto-


biogr afin ya sebelu m pecah n ya Per an g J awa (18 25-18 30 ),
ker ap kali d item u kan per u ju kan kepad a m asa per tapaan .
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 19

Tujuan pertapaan n ya adalah un tuk m en yucikan diri agar di


kemudian hari dapat menjalankan suatu pemerintahan spiritual.
Pam an Dipon egoro, Pan geran Man gkubum i (sekitar 178 1-
1850 ), berkomentar dalam babad yang ditulis oleh keponakan,
bahwa bahkan sebagai anak m uda, Diponegoro sering sekali
m em per lih atkan kegem ar an n ya u n tu k per gi m en gem bar a
sendirian di dalam hutan.26 Diponegoro sendiri, secara panjang
lebar m enggam barkan kunjungan ke tem pat suci tradisional
di daer ah Matar am ser ta wan gsit atau pen am pakan yan g
diterimanya dalam peziarahan antara Yogyakarta dan Samudera
Selatan (Ricklefs 1974b: Carey 20 12:149-82). Kunjungan yang
jarang dilakukannya ke keraton Yogyakarta juga ditekankan di
dalam babad yang ditulisnya (Carey 20 12:10 2):

XIV.59. […]
dady a aw is sow anèki
m ung garebeg puniku kang pesthi ana
XIV.59. […]
J adi jarang sowan [ke keraton];
hanya untuk [upacara] Grebeg itu yang pasti ada.27

Hadir dalam acara-acara tersebut—yang diselenggarakan tiga


kali setahun untuk m erayakan hari lahir Nabi SWT (Mulud),
akhir bulan Puasa (Lebaran) dan Idul Adha yang juga merayakan
Hari Raya Haji—digam barkan oleh Diponegoro sebagai “dosa
besar” barangkali karena Grebeg itu lebih bersifat J awa daripada
Islam murni (Carey 20 12:10 2 catatan 65).
Di dalam babad yan g lain juga terdapat gam baran ten-
tan g per tapaan yan g ser in g dilakukan n ya, baik di tem pat
bacaan-indo.blogspot.com

per istir ah atan n ya sen dir i di sebelah tim ur laut Tegalr ejo,
Selorejo (Carey 20 12:10 1-2; KITLV Or 13 [Kedun g Kebo],
II.38-41), maupun di Gua Secang yang berada di dalam daerah
tanah jabatan atau “dudukan” (lungguh) yang dibuat di bukit
20 Sisi Lain Diponegoro

Selarong. Gua ini terletak di areal Bantul di selatan Yogyakarta


dan menjadi tanah lungguh Diponegoro pada J uli 1812 waktu ia
diangkat sebagai pangeran oleh ayahnya, sultan ketiga (Carey
1981:7-9; 20 12:10 1-2). Tingkah laku yang demikian itu, di dalam
pengertian J awa tradisional, disebut dengan istilah “tirakat”,
yaitu pen arikan dan pen gasin gan diri dari segala kesibukan
dun ia. Cara asketism e in i, m en urut pan dan gan oran g J awa,
m enandai seseorang yang m erenungkan atau m erencanakan
sesuatu perbuatan yang sungguh besar, seperti menjadi seorang
pemberontak (kram an). Dengan cara mengundurkan diri dari
dunia—seperti dilakukan Diponegoro—ada kesem patan untuk
m em per tan yakan dir in ya sen dir i m en gen ai m otif-m otif di
lubuk hati paling dalam serta membersihkan dirinya dari segala
macam pamrih atau ambisi terselubung (Winter 190 2:87).
Namun, dalam kaitannya dengan Diponegoro sendiri, masa
persiapan dan pensucian diri tersebut dilakukan untuk sesuatu
tindakan yang jauh lebih luas dan penting dari pada sekadar
pemberontakan atau makar. Ini bisa dilihat dalam pertemuan
sang Pangeran dengan Ratu Adil di Gunung Rosomuni di lereng
Gun un g Kidul pada Mei 18 24. Seperti Arjun a dalam cerita
Arjunawiwāha (Poerbatjaraka 1926:252-255), Diponegoro juga
m en ggam barkan bagaim an a serin gn ya ia harus m en ghadapi
godaan -godaan perem puan (Carey 20 12:138 ). 28 Persam aan
demikian itu lebih jauh dijelaskan dalam berbagai bagian tulis-
an , di m an a ia m en ggam barkan istrin ya sebagai Suprobo, 29
nama istri cantik Arjuna dalam Arjunawiwāha (Poerbatjaraka
1926:269-93).
Dalam h al t am p an g, Dip on egor o t id ak bisa d isebu t
ganteng seperti Arjuna, pahlawan dalam wayang yang sering
bacaan-indo.blogspot.com

dian ggap sim bol kerupawan an m en urut selera J awa kun o


(Carey 20 12:138). Sampai seorang Residen Belanda—A.M. Th.
de Salis (m enjabat 18 22-18 23)—telah m engisyaratkan badan
sang Pangeran sebagai ‘berat’ dan ‘lam ban’.30 Babad Kedung
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 21

Kebo, yan g cukup kritis terh adap Pan geran , juga m em uat
sebuah kisah sardonis dari seorang gundik yang seolah sangat
kecewa atas gairah Diponegoro di tempat peraduan.31 Semua ini
seolah menunjukkan bahwa pemimpin Perang J awa tidak dapat
m eniru patokan-patokan standar keras yang telah ditetapkan
oleh Arjun a sebagai seoran g kekasih. Tetapi bagaim an apun
juga, boleh jadi sang Pangeran punya daya tarik pribadi yang
kuat yang membuat dia tampil menawan bagi perempuan dan
meningkatkan karismanya.
Tem a persiapan spiritual dan penolakan akan kekuasaan
dun iawi oleh Dipon egor o sebelum Per an g J awa, m em an g
m en im bulkan per sam aan yan g dekat sekali den gan tokoh
Arjun a dalam cerita Arjunawiwāha. Pem an ggilan dan per-
tem u an Dipon egor o d en gan Ratu Ad il d i kem u d ian h ar i,
m em pun yai sejum lah per sam aan den gan per tem uan yan g
ter jadi an tara Arjun a den gan In dra. Kita bisa m en yaksikan
ini dengan cara keduanya dipanggil oleh seseorang tua yang
mengenakan pakaian keagamaan, yang kemudian menghilang.
In i m em ber ikan kesem patan kepada Ratu Adil dan In dr a
un tuk m em perlihatkan diri m ereka. Am an at yan g diterim a
oleh Dipon egoro dan Arjun a juga m em perlih atkan sebuah
persam aan , karen a m ereka berdua ditam pilkan dari tem pat
pertapaan masing-masing untuk menerima surat perintah demi
m enjalankan peperangan (Carey 20 12:664-68 ; Rusche 190 8 -
190 9, I:10 1-2; Poerbatjaraka 1926:257-58).

Sa n g Te la d a n : Su lt a n Ag u n g , Su n a n K a lijo g o , d a n
W a li So n g o
Tem a Ar ju n a yan g ter d apat d i d alam Babad Dip on egoro
bacaan-indo.blogspot.com

itu jelas m em punyai arti yang penting, tetapi ia tetap hanya


m erupakan satu dari sekian banyak tem a yang ada. Mungkin
paling baik bila tema ini dapat dilihat di dalam hubungannya
22 Sisi Lain Diponegoro

den gan tem a lain n ya yan g juga sam a pen tin gn ya di dalam
babad tersebut. Dem ikianlah kenapa Diponegoro terlihat se-
lalu m enyadari m akna serta peranan para wali tersebut. Dan
mengapa ia selalu mengambil peranan leluhurnya Sultan Agung
(bertakhta 1613-1646) sebagai contoh teladan? Relevansi Agung
untuk Diponegoro adalah dua: pertama sang Pangeran merasa
ada kemiripan dengan keadaan yang sedang dihadapinya; dan
kedua ia san gat m en gagum i kedudukan san g raja Mataram
sebagai pelindung spiritual J awa. Demikian pulalah, di dalam
pengembaraan yang dilakukannya pada masa yang lebih dini—
yaitu ziarah ke Samudera Selatan pada musim kemarau 180 5—
Diponegoro m enggam barkan bagaim ana ia pada suatu waktu
mendapatkan ‘wangsit’ dari Sunan Kalijogo yang meramalkan
bahwa kelak ia akan menjadi seorang raja. Tetapi bukan sebagai
raja biasa tapi lebih sebagai seorang pengawas spiritual bagi
semua penguasa duniawi di J awa.32
Perbedaan in i di kem udian h ari dibuat m en jadi lebih
jelas lagi di dalam babad otobiograi ketika Ratu Ageng, ibu
tiri Diponegoro, pernah bermimpi melihat Diponegoro sebagai
seorang w ali w udhar (wali yang mempunyai jabatan rangkap).
Man tan Pen ghulu Yogyakarta, Kiai Rahm an udin (m en jabat
18 12-18 23), seoran g tem an baik Dipon egoro, m en jelaskan
kepada Pangeran mengenai makna dari seorang wali yang mem-
punyai dua jabatan itu. Menurut Penghulu, jabatan rangkap
menjadi jelas karena Allah SWT telah memberikan kepadanya
kekuasaan un tuk m en jalan kan keben aran dan keadilan di
ranah spiritual dan duniawi. Sebagai contoh sejarah, Penghulu
mengutip riwayat Sunan Giri, wali besar dari daerah J awa Timur
pada akhir abad XVI dan awal abad XVII yang telah mendirikan
bacaan-indo.blogspot.com

dinasti pemuka agama yang kondang.


Men urut pen egasan Pen ghulu, Sun an Giri serta Sultan
Agung telah m em angku dua jabatan serta m erupakan orang-
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 23

orang yang dicintai oleh Allah (Rusche 190 8-190 9, I:10 6-7; LOr
6547b, XX.42-43):

XX.42. […]
pan tegesé w ali w udhar kang say ekti
inggih w ali ngiras
43. cinepengan adil m ring Hy ang W idhi […]
42. […]
J adi tegasnya wali wudhar itu sebenarnya
ya wali yang sesungguhnya
43. berpegangan adil kepada Yang Maha Kuasa. […]

“J abatan rangkap” ini m enunjuk kedudukan sebagai seorang


wali—orang spiritual yang dicintai oleh Allah SWT—dan sebagai
orang yang harus menjalankan hukum Islam dengan kekuasaan
keduniaan. Karena inilah, Diponegoro mengetengahkan Sultan
Agung sebagai “seorang alim seperti saya yang berkelana ke
mana-mana” dan “seorang raja yang sungguh-sungguh Islami
yan g telah m en egakkan lim a rukun Islam ” (Louw dan De
Klerck 18 94-190 9, V:744).33 Di dalam babad otobiografin ya,
Diponegoro m enggam barkan bagaim ana keterangan yang di-
berikan oleh Penghulu itu menyebabkan ia bisa menerangkan
secara mendalam makna pertemuannya dengan Ratu Adil yang
telah terjadi (19 Mei 1824). Ia juga mulai mengerti bagaimana
ia kini telah ditugaskan untuk m em im pin prajurit Ratu Adil
di J awa dengan melandaskan kekuasaannya kepada Al Quran
(Carey 20 12:667; Rusche 190 8-190 9, I:10 7).
Kelih atan n ya seakan -akan Dipon egoro m em an g telah
bacaan-indo.blogspot.com

m em persiapkan dirinya, secara spiritual, dan kini harus m e-


nerima kekuasaan sebagai pemimpin agama Islam di J awa serta
me laksanakan kekuasaan duniawi. Pemikiran yang demikian itu
24 Sisi Lain Diponegoro

nampaknya diungkapkan dalam kata-kata Diponegoro sendiri


yang disampaikannya kepada Penghulu Rahmanudin tersebut
(LOr 6547b, XX.45-46; Rusche 190 8-190 9, I:10 7):

XX.45. […]
Kaki alham dulillah!
46. pan w ong urip punapa dènanti
lam un kaki datan angantiy a
pakary a kang luw ih abot
45. […]
“Alhamdulillah, kakek!
46. Apa gerangan yang orang nantikan dalam hidup ini
jika, wahai kakek,
bukan tugas yang luar biasa penting?”

Sebagaim an a h u bu n gan d en gan p ar a wali, h am p ir d ap at


dipastikan bahwa Diponegoro m elihat dirinya sendiri dipilih
untuk menjadi salah seorang dari para wali tersebut. Memang
tidak lam a kem udian m uncul di dalam ‘im pian’-nya delapan
laki-laki yang dipim pin oleh seorang laki-laki yang dipanggil
dengan sebutan “Panembahan”. Ini memperingatkan kita atas
Panembahan Ageng Giri, yang membacakan sebuah surat yang
m en yatakan dan m en etapkan san g Pan geran sebagai Sultan
Ngabdulkam it, Erucokro (raja yang adil), Sayidin (pem im pin
Agam a), Pan atagam a (pen gatur agam a), Kalifat Rasulullah
ing Tanah J awi (Khalifah Rasul Allah SWT untuk tanah J awa)
(Carey 20 12:677-79).
Pen am pilan d elapan or an g ter sebu t d alam m im pin ya
dapat dipersamakan dengan kedelapan orang wali, sedangkan
bacaan-indo.blogspot.com

pem un culan m ereka m en un jukkan bah wa Dipon egoro m e-


m andang dirinya sendiri sebagai yang terpilih untuk m enjadi
anggota wali yang kesembilan. Ini merupakan jumlah tradisional
orang-orang suci yang terdapat dalam agama Islam di J awa yang
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 25

biasanya disebut sebagai ‘Wali Songo’ (kesembilan orang wali).34


Gelar yan g diberikan kepadan ya itu juga m em perlih atkan
bahwa Diponegoro memandang dirinya sendiri sebagai seorang
pemimpin Islam di J awa dan bahwa semua gelar itu, terkecuali
gelar Ngabdulkamid dan Erucokro, telah dipakai oleh raja-raja
Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadi penyebab gagalnya
perundingan perdam aian di Magelang yang diselenggarakan
panglima pasukan Belanda, J enderal Hendrik Merkus de Kock
(1779-1845), dengan Diponegoro pada 28 Maret 1830 (Carey
20 12:820 -22).
Gelar Erucokro, yang menandai seorang “Ratu Adil” atau
J uru Selamat orang J awa, mengandung makna yang jauh lebih
luas, yaitu bah wa Dipon egoro m em an dan g dirin ya sen diri
sebagai seseoran g yan g akan m em en uhi ram alan J oyoboyo.
Ram alan in i yan g dibuat m en urut tradisi oleh seoran g raja
Kedir i, Pr abu J oyoboyo (ber takh ta 1135-1179), pada abad
XII, m engatakan bahwa akan datang seorang pangeran yang
akan m enegakkan sebuah pem erintahan yang benar dan adil.
Pem erintahan ini akan m engawali suatu zam an em as setelah
J awa m elalu i m asa p en u h kebin gu n gan , kekacau an , d an
kem erosotan (Wiselius 18 72:18 6-9; Cohen Stuart 18 72:28 5-
88; Brandes 1889:368-430 ). Aspek khusus yang m enyangkut
gelar Erucokro akan dibahas lebih mendalam kemudian. Tetapi
terkait pribadi Diponegoro ada suatu hal yang m enarik. H al
ini seiring dengan tem a yang m enyangkut para wali. Sebuah
laporan mengenai ramalan J oyoboyo, menyebutkan bahwa yang
dim aksudkan dengan orang yang akan m enjadi Erucokro itu
adalah salah seorang ‘keturunan dari para wali’. Keturunan itu
akan dibesarkan sebagai seorang pandita-raja. Pada ram alan
bacaan-indo.blogspot.com

lainnya pribadi pandita-raja itu digambarkan sebagai seorang


w aliy ullah atau utusan khusus Allah SWT (Wiselius 1872:188;
Brandes 1889:386-7). Hal ini memang bisa dihubungkan dengan
contoh-contoh yang telah diberikan oleh para wali tentang gelar
26 Sisi Lain Diponegoro

Erucokro. Tetapi tidak ada satu pun bukti bahwa Diponegoro


sendiri sampai memahami hubungan ini.
Nam u n , ter d ap at bu kti d i d alam Ba ba d Dip on eg or o
bah wa con toh -con toh par a wali m er u pakan sesu atu yan g
penting bagi sang Pangeran dan penasihat utam anya selam a
Peran g J awa. Dem ikian , perselisihan yan g akhirn ya tim bul
di antara Diponegoro dan Kiai Mojo pada 1827, seperti yang
dilaporkan di dalam babad otobiograinya, terutama bersumber
kep ad a u p aya Mojo u n tu k m en en tan g keku asa an m u tlak
Dipon egoro. Daripada kekuasaan absolut seoran g pan dita-
raja, Mojo m en gan jurkan un tuk m em bagi pem erin tahan ke
dalam kekuasaan (1) ratu (raja), (2) wali (utusan keagamaan),
(3) pandita (ahli hukum) serta (4) mukmin (orang-orang yang
percaya dan yakin akan kebenaran agam a Allah SWT). Mojo
m en yaran kan kepada Dipon egoro agar m em ilih salah satu
dari em pat jabatan itu. Ini berarti, jika Diponegoro m em ilih
kedudukan ratu, maka Mojo sendiri dapat mengambil gelar wali
dan dengan dem ikian m enikm ati kekuasaan keagam aan yang
mutlak. Tentu saja Diponegoro menolak pemikiran dem ikian.
Men u r u t babad otobiogr afin ya, san g Pan ger an m en u d u h
Mojo berkeinginan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih
besar daripada dia sen diri. Un tuk m en guatkan pen dapat, ia
menarik persamaan antara Mojo dan Sunan Giri, yang menurut
Diponegoro, memanfaatkan kekuasaannya atas Sultan Demak
pada akhir abad XVI (LOr 6547c, XXX.129-30 ; Rusche 190 8-
190 9, I:312):

XXX.129. [...]
ingsun w eruh karepira
bacaan-indo.blogspot.com

apan jaluk w isèsa


kay a Sunan Giri iku
dadi ingsun sira kary a
130 . kay a Sultan Dem ak dhingin
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 27

ingsun dudu m uridira


[…]
129. […]
“Aku tahu maksudmu:
kau ingin meminta kekuasaan
seperti Sunan Giri itu.
J adi kamu memperlakukan saya
130 . seperti Sultan Demak dahulu!
Saya bukan muridmu!”
[…]

Di kem udian hari, Dipon egoro berusaha un tuk m en gekan g


am bisi Kiai Mojo. Ia m en yaran kan agar san g kiai bersedia
u n tu k d ian gkat m en jad i p en gh u lu n ya d en gan m en ggan ti
pen ghulu yan g lam a, H aji Im am roji (m en jabat 18 26-18 28 ).
Un tuk m en gukuhkan saran , Dipon egoro m en gam bil con toh
Sun an Kudus, seoran g wali, yan g m en urut san g Pan geran ,
telah bertindak sebagai penghulu Sultan Demak dan jauh lebih
menurut dalam menjalankan perintah-perintah Sultan Demak
daripada Sun an Giri. 35 Kali in i Kiai Mojo m en olak den gan
m engatakan bahwa bagaim anapun juga ia tidak berasal dari
keluarga para pen ghulu dan ia m en gin gin kan agar ia dapat
diakui sebagai seorang Im am Besar (pem im pin dari seluruh
masyarakat Islam).36 Tuntutan penuh ambisi ini ditolak mentah-
mentah oleh Diponegoro, yang menetapkan bahwa bagaimana-
pun juga perdebatan m engenai garis batas yang tegas antara
berbagai m acam fungsi terlalu luas untuk dapat ditarik. Lagi
pula Tuhan telah memilih hanya dirinya sendiri untuk menjadi
khalifah di tanah J awa, dan hanya dia dijuluk oleh sang Ratu
bacaan-indo.blogspot.com

Adil sebagai pem im pin tunggal dalam perang suci (pangirid


sabil) yang akan berlangsung antara orang-orang Muslim dan
wong kair itu.37
28 Sisi Lain Diponegoro

Dalam konlik panjang antara Diponegoro dan Kiai Mojo


pada tah un ketiga Per an g J awa, yan g pada akh ir n ya m e-
n yebabkan p en yer ah an Kiai Mojo kep ad a Belan d a p ad a
12 Novem ber 18 28 (Carey 20 12:751-53), dapat dilihat suatu
perbedaan pen dapat yan g m en dalam ten tan g siapakah yan g
sebenarnya mempunyai kekuasaan keagamaan yang tertinggi.
Con toh yan g telah d iber ikan oleh par a wali ser ta ben tu k
pemerintahan yang telah pernah mereka jalankan, dipandang
san gat pen tin g oleh Dipon egoro. Adalah juga h al m en arik
mengenai keluarga Pangeran Serang II (sekitar 1794-1852). Ia
adalah salah satu keturunan dari Sunan Kalijogo yang sangat
berpen garuh di areal Gun un g Ken den g (gun un g kapur) di
Blora dan Grobogan -Wirosari sekaran g. Ia san gat disegan i
dan ber h asil m en ar ik ban yak pen gikut un tuk ber juan g di
pihak Diponegoro pada awal peperangan (Louw dan De Klerck
18 94-190 9, I:361-63; Carey 198 1:28 4 catatan 20 5; 20 16:30 -
32). Kedudukan Pan geran Seran g, yan g oleh para pen guasa
b a n gsa Bela n d a d ip a n d a n g seb a ga i seor a n g ‘p a n ger a n
spiritual yang bebas serta m erdeka’ (onafhankelijk geestelijk
Prin s), m un gkin sekali telah digun akan sebagai con toh oleh
Diponegoro dan pengikutnya. Setelah Perang J awa, misalnya,
adik san g Pan geran , Pan geran Abdul Sam su (Suryon egoro),
pernah menuntut agar ia diakui dengan gelar yang sama dengan
Pangeran Serang II, tapi Belanda menolak.38
Nam un, Diponegoro m em punyai tujuan yang jauh lebih
besar daripada seoran g ‘pan geran spiritual’ itu. Walaupun
Pan geran Seran g II m em iliki h am paran tan ah dan sebuah
kharism a besar yang terkandung di dalam nam anya, ia sam a
sekali tidak m em iliki kekuasaan keagam aan di luar wilayah
bacaan-indo.blogspot.com

Gunung Kendeng (gunung kapur). Dalam laporan terperinci


ten tan g r en can a per d am aian Dipon egor o pad a Desem ber
18 29, yan g d itu lis oleh p an glim a m ilit er n ya d i Bagelen ,
Basah Pengalasan (lihat Lam piran 1), tam paknya Diponegoro
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 29

m em pun yai am bisi un tuk m en guasai sebagian tan ah m ilik


kerajaan -kerajaan Solo dan Yogya. Ia juga m en un tut bahwa
ia diperbolehkan m em erintah sebagai seorang pangeran yang
bebas dan merdeka. Pemerintahan daerah pedalaman adalah,
dan han ya, un tuk Dipon egoro, den gan sun an dan sultan di
bawahnya. Kalau Belanda m asih m au tinggal di J awa sebagai
warga swasta, m ereka hanya bisa berniaga sebagai saudagar.
Mereka tidak akan diperbolehkan m em pun yai kewen an gan
politik atas raja-raja J awa. Apalagi kalau m ereka m au m em -
pertahan kan agam a Kristen n ya, m ereka diharuskan tin ggal
di dua kota (Batavia dan Sem arang) di daerah pesisir (Carey
20 12:78 1). San g pan glim a pern ah m en eran gkan bah wa in i
artin ya san g Pan geran akan m en dapatkan kekuasaan un tuk
m elakukan cam pur tan gan dalam setiap pem erin tahan raja
J awa lainnya yang tidak mematuhi serta menjalankan peraturan
agam a Islam secar a ben ar d an tep at (lih at Lam p ir an 1).
Tuntutan yang dikemukakannya itu, seandainya dipenuhi, akan
m en jadikan Dipon egoro sebagai seoran g pen erus para wali.
Bahkan kewenangan yang diberikan akan melebihi kekuasaan
yang dimiliki oleh para pemuka agama—seperti raja Giri—pada
abad XVI.
Mungkin sekali bahwa contoh yang telah diberikan oleh
Sultan Agung tepat di sini. Raja besar Mataram itu, yang dapat
m engekang kekuasaan para raja Giri serta m enjadi perwaris
jubah kebesaran para wali, tetap m erupakan sum ber ilham
utam a bagi Dipon egor o. Dem ikian lah per tem uan n ya yan g
penting dengan Ratu Adil berlangsung di Gunung Rosom uni,
sebuah bukit yang terletak di daerah lereng sebelah barat kaki
daerah Gunung Kidul yang m em punyai hubungan tradisional
bacaan-indo.blogspot.com

yang erat dengan Sultan Agung (Carey 20 12:671-72).39 Terdapat


juga sejum lah bukti bah wa Dipon egoro m asih m em pun yai
hubungan erat dengan Tem bayat, daerah pem akam an Sunan
Bayat, sebuah tem pat suci yan g m en ikm ati hubun gan akrab
30 Sisi Lain Diponegoro

d en gan Su ltan Agu n g pad a m asa akh ir pem er in tah an n ya


(1613-1646).40 Oleh karena itu, suatu laporan yang diserahkan
kepada Patih Yogyakarta, Dan urejo IV, m en jelan g pecahn ya
Perang J awa, menyatakan bahwa Diponegoro berencana pergi
ke daerah perbukitan Majasto dekat Tem bayat. Maksudn ya
untuk m engibarkan panji-panji pem berontakan dalam bulan
Sura (15 Agustus-12 September 1825) dan bahwa ia juga telah
mengirim seorang pejabat untuk memanggil semua penduduk
dari Tembayat.41 Kelihatannya, ibu Diponegoro sendiri, Raden
Ayu Mangkorowati (sekitar 1770 -1852), mungkin juga berasal
dari daerah Majasto 42 dan kelak, pada bulan pertam a perang
tersebut, seoran g yan g disebut ‘pan dita Arab’, Mas Lurah
Majasto, yang mempunyai sebuah pondok (sekolah keagamaan
yan g kecil) di Majasto, ber gabu n g den gan Dipon egor o di
Selarong (Carey 20 12:738, 941).43

K o n s e p R a t u Ad il d a n Ge la r Er u co k r o d a la m
Pa n d a n g a n D ip o n e g o r o
Ada juga kem un gkin an , bahwa aspek Sultan Agun g sebagai
seorang raja arif dan bijaksana (pandita-ratu) dalam sejarah
J awa it u lah m em p u n yai m akn a besar bagi Dip on egor o.
Mem ang banyak tingkah laku sang Pangeran sebagai seorang
pem im pin selam a berlan gsun gn ya Peran g J awa, yan g m e-
n yam ai pan dan gan yan g diidealisir ten tan g seseoran g raja
arif dan bijaksan a yan g dim iliki oleh oran g J awa. Di dalam
istilah J awa tradisional, raja ideal itu adalah seorang raja yang
akan selalu mencari petunjuk dan tuntunan batin dari Tuhan.
Ia akan ber m editasi ser ta m er en u n g kein gin an -kein gin an
pribadinya kepada Roh Yang Maha Suci. Demikianlah di dalam
bacaan-indo.blogspot.com

sebuah penggam baran tentang m editasi yang dilakukan oleh


Dipon egoro di Gua Secan g di tan ah pelun gguh di Selaron g
sebelum perang, tirakat sang Pangeran digam barkan dengan
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 31

istilah -istilah yan g tepat sam a dalam ver si J oyoboyo dar i


Babad Dip on egoro. 44 Petun juk dan tun tun an Tuh an yan g
akan terungkap dalam kaw icaksanan (pandangan serta kearif-
bijaksanaan yang bersifat kosmis) yang diperlihatkan oleh raja
yang bersangkutan (Moertono 1968:40 -42).
Persis, sebagaim an a sebelum Peran g J awa Dipon egoro
mempersiapkan dirinya, sesuai dengan cara-cara yang dilakukan
Arjuna untuk menerima perintah dari Yang Maha Suci. Maka
dem ikian juga, selam a berlangsungnya perang tersebut, m asa
bermeditasi sendirian serta pertapaan dilanjutkan, agar ia tetap
mampu menjalankan kaw icaksanan sang Ratu Adil itu. Masa
penyendirian ini m erupakan tem a yang secara terus-m enerus
muncul kembali dalam kegiatan Pangeran selama berlangsung-
nya peperangan. Bahkan pada bulan yang pertama dari Perang
J awa (Agustus 18 25) sebuah laporan Belan da m en yebutkan
bahwa para pen gikut Dipon egoro m em ban gun sebuah tem -
bok, setinggi badan m anusia, untuk m enutupi sebuah tam an
p en gasin gan d ir i d i Selar on g. 45 Dan sekali lagi, sebelu m
m elakukan penyerbuan ke Surakarta di m edio Oktober 1826,
Diponegoro pun m engundurkan dirinya untuk berm editasi di
dekat telaga milik Sunan yang terletak di Pengging.46 Demikian
juga ketika istrin ya, Raden Ayu Maduretn o (waktu peran g
bergelar Ratu Kedaton) jatuh sakit kritis pada awal November
1827, ia pun berm editasi di sebuah padepokan kecil—tem pat
pen gasin gan dir i un tuk ber tapa—yan g ter letak di ten gah -
ten gah sebuah an ak sun gai Kali Progo dekat Ban yum en en g,
Kecam at an Ban yu r ot o, Kabu p a t en Ku lon Pr ogo. Da la m
Babadnya, Diponegoro m enggam barkan tem pat pengasingan
dir i itu seper ti tem pat per tapaan n ya seor an g pan dita (lir
bacaan-indo.blogspot.com

p r a t a p a n in g p a n d hit a ) ser ta m en gem u kakan bagaim an a


burun g-burun g perkutut m en em an in ya. 47 Kem udian setelah
kekalahan di pertem puran terakhir di Siluk (17 Septem ber
18 29), ketika Diponegoro m enerim a wahyu dari Tuhan yang
32 Sisi Lain Diponegoro

menyatakan bahwa segala usahanya akan menjadi sia-sia dan


m enem ui kegagalan belaka, m aka ia pun m em utuskan untuk
m elakukan pen gem baraan den gan han ya ditem an i beberapa
pen gikut. Setelah sergapan m em atikan oleh pasukan gerak
cepat ke-11 di bawah komando Mayor Michiels dengan serdadu
melacak dari Manado dan Ternate di pegunungan di Gowong (11
November 1829), pengikut sang Pangeran menjadi lebih minim
lagi. Selama tiga bulan (11 November 1829– 9 Februari 1830 ),
ia hanya diiringi dua orang punakawannya, Roto (J oyosuroto)
dan Bantengwareng (sekitar 1810 – 1858). Waktu itu Diponegoro
m em utuskan un tuk m en cari serta m en em ukan tan da-tan da
lebih lanjut dari Yang Maha Kuasa.48
Gam baran yang ditam pilkan oleh Diponegoro m engenai
dirinya dalam babad otobiograinya yang ia tulis adalah gam-
baran seorang pandita-ratu (raja arif dan bijaksana) J awa yang
tradision al. Itu artin ya bahwa ia tetap ikut berperan dalam
permasalahan politik dan administrasi sehari-hari, tetapi juga
kerap kali m en gasin gkan diri un tuk m en cari tun tun an dan
petun juk dari Tuh an . Gam baran tersebut juga m em pun yai
ban yak per sam aan den gan gam bar an or an g J awa ten tan g
Erucokro. Sang Ratu Adil itu dilihat umum sebagai seorang raja
dan pem uka agam a yan g akan m em ban gkitkan rasa horm at
dalam hati rakyatnya (Wiselius 1872:187).
Konsep Diponegoro, tidak hanya sebagai seorang pertapa,
tetapi juga sebagai seorang guru juga muncul dalam babadnya.
In i bisa dilih at jelas ketika ia m en didik adik laki-lakin ya
yang bernam a Pangeran Ngabdurrahim (pra-18 25, Pangeran
Adisuryo, 180 0 -1829) mengenai ilmu tasawuf Islam. Adiknya itu
mengemukakan bagaimana ia selalu melihat Diponegoro dalam
bacaan-indo.blogspot.com

tiga aspek, yaitu sebagai seoran g ayah (sudarm a), seoran g


pendidik (guru), serta seorang raja (ratu).49 Sub-tema lain yang
menarik juga dapat kita lihat dalam gambaran yang diberikan
oleh Dip on egor o m en gen a i t em p a t -t em p a t b er t a p a n ya .
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 33

Pertama-tama seringnya terdapat air pada tempat tersebut. Ini


kemungkinan bersumber kepada kebiasaan orang-orang Hindu
di J awa untuk melakukan puja yang diawali dengan pencelupan
di suatu danau suci atau kali. Menarik di sini bahwa agam a
Hindu di Bali disebutkan ‘agama tirtha’, agama yang didasarkan
di atas air sebagai kesucian yan g dipen tin gkan dalam ritual
(Hookyaas 1964). Memang di tempat yang dipilih Diponegoro
u n tu k m en yen d ir i, ter d apat seju m lah pen in ggalan zam an
H in du: seperti telagan ya di Selorejo, tem pat retret pribadi
di sebelah tim ur laut Tegalrejo, air terjun di Selarong, telaga
milik Sunan di Pengging, serta sungai yang melingkari tempat
m editasi di Ban yum en en g (Kulon Progo). 50 Kem udian , pada
sem ua tem pat-tem pat yan g pern ah dikun jun gi Dipon egoro
terdapat pula binatang: ikan dalam telaganya di Selorejo, kura-
kura di Pengging, burung perkutut di Banyumeneng, buaya di
Kali Cingcingguling (Carey 20 12:10 2 catatan 63). Pada tempat
persem bun yian terakhir san g Pan geran di Kabupaten Rem o
(Karanganyar), Banyumas, juga ada harimau yang dijumpainya
selam a pen gem baraan n ya pada akhir m asa Peran g J awa (11
Novem ber 18 29-9 Februari 18 30 )—salah satu yan g m en jadi
pelindungnya dan diberi nam a ‘Tepang’ (Brum und 1854:194;
Rusch e 190 8 -190 9 II:238 ). Selam a m asa-m asa pertapaan ,
ia h an ya ditem an i oleh dua oran g pun akawan n ya. Bah kan
Residen Manado menulis, ketika dalam pengasingan sekalipun,
san g Pan geran ban yak m en ghabiskan waktu ditem an i oleh
kedua bujangnya tersebut yang ketika itu masih remaja, serta
beberapa ekor burung kakatua (Louw dan De Klerck 1894-190 9,
I:151). Sejum lah binatang yang disebutkan di atas, terutam a
burung perkutut dan harim au, m em punyai m akna gaib yang
bacaan-indo.blogspot.com

penting.51 Tetapi mereka juga masih dapat mengingat binatang-


binatang buas yang senantiasa m enyam paikan salam takzim
kepada kesatria muda serta punakawannya dalam cerita-cerita
wayang.52
34 Sisi Lain Diponegoro

Nam un bisa dikatakan bahwa tem a yang paling penting


yan g terdapat di dalam sem ua Babad Dipon egoro tersebut
adalah tem a dari sang Erucokro atau Ratu Adil, penyelam at
orang J awa. Sulit untuk memastikan dengan tepat bagaimana
Dipon egoro m elihat dirin ya m em en uhi peran an itu. H an ya
ada sedikit petunjuk langsung mengenai hal ini yang juga tidak
disebutkan dalam kata pen gan tar h istoris babadn ya, yaitu
m engenai Pangeran Diponegoro yang pertam a—putra Sunan
Pakubuwono I (bertakhta 170 4-1719)—yang menggunakan gelar
Sultan Erucokro pada era Perang Suksesi J awa Kedua (1719-
1723) (Bran des 18 8 9; Ricklefs 20 0 8 :10 7). Nam un dem ikian ,
‘perjum paan’-nya dengan Ratu Adil sebelum m eletus Perang
J awa tersebut serta pem akaian gelar Sultan Erucokro, yan g
mulai dilakukannya pada tanggal 1 Sura tahun J awa Wawu, A.J .
1753 (15 Agustus 1825), memang memberikan petunjuk bahwa
ia sungguh-sungguh m elihat dirinya sendiri sebagai seorang
Ratu Adil (Rusche 190 8 -190 9, I:148 -49; Carey 20 12:671-72).
Dan memanglah, dalam Babad Keraton Surakarta, yang akan
dibahas di akhir bagian in i, terdapat sebuah bagian tulisan
yan g san gat m en ar ik yan g m en ggam bar kan Dip on egor o
sed an g m elaku kan m u syawar a h d en gan p ar a p en asih a t
keagam aannya dan m endapatkan keterangan bahwa m em ang
bulan Sura dalam tahun Wawu merupakan tahun yang paling
tepat un tuk m em proklam asikan diri sebagai seoran g Ratu
Adil. 53 Terdapat pula ban yak laporan , baik yan g dibuat oleh
orang Belanda m aupun orang J awa, yang m em astikan bahwa
sebelum penyerbuan Belanda ke Tegalrejo, Diponegoro sedang
bersiap-siap un tuk m en goordin asikan suatu pem beron takan
pada awal bulan Sura, yang merupakan bulan pertama dalam
bacaan-indo.blogspot.com

sistem alm anak J awa dan waktu tradisional m unculnya Ratu


Adil (Brandes 1889:386).
Gam baran sangat indah yang diberikan oleh Diponegoro
dalam Babadn ya ten tan g m asa berlim pah ruah di Selaron g
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 35

setelah pecahn ya peran g, juga m em pun yai persam aan erat


dengan gambaran tradisional yang diberikan mengenai zaman
ini dalam Serat Cabolang.54 Sama menariknya bahwa sebagian
pertempuran sengit di sekitar Ketonggo, yang terletak di daerah
Madiun , selam a tahun pertam a Peran g J awa, karen a hutan
Ketonggo tersebut dipandang sebagai keratonnya Ratu Adil di
J awa.55 Sem en tara, tujuan un tuk m en egakkan Islam sebagai
agam a yang suci, pengusiran orang-orang yang tidak percaya
akan kebenaran Islam (kair) serta pengangkatan seorang raja
baru, sebagai seorang Ratu Paneteg Panatagam a (raja yang
berdiri tegar dan bertindak tegas sebagai pengatur pelaksanaan
hukum agama). Ini terlihat sebagai aspek-aspek yang menonjol
dalam pemberontakan yang diluncurkan Diponegoro pada J uli-
Agustus 1825, dan mengantisipasi harapan-harapan Ratu Adil,
yang sangat dipengaruhi oleh Islam , seperti yang ditem ukan
dalam buku M alan gy uda yan g dian alisis ah li Islam J awa,
G.W.J . Drewes (Drewes 1925: 168-82).
Selanjutnya terdapat pula keinginan Diponegoro sendiri,
baik yan g diucapkan n ya selam a, m aupun sesudah, peran g.
Yan g d iid am kan san g Pan ger an ad alah u n tu k bisa h id u p
berdamai dengan tunjangan (pensiun) dan menetap di Mekkah.
Ini m enunjukan keinginannya untuk m enunaikan rukun haji
kepada opsir Belanda yang mengawali dari Magelang ke Manado
pada Maret-J un i 18 30 (Carey 20 12:8 27, 8 40 ). Tetapi juga
m un gkin m en un jukkan ten tan g kesadaran Dipon egoro akan
kepercayaan yang tum buh belakangan ini bahwa Pralam bang
J oyoboyo mengemukakan sebenarnya Ratu Adil itu mempunyai
dua buah keraton, satu yang terletak di Pulau J awa (biasanya
dikatakan di Ketonggo), sedangkan yang satu lagi di Arabia.56
bacaan-indo.blogspot.com

Kemudian terdapat pula bukti bahwa atas dorongan Sentot Ali


Basah (Prawirodirjo) (sekitar 180 8-1855), panglima pasukannya
yan g palin g im ajin atif, yan g ber pikir u n tu k m en aklu kkan
wilayah-wilayah di In don esia bagian tim ur. Itu akan cocok
36 Sisi Lain Diponegoro

lagi dengan apa yang ditemukan dalam Pralambang J oyoboyo,


yang menggambarkan raja-raja dari daerah asing datang untuk
m en yam paikan horm at dan bakti m ereka kepada Ratu Adil
tersebut.57
Yang disebutkan belakangan tadi hanyalah sekadar saran-
saran belaka. Tetapi pasti Diponegoro menyadari sepenuhnya
bah wa bu kan d ialah yan g akan m en jad i p em im p in yan g
mampu mengusir orang-orang Belanda dari J awa. Sebaliknya,
san g Pan ger an h an ya akan m en jad i p en yebab tim bu ln ya
suatu m asa penghancuran yang m enyucikan. Perang suci ini
akan berlangsung untuk jangka waktu singkat saja, tapi akan
menjadi pendahulu zaman pemerintahan yang benar dan adil
(Ricklefs 1974b:246-47). Dalam kata pengantar historis babad
otobiograinya, Diponegoro mengisahkan ramalan Sultan Agung.
Disam paikan kepada pam an n ya, Pan geran Purboyo, Sultan
Agung menyatakan bahwa orang Belanda akan memerintah di
J awa selama 30 0 tahun setelah Sultan Agung wafat, yakni sejak
1646. Salah satu keturunan Sultan Agung akan m em berontak
ter hadap Belanda, namun akan kalah.58 Keturunan yang dilihat
oleh Sultan Agung itu, di kemudian hari dibuat jelas ketika kakek
buyut Diponegoro, Sultan Hamengkubuwono I (bertakhta 1749-
1792), m elihat Diponegoro sebagai seorang bayi m erah yang
digendong ibunda ke kediaman pribadi (Proboy ekso) sultan di
bagian inti keraton (kadaton). Setelah diperiksa dengan cermat
si calon pemimpin Perang J awa, ia mengutarakan bahwa bayi
itu kelak akan menjadi lebih hebat dari dirinya sendiri di dalam
memerangi penjajah Belanda waktu Perang Giyanti (1746-1755),
tetapi bagaimana hasilnya, hanya Tuhan sajalah yang tahu.59
Da la m s e b u a h ve r s i P r a la m b a n g J o yo b o yo ya n g
bacaan-indo.blogspot.com

d ican tu m kan d alam Ser a t Ca bola n g (18 15), yan g d itu lis
sebelu m p ecah n ya Per an g J awa d i Ker at on Kasu n an an ,
d igam bar kan bah wa p em er in t ah an Er u cokr o akan kalah
ter h adap pem er in tah an r aja asin g yan g datan g dar i N usa
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 37

Srenggi (Eropa) dan hanyalah setelah m elalui m asa panjang


yan g pen uh den gan kebin gun gan dan kekacauan , bar ulah
J awa akan mendapatkan kemerdekaannya dengan munculnya
seorang keturunan Erucokro dari Turki (Rum) (Serat Cabolang
IV:1813-15).60 Sulit sekali untuk dapat menentukan dengan tepat
di mana Diponegoro melihat kedudukan dirinya sendiri dalam
siklus yang digambarkan dalam pralambang ini. Tetapi dengan
kemenangan mutlak Belanda dalam Perang J awa, tahun 1830
bisa dipan dan g sebagai saat di m an a kekuasaan pem erin tah
Belanda kolonial di J awa menjadi efektif.
Tem a m en gen ai Dipon egoro sebagai saran a un tuk m e-
n im bulkan zam an pen gh an curan ditem ukan dalam ben tuk
p en glih atan d an m im p i yan g d icer iter akan d alam babad
ot obiogr afin ya: p er t am a sebelu m t er jad in ya p en yer bu an
Inggris terhadap keraton Yogyakarta pada 20 J uni 1812, dan
kedua sebelum meletusnya Perang J awa. Demikianlah, waktu
Diponegoro membuat ziarah ke samudera selatan sekitar musim
kem arau 18 0 5, ia m en erim a wan gsit dari Sun an Kalijogo di
Parangkusumo: “awal keruntuhan tanah J awa” (w iw it bubrah
tanah Jaw a) diramalkan akan mulai dalam jangka waktu tiga
tahun (Carey 20 12:174). Tepat 5 J anuari 18 0 8 , sang pelopor
perusak, Marsekal Daendels tiba di Batavia untuk m ulai tiga
seten gah tahun sebagai gubern ur jen deral (18 0 8 -18 11) yan g
akan jungkir-balik tatanan lam a J awa dan m endobrak sistem
adm in istrasi VOC yan g korup (Carey 20 12:18 3). Walaupun
m aksudnya tidak begitu jelas, tetapi tam paknya wangsit sang
Wali Songo memberikan petunjuk bahwa Diponegoro-lah yang
akan m en jadi ‘saran a’ un tuk terjadin ya pen ghan curan yan g
dimaksudkan (Ricklefs 1974b:246-7).
bacaan-indo.blogspot.com

Dalam ken yataan n ya Dipon egoro m em ain kan peran an


yan g san gat pen tin g d alam m en yelam atkan ayah n ya d ar i
per sekon gkolan jah at kakekn ya, Su ltan Ked u a. Dan pad a
a kh ir n ya a ya h n ya b er h a sil m en d u d u ki t a kh t a ker a t on
38 Sisi Lain Diponegoro

Yogyakar t a sebagai Su lt an H am en gku bu won o III (18 12-


1814) setelah penaklukan keraton oleh tentara Sepoy-Inggris.
Pada fase kedua penghancuran tersebut, yaitu Perang J awa,
p er an an yan g h ar u s d im ain kan Dip on egor o d ibu at lebih
jelas dengan wahyu sang Ratu Adil. Pangeran dipanggil serta
diberikan perintah untuk memimpin pasukannya dalam perang
den gan lan dasan wewen an g yan g diberikan oleh Al Quran .
Pem binasaan yang dilakukan dengan m otif keagam aan yang
kuat akan selalu terlihat dengan Diponegoro sebagai penggerak
utamanya, sehingga ia mengacu kepada dirinya sendiri sebagai
sang m urtining y uda (roh atau jiwanya perang), sebelum ia
mulai memakai gelar Sultan Erucokro di Selarong.61 Lautan api
(sam odra m urub) serta bunyi yang menggelegar yang mengikuti
p er in tah Ratu Ad il, m en gin gatkan or an g akan p er ist iwa
m eletusnya Gunung Merapi pada 28 -29 Desem ber 18 22 dan
lebih jauh lagi menegaskan akan datangnya kehancuran di tanah
J awa.62 Nanti, dalam mimpi Ratu Ageng mengenai Diponegoro
sebagai w ali w udhar, suara yang didengarnya mengatakan, tiga
kali, bahwa kalau menantu perempuannya, yang bernama Ratu
Kencono itu, tidak kawin dengan Diponegoro, maka tanah J awa
akan dibinasakan.63
Men u r u t la p or a n Bela n d a , Dip on egor o ke lih a t a n -
n ya m em an g m em p u n yai r en can a u n t u k m em u lai p em -
berontakannya pada tahun 1825, dengan meluncurkan serangan
destruktif terhadap Yogyakarta, yang sebelum nya telah dicela
dengan keras dalam babadnya, atas kegagalan penduduknya
u n t u k m ela ksa n a ka n a ja r a n a ga m a Isla m seb a ga im a n a
m estin ya. 64 Di kem udian h ari, selam a berlan gsun gn ya pe-
perangan tersebut, terutam a sekali atas dorongan Kiai Mojo,
bacaan-indo.blogspot.com

seran gan serupa dilun curkan di Surakarta pada 15 Oktober


18 26 dan kedua buah kerajaan itu akan dipoton g sebagian ,
sesuai den gan apa yan g dican tum kan di dalam persetujuan
p er d a m a ia n , seb a ga im a n a ya n g d ia ju ka n d a la m su r a t
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 39

Pen galasan tersebut (Rusche 190 8 -190 9, I:156-67; dan lihat


Lampiran 1). Seandainya ia berhasil, maka ia akan memerintah
J awa sebagai seor an g R a tu Pa n eteg Pa n a ta g a m a , tetapi
oleh karena tujuan Diponegoro itu tidak diizinkan oleh pihak
Belanda, sebagai gantinya ia meminta izin untuk diperkenankan
m en gu n d u r ka n d ir in ya ke Mekka h , seb a ga i m a n a ya n g
dilaksanakan oleh seorang Erucokro.

Pe r a n Is la m d a n Su a t u K e s im p u la n
Demikianlah, secara singkat penggambaran tema-tema utama
yang terdapat di dalam babad karya Diponegoro, yang mungkin
d ap at m em ber ikan p en ger t ian yan g ber m an faat t en t an g
bagaimana ia sendiri melihat dirinya serta peristiwa-peristiwa
di m an a ia ikut am bil peran . Perm asalah an legitim asi dan
pam rih senantiasa m erupakan pertim bangan sentral baginya.
Ini dengan terang bisa dilihat ketika ia m enulis babadnya di
Manado antara Mei 1831 dan Februari 1832 waktu ia berusaha
untuk mencari pembenaran pemberontakan yang dilakukannya
dalam pandangan dan pengertian kebudayaan dan kosmis J awa
yang tradisional. Tentu saja perbuatannya sam a sekali tidak
m enyangkal pengaruh Islam yang begitu penting. Ini dengan
mudah dapat dilihat di dalam perjalanan hidup Pangeran serta
babad n ya. Dem ikian lah m isaln ya, m asa kan ak-kan ak d an
rem aja Diponegoro yang tam paknya ham pir dapat dipastikan
m erupa kan sesuatu yang unik di kalangan kaum bangsawan
Yogyakarta pada m asa itu. Ia hidup tin ggal jauh dari istan a
dan ban yak bergaul den gan m asyarakat agam a dari pon dok
pesan tren . Sejak kecil ia m en jalan i hubun gan den gan para
kiai serta guru agama Islam di daerah sekitar kediamannya di
bacaan-indo.blogspot.com

Tegalrejo,65 term asuk guru ageng, Kiai Taptojani dari Mlangi


(lihat Bagian II). Ia juga banyak membaca kesusastraan Islam
dan baik ia sendiri, maupun keluarganya terkenal karena tingkat
40 Sisi Lain Diponegoro

peradaban mereka yang tinggi.66 Tidak ada keraguan bahwa ia


tekun dan tulus dalam melakukan pengkajian dan melaksanakan
kewajiban keagam aan n ya, sam pai-sam pai ia dihin akan oleh
orang sezaman itu, salah satunya kaum bangsawan Yogyakarta,
atas sikapn ya yan g terlalu ‘m en yan tri’. 67 Sejauh m an a yan g
menyangkut Babad Diponegoro ini, baik pertemuannya dengan
Ratu Adil (19 Mei 1824), maupun dengan kedelapan orang wali
(16 Mei 1825) itu merupakan kejadian yang penting. Peristiwa itu
berlangsung dalam bulan Puasa, tepatnya pada malam lailatul-
qadar, yaitu pada malam yang menurut umat Islam, di mana
diturunkannya Al Quran kepada Muham m ad SAW (J uynboll
1930 :10 7).68 Gam baran Ratu Adil yang dikem ukakannya juga
den gan kuat m en gin gatkan kita kepada tokoh Muh am m ad
SAW, oleh karena dalam penggambaran di babadnya tersebut,
Dipon egor o m en gen akan ser ban h ijau d an ju bah pu tih . 69
Diponegoro sendiri tampaknya hampir selalu memakai busana
yang serupa, selam a berlangsungnya serangan Belanda pada
Tegalrejo. Ada pula bukti bahwa sejumlah orang Arab—antara
lain keluarga saudagar Syeh Ahm ad al-Ansari dari J eddah—
merupakan bagian dari para pengikutnya yang terdekat, selain
guru agama Islam J awa yang telah selesai menunaikan ibadah
Haji ke Mekkah.70
Bahkan n egeri Turki pun m erupakan sum ber in spirasi
bagi Diponegoro. Pasukan pengawal pribadinya dan resim en
elit m em akai nam a Turki Ottom an seperti Arkio, Bulkio, dan
Turkio. Nama-nama ini pernah dipakai oleh resimen J anissary
dari Circassia (daerah Tcherkesses di bagian barat Pegunungan
Kaukasus) yan g m erupakan pasukan pen gawal pribadi para
Sultan Turki (Carey 20 12:176-77). Lagi-lagi praktek administratif
bacaan-indo.blogspot.com

Turki di Mekkah dikutip dalam diskusi di kalangan penasihat


keagamaan Diponegoro.71
J auh sebelumnya, dalam sejarah J awa Tengah tidak per nah
ditemukan atau tercatat bahwa terdapat begitu banyak ma salah
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 41

dari dun ia Islam yan g m en ghiasi kejadian -kejadian . Meski-


pun dem ikian, paling tidak m enurut babad yang disusunnya
itu, dasar w eltan schaun g—pan dan gan h idup—Dipon egor o
tam paknya m asih saja tetap banyak dipengaruhi oleh tradisi
Hindu J awa, seperti yang ditem ukan di lingkungan istana di
J awa bagian ten gah-selatan . Maka dari itu, kon sep-kon sep
tirakat J awa yang bersifat tradisional banyak m em pengaruhi
masa persiapan juga masa latihan Diponegoro sebagai seorang
santri. Hal ini selaras dengan yang diperlihatkan Arjuna dalam
Arjunawiwāha.72 Konsepsi Diponegoro mengenai perang sabil
(peran g suci) m un gkin sekali sam a ban yakn ya dipen garuhi
oleh h ar ap an -h ar ap an tr ad ision al m asyar akat J awa yan g
tercurah dalam konsep Ratu Adil, ataupun ajaran-ajaran yang
diperolehnya dari Al Quran. Rupanya pandangan dirinya sebagai
Ratu Paneteg Panatagama banyak terinspirasi dari peraturan-
peraturan yan g dijalan kan oleh para wali di J awa serta le-
luhurnya, Sultan Agung. Mungkin contoh simbolis yang paling
baik dari sem ua sikap dan tin gkah laku Dipon egoro adalah
pen gun duran dirin ya ke Selorejo, di m an a ia m en gerjakan
shalatnya setiap hari, menghadap ke Mekkah, di atas enam buah
yoni yang besar yang berasal dari zaman Hindu-Buddha di J awa
(lihat catatan akhir 50 ). Akar sikap dan aspirasi Diponegoro,
pada hakikatnya, dengan kukuh menghunjam pada masa silam
masyarakat J awa.
bacaan-indo.blogspot.com
Lukisan khayali berwarna yang menggambarkan Pangeran Diponegoro
di Benteng Rotterdam sedang membaca sebuah teks tentang ilmu mistik
Islam (tasawuf) didampingi istri yang sah, Raden Ayu Retnoningsih, dan
seorang putra—disebut Pangeran “Ali Basah”—yang sedang melihat
punakawan, Bantengwareng, atau bayangan sebuah makhluk halus. Foto
dari Leiden Codex Orientalis 7398, koleksi Snouck Hurgronje, seizin
Universiteitsbibliotheek Leiden.
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
Babad Kedung Kebo

BAHASAN pokok Babad Kedung Kebo yang ditulis awal 1840 -


an oleh Cokron egoro dan Basah Pen galasan jauh berbeda
dari isi otobiograi Pangeran Diponegoro. Babad ini bukanlah
su atu u paya u n tu k m elegitim asikan kepu tu san ber per an g
suci melawan ‘kair’ Belanda, melainkan untuk membenarkan
tin d akan Cokr on egor o yan g ber gabu n g d i p ih ak Belan d a
melawan pasukan Diponegoro. Di bagian awal Babad, gambaran
san g Pan ger an d ap at d ikat akan m asih p osit if: ket aat an
agam an ya d ikagu m i, walau p u n ket er libat an m asyar akat
agama dalam peristiwa politik dikritik keras.73 Namun, sejauh
m an a p an d an gan Cokr on egor o sen d ir i tid ak cu ku p jelas
diun gkapkan dalam tulisan awal in i. Mem an g ada dikotom i
dalam sikap penulis Babad Kedung Kebo terhadap Diponegoro.
Ini memperkuat teori bahwa Babad ini merupakan karya dua
orang, sang bupati perdana Purworejo dan panglima Pangeran
bacaan-indo.blogspot.com

di Bagelen tim ur, Basah Pengalasan. Mungkin yang terakhir


ber kon tr ibu si palin g ban yak pad a bagian per tam a, yakn i
mengenai riwayat Pangeran sebelum Perang J awa. Sementara
itu, Cokron egoro m en gilham i tulisan bagian kem udian yan g
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 45

berkisah tentang hulptroepen Surakarta dan pertem puran di


Bagelen (lihat Bagian II).
Nam un, terdapat sebuah tradisi lisan J awa—suatu cerita
yang turun-tem urun—yang m enyebutkan bahwa Diponegoro
m a u pu n Cokr on egor o, belajar tasawu f dan ajar an tar ekat
Shattariyah kepada guru agam a yang sam a sebelum m eletus-
nya Perang J awa. J adi ada kisah mengiris hati yang terselubung
dalam sejarah ini. Kisah ini menyangkut dua murid tasawuf yang
brilian yang dua-duanya pernah berguru kepada kiai sui yang
terkondang di J awa bagian tengah-selatan, Kiai Taptojani dari
Mlangi. Nam un ternyata lakon hidup m ereka sangat berbeda
sehin gga pada akhirn ya m en jadi m usuh be buyutan sewaktu
Perang J awa.74
Cokronegoro, pada hakikatnya, m em andang peperangan
tersebut sebagai adu kesektèn (kesaktian)—pertandingan ke-
kuatan spiritual—antara dirinya dan Pangeran Diponegoro. Ini
bisa dimengerti: di J awa belajar bersama pada guru kebatinan
atau ilm u tasawuf yang sam a kerap kali m enim bulkan ikatan
spiritual dan personal yang luar biasa kuat serta men dalam, baik
antara guru dan murid, maupun di antara murid-murid mereka
sendiri.
Den gan dem ikian , tradisi lisan in i dapat m en jadi kun ci
pen tin g un tuk m em aham i pem ikiran Cokron egoro terhadap
Diponegoro dalam Babad Kedung Kebo. Pencapaian spiritual
Dipon egoro m em an g besar. Nam un bagi Cokron egoro, ke-
gagalan akhirn ya harus diderita san g Pan geran . Keputusan
bu p ati p er d an a Pu r wor ejo itu u n tu k ber p er an g m elawan
Dipon egoro digam barkan sebagai hasil pem aham an n ya atas
ke lem ah an m en dasar Dipon egoro sebagai paduan karakter
bacaan-indo.blogspot.com

m en tal dan spiritualnya. Dalam babad, sikap ini diterangkan


dalam konteks pandangan budaya J awa yang tradisional dan
pe mahaman kosmis. Ada tiga buah tema utama yang ditemukan
d a la m Ba b a d Cokr on egor o: (1) p en gga m b a r a n seb elu m
46 Sisi Lain Diponegoro

m eletusn ya Per an g J awa, dan tan da ser ta keajaiban yan g


diterima oleh Diponegoro dan penasihat spiritualnya; (2) setelah
meletusnya perang, ada isu dari pembicaraan rakyat mengenai
ramalan J oyoboyo dalam kaitannya dengan masalah kedatangan
Ratu Adil; dan (3) pada bagian akhir Babad ada gam baran
wayang yang digunakan untuk mengukuhkan pandangan kritis
tersebut terhadap pribadi pemimpin Perang J awa.
Wahyu serta keajaiban yang diterima Diponegoro sebelum
perang m erupakan bahan analisis yang cukup rinci di bagian
perm ulaan babad.75 Misaln ya, ditem ukan bahwa pada 18 23,
Diponegoro m erasa gelisah akibat keadaan politik di keraton
Yogyakarta yan g sem akin buruk setelah m un culn ya faksi di
keraton yang merebut kekuasaan waktu Sri Sultan (Hamengku
Buwon o V) m asih balita. Agar Pan geran bisa m en dapatkan
gambaran lebih jelas mengenai masa depan, ia pun mengirimkan
para pen asih atn ya m elakukan berbagai perjalan an m en uju
tempat-tempat suci yang berada di J awa bagian tengah-selatan.
Per t am a-t am a ia m en gir im kan p en asih at agam an ya,
Kiai J oyom ustopo, ke Im ogiri dengan perintah untuk m eng-
adakan sem adi dan penebusan dosa di tem pat Sultan Agung
dikuburkan . Pen gharapan Dipon egoro adalah ia akan m en -
dapatkan sebuah tanda yang bisa menjelaskan apa yang akan
terjadi. J oyom ustopo bersem adi sepanjang m alam pada kaki
kuburan Sultan Agung ditem ani oleh juru kunci utam a, Kiai
Balad. Di tempat itulah ia terus-menerus memohon untuk men-
dapatkan sebuah petun juk. Pada pagi berikutn ya ia m elihat
sebuah bercak merah, sebesar pinggan pada kelambu yang me-
n yelubun gi kuburan tersebut. Ia bertan ya kepada san g juru
kun ci itu m en gen ai m akn a yan g terkan dun g di dalam tan da
bacaan-indo.blogspot.com

tersebut. Kiai Balad menjawab bahwa Tuhan telah menentukan


bahwa di J awa akan ada peperangan hebat dan banyak per-
tumpahan darah. Kemudian J oyomustopo kembali ke Tegalrejo
un tuk m elaporkan kepada Dipon egoro m en gen ai apa yan g
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 47

dilihat serta apa yang diutarakan kepadanya oleh juru kunci


itu. Babad Kedung Kebo m engungkapkan bahwa Diponegoro
m em aham i betul im plikasi dari apa yan g baru diden garn ya.
Tanda awal ini, sebagaim ana disajikan dalam buku kecil ini,
sun gguh m en arik perh atian . In i karen a ia m elen gkapi dua
buah tema utama dalam Babad Diponegoro: yaitu menyangkut
hubungan Pangeran dengan Sultan Agung, serta kehancuran
peperangan yang akan disebabkan perang sabil yang dipimpin
Diponegoro.
Selanjutnya Diponegoro juga m engirim kan J oyom ustopo
dalam tugas lebih luas lagi; kali in i ia didam pin gi oleh tiga
orang lain, yaitu Kiai J anodin, anak laki-lakinya yang bernama
Abukasan, serta Kiai Mopid, seorang ulama dari Guyangan di
Kecam atan Loano di Purworejo. Tujuan dari m isi ini adalah
u n tu k m en em u kan kem ban g Wijoyoku su m o, yan g kon on
tumbuh di Pulau Nusakambangan yang terletak berseberangan
den gan kota pelabuh an Cilacap. Kem ban g Wijoyokusum o,
bun ga kem en an gan , m en urut tradisi, adalah kem ban g yan g
akan dicari oleh setiap oran g yan g m en un tut m ahkota dari
suatu kerajaan di J awa. Kalau kem bang tersebut tidak dapat
ditemukan, dapat ditafsirkan bahwa penuntut tidak mempunyai
tuntutan yang sah atas mahkota kerajaan yang diincar (Roorda
1860 :171, catatan dari C.F. Winter Sr).
Diponegoro memberikan perintah kepada para utusannya
itu: kalau m ereka tidak berhasil m enem ukan bunga tersebut,
m ereka harus kem bali ke arah utara m elalui Bagelen, Ledok,
dan Kedu serta mengunjungi sejumlah tempat suci sepanjang
perjalanan untuk mendapatkan tanda-tanda. Maka berangkatlah
J oyom u st op o d en gan t em an -t em an n ya m en u ju Cilacap .
bacaan-indo.blogspot.com

Tetapi sesam pai di sana barulah m ereka m engetahui bahwa


perjalan an den gan m en ggun akan kapal ke Nusakam ban gan
ongkosnya terlalu mahal. Oleh karena itu, mereka memutuskan
untuk melakukan penyeberangan yang lebih pendek ke Masjid
48 Sisi Lain Diponegoro

Watu, sebuah m asjid yan g dipahat dalam sebuah gua batu


yang terletak di bagian ujung timur pulau itu. Mereka tinggal
selama beberapa hari di Masjid Watu; terus berdoa, memohon
dilimpahkannya kemakmuran untuk Mataram dan Diponegoro
pada khususnya. Suatu malam, Kiai J anodin bermimpi melihat
Dipon egoro m e n aiki seekor sapi Gum aran g. Sapi tersebut
terlihat se besar sebuah bukit dan kakinya terjerat oleh tum -
buhan menjalar balaran, tetapi sapi itu akhirnya berhasil me-
lepaskan badannya serta kemudian melarikan diri dengan tetap
m em bawa Pangeran Diponegoro di atas punggungnya. Tidak
ada keteran gan m en gen ai m im pi in i dalam Babad Kedun g
Kebo, tetapi m im pi in i m un gkin m elam ban gkan kekuatan
destruktif yang akan dikobarkan Diponegoro di J awa.76 Fakta
bah wa p ar a u t u san t er sebu t t id ak ber h asil m en em u kan
kembang Wijoyokusumo, memberikan petunjuk bahwa tuntutan
Dipon egoro atas m ah kota kerajaan tidak akan berhasil. H al
yang dem ikian ini diperkuat pula oleh tanda-tanda lain yang
didapatkan oleh pe nasihat agamis Pangeran selama perjalanan
pulang. Di Pekiringan dekat Gombong misalnya,77 ketika mereka
berm alam di tem pat pekuburan Wali Prakosa, an gin telah
m erobek serta m en erban gkan kelam bu yan g m en yelubun gi
kuburan itu. Peristiwa yang sama telah terjadi di Cahyono 78 di
Banyumas, ketika kelambu yang mengelilingi tempat pekuburan
Syeh J ambu Karang telah hilang pada malam harinya.
Ketika J oyom ustopo dan Kiai Mopid m eren un gkan ten -
tang sem ua tanda-tanda yang telah m ereka saksikan, m ereka
menyadari bahwa pada akhirnya semuanya menunjuk kepada
kehancuran yang akan menimpa Mataram.79 Tanda-tanda yang
sam a juga terdapat di Gun un g Lawet pada m alam terakhir
bacaan-indo.blogspot.com

sebelu m m er eka akh ir n ya kem bali ke Tegalr ejo. Sesu atu


yang m irip terjadi waktu m ereka berada di Masjid Kuweron
di Kedu: Ki Ageng Selo, seorang tokoh dalam m itologi J awa
yang m eringus petir dan yang juga dihorm ati sebagai leluhur
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 49

tokoh pen diri Mataram , Kiai Agen g Pem an ah an (Rouffaer


190 5:598 ; Carey 20 12:30 9), telah m uncul dalam m im pi Kiai
Mopid. Ia meramalkan bahwa Diponegoro akan memerintah di
J awa serta menjalankan hukum Islam (ngrata agam a sarak).
Tetapi kalau ia sam pai terjerum us ke dalam sikap sem brono,
angkuh, dan sombong, maka rahmat dan petunjuk Tuhan pasti-
lah akan m enghilang.80 Rom bongan itu kem udian kem bali ke
Tegalrejo dan menyampaikan tanda yang mereka lihat kepada
Diponegoro, yang juga baru m enerim a pesan serupa dari Ki
Ageng Selo, yang m em peringatkan tentang bahaya yang akan
ditimbulkan oleh sifat pongah (takabur).81
Dem ikian lah secar a sin gkat tan da-tan da, m aupun ke-
ajaiban , yan g dikatakan telah diterim a Dipon egoro sebelum
m e let u sn ya Per an g J awa. Mem an g Cokr on egor o ban yak
m en gun gkapkan sikap pribadin ya terhadap Pan geran Dipo-
n egoro dalam Babad. Ram alan yan g palin g pen tin g adalah
ramalan Ki Ageng Selo. Berdasarkan hal ini Cokronegoro mem-
perm asalah kan sifat pam rih Pan geran . Men urut pen dapat
Cokronegoro, kegagalan Diponegoro dapat dikaitkan dengan
m otif un tuk m elakukan pem beron takan yan g tidak m urn i.
Motif ini dipengaruhi oleh kepentingan serta am bisi pribadi.
Kemudian, ketika ia melukiskan Pangeran di markas pertama di
Selarong (21 J uli-5 Oktober 1825), secara eksplisit Cokronegoro
mengemukakan bahwa Diponegoro terpengaruh oleh sifat ke-
sombongan (kagepok takabur). Menurut sang bupati perdana
Purworejo itu, Pan geran telah m elupakan perin gatan yan g
telah diberikan oleh Tuhan sebelum pecahnya perang. Dengan
de m ikian ia m engeluarkan m urka Tuhan sebagai akibat dari
perbuatannya. Di samping itu ia juga disesatkan oleh Kiai Mojo.
bacaan-indo.blogspot.com

Penasihat agam a utam a itu m endesak Pangeran untuk m em -


proklam asikan dirinya sendiri sebagai sultan pada saat yang
sama sekali tidak cocok.82
50 Sisi Lain Diponegoro

Dalam sikap yan g diperlihatkan Cokron egoro terhadap


Diponegoro, kita dapat m enem ukan sikap sesam a m urid ke-
batinan dan ajaran Sui Islam (tasawuf) yang amat mengagumi
kesektèn (kesaktian ). Tetapi, san g bupati tetap m en gaitkan
kegagalan Dipon egoro den gan ketidakm am puan n ya un tuk
m en gen dalikan sifat pam rih n ya. Kelem ah an fatal dari ke-
pribadian spiritual Diponegoro ini dipertegas dalam gam bar-
an wayang yang digunakan pada tulisan akhir Babad: di sini
Pangeran disamakan dengan Prabu Suyudana, pemimpin kaum
Kurawa, yan g som bon g dan tergoda pam rih . Men yaksikan
per bed aan tr adisi dan keper cayaan ber an eka r agam yan g
dikutip Cokron egoro dalam pen ggam baran ten tan g tan da-
tanda dan keajaiban yang telah diterima Diponegoro menarik
bagi sejarawan. Apalagi ada perbedaan persepsi spasial yang
mencolok: sementara Diponegoro dalam babad otobiograinya
hanya bisa m engunjungi tem pat suci yang berkaitan dengan
dunia spiritual daerah Mataram saja, Cokronegoro telah meng-
am bil con toh -con toh n ya dari daerah kediam an n ya sen diri,
yaitu Bagelen , ser ta tr adisi Su r akar ta d an ar eal Pajan g. 8 3
Mungkin pula dalam sikap yang diperlihatkan Cokronegoro,
kita bisa m elihat sesuatu yang m encerm inkan tradisi keraton
Surakarta dan sifat antipati seorang pejabat rendahan, seperti
Cokronegoro sendiri, yang telah menjabat sebagai mantri ulu-
ulu di Am pel (Boyolali) sebelum peran g (Bagian II), kepada
seorang bangsawan terkemuka seperti Diponegoro, putra sulung
sultan dan anggota inti keluarga kerajaan walaupun dibesarkan
di lingkup pedesaan (Tegalrejo).
Dengan cara yang sama, sebagaimana ia menolak tuntutan
Diponegoro atas kebangsawanannya, Cokronegoro juga menolak
bacaan-indo.blogspot.com

p en d ap at bah wa Pan ger an t er sebu t m em en u h i r am alan


J oyoboyo ten tan g kedatan gan san g Ratu Adil. Dalam Babad
ia m enggam barkan bagaim ana kebanyakan m asyarakat J awa,
yang mengikuti pemberontakan yang diluncurkan Diponegoro,
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 51

yakin sepenuhnya bahwa ia m em ang benar-benar m em enuhi


ram alan dari raja Kediri abad XII itu ten tan g Ratu Adil, di
mana ia ditakdirkan mengusir bangsa Belanda dari tanah J awa.
Tetapi Cokronegoro menyatakan bahwa sesungguhnya mereka
tidak menyadari bahwa waktu yang dimaksudkan belum tiba.
Menurut bupati perdana Purworejo itu tidak seorang pun rakyat
jelata yang mendukung sang Pangeran memahami benar makna
dari ramalan.84
Di kemudian hari, ketika Diponegoro berada di J elegong,
yang terletak tepat di sebelah tim ur Kali Progo dan m enjadi
m ar kas m an tr i ‘tu wa bu r u ’ yan g d itu gaskan ker aton m e-
n an gkap m acan un tuk pertarun gan den gan ban ten g (Carey
198 1:262 catatan 112), Cokronegoro m elukiskan penderitaan
yang dialam i Diponegoro. Ia digam barkan m em ohon kepada
Yang Maha Kuasa agar diberikan sesuatu petunjuk, tetapi tidak
sebuah tanda pun yang muncul. Kemudian, kata Cokronegoro,
disadarinya sepenuhnya peringatan yang dikemuka kan dalam
ram alan J oyoboyo m en gen ai kesulitan yan g akan dihadapi
ketika m elawan Belan da. 8 5 Setelah kekalah an m utlak yan g
diderita pasukan Pangeran di Gawok, sebelah barat Surakarta,
15 Oktober 1826, barulah benar-benar disadari oleh Diponegoro
bahwa perjuangannya itu akan gagal.86
Bahkan yang lebih penting artinya dari pem bahasan m e-
ngenai tanda serta ramalan yang dikemukakan J oyoboyo adalah
gam baran wayan g yan g digun akan pada bagian akhir cerita
Babad. Makna penting perlambangan wayang yang digunakan
terlihat jelas dari sam pul kulit kedua naskah Babad Kedung
Kebo ter tu a yan g ter sim pan d i Per pu stakaan Un iver sitas
Leiden (LOr 2163) dan Perpustakaan Athen aeum (sekaran g
bacaan-indo.blogspot.com

Perpustakaan Kota) di Deventer, Belanda. Gambar wayang telah


digun akan sebagai hiasan pada sam pul m uka dan belakan g
kedua naskah ini. Pada sisi kanan sam pul m uka naskah yang
d im iliki Leid en , ter d ap at gam bar Bim a m em egan g gad a,
52 Sisi Lain Diponegoro

sementara di sisi kirinya terdapat gambar Pandita (Resi) Durna,


dan pada sampul belakangnya terdapat gambar Suyudana dan
Baladewa (hlm . 10 9). Dem ikian pula haln ya den gan n askah
Babad Kedun g Kebo yan g kin i terdapat di Deven ter: pada
sampul depan ter lihat gambar Bima dan Yudistira, sedangkan
pada sam pul belakan g terpam pan g gam bar Suyudan a dan
Baladewa (Pigeaud 1967-80 , II:869; lihat hlm. 116).
Susunan gambar tokoh-tokoh wayang tersebut memberikan
petun juk ten tan g pem bedaan an tara kaum Pan dawa (Bim a,
Yudistira) dan golongan Kurawa (Suyudana, Baladewa, serta
Durna). Hal ini dapat memberikan petunjuk kepada kita bahwa
Cokronegoro mungkin sekali telah memandang Perang J awa itu
sam a seperti yang terdapat dalam Serat Bharatay uda, suatu
per tarungan apokaliptik akhir yang berlangsung di antara kaum
Pandawa dan Kurawa, setelah kehilangan banyak korban jiwa,
Kurawa akhirnya berhasil dikalahkan. Dalam Babad terdapat
sebuah referensi yang memperkuat pandangan ini.87 Mungkin
sekali Cokr on egor o m elih at d ir in ya sen d ir i sebagai Bim a
karena dalam Babad ia membandingkan dirinya dengan Raden
Setyaki, yan g dalam wayan g purwa berhasil m em en an gkan
n am a Bim a kun tin g (Bim a yan g kerdil) akibat kesaktian n ya
yang am at hebat (Hardjowirogo 1965:96). Terdapat pula titik
perbandingan antara perjalanan hidup Cokronegoro dan per-
jalanan hidup yang ditempuh oleh Raden Setyaki di dalam cerita
wayan g: kedua-duan ya pern ah m en in ggalkan n egeri tem pat
kelahiran mereka, tempat mereka mendapat jaminan atas suatu
kedudukan, untuk m engharum kan nam a di sebuah kerajaan
tetangga. Cokronegoro telah m eninggalkan Bagelen, di m ana
ia sebenarnya sebagai keturunan keluarga para kiai terkemuka
bacaan-indo.blogspot.com

atau priyayi desa (kentol), konon Raden Ngabehi Singowijoyo


(Danusubroto 20 0 8:34), mempunyai nama dan kedudukan yang
cukup baik, untuk mengabdikan dirinya di Surakarta; sementara
Raden Setyaki telah meninggalkan Lesanpura, di mana ia adalah
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 53

putra mahkota Prabu Setyajid, untuk menjadi kesatria muda di


istana Prabu Kresna di kerajaan Dwarawati. Demikian pulalah
mereka masing-masing berhasil memperoleh nama yang harum
sebagai kesatria di ibu kota yang baru tersebut; Cokronegoro—
waktu itu bergelar Raden Tum enggung Resodiwirio—sebagai
seorang komandan pasukan Surakarta yang bertempur melawan
Diponegoro di daerah Bagelen, sementara Raden Setyaki sebagai
salah satu tokoh tem pur utam a dalam Bharatayuda. Bahkan
sen jata-sen jata yan g m e r eka gun akan m em pun yai ban yak
persamaan: Cokronegoro mempersenjatai dirinya dengan tom-
bak pusaka yang bernam a Kiai Keré selam a pertem puran di
Bagelen , dan Raden Setyaki berhasil m em bin asakan ban yak
m usuhnya dalam Bharatayuda dengan senjata favorit berupa
gada dari besi kuning (Hardjowirogo 1965:96).
Adapun m asalah Durna dan Yudistira tidak ter dapat re-
ferensi langsung di Babad Kedung Kebo yang mengarah pada
m ereka. Tetapi m un gkin sekali m ereka m e represen tasikan
Belan da. Dalam pewayan gan , Durn a (yan g m en gajar Bim a)
ada lah guru yang sangat kuat serta penuh mistri. Tapi Durna
juga seperti berusaha un tuk m em bun uh m uridn ya ketika ia
mengirimnya dalam suatu pencarian yang penuh bahaya untuk
menemukan air kehidupan di dasar samudera. Usaha pencarian
ini pada hakikatnya m em perlihatkan puncak tertinggi dalam
kekuasaan dan kemampuan spiritual Bima. Ini terjadi ketika ia
berhasil ber temu dengan Dewa Ruci untuk kemudian kembali
dengan mem bawa kelengkapan nama laki-lakinya, Werkudara
(Hardjowirogo 1965:20 0 ).
Ad a kem u n gkin an besar bah wa Cokr on egor o m elih at
Kolonel J an-Baptist Cleerens (1785-1850 ), yang menjadi pang-
bacaan-indo.blogspot.com

lim a pasukan Belanda di Bagelen, sebagai perwujudan tokoh


Du r n a. Sebab d i bawah tu n tu tan d an bim bin gan Kolon el
Cleer en s, ia ber h asil m en cap ai ke d u d u kan t er t in ggi d a-
lam kar ier n ya waktu dian gkat sebagai Bu pati Br en gkelan
54 Sisi Lain Diponegoro

(pasca-1831, Purworejo) sesudah perang (gambar hlm. 10 9 dan


Epilog, hlm. 196). Sedangkan tokoh Yudistira, yang digambarkan
di sampul muka naskah yang se karang tersimpan di Deventer
(hlm . 116), m un gkin se kali dim aksudkan oleh Cokron egoro
sebagai suatu teladan atau con toh un tuk m em uji Gubern ur
J enderal A.J . Duymaer van Twist (menjabat 1851-1856), yang
telah menerima naskah Babad itu pada 1852 waktu ia membuat
perjalanan inspeksi (turné) ke J awa bagian tengah-selatan yang
pertama. Mungkin tokoh wayang ini, yang penuh bijaksana dan
bersifat halus, lebih menyanjung sang Gubernur J enderal, ahli
hukum lulusan Leiden kelahiran Deventer itu.88
Mengenai tokoh Baladewa dan Suyudana yang muncul di
sampul kulit belakang naskah Babad di Leiden dan Deventer,
keduanya lebih terang m enggam barkan sosok yang tidak lain
adalah Sun an Pakubuwon o VI (bertakh ta 18 23-18 30 ) dan
Pangeran Diponegoro sendiri. Prabu Baladewa, raja Madura
dalam cerita wayan g, san gat bersim pati den gan perjuan gan
oran g-oran g Kurawa. Tetapi den gan kesaktian n ya yan g luar
biasa, yang jika digunakan berperang dapat menghambat ter-
capainya tujuan perjuangan Pandawa, Prabu Kresna bersiasat
untuk memperdaya Prabu Baladewa. Akhirnya, Prabu Baladewa
pergi bersemadi di Grojogan Sewu sehingga ia terhalang untuk
ikut serta dalam Perang Bharatayuda (Hardjowirogo 1965:142).
J adi, persam aan Sunan Pakubuwono VI dengan Prabu Bala-
dewa jelas: raja m uda Surakarta itu m em iliki sim pati yan g
kuat terhadap perjuangan Diponegoro, tetapi ia tidak pernah
secara langsung ikut ambil bagian dalam Perang J awa. Dengan
dem ikian, Belanda bisa selam at (Louw dan De Klerck 18 94-
190 9, IV:480 -81).
bacaan-indo.blogspot.com

Sem en tar a Su yu dan a, yan g ter tu a dar i ke-99 Ku r awa


bersaudara, m en urut M ahabharata, adalah seoran g raja di
Kerajaan Ngastina. Ia adalah seorang raja hebat, tetapi pada
akh ir n ya ia m en gh an cu r kan dir in ya sen dir i ser ta se lu r u h
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 55

keluarga dan kerajaannya akibat sifat lagaknya yang berlebih-


lebihan. Ia mati dibunuh oleh Bima sendiri selama Bharatayuda
ber lan gsu n g, kar en a Bim a m en d ap atkan ke ter an gan d ar i
Prabu Kresna tentang sebuah titik lem ah yang terdapat pada
bagian paha kanan Suyudana. Kelemahan itu diketahui karena
tem pat tersebut tertutup oleh daun berin gin ketika ia di-
m andikan dengan air sakti saat m uda. Ini m encerm inkan ke-
kurangan yang esensial di dalam kepribadiannya, yaitu sifat
lagakn ya (H ar d jowir ogo 1965:18 7). Den gan m en yam akan
Suyudana dengan Diponegoro, sebagaimana telah dikemukakan
oleh Cokron egoro dalam pem bah asan n ya m en gen ai tan da-
tanda dan keajaiban tersebut, ia m enyatakan bahwa seorang
penguasa yang memiliki kemampuan untuk menjadi penguasa
yan g besar, akh irn ya m en galam i pen gh an curan diri akibat
kesombongannya.
Men urut pen gulas m odern , cerita lakon pen ggam baran
akhir hidup Suyu dana hingga kini jarang sekali dipentaskan
karen a aura tragedi yan g m eliputi kejadian tersebut begitu
besar (Anderson 1965:20 ). Perbandingan yang dibuat antara
Diponegoro dan Suyudana, sebagaimana tertera dalam Babad,
me rupakan suatu analogi yang sesuai bagi seorang tokoh yang
begitu hebat dan besar serta bagi peristiwa-peristiwa bencana
alam atau kata klism ik (catacly sm ic ev ents) yang m e libat kan
dirinya. Dengan memasukkan contoh wayang ini dalam kitab -
nya, Cokronegoro telah berhasil dengan baik mem perlihatkan
kekagu m an n ya ke pad a Pan ger an Dipon egor o ser ta m em -
benarkan tindakannya melawan Pangeran selama Perang J awa.
bacaan-indo.blogspot.com
56 Sisi Lain Diponegoro
bacaan-indo.blogspot.com

Suatu sketsa Jawa tentang pertempuran antara para pengikut Diponegoro


dan serdadu Belanda di Selarong pada akhir September atau awal Oktober
1825. Panji tempur pribadi Diponegoro dan lambang Erucokro berupa dua
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 57
bacaan-indo.blogspot.com

anak panah bersilang dan cakram matahari terlihat di sebelah kiri. Diambil dari
KITLV Or 13 (Buku Kedung Kebo), f.136r-v. Foto seizin UBL.
Babad Diponegoro versi
Keraton Surakarta

SEKARANG tinggallah bagi kita untuk m elihat apa yang ada


dalam Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta (selanjutnya:
Babad Surakarta), yang terlihat berbeda dengan kedua babad
utam a yan g ditulis tokoh utam a Peran g J awa, yaitu Babad
Dip on eg oro d an Ba ba d Ked u n g Kebo. In i kar en a Ba ba d
Surakarta hanyalah m erupakan fragm en dari sebuah Babad
Keraton yang jauh lebih panjang. Babad yang lengkap itu boleh
dikatakan sudah hilang. Namun dalam kata pengantar singkat
dari Babad Surakarta itu terdapat tulisan yan g cukup pen-
ting artinya yang dapat m elengkapi tem a-tem a yang telah di-
bahas di atas. Gambaran wayang kembali memainkan peranan
menarik dalam Babad ini. Mungkin sekali banyak adegan dalam
naskah Babad Surakarta ini telah diinspirasi oleh pertunjukan
wayang orang yang sempat dilihat oleh penulis babad di keraton
bacaan-indo.blogspot.com

Surakarta. Dem ikian lah m isaln ya gam baran yan g diberikan


dalam Babad ini mengenai ekspresi air muka yang dapat terlihat
pada wajah para pejabat pem erin tah Belan da di Yogyakarta
ketika m ereka m endengar laporan Patih Danurejo IV tentang
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 59

perlawanan Diponegoro di Tegalrejo. Ekspresi ini langsung di-


ambil dari watak para buta (raksasa) sebagaimana yang dapat
disaksikan dalam wayang wong itu:

IV.7. […]
Tuan Smissaert dan Chevallier setelah
mendengar [laporannya itu] menjadi amat marah.

8. Gigi berkerot-kerot dan


matanya merah melotot,
kepala menggeleng-geleng
[dan] bulu keningnya berdiri. 89
[…]

Babad tersebut nampaknya tepat dalam memberikan gambaran


tentang orang-orang yang dilukiskannya. Demikianlah misalnya
Residen Yogya, A.H . Sm issaert (1777-18 32; m en jabat 18 23-
1825), yang dalam sebuah laporan yang disusun seorang pejabat
Belan da, dilukiskan sebagai seoran g “laki-laki yan g pen dek,
gemuk, [dan] pemalu” (Hogendorp 1913:146; Carey 20 12:60 9);
dan dalam Babad ini digambarkan menggunakan istilah-istilah
yang hampir sama:

IV.8. […]
Andaikata Tuan Smissaert
bertubuh tinggi dan besar
dia bagaikan raksasa dari Ngalengka [Sailan]

9. waktu mendengar [laporan] matinya [adiknya]


bacaan-indo.blogspot.com

raksasa Ari Nglebur Gongso [Kumbakarna].


Tetapi harus ditambah perbandingan yang lain,
sebab dia [Smissaert] tubuhnya pendek,
kecil dan kurang bagus;
60 Sisi Lain Diponegoro

sedang perutnya bergantung


seperti jin Sang Pulunggono.90

H al tersebut juga terlihat dalam deskripsi Asisten -Residen ,


wakil Smissaert, yang bernama Pierre Frederik Henri Chevallier
(1795-1825). Ia terkenal di Yogya sebelum Perang J awa akibat
perselingkuhannya dengan putri keraton (Carey 20 12:646-48).
Maka ia dipersam akan dengan seorang anak laki-laki Arjuna
yang gemar akan minuman keras:

IV.11. […]
Sekarang inilah contohnya
untuk Tuan Chevallier. Dia bagaikan
anak dari Arjuna
berwujud raksasa dari gunung
namanya jin J ayawigena.

12. yang sedang mabok [buah] gayam lantas tertidur


di tengah-tengah hutan
Begitulah perbandingan
terlalu panjang kalau diceritakan [seluruhnya].
[…].91

Orang J awa pun yang berpihak kepada orang Belanda, seperti


Mayor Wironegoro (sekitar 1790 – pra-Maret 1856), komandan
p asu kan p en gawal p r ibad i Su ltan (m en jabat 18 17-18 29),
yan g licik dan pen uh kepalsuan , digam barkan den gan cara
yan g m eren dahkan . Con tohn ya dalam Bharatayuda, Mayor
Wironegoro dibandingkan dengan Sengkuni, penasihat Kurawa
bacaan-indo.blogspot.com

dalam wayan g yan g tidak dapat dian dalkan dan dipercayai.


Yang berikut ini adalah gam baran m engenai Mayor tersebut
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 61

sebagaim ana yang dituliskan di dalam Bharatayuda ketika ia


den gan perasaan yan g san gat en ggan , un tuk kedua kalin ya,
harus berangkat melawan Diponegoro di Tegalrejo:
VIII. 49. […]
Mayor Wironegoro
ada di belakang agak [diliputi] perasaan tawar
dan merengus.
Dia menjadi tontonan di jalan
[dan] ada beberapa yang berbisik:

50 . sambil menyentuh kawannya:


“Agak aneh Raden Mayor ini:
berbeda [sekali] dengan biasa
waktu dia segar bugar seperti orang Belanda,
sekarang tingkah-lakunya dipandang jinak
dan seperti dalam wayang purwa
mirip dengan Sang Arya Sengkuni.”92

Sikap terhadap Dipon egoro yan g diperlihatkan oleh pen ulis


Babad ini sangat m encerm inkan nilai-nilai yang dim iliki oleh
seorang pejabat keraton. Demikianlah misalnya, pandangannya
ten tan g h ubun gan yan g dijalin Dipon egoro den gan san tri.
H u bu n gan in i m en d ap at celaan d alam Bh ar at ayu d a d an
p en u lis n askah m elon t ar kan ker agu an n ya m en gen ai ke-
sungguh an keyakinan keagam aan Pangeran. Ucapan yang di-
m asukkan n ya ke dalam m ulut Residen Sm issaert m un gkin
se kali mencerminkan sikap penulis babad dan kalangan bangsa-
wan keraton J awa terhadap sang pemimpin Perang J awa. Biar-
pun banyak yang m engagum i sikap tegas yang diperlihatkan
bacaan-indo.blogspot.com

Dipon egor o saat m en gh ad api Belan d a, m er eka tetap m e-


mandang dengan perasaan amat tidak rela hubungannya dengan
para santri (lihat catatan akhir 67).
62 Sisi Lain Diponegoro

II.8. […] Ia memberikan kesan


dari seorang w iku endhog (pandita palsu)
di dalam berisi kuning.
[…]
Dia hanya berpura-pura gemar agama,

9. dan sering pergi untuk bertapa.


Dia erat sekali dengan orang santri,
[sam pai] kehorm atan n ya sebagai seoran g kesatria
sudah hilang
sebab dia sudah menerima kehormatan orang santri.
[…]

Pen ggam baran san g pen ulis m en gen ai Dipon egoro selam a
serangan Belanda terhadap Tegalrejo, menggunakan istilah dan
pengertian keraton, juga perbandingan antara Pangeran itu dan
Raden Samba, putra Prabu Kresna yang mempunyai sifat yang
ber sungguh-sungguh, tetapi berjiwa lemah. Mungkin sekali me-
ngandung sedikit nada mengejek sebagaimana terdapat dalam
Mahabharata dikisahkan di Bharatayuda:
VIII.21. Pangeran Diponegoro
Sudah naik kuda tinggi besar berwarna kastanye,
Mitragna [pembunuh musuh] namanya.
[Pengikutnya] membawa tombak upacara setinggi
bahunya
[dengan] payung berwarna kuning terang bulan.
Kalau dilihat sang Pangeran
mirip dengan putra [Prabu] Dwarawati [Raden
bacaan-indo.blogspot.com

Samba]:
umbul-umbul dan tepi keemasan
secara lahirnya Pangeran itu terlihat
seperti anak laki-lakinya Dwarawati.93
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 63

Tetapi tam paknya penulis Bharatayuda ini sam a sekali tidak


m en g alam i kesulitan un tuk m en yesuaikan gam baran yan g
diberikannya dengan tulisan terdahulu dengan Diponegoro di-
lukis kan telah mengenakan busana perang sabil:

VIII.16. Pangeran Diponegoro


telah mengenakan busana perang sabil
seluar, baju
dan kain kepalanya semua [berwarna] putih.94

Sekali lagi, ini mencerminkan sikap sinkretis yang begitu kuat


yang diperlihatkan oleh seorang anggota keraton J awa. Meski-
pun latar belakang Pangeran dan pendidikan santrinya begitu
khas, tampaknya sepenuhnya dihayati oleh Diponegoro.
Bharatayuda juga m eliputi referensi yang paling eksplisit
tentang harapan akan muncul seorang Ratu Adil. Teks keraton
Kasu n an an in i ju ga m en ggam bar kan p er ban d in gan yan g
paling dekat antara Diponegoro dan sosok Ratu Adil sendiri.
Perbandingan ini juga ditemukan pada semua laporan yang ada
dalam kesusastraan J awa. Oleh karena itu, babad merupakan
sum ber palin g sezam an yan g tersedia. Tam pakn ya harapan
akan m unculnya seorang Ratu Adil m em ang tersebar secara
luas menjelang perang dimulai di J awa bagian tengah-selatan.
Gam baran yan g diberikan m en gen ai kerun tuhan kehidupan
m asyarakat serta tata susila keraton san gat jelas. Meskipun
dikemukakan dengan istilah yang sangat tradisional, gambaran
dari masa yang menandai kedatangan seorang Ratu Adil dalam
Bharatayuda mirip sekali dengan apa yang terdapat dalam Serat
Cabolang yang ditulis di Keraton Kasunanan Surakarta sepuluh
bacaan-indo.blogspot.com

tahun sebelumnya (1815):


I.7. […]
banyak adat-istiadat lama yang menjadi rusak
rakyat kecil bingung.
64 Sisi Lain Diponegoro

Haluan negara berubah.


Ada banyak itnah, perompak, penyamun, pembegal
[dan] pencuri
merajalela di dalam negara.

8. Hukum Surambi tidak berlaku


[dan] hukum Perdata tidak tegak;
semua peraturan utama diabaikan.
Tindak sewenang-wenang berlaku
dan yang berwenang yang masih kuat
[bertindak] dengan cara yang tidak sopan santun dan
wajar.
Mereka tidak memikir jauh.
Banyak orang dipecat dengan tipu muslihat
[dan] di dalam majelis orang lain mengambil tempat
mereka,
anak keturunan orang rendah.95

Tep at m en jelan g m elet u sn ya Per an g J awa, Bh ar at ayu d a


m en g gam barkan bagaim an a Dipon egoro m en gadakan m u-
syawarah den gan para pim pin an pen asih at keagam aan n ya
un tu k m em bah as waktu yan g tepat bagi Ratu Adil un tuk
memproklamasikan dirinya serta perang sabil dimulai:

V.4. Pangeran bersabda perlahan:


“Nah kakek Taptojani
apakah telah tiba saatnya
yang telah kita sepakati dulu?
Semua orang [kini] bertekad untuk Perang Sabil!
bacaan-indo.blogspot.com

Marilah kita segera mulai!”


[…]
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 65

V.7. Kiai Taptojani berkata


“Memang sudah tepatlah, Gusti,
J ika [Paduka Tuan] berniat untuk berperang sabil
[kini] para ulama telah bermufakat.
Sudah disebut dalam kitab
tentang [munculnya] Ratu Adil di tanah J awa.” 96

Kitab yang dim aksudkan itu ham pir dapat dipastikan adalah
Musarar, yang mengandung ramalan-ramalan yang diungkap-
kan raja legendaris Kediri, Prabu J oyoboyo. Menurut Drewes
teks in i ditulis kem bali pada awal abad XIX oleh pria Turki
bernama Maulana Samsu J en (Drewes 1925:134-35) 97. Bagian
tu lisan itu d en gan jelas m em p er lih atkan bah wa ad a ke-
per cayaan pada r akyat bah wa Dipon egor o m em an g ben ar
sedang m elaksanakan ram alan J oyoboyo. Itu jelas diketahui
di Surakarta karena Babad Surakarta maupun Babad Kedung
Kebo—yang ditulis seorang mantan pejabat rendahan keraton—
membahas tema ini. Maka ada kemungkinan besar bahwa ke-
percayaan tentang sang Pangeran sebagai pelaksana ram alan
J oyoboyo tersebar secara luas di seluruh Pulau J awa waktu itu.
Meskipun singkat, hanya dua belas canto, Bharatayuda me-
ngandung banyak hal yang dapat memberikan pandangan yang
sangat bermanfaat tentang diri Diponegoro. Antara lain, babad
m encerm inkan bagaim ana Diponegoro telah dipandang oleh
anggota masyarakat keraton J awa sebelum perang. Maka naskah
versi Surakarta bisa dipakai sebagai salah satu pem ban din g
yan g berm an faat bagi otobiografi Babad Dipon egoro, yan g
memberikan pandangan Pangeran sendiri, serta Babad Kedung
Kebo yang ditulis dari sudut kritis seorang lawannya.
bacaan-indo.blogspot.com
Kesimpulan

DALAM ketiga babad tersebut unsur kebudayaan J awa sangat


ken tal. Oleh sebab itu , m er eka m em ber i su atu lan d asan
penting untuk memahami sejarah Perang J awa sebab memang
pandangan tiga penulis jauh berbeda. Pada sem ua babad itu
contoh yang diambil dari wayang digunakan untuk melukiskan
watak pelaku sejarah. Contoh ini berperan dan peristiwa yang
terjadi selama berlangsungnya Perang J awa serta penggunaan
gam bar an -gam bar an yan g dem ikian bukan h an ya sekadar
kebiasaan dan sopan san tun kesusastraan belaka. Misaln ya
terlihat bahwa Dipon egoro telah m elihat dirin ya sen diri se-
bagai Arjuna. Fakta ini m enam bah pengetahuan kita tentang
diri Pangeran. Sem entara gam baran wayang yang digunakan
dalam Babad Kedung Kebo m em perkuat pandangan yang di-
kem ukakan oleh Cokronegoro di tem pat lain. Ini bisa dilihat
terutam a dalam tulisan yang m em bicarakan m asalah tanda-
bacaan-indo.blogspot.com

tan da serta keajaiban yang diterim a Diponegoro sebelum pe-


rang. Bahkan dalam Bharatayuda pun, contoh yang diambil dari
wayang memberikan pandangan yang menarik tentang bagai-
m ana orang Belanda dipandang pada waktu itu. Masyarakat
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 67

J awa pada awal abad XIX, ter utam a m asyar akat ker aton ,
begitu kental dalam pemahaman tentang wayang, sehingga hal
tersebut bukanlah sesuatu yang m ustahil. Malahan kita bisa
ber kesimpulan bahwa banyak orang J awa pada waktu itu telah
mem perhatikan Perang J awa sebagaimana mereka memandang
pen tin g Bh aratayuda. Mereka juga m em persam akan oran g
Belanda dengan tokoh-tokoh buta atau raksasa dalam wayang
won g. 98 Dem ikian pula ban yak oran g J awa yan g m em aham i
m akna ram alan J oyoboyo. Harkat dan m artabat Diponegoro
di m ata para petani J awa ham pir dapat dipastikan diperkuat
oleh keyakin an m ereka bahwa ia adalah San g J uru Selam at
yang datang untuk m e negakkan keadilan, kebenaran dan ke-
m akm uran . H arapan dem ikian dapat pula dikaitkan den gan
faktor ekonomis, karena dari segi pandangan orang J awa, masa
kemunduran ekonomi dan politik, sebagaimana terjadi sebelum
meletusnya Perang J awa, kerap kali dihubungkan dengan masa
sebelum m un culn ya seoran g Ratu Adil. Suatu pem ah am an
tentang implikasi ramalan J oyoboyo mungkin bisa membantu
kita untuk menempatkan pengaruh peranan Islam dalam ling-
kungan masyarakat J awa pada saat itu dengan perspektif yang
tepat. Demikianlah, misalnya, konsep seperti perang sabil dan
gelar R atu Paneteg Panatagam a. Keduan ya m un gkin sekali
bersum ber dari kepercayaan tradisional orang J awa m aupun
pengaruh Islam Sui, walaupun di kemudian hari, menjelang
akhir abad XIX mereka hampir berpadu menjadi satu pengertian
yang sama.
Kedudukan Belanda di J awa dibahas dalam kedua babad
yang utama—otobiograi dan Babad Kedung Kebo—dan kerap
kali ramalan J oyoboyo memberikan suatu landasan pembenaran
bacaan-indo.blogspot.com

atas ber lan gsu n gn ya pem er in tah an oleh ban gsa Belan d a.
Akhirnya, bagian babad yang membahas masalah dunia spiritual
J awa m em punyai arti yang sangat penting bagi pem aham an
historis. Ini m enyangkut konsep kekuasaan orang J awa pada
bacaan-indo.blogspot.com

68
Sisi Lain Diponegoro
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 69
bacaan-indo.blogspot.com

Pakubuwono VI (bertakhta 1823-1830) di Surakarta berbincang dengan Patih,


Raden Adipati Sosrodiningrat II (menjabat 1812-1846) tentang apakah harus
membantu Belanda dalam Perang Jawa. Diambil dari KITLV Or 13 (Babad
Kedung Kebo) f. 148v. Foto seizin UBL.
70 Sisi Lain Diponegoro

waktu itu. Pem ben aran serta legitim asi pem erin tah an dan
p em ber on takan d i J awa h am p ir sen an tiasa d iu n gkap kan
dalam cakupan pem aham an kosm is. De m ikianlah, m isalnya,
pem bahasan m e ngenai pam rih yang terdapat di dalam kedua
babad utam a itu. Sam pai bisa dibilan g bersifat m en en tukan
karen a dari satu segi ia berusaha m en cari dan m em berikan
justifikasi bagi suatu pem beron takan , sedan gkan pada segi
lainnya ia juga m encari dan m em berikan pem benaran untuk
m elaku kan p er lawan an t er h ad ap p em ber on t akan . Du n ia
spiritual dan kepercayaan ke pada para leluhur yang gaib dan
pen u h ker ah asiaan sam a ku at ke h ad ir an n ya an tar a pad a
m asyarakat J awa abad XIX dan m asyarakat J awa m odern .
Oleh karena itu, para ahli sejarah dari Barat yang mempelajari
sejarah Indonesia bisa menarik banyak manfaat kalau mereka
terlebih dah ulu m em pelajari dan m em pertim ban gkan ciri-
ciri kebudayaan yang khas itu. Ini berarti m ereka harus bisa
m en dapatkan acuan bahan sejarah dari sum ber-sum ber asli
supaya dapat memulai analisis sejarah lokal secara konkret.
bacaan-indo.blogspot.com
Catatan Akhir

1a. Pra-1831, Purworejo dikenal sebagai Brengkelan (nama kabupaten


lama, lihat Lampiran II, hlm. 253-256) atau Kedung Kebo (kuban-
gan kerbau), nama tangsi militer dan benteng Belanda yang didiri-
kan Belanda pada awal Perang J awa (1825-1830 ).
1b. Lihat Carey 20 12:113-4, yang membahas babad yang ditulis putra
sulung Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro Muda (seki-
tar 180 3– pasca-Maret 1856) yang berjudul Babad Dipanagaran
Sury a Ngalam (LOr 6488).
2. Lihat Carey 1974b:259-288, yang m em bicarakan salah satu dari
naskah sejarah J awa tentang Perang J awa, Babad Diponegoro,
yang ditulis sendiri oleh sang Pangeran di Manado (1831-32).
3. Bacalah Jaarboek van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap
v a n Ku n st en en W et en scha p p en [Bu ku Tah u n an Kesen ian
dan Ilm u-Ilm u Pen getah uan Perh im pun an Kerajaan Batavia]
(Bandung: Nix & Co 1933), hlm. 290 . Salinan tersebut adalah BG
(= Bataviaasch Genootschap) 282, yang telah dikerjakan oleh juru
bacaan-indo.blogspot.com

tulis ahli Sastra J awa Kuno, A.B. Cohen Stuart (1825-1876), yang
ber nama Raden Abdul Sam si, pada dasawarsa 1870 -an. BG 283
me rupakan salinan paling dini yang ditulis menggunakan aksara
J awa.
72 Sisi Lain Diponegoro

4. Rusche 190 8-190 9, dua jilid; edisi ke-2 tahun 1914; edisi ke-3 ta-
hun 1917. Lihat Bibliograi untuk judul lengkap.
5. Pigeau d 1967-198 0 : II, 392. Naskah Dip on egor o yan g asli
disin ggun g oleh A.B. Cohen Stuart di dalam N otulen v an het
Bataviaasch Genootschap [Notulen dari Perhim punan Batavia]
(Batavia: Lange, 1878), 5 J uni 1877, ketika dikirimkan kembali ke
keluarga Diponegoro di Makassar. Sejum lah referensi-referensi
akan dapat ditem ukan dalam edisi yan g telah diterbitkan oleh
penerbit swasta di Surakarta, Albert H. Rusche & Co (190 8-190 9)
(seterusn ya: Rusche 190 8 -190 9). Tetapi n askah in i telah diuji
terhadap naskah Leiden, begitu pun referensi dari bagian-bagian
syair yang relevan juga dicantumkan.
6. Pigeaud 1967-1980 : II, 78. Di dalam tulisan ini akan dapat pula
ditemukan pengacuan kepada sebuah naskah Babad Kedung Kebo
yang lain lagi, KITLV Or 13, oleh karena sem bilan buah bagian
yang pertama dari syair yang panjang tersebut merupakan subyek
penelitian yang diselenggarakan oleh Geoffrey Forrester, "The J ava
War, 1825-30 : Some J avanese Aspects" ["Perang J awa 1825-30 :
Beberapa Aspek J awa"], yang terdapat di dalamnya sebuah tesis
S2 (Master of Arts) yang tidak diterbitkan, Asian Studies, ANU,
Canberra, 1971.
7. Pigeaud 1967-198 0 : II, 69. Pen dapat bahwa Babad itu disalin
untuk kepentingan Lembaga J awa yang terdapat di Surakarta itu
adalah pandangan penulis.
8. Pada suatu m acapatan, yang diselenggarakan untuk m erayakan
sesuatu kelahiran, pada acara yang sem pat dihadiri penulis, di
Klangon, Kelurahan Argosari, Bantul, D.I.Y., Serat Anbiy a telah
dibacakan– di luar kepala– secara bergantian, mengelilingi sebuah
kelom pok besar dan bagian yan g sulit akan m ereka jelaskan
bacaan-indo.blogspot.com

bersam a-sam a. Penulis berterim a kasih kepada alm arhum Pak


Sumonggokarso, Mei 1972.
9. Wawancara dengan K.R.T. Widyokusumo, ahli perpustakaan pada
Widyo Budoyo, keraton Yogyakarta, Maret 1972.
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 73

10 . LOr 6547a (Babad Diponegoro), I. 1-11, hlm. 1-3. Kata pengantar


itu mulai sebagai berikut:
1. Sun am edhar surasaning ati
atem bang pam iy os
pan kinary a anglipur brangtané
anèng Kitha Menadhu duk kardi
tan a[na] kaèksi
nging sihing Yang Agung
2. m apan kathah kang karasèng galih
ing tingkah kadudon
pan m engkana ing ty as pangesthiné
kay a paran solahingsun iki
y èn tan ana ugi
apura Yang Agung
3. lara w irang pan w us sun lakoni
nging panuhuningong
ingkang kari lan kang dhingin kabèh
kulaw arga kan ngèsthokken y ekti
m ring Agam a N abi
olèh apitulung
1. Aku tuangkan perasaan sukmaku
dalam irama Mijil [yang gundah].
Diciptakan untuk menghibur keinginan hatiku,
yang dikerjakan di Kota Manado
tanpa diketahui oleh siapapun juga,
kecuali rahmat Yang Maha Agung.
2. Banyak nian yang terasa di hati
tentang segala perbuatan tak menyenangkan [di masa
lalu].
bacaan-indo.blogspot.com

Makanya sekarang hatiku berketetapan.


Apa menjadinya perbuatan-perbuatanku
sekiranya tidak ada juga
pengampunan dari Yang Maha Kuasa?
74 Sisi Lain Diponegoro

3. Telah kualami malu dan derita,


tapi kumohon
agar segala hal yang sudah lalu direlakan,
[dan] agar keluargaku benar-benar mengindahkan
Agama Rasul
untuk mendapatkan pertolongan.
11. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo), XLVII.30 -32, hlm.584:
30 . w arsa Jé ingkang lum aris
sinigeg datan w inarna
y ata genti w iniraos
ari Tum pak w ulan Siy am
tanggal kaping patbelas (14 Pasa AJ 1758)
Tuw an Baron Pi[e]ter juluk
Bèrèk van Law ik van Pa[bst]
31. Réder sangking bintang cilik
Kom isaris lam pahira
raw uh ing tanah Bagelèn
sepèksi kang badhé kutha
Brengkèlan sinung nam a
negara Purw arejèku
Ky a Dipati Cakrajay a
32. ingangkat jum eneng nam i
lenggah nagri Purw orejo
Radèn Cakranegarané
[...]
30 . Di tahun J awa J é
kita tutup cerita [dan] tidak bicara lagi.
Sekarang kita ganti cerita
pada hari Sabtu bulan Puasa
bacaan-indo.blogspot.com

tanggal empat belas (26 Februari 1831)


Tuan Baron Pieter namanya
Herbert van Lawick van Pabst,
31. Ridder m edali bintang kecil (Ridderorde van de
Nederlands Leeuw)
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 75

Komisaris [untuk urusan daerah kerajaan,


1830 -1833] berjalan
datang ke Bagelen
[untuk] inspeksi yang akan menjadi kota [kabupaten]:
Brengkelan ganti nama
negara Purworejo
[dan] Kyai Adipati Cokrojoyo
32. diangkat nam a [baru]
[dan diberi] kedudukan di negara Purworejo
[sebagai] Raden [Adipati Aryo] Cokronegoro.
[…]
Lihat Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:216-26, tentang besluit
(beslit) Gubernur J enderal J ohannes van den Bosch, 18 Desember
18 30 n o.1, yan g m em bagi Bagelen m en jadi em pat kabupaten
(Bren gkelan , Sem awun g, Oen garan , dan Karan g Dhuhur yan g
pasca-1831 menjadi Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, dan Sedayu);
dan laporan Komisaris Van Pabst kepada Gubernur J enderal, 20
April 1830 no.996 melapor bahwa Brengkelan telah mengalihkan
nama menjadi Purworejo, sesuatu yang diterima secara resmi oleh
besluit 22 Agustus 1831 no.1. Lihat lebih lanjut Lampiran 2.
12. Terdapat beraneka ragam jenis panggung pertunjukan orang
J awa, sedangkan yang dikem ukakan di sini adalah: (1) wayang
kulit, pertunjukan bayangan dari boneka kulit yang datar serta
(2) wayang wong, sebuah pertunjukan tarian yang biasanya
didasarkan kepada sebuah lakon wayang yang diiringi oleh
tabuhan gam elan.
13. Wawancara dengan G.J . Resink, J akarta, 1 Agustus 1973.
Bacalah juga karya Dahm 1969:24-8, 10 4, 30 3-4; 1971:228,
yang m em bicarakan tentang peranan penting yang dim ainkan
bacaan-indo.blogspot.com

perlam bangan wayang di dalam m akar—perebutan kekuasaan—


yang terjadi pada 1 Oktober 1965 itu.
14. LOr 6547b, XX.17-18, Rusche (peny.) 190 8-190 9: I, 10 2:
17. […]
76 Sisi Lain Diponegoro

tanah Jaw a pinasthi m arang Hy ang W iddhi


kang dhuw é lakon sira
18. datan ana iy a m aning-m aning
[…]
17. […]
“[karena] nasib Tanah J awa sudah Ia tentukan;
yang akan m enjalankan peran ini adalah kam u
18. sebab tidak ada yang lain.”
[…]
15. Mangkoenagoro 1933:79-97. Untuk suatu pem bahasan m engenai
hubungan kaw ulo-Gusti (abdi-Tuhan), yang m erupakan ungkap-
an orang J awa tentang penyatuan diri yang m istik ini, bacalah
karya Soem arsaid Moertono 1968:14-26.
16. Museum Sonobudoyo (selanjutnya SB), naskah Bharatayuda yang
ditulis Pangeran Suryonegoro (sekitar 1822-1886) dan Raden
Adipati Danurejo V (sekitar 180 8-1885) A 135 dan A 136. Versi
yang telah ditransliterasikan bisa didapatkan di Perpustakaan
Universitas Leiden, Babad N gay ogy akarta, J ilid I, LXXXV 35,
hlm . 345, XCVIII 37, hlm . 40 1; J ilid II, XXXIV.22-23; hlm . 142,
XLII.21-23, hlm . 177. Penulis utam a babad tersebut, Pangeran
Suryonegoro, adalah putra bungsu HB IV (bertakhta 1814-1822)
dan cucu lelaki dalang istana Yogyakarta, Kiai Dalang J iwotenoyo
(dalang purwa), yang banyak m elakukan kegiatan wayangnya
pada perm ulaan abad kesem bilan belas, lihat Dwidjosoegondo
dan Adisoetrisno 1941:10 5; Behrend 1999:388-415.
17. Van Nes 1844:153. Hal ini ditegaskan di dalam SB 136 Babad
N gay ogy akarta, J ilid II, XLII.21-29, hlm . 176-77.
18. Babad N gay ogy akarta, I, XCVIII.36-39, hlm . 40 1, wayang
yang disebutkan adalah: w ay ang gedhog—tabuh (lingkaran
Panji); w ay ang krucil—boneka—(lingkaran Dam ar Wulan yang
bacaan-indo.blogspot.com

m enggunakan boneka kayu yang datar); w ay ang jem blung—


perut besar—(lingkaran Ménak); w ay ang gedhog—tabuh,
w ay ang topeng (sebuah tarian topeng), w ay ang jenggi—tarian
topeng Cina; serta w ay ang gam by ong—sebuah boneka kayu yang
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 77

berbentuk bulat, yang ditam pilkan ke depan oleh seorang penari


perem puan pada akhir dari suatu pertunjukan wayang.
19. Universitas Indonesia (J akarta) Naskah G 40 , Serat Salasilah para
leloehoer ing Kedanoerejan [Salasilah nenek m oyang Danurejan],
hlm . 529-30 . Menurut sum ber ini, pertunjukan wayang wong
yang paling digem ari oleh Sultan Ham engkubuwono V adalah
W ay ang W ong Trunojoy o, yang m enceritakan pem berontakan
term asyhur, Raden Trunojoyo dari Madura (sekitar 1649-1680 ),
yang terjadi pada 1677-80 . Mungkin sekali kegem arannya itu
bukanlah m erupakan sesuatu yang kebetulan belaka, kalau kita
ingat kem bali bahwa m asa kecil yang harus dilalui oleh Sultan
Ham engkubuwono V begitu am at dikuasai oleh pem berontakan
yang dilakukan oleh pakdenya sendiri, Pangeran Diponegoro.
20 . ANRI, ‘Djocjo Brieven 53’ [Surat-surat dari Arsip Keresidenan
Yogya, berkas no.53], A.H. Sm issaert (Yogyakarta) kepada
Algem ene Secretarie (Sekretaris Negara), 28 Februari 1825.
21. Knoerle, ‘J ournal’ 1830 :4. Lihat Daftar Pustaka untuk referensi
lengkap.
22. Mungkin sekali telah diselenggarakan pertunjukan wayang di
Tegalrejo setelah pernikahan Diponegoro sekitar 28 Septem ber
1814 (catatan 61), sehingga di dalam babadnya terdapatlah
penggam baran: LOr 6547b, XVIII.58, Rusche 190 8-190 9, I:72:
58. nuly a pasang kelir sam pun
ing jaw i draw ina sam i
sagunging putra santana
tanapi kang pra Dipati
law an sam y a nanay uban
[…]
58. Lantas terpasang sudah panggung
dan di luar orang sam a-sam a m enyaksikan.
bacaan-indo.blogspot.com

Disaksikan pula oleh anggota keluarga sultan


dan tidak ketinggalan para Adipati
sam a-sam a m elaksanakan tayuban.
[…]
78 Sisi Lain Diponegoro

23. LOr 6547b, 19.87, Rusche 190 8-190 9, I:96. Hal ini ditegaskan
pula di dalam babad yang lain: KITLV Or 13 (Kedung Kebo),
IV.13; Babad Ngay ogy akarta, II, XXXII.12, hlm . 136.
24. Di dalam sebuah babad penuh kiasan, Babad Diponegoro Sury a
N galam , yang ditulis oleh putra sulung Diponegoro, Pangeran
Diponegoro Muda (sekitar 180 3-pasca Maret 1856), pasca-Perang,
ayahnya digam barkan sebagai Cekel Am ong Raga (Arjuna) di
dalam lakon Dora Weca, dan kakeknya, Sultan Ham engkubuwono
III, sebagai Prabu Indrapuri (Indra), lihat Pigeaud 1967-1980 ,
II:383; III:20 8 dan Bagian II catatan akhir 4, hlm . 178.
25. Naskah-naskah yang berhasil selam at, dengan tanggal-tanggal
penulisan m ereka adalah: Serat Sury araja (1774), Arjunawiwāha
(1778), Al-Qur’ān (1797). Lihat Mudjanattistom o 1971:8.
26. LOr 6547b, XXI.74; Rusche 190 8-190 9, I:123:
74. Saba alas karem ané cilik m ula
[…]
74. Suka pergi ke hutan telah m erupakan kegem arannya
sem enjak kecil
[…]
27. LOr 6547b, XVII.98-99; Rusche 190 8-190 9, I:119:
98. […]
y èn karsa Hy ang Agung
99. y èn kang putra tan rem en nèng nagri
w us karsaning Manon
nam ung pendhak garebeg sow ané
law an lam un w onten prakaw is
ingkang am atosi
tinim balan iku
[…]
98. […]
bacaan-indo.blogspot.com

Sudah m enjadi kehendak Yang Agung


99. bahwa Sang Putra [Diponegoro] tidak senang pergi ke
keraton.
Inilah kem auan Yang Maha Kuasa.
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 79

Nam un setiap grebeg pasti datang


dan kalau ada sesuatu persoalan
yang m em buat kuatir
diperintah hadir [oleh raja]
[…]
28. LOr 6547, XIV 62; Rusche 190 8-190 9, I:1:
62. […]
nanging sipat ngaral m aksih
asring kénging ginadha dhateng w anody a
62. […]
Nam un sifat nakal m asih ada
sering terkena godaan perem puan.
29. LOr 6547b, XIX.97, Rusche 190 8-190 9, I:98:
97. sinam but sang lir Supraba
binekta m ring tilam sari
[…]
97. Disam but oleh sang [istri] yang seperti Suprobo
dibawa ke tem pat peraduan.
[…]
30 . A.M. Th. de Salis (Pejabat Residen Yogyakarta, 1822-23)
m enggam barkan Diponegoro sebagai seseorang yang “berbadan
agak gem uk dan lam ban” (“van lichaam s gesteldheid log”)
dengan wataknya yang “bodoh dan m isterius” (“dom en raadzig”),
lihat NA, Geheim en Kabinets Archief, 11 Oktober 1828 no.20 8
L geheim , “Pro Mem orie van A.M. Th. de Salis over de J avasche
Vorstenlanden” [Mem oar dari A.M. Th. de Salis tentang negara-
negara kerajaan J awa], 8 Mei 1828.
31. Di dalam sebuah bagian tulisan yang penuh kejenakaan yang
terdapat di dalam Babad Kedung Kebo, KITLV Or 13, IV. 45,
hlm . 49, salah seorang selir (istri tidak resm i) Diponegoro sam pai
bacaan-indo.blogspot.com

m engeluh tentang kurangnya gairah Diponegoro di tem pat


peraduan:
45. lam un uw is pinakanan
jintel baé saw engi tan ngulisik
[…]
80 Sisi Lain Diponegoro

45. Kalau sudah dipakai m ain


sem alam an diam saja tidak bergerak.
[…]
32. LOr 6547b, XIV.67; Rusche 190 8-190 9, I:2. Istilah yang di-
pergunakan adalah ‘Ratu ngèrang-èrang’. Ngèrang-
èrang digam barkan di dalam Javaansch-Nederlandsch
Handw oordenboek [buku kam us saku bahasa J awa-Belandanya]
dari Gericke dan Roorda (190 1, I:66), sebagai seseorang yang
m e larang, m engingatkan, atau m enasihati orang lain m engenai
se suatu. Oleh karena itulah m aka Diponegoro hanya akan m en-
jalankan tugas-tugas yang dem ikian itu di dalam m asalah-m asalah
keagam aan. Bacalah surat Basah Pengalasan di Lam piran 1, hlm .
241-247.
33. Di naskah yang berjudul Sejarah Ratu Tanah Jaw a, yang
Diponegoro m ulai m enulis di Benteng Rotterdam di Makassar
pada 24 J anuari 1838 (Makassar MS, I:168), ia m em uji-m uji
Sultan Agung sebagai “seorang ratu yang sudah sem purna Islam
sebab sudah m enetapkan lim a rukun itu” (Kangjeng Sultan
Agung iku Ratu kang w us sam purna Islam saw ab kang w us
anetepi rukun kang lim a iku).
34. Solichin Salam 1963:26, m enyebutkan: (1) Syeh Maulana Malik
Ibrahim ; (2) Sunan Am pel; (3) Sunan Bonang; (4) Sunan Giri; (5)
Sunan Drajat; (6) Sunan Kalijogo; (7) Sunan Kudus; (8) Sunan
Muria dan (9) Sunan Gunung J ati.
35. LOr 6547d, XXXIII.52-53; Rusche 190 8-190 9, II:45:
52. […]
dhaw uhna karsa m am i
m ring si pam an Mojo
déné sasélèhira
Pangulu Kaji [I]m am raji
bacaan-indo.blogspot.com

si pam an Mojo
ingkang sun kon gentèni
53. dadi iku pan w us ora ketanggungan
kay a duk Dem ak dhingin
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 81

W ali Panguluny a
Sunan Kudus ika
[…]
36. LOr 6547d, XXXIII.56, Rusche 190 8-190 9, II:45:
56. lam un dadi pangulu dika aturna
pan sanget lum uh m am i
nam un dadi Im am
punika karep kula
kalam un pareng N arpati
nam ung punika
ingkang kula bum èni
37. LOr 6547d, XXXIII.112 -13, Rusche 190 8-190 9, II:52:
112. […]
déné sun iki Dulm ajid
karsa Hy ang Suksm a
anèng ing tanah Jaw i
113. pan kinary a Chalipah Jeng Rasulullah
dadi pangirid sabil
Islam law an lanat
pan nugrahan kéw ala
pinundhuta rina w èngi
tan w eruh ingw ang
38. KITLV H 698b, G.P. Rouffaer, ‘Diverse Aanteekeningen uit het
Gewone (niet-geheim ) Residentie-archief te J ogjakarta’ [‘Berbagai
m acam catatan yang diperoleh dari Arsip Keresidenan terbuka
(bukan rahasia) di Yogyakarta’], hlm . cxiv, catatan 17 Februari
1831.
39. Lihat lebih lanjut Gandhajoewana 1940 :215-7, disertai dengan
gam bar halam an depan. Gunung Rosom uni terletak di dekat
danau (segara y asa) yang dibuat Sultan Agung di Plered, yang
bacaan-indo.blogspot.com

terletak di sebelah tim ur Sungai Opak. Situs ini konon sering


sekali dipergunakan sebagai tem pat bersem adi oleh Sultan
Agung. Berbagai batu karang yang terletak pada lereng bukit itu
m em punyai hubungan dengannya serta terdapat sebuah dongeng
82 Sisi Lain Diponegoro

yang populer tentang pertem uan Sultan Agung dengan Ratu


Kidul pada tem pat tersebut. Di sam ping hubungannya dengan
Sultan Agung, adalah suatu hal yang m enarik perhatian bahwa
‘penam pilan’ Ratu Adil harus terjadi di sana oleh karena keraton
m ilik keturunan Erucokro, yang akan kem bali ke J awa dari Turki
(Rum ), terletak di sebelah tim ur Sungai Opak, Wiselius 1872:189.
40 . Rinkes 1911:490 -50 1. Sebuah naskah di dalam bahasa J awa,
Babad N itik, yang disajikan di Apendiks III dari Rinkes 1911,
m enceritakan bagaim ana Sultan Agung m endapatkan petunjuk
di dalam ilm u-ilm u m istik (ngèlm u gaib), yang diberikan oleh
rohnya Sunan Bayat serta bagaim ana ia m em bangun sebuah pintu
gerbang m enuju ke tem pat pem akam an suci itu dalam tahun
1633. Pada tahun yang sam a, m ungkin di Tem bayat, Sultan Agung
m eninggalkan penanggalan yang m enggunakan sis tem m atahari
untuk kem udian m engatur penggunaan tahun Islam , berdasarkan
peredaran bulan itu, yang m em punyai 354 atau 355 hari di dalam
setahun, lihat Ricklefs 1974a:17.
41. KITLV H 698b, Rouffaer, Diverse Aanteekeningen, hlm . lxxxxii-
lxxxxiii, catatan 18 J uli 1825, m enyebut seseorang yang bernam a
‘Hajali’ (Haji Ali?) m em berikan keterangan bahwa Diponegoro
akan pergi ke Majasto pada tanggal 8 Sura AJ 1737 (23 Agustus
1825). Seorang pengikut Pangeran, Raden Tum enggung Sem ar-
wijoyo, dikirim ke Tem bayat dalam bulan J uli 1825 dan ke
Kajoran dalam bulan Agustus 1825 untuk m encari dukungan.
Untuk keterangan m engenai Majasto, lihat Rinkes 1911:449-450 .
42. Knoerle, ‘J ournal’ 1830 :6, m elaporkan Diponegoro yang m engata-
kan bahwa ibundanya lahir di ‘desa Madesta in het district van
Padjitan [sic]’, yang langsung m enyiratkan kewedenaan Pacitan
jauh di pantai selatan, tapi lebih m ungkin adalah Pajang, lihat
Knoerle ‘J ournal’ 1830 :24, di m ana ia m enggunakan ungkapan
bacaan-indo.blogspot.com

‘in het Padjitaansche’ untuk m erujuk pada pertem puran Kiai


Mojo di daerah Pajang pada 1828. “Madesta” ham pir pasti adalah
Majasto. Tentang tem pat Majasto berada, yang sering dirujuk
sebagai “bukit Majasto”, lihat Rinkes 1911:449; dan IOR X IX 7,
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 83

“Topographische Kaart der Residentie Soerakarta opgenom en


ingevolge gouvernem ents besluit dd. 9 J unij 1861 no. 6 en 13
November 1862 no. 26 [Peta Topograik Keresidenan Surakarta
dibuat sesuai dengan undang pem erintah [Hindia Belanda] tt. 9
J uni 1861 nom or 6, dan 13 Novem ber 1862 nom or 26]”, di m ana
Majasto disebut terletak ham pir tepat sebelah selatan Surakarta
di tepi Kali Dankang di Kecam atan Tawangsari. Lebih jauh
lihat Balé Poestaka 1939:66; dan http:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/
Majasto,_ Taw angsari,_ Sukoharjo, diunduh 4 Septem ber 20 11.
43. LOr 6547c, XXXIII.61-62; Rusche 190 8-190 9, I:150 :
61. […]
w onten pandhita kang prapta
ing Majasta pondhokira
w asta Mas Lurah punika
62. nanging pandhita lalana
saking Arab w ijilira
saèstu sarip punika
nanging nam ur nam a Jaw a
62. […]
63. […]
Ada seorang pandita yang datang,
Majasto tem pat tinggalnya,
bernam a Mas Lurah itu.
64. Tapi Pandita yang berkelana itu,
dari tanah Arab asalnya,
sesungguhnya adalah seorang Syarif [keturunan
Nabi SAW]
hanya m enyam ar m em akai nam a J awa.
[…]
44. NBS 37, Babad Diponegoro: Versi Joy oboy o, I.13. Lebih lanjut
bacaan-indo.blogspot.com

lihat Pigeaud 1967-80 , II:720 :


13. […]
lap sakalan sirna Jeng Pangéran
lim put-liniputan m angké
84 Sisi Lain Diponegoro

tan ana kaw ulanipun


m ung Hy ang Suksm a kang sipat y akin
apadhang nerw angan
datan na kadulu
[…]
13. […]
Begitu sang Pangeran sirna;
m aka sam a cerai-berai.
Tidak ada lagi ham banya,
hanya yakin kepada Yang Maha Kuasa;
terang benderang
tiada yang dapat dilihat.
[…]
45. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 181, A.H. Sm issaert
(Yogyakarta) kepada H.M. de Kock (Surakarta), 13 Agustus 1825.
46. LOr 6547c, XXVII.7; Rusche 190 8-190 9, I:238:
7. anèng ngum bul nenggih kalangenanipun
Jeng Suhunan Sala
ingkang toy a langkung w ening
m ina kathah Kangjeng Sultan pan kacary an
7. Di pem andian yang m enjadi kesukaan
Susuhunan Solo,
airnya sangat jernih;
banyak ikan yang m enjadi daya tarik Sultan.
47. LOr 6547c, XXX.78 - 80 , Rusche 190 8-190 9, I;30 5-30 6:
78. […]
lajeng akary a panepèn
kinary a panglipur brongta
nèng dhusun Mataram
kinontha padhepokipun
bacaan-indo.blogspot.com

lir pratapaning pandhita


79. sasengkekèn w arna-w arni
m aw i langgar alit ika
m apan kinubengan lèpèn
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 85

anèng ngérèng-érèng arga


nenggih kang paksi perkutut
déné kang dhérèk punika
80 . nam ung panakaw an alit
ingkang ngladosi punika
[…]
78. […]
Kem udian m em buat tem pat bersepi-sepi
untuk m elipur lara
di desa di Mataram .
Padepokan itu dibuat
seperti pertapaan pandita.
79. Dilengkapi m acam -m acam :
ada langgar kecil juga
yang dikelilingi sungai
di lereng gunung,
dan ada juga burung perkutut.
Begitulah para pengikutnya m erasa senang.
80 . Hanya punakawan kecil
yang m elayani.
[…]
48. LOr 6547d, XXXVII.50 -51; Rusche 190 8-190 9, II:120 :
50 . […]
Sang Nata ngandika alon
dhateng Kangjeng Panem bahan
Kiy ahi pan kaw ula
tam pi w angsiting Hy ang Agung
kalam un badhé kaw ula
51. punika w ekasanèki
apan tan dados punapa
bacaan-indo.blogspot.com

dady a kang Sinuw un m angké


50 . […]
Sang Raja berkata pelan
kepada Kangjeng Panem bahan [Mangkubum i]:
86 Sisi Lain Diponegoro

“Kiai! Adapun saya


telah m enerim a ilham dari Yang Maha Agung
apa yang akan terjadi pada diriku.
51. Dem ikianlah akhirnya;
tidak akan terjadi sesuatu [yang sukses]
dengan Sinuhun [Sultan Erucokro] nanti.”
[…]
49. LOr 6547d, XXXVII.76; Rusche 190 8-190 9, II:141:
50 . […]
Kangjeng Pangran m angkana ciptané
m ring N aréndro pan tiga prakaw is
sudarm a say ekti
guru law an ratu
[…]
76. Kanjeng Pangeran m elihat
pada Diponegoro ada tiga hal:
seorang ayah yang sesungguhnya,
guru, dan raja.
[…]
50 . Menurut Brum und 1854:194, tem pat sam adi Diponegoro di
Selorejo terdiri dari enam y oni (tiang yang m elam bangkan
perem puan dalam agam a Siwa) besar dari batu yang dibariskan
bertiga-tiga, satu baris sedikit lebih tinggi daripada yang lain guna
m em bentuk tem pat bersila, yang dirujuknya sebagai séla gilang
(batu yang m em ancarkan cahaya), lihat juga Carey 1974a:26
catatan 86. Dalam suatu laporan yang dibuat oleh Residen Yogya,
A.H. Sm issaert, pada 1823 bahwa banyak patung dan perkakas batu
diam bil dari Pram banan dan tem pat tem pat benda peninggalan
Hindu-Buddha lain di J awa bagian tengah-selatan oleh pejabat
keraton Yogya untuk m enghiasi tem pat tinggal m ereka, dan
bacaan-indo.blogspot.com

Sm issaert kem udian khusus m enyebut “patung-patung Brahm a”


yang diam bil oleh Diponegoro dari candi-candi sekitar Yogya
untuk m em perindah Tegalrejo, lihat Carey 20 12:10 1 catatan 60 .
J adi dengan dem ikian setiap hari Diponegoro bersem bahyang
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 87

m enghadap Mekkah di atas lam bang-lam bang Dewa Hindu Syiwa


yang telah dijungkir-balikkan! Sam pai sekarang pun (Februari
20 17) m asih dapat dilihat di Tegalrejo sekitar sepuluh buah yoni.
Terdapat tiga buah di Selarong: dua buah di areal bekas panepen
Selorejo, dan dua di luar Gua Secang serta sebuah di dasar air
terjun tersebut. Daerah Pengging m erupakan sebuah pusat yang
penting di zam an Hindu-Buddha di J awa dan Banyum eneng
(Kulon Progo) terletak di dekat sebuah tem pat suci Hindu, lihat
De Graaf 1949:44.
51. Burung perkutut dipergunakan di dalam upacara m eram al di
J awa, lihat Pigeaud 1967-1980 , I: indeks sub; ‘peksi perkutut’.
Mereka percaya bahwa pada m alam hari harim au dapat dihuni
oleh roh m anusia dan kadang-kadang disebut m acan gadungan
(harim au jadi-jadian), lihat Winter 190 2:85; Carey 20 12:570
catatan 138.
52. Boedihardjo 1923:28, m encakup hal-hal yang berikut ini: (1) kanda
(cerita) yang diketengahkan oleh dalang m engenai kem balinya
bam bang (anak laki-laki Arjuna) tersebut kepada ayahnya di
Am arta; (2) satogalak (binatang-binatang buas), sardula-sardula
(harim au-harim au) serta singa-singa m enyingkir, m em berikan
kesem patan kepada sang bam bang (kesatria m uda) itu untuk
berlalu dengan tenang sam bil m engucapkan kata-kata “sem oga
kedam aian selalu m enyertai anda”; (3) kutu-kutu w alang-ataga
(berm acam -m acam jenis serangga) bernyanyi, seakan-akan
m erupakan pujian serta ucapan selam at bagi bam bang yang
bersangkutan. Burung-burung berkicau, seolah-olah dengan
perbuatan m ereka yang dem ikian itu m ereka ingin m enunjukkan
jalan yang harus ditem puh anak m uda yang tam pan dan cantik
itu […]”. Gam baran yang dilukiskan di atas tersebut m erupakan
gam baran yang penuh keselarasan dan keserasian dengan alam ,
bacaan-indo.blogspot.com

yang m encerm inkan kepekaan yang dim iliki oleh sang kesatria.
53. LOr 2114, V.7-8, hlm . 16; Carey 1981:42-45:
7. […]
kasebut ing dalem kitab
88 Sisi Lain Diponegoro

tanah Jaw a ratu adil


8. nenggih titi-m angsanipun
ing taun ngajeng puniki
taun W aw u sasi Sura
jum enengé Ratu Adil
[…]
7. […]
[seperti] ditulis di dalam kitab [Musarar]
tanah J awa Ratu Adil
8. tentang saat yang baik [m unculnya Sang Ratu],
yaitu di tahun yang akan datang ini [AJ 1754],
tahun Wawu bulan Sura
bertakhtanya Sang Ratu Adil.
[…]
54. LOr 6547b, XXII.36; Rusche 190 8-190 9,1:136:
36. m apan ta w us dadi nagri
N gay ogy a ngalih punika
kang peken langkung agengé
m irah kang sarw a tinum bas
pajeng tiy ang sadéy an
dady a sam y a rena sagung
tan ana kang doracara
36. [Selarong sudah] m enjadi negeri (kota raja).
Setelah Yogya beralih [ke sana]
pasar m enjadi lebih bersem arak;
sangat m urah bagaikan yang m em beli barang.
Orang berjualan laku keras,
[dan] sem ua orang m enjadi bahagia.
Tiada laku curang.
Bandingkanlah dengan gam baran klasik yang diberikan di dalam Serat
bacaan-indo.blogspot.com

Cabolang dari naskah yang ada di Reksapustaka, Mangkunegaran,


Surakarta, jilid IV, V.6-7, hlm. 1813 (lihat Bibliograi untuk referensi
lengkap):
6. […]
w us resik nir apa-apa
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 89

m arm ané w ong cilik sam y a


ay em énak ty asira
déné m urah sandang tedha
7. tan ana dursila durjana
[…]
6. […]
Sekarang sudah am an.
Itulah yang m enjadi harapan rakyat:
tenteram , senang hatinya
karena m urah sandang pangan.
7. Tidak ada orang yang buruk tabiatnya serta
suka m encuri.
[...]
55. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 183, A.D. Cornets de Groot J r
(Surakarta) kepada G.A.G.Ph. van der Capellen (Batavia/ Bogor),
25 Novem ber 1825.
56. Wiselius 1872:188. Sem enjak sedini 8 Februari 1827, m ata-m ata
yang disebarkan telah m ulai m elaporkan bahwa Diponegoro m e-
rencanakan untuk m engundurkan diri ke Mekkah kalau serang-
an yang akan dilakukannya atas Trayem (yang terletak di dekat
Candi Borobudur) sam pai m engalam i kegagalan, lihat AN, koleksi
pribadi H.M. de Kock no.199, Kantong Surat No. 48; Knoerle,
‘J ournal’ (1830 ):33, m enyinggung tentang ren cana Diponegoro
untuk m enetap di Mekkah serta m em beli tanah di sana dan sam -
pai sejauh tahun 1831 ia m asih saja tetap ber pengharapan bahwa
pihak Belanda akan m enyediakan pengangkutan dari Manado
untuk dapat m em enuhi keinginannya ter sebut, lihat Carey
20 12:840 ; AN, Besluit Gubernur J enderal in rade (bislit yang di-
am bil dengan nasihat Raad van Indië [Majelis Hindia]), 2 J uli
1831 no.15, J .P.C. Cam bier (Residen Manado) kepada J ohannes
bacaan-indo.blogspot.com

van den Bosch (Batavia/ Bogor), 22 April 1831.


57. Wiselius 1872:188; Brandes 1889:386, m enyebutkan bahwa
Erucokro tersebut akan m em erintah atas keem pat pulau: J awa,
Madura, Patani, dan Palem bang. Knoerle ‘J ournal’ (1830 ):39,
90 Sisi Lain Diponegoro

m elaporkan seakan-akan Diponegoro, atas dorongan Sentot,


m em ikirkan untuk m enaklukkan Flores, Sum bawa, Lom bok, dan
Bali.
58. LOr 6547b, XII.44-47, hlm . 11; Nindya Noegraha (peny.) 20 10 ,
II:5:
44. […]
bénjing sapengker kula
dados kanti ingkang w ingking
turun kaw ula
punika kang ngem bani
45. sam pun pesthi karsané Allah Tangala
kapir jaler ing jurit
ing sapengker kaw ula uw a kapir punika
m apan inggil juritèki
nèng tanah Jaw a
ngantos tri atus w arsi
46. y èn w us jangkep tigang atus w arsa uw a
kapir nèng tanah Jaw i
pan lajeng m isèsa
ngaken Ratuning Jaw a
punika uw a ing bénjing pan w onten uga
uw a karsaning W idi
47. kang nandhingi y udané kapir punika
m apan risaking bénjing
nging W alahu Aklam
uw a lestarinira
[…]
44. […]
“Kelak seusai saya
terjadi di kem udian hari
bacaan-indo.blogspot.com

dari anak keturunanku


yang akan pegang kendali.
45. Sudah kehendak Allah Ta’ala
kair [penjajah Belanda] akan jaya dalam jurit.
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 91

Seusai saya nanti (1646), paman, kair itu


akan m enang perangnya
di tanah J awa
sam pai selam a tiga ratus tahun.
46. Setelah tiga ratus tahun terjangkau,
kuasa kair di tanah Jawa,
lantas [beralih] yang akan berkuasa
perintah seorang ratu J awa.
Itupun, pam an, kelak akan terjadi juga
atas kehendak Yang Maha Esa,
47. seorang yang akan menentang kair dalam perang
dan bakal terjadi kerusakan besar,
tetapi hanya Allah yang m engetahui
kelestariannya.”
[…]
59. LOr 6547b, XIV.45-46, hlm .114; Nindya Noegraha (peny.)
20 10 :45:
45. Kangjeng Ibu ingkang bekta
prapta ngarsany a Sang Aji
pinarak Prabay eksa
pan lajeng iling-ilingi
Jeng Sultan ngandika ris
Bok Ratu buy utirèku
besuk w ruhanira
w us karsaning Hy ang W idi
pan pinasthi iy a kary a lam pahan
46. pan iku luw ih lan ingw ang
rusaké W olanda bénjing
w ekasan W alahu Alam
[…]
bacaan-indo.blogspot.com

45. Kanjeng Ibu [Mangkorowati] yang m em bawa [bayi-


nya]
dan datang m enghadap Sri Sultan,
duduk bersam a di Proboyekso.
[Setelah] m elihat [sang bayi] dengan teliti,
92 Sisi Lain Diponegoro

Sri Sultan [HB I] berkata dengan liris:


“Mbok Ratu [eyang buyut DN, Ratu Ageng], cicitm u
tahuilah kelak,
sudah m enjadi kehendak Tuhan YME
bahwa lakon hidupnya sudah ditentukan,
46. akan m elebihi yang saya [telah lakukan]
dengan m em buat rusak kepada Belanda di hari
depan.
Tapi yang terjadi kelak hanya Tuhan YME yang
tahu.”
[…]
60 . Terdapat pula kem ungkinan bahwa Diponegoro m enganggap
dirinya sendirilah yang m erupakan keturunan Erucokro yang
berasal dari Turki tersebut dan kiranya itulah sebabnya m engapa
ia m enggunakan nam a-nam a Turki untuk nam a resim en-
resim en pasukan pengawal pribadinya itu. Sebagaim ana juga
halnya dengan pertem uannya dengan Ratu Adil, kita juga bisa
m enyebutkan yang terjadi di sebelah tim ur Sungai Opak, tetapi
hal itu tidak sesuai dengan pandangan Diponegoro tentang orang-
orang Belanda di J awa.
61. LOr 6547c, XXIII.40 ; Rusche 190 8-190 9, I:148; Cohen Stuart
1872:285-88. ‘Murti’ adalah sebuah nam a yang diberikan kepada
Wisnu, dengan siapa Diponegoro sudah m ensejajarkan dirinya
ketika ia m enggam barkan perkawinannya dengan Raden Ayu
Maduretno (sekitar 1798-1827) pada 28 Septem ber 1814 (Carey
20 12:470 -71). Mungkin sekali terdapat hubungan antara gelar
Erucokronya itu dengan Wisnu oleh karena sebagai penguasa
alam sem esta ini Wisnu m em akai cakra sebagai senjatanya.
62. LOr 6547b XX.19-20 ; Rusche 190 8-190 9, I:10 2:
19. […]
bacaan-indo.blogspot.com

alok-alok sem udra m urub puniki


lan gum ledhuk kang sw ara
20 . lan gum uruh lir ardi Merapi
[…]
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 93

19. […]
m enjerit, seperti lautan m enyala ini
serta bergegarnya sang suara
20 . dan gem uruhnya bagai Gunung Merapi
[…]
Penam pilan Ratu Adil terjadi pada tanggal 21 Ram adhan, tahun
Dal, A.J . 1778 (19 Mei 1824), sedangkan Gunung Merapi m eletus,
dengan kekuatan yang cukup hebat, pada tanggal 28-29 Desem ber
1822, Carey 20 12:60 2-60 6.
63. LOr 6547b, XX.23-24; Rusche 190 8-190 9, I:10 3:
23. […]
Kangjeng Ratu Ageng pan supénèng ratri
m irèng sw ara m angkana
24. Ratu Ageng Ratu Kancanèki
tem okena law an w ali ika
w udhar lor kulon w ism ané
y èn tan kalakon iku
pasthi rusak ing tanah Jaw i
sun pundhut ny aw anira
m angkana pan iku
ngantos jangkep kaping tiga
23. […]
Kanjeng Ratu Ageng pada suatu m alam tergugah
m endengar suara begini:
24. “Ratu Ageng, Ratu Kencono
harus kawin dengan seorang w ali w udhar
yang berm ukim di sebelah barat laut.
J ika hal ini tidak terlaksana,
pastilah tanah J awa akan dihancurkan
dan Aku akan m em cabut nyawam u.”
bacaan-indo.blogspot.com

Begitulah
sam pai genap tiga kali.
[…]
94 Sisi Lain Diponegoro

64. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 181, A.H. Sm issaert
(Yogyakarta) kepada H.M. de Kock (Surakarta), 13 Agustus 1825.
LOr 6547b, XIV.56; Rusche 190 8-190 9, I:2:
56. […]
kabèh w ong N gay ogy a sam i
ageng-alit aw is ingkang lam pah ny ata
56. […]
sem ua orang di Yogya sam a-sam a
dari lapisan atas hingga bawah jarang m em ihak
kebenaran.
65. LOr 6547b, XIV.51; Rusche 190 8-190 8, I:1:
51. […]
langkung kerta Tegalrejo
m apan kathah tiy ang prapti
sam y a angungsi tedha
ingkang santri ngungsi ngèlm u
langkung ram é ngibadah
punapa déné w ong tani
51. […]
Tegalrejo m enjadi sangat sejahtera
karena banyak orang datang;
sem ua m encari m akan
[sedang] para santri m encari ilm u.
Di sana banyak am al dan doa,
terlebih pada petaninya.
66. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock no.111, Beschrijving van
het karakter en hoedanigheid van de Sultan, de Prinsen en de
Rijksbestierder van Djokjakarta (Sebuah uraian m engenai
kepribadian serta tingkah laku Sultan, para pangeran dan perdana
m enteri [kerajaan keraton] Yogyakarta), Magelang, 10 Desem ber
bacaan-indo.blogspot.com

1829, m erujuk kepada sang Pangeran dan keluarganya sebagai


‘zeer beschaafd’ (m em punyai peradaban tinggi).
67. J adi dem ikianlah ulasan yang diberikan oleh penulis (Raden
Ngabehi Sosrodipuro II) Babad Diponegoro versi Keraton
Surakarta, LOr 2114 II.8-9, hlm . 6-7 (Carey 1981:16-18):
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 95

8. aling-aling ingapadhang
m endhak katon dèn tingali
w iku-w ikuning atigan
ing jeroné isi kuning
[…]
ling-aling dènny a karem ing agam a
9. lan kerep lunga tirakat
atut-runtut lan w ong santri
ilang churm ating satriy a
nanggo churm ating w ong santri
[…]
8. Bersem bunyi di tem pat yang terang,
dia m em bungkuk ke bawah tapi dilihat.
[Seperti] seorang pandita palsu [wiku endok]
dalam nya kuning isinya.
[…]
Dia hanya berpura-pura gem ar agam a
9. dan sering pergi tirakat
bersatu dengan orang santri.
Kehorm atannya sebagai seorang kesatria sudah hilang
sebab sudah m enerim a kehorm atan santri.
[…]
68. Malam -m alam lailatul-qadar tersebut dapat jatuh pada salah
satu dari kelim a m alam -m alam ganjil bulan Ram adan (Puasa)
(tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29). Penam pilan Ratu Adil terjadi pada
tanggal 21 Ram adan sedangkan penam pilan kedelapan orang wali
itu pada Ram adan yang ke-27. Lihat J uynboll 1930 :10 7.
69. LOr 6547b, XX.14; Rusche 190 8-190 9, I:10 1:
14. […]
ijem surbanipun
bacaan-indo.blogspot.com

arasukan jobah séta


lan calana séta ngagem
[…]
14. […]
96 Sisi Lain Diponegoro

hijau warna serbannya,


berpakaian jubah putih
serta celana putih pula yang dikenakannya
[…]
70 . AN, Ministrie van Koloniën 4132, A.H. Sm issaert (Yogyakarta)
kepada G.A.G.Ph. van der Capellen (Batavia/ Bogor), 20 J uli
1825, Kopie No. 12, Bijlage Sm issaert (Lam piran Sm issaert),
Salinan No. 12, di m ana diketengahkannya tentang Diponegoro
yang m engenakan “een Arabisch en zeer gedistingueerd Priester
gew aad” [“sebuah busana Arab atau pakaian pem uka agam a
yang sangat istim ewa”]. Nam paknya Diponegoro m em punyai
seorang penasihat bangsa Arab yang bernam a Syeh Ahm ad al-
Ansari di Tegalrejo dan m enantunya pun bernam a Syeh Ahm ad
yang m ungkin bisa m em beri nasihat tentang busana perang suci
(prang sabil) itu, lihat Nahuys 1835, I:13. Syeh Ahm ad itu, yang
berasal dari J eddah, ada bersam a Diponegoro ketika terjadi per-
tem puran di Selarong pada 5 Oktober 1825, dan m enantunya di-
laporkan tewas (LOr 6547c, XXIII.146; Rusche 190 8-190 9, I:156).
Haji Badarudin dan Haji Ngiso, yang m erupakan penasihat de-
kat Diponegoro selam a berlangsungnya Perang J awa telah dua
kali pergi ke Mekkah (Knoerle “J ournal” 1830 :21) dan ia juga
m em punyai hubungan yang baik dengan Sayyid Hasan, seorang
Arab yang m enjadi guru pem bim bing Sultan Ham engkubuwono
IV dan putranya, HB V, dan m enghadiri konperensi perdam aian
di Magelang pada 8-28 Maret 1830 , lihat KITLV H 340 , H.M. de
Kock, Verslag van het voorgevallene m et den Pangeran Dipo-
N agoro, kort vóór, bij en na zijne overkom st (“Laporan tentang
kejadian yang dialam i oleh Diponegoro sedikit sebelum , sesaat
terjadi, dan sesudahnya penyerahan diri”), Magelang, 1 April
1830 . Lihat juga catatan 43 di atas.
bacaan-indo.blogspot.com

71. Lihat Boom s 1911:34 untuk m endapatkan gam baran m engenai


resim en-resim en pasukan pengawal pribadi tersebut yang
m em akai nam a Turki Osm ani. Haji Badarudin, yang pascaperang
m enjadi penghulu landraad pertam a di Purworejo, m engutip
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 97

tentang sebuah adm inistrasi Turki Osm ani di Mekkah kepada


Kiai Mojo, LOr 6547d, XXXIII.59-61, Rusche 190 8-190 9, II:46:
59. [...]
Kiai Mojo nuly a
pan sanget srengenny a
dhateng Kaji Badarudin
asru anabda
Éh Dullah Badarudin
60 . apan dika tan sum urup ngèlm unira
y èn Im am law an Kadhi
apa béda uga
Mekah kady a punika
pan dika w eruh pribadi
Dullah saurny a
inggih leres Kiai
61. nanging Mekah saday a pan kaw isèsa
m ring Sultan Ngerum sam i
[…]
59. […]
Kiai Mojo kem udian
dengan sangat m arah
datang kepada Haji Badarudin
dan berkata dengan nada seru:
“Heh, Dullah Badarudin,
60 . apa kam u tidak kenal ilm um u sendiri
bahwa Im am dan Kadhi
berbeda?
Sebagaim ana di Mekkah,
sudah kau saksikan sendiri!”
Dullah m enjawab:
bacaan-indo.blogspot.com

“Benar, Kiai,
61. tetapi Mekkah kan sudah dikuasai
oleh Sultan Turki (Raja Rum ) pula.”
[…]
98 Sisi Lain Diponegoro

72. Sebuah penilaian yang berim bang tentang kedudukan doktrinal


Diponegoro haruslah m enunggu sam pai nanti terdapat sesuatu
analisis atas sum ber-sum ber bahan tentang Islam Sui bergaya
tarekat Satariyah yang dipelajari Diponegoro waktu m uda di
bawah pem bim bing eyang buyutnya, Ratu Ageng, seorang pentolan
tarekat tersebut di keraton Yogyakarta, lihat Om an Fathurahm an
20 16:49-51. Naskah-naskah Makassar, Buku I (Sejarah Ratu
Tanah Jaw a) dan II (Hikay at Tanah Jaw a), paling banyak yang
dapat dikem ukakan adalah bahwa Diponegoro m encerm inkan
kenyataan yang sedang tum buh, yaitu penyatuan diri dengan
Islam yang dipandang ‘ortodoks’, tapi dalam kasus Pangeran
masih kental ajaran Sui, yang setiap hari semakin menjadi bagian
yang m em punyai arti penting dalam identitas budaya orang J awa
pada m asa awal abad XIX, lihat Soebardi 1971:348-349.
73. Dem ikianlah KITLV Or 13, XIV.35, hlm . 150 , m enggam barkan
Patih Surakarta, Raden Adipati Sosrodiningrat II (m enjabat
1812-1846), sebagai m engatakan kepada Sunan Pakubuwono VI
(bertakhta 1823-1830 ):
35. […]
sem u santri tan saged olah praja
punika santri w ateké
m ung m bujeng aw akipun
boten saged m engku prajadi
santri rupek ing m anah
paé w ahy u Ratu
[…]
35. […]
Santri tidak dapat m em erintah negara
karena begitulah tabiat santri.
Mereka m encari m ereka sendiri.
bacaan-indo.blogspot.com

Mereka tidak dapat m engurus kerajaan


karena pikiran m ereka picik.
Lain sekali dengan perbawa seorang raja.
[…]
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 99

74. Cerita dari m ulut ke m ulut dan turun-tem urun ini diungkapkan
kem bali kepada penulis oleh Ibu Dr. Sahir, cicit Pangeran
Diponegoro Muda (sekitar 180 3-pasca Maret-1856), yang di-
wawan cara i di rum ahnya di J alan I Dewa Nyom an Oka 7, Kota
Baru, Yogyakarta, Mei 1972.
75. Bacalah tulisan Forrester 1971:43-73, Bab III, “Signs and Portents:
Their Role in the Babad” [“Tanda-tanda dan Keajaiban-keajaiban:
Peranan m ereka di dalam Babad”].
76. Forrester 1971:60 -62, yang m em bandingkan itu dengan kisah
Kala Gum arang yang terdapat di dalam cerita dewi padinya, Dewi
Sri, dan pasangannya, Pangeran Sedana, yang dikem ukakan
dalam risalah W.H. Rassers, Panji, The Culture Hero [Panji,
pahlawan kebudayaan] (Den Haag: Nijhoff, 1959), hlm . 1-63, bab
I yang berjudul “On the m eaning of J avanese Dram a” [“Mengenai
m akna dram a J awa”].
77. Pekiringan terletak di daerah Gom bong dekat Kebum en, lihat
Dum ont 1917:438. Perbukitan di Desa Pekiringan juga bernam a
Ardilawet (bukit dari burung lawet).
78. Cahyono terletak di daerah Purbalingga di Keresidenan
Banyum as, Dum ont 1917:597; lihat juga Drewes 1925:19-24, yang
m enghubungkan Cahyono dengan m akam Syeh J am bu Karang,
putra Raja Pajajaran, Prabu Brawijaya Mahesa, yang m enyebar
agam a Islam di Kabupaten Purbalingga.
79. KITLV Or 13, VII.29-30 , hlm . 77:
29. duk sem ana Jay am ustapa lan Mobid
langkung susahira
sesm ita datan ngénaki
delajat nagri Mentaram
30 . kay a-kay a negara Mentaram iki
arep karusakan
bacaan-indo.blogspot.com

jalarané apa bénjing


29. Pada waktu itu [Kiai] J oyomustopo dan [Kiai] Mopid
sangat susah.
Sasm ita tidak enak
100 Sisi Lain Diponegoro

tentang [m asa depan] kerajaan Mataram .


30 . Seakan-akan negeri Mataram ini
akan rusak.
J adi apa kelak [nasib Mataram itu]?
80 . KITLV Or 13, VIII.10 -11, hlm . 80 :
10 . […]
Dipanegara bésuk m eksa arep am urw èng urip
ngrata agam a sarak
jinurung Al-Sabur
sinung rahm at Ingkang Muly a
[…]
11. […]
pesthi lulusé karepé
y èn adoh saking iku
lam un nrajang patang prakaw is
rahm at hiday at be(ng)gang
(w a)ngsul w ahy unipun
[…]
10 . […]
Diponegoro kelak
ingin m enyem purnakan kehidupan
[dan] m engajarkan perintah Agam a
bernam a Al-Sabur
dengan rahm at Yang Maha Mulia.
[…]
11. […]
Pasti bakal tercapai m aksudnya
bila m au m enghindari em pat perkara.
Tetapi jika em pat perkara itu dilanggar
Rakhm at dan Hidayah Allah bakal lepas
bacaan-indo.blogspot.com

kem bali kepada Perintah Allah.


[…]
81. KITLV Or 13, VIII.20 , hlm . 83:
20 . […]
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 101

w us karilan m aring Allah


dadi ratu aji takabur sirèki
y èn nrajang w urung bakal
20 . […]
Sudah seizin Allah
bila raja yang dihorm ati bersikap takabur,
kalau tam ak kedekut tentu gagal.
82. KITLV Or 13, XIV.3-10 , hlm . 140 :
3. […]
ing Silarong w inuw us m alih
Pangran Dipanegara
kagepok takabur
supé w angsiting Allah
w us pesthiné takdirolah nora keni
ow aha sangking tapa
[…]
10 . nora tutug karsané dady a Ji
ngrata sarak anèng tanah Jaw a
tem ené durung m angsané
[…]
3. […]
Di Selarong diceritakan lagi
Pangeran Diponegoro
terkena takabur,
lupa akan perintah Allah.
Sudah m enjadi takdir Allah tidak boleh
lepas dari bertapa
[…]
10 . Tidak berhasil tujuannya m enjadi raja,
pengem bang agam a di tanah J awa,
bacaan-indo.blogspot.com

karena m em ang belum m asanya.


[…]
83. Dem ikianlah, m isalnya, tradisi tentang kem bang Wijayakusum a
tam paknya lebih tersohor di daerah Surakarta daripada Yogya,
102 Sisi Lain Diponegoro

lihat F.S.A. de Clercq, N ieuw Plantkundig W oordenboek voor


Nederlandsch Indiё [Buku Baru Kam us Ilm u Tum buh-tum buhan
untuk Hindia-Belanda] (Am sterdam : De Bussy, 190 9), hlm . 30 7.
84. KITLV Or 13, XIV.69-71, hlm . 159-60 :
69. ciptanira sagunging kang w ady a lit
ny ata tetep jangkaning kuna
bakal ana perang gedhé
m ilané sam i suy ud
say ektiné nora m angerti
kalam un durung m angsa
sam angky a w ady a gung
sam i cipta sabilollah
jer Jeng Sultan tetep m adeg Ratu Adil
critané Joy oboy o
69. Dugaan rakyat kecil sem uanya
bahwa ram alan yang dulu benar tepat
akan terjadi sebuah perang besar.
Oleh karena itu mereka tunduk [kepada Diponegoro].
Sebenarnya m ereka tidak tahu
bahwa saatnya belum tiba.
J adi langsung m ereka sem ua
bersam a m enciptakan sebuah perang sabil
supaya Sri Sultan [Diponegoro] tetap m enjadi
Ratu Adil.
[Begitulah] ram alan [Prabu] J oyoboyo.
85. LOr 2163, XV.89-90 , hlm . 197:
89. Sultané ènget jroning kalbu
caritané kang rum iy in
surasané surat jangka
Sang Nata Ratu Kedhiri
bacaan-indo.blogspot.com

Sang Nerpati Joy oboy o


Jeng Sultan kraosing galih
90 . Sultan angling jroning kalbu
leres carita rum iy in
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 103

Ki Ajar ing Gunung Padhang


sun raos leres say ekti
nglam pahi kang angèl ingw ang
am ungsuh law an Kum peni
89. Sultan teringat di dalam hati
cerita yang dahulu,
isi surat pralam bang
Yang Mulia Ratu Kediri,
Prabu J oyoboyo.
J eng Sultan m erasa di kalbu
90 . [dan] ingat di lubuk hati paling dalam
benar cerita dahulu
[tentang] Ki Ajar di Gunung Padang.
Saya m erasa m em ang benar
bahwa saya akan pilih jalan yang am at sulit
dan m enjadi m usuh Kom peni [Pem erintah kolonial
Belanda].
86. LOr 2163, XXVII.4, hlm . 355:
4. w us rum aos Sang Nata sajroning kalbu
sam pun karsané Hy ang W idhi
bénjing Sang N ata ateluk
kaboy ong m arang Kum peni
w us rum angsèng jroning batos
4. Sang Raja sudah m enyadari di dalam hati
bahwa m em ang sudah m enjadi kehendak Yang
Maha Esa
bahwa kelak raja akan takluk
[dan] dibawa pergi oleh Kom peni [dalam
pengasingan].
Itulah yang sudah terasa di dalam batin.
bacaan-indo.blogspot.com

Cokronegoro m em bandingkan m asa tersebut dengan adegan


gara-gara (huru-hara) yang terdapat di dalam cerita wayang kulit,
ter utam a dalam pertunjukan wayang di Surakarta. Adegan ter-
sebut m enggam barkan kerusuhan sem entara yang m enim pa tata
104 Sisi Lain Diponegoro

atur an seorang tokoh yang kuat. Orang itu, wujudnya luar biasa,
ta pi sedang m engalam i kedukaan yang hebat, dan baik secara sa-
dar, m aupun secara tidak sadar, m em ohon pertolongan Tuhan
agar m engubah keadaan yang m enim panya, lihat Mangkoenagoro
1933:87.
87. LOr 2163, XXXIX.3, hal. 489, m enggam barkan Cokronegoro
seakan-akan bertarung seperti Gareng m elawan sem bilan orang,
sebagaim ana yang dilukiskan di dalam Bharatayuda tersebut:
3. ram éning prang tam buh m ungsuh law an row ang
panggrujuhé kang kanin
lir Garèng kasanga
ungkih angenti law an
sam y a surèng ingajurit
lir Bharatay uda
Pendhaw a Kuraw èki
3. Ram ainya perang saudara.
Begitu banyak yang kena luka;
bagaikan Gareng [bertanding dengan] sem bilan
orang
m encoba m enyingkirkan m usuh.
[Dua-duanya] Sam a-sam a kuat dalam pertandingan,
seperti dalam Perang Bharatayuda
Pandawa lawan Kurawa.
88. Saya berterim a kasih kepada Dr. Pigeaud (alm .) atas sarannya ini,
wawancara, Leiden, J uli 1973.
89. LOr 2114, IV.7-8, hlm . 13:
7. […]
Tuw an Sem itsar duk ngrungu
m y ang Sifaly é sru bram aty a
8. gum erot w ajané atik
bacaan-indo.blogspot.com

m acicil netra ngatirah


goy ang-goy ang kapalané
kang idep m angada-ada
[…]
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 105

90 . LOr 2114, IV.8-9, hlm . 13:


8. […]
Tuw an Sem itsar kady a
y èn agenga m iw ah luhur
kady a y eksèndra N galèngka
9. duk m y arsa patinirèki
y aksa ari nglebur gongsa
nanging rinangkep candrané
dènny a andhap dedegira
alit kirang bagusny a
bikukul w etengé gandhul
kady a w il Sang Pulunggana
91. LOr 2114, IV.11-12, hlm . 13:
11. […]
Tuw an Sifaly é pan kady a
putra ing Madukara
m edal reksa saking gunung
w asta w il Jay aw igena
12. m endèm gay am nuly a guling
anèng satengahing w ana
kay a m engkono candrané
daw a lam un cinarita
[...]
92. LOr 2114, VIII.49-50 , hlm . 34:
49. […]
May or W iranegara
anèng w uri rada kem ba lengud-lengud
dady a tontonan sam arga
satengah ana bibisik
50 . anjaw il m ring row angira
bacaan-indo.blogspot.com

kadingarèn Radèn May or puniki


béda law an sabenipun
bagasé lir W olanda
106 Sisi Lain Diponegoro

ing saiki sinaw ang solahé tutut


lan m ungguh w aw ay ang purw a
kady a Sang Ary a Sangkuni
93. LOr 2114, VIII.21, hlm . 30 (lihat juga Carey 1981:277 catatan 172
untuk keterangan tentang nam a ‘Mitragna’):
21. Pangéran Dipanegara
w us anitih kuda rekta geng inggil
pun Mitragna w astanipun
am andhi pangaw inan
m apan kuning padhang bulan song-songipun
y èn dinulu Jeng Pangéran
kay a putra Dw araw ati
94. LOr 2114, VIII.16, hlm . 30 :
16. Pangéran Dipanegara
w us angrasuk busananing prang sabil
lancingan rasukanipun
m y ang dhestar sam y a pethak
[…]
95. LOr 2114, I.7-8, hlm . 2:
7. […]
adat law as kèh rusak
kang w ong cilik bingung
ow ah kéblating nagara
kèh pitenah kam pak bégal kècu m aling
ngam bah sajroning praja
8. tan lum am pah chukum ing Suram bi
nora ajeg adiling Pradata
rukun-rukun ilang kabèh
ikhtiy ar kang lum aku
m y ang w asèsa rosa kang m eksih
bacaan-indo.blogspot.com

saru deksura nora


pinikir delarung
akèh w ong pocot rinèka
ing bicara w ong liy a ingkang gentèni
anak w ijil w ong kum pra
Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa 107

Bandingkanlah ini dengan gam baran yang terdapat di dalam Serat


Cabolang IV:1813, V.20 -22:
20 . tanpa kangèn
m ring m itra sanak sadulur
tan ana w arta ny ata
akèh w ong m larat m aw arni
day ané y èka lam un ty asé nalangsa
21. Kresna ajrang
sujana kapontit ny urut
durjana dursila
say arda dadra andadi
akèh m aling m alandang m alang ing m arga
22. bandhol gugus
m endhosol rina pupuguh
[…]
21. Tanpa rindu
kepada kawan sanak saudara.
Tiada berita nyata:
banyak orang m elarat
berbagai upaya dilakukan, tetapi tetap m enderita.
22. Watak (bijaksana) Kresna jarang
kebajikan sem akin m enyurut
tindak durjana, pelanggaran susila
sem akin tum buh berkem bang;
banyak pencuri di sepanjang jalan;
begal
berani keluar di siang hari.
[…]
96. LOr 2114, V.4, V.7, hlm .16:
4. Pangéran ngandika arum
bacaan-indo.blogspot.com

lah ta kaki Taptajani


punapa sam pun m angsany a
hubay anira duk nguni
w ong sedy a prang sabilullah
pay o padha dèn lekasi
108 Sisi Lain Diponegoro

7. Kiai Taptajani m atur


Gusti sam pun anlenggahi
y èn sedy a prang sabilullah
m ufakat para ngulam i
kasebut ing dalem kitab
tanah Jaw a Ratu Adil
97. Drewes 1925:133:
8. nenggih titi m angsanipun
ing taun ngajeng puniki
taun W aw u sasi Sura
[…]
8. Bahwa waktunya yang tepat
adalah pada tahun depan ini
yaitu dalam tahun Wawu dan bulan Sura.
98. Seorang pangeran di Yogyakarta pada akhir abad XIX pernah m e-
m esan seperangkat wayang kulit dengan gaya dan pakaian yang
klasik tetapi dengan m em perlihatkan wajah para pem im pin yang
m em ainkan peranan di dalam sejarah Yogya pada waktu itu, lihat
Ricklefs 1974a:190 . Mem bandingkan situasi sekarang dengan
Wayang Diponegoro yang pada 20 16 diciptakan di Yogya oleh Ki
Roni Sodewo (keturunan ketujuh anak Diponegoro, Raden Mas
Alip/ Sodewo), Mas Rahadi Saptata Abra (keturunan keenam m e-
nantu Diponegoro, Kolonel Tum enggung Mertonegoro), dan adik
Sri Sultan HB X, KPH Yudhoningrat, Carey 20 17:ix.
bacaan-indo.blogspot.com
Sampul muka kulit naskah Babad Kedung Kebo (LOr 2163), naskah tertua
di Leiden Universiteitsbibliotheek, dengan gambar Bima dan Pandita Durna
yang melambangkan KRA Cokronegoro I dan atasannya selama Perang Jawa,
Kolonel Jan Baptist Cleerens (1785-1850). Foto seizin UBL.
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
Pangeran Diponegoro memberi sejumlah perintah kepada dua orang
pengikutnya, Kiai Joyomustopo dan Kiai Mopid, sebelum mereka memulai
ziarah ke Gua Batu di Pulau Nusa Kambangan. Diponegoro sedang duduk
di keteduhan pohon kemuning di atas batu samadi bernama Selo Gilang
di tempat menyepi (panepèn) di Selorejo tepat arah timur laut Tegalrejo.
KITLV Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo), f.81v. Foto seizin UBL.
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
BAGIAN II

Babad Kedung Kebo1

PARA ahli sejarah yang ingin m endalam i Perang J awa (1825-


18 30 ) dan peristiwa yan g m en dahuluin ya akan dihadapkan
pada koleksi naskah sejarah J awa yang luar biasa kaya. Koleksi
naskah ini dapat menjadi sumber untuk menghidupkan aspek
lokalnya. Bahan-bahan tersebut mencakup surat-surat yang asli

1
Ucapan terima kasih ini saya tulis pada 1972, dan ketika naskah ini diterbitkan lagi
pada September 2017, empat orang di antaranya sudah almarhum: Kepada Dr Th.G.Th.
Pigeaud (20 Februari 1899-6 Maret 1988) yang telah memeriksa semua terjemahan bahasa
Jawa dan menyajikan banyak saran serta petunjuk untuk tulisan ini. A big thank you too
untuk Prof. P.J. Zoetmulder SJ (29 Januari 1906-8 Juli 1995) dan Drs Mujanattistomo
(alm.) dari Yogyakarta. Keduanya telah membantu dengan memberikan tafsiran atas kata
bacaan-indo.blogspot.com

pengantar yang terdapat dalam bahasa Jawa tersebut. Akhirnya, matur nuwun sangat
kepada mantan Bupati Purworejo, Drs Suharto AH (menjabat 1967-1975), beserta stafnya,
dan bupati petahana, Pak Wiryo Ratmoko (menjabat 1966-1967) (alm.), dari Jalan WR
Supratman No. 3, Purworejo, yang telah menyediakan begitu banyak dokumen bagi saya
dan meluangkan begitu banyak waktu untuk mengorganisasikan wawancara-wawancara
saya di daerah Bagelen pada Mei 1972.
114 Sisi Lain Diponegoro

maupun babad yang ditulis oleh orang yang terlibat langsung


dalam peristiwa sejarah. Nam un dari sem ua bahan sejarah,
babad memiliki arti paling penting.
Sejarah Peran g J awa dan riwayat Pan geran Dipon egoro
(178 5-18 55) biasan ya d iklasifikasikan d alam katalog per -
p u st akaan d i bawah ju d u l “Babad Dip on egor o”. Nam u n
klasiikasi ini membingungkan sebab babad yang bersangkutan
banyak membicarakan segi-segi yang sangat berbeda. Bahkan
kadang kala ditulis oleh pihak yang berlawanan. Kebanyakan
“Babad Dipon egor o” yan g asli, ser ta tu r u n an n askah n ya,
sekar an g t er sim p an d alam koleksi u m u m p er p u st akaan
di Belan da dan In don esia. Ada juga sejum lah kecil n askah
yan g m asih terdapat dalam koleksi keluarga, seperti n askah
“Kampung J awa Tondano” di Minahasa (Sulawesi Utara) yang
ditulis Kiai Mojo sewaktu diasingkan di Tondano antara Mei
1830 dan Desember 1849.1 Dari semua koleksi umum ini, yang
paling penting adalah yang di Perpustakaan Universitas Leiden
(Universiteitsbibliotheek) di Leiden, Belanda, dan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia di J akarta. Perpustakaan di dalam
Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, serta Perpustakaan
Museum Sonobudoyo di Yogyakarta juga menyimpan beberapa
versi “Babad Diponegoro” yang menarik.2
Pada awalnya, sewaktu saya menjadi peneliti muda di Yogya
awal 1970 -an, agak sulit melakukan penelitian tentang babad,
sebab belum ada katalog koleksi babad J awa yang m em adai.
Petunjuk tentang lokasi naskah-naskah yang asli, beserta tanggal
dan latar belakangnya, juga hampir tidak ada. Karena hal itulah
tugas sejarawan menjadi luar biasa sulit. Sementara itu, jumlah
naskah yang telah diterbitkan juga masih amat sedikit (Carey
bacaan-indo.blogspot.com

1981). Kalaupun ada, sering kali sulit untuk didapatkan sebab


sudah lama out of print atau tidak dicetak ulang (lihat contoh
Babad Kedung Kebo yang diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp,
Semarang, pada hlm. 119-120 , 132-137).
Bagian II Babad Kedung Kebo 115

Naskah-n askah yan g palin g pen tin g ten tu adalah yan g


ditulis oleh orang yang punya keterlibatan erat dalam peristiwa
yan g m ereka lukiskan , seperti Pan geran Dipon egoro sen diri
serta para pujan gga (ahli sastra J awa), dan pejabat keraton
J awa bagian tengah-selatan yang hidup sewaktu sang Pangeran
m em im pin Peran g J awa, seperti Tum en ggun g Sostron egoro
alias Yosodipuro II (m en in ggal 18 44), dan bupati perdan a
Purworejo pasca-Perang J awa, Raden Adipati Ario Cokronegoro
I (1779-18 62). Den gan d em ikian , d ar i babad -babad yan g
sekaran g diken al den gan judul um um “Babad Dipon egoro”,
tampaknya dapat dibagi dalam tiga kelompok utama.
Pertama, otobiograi yang ditulis oleh Pangeran Diponegoro
sendiri ketika diasingkan ke Manado (1830 -1833).3 Kemudian,
dalam golon gan yan g sam a, babad yan g ditulis oleh kerabat
Dipon egoro, seperti Babad Dipon egoro Sury an galam yan g
disusun oleh putra sulun gn ya, Pan geran Dipon egoro Muda
(sekitar 18 0 3– pasca-Maret 18 56), tak berapa lam a setelah ia
diasingkan ke Sum enep (18 34-18 51) pada 18 34.4 Dari sem ua
kelom pok babad in i, otobiogr afi Pan ger an Dipon egor olah
yan g palin g terken al serta digun akan , bahkan sudah diakui
oleh UNESCO (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmiah, dan
Kebudayaan) sebagai naskah Ingatan Dunia (M em ory of the
W orld) pada 18 J uni 20 13. Sejarawan m iliter Belanda, P.J .F.
Louw (1856-1924) dan E.S. de Klerck (1869-1939), yang menulis
m ahakarya tentang Perang J awa (Louw dan De Klerck 1894-
1909), telah menetapkan babad otobiograi ini sebagai sumber
utama bagi sejarawan yang ingin meneliti sejarah sang Pangeran
(hlm. xiii).5
Semua teks otobiograi—kecuali 14 kanto bagian pertama
bacaan-indo.blogspot.com

yang m em bahas sejarah J awa sejak zam an Majapahit (1293-


1510 -an ) sam p ai awal er a Kesu ltan an Yogyakar ta p asca-
Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755)—pernah diterbitkan oleh
Albert Rusche & Co di Surakarta, pada 190 8-190 9. Dokumen ini
116 Sisi Lain Diponegoro

Babad Kedung Kebo (DvT JI KL) (salinan 1852) dari koleksi pribadi mantan
bacaan-indo.blogspot.com

Gubernur Jenderal A.J. Duymaer van Twist (menjabat 1851-1856) di


Perpustakaan Kota (Athenaeum Bibliotheek) di Deventer, Negeri Belanda.
Naskah ini telah diberikan kepada Van Twist oleh Cokronegoro I pada 1852
waktu Van Twist membuat kunjungan pertama ke Jawa Tengah. Foto seizin
Athenaeum Bibliotheek, Deventer.
Bagian II Babad Kedung Kebo 117

dicetak ulang pada 1914 dan 1917. Tapi tampaknya penerbitan


in i tid ak d id asar kan p ad a n askah asli yan g telah h ilan g
pasca-1877 sewaktu naskah asli tersebut dikembalikan kepada
keluarga Diponegoro di Makassar oleh Bataviaasch Genootschap
van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Batavia untuk
Kebudayaan dan Ilm u-Ilm u Pen getah uan ). J adi kita h arus
berpaling pada salinan-salinannya yang dibuat ahli Sastra J awa
kuno, A.B. Cohen Stuart (1825-1876), di Algem ene Secretarie
(Sekretariat Negara Pemerintah Hindia Belanda) pada 1860 -an
dan sekarang terdapat di Perpustakaan Nasional (Not. KBG. 5
J uni 1877, hlm. 89-95; Van Praag 1947:23).6
Kelompok kedua adalah babad-babad yang ditulis di keraton
J awa bagian tengah-selatan oleh pujangga, pejabat tinggi istana,
dan kerabat raja pada awal abad XIX. Sering kali para penulis
babad-babad ini m engalam i langsung peristiwa yang m ereka
gambarkan.7 Namun sayang sekali, kelompok naskah J awa ini
diabaikan oleh para sejarawan. Ini sesuatu yang mengherankan,
sebab ada beberapa babad, terutama dari Surakarta, yang ditulis
selam a berlangsungnya Perang J awa (Carey 198 1). Ada pula
babad dari Yogyakarta, yang disusun pada 1876, satu-satunya
babad J awa yan g secara efektif m en ggun akan sum ber J awa
dan Belanda (Carey 198 1:xxviii-xxix). Tentulah babad-babad
keraton ini berhak mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar
di masa depan, sebab semuanya memberikan pandangan atas
sikap samar atau bermuka dua kalangan keraton J awa bagian
tengah-selatan terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro.
Kelompok yang ketiga adalah kumpulan babad yang dikenal
sebagai Buku Kedun g Kebo, walaupun judul aslin ya adalah
Babad Kedun g Kebo—judul yan g kita gun akan un tuk buku
bacaan-indo.blogspot.com

ini. Naskah sejarah ini disusun atas prakarsa bupati perdana


Purworejo (pra-1831, Bupati Brengkelan), Raden Adipati Ario
Cokron egoro I (m en jabat 18 31-18 56), an tara 18 42 dan 18 43
bekerja sama dengan seorang mantan panglima Diponegoro di
118 Sisi Lain Diponegoro

Bagelen tim ur, Basah Pengalasan (sekitar 1795– pasca-18 66).


J udul babad merujuk pada nama asli suatu permukiman yang
terletak di sisi timur Kali Bogowonto (Bagelen), yang berfungsi
sebagai tan gsi m iliter Belan da selam a Peran g J awa. Setelah
Perang J awa, nama Kedung Kebo dipertahankan sebagai tangsi
m iliter, tapi n am a hoofdplaats (kota adm in istratif) diubah
dari Brengkelan menjadi Purworejo pada 26/ 27 Februari 1831
(Vreede 1892:136-43; Pigeaud 1967-80 , I:168; II:35, 69, 78; LOr
2163 [Babad Kedung Kebo], XLVII.31-32, hlm. 584).8
Kelom pok n askah Ba ba d Ked u n g Kebo in i, yan g ke-
banyakan ham pir sama persis dalam gaya maupun isinya, di-
tulis atas perin tah Cokron egoro I, yan g pra-18 31 m en jabat
Bupati Bren gkelan (pra-9 J un i 18 30 , Bupati Tan ggun g) dan
kom andan (pra-J anuari 18 29, wakil kom andan) hulptroepen
(pasukan cadangan pribum i) Belanda dari Surakarta di wila-
yah m a n ca n a g a r a bar at. Kar en a ked u d u kan yan g d ir aih
Cokronegoro hampir seluruhnya berkat jasanya selama Perang
J awa, peristiwa-peristiwa yang terjadi selam a lim a tahun pe-
perangan di Bagelen m em punyai arti besar bagi dirinya dan
keluarga nya.
Naskah Babad Ked u n g Kebo yan g ter tu a adalah LOr
2163 yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden. Nas-
kah in i diper kir akan m ulai diker jakan pada 18 42 dan di-
selesaikan tahun berikutnya, walaupun candrasengkala serta
tanggal-tanggal yang dicantum kan dalam kata pengantar tak
be gitu jelas. Versi Babad Kedung Kebo ini telah diberikan ke-
pada Gu ber n u r J en der al J .J . Roch u ssen (m en jabat 18 45-
1851), ketika ia melakukan perjalanan dinas perdana ke J awa
bagian tengah-selatan pada 1847. Setelah ia pu lang ke Negeri
bacaan-indo.blogspot.com

Belan da di pen gujun g 18 51, n askah diteruskan kepada te-


m an n ya, m an t an Men t er i J ajah an , J ean Ch r ét ien Bau d
(1789-1859, m enjabat 1840 -1849), yang sebelum nya di tahun
yan g sam a m en d ir ikan Kon in klijk In stitu t voor d e Taal-,
Bagian II Babad Kedung Kebo 119

Lan d - en Volken ku n d e van Ned er lan d sch -In d ië (KITLV/


Lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian Bahasa, Antropologi,
dan Etnograi Hindia Belanda) di Delft.9 Inilah lembaga paling
penting di dunia untuk studi mengenai Indonesia. Selama sisa
hidupnya, Baud m enjabat sebagai ketua (voorzitter) perdana
lem baga tersebut (1851-1859). Ia langsung m em inta ahli sas-
tra dan bahasa J awa, Taco Roorda (18 0 1-18 74), profesor di
Rijksopleiding voor Ingenieurs en Ambtenaren (Sekolah Tinggi
Negeri untuk Insinyur dan Pejabat Sipil [yang akan bertugas
di Indonesia]) di Delft (1842-1864), untuk membuat satu ter-
jemahan. Namun Roorda tidak sanggup melakukan pe kerjaan
itu sendiri. Ia m em inta bantuan seorang penerjem ah ba hasa
J awa di Surakarta, C.F. Winter Senior (bertugas 1820 -1859).
Sang penerjemah kawakan ini rupanya menerima tugas Roorda
de ngan setengah hati. Namun setelah melalui sejumlah kesulit-
an , terjem ah an dari 20 0 h alam an pertam a Babad Kedun g
Kebo berhasil diterbitkan di jurnal ilmiah KITLV, Bijdragen tot
de Taal-, Land- en Volkenkunde (Sum bangan untuk Bahasa,
Antropologi dan Etnograi [Hindia Belanda]) pada 1860 (Roorda
1860 ).
Beraneka ragam salinan naskah lain atas Babad Kedung
Kebo pun berhasil diselesaikan sejak 18 43 sam pai wafatn ya
Cokr on egor o I pad a 18 62. Salin an -salin an ter sebu t tid ak
ban yak berbeda dari aslin ya. Pada akhir abad XIX, sebuah
naskah Babad Kedung Kebo diterbitkan oleh toko buku dan
pen erbit terken al di Sem aran g, G.C.T. van Dorp. Walau pun
penerbitan ini terlihat populer di J awa, sekarang hasil pekerjaan
Van Dorp sudah tidak bisa didapatkan lagi. Suatu risalah yang
len gkap m en gen ai pen erbitan in i telah dibuat oleh Raden
bacaan-indo.blogspot.com

Poerwasoewignja dan Raden Wirawangsa dalam katalog mereka


atas buku-buku bahasa J awa yang tersimpan di perpustakaan
Bataviaasch Gen ootsch ap (Per h im pu n an Kebu d ayaan d an
120 Sisi Lain Diponegoro

Ilm u -Ilm u Pen get ah u an Bat avia) d i J akar t a p ad a 19 20


(Poerwasoewignja dan Wirawangsa 1920 -1921:150 -159).
Ketika Van Dorp m en erbitkan Babad, siapa pen garan g
naskah Kedung Kebo itu sebenarnya masih merupakan misteri.
Walaupun demikian, diketahui bahwa konsep asli karya tersebut
serta beberapa karan gan awal berasal dari Cokron egoro I
sendiri. Desain naskah yang bagian pertamanya mendedahkan
sejar ah Yogyakar t a d an r iwayat san g Pan ger an r en t an g
18 12– 18 25, d an bagian ked u an ya m em u satkan p er h atian
pada peperan gan di Bagelen serta sejarah Purworejo pasca-
Peran g J awa, m em berikan petun juk bahwa m un gkin sekali
Babad m erupakan pekerjaan lebih dari satu orang. Terdapat
pula beraneka ragam perbedaan gaya penulisan dalam naskah,
khususn ya pada bagian akhir. Bagian in i m en gan dun g lebih
banyak kata-kata Melayu serta ungkapan-ungkapan J awa dalam
latar Semarang, tempat tinggal salah satu dari dua orang yang
diduga menjadi pengarang utama Babad (lihat di bawah).
Keabsahan data tentang siapa penulis Babad sebenarnya
m au pu n pan d an gan sejar ah n ya ad alah satu sebab Babad
Kedung Kebo hampir tidak digunakan oleh sejarawan sebagai
su m ber tu lisan —sekalipu n sebagian isin ya d iter jem ah kan
Roorda dengan dibantu C.F. Winter Senior serta diterbitkan
oleh G.C.T. van Dorp. Ini harus disesalkan sebab terjem ahan
Roorda serta pandangan Babad yang memihak Belanda justru
membuat naskah yang ditulis atas perintah Cokronegoro I patut
sekali digunakan sebagai perbandingan atas babad otobiograi
Diponegoro serta babad-babad lain yang ditulis oleh kalangan
keraton J awa bagian tengah-selatan.
Versi Babad yang telah diterbitkan memberikan petunjuk
bacaan-indo.blogspot.com

m engenai salah seorang co-author atau m itra penulis Babad


Kedung Kebo. Dalam kata pengantar naskah ini, disebut nama
Basah H aji Ngabd u llatip (Abd u l Latif) Ker to Pen galasan ,
salah seorang panglim a (Basah) Diponegoro yang terpercaya
Bagian II Babad Kedung Kebo 121

selam a berlangsung Perang J awa di Bagelen. Hal ini rupanya


tidak diketahui sebelum n ya, dan serin g kali n askah-n askah
Babad Kedung Kebo, yang mempunyai kata pengantar khusus
seperti ini, diklasiikasikan di bawah judul lain dalam katalog
perpustakaan. Misalnya, LOr 8553 di Perpustakaan Universitas
Leiden dirujuk sebagai “Babad Basah” di dalam katalog Dr
Pigeaud (Pigeaud 1967-1980 , II:480 ). Sebuah perbandingan atas
baris-baris awal naskah Babad itu jelas memperlihatkan bahwa
babad ini hampir sama dengan versi yang telah diterbitkan oleh
Roorda. Ini m enunjukkan hubungan erat naskah ini dengan
naskah-naskah Babad Kedung Kebo yang lain.10
Pada akhir bagian in i akan m em bahas, pertam a, suatu
penelitian perbandingan atas beraneka ragam kata pengantar
yan g m en yer tai tipe n askah -n askah Babad Kedun g Kebo;
selan jutn ya dua sketsa biografis sin gkat Cokron egoro dan
Pengalasan sebelum dan selama Perang J awa. Di akhir, sebuah
kesim pulan ten tatif ben tuk kom posisi Babad tersebut dan
maknanya sebagai sumber sejarah mengenai zaman Pangeran
Diponegoro (1785-1855) dan Perang J awa (1825-1830 ).
bacaan-indo.blogspot.com
Membandingkan Sumber-sumber
Rujukan Babad Kedung Kebo

TENTULAH tidak m un gkin dalam ruan g lin gkup tulisan in i


m en gadakan pen elitian perban din gan atas seluruh n askah
Babad Kedung Kebo yang ada. Berikut ini hanya diangkat kata
pengantar tiga naskah paling penting, yang disusun selama abad
XIX. Kata pengantar yang pertama berasal dari naskah Babad
Kedung Kebo tertua, LOr 2163, yang telah dibahas sebelumnya.
Kedua, diam bil dari n askah yan g dim iliki oleh Kon in klijk
I n st it u t (Leid en )—seka r a n g d isim p a n d i P er p u st a ka a n
Universitas Leiden, KITLV Or 13—yang disalin sewaktu Raden
Adipati Ario Cokronegoro II menjabat (1856-1896), yang pada
hakikatn ya han ya m erupakan satu bagian dari karya utam a
(J uynboll 1914:398; Pigeaud 1967-1980 , II:825). Ketiga, kata
pengantar satu naskah yang terdapat di Perpustakaan Museum
Sonobudoyo, Yogyakarta, naskah P.B. (Panti Budoyo) A. 282.
bacaan-indo.blogspot.com

Naskah-naskah ini, yang hampir sama dengan versi yang telah


diterbitkan, dipilih karena versi tersebut tidak tersedia ketika
tulisan ini ditulis.
Bagian II Babad Kedung Kebo 123

K a t a Pe n g a n t a r u n t u k LOr 2 16 3
1. Bism ilah kala tinulis
w arsa Alip kang lum am pah
Jum adilaw al sasiné
Julungpujud w ukunira
m arengi tanggal pisan
Buda Pon énjing rinipun
m angsa kalih duk sem ana

2. sengkalanira inga[ng]git
bokm enaw a kaleresan
rèhning bodho pujanggané
w indunipun w indu Sétra
ing m angké sengkalany a
catur ing sy araning ratu
Dy an Dipati karsanira

3. w au Kanjeng Dy an Dipati
anggalih ay asa babad
ing tem bé kaparingaké
dhum ateng ing putra w ay ah
buy ut tanapi canggah
dadosa pangém ut-ém ut
ing bénjang sam i ngertiy a

4. ing akir kang dérèng uning


seday a sam y a ém uta
gancaré éy ang lam pahé
kalané dhérèk lam pahny a
bacaan-indo.blogspot.com

Kanjeng Gusti Pangéran


Kusum ay uda puniku
sakunduré Jeng Pangéran
124 Sisi Lain Diponegoro

Kem u d ian m en yu su l lim a san jak yan g m en ggam bar kan


kepem im pin an baru yan g diberikan kepada Cokron egoro—
pada waktu itu m asih bergelar Tum enggung Cokrojoyo—oleh
Kolon el J an Baptist Cleer en s setelah kepu lan gan m an tan
komandan hulptroepen (pasukan cadangan pribumi) Surakarta,
Pan geran Kusum oyudo, pada J an uari 18 29 dari Bagelen ke
Surakarta, serta serba ujian yang dihadapi oleh Cokronegoro
dalam peperangan menghadapi pasukan Diponegoro di wilayah
Bagelen pada lim a belas bulan terakhir Peran g J awa hin gga
pen an gkapan san g Pan geran den gan tipu daya Belan da di
Magelang, 28 Maret 1830 .

10 . ing m angké Radèn Dipati


pilenggah nèng Purw areja
ingangkat Kum peni Gedhé
Tuw an Besar nagri Olan
sarta jinujung drajat
leluhur sing ram a Ibu
jum urung sarta nugraha

11. w iw itan dalasan m angkin


Dy an Dipati sam pun w iry a
w us dum ugi sakarsané
èjrah Nabi dipun étung
sèw u dw i atus w arsa
sèket taun tenggakipun
m arm a aran tanpa sirah

12. sengkala èjrah w inarni


bacaan-indo.blogspot.com

tataning netra aw arna


sengkala Jaw i raosé
pandhita w ikuning condra
sèw u saptatus w arsa
Bagian II Babad Kedung Kebo 125

sèket pitung dasa langkung


tunggal te[ng]gak tanpa sirah

13. ri sam pun dèn-sengkalani


y ata w au kaw arnaa
nagri Mataram w iy osé
Yugy akarta Adiningrat
Nata dinukan Suksm a
dhum ateng Yang Maha Agung
sirnané kabekta topan

1. Dengan ucapan bismillah mulailah ini ditulis


di tahun Alip
J umadilawal bulannya
wuku J ulungpujut
tanggal yang pertama
pada Rabu Pon di pagi hari
waktu musim yang kedua.

2. Kronogramnya pun dihitung,


[tetapi] menjadi pertanyaan apakah ini tepat
sebagai akibat kebodohan pujangganya:
windunya adalah windu Setra
dan sekarang kronogramnya adalah
catur ing sy araning ratu (A.J . 174[0 ]/ AD. 1812)
Raden Adipati menghendaki demikian.

3. Sebelumnya Yang Mulia Raden Adipati


bermaksud agar babad ini ditulis
bacaan-indo.blogspot.com

sehingga kelak ia dapat diberikan


kepada anaknya, cucunya, cicit,
dan canggah.
126 Sisi Lain Diponegoro

Dengan demikian mereka akan mengetahui


tentang hal ini,
serta kelak semua mereka akan memahaminya.

4. Sehingga pada akhirnya mereka yang tidak


mengetahui
semuanya akan mengingat
tentang kisah perjalanan hidup kakek mereka
semenjak saat ia mengikuti
Paduka Yang Mulia Pangeran
Kusumoyudo
[sampai] kembalinya Yang Mulia Pangeran [dari
Bagelen ke Surakarta pada J anuari 1829].
[…]

10 . Kini Raden Adipati tersebut


mendapatkan kedudukan di Purworejo
karena diangkat oleh Kompeni Besar 11
[dan] penguasa negeri Belanda;12
serta derajatnya diangkat
para leluhur ayah dan ibunya
membantunya [dalam sukma] serta memberikan
kepadanya restu.

11. Semenjak permulaan sampai sekarang


Pangeran Adipati tersebut telah berhasil
mencapai hak-haknya yang mulia;
ia telah berhasil mendapatkan semua yang
diinginkannya
bacaan-indo.blogspot.com

di dalam perhitungan tahun hijrah Nabi, yang


diperkirakan
seribu dua ratus
serta lima puluh tahun stop
Bagian II Babad Kedung Kebo 127

oleh karena nama [nomor]-nya tanpa kepala


[kesatuan].13

12. Kami menceritakan tentang kronogram bagi


tahun hijrahnya Nabi,
tataning netra aw arna (125[9] Hijrah/ 1843 M),
sedangkan kronogram J awa diketengahkan
sebagai
pandhita w ikuning condra (A.J . 177[1]/ 1843 M)
dalam tahun seribu tujuh ratus
lima puluh tujuh puluh
serta sebuah tanpa kepala [satu] (AJ 177[1]/
1843 M).

13. Setelah menyatakan kronogram-kronogram


tersebut
maka sekarang disinggung
tentang kerajaan Mataram, se bagai
permulaannya
Yogyakarta Adiningrat,
penguasa kerajaan itu telah dikunjungi oleh
kemarahan
dari Yang Maha Agung
serta menghilang di dalam sebuah topan.14

K a t a Pe n g a nt a r u nt u k K o nin k lijk In s t it uut K ITLV Or 13


(PADA bagian atas halam an -halam an ada kata pem bukaan :
‘Pupuh Asmaradana’, yang berarti irama Asmaradana)
bacaan-indo.blogspot.com

1. Kasm aran sam a 15 ing galih


galihy é pekir kang nistha
128 Sisi Lain Diponegoro

sangking sru sanget papané


kinunjara nèng Sam arang
m angky a sesem ing driy a
am urw a lelakonipun
Pangéran Dipanegara

2. duk arsa m angun agam i


ngrata ing rat tanah Jaw i
carita puniku w ité
anurun kagunganira
ne[ng]gih Mangunsubrata
Mister Jaw a kang linuhun
pilenggah nagri Sam arang

3. Mangunsubrata ingkang w it
dènny a anurun carita
Babad Dipanegarané*
Mas Bèhi Sutanegara*
Patih diby a ing Sam arang
kang kagungan babonipun
Babad Srat Dipanegara

4. nalika m urw a ing kaw i


m angun langening carita
ing Senèn Legi w anciné
tiga siang tanggalira*
songalikur kang w ulan
Rabingulakir kang taun
Alip ing m ongsa katiga
bacaan-indo.blogspot.com

5. nuju Pujut w ukunèki


sengkalahé* tanah Jaw a
tata law ang ajaring w ong
Bagian II Babad Kedung Kebo 129

Mas Bèhi Sutanegara*


dènny a nurun carita
Dy an Dipati langkung w iry a
ing negari Purw areja

6. am angké* Radèn Dipati


pan sam pun jinunjung* drajat
Kum peni kang lairaké
Tuw an Besar ing Nedherland
w it saw abing luhurny a
sangking ram a m iw ah ibu
kasertan takdiring Alah

7. m ila ta kangsi sam angkin


Dy an Dipati langkung w iry a
dum ugi barang karsané
èjrah Nabi dipun étang
sirna* tasik raningrat
m enggah ing sengkala Jaw a*

8. bum i ardi resi siji


ing m angké* am angun kondha
nagri Mentaram kandhané
inggih nagari Ngay ogy a
praja geng tanah Jaw a
ri kala katekan bendu
sangking Alahu Tangala

1. Ditolak kekasih hatiku


bacaan-indo.blogspot.com

[Saya] hanyalah seorang pengemis yang nista


sebagai akibat kesengsaraanku yang hebat
dipenjarakan di Semarang.
Sekarang, dengan segala kegembiraan,
130 Sisi Lain Diponegoro

saya akan memulai sejarah


Pangeran Diponegoro

2. ketika ia berkehendak menegakkan agama


[serta] memerintahkannya agar dilaksanakan di
seluruh tanah J awa.
Kisah ini dimulai
dengan penyalinan dari [sebuah dokumen] yang
dimiliki
oleh Mangunsubroto
seorang dokter J awa 16 yang sangat dihormati
yang bertempat tinggal di Se marang.

3. Mangunsubroto memulai
penyalinan kisah
cerita Babad Diponegoro
dari Mas Ngabehi Sutonegoro,
Yang Mulia Patih di Semarang,
yang memiliki naskahnya yang asli
Serat Babad Diponegoro tersebut.

4. Tatkala kisah tersebut dimulai dalam bentuk


tembang [sajak]
untuk membuatnya lebih dapat dinikmati
adalah pada hari Senin Legi
jam tiga siang hari. Tanggalnya
adalah tanggal dua puluh sembilan
dan bulannya adalah Rabingulakir, tahun
Alip, di musim yang ketiga [awal musim
bacaan-indo.blogspot.com

kemarau].

5. Wukunya adalah J ulungpujut


dan kronogramnya untuk tahun J awa adalah
Bagian II Babad Kedung Kebo 131

tata law ang ajaring w ong (A.J . 1795/ A.D. 1866).


Mas Ngabehi Sutonegoro
menyalin kisah ini
mengenai Raden Adipati yang gagah berani
di negeri Purworejo.

6. Sekarang ia telah menjadi Raden Adipati


serta dinaikkan dalam kedudukannya.
Pemerintah Belandalah yang telah
memerintahkan hal itu
[serta] Tuan Besar di negeri Belanda,17
sebagai akibat pengaruh moral yang tinggi
yang dimiliki oleh ayah serta ibundanya
disertai dengan takdir Allah SWT.

7. Oleh karena itu hingga sekarang


Raden Adipati itu selalu menunjukkan
keunggulannya.
Ia berhasil mendapatkan keinginan-keinginannya
di dalam tahun hijrah Nabi
sirna tasik raningrat (1260 Hijrah/ 1843 M),
serta kronogram bagi tahun J awa
[adalah] 18

8. bum i ardi resi siji (1771 AJ / 1843 M).


Dengan demikian dia [RAA Cokronegoro I]
mengarang cerita,
yaitu kisah tentang Mataram,
yakni Yogyakarta,
bacaan-indo.blogspot.com

ibu kota tanah J awa yang perkasa,


pada saat turunnya kutukan
dari Allah SWT.19
132 Sisi Lain Diponegoro

K a t a Pe n g a n t a r u n t u k Na s k a h Pa n t i Bu d o y o PB A
2 8 2 ( v e r s i y a n g d it e r b it k a n o le h G.C.T. v a n D o r p
s e b e lu m 19 2 0 )
1. Kasm aran 20 w edharing galih
Dy an Panji Jay asupraja
Undersetan w edanané
Magetan ingkang atm aja
Radèn Tum enggung w arga
Jay anegara ing dangu
ingkang jum eneng Bupaty a

2. Arja W inangun nagari


apdèling Panaraga
m angké kinunjarèng m anon
w onten praja ing Sam arang
ngriku m anggih carita
nalikanira puniku
Pangéran Dipanegara

3. m angun prang nèng tanah Jaw i


déné ingkang paring kojah
ceritèku saday ané
sangking Raden Basah
gih Kerta Pengalasan
ing uni punggaw anipun
Pangéran Dipanegara

4. lajeng rinipta ing kaw i


rinenggèng sekar m acapat
bacaan-indo.blogspot.com

supados rahab kang m aos


m enggah lepating carita
inggih nuw un aksam a
Bagian II Babad Kedung Kebo 133

rèhning kang m arenggèng kidung


m eksih lit tan w rin pribady a

5. nalika m urw a ing kaw i


m angun langening carita
ing Som a Manis w anciné
jam tri siy ang nujèng tanggal
sangalikur kang w ulan
Rabingulakir kang taun
Prapalip sury a duk katiga

6. Julungpujud w ukunèki
sengkala Jaw i pinétang
tata law ang ajaring w ong
kang kinary a purw èng kondha
nagari ing Ngay ugy a
anenggih sabakdanipun
Jeng Sultan dibuw ang sabrang

1. Dapat terbebas dari cinta yang begitu besar dari


Raden Panji J oyosuprojo,
seorang pensiunan Wedana dari
Magetan, anak laki-laki
dari Raden Tumenggung
J oyonegoro, yang sebelumnya
memegang pangkat Bupati

2. di Arjowinangun
yang terletak di dalam distrik Ponorogo.
bacaan-indo.blogspot.com

Kini, atas kehendak Allah SWT, tengah menjalani


hukuman penjara
di Kota Semarang.
Di sana ia menemukan cerita
134 Sisi Lain Diponegoro

yang mengisahkan tentang zaman


Pangeran Diponegoro,

3. tatkala ia tengah melakukan peperangan di tanah


J awa.
Orang yang mengisahkan kembali cerita itu
[serta] seluruh sejarah tersebut
adalah Raden Basah
Kerto Pengalasan,
yang sebelumnya adalah seorang pejabat
Pangeran Diponegoro.

4. Kemudian disusunlah dalam bentuk sanjak


dengan menggunakan irama macapat
sehingga orang-orang yang membacanya akan
mendapatkan kesenangan.
Kalau terdapat sesuatu kesalahan di dalam cerita
tersebut
[aku] memohon maaf [dari Anda]
oleh karena pengarang kidung ini
m a sih m u d a u sia n ya t id a kla h m en ga la m i
[peristiwa-peristiwa tersebut] sendiri.

5. Waktu, ketika penulisan sanjak ini dimulai,


[serta] mutu-mutu yang menyenangkan kisah
tersebut diperbaiki,
adalah pada hari Senin Legi, jam
tiga di siang hari, tanggal
dua puluh sembilan di dalam bulan
bacaan-indo.blogspot.com

Rabingulakir (29 J umadilakir 1795 AJ /


7 November 1866), tahun
Alip, musim yang ketiga [awal musim kemarau].
Bagian II Babad Kedung Kebo 135

6. Wukunya adalah J ulungpujut


[serta] kronogramnya untuk tahun J awa adalah
tata law ang ajaring w ong (1795 AJ / 1866 M).
Kisahnya dimulai dengan
negeri Yogyakarta,
yaitu setelah
Paduka Yang Mulia Sultan dibuang ke tanah
seberang.21

Dengan dem ikian kata pengantar bagi LOr 2163 dengan


jelas m em perlihatkan bahwa Babad Kedun g Kebo bukan lah
m er u p a ka n h a sil ka r ya Ra d en Ad ip a t i Cokr on egor o I
sendiri, m elainkan telah ditulis di bawah perlindungan serta
pen garah an n ya. Dari sin ilah tim bul pen ggun aan kata-kata
dalam bahasa J awa ‘anggalih ay asa babad’, yang memberikan
petunjuk bahwa ia lebih banyak menciptakan garis besar Babad
tersebut daripada mengarangnya sendiri. Ada pula hal menarik,
bahwa Cokronegoro menunjukkan suatu rentang waktu khusus
dalam perjalanan hidupnya. Kisah hidup ini bermula dari awal
karier Cokronegoro sebagai wakil kom andan pasukan tem pur
ketika ia masih mengikuti atasannya, Pangeran Kusumoyudo,
putra Sunan Pakubuwono IV (bertakhta 1788-1820 ), m enuju
ke Bagelen dan Ban yum as pada 23 Agustus 18 25 den gan
hulp troep en Surakarta. Fase pertam a in i berakh ir den gan
pen gan gkatan n ya sebagai kom an dan pasukan cadan gan itu
pada 6 J anuari 1829 setelah kepulangan atasannya dari Bagelen
ke Surakarta.22 Setelah 6 J anuari, Cokronegoro m em ulai fase
kedua dalam kariern ya. Waktu itu ia m asih bergelar Raden
Tumenggung Cokrojoyo dan menjabat sebagai Bupati Tanggung
bacaan-indo.blogspot.com

(1828-1830 ), wilayah di sebelah timur laut Purworejo.


Pemberian kuasa penuh oleh komandan Belanda Kolonel
J a n Ba p t ist Cleer en s (178 5-18 50 ) kep a d a Cokr on egor o
atas pasukan Surakarta un tuk m edan peran g Bagelen tim ur
136 Sisi Lain Diponegoro

membuat Cokronegoro bisa menunjukkan jasa sebagai panglima


dan administrator kepada atasan Belandanya. Kemampuan ini
tampaknya digarisbawahi secara spesiik dalam Babad. Ternyata,
dalam karier sebagai bupati perdana Purworejo pasca-Perang
J awa, fase kedua hidup Cokronegoro ini memiliki arti khusus
bagi dirinya serta sejarah keluarganya. Episode-episode yang
lebih dini dari Babad (kanto I-IX), yang m enyangkut sejarah
Yogyakarta serta sejarah pribadi Pangeran Diponegoro sebelum
perang, sebaliknya, bisa juga ditulis berdasarkan petunjuk yang
diberikan oleh orang lain.
Sebagaim an a sudah din yatakan oleh Roorda, tan ggal-
tan ggal yan g diberikan dalam kata pen gan tar in i sun gguh
m em bin gun gkan (Roorda 18 60 :198 -99). Un tuk kron ogram
tahun J awa, pengarangnya hanya mem berikan tiga buah angka,
catur ing sy araning ratu (empat adalah suara dari raja), yang
dapat diartikan ‘174’. J ika itu harus dipaham i sebagai tahun
J awa 1774 (1845 M), maka ini tidak sesuai dengan tahun Alip.
Namun, jika tahun J awa 1771 (1843 M) diambil, yang merupakan
tahun Alip, maka tanggal yang diberikan, 1 J umadilawal, jatuh
pada hari J umat, bukan Rabu sebagaimana disebutkan dalam
naskah. Sebuah catatan yang dibuat oleh seorang penerjemah—
yang menerjemahkan naskah tersebut ke dalam bahasa Melayu
at as p esan an Cokr on egor o I—m en yat akan bah wa Babad
ini dim ulai tahun J im akir, tepat pada hari Kam is, 12 Syawal,
tahun J awa 1770 atau 14 Novem ber 18 42. Kalau kron ogram
yang dicantumkan dalam kata pengantar KITLV Or 13 diambil
sebagai tanggal di mana naskah itu diselesaikan, bum i ardi resi
siji (di bumi serta gunung ada resi satu) tahun J awa 1771 (1843
M), maka dapat diperkirakan bahwa Babad ditulis antara tahun
bacaan-indo.blogspot.com

1842 dan 1843.


H al in i d ap at ju ga d iku ku h kan oleh d u a kr on ogr am
lain yan g dican tum kan , tatan in g n etra aw arn a (m en gatur
m a ca m -m a ca m p en glih a t a n ), b u a t t a h u n H ijr a h ser t a
Bagian II Babad Kedung Kebo 137

pandhita w ikuning condra (pendeta dan resi seperti bulan),


buat tahun J awa, yang berarti tahun 1843 M. Namun, tanggal
yang diberikan se bagai hari pengangkatan resmi Cokronegoro
m en jadi bupati perdan a Purworejo, 1250 H ijrah (18 34 M),
jelaslah salah. Kita tahu dari sumber Belanda dan J awa—yaitu
Babad sendiri—bahwa Cokronegoro telah ditetapkan sebagai
Bupati Brengkelan pada 9 J uni 1830 (Louw dan De Klerck 1894-
190 9, VI:198) dan sebagai Bupati Purworejo pada malam 26/ 27
Februari 1831 (catatan akhir 7; dan Bagian I catatan akhir 11).
Di seluruh Babad Kedung Kebo, dan terutama pada bagian
akhirnya, tanggal-tanggal dan kronogram yang diberikan untuk
peristiwa-peristiwa yang terjadi, ham pir tanpa pengecualian,
salah. Kadan g-kadan g kesalahan itu bisa sam pai satu tahun
lebih . In i sedikit m er usak Babad sebagai sum ber sejar ah ,
ap alagi bagi sejar awan yan g d id id ik d alam tr ad isi Bar at
untuk m engutam akan “scientiic history”. Dengan dem ikian,
kebin gun gan m en gen ai pen an ggalan Babad Kedun g Kebo
dalam kata pengantarnya bisa dilihat dalam konteks: secara
tepat pengarangnya m enunjuk kepada kebodohannya sendiri
dalam masalah-masalah kronologis ketika ia menulis “rèhning
bodho pujan ggan é” (oleh karen a kebodoh an pujan ggan ya)
dan m ungkin lebih tepat kalau dia m enunjukkan kerendahan
hatinya yang lebih dalam dengan tidak m enyebutkan dirinya
sendiri sebagai seorang ahli sastra atau pujangga.23
Namun, baik naskah Babad yang tersimpan di Koninklijk
Instituut (sekarang Perpustakaan Universitas Leiden), maupun
versi yan g telah diterbitkan oleh Van Dorp, sem ua sepakat
terkait tanggal ketika salinan tersebut dibuat di Semarang: 29
J umadilakir 1795 AJ (7 November 1866 M). Lagi pula, dalam
bacaan-indo.blogspot.com

versi yan g telah diterbitkan itu, Raden Pan ji J oyosuprojo,


seoran g pen siun an Wedan a dari Magetan , di leren g tim ur
Gun un g Lawu, disebut sebagai pen ulis. J oyosuprojo, an ak
m an tan Bupati Pon orogo (Louw dan De Klerck 18 94-190 9,
138 Sisi Lain Diponegoro

VI:375), tam paknya pernah dipenjarakan di Sem arang akibat


su atu p elan ggar an ter h ad ap Pem er in tah H in d ia Belan d a
yan g tidak diketahui. Di san alah ia bertem u den gan Basah
Ngabdullatip Kerto Pengalasan yang menceritakan sejarah ini
kepada dia. Pasca-Peran g J awa, diketahui Pen galasan telah
pergi ke Semarang dan menetap di sana. Pada 1849, Diponegoro
pernah meminta mantan panglima di Bagelen timur ini untuk
menemani ibundanya, Raden Ayu Mangkorowati (sekitar 1770 -
18 52), yan g diharapkan bisa datan g den gan kapal uap dari
Sem aran g ke Makassar, suatu perjalan an yan g tidak pern ah
terjadi akibat kesehatan ibunda yang sudah tua (berusia hampir
80 tahun) dan berpenyakit bengkak (edem a) (Carey 20 12:890 ).
Tampaknya Pengalasan masih tetap tinggal di Semarang pada
bulan Maret 1856, sewaktu sejarawan Belanda, J an Hageman,
m en yusun buku ten tan g Peran g J awa (H agem an 18 56:412-
413), dan pada dasawarsa 18 60 -an ia sering disebut sebagai
salah seoran g m urid syeh tarekat Naqsaban diyah di Pulau
Pin an g (Tan ah Melayu), dan sewaktu-waktu datan g ke san a
dengan kapal layar dari Sem arang.24 Rupanya sang panglim a
Diponegoro ini, yang gem ar ajaran Sui Islam dan bermukim
ham pir 40 tahun di kota pelabuhan itu, m ewariskan n am a
kepada sebuah kam pung dekat J alan Bojong (sekarang J alan
Pemuda), Kampung Basahan, yang sekarang telah musnah (Eko
Priliawito dan Dwi Royanto 20 15).
Ken dati dem ikian tidak ada bukti apa pun yan g dapat
m em berikan petun juk bahwa Pen galasan pern ah dipen jara,
atau ia pun ya suatu hubun gan den gan pihak pen jara. Yan g
pasti, sewaktu Raden Panji J oyosuprojo datang untuk menyalin
ver si Babad ter sebut di Sem ar an g pada 18 66, Pen galasan
bacaan-indo.blogspot.com

telah m em asuki usia lan jut (70 tahun lebih), karen a dalam
laporan-laporan yang dibuat oleh Kolonel Cleerens di daerah
pertempuran Bagelen tahun 1829-1830 , ia telah disebut sebagai
‘Bapak Pengalasan’.25 Tampaknya, sangat mungkin versi Babad
Bagian II Babad Kedung Kebo 139

ini telah ditulis dua dasawarsa sebelumnya. Ini bisa dilihat dari
catatan di naskah Koninklijk Instituut sendiri, yang menyatakan
dokum en yan g asli atau babon ada di tan gan Mas Ngabehi
Sutonegoro, Patih Semarang (Regeerings Alm anak 1866:20 5).
Mas Ngabehi Sutonegoro telah menyalin sendiri naskah Babad
Kedun g Kebo yan g len gkap, yan g sebelum n ya dikerjakan di
Purworejo atas perintah Cokronegoro I. Salah seorang anak laki-
laki Cokronegoro, mungkin sekali anak yang kelak akan menjadi
RAA Cokronegoro II (menjabat 1856-1896), telah mendapatkan
ked u d u kan pad a salah satu kan tor pem er in tah an H in d ia
Belanda di Semarang sebelum menggantikan ayahnya sebagai
Bupati Purworejo pada 1856.26 Memang, ada kemungkinan Mas
Ngabehi Sutonegoro mengenal orang ini, walaupun hal itu tidak
dapat dipastikan sepenuhnya. Kiranya memang pantas jika anak
laki-laki Cokronegoro I, yang m enggantikan ayahnya, m erasa
berkepentingan agar Babad itu disalin kem bali sebagai suatu
penegasan akan hak-hak dinasti Cokronegoro di daerah Bagelen.
Nam un terdapat kem ungkinan lain bahwa jauh sebelum
anak laki-laki Cokronegoro, RAA Cokronegoro II, menggantikan
ayahnya sebagai bupati pada 1856, Mas Ngabehi Sutonegoro dan
Pengalasan telah melakukan suatu kerja sama dalam penulisan
beberapa bagian Babad tersebut di Sem aran g atas perin tah
Cokronegoro I. Ini bisa menjelaskan pengaruh bahasa Melayu
Sem arang serta ungkapan-ungkapan bahasa J awa Sem arang
yang mewarnai Babad tersebut.
An ak laki-laki Cokron egoro itu juga pun ya pen galam an
sendiri dalam pertem puran-pertem puran di wilayah Bagelen
selam a berlangsung Perang J awa, walaupun ia m asih sangat
muda pada waktu itu.27 Namun, semua ini masih tetap dugaan
bacaan-indo.blogspot.com

belaka. J adi, tampaknya untuk dapat menjelaskan latar belakang


pen u lisan Babad ter sebu t d iper lu kan sed ikit pem ah am an
riwayat hidup Cokronegoro I maupun Basah Pengalasan sebagai
langkah pertama.
140 Sisi Lain Diponegoro

Sketsa Diponegoro dan pengikutnya (prajurit bertombak) memasuki per-


kemahan yang telah disiapkan di Metesih, suatu permukiman di tengah
Kali Progo tak jauh dari Wisma Residen lama di Magelang, pada 8 Maret
1830, sebelum perundingan damai dengan Belanda. Perundingan ini
berakhir dengan penangkapan Diponegoro pada Minggu, 28 Maret 1830.
Litograf tak berwarna oleh pelukis dan litografer Belanda, Wilhelmus van
Groenewoud (1830-1842), berdasarkan sketsa yang dibuat oleh perwira
Belanda, Mayor (kemudian Mayor-Jenderal) F.V.H.A. Ridder de Stuers
(1792-1881). Dicetak dari De Stuers 1833: Atlas, Plate 12. Foto seizin
Universiteitsbibliotheek Leiden (UBL).
bacaan-indo.blogspot.com
Bagian II Babad Kedung Kebo 141
bacaan-indo.blogspot.com
Riwayat Hidup Cokronegoro
(1779-1862)

COKRONEGORO tam paknya lahir di Desa Bragolan, Bagelen,


sekarang wilayah Purwodadi, sembilan kilometer arah selatan
kota Purworejo pada hari Rebo Paing, 17 Mei 1779 (Danusubroto
20 0 8:34).28 Dengan demikian, sang bupati perdana Purworejo
a d a la h or a n g ya n g h a m p ir sem a sa d en ga n P a n ger a n
Dipon egor o, yan g lah ir d i Yogyakar ta pad a 11 Novem ber
1785 dan selalu disebut ‘y ay i’ atau ‘adinda’ oleh Cokronegoro
di dalam Babad Kedun g Kebo (Dan usubroto 20 0 8 :60 -61;
Carey 20 12:8 1). Cokronegoro adalah putra sulung Kiai (juga
disebut ‘Raden’) Ngabehi Singowijoyo, seorang mantri (pejabat
r en d ah an ) m a n ca n a g a r a (wilayah -wilayah t er lu ar , at au
provinsi-provinsi terjauh suatu kerajaan) barat Surakarta, yang
telah diadministrasikan oleh istana Kasunanan sejak Perjanjian
Giyanti (1755). Sang ayah dikabarkan berasal dari suatu keluarga
bacaan-indo.blogspot.com

kentol (bangsawan daerah atau priayi lokal) di wilayah Bagelen


(Oteng Suherman 20 13:6), tapi rupanya ibunda Cokronegoro,
Nyai Ngabeh i (kelak Raden Ayu) Sin gowijoyo, m em pun yai
silsilah yang lebih terpandang daripada suaminya. Sang ibunda
Bagian II Babad Kedung Kebo 143

adalah putri seorang kiai terkem uka, Kiai Cokroleksono, dari


Ngasin an (Kecam atan Ban yuurip) (Dan usubroto 20 0 8 :42)
dan silsilah keluargan ya m en un jukkan en am din asti priayi
yang bermukim di daerah Bagelen dan areal barat Yogyakarta:
Pengasih (Kulon Progo), Bagelen, Bragolan, Solotiyang (Maron),
Banyuurip, dan Loano. Lim a yang terakhir berada di wilayah
Kabupaten Purworejo sekarang (Sutherland 1974:4). Keluarga
ibunda Cokronegoro telah bermukim di berbagai desa di sekitar
wilayah Bagelen dan Kulon Progo serta telah mengabdikan diri
m ereka sebagai pejabat, baik un tuk kepen tin gan Kartasura
(1680 -1746) maupun untuk kepentingan Surakarta (1746-1830 ),
selama lima keturunan (Sedjarah R.M.T. Suranegara tt.). Salah
satu kedudukan yang dipegang oleh keluarganya adalah jabatan
mantri gladhag (mandor gilda kuli panggul), yang di antaranya
bertugas mengerahkan tenaga kerja untuk ke pentingan Sunan
(Carey 20 12:30 ).29 Pada 1824, seorang pejabat tinggi Belanda
m enyebut arti penting Bagelen sebagai pem asok tenaga kerja
un tuk jawatan gladhag di keraton -keraton sebagai berikut
(Louw dan De Klerck 1894-190 9, I;19; Carey 20 12:30 ):

“Bagelen terutam a dianggap dalam istilah m ereka [perdana


m enteri/ patih keraton-keraton] yang naif, sebagai ‘tangan dan
kaki’(kaki tangan) kerajaan-kerajaan Surakarta dan Yogyakarta,
karena sum ber hidup sejum lah pejabat tinggi dan ningrat [di
keraton] bergantung pada daerah itu yang m enyediakan tenaga
kerja untuk gladhag [barisan kuli panggul].”

Ket ika Bela n d a b er u sa h a m en ga m b il a lih Ba gelen


sebelu m Per an g J awa, Patih Su r akar ta, Sosr odin in gr at II
(menjabat 1812-1846), mempertimbangkan bahwa ia bersedia
bacaan-indo.blogspot.com

m enyerahkan Banyum as dan wilayah m ancanagara tim ur—


seperti Ponorogo—asal bukan Bagelen, karena jika wilayah itu
lepas dari keraton, para bangsawan Keraton Surakarta telah
m elepaskan sum ber utam a n afkah m er eka. Men ur ut san g
144 Sisi Lain Diponegoro

Patih , pen duduk daer ah Bagelen tidak ada duan ya dalam


bekerja sebagai barisan kuli pan ggul. Meski daerah-daerah
m ancanagara lain di bawah Surakarta—misalnya Banyumas—
menyediakan prajurit yang tangguh, Bagelen adalah satu dari
sedikit daerah yang sanggup m enyediakan barisan kuli yang
baik (Louw dan De Klerck 18 94-190 9, VI:10 8 -9). Pengakuan
resmi keraton atas pentingnya wilayah berpenduduk padat ini
juga dapat dilihat dalam penyebutan daerah dalam dokum en
kerajaan sebagai situ sèw u (“tanah seribu”), dan penyebutan
bupati utama yang memerintahnya sebagai w edana bum i sèw u
(kepala pemerintahan “tanah seribu”) (Rouffaer 190 5:60 9).
Kedudukan mantri gladhag sebenarnya hanyalah jabatan
yan g ren dah, n am un bagaim an apun jabatan in i m erupakan
saluran yan g berm an faat un tuk m en dapatkan perlin dun gan
d ar i ker aton . Kelak, ketika silsilah kelu ar ga Cokr on egor o
disusun tahun 1939, garis keturun an mereka ditelusuri sampai
ke m asa kerajaan Majapahit (Prabu Brawijaya V) (Soedjarah
Raden Adipati Tjokronagoro I 1939). Cokronegoro tampaknya
m engikuti jejak keluarganya dengan m enjadi m antri gladhag
d i Su r a ka r t a d a n ia ju ga m en ga b d i ka n d ir in ya kep a d a
pem erin tah an keraton den gan n am a Ngabeh i Resodiwiryo
(Vr eed e 18 92:141). 30 H an ya sed ikit sekali yan g d iketah u i
mengenai perjalanan hidupnya sebelum pecahnya Perang J awa
pada 1825. Pada September 1810 , sewaktu bergelar Mas Ngabehi
Resodiwiryo dan bekerja sebagai priayi kepatih an (pejabat
kantor kepatihan Surakarta), ia dikirim ke Ampel dekat Boyolali
untuk menyelidiki masalah irigasi, yang mungkin ada sangkut-
pautn ya den gan pabrik dan perkebun an gula m ilik seoran g
jur agan Tion gh oa (Car ey 198 1:xxvi; 20 12:51 catatan 124).
bacaan-indo.blogspot.com

Laporan ini m engisyaratkan bahwa selain m engurus barisan


kuli pan ggul (gladhag) di Keraton Surakarta, Cokron egoro 31
juga mempunyai kemampuan teknis dalam bidang pengairan.
Pasca-Perang J awa, kita akan melihat bagaimana Cokronegoro
Bagian II Babad Kedung Kebo 145

pada awal jabatannya sebagai bupati perdana Purworejo (1831-


1856) m engam bil inisiatif m em bangun saluran irigasi dengan
mengambil air dari Sungai Bogowonto. Saluran ini, yang dikenal
sebagai Kedun g Putri, m ulai diban gun 3 Mei 18 32 den gan
mengerahkan 5.0 0 0 tenaga kerja dan masih berfungsi sampai
sekaran g den gan kem am puan m en gairi sawah seluas 3.8 0 0
hektar di sekitar Purworejo (Danusubroto 20 0 8:114; dan Epilog
hlm. 20 9).
Selain keahlian teknis Cokronegoro, terdapat pula kisah
yang m enceritakan betapa Cokronegoro m aupun Diponegoro
telah m em pelajar i ilm u tasawu f ser ta kebatin an (d isiplin
spiritual orang J awa) dengan guru yang sam a di sebuah desa
di luar Surakarta.32 Nam un guru tersebut bukanlah Kiai Mojo
(sekitar 1790 -1849), yang keluarga nya punya banyak pengikut
di istana Kasunanan dan hanya sem pat dijum pai Diponegoro
dalam waktu singkat sebelum Perang J awa di era Nahuys van
Burgst menjabat Residen Yogyakarta (1816-1822) (Louw dan De
Klerck 1894-190 9, V:744-5). Kemungkinan besar kiai tersebut
adalah seorang keturunan sabrang (Sumatera). Dikenal sebagai
Kiai Taptojani, ia lahir sebagai penduduk Mlangi, sebuah desa
yan g terletak di dekat Yogyakarta dan dalem Dipon egoro di
Tegalrejo. 33 Desa in i pun ya hubun gan erat den gan keluarga
Danurejan, yang melahirkan hampir semua para patih (perdana
menteri) Yogyakarta antara 1756 dan 1944, ketika jabatan patih
dihapus dan tugas diam bil-alih oleh Sultan (H B IX) sen diri
(Selosoemardjan 1962:51), dan dengan siapa Diponegoro masih
mempunyai hubungan kekeluargaan yang erat (Dwidjosoegondo
dan Adisoetrisno 1941:99; Carey 20 12:910 -911).
Menurut sebuah laporan yang ditulis Residen Yogyakarta,
bacaan-indo.blogspot.com

Matthijs Waterloo (menjabat 180 3-180 8), pada 180 5, Taptojani


san gat dihorm ati oleh para ban gsawan Keraton Yogyakarta
dan ia pun menjadi guru tasawuf Patih Danurejo II (menjabat
146 Sisi Lain Diponegoro

1799-18 11). Ia belajar serta m am pu berbahasa J awa den gan


lan car. Selain itu, ia m em iliki reputasi sebagai oran g yan g
m enguasai hukum -hukum Islam secara luar biasa. Nam un ia
m en girim kedua an ak laki-lakin ya ke Surakarta, yan g pada
waktu itu tampaknya punya peranan lebih penting sebagai pusat
kegiatan spiritual daripada Yogyakarta (Carey 20 12:10 6-10 9).
Di sana mereka mendapatkan kedudukan dengan bantuan dan
perlin dun gan adik Sun an Pakubuwon o IV (bertakhta 178 8 -
1820 ), Pangeran Buminoto, yang terkenal dengan sikap murah
hati kepada pem uka agam a (Carey 20 12:10 8 ). Mereka juga
punya hubungan yang erat sekali dengan para guru dan para
pengajar di pesantren Mojo dan Baderan dekat Delanggu. Pada
180 5 Taptojani harus melarikan diri ke Surakarta ketika tanah-
tanah pradikan-nya (tanah wakaf yang dibebaskan pajak dan
kerja rodi untuk m endukung kaum ulam a) di Mlangi direbut
kem bali oleh Dan urejo II, dan setelah Pen ghulu Yogyakarta
menolak memberikan izin kepadanya untuk masih bisa menemui
para pangeran dan ningrat lain dari Keraton Yogyakarta. Di
Surakarta, dengan cepat ia berhasil merebut kepercayaan dan
pen gh ar gaan Sun an den gan m en er jem ah kan sebuah buku
sulit, yang ditulis dalam bahasa Arab, Siratu’l Mustakim ,34 ke
dalam bahasa J awa. Kepada sang Kiai dihibahkan tanah yang
cukup luas di sebuah desa yang berjarak satu jam ke arah barat
Surakarta. Rupanya Taptojani berniat pergi ke Mekkah untuk
mencari hidup yang tenang dan damai tanpa terikat pada salah
satu istana di J awa bagian tengah-selatan. Namun ia tetap ting-
gal di wilayah Surakarta, di mana ia tetap punya pengaruh yang
terhadap Pakubuwono IV dan kalangan istana Surakarta.35
Babad Keraton Surakarta, yang ditulis akhir 18 25, m e-
bacaan-indo.blogspot.com

m usatkan perhatian pada m asalah Peran g J awa. Naskah in i


punya satu bagian di mana Kiai Taptojani digambarkan datang
ke Tegalrejo pada suatu malam sebagai pemimpin semua ulama
yan g berasal dari wilayah -wilayah wakaf yan g bebas pajak
Bagian II Babad Kedung Kebo 147

(pradikan ), para khatib dan m odin , serta para ahli hukum


Islam. Di situ sang kiai digambarkan seakan-akan memberikan
n asihat kepada Dipon egoro m en gen ai saat yan g tepat bagi
Ratu Adil un tuk m em proklam irkan dirin ya dan kem udian
m en jalan kan peran g suci (pran g sabil) (Carey 198 1:42-47,
173-75). Kem un gkin an besar Dipon egoro pun ya h ubun gan
erat dengan Kiai Taptojani. Ketika Pangeran Diponegoro tekun
m em pelajari Islam pada m asa m uda, Kiai Taptojani m em iliki
pengaruh besar sebagai kepala pradikan di Mlangi. Di m asa
itulah Diponegoro hidup bersama buyutnya di Tegalrejo, yaitu
tahun 1793 hingga buyutnya wafat pada 180 3.
Terdapat bukti, dalam babad otobiograis yang ditulis oleh
Dipon egoro sen diri, Taptojan i adalah guru adik laki-lakin ya
yang bernama Pangeran Adisuryo (sekitar 180 0 -1829) (Bagian
I catatan akhir 49), seoran g laki-laki yan g pun ya kekuatan
spiritual besar, yang kem udian m ati sebagai seorang ‘m oksa’
di Gunung Sirnoboyo di Bagelen pada 8 Desember 1829, men-
jelan g akhir Peran g J awa. Dari bagian in i tam pak Taptojan i
telah meninggal dunia tak jauh sebelum Perang J awa berakhir.36
Dengan dem ikian, m ungkin sekali m elalui Kiai Taptojani
Cokronegoro dan Diponegoro pernah bertemu sebelum pecah
Perang J awa, dan m ungkin pula m ereka m enjalin hubungan
yang cukup erat, karena di J awa tidak ada satu pun yang dapat
m en yatukan oran g secara lebih kuat selain belajar bersam a
kepada guru kebatinan yang sama. Cara Cokronegoro menyebut
Dip on egor o d en gan n am a m asa m u d a (‘Mas On towir yo’,
18 0 5-18 12) Pan geran , dan ‘y ay i M as’ dalam Babad Kedun g
Kebo seperti m en cerm in kan hubun gan spiritual yan g dalam
(Dan usubroto 20 0 8 :60 -61). Nam un ada pula sifat tegas diri
bacaan-indo.blogspot.com

Cokronegoro yang tidak menyetujui tindakan Pangeran selama


perang yang m eluluh-lantakkan wilayah tercinta sang bupati
perdana Purworejo itu (Danusubroto 20 0 8:60 -61):
148 Sisi Lain Diponegoro

Yay i Mas Ontow iry o sangakaranèki


Urutsèw u lan Tem on sing dicèkèr
Kedhundang Balak Nim buli
puy uh-puy uh sinarpaday èki
sun balang belanggur

Dinda Ontowiryo m engapa begini?


Urutsèwu dan Tem on [Kulon Progo] m engapa dirusak?
[J uga] Kedundang, Balak [dan] Nim buli.
Dhuh-dhuh, waspadalah sekarang!
Akan kulem par kau dengan m eriam !

H ubun gan pribadi an tara Cokron egoro dan Dipon egoro


juga dicerm inkan dalam Babad Kedung Kebo m enggunakan
gam baran wayang. Menurut Cokronegoro, perang itu adalah
ad u k esek t èn (kesaktian atau keku atan sp ir it u al) an tar a
dir in ya dan Pan ger an Dipon egor o. Dalam Babad ter sebut
Cokronegoro m enggam barkan dirinya sebagai Raden Setyakti
atau Bimakunting, sedangkan Pangeran Diponegoro disamakan
den gan pem im pin Kurawa, Suyudan a. Gam baran dari dua
tokoh wayang ini diperlihatkan pada sampul muka dan sampul
belakang “tas” dua naskah salinan yang sekarang ada di Leiden
(hlm . 10 9) dan Deven ter (hlm . 116). 37 Dalam M ahabharata,
yan g m en ceritakan Peran g Bharatayuda an tara Kurawa dan
Pan dawa, Bim a di gam barkan bisa m en galah kan Suyudan a
meskipun kesaktian sang raja Kurawa itu sungguh hebat. Salah
satu sebabnya adalah se belum Bharatayuda pecah, Bima telah
diberitahukan Prabu Kresn a ten tan g titik lem ah Suyudan a,
yakni pada paha kiri (Hardjowirogo 1965:96).
Pertarungan kesaktian serta pengibaratan wayang seperti
memainkan peranan penting dalam kesadaran masyarakat J awa
bacaan-indo.blogspot.com

yang terlibat dalam Perang J awa. Dengan cara lain, kesadaran


ini diungkapkan pula dalam Babad Kedung Kebo terkait tanda-
tanda dan alamat-alamat yang disampaikan kepada Pangeran
Bagian II Babad Kedung Kebo 149

oleh punakawan (para bujang) dan ulama penasihatnya. Melalui


m im pi-m im pi dan penam pakan-penam pakan yang terjadi se-
belum pecah Perang J awa, ram alan bahwa Diponegoro akan
m em erintah di J awa serta m enyebarkan agam a Islam sudah
jelas terkuak. Nam un dijelaskan pula oleh dunia gaib bahwa
kekuasaan in i akan diam bil kem bali jika tern yata Pan geran
m elakukan kesalahan berupa kesom bon gan , kesem bron oan ,
atau pu n kepon gah an (For r ester 1971:43-73; KITLV Or 13
[Babad Kedun g Kebo], VI-VII). Fakta bahwa pada akhirn ya
Dipon egoro m en galam i kegagalan m em buat san g pen cipta
Babad m en gan ggap h al itu sebagai akibat d ar i kecacatan
yang parah dalam karakter Diponegoro serta dalam integritas
spiritualnya.
Kendati dem ikian, bukti hubungan Cokronegoro dengan
Diponegoro sebelum perang m asih bersifat tentatif. Apalagi,
hampir dapat dipastikan bahwa hubungan mereka tidak pernah
berhadapan dalam konfrontasi langsung selama berlangsungnya
Peran g J awa. Pada saat pecah peran g (20 J uli 18 25), san g
bupati perdana Purworejo m asih berada di Surakarta, dan ia
baru turun ke m edan perang ketika dikirim pada 23 Agustus
sebagai wakil kom an dan dan pen asih at pribadi atasan n ya,
Pangeran Kusum oyudo, kom andan tentara Surakarta, setelah
J enderal Hendrik Merkus de Kock (1779-1845) meminta Sunan
Pakubuwon o VI (bertakhta 18 23-18 30 ) un tuk m en girim kan
pasukan ke wilayah Banyumas dan Bagelen (Vreede 1892:141).38
Tampaknya tugas Cokronegoro adalah menunjukkan jalan atau
jalur di wilayah Bagelen. Dengan dem ikian ia m em andu para
perwira Belan da serta sekutu-sekutu J awan ya. Sewaktu se-
makin kuat di areal Bagelen timur pada tahun kedua perang, ia
bacaan-indo.blogspot.com

mengorganisasikan perlawanan setempat dengan me manfaat-


kan ikatan -ikatan kekeluargaan n ya yan g ban yak ter dapat di
daerah itu.
150 Sisi Lain Diponegoro

Selama perang, tampaknya Cokronegoro berhasil membuat


dirinya disenangi oleh para perwira pasukan Belanda, terutama
komandan pasukan Bagelen timur, Kolonel J an Baptist Cleerens
(178 5-18 50 ), den gan siapa Cokr on egor o ber bicar a m en g-
gunakan bahasa Melayu.39 Ia kelihatannya terkesan dengan cara
hidup ban gsa Belan da, dan den gan ban gga ia m en yin ggun g
dalam Babad bahwa ia telah digambarkan oleh Cleerens sebagai
‘seor an g Belan da’ saat pen yer ah an tan da jasa. 40 Mu n gkin
sekali pilihannya atas Raden Seta, komandan tentara Pandawa
yan g berkulit putih , sebagai gam baran wayan g di m an a ia
m em perkenalkan dirinya dalam adegan pertem puran, punya
nilai simbolik dalam konteks ini.41 Dalam hubungan ini, ia benar-
ben ar bertolak belakan g den gan rekan se-ilm u tasawufn ya,
Pan geran Dipon egoro, yan g m em ben ci oran g m en ggun akan
bahasa Melayu serta memandang hina cara hidup orang-orang
Belanda.42 Bahkan ia juga bertolak belakang dengan atasannya,
Pan ger an Ku su m oyu do, yan g dalam pan dan gan kom an do
tinggi Belanda, masih terlalu terikat dengan kalangan Keraton
Surakarta un tuk ben ar-ben ar bertin dak sebagai sekutu yan g
bermanfaat.43
Dengan demikian, Cokronegoro ikut berperang di daerah-
daerah Bagelen yang ia kenal sejak m asa kecil, dan kadang-
kadang memimpin pasukan pribumi (hulptroepen) dari Manado,
Ternate, dan Madura, juga di daerah-daerah sekitarnya seperti
Kedu Selatan (Gowon g, Ledok) dan Kulon Progo (Gun un g
Kelir). Selama memimpin barisan ia memperlihatkan semangat
yang tinggi dalam pertem puran, dan Belanda tahu m em balas
budi jasanya: pada Desember 1828 ia diangkat sebagai Bupati
Tanggung dengan nama Kiai Tumenggung Cokrojoyo ketika ia
bacaan-indo.blogspot.com

berhasil menangkap, hampir tanpa bantuan orang lain, Basah


Purwon egoro (n am a asli Gagak Pran olo), bersam a den gan
delapan orang pengawal pribadinya (Louw dan De Klerck 1894-
190 9, IV:711-715). Setelah Pan geran Kusum oyudo pulan g ke
Bagian II Babad Kedung Kebo 151

Surakarta untuk terakhir kali pada J anuari 1829, ia juga diberi


pemerintah tanah-tanah Surakarta di Bagelen yang terletak di
sebelah tim ur Kali J ali, Kali Lesung, dan Sungai Bogowonto,
serta ke sebelah selatan Kali Lereng. Inilah wilayah yang dekat
den gan tem pat kelah iran Cokron egoro, di m an a pen garuh
keluarganya terasa paling kuat.
Kem udian , pada 21 Septem ber 18 29, pasukan Man ado
d i bawah pim pin an n ya m en yebabkan gu gu r n ya pan glim a
p asu kan Pan ger an Dip on egor o yan g p alin g d isegan i d an
dihormati, Pangeran Ngabehi (pra-1825 Pangeran J oyokusumo
I, sekitar 1787-1829), dan kedua anak laki-lakinya—Pangeran
J oyokusum o II dan Raden Atm okusum o—di Desa Sen gir ,
yang terletak di Gunung Kukusan Putri di daerah perbatasan
antara Bagelen dan Kulon Progo (Louw dan De Klerck 1894-
190 9, V:393-5; Car ey 20 12:776 catatan 4; 6547d [Babad
Dipon egoro] XXXVII.91-10 0 , hlm . 18 7-8 9). Peristiwa in i, di
mana seorang anggota keluarga inti kerajaan Mataram menemui
ajalnya di tangan se orang keturunan kiai setempat, tentu saja
m em apan kan reputasi Cokron egoro. 44 Nam un san g bupati
perdana Purworejo sendiri kelihatannya merasa terganggu atas
perbuatannya: ia m enganggap harus bertanggung jawab atas
kematian yang mengerikan ketiga pangeran yang adalah kerabat
dekat Pangeran Kusum oyudo, kom andannya sendiri. Kepala
ketiga pangeran itu dipancung dan dikirim ke J enderal De Kock
di Magelang sebelum diserahkan ke Keraton Yogyakarta untuk
dimakamkan di Pemakaman Pengkhianat di Banyusumurup.45
Kendati demikian, ia tetap mengambil sikap ambivalen terhadap
para atasannya di Keraton Surakarta: pada satu sisi ia telah
menggunakan pusaka-pusaka yang diberikan oleh Kusumoyudo
bacaan-indo.blogspot.com

dalam peperangan di Bagelen timur, tetapi pada sisi lain ia sama


sekali tidak m elakukan suatu upaya aktif un tuk m en dukun g
komandannya ketika sang putra Sunan keempat itu disingkirkan
dan dipin dah kan oleh Belan da di akh ir tah un 18 28 . Sikap
bacaan-indo.blogspot.com

152
Sisi Lain Diponegoro
Bagian II Babad Kedung Kebo 153
bacaan-indo.blogspot.com

Sultan Cakraadiningrat dari Bangkalan, Madura, yang juga terkenal sebagai


Sultan Madura sedang membicarakan pengiriman pasukan Madura untuk
membantu Belanda pada awal Perang Jawa (1825-1830). Dari KITLV Or 13
(Babad Kedung Kebo). f.148r. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden
(UBL).
154 Sisi Lain Diponegoro

am bivalen ini justru m enguntungkan dia karena kem udian ia


sendirilah yang ditunjuk untuk menjadi pengganti Kusumoyudo
den gan kekuasaan m en gawasi serta m en gen dalikan sem ua
pasukan serta para pejabat Surakarta di Bagelen sepanjang lima
belas bulan terakhir perang.46
Tam paknya panglim a besar Belanda, J enderal De Kock,
pernah berjanji kepada Pangeran Kusumoyudo bahwa bila nanti
ia pensiun, ia diperkenankan untuk m em erintah Bagelen jika
peperangan telah berakhir.47 J anji ini diingkari oleh De Kock tak
lama setelah Diponegoro ditangkap di Magelang pada 28 Maret
1830 , sebuah kejadian yang membuat Cokronegoro (waktu itu
Tumenggung Cokrojoyo) “luar biasa girang” menurut Cleerens
(Carey 20 12:823 catatan 112). Waktu itu, Cokronegoro, bersama
dengan para pejabat lainnya dari Bagelen, diperintahkan datang
ke m arkas m iliter Belanda di Kedu itu pada akhir April dan
mereka diberitahu bahwa wilayah Bagelen akan dijadikan daerah
keresidenan Belanda yang baru dengan ibu kota sebagai pusat
sebuah afdeling. Ia kemudian menemani Cleerens ke Surakarta
un tuk m en yam paikan berita itu kepada Sun an Pakubuwon o
VI serta Pangeran Kusum oyudo, nam un m ereka gagal untuk
mendapatkan kesempatan tatap muka dengan Sunan.48 Setelah
pulang ke Bagelen bersam a Kom isaris Belanda untuk urusan
tan ah kerajaan bagian m an can agara barat, J an Isaak van
Sevenhoven (1782-1841; menjabat 1830 -31), Cokronegoro pada
9 J uni 1830 dilantik sebagai Bupati Brengkelan oleh penghulu
landraad (pengadilan kota untuk pribum i) Bagelen pertam a,
H aji Badarrudin , bekas ulam a sen ior pen dukun g Pan geran
Diponegoro (Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:196-199).
Kegagalan Belan da un tuk m em ulih kan serta m en gem -
bacaan-indo.blogspot.com

balikan Bagelen dan tan ah-tan ah m an can agara lain n ya ke-


pada kekuasaan Surakarta pada akhir peperangan telah mem-
bangkitkan banyak kegetiran di Surakarta. Kegagalan ini ikut
bertan ggun g jawab atas tim buln ya berbagai peristiwa yan g
Bagian II Babad Kedung Kebo 155

berunjung pada pengasingan Sunan Pakubuwono VI ke Ambon


pada akhir J uni 1830 . Namun nasib pejabat Surakarta di wilayah
Bagelen tidak semuanya jelek: seorang Tumenggung Surakarta
lainnya, Arung Binang IV (menjabat 1830 -1849), dari keluarga
terkem uka priayi agung yang juga punya pertalian darah erat
di areal Bagelen barat di sebelah barat Kali J ali,49 ikut diangkat
sebagai bupati. Dia adalah bupati pertam a dari trah Arun g
Binang yang pindah ke Bagelen dari Surakarta untuk menempati
kabupaten bar u di Kebum en (pr a-18 30 , Un gar an ) setelah
pendopo selesai dibangun pada 1835 (Sutherland 1974:4).
Nam un Cokron egoro sen dirilah yan g keluargan ya m en -
dapatkan pen garuh palin g ban yak di wilayah Keresiden an
bar u . 50 Ban gu n an p en d op o kabu p aten , yan g d id ir ikan d i
Purworejo antara 1833 dan 1838 (Danusubroto 20 0 8:10 6-10 7),
dibangun sejalan dengan bentuk joglo yang hanya boleh dimiliki
oleh elite birokrasi atau bangsawan (Mayer 1897:51; Sukirman
Dharmamulya 1980 ). Pendopo dibuat dari batang jati pendhowo
(pohon jati bercabang lima sewaktu hidup) dengan katuranggan
yan g san gat bagus. Sem ua soko guru, balok, dan kayu-kayu
usuk berasal dari suatu pohon jati yang berumur ratusan tahun
dari desa kelahiran Cokronegoro, Bragolan. Kayu jati raksasa
yang keras ini juga dipakai untuk m em bangun Masjid Agung
Purworejo, Darul Muttaqin, yang dimulai pada 20 Maret 1836
(2 Besar AJ 1763) (LOr 2163, XLVIII. 36-37, hlm . 613), dan
Bedug Pen dhowo, bedug terbesar di In don esia yan g dibuat
dari satu batang pohon (Danusubroto 20 0 8:90 -91, 94-99, 10 0 -
10 5, Oteng Suherman 20 13). Pada saat yang sama, ditata pula
sebuah alun-alun yang sangat luas (62.40 0 m 2) dengan sepasang
pohon beringin yang bibitnya konon didatangkan dari Keraton
bacaan-indo.blogspot.com

Yogyakarta pada 1831 (lihat gambar hlm. 20 3). Berdiri di atas


tanah seluas 240 x 260 meter, alun-alun Purworejo adalah kedua
terbesar di J awa setelah Ngawi (Danusubroto 20 0 8:10 0 , 125).
Letak alun-alun dan pendopo baru yang menghadap ke selatan
156 Sisi Lain Diponegoro

disesuaikan dengan pikiran kosmik J awa supaya bangunan baru


itu tidak membelakangi posisi Keraton Surakarta yang berada di
sebelah timur.
Ikatan Cokron egoro den gan Surakarta m asih tetap di-
p er t a h a n ka n . 51 Na m u n leb ih p en t in g la gi a d a la h p osisi
Cokronegoro sebagai sahabat orang Belanda. Itulah kunci yang
m e m un gkin kan an ak priayi ren dahan Bragolan in i berhasil
m en d ap atkan ked u d u kan n ya. Kar en a itu lah p ar a p ejabat
bangsa Belanda, terutam a dari kalangan m iliter yang sangat
disegani bupati perdana Purworejo itu, kerap diundang serta
dihibur den ga gaya Belan da di pen dopo kabupaten . 52 Buku
harian Cokronegoro, yang dipersem bahkan kepada panglim a
bangsawan J erm an pasukan Hindia Belanda, Adipati (Duke)
Ber n h a r d von Sa ch sen Weim a r (m en ja b a t 18 50 -18 54 ),
m em berikan gam baran san gat m en arik ten tan g h ubun gan
antara bupati dan para pejabat Belanda, baik itu warga sipil,
maupun mereka dari kalangan militer (Berlin Staatsbibliothek
[SB] Or 568 , “Buku H arian ”, 18 31-18 52). Men arik, bah wa
mereka selalu menggunakan bahasa Melayu ‘pasar’ yang kasar
dalam percakapan . 53 Sebagai con toh, sewaktu Cokron egoro
m e n erim a kabar dari Kolon el Cleeren s bah wa Dipon egoro
ditangkap di Magelang (28 Maret 1830 ), ia dilaporkan berseru:
“Begitu baik, sekarang prang habis betul, sunggu[h]-sunggu[h]
[habis]!” (Carey 20 12:823 catatan 112).
Kita tahu bahwa Cokronegoro sangat gem ar m engoleksi
alat-alat peran g atau sen jata, seperti tom bak, keris, perisai,
canang, m eriam , senapan (bedil), dan pistol. Kalau ia senang
dengan alat atau senjata perang, maka ia siap membeli dengan
h a r ga m a h a l (Da n u su b r ot o 2 0 0 8 :75). Seb a gia n koleksi
bacaan-indo.blogspot.com

pribadi bupati perdana Purworejo itu, termasuk seragam yang


dikenakan selama Perang J awa dan gala kostum yang dipakai
sewaktu berkun jun g ke J en deral de Kock di Magelan g pada
24-30 April 1830 dan diberi tahu mengenai pengangkatannya
Bagian II Babad Kedung Kebo 157

sebagai Bupati Brengkelan (9 J uni 18 30 ) dihibahkan kepada


OSVIA (Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren/ Sekolah
Tinggi untuk Pegawai Negeri Sipil Pribumi) di Magelang oleh
anaknya, Raden Adipati Ario Cokronegoro II (menjabat 1856-
1896), dan buyutnya, Raden Adipati Ario Sugeng Cokronegoro
IV (m enjabat 190 7-1919).54 Laporan di koran Hindia Belanda,
Het Nieuw s van de Dag voor Nederlandsch Indië (Berita Harian
untuk Hindia Belanda), menambah fakta yang menarik tentang
koleksi ini (14 J uli 1914):

“Apalagi ada pelana kuda untuk pertem puran dan pakaian (dan
tali) kuda, objek yang m em ang m enarik, apalagi yang terakhir
dihiasi dengan batu perm ata. Ada juga dua sabel Turki Osm ani
yang diberikan oleh J enderal de Kock kepada Cokronegoro I.
Kita juga bisa m enyaksikan koleksi senjata dan tam eng kuno,
yang diberi kepada sang Raden Adipati […] oleh Raja Willem I
[bertakhta 1813-1840 ] sewaktu berkunjung ke J awa [sic; Willem
I tidak pernah berkunjung ke J awa, tapi cucunya, Pangeran
Hendrik de Zeevaarder (Hendrik Sang Pelaut), 1820 -1879,
putra bungsu Raja Willem II, bertakhta 1840 -1849, pernah
berkunjung ke J awa dan datang ke Purworejo pada J uli 1837
dengan m em bawa hadiah dari kakeknya untuk Cokronegoro].
Bupati Magelang juga m engirim kan sebagai sum bangannya
sebilah lem bing dan keris yang dulu dim iliki Diponegoro, suatu
benda yang sungguh bagus.”55

Per jalan an h id u p Cokr on egor o m u n gkin m ir ip sekali


den gan perjalan an hidup keban yakan “oran g baru” pribum i
yang diangkat sebagai pejabat tinggi oleh Pem erintah Hindia
Belanda setelah berakhirnya Perang J awa. Walaupun orang-
orang baru ini punya banyak pengaruh setempat, mereka lebih
bisa diandalkan dan dipercayai, sebab hampir semua 56 tidak ter-
bacaan-indo.blogspot.com

masuk kalangan bangsawan tinggi Yogyakarta atau Surakarta.


Mem an g Cokron egoro m en ikah kan putra kedua dan pen g-
gan tin ya, Cokron egoro II, den gan putri m an tan atasan n ya,
Pangeran Kusumoyudo (Sutherland 1974:5). Namun hubungan
158 Sisi Lain Diponegoro

formal dengan Keraton Surakarta melalui sistem pajeg (pajak)


yang dibayarkan setiap enam bulan oleh bupati m ancanagara
pada Grebeg Maulud dan Grebeg Puasa di keraton sudah
ditiadakan ketika Belan da m en caplok daerah m an can agara
pascaperang. Para bangsawan keraton juga kehilangan tanah
jabatan (lungguh) di wilayah yang jauh dari keraton ini. Dalam
kasus Pangeran Kusumoyudo, bekas lungguh-nya di tanah yang
subur di distrik Urutsewu di pesisir selatan Bagelen—berupa 50 0
desa—diberikan kepada Cokronegoro I oleh Pemerintah Hindia
Belanda (Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:20 0 ; Sutherland
1974:5).
Gaya sosial bupati yan g dian gkat pem erin tah kolon ial
pasca-Peran g J awa juga m en cerm in kan revolusi sosial yan g
terjadi akibat perang tersebut. Seperti telah kita lihat, bupati
zam an H in d ia Belan d a (18 18 -19 42) d en gan cep at d ap at
menyesuaikan diri dengan menggunakan bahasa Melayu (Dienst
M aleisch) dalam pergaulan sehari-hari di kan tor kabupaten
(H offm an 1979:65-92), d an tah u car a m en gh ibu r atasan
Belandanya dengan resepsi formal gaya Eropa dan pesta makan
yang beraneka ragam. Menurut buku harian yang dihibahkan
bupati perdana Purworejo kepada Adipati Bernhard von Sachsen
Weimar, pada perjamuan di Pendopo Purworejo sering muncul
hidangan daging kerbau liar (banteng), rusa, babi hutan, ayam
alas, dan merak, yang ditangkap penduduk setempat dan dikirim
ke kabupaten sebagai santapan tamu agung m anca sang Bupati
(Carey 20 12:51 catatan 125).
bacaan-indo.blogspot.com
Penutup

PERANG J awa menandai garis pemisah dalam perubahan sosial


di kalan gan oran g-oran g pem erin tahan di keresiden an dan
kabupaten baru di J awa bagian tengah-selatan pascaperang.
Con toh yan g telah diberikan oleh Cokron egoro serta bahan -
bahan sejarah menyangkut dirinya punya arti penting. Walaupun
dalam Babad agak sulit m enentukan seberapa besar peranan
Cokronegoro dalam penulisan dan penyusunannya, sudah jelas
bahwa ban yak dari bagian terakhir Babad adalah tan ggun g
jawab san g bupati perdan a Purworejo itu. In i m en yan gkut
m asalah p er t em p u r an -p er t em p u r an yan g ber lan gsu n g d i
Bagelen selama perang (khususnya tahun-tahun terakhir), serta
sejarah Purworejo setelah 1830 . Tapi sejauh mana sesungguhnya
kisah m en gen ai sejarah Yogyakarta sebelum peran g dapat
digambarkan oleh Cokronegoro? Bukankah sang bupati perdana
Pu r wor ejo pr a-18 30 itu seor an g pejabat Su r a kar ta? J ad i,
bacaan-indo.blogspot.com

informasi mengenai kisah Pangeran Diponegoro sebelum perang


didapatkan dari m ana? Lagi pula, terdapat berbagai laporan
rinci mengenai pertempuran-pertempuran di sekitar Yogya karta
dan Selarong pada bulan-bulan awal perang yang sama sekali
160 Sisi Lain Diponegoro

Sketsa Jawa yang menggambarkan pertempuran antara pasukan Pangeran


bacaan-indo.blogspot.com

Diponegoro dan serdadu Belanda di kediaman Diponegoro di Tegalrejo,


20 Juli 1825. Pertempuran ini mengawali Perang Diponegoro (1825-1830).
Diponegoro ada di sisi kiri, di atas kuda hitam kesayangannya, Kiai Gitayu
(Gentayu), dan dilindungi payung kuning (songsong jenar), lambang
kebesaran sebagai Sultan Erucokro (Ratu Adil) dan pemimpin perang
sabil. Alasan Diponegoro tidak ditampilkan dengan pakaian yang biasa dia
Bagian II Babad Kedung Kebo 161

kenakan—yakni pakaian perang sabil, serban, dan jubah putih—adalah karena


bacaan-indo.blogspot.com

Pemerintah Hindia Belanda setelah 1830 menganggap pakaian seperti itu


sebagai lambang kejahatan subversi untuk bangsawan Jawa. Pantangan ini
diindahkan oleh Raden Adipati Ario Cokronegoro I waktu ia menuliskan Babad
Kedung Kebo pada awal 1840-an. Diambil dari Koninklijk Instituut voor Taal-,
Land- en Volkenkunde (KITLV) Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo) f.99r-v. di
Universiteitsbibliotheek Leiden. Foto seizin UBL.
162 Sisi Lain Diponegoro

tidak m elibatkan Cokronegoro. J uga pada bagian awal Babad


ada laporan-laporan yang menyamai dengan tepat surat-surat
resm i ten tan g kegiatan m iliter ten tara Belan da dan laporan
Pangeran Diponegoro mengenai pertempuran tersebut, seperti
yan g tertera di dalam babad otobiografisn ya. 57Pada bulan -
bulan awal berlangsungnya Perang J awa, Cokronegoro berada
di Surakarta, bersam a-sam a dengan Pangeran Kusum oyudo,
m aka ia tidak pernah m engalam i per tem puran-pertem puran
yang berlangsung di wilayah Yogyakarta pada akhir J uli sampai
awal Oktober 1825. Waktu ia turun ke medan perang pada 23
Agustus 1825, ia dikirim langsung ke wilayah barat, ke Bagelen.
Tampaknya jauh lebih mungkin dan masuk akal tulisan-tulisan
awal yang terdapat di dalam Babad, adalah sumbangan Basah
Pengalasanlah dan bukan Cokronegoro. Tapi untuk memastikan
sem u a in i kita h ar u s m em p er ken alkan p er jalan an h id u p
Pengalasan sendiri.
bacaan-indo.blogspot.com
Riwayat Hidup Basah Haji
Ngabdullatip Kerto Pengalasan
(sekitar 1795–pasca-1866)

DALAM suatu laporan Belanda yang dibuat selama berlangsung


Perang J awa, Pengalasan—atau nam a lengkapnya Basah Haji
Ngabdullatip (Abdul Latif) Kerto Pengalasan—dikatakan sebagai
orang yang sebelum perang menjabat Demang di Desa Tanjung
Selatan , Nan ggulan , Kabupaten Kulon Progo den gan n am a
Krom owijoyo. 58 Laporan Belan da yan g lain m en yatakan , ia
bertugas di Wates—pasca-1952 ibukota Kulon Progo.59 Namun,
nama Pengalasan, yang pada zaman Majapahit (1293– 1510 -an)
menunjukkan seorang bujang atau abdi dalem keraton junior,60
memberikan kita petunjuk bahwa mungkin ia pernah memangku
suatu jabatan resmi di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Kita tahu dari Kolonel Cleerens 61 bahwa Basah Ngabdullatip
bacaan-indo.blogspot.com

m enikah dengan putri Pangeran Blitar I (sekitar 178 4-18 27),


salah seorang putra Sultan Pertam a (Carey 20 12:782 catatan
19, 948). J adi ia sudah punya kekerabatan dengan keluarga inti
keraton. Ayah mertuanya adalah pangeran Keraton Yogyakarta
164 Sisi Lain Diponegoro

yang bergabung paling awal dengan Diponegoro di Selarong


pada 29 J uli 18 25. Setelah m em belot ke Belanda pada 18 27,
Pangeran Blitar I m engakui dorongan utam a yang m em buat
dia berpihak kepada Pangeran adalah perasaan sangat tidak
puas atas hilangnya pendapatan tahunannya akibat keputusan
Pemerintah Hindia Belanda untuk menghapuskan sewa tanah
kepada orang asing di tanah kerajaan pada Mei 18 23 (Carey
20 12:629).62 Dalam babadnya, Diponegoro sendiri menyebutkan
Pen galasan sebagai seoran g ‘Raden ’, yan g m em berikan pe-
tunjuk bahwa ia bukanlah seorang bangsawan yang tingkat-
n ya tidak terlalu tin ggi. Nam un pern yataan Dipon egoro in i
dibantah oleh sejarawan Belanda, J an Hagem an (1817-1871),
yan g m en yebu tkan Basah sebagai seor an g “cu cu ” Su ltan
H am en gkubuwon o II (bertakhta 1798 -18 10 / 18 11-18 12/ 18 26-
1828) (Hageman 1856:82). J ika memang demikian, ia berhak
bergelar ‘Raden Mas’ jika bukan ‘Bendoro Raden Mas’.
Pen galasan bah kan m un gkin pern ah m em an gku suatu
kedudukan di kalangan pengikut Penghulu Yogyakarta, yang
bernam a Kam alodiningrat (m enjabat 1823-sekitar 1835; pra-
1823 Ketib Abuyamin, lihat Carey 20 12:641-43, 923). Pemimpin
kaum santri Yogya ini diangkat atas perintah Patih Danurejo
IV serta Ratu Ageng (sekitar 1780 -1826), ibu Sultan keem pat
(bertakhta 18 14-18 22), pada 18 23, suatu kejadian yang am at
tid ak m en yen an gkan Dip on egor o. Pan ger an m en gan ggap
angkatan Kam alodiningrat tidak sah, sebab ia kurang paham
Al Quran dan Hadis, dan Kamalodiningrat telah menggantikan
teman baiknya, Kiai Rahmanudin, yang telah menjabat sebagai
Penghulu antara 1812 dan 1823 (Carey 20 12:642).
J adi terdengar agak aneh bahwa Pengalasan menjadi salah
bacaan-indo.blogspot.com

satu pengikut Kam alodiningrat. Dan m em ang, dalam hal ini


sum ber Belanda tidak jelas terkait daftar pengikut penghulu
bar u it u , ap akah m em an g Pen galasan yan g d im aksu d . 6 3
Namun perincian pada bagian awal Babad Kedung Kebo, yang
Bagian II Babad Kedung Kebo 165

menyangkut hierarki keagamaan di Yogyakarta sebelum perang,


tampaknya merupakan suatu petunjuk bahwa pengarang punya
sejum lah pengetahuan yang akrab m engenai kelom pok kaum
santri di Keraton Kasultanan.
Sem entara itu, Babad Keraton Yogy akarta m engatakan,
Pengalasan telah menggabungkan dirinya, bersama dengan para
pejabat lainnya dan orang-orang berdarah biru dari Keraton
Yogya, den gan Dipon egor o ketika Pan ger an m asih ada di
Tegalrejo sebelum perang. Pada saat itu—dimulai dengan per-
temuan rahasia di kediaman Pangeran pada 29 Oktober 1824
(Carey 20 12:695)—m ereka m ulai m eren can akan pem beron -
takan dan pengangkatan Diponegoro sebagai seorang Ratu Adil
de n gan gelar Sultan Erucokro pada 1 Sura tahun J awa 1753
(15 Agustus 1825).64 Dan pastilah Pengalasan telah ber ada di
Se larong pada akhir J uli 18 25. Dalam tiga laporan Babad ia
dikatakan m enerim a perintah di sana sewaktu ditunjuk oleh
Dipon egoro sebagai seoran g ‘bupati m uda’ (bupati n en em
punika).65
Roorda m en catat dalam kata pen gan tar terjem ahan n ya,
sem bilan kan to awal Babad Kedun g Kebo, Pen galasan tam -
paknya mengetahui secara mendalam segala peristiwa yang ter-
jadi di Yogyakarta sebelum perang (Roorda 1860 :138). Bahkan
ia sampai tahu apa saja yang dibicarakan di ibukota kesultanan.
Mem an g, ban yak peristiwa yan g berlan gsun g di Yogyakarta
yang tidak ditemui dalam babad-babad lainnya. Ini bisa dilihat,
khususnya, dalam penggambaran yang begitu rinci tentang ke-
hadiran para tokoh agama pada dua upacara pemakaman sultan,
yakni Sultan ketiga pada 3-4 November 1814 serta untuk anak-
n ya, Sultan keem pat, pada 6-7 Desem ber 18 22.66 H ubun gan
bacaan-indo.blogspot.com

Diponegoro dengan hierarki keagamaan yang ada di Yogyakarta


juga dibahas secara rinci.
Yang juga menarik di sini adalah sembilan gambar (ilustrasi
sejarah atau kartun historis) berwarna dalam naskah Babad
166 Sisi Lain Diponegoro

Kedung Kebo, yang sekarang ada di koleksi Koninklijk Instituut


(KITLV Or 13) di Perpustakaan Universitas Leiden.67 Gam bar
in i begitu terin ci, juga dalam detail pakaian adat dan batik
khas keraton (Yogyakarta, Surakarta, dan Bangkalan [Madura
barat]), blangkon dan destar, warangka keris, panji-panji perang
Erucokro (Ratu Adil), serta seragam militer dan sipil Belanda,
bah wa h an ya seor an g yan g ad a per sen tu h an er at d en gan
lingkup keraton sebelum perang yang bisa menggambarkannya.
Tem a kaum san tri Yogya yan g pun ya persen tuh an den gan
Pen galasan ju ga m u n cu l d en gan jelas d i gam bar ket iga
(KITLV Or 13 folio 66 verso, lihat hlm . 110 -111). Tem a itu
memperlihatkan Diponegoro—berpakaian hitam, bukan serban
dan jubah putih yan g biasa diken akan , sebab pascaperan g
Belanda menganggap pakaian perang suci itu sebagai lambang
kejahatan subversi bagi bangsawan J awa—sedang duduk di batu
sem adi (selo gilang) di tem pat pertapaan di Selorejo sam bil
m enyam paikan perintah kepada dua orang pengikutnya, Kiai
J oyomustopo dan Kiai Mopid, sebelum mereka memulai ziarah
di Gua Batu di Kepulauan Nusakam ban gan un tuk m en cari
bun ga Wijoyokusum o. Bun ga itu m elam ban gkan kebesaran
Dipon egoro sebagai seoran g raja atau Ratu Adil. Perin cian
gam bar in i m en im bulkan pertan yaan : siapa sen im an yan g
mampu menciptakan gambar kartun sejarah yang begitu rinci
ini jika tidak punya petunjuk dari seorang saksi sejarah yang
bersentuhan erat dengan dunia keraton-keraton J awa bagian
ten gah-selatan dan kalan gan kaum san tri sebelum peran g?
Apakah geran gan Pen galasan sen diri yan g pern ah m en jadi
petunjuk untuk gambar-gambar ini?
Bagian awal Babad Kedung Kebo juga memberikan suatu
bacaan-indo.blogspot.com

pemandangan khas dalam karakter pribadi dan lingkup hidup


Dip on egor o sebelu m p er an g. Lin gku n gan Dip on egor o d i
Tegalrejo, sifatnya yang suka bertapa, kebiasaan mendengar atau
m em baca Sastra J awa, serta ketegangannya dengan Keraton
Bagian II Babad Kedung Kebo 167

Yogyakarta, dibahas semuanya. Lebih penting lagi, pembahasan


tersebut m em beri gam baran sim patik ten tan g Pan geran di
m ana ketaatan beragam anya yang keras dikagum i orang lain.
Gambaran yang diberikan di kanto-kanto awal Babad itu lebih
banyak merupakan gambaran seorang pendukung yang akrab
seperti Pengalasan daripada seorang lawan seperti Cokronegoro.
Peristiwa-peristiwa yan g m en gakibatkan m eletusn ya Peran g
J awa juga disusun secara betul-betul rinci menurut rangkaian
kejadiannya. Ini memberikan petunjuk bahwa sang pengarang
bagian awal Babad Kedung Kebo punya pengetahuan langsung
mengenai kejadian-kejadian ini, sesuatu yang juga membuat kita
mudah menduga identitas pengarang bagian awal itu.
Tam pakn ya m em an g m asuk akal jika Pen galasan betul
memangku suatu jabatan resmi di Yogyakarta sebelum perang.
Apalagi bila jabatan itu pu n ya kaitan d en gan kelom pok-
kelompok keagamaan, maka ia dapat menulis menurut rangkai-
an kejadiannya di Yogyakarta dengan penuh ketepatan. Yang
pasti, Diponegoro punya banyak pengikut dari kalangan pejabat
junior seperti Pengalasan. Sebuah laporan yang disusun oleh
Belan da sekitar 18 26 m en yebutkan , seban yak 78 Dem an g
(kepala distrik) yang bertugas di Mataram telah menggabungkan
diri dengan Diponegoro pada tahun-tahun awal perang.68
J adi bagaim ana riwayat perang Pengalasan? Rupanya ia
memainkan peranan penting dalam pertahanan Selarong selama
m usim panas (J uli-Oktober) 182569 dan dengan Tum enggung
(Basah ) J oyosun dargo, ia beroperasi di sekitar Yogyakarta
ketika seorang kapten pasukan berkuda (ritm eester) dari Legiun
Man gku n egar an ber n am a Rad en Mas Su won gso ber h asil
ditangkap di areal Bantul (28-31 J uli 1825). Peristiwa tersebut
bacaan-indo.blogspot.com

digambarkan dengan begitu rinci di dalam Babad.70 Kemudian,


ketika pada 5 Oktober 1825 Diponegoro memerintahkan untuk
m en goson gkan ser ta m en in ggalkan Selar on g, Pen galasan
membentuk pasukan sayap belakang serta bertanggung jawab
168 Sisi Lain Diponegoro

atas pasukan meriam (artileri berkuda). Bersama putra sulung


Diponegoro yaitu Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3–
pasca Maret 18 56), juga Mas Mangunnegoro, seorang bupati
negaragung (wilayah inti) Yogya yang sebelum perang bergelar
Kiai Tum en ggun g (Carey 20 12:956), Pen galasan m elin dun gi
sa t u sisi r om b on ga n p a su ka n Dip on egor o ya n g t en ga h
m en gun durkan diri m elin tasi bukit-bukit kapur Selaron g. 71
Pengalasan kemudian bergabung kembali dengan Diponegoro
d an ah li siasat p er an gn ya, Pan ger an Ngabeh i (p r a-18 25,
J oyokusum o I) (sekitar 178 7-18 29), ketika san g pem im pin
Perang J awa berada di markas besarnya yang pertama di Kulon
Progo di Ban yum en en g. 72 Ia kem udian bertem pur bersam a
den gan Kiai Mojo dan kom an dan -kom an dan m iliter lain n ya
sewaktu mereka mempertahankan markas kedua Diponegoro di
Dekso (Kulon Progo) pada November 1825.73
Set ela h p er t em p u r a n it u , sela m a p ela ksa n a a n r e-
organ isasi pim pin an tertin ggi ten tara Dipon egoro di Dekso
pada Desem ber, Pen galas an dian gkat sebagai Basah den gan
n am a Ngabdullatip (Abdul Latif). Mun gkin sekali n am a in i
sebagai ken an g-ken an gan akan seoran g haji dari Pesan tren
Kasongan yang telah gugur dalam pertem puran di Kem bang
Gede, dekat Ban yum en en g, bulan Novem ber sebelum n ya. 74
Kepada Pengalas an diserahkan komando atas semua pasukan
Diponegoro yang berada di sebelah barat Sungai Progo.
Sem ua Tum en ggun g yan g ada di wilayah Kulon Progo
ditempatkan di bawah perintahnya serta dua orang haji sebagai
pen dukun gn ya. 75 Pada tahun berikutn ya (18 26), Pen galas an
memainkan peranan penting dalam mem pertahankan benteng
Diponegoro di bekas keraton Sunan Amangkurat I (bertakhta
bacaan-indo.blogspot.com

1646-1677) d i Pler ed (Mei-J u n i 18 26). Pad a waktu itu ia


dikatakan sebagai teman akrab Kiai Mojo dan adik laki-lakinya,
Kiai H asan Besar i (sekitar 1792-18 30 ), yan g juga disebut
Tumenggung Pajang.76 Pada 9 J uni 1826, Pengalasan menderita
Bagian II Babad Kedung Kebo 169

lu ka p ar ah d alam p er t em p u r an sen git m em p er t ah an kan


ben ten g ketika Plered berhasil diserbu oleh 4.20 0 pasukan
Belan da di bawah kom an do Kolon el Fran s David Coch ius
(1787-1876), perwira zeni De Kock yang paling senior (Carey
20 12:757). Dalam pembantaian ini hanya 40 dari 40 0 prajurit
Diponegoro lolos, di antaranya Pengalasan. Kemudian ia dibawa
oleh Haji Ngiso, seorang tem an akrabnya, ke Selarong untuk
m enyem buhkan diri serta m em ulihkan kekuatannya.77 Dalam
tahun yang sama ia dipanggil, atas perintah khusus Diponegoro,
untuk ikut serta dalam penyerangan Surakarta yang akhirnya
gagal total dalam pertempuran di Gawok (15 Oktober 1826).78
Tah un ber ikutn ya, 18 27, Pen galasan ber tem pur di sekitar
Can d i Bor obu d u r ber sam a cu cu Su ltan ked u a, Pan ger an
Man gkudin in grat II (J oyodin in grat 18 55-18 57:93), n am un ,
tak lama kemudian, tampaknya ia dikirim ke Bagelen sebagai
pelin dun g an ak sulun g Dipon egoro, Pan geran Dipon egoro
Muda. Waktu itu, Pengalasan menerima kembali komando atas
semua pasukan yang berada di sisi barat Sungai Progo dengan
beraneka ragam pemimpin keagamaan yang lain. Secara khusus
ia diberikan kom ando atas Resim en J ayengan, satu resim en
yan g berseragam serban m erah dan baju kelepak putih dan
direkrut dari kalangan santri. Sebagai pasukan ‘agamis’, resimen
in i m em pun yai tugas khusus sebagai para pen gawal pribadi
Diponegoro.79
Sela m a t a h u n -t a h u n t er a kh ir p er a n g (18 2 8 -18 2 9 ),
Pengalasan hampir secara khusus beroperasi di Bagelen timur.
Sam pai-sam pai ia dikatakan oleh Kolon el Cleeren s sebagai
salah seoran g kom an dan terpen tin g pasukan ‘pem beron tak’
(rebellen) di daerah m ancanagara barat itu.80 Ia tetap dekat
bacaan-indo.blogspot.com

den gan Dipon egoro dan disebutkan sebagai salah satu dari
sejumlah kecil Basah, atau panglima pasukan, yang tetap setia
dan berada bersam a Pangeran Diponegoro setelah kekalahan
yang menentukan di Siluk, di utara bukit-bukit Selarong pada
170 Sisi Lain Diponegoro

17 Septem ber 18 29. Kekalahan in i m en gakibatkan pasukan


Pangeran yang masih bertahan hidup harus dievakuasi ke barat
Sungai Progo. Tapi situasi di medan perang tidak memungkinkan
kekuatan Diponegoro bertahan lama, dan pada 25 September
1829 Pengalasan m engirim kan sepucuk surat kepada seorang
kerabatn ya, Tum en ggun g Cokrorejo, yan g m en gun gkapkan
kesediaan n ya un tuk berpihak kepada Belan da. 8 1 In isiatif in i
didoron g pula oleh Cleeren s yan g rupan ya in gin m eran gkul
Pengalasan sebagai jalur negosiasi dengan Diponegoro. Akhirnya
Pengalasan menyerahkan diri kepada Cokronegoro di Benteng
Bubutan (Bagelen) tepat pada hari ulang tahun Diponegoro,
11 Novem ber 18 29, dan tiga hari kem udian ia dibawa untuk
m enghadap Cleerens di m arkas sang kolonel di Kedung Kebo
di sisi timur Kali Bogowonto (lihat gambar hlm. 20 8).82 Kendati
demikian terdapat kecurigaan bahwa penyerahan dirinya punya
m otif tersem bun yi. Pun , di sisi Belan da, ada yan g m en duga
bahwa sebenarnya Pengalasan diutus sendiri oleh Diponegoro
untuk membuka perundingan perdamaian.
Cleerens mengemukakan, Basah yang berumur sekitar 34
tahun itu sering diundang untuk m akan ke m arkas besarnya
dan bahwa ia lebih banyak diperlakukan sebagai teman pribadi
d ar ip ad a seor an g tawan an : 8 3 kegem ar an n ya akan an ggu r
dan candu juga ikut disinggung, dan yang lebih penting lagi,
perhatiannya pada situasi militer dan diplomatik Turki Osmani
selama Perang Ketiga dengan Rusia (1829-1830 ).84 Ia tampak
berusaha amat keras untuk mengambil hati Komando Tertinggi
Ten tara Belan da den gan m en gorgan isasikan perun din gan -
perun din gan perdam aian den gan Dipon egoro. Ia berharap,
dengan usaha-usahanya itu ia akan mendapat sebuah jabatan
bacaan-indo.blogspot.com

dan penghasilan dari Belanda. Dalam hal ini, ia terutama merasa


iri terhadap Sentot karena janji yang diberikan Belanda bahwa
kelak bisa m en jadi pem im pin barisan pribadi. Dem ikian lah,
ia menulis dua surat kepada patih Diponegoro, Raden Adipati
Bagian II Babad Kedung Kebo 171

Abdullah Danurejo (menjabat 1828-1830 ), dengan permintaan


un tuk m en ghubun gi Dipon egoro. Dia juga m en ulis sepucuk
surat berupa laporan pan jan g-lebar kepada Cleeren s gun a
m engutarakan pandangan serta pendapatnya m engenai usul-
usul perdamaian yang mungkin akan diajukan oleh Diponegoro
jika negosiasi perdamaian dilakukan (lihat Lampiran I).85
Upaya Pengalasan melalui surat-menyurat ini mendapatkan
tanggapan dari Cleerens dalam sepucuk surat yang ditujukan
kepada de Kock, di m an a ia m en gun gkapkan : “bagi se oran g
J awa ia [Pen galasan ] m em perlihatkan ban yak kem am puan
untuk menulis serta ia dapat membawa dirinya dan menyam-
paikan pendapatnya dengan baik, setidaknya itulah yang saya
den gar […].”8 6 Nam un , justru surat yan g ditulisn ya un tuk
Cleeren s m en em patkan dirin ya sebagai oran g yan g san gat
d icu r igai, yan g m u n gkin telah ber tin d ak sebagai u t u san
Dipon egoro: “Dugaan saya sem akin kuat bahwa seben arn ya
Pen galasan adalah oran g yan g telah dikirim kan oleh D.N.
[Diponegoro] untuk melakukan perundingan dengan kita,” tulis
Cleerens, dan ia m em peringatkan de Kock untuk sam a sekali
tidak mempercayai Danurejo maupun Pengalasan: “Yang Mulia
haruslah memperlakukan mereka sesuai dengan kenyataan yang
demikian itu, karena tidak satu pun dari keduanya tulus […].”87
Dem ikianlah, walaupun Pengalasan m em ainkan peranan
p en t in g d a la m m en gor ga n isa sika n p er t em u a n p er t a m a
Cleer en s den gan Dipon egor o di Rem o Kam al, per batasan
Ban yu m as dan Bagelen , pada 16 Febr u ar i 18 30 , di m an a
Cleeren s m en gem ukakan besarn ya pen garuh yan g dim iliki
Pengalasan atas Diponegoro,88 ia tidak menerima satu hadiah
pun dari Pemerintah Belanda setelah berakhirnya perundingan
bacaan-indo.blogspot.com

“per d am aian ” d i Magelan g setelah Dipon egor o d itan gkap


secara khianat pada 28 Maret. Sebaliknya, m ungkin sekali ia
telah menemani Diponegoro ke Semarang dan tinggal di sana,
menjabat suatu jabatan kecil selama sisa hidupnya. Kita sudah
172 Sisi Lain Diponegoro

lihat (hlm . 138 ) bahwa pada 18 49 ia ditunjuk oleh Pangeran


sebagai sahabat yan g terpercaya un tuk ibun da, Raden Ayu
Man gkorowati, den gan kapal uap ke Makassar, perjalan an
yan g akh irn ya tidak terlaksan a akibat keseh atan dan usia
lan jut san g Raden Ayu. H agem an juga m en yin ggun g bahwa
pada Maret 18 56, ketika ia datan g ke san a un tuk m en ulis
bukunya tentang Perang J awa, Pengalasan masih bermukim di
Semarang (Hageman 1856:412-413) di sebuah kampung dekat
J alan Bojong (sekarang J alan Pemuda) yang kelak dinamakan
Kampung Basahan dari istilah “basah” (panglima). Walaupun
sekar an g (20 17) kam p u n g su d ah h ilan g, n am an ya m asih
dikenal warga (Eka Prilianto dan Dwi Royanto 20 15). Kita juga
m en getahui bahwa Pen galasan m en diktekan Babad Kedun g
Kebo kepada Raden Panji J oyosuprojo pada 18 66 di penjara
Semarang (lihat hlm. 134).
Pada awal dasawarsa 18 60 -an , n am a Pen galasan —yan g
disebut dengan gelar “Rahadin Bashah Kerto Pengalasan” dan
belakan gan (28 Mei 18 65), setelah m en un aikan ibadah haji,
sebagai “Haji Abdul Latif”—tersua di buku harian seorang Syeh
tarekat Naqsaban diyah di Pulau Pin an g. Pada 11 Desem ber
1863, Pengalasan disebut sebagai pengirim surat kepada sang
Syeh guna menitipkan keris-keris pusaka untuk dijual (mungkin
Pengalasan perlu uang untuk naik haji), dan sem bilan bulan
kem udian (23 Septem ber 18 64) ia dikatakan sebagai oran g
yan g telah m elu n asi u tan g sebesar d elap an belas r in ggit
dengan bunga dua ringgit pada m ursyid tarekat itu setelah ia
berlabuh di Pulau Pinang dengan kapal yang dinakhodai seorang
keturunan Arab Hadrami, Ṣaleḥ Bā Darab (18 September 1864).
Catatan terakhir di buku harian guru tarekat itu adalah setelah
bacaan-indo.blogspot.com

Pengalasan menunaikan ibadah haji walaupun belum jelas kalau


ia sam pai ke H aram ain. Waktu itu ia dicatat pulang dengan
gelar “H aji Abdul Latif” dan dilaporkan sedan g berlayar ke
Sin gapura dari Pulau Pin an g den gan “perahu sekun ar Cin a”
hendak menyeberang ke J awa setelah membayar dua setengah
Bagian II Babad Kedung Kebo 173

ringgit untuk “makan nasi atas juragan [kapal]” (28 Mei 1865).89
Kalau memang sesungguhnya ke Mekkah pada akhir hidupnya,
Pengalasan dapat meraih sesuatu yang atasannya, Diponegoro,
selalu m engidam kan nam un tidak pernah diberi izin Belanda
un tuk m elaksan akan n ya: ibadah haji (Carey 20 12:8 20 , 8 32,
840 , 868-69). Hebat sekali sang Basah yang berumur menjelang
kepala tujuh itu!
bacaan-indo.blogspot.com
Kesimpulan

PERJ ALANAN h idup Pen galasan m em berikan kesan bah wa


ia m em a n g p u n ya ked u d u ka n ya n g m em u n gkin ka n n ya
m em berikan sum ber lan gsun g m en gen ai sejarah Yogyakarta
dari masa sebelum Perang J awa. Dia juga pernah terlibat dalam
sejumlah pertempuran yang pecah di daerah Yogyakarta pada
bulan J uli sampai Oktober 1825, peristiwa yang tidak mungkin
diketahui oleh Cokronegoro. Hubungan Pengalasan yang begitu
akrab dengan Diponegoro serta anggota keluarganya, yang dapat
dipeliharanya sepanjang perang, juga mempunyai makna. Sang
Basah seperti berada dalam kedudukan yan g khas sehin gga
dapat m en yajikan perin cian pribadi Pan geran , sesuatu yan g
tidak mungkin dapat dilakukan oleh Cokronegoro.
H u b u n ga n P en ga la s a n d en ga n b a n ya k p em im p in
keagam aan terkem uka dan bergaul di an tara san tri utam a
pengikut Diponegoro, seperti keluarga Kiai Mojo, juga menarik
bacaan-indo.blogspot.com

perhatian . In i m en gin gatkan kita pada sikap san gat positif


atas ketaatan ber agam a Dipon egor o, sebagaim an a h al itu
diun gkapkan pada bagian awal Babad. Mem an g Pen galasan
tidak dapat dikatakan sebagai seorang sastrawan, dan tentulah
Bagian II Babad Kedung Kebo 175

bukan seoran g pujan gga seperti Tum en ggun g Sostron egoro


alias Yosodipuro II (m eninggal 1844), yang m ungkin m enulis
Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta (Bagian I), namun
fakta bah wa ia m am pu m en ulis m erupakan pertim ban gan
yang penting. Bila kita m enilai kontribusi Pengalasan dalam
penulisan serta penyusunan Babad, surat—berupa butir-butir
negosiasi perdamaian—yang ia layangkan ke Kolonel Cleerens
pada pertengahan Desember 1829 sangat menarik (Lampiran 1).
Namun, mungkin sekali, baik Cokronegoro maupun Pengalasan
hanya memberikan garis besar. Perincian berbagai macam hal
di dalam Babad Kedung Kebo ditulis dalam bentuk tem bang
(sanjak); itulah yang menyebabkan adanya referensi ‘m angun
lan gen in g carita’ oleh para pen ulis tersebut dalam san jak-
san jak pen gan tarn ya. Dipon egoro juga m en ggun akan tekn ik
yang sama ketika ia mulai menulis babad otobiograinya (1832)
dan Hikay at Tanah Jaw a (sekitar 1837) dan Sejarah Tanah
Jaw a (1838) sendiri di Manado dan Makasar (Carey 1981:xxiv-
xxvi, xxx-xxxi; 20 12:870 catatan 233, 886-87).
Setiap kesim pulan ten tan g siapa seben arn ya pen garan g
Babad itu h an yalah bersifat ten tatif, m en gin gat tidak ada
ket er a n ga n ya n g b en a r -b en a r ku a t t en t a n g m a sa -m a sa
penulisan serta penyusunannya. Meskipun demikian, mungkin
sekali Pengalasanlah yang telah menyajikan banyak bahan yang
digunakan pada bagian pertama Babad itu: secara kasar, 20 0
halaman pertama yang telah diterjemahkan oleh Taco Roorda
(Roorda 18 60 ), walaupun hubun gan batin iah yan g m un gkin
ada an tar a Cokr on egor o dan Dipon egor o ikut m em ban tu.
Demikianlah, bagian-bagian panjang tulisan yang menyangkut
tan da-tan da serta alam at-alam at yan g telah diterim a oleh
bacaan-indo.blogspot.com

Dipon egoro, selam a m asa sebelum Peran g J awa, bisa saja


ditulis oleh Pen galasan atau Cokron egoro. Mereka berdua
den gan sen an g hati bisa m en jelaskan m en gapa Pen galasan
m eninggalkan serta m engkhianati sang Pangeran pada akhir
176 Sisi Lain Diponegoro

perang, atau kenapa pula, m eskipun pencapaian-pencapaian


spiritual Diponegoro besar, Cokronegoro tetap berkeputusan
untuk berperang melawan dia.
Kemudian, setelah suatu jeda singkat, pada bagian di mana
dilukiskan pertempuran-pertempuran yang berlangsung di J awa
Timur (Surabaya, Kertosono, Rajegwesi [J ipang], Pati, Kudus,
dan Rembang) serta di sekitar Demak selama bulan-bulan awal
peran g itu (Septem ber-Novem ber 18 25) (LOr 2163 [Babad
Kedung Kebo] XIV.25-XV.76, hlm .165-193), sisa Babad, yang
menyangkut pertempuran-pertempuran yang pecah di Bagelen
dan sejarah Purworejo setelah Perang J awa, tampaknya hampir
dapat dipastikan merupakan hasil kerja Cokronegoro. Terdapat
nada pemisah yang jelas antara kedua karya di dalam Babad.
Hal itu juga diungkapkan terkait sikap terhadap Diponegoro
dan Islam. Namun, Pengalasan dapat terus memainkan peran
sebagai seorang penasihat dalam penulisan serta penyusunan
bagian belakang Babad. Ini karena sang Basahlah yang punya
kem a m p u a n m em b er ika n ket er a n ga n -ket er a n ga n r in ci
m en gen ai pasukan Dipon egoro yan g beroperasi di Bagelen
serta daerah-daerah lain. Terutama, hubungannya yang akrab
den gan Kiai Mojo m un gkin sekali pun ya arti pen tin g dalam
perincian terkait bentrokan dan perpecahan antara Kiai Mojo
dan Diponegoro antara Septem ber 1827 dan Novem ber 1828,
yang kem udian berujung dengan penangkapan sang Kiai dan
pengikutnya oleh komandan Brigade Mobil ke-3, Letkol Lebron
de Vexela, di lereng Gunung Merapi, 12 November 1828.
Sebagai sumber sejarah, Babad Kedung Kebo lebih mudah
untuk dinilai. Menurut penulis, Babad harus dipandang sebagai
sum ber J awa yang paling terkem uka m engenai Perang J awa
serta sebagai naskah rujukan yang bisa mengimbangi otobiograi
bacaan-indo.blogspot.com

Diponegoro sendiri dan babad-babad keraton. Bahwa Babad


Kedung Kebo ditulis serta disusun di bawah pengarahan dua
orang yang memainkan peran dan perjalanan hidup yang begitu
Bagian II Babad Kedung Kebo 177

berbeda, karya ini telah m enam bah arti penting sejarah itu.
Kem itraan pen garan g (co-authorship) in i m erupakan h asil
kerja salah seorang panglima tentara dan penasihat keagamaan
Diponegoro yang paling akrab serta seorang lawan yang hebat.
Fakta bahwa banyak pertempuran yang digambarkan dalam
Babad itu am at sesuai den gan kabar dalam laporan -laporan
m iliter Belan da, pun ya arti yan g pen tin g pula. Cokron egoro
a t a u Pen ga la sa n t en t u t id a k p u n ya kesem p a t a n u n t u k
mendapatkan atau membaca sumber-sumber militer Belanda,
namun banyak kejadian yang dilukiskan oleh Diponegoro dalam
babad otobiograisnya sejalan dengan apa yang terdapat dalam
laporan -laporan Belan da tersebut. Dapat dipastikan bahwa
Diponegoro tidak punya kesempatan untuk mendapatkan dan
membaca sumber-sumber tersebut. Laporan yang diberikannya
m en gen ai Yogyakarta serta Pan geran Dipon egoro dari m asa
sebelum Perang J awa tidak dapat disaingi oleh sumber-sumber
J awa lain n ya, sem en tara bagian akh ir Babad m em berikan
banyak keterangan mengenai Bagelen, yang kebenarannya dapat
diuji dengan sumber Belanda yang ada di koleksi pribadi H.M.
de Kock di Nationaal Archief di Den Haag (Belanda) 90 dan Arsip
Daerah (Keresidenan) Bagelen di ANRI. Namun, tanggal-tanggal
yan g dican tum kan dalam Babad m en guran gi kegun aan n ya
sebagai sumber sejarah. Lagi pula, sebagai karya sastra, Babad
ini tidaklah halus. Kadang-kadang teks telah merosot ke dalam
bah asa Melayu pasar (brabbel M aleisch). Dalam keadaan
dem ikian, Babad Kedung Kebo paling baik dapat dipandang
sebagai sebu ah d oku m en sosia l u n t u k m en ggam bar kan
perjalanan hidup orang yang telah membuahkan karya tersebut,
Raden Adipati Ario Cokronegoro I dari Purworejo.
bacaan-indo.blogspot.com
Catatan Akhir

1. Naskah asli sejarah yang ditulis Kiai Mojo ada di tangan keluarga
pewaris, alm arhum Pak Anwar Pulukadang (m eninggal di Manila
20 15). Satu salinan naskah tersebut, yang dibuat peneliti dari
Canada, Tim Babcock, di Kam pung J awa Tondano akhir 1970 -
an, bisa didapatkan di Olin Library, Universitas Cornell, Ithaca,
New York State, AS. Lihat Babcock 1989. Roger Kam buan,
m ahasiswa S2 Sejarah di Pascasarjana UGM, sedang m enyiapkan
tesis tentang Kiai Mojo dan naskah “Kam pung J awa Tondano” di
bawah bim bingan Dr Sri Margana.
2. Lihat Pigeaud 1967-1980 untuk deskripsi Babad Diponegoro
yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden
(Universiteitsbibliotheek atau UBL). Untuk naskah yang ter-
sim pan di Perpustakaan Nasional RI J akarta, lihat Jaarboek
van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
W etenschappen [Buku tahunan Perhim punan Kesenian dan
Ilm u-Ilm u Pengetahuan Kerajaan Batavia] (Bandung:Nix & Co,
1933), hlm . 290 ; sedangkan untuk m em peroleh gam baran tentang
bacaan-indo.blogspot.com

koleksi yang dim iliki Keraton Yogyakarta, lihat Mudjanattistom o


1971; dan Girardet 1983. Naskah-naskah yang terdapat di Per-
pustakaan Keraton Surakarta, bisa dilihat dalam katalog yang
Bagian II Babad Kedung Kebo 179

dibuat Girardet 1983 dan Florida 1993, sedangkan koleksi yang


dim iliki oleh Museum Sonobudoyo telah dideskripsikan oleh
Behrend 1990 .
3. Babad Diponegoro (otobiograi) yang ditulis Pangeran
Diponegoro sendiri di Manado antara 20 Mei 1831 dan 3 Februari
1832 (Carey 1981:xxiv). Aslinya sudah hilang setelah dikem balikan
kepada keluarga Dipanagaran di Makassar pada 1877, tapi ter-
dapat banyak salinan: LOr 6547 a-d (Koleksi G.A.J . Hazeu), BG
149 (4 jilid), BG 282 (aksara pegon) dan BG 283 (naskah J awa),
dua naskah terakhir langsung disalin dari babon asli. Selanjutnya
m asih terdapat dua buah buku yang m em uat catatan-catatan
tentang sejarah J awa dan Sui Islam (tarekat Satariyah) yang
ditulis Diponegoro di Makassar, lihat Daftar Pustaka.
4. Babad Diponegoro Sury angalam , LOr 6488, ditulis oleh Raden
Mantri Moham m ed Arip (alias Pangeran Diponegoro II, sekitar
180 3-pasca-Maret 1856), putra sulung Diponegoro, atau sebelum
ia diasingkan ke Sum enep (1834-1851) atau sesudahnya. Ada juga
naskah lain yang ditulis keluarga dekat Diponegoro, yaitu LOr
6199-620 0 , yang dibuat adiknya, Pangeran Suryowijoyo, dengan
bantuan seorang penduduk Yogyakarta, A.N. Dom , seorang Indo-
Belanda yang m enyewa tanah di areal kesultanan, lihat Louw dan
De Klerck 1894-190 9, I:60 4-14. Naskah ini m em bahas sejarah
Yogyakarta dari 1812 sam pai akhir Perang J awa pada 1830 .
5. Kedua orang ahli sejarah m iliter ini m enggunakan satu terjem ahan
Belanda yang sekarang ada di Leiden Universiteitsbibliotheek
(KITLV H 589, Babad Dipanagaran, diterjem ahkan oleh seorang
pakar sastra J awa asal Belanda, Willem Palm er van den Broek
[1823-1881], sekitar 1875), lihat Not. KBG Maret 1893.
6. Serat Babad Diponegoro [untuk judul lengkap lihat Daftar Pus-
taka], 2 jilid, yang diterbitkan Albert Rusche & Co, Surakarta,
bacaan-indo.blogspot.com

190 8-190 9, dalam aksara J awa. J ilid 1 sebanyak 314 halam an,
jilid 2 sebanyak 268 halam an, cetakan ke-2 1914 dan cetakan ke-3
1917.
180 Sisi Lain Diponegoro

7. Babad Kraton N gay ogy akarta, LOr 8552 a-c, m erupakan


salinan paling awal naskah (tiga jilid) yang ditulis pada 1876
(AJ 180 5) oleh Raden Adipati Danurejo V (sekitar 180 3-1885,
m enjabat 1847-1879) dan putra HB IV, Pangeran Suryonegoro
(1822-sekitar 1886), serta dilandaskan pada sum ber asli Belanda
dan J awa. Salinan juga terdapat di Perpustakaan Widyo Budoyo di
Keraton Yogyakarta (Nom or A. 62b) dan di Museum Sonobudoyo,
Yogyakarta, MS A.135, A.136, A.144, bertanggal AJ 1833 (190 3
M), AJ 1834 (190 4 M) dan AJ 1836 (190 6 M), 40 7 halam an (10 0
kanto), 336 halam an (73 kanto) dan 460 halam an (76 kanto).
Babad Diponegoro versi Kraton Surakarta, LOr 2114, m erupakan
fragm en (12 kanto) dari sebuah babad yang lebih panjang.
Fragm en ini ditulis pada 19 Besar, Bé, A.J . 1752 (6 Agustus 1825),
dan telah diedit oleh penulis buku ini dengan terjem ahan dalam
bahasa Inggris dan Melayu Indonesia, lihat Carey 1981.
8. Penanggalan J awa untuk pengangkatan Cokrojoyo sebagai Bupati
Purworejo dengan gelar Raden Adipati Ario Cokronegoro, dan
pengalihan nam a Brengkelan m enjadi Purworejo adalah Setu Legi,
14 Pasa (Ram adan), 1758 AJ , atau Sabtu, 26 Februari 1831 M, lihat
Bagian I catatan akhir 11. Tapi lantaran upacara, yang dipim pin
Kom isaris untuk urusan tanah kerajaan di m ancanagara barat,
Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst (m enjabat 1830 -33),
berlangsung pada m alam hari, dan m enurut penanggalan J awa
hari baru selalu dim ulai setelah jam enam sore, m aka tanggal
yang ditetapkan untuk peringatan jum enengan RAA Cokronegoro
I di Purworejo adalah 27 Februari dan bukan 26 Februari, lihat
Panitia Penyelenggara Peringatan J um engan RAA Tjokronegoro
I, Bupati I Kabupaten Purworejo, Tahun 20 17 (Nom or 0 0 5/ 1380 /
II/ 20 17). Karena itulah tanggal kunci ini selalu ditulis “26/ 27
Februari” dalam buku ini.
bacaan-indo.blogspot.com

9. KITLV didirikan di Delft lantaran Profesor Taco Roorda, ahli


bahasa dan Sastra J awa, m engajar di sana, di Koninklijke
Academ ie (1842-1864), tapi sewaktu Roorda pindah ke Leiden
untuk m engajar di Rijksinstelling voor Onderwijs der Indische
Bagian II Babad Kedung Kebo 181

Taal-, Land- en Volkenkunde (Lem baga Negeri untuk Kajian


tentang Bahasa, Antropologi dan Etnograi Hindia Belanda) pada
1864, KITLV juga pindah ke Den Haag dan berfungsi sebagai
perpustakaan untuk pejabat kolonial di Kem enterian J ajahan.
Baru setelah zam an kolonial sudah lewat dengan Perjanjian New
York antara Indonesia dan Belanda tentang New Guinea/ Papua
(Irian Barat) pada 15 Agustus 1962, KITLV pindah ke Leiden
(1966) dan bertahan di sana sam pai 20 14, sewaktu perpustakaan
dan lem baga dilebur ke dalam Perpustakaan Universitas Leiden
(UBL).
10 . Bacalah Soegiarto, “Daftar dari baris-baris yang pertam a”, LOr
10 .8867D; Poerwasoewignja dan Wirawangsa 1920 -21:150 -159.
11. Di dalam babad-babad J awa, Pem erintah Hindia Belanda (1818-
1942) m asih tetap saja dirujuk sebagai ‘Kom peni’ (J awa: ‘Kum peni’
atau ‘Kum pni’) sebagai kenang-kenangan akan Perserikatan
Dagang Hindia Tim ur, yaitu VOC (Verenigde Oostindische
Com pagnie; 160 2-1799) dari Negeri Belanda, sam pai jauh di
pengujung akhir abad XIX. Sebenarnya, VOC sudah diakui gulung
tikar pada 31 Desem ber 1799 dan aset-asetnya diam bil-alih oleh
Pem erintah Belanda, Republik Batavia (Bataviaasch Republik)
(1795-180 6).
12. Sebutan ini m ungkin sekali m erujuk kepada raja Belanda, Willem
I (bertakhta 1813-1840 ), atau kepada Kom isaris untuk urusan
tanah kerajaan di m ancanagara barat, Pieter Herbert Baron van
Lawick van Pabst (1780 -1846, m enjabat 1830 -1833), yang m eng-
um um kan pengangkatan Cokronegoro I sebagai bupati perdana
Purworejo di Pendopo Suronegaran pada 26/ 27 Februari 1831,
lihat Bagian I catatan akhir 11; dan catatan 8 di atas.
13. Baris-baris terakhir stanza ini tam pak cukup kacau, tanggal-
tanggal yang dicantum kan juga sam a-sam a m em bingungkan.
bacaan-indo.blogspot.com

14. Ini m erujuk pada penyerbuan pasukan Sepoy-Inggris ke Keraton


Yogyakarta pada 20 J uni 1812, yang diikuti oleh pem buangan
Sultan Ham engkubuwono II (bertakhta 1792-1810 / 1811-
1812/ 1826-1828) ke Pulau Pinang (1812-1815; pasca-1815 Batavia;
182 Sisi Lain Diponegoro

pasca-1817 Am bon sam pai 1824) pada 3 J uli 1812, lihat Carey
20 12:421-24; Carey 1992:115, 282-283).
15. Menyarankan ‘sam ar’ untuk pengganti ‘sum ary a’, sebagaim ana
tercantum di dalam naskah serta kelebihan satu suku kata. Tanda-
tanda berbentuk bintang (*) tersebut m erujuk pada perubahan-
perubahan lain yang telah dilakukan sewaktu dilakukan
transliterasi—m enulis kem bali dengan m engganti abjad yang
digunakan—dari naskah tersebut dan beberapa kesalahan yang
terdapat di dalam nya telah diperbaiki oleh seorang penyalin
yang kem udian ikut nongol di dalam naskah itu. Pem betulan-
pem betulan yang telah dilakukan itu adalah sebagai yang berikut
ini: 3c ‘Dipanegara’ untuk ‘Dipanegné’, 3d ‘Sutanegara’ untuk
‘Suranegara’, 4d ‘tanggalira’ untuk ‘tagalira’, 5b ‘sengkalané’
untuk ‘sekalané’, 5d ‘Sutanegara’ untuk ‘Suranegara’, 6a
‘am engké’ untuk ‘sangm angké’, 6b ‘jinungjung’untuk ‘jinujung’,
7e ‘sirna’ untuk ‘sirta’, 7g ‘sengkala’ untuk ‘sekala’, 8b ‘m angké’
untuk ‘m engkèng’.
16. Istilah m ister Jaw a atau dokter Jaw a m erupakan suatu kategori
yang menunjukkan secara spesiik dokter yang terdapat di Pulau
J awa sejak Sekolah Dokter J awa didirikan di Gam bir/ Weltevreden
(J akarta) dengan keputusan Gubernem en Hindia Belanda, 2
J anuari 1849 no. 22 (sekarang diam bil sebagai hari ulang tahun
Universitas Indonesia). Sekolah pendidikan ‘dokter J awa’ ini,
yang diresm ikan J anuari 1851, m em berikan kursus dua tahun dan
m eluluskan Mantri Kesehatan atau Mantri Cacar. Pada akhir abad
XIX dan awal abad XX, Dokter Jawa itu mempunyai kualiikasi-
kualiikasi medik yang terbatas bila dibandingkan dengan lulusan
STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen/ Sekolah
Pendidikan Dokter Hindia), yang didirikan pada 1899 di Batavia
dengan kursus lim a tahun untuk m em peroleh gelar Inlandsch
atau Indisch arts (dokter bumiputra). Kualiikasi ini sama dengan
bacaan-indo.blogspot.com

dokter di Belanda pada waktu itu.


17. Hal ini m ungkin juga m erujuk kepada Raja Belanda, Willem
I (bertakhta 1813-1840 ), atau Kom isaris untuk urusan tanah
Bagian II Babad Kedung Kebo 183

kerajaan, Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst (m enjabat


1830 -1833), lihat catatan akhir 12.
18. Stanza ini m ungkin kehilangan baris f-nya di dalam naskah, yang
dapat m enjelaskan kenyataan bahwa apa yang dim aksudkan di
situ tidak seluruhnya jelas.
19. Sekali lagi, sejarah itu sendiri barulah dim ulai seiring dengan
penyerbuan Sepoy-Inggris atas Keraton Yogyakarta pada 20
J uni 1812, dan berangkatnya Sultan Ham engkubuwono II dari
Yogyakarta dalam perjalanan ke pengasingan di Pulau Pinang
pada 3 J uli 1812, lihat catatan akhir 14.
20 . Baris pertam a sanjak inilah yang m em berikan kunci, bahwa iram a
Asm aradana-lah yang harus diterapkan.
21. Sekali lagi, sejarah tersebut sesungguhnya baru dim ulai dengan
diasingkannya Sultan Ham engkubuwono II serta penunjukan
anak laki-lakinya, ayah Pangeran Diponegoro, sebagai Sultan
Ham engkubuwono III (1812-1814).
22. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo), XVI.20 halam an 20 3; dan
XLI.17-18, halam an 50 6, m erujuk kepada 8 Muharram , Wawu,
1753 AJ (23 Agustus 1825 M), sebagai tanggal keberangkatan
Resodiwiryo dari Surakarta; dan 29 J um adilakir, Éhé, 1756 AJ (6
J anuari 1829 M) sebagai tanggal pengangkatan sebagai kom andan
hulptroepen Surakarta di Bagelen setelah keberangkatan
Pangeran Kusum oyudo.
23. Gericke dan Roorda 1886:80 3, m em berikan keterangan berikut
tentang istilah ‘pujangga’: “Seorang yang berilm u, seorang ahli
bahasa dan seorang penyair, oleh sebab itu ‘pujangganing praja’
adalah seorang penyair istana, seorang sastrawan serta seorang
ahli sejarah di istana yang m em angku jabatan ahli sejarah negara.”
24. Surel Encik Izrin Muaz Mhd Adnan (sejarawan Malaysia yang
m em buat penelitian m engenai buku harian syeh tarekat di Pulau
bacaan-indo.blogspot.com

Pinang pada abad XIX), Kuala Lum pur, 27 dan 30 Maret 20 15, 6
Maret 20 17.
25. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada H.M. de Kock
(Magelang), 14 Novem ber 1829, surat No. 232.
184 Sisi Lain Diponegoro

26. Wawancara Bapak Wiryo Ratm oko (alm .), m antan Pejabat Bupati
Purworejo 1966-1967 dan turunan kelim a RAA Cokronegoro I
(Danusubroto 20 0 8:180 -81), Purworejo, Mei 1972.
27. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXIV.72, hlm . 454.
28. Lihat juga Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-510 , yang m engutip
isi sebuah surat dari Residen Bagelen, A.W. Kinder de Cam arecq
(m enjabat 1854-1862), 20 Maret 1862, yang m elaporkan bahwa
sang bupati (‘regent’), yang berusia ‘delapan puluh tahun’,
pada tahun-tahun sebelum nya m enyibukkan diri (onledig heeft
gehouden) dengan m enulis sebuah ‘babad’—yaitu Babad Kedung
Kebo—m engenai Perang J awa. Enam bulan sesudah surat Residen
Kinder de Cam arecq ditulis, 23 Septem ber 1862, Cokronegoro
m eninggal dunia pada usia 83 tahun, lihat Danusubroto 20 0 8:73,
m engutip tanggal yang tercantum pada batu nisan m akam
Cokronegoro di Bulus Hadi Purwo, Loano.
29. Gericke dan Roorda 1886:10 0 0 , yang m enjelaskan bahwa gladhag
adalah sejenis perserikatan para kuli pem ikul barang yang
diorganisasikan, baik di Yogya karta m aupun di Surakarta, un-
tuk m engangkut barang di jalan-jalan di J awa bagian tengah-se-
latan. Banyak dari para pekerja yang dikerahkan ini didatangkan
dari provinsi-provinsi m ancanagara barat seperti Banyum as,
Bagelen, Gowong dan Ledok (Kedu selatan), dan itulah sebabnya
keluarga Cokronegoro ditugaskan untuk m engorganisasikan pe-
ngerahan tenaga pengangkut tersebut dari Bagelen untuk ke-
perluan Sunan di Keraton Surakarta. Para pekerja ini dibayar
sangat buruk dan kerap kali m ereka m enjadi korban candu dan
per judian, lihat m em oar J an Isaak van Sevenhoven di KITLV
H 50 3, Aanteekeningen gehouden op eene reis over Java van
Batavia naar de Oosthoek in 1812 [Catatan-catatan yang dibuat
pada suatu perjalanan m elintasi Pulau J awa dari Batavia ke Ujung
bacaan-indo.blogspot.com

Tim ur pada 1812], hlm . 49-52; dan Carey 20 12:563-564.


30 . Lihat juga surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG,
5 April 1862, hlm . 50 8-10 , lihat catatan akhir 28); dan wawancara
Bapak Wiryo Ratm oko (alm .), m antan Pejabat Bupati Purworejo
(1966-1967), Purworejo, Mei 1972.
Bagian II Babad Kedung Kebo 185

31. Untuk m enghindarkan kesulitan, nam a Cokronegoro akan


digunakan dalam seluruh tulisan ini. Pada hakikatnya, sebagai-
m ana lazim di J awa, sang bupati perdana Purworejo ini m eng-
gunakan berm acam -m acam nam a sepanjang perjalanan hidup-
nya sebagai seorang priyayi: (1) Mas Ngabehi Resodiwiryo, nam a
yang dipakai selam a periode awal waktu ia berada di Surakarta
(sekitar 180 5-1815); (2) Raden Ngabehi Resodiwiryo sewaktu
diangkat sebagai panèw u (kepala) gladhag pada 1815; (3)
Raden Tum enggung Resodiwiryo sewaktu dipilih pada Agustus
1825 sebagai wakil kom andan pasukan Surakarta yang dikirim
ke Bagelen di bawah kom ando Pangeran Kusum oyudo; (4)
Raden (atau Kiai) Tum enggung Cokrojoyo, sewaktu diangkat
sebagai Bupati Tanggung (Desem ber 1828) dan m enggantikan
Kusum oyudo sebagai panglim a barisan Surakarta di Bagelen
(J anuari 1829); (5) Raden (atau Kiai) Adipati Cokrojoyo sewaktu
diangkat oleh J enderal de Kock sebagai Bupati Brengkelan
pascaperang pada 9 J uni 1830 ; dan (6) Raden Adipati Ario
Cokronegoro setelah Brengkelan diubah nam anya m enjadi
Purworejo dan ditunjuk sebagai ibu kota afdeling—wilayah
adm inistratif dari Keresidenan—Bagelen pada m alam 26/ 27
Februari 1831. Nam a Cokrojoyo m engingatkan kita pada seorang
wali—satu dari w alisongo yang kondang—di Bagelen, Sunan
Geseng, yang dipandang sebagai leluhur Cokronegoro, lihat
Rinkes 1911a:284.
32. Wawancara Ibu Dr Sahir, piut Pangeran Diponegoro Muda
(sekitar 180 3-pasca-Maret 1856), J alan I Dewa Nyom an Oka no.7,
Kota Baru, Yogyakarta, Mei 1972.
33. Perincian m engenai Kiai Taptojani diam bil dari sebuah surat
yang dikirim kan oleh Residen Yogyakarta, Matthijs Waterloo
(m enjabat 180 3-180 8), kepada Nicolaus Engelhard, Gubernur
bacaan-indo.blogspot.com

Wilayah Pantai Tim ur Laut J awa di Sem arang (m enjabat 180 1-


180 8), 22 J uni 180 5, di dalam ANRI ‘Bundel Djokjo Brieven’
[Berkas Surat-surat Yogya] No. 49 (sekarang No.21). Taptojani
186 Sisi Lain Diponegoro

adalah pengucapan nam a Arab ‘Taftazani’ m enurut lidah J awa.


Al-Taftazani adalah seorang cendekiawan yang term ashyur.
Ia m enulis buku-buku di banyak bidang ilm u pengetahuan
yang m asih dipergunakan berabad-abad setelah ia m eninggal
pada sekitar 1390 M. Terdapat kem ungkinan bahwa Taptojani
adalah seorang Sum atera, yang m enurut kebiasaan orang-orang
Indonesia, bila m ereka m engam bil nam a Arab, m em ilih nam a
seorang pengarang yang terkenal, wawancara Profesor G.W.J .
Drewes, Leiden, Septem ber 1973.
34. Matthijs Waterloo (Yogyakarta) kepada N. Engelhard (Sem arang),
22 J uni 180 5 (lihat referensi catatan 33). Siratu’l Mustakim
(‘J alan yang Lurus’) adalah kutipan dari Surah al-fatihah, Surah
1 (Pem buka) Al Quran, yang kem ungkinan besar m erujuk pada
buku yang ditulis oleh iqih dan pemikir tasawufnya, Nuruddin al-
Raniri (m eninggal 1658), seorang sarjana India keturunan Arab,
wawancara Profesor G.W.J . Drewes, Leiden, Septem ber 1973.
Sirat al Mustaqim adalah buku iqih yang sangat terpandang di
Indonesia, lihat Van Ronkel 190 9:375-377.
35. Matthijs Waterloo (Yogyakarta) kepada N. Engelhard (Sem arang),
22 J uni 180 5 (lihat referensi catatan 33).
36. LOr 6547d (Babad Diponegoro) XXXVIII.44-46, hlm . 20 9; Rusche
190 8-190 9, II:138. Kem atian ‘m oksa’ (J awa: m ukso) adalah suatu
kem atian di m ana orang yang m eninggal dunia sam a sekali tidak
m eninggalkan jasad kasarnya.
37. Babad Kedung Kebo di Perpustakaan Universitas Leiden (LOr
2163) bergam bar Pandita Durna dan Bim a (m em egang gada) pada
sam pul depan; dan Suyudana (m em egang tom bak) dan Prabu
Baladewa di sam pul belakang (lihat hlm .10 9). Naskah Babad
di Athenaeum Bibliotheek di Deventer (DvT J 1 KL) bergam bar
Suyudana dan Baladewa pada sam pul depan, dan Bim a dan
bacaan-indo.blogspot.com

Yudistira pada sam pul belakang, lihat Pigeaud 1967-1980 , II:869;


dan Bagian I, hlm . 116.
38. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5
April 1862, hlm . 50 8-10 ; dan catatan akhir 28).
Bagian II Babad Kedung Kebo 187

39. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXVI.26, hlm . 460 ; dan dK
49, surat-surat yang dikirim kan oleh Cleerens kepada J enderal
Hendrik Merkus de Kock selam a Perang J awa.
40 . LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLIV.68, hlm . 532.
41. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXIII.47, hlm . 425. Lihat juga
Hardjowirogo 1965:69-70 untuk m endapatkan gam baran tentang
Raden Seta.
42. Knoerle “J ournal” (1830 ):41 (untuk referensi lengkap lihat Carey
20 12:xvi, 128), m engutip Diponegoro yang m engatakan: “Bahasa
Melayu adalah bahasanya orang-orang pengecut dan tak se orang
pun penguasa di J awa ingin m endengarkannya.” Untuk m en-
dapatkan perincian tentang sikap Diponegoro terhadap cara-
cara hidup orang Belanda, lihat LOr 6547b (Babad Diponegoro)
XVIII.131, hlm . 271; Rusche 190 8-190 9, I:80 ; Carey 20 12:50 9,
di m ana Pangeran m engecap Residen Yogya, Nahuys van
Burgst (m enjabat 1816-1822), sebagai seorang residen “yang
doyan m akan-m inum dan m enyebarkan cara-hidup Belanda
(karem anny a m angan m inum / lan anjrah cara W elandi)”.
43. dK No. 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Magelang), 8 Desem ber 1828, No. 65.
44. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5
April 1862, hlm .50 8-10 ; dan catatan akhir 28).
45. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVI.11-18, hlm . 563-565.
46. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLI.17-26, hlm . 50 6.
47. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5
April 1862, hlm .50 8-10 ; dan catatan akhir 28).
48. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVI.22-39, hlm . 576-579;
XLVII.1-16, hlm .579-580 .
49. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVII.33, hlm . 584.
50 . Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro 1 1939, m em berikan
bacaan-indo.blogspot.com

sebuah daftar yang m em uat nam a-nam a tujuh istri sah


Cokronegoro, yang sekaligus dapat m em berikan gam baran
tentang luasnya pertalian keluarga yang dim ilikinya: (1) Nyai
Adipati Cokronegoro (Pengasih, Kulon Progo); (2) Raden
188 Sisi Lain Diponegoro

Nganten Cokronegoro (Rebug, Kem iri); (3) Mas Ajeng Tanggung


(Cangkrep); (4) Mas Ajeng Dasih (Kaligesing); (5) Mas Ajeng
Sarim pi (Tanggung); (6) Mas Ajeng Mintarsih (Banyuurip); dan
(7) Mas Ajeng Wolo (Pekacangan, Pituruh).
51. Cucunya yang laki-laki m engabdikan dirinya sebagai m antri
gladhag di Surakarta pada tahun 1860 -an, lihat surat Kinder de
Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-10 ;
dan catatan akhir 28).
52. Untuk m endapatkan gam baran-gam barannya, lihat LOr 2163
(Babad Kedung Kebo), LX-LXXV, hlm . 585-623; dan DvT J I KL
(Tjrita Kedung Kebo), Canto LX-LXXV.
53. Ini sekarang m erupakan naskah yang terdapat di Berlin
Staatsbibliothek, Berl. SB Or folio 568, lihat Pigeaud 1975:233.
54. H et N ieuw s van de Dag voor N ederlandsch-Indië, 30 J uli 1914:

“[Dari Magelang, 27 J uli 1914]: Di ruang gam bar di Sekolah


Tinggi Pegawai Negeri Sipil Pribum i [Opleidingschool voor
Inlandsche Am btenaren/ OSVIA] di sini [di Magelang] ada
beberapa objek dari Keresidenan Kedu [Bagelen sudah m enjadi
bagian dari Keresidenan Kedu sejak 190 1], sebagian di antaranya
nanti hendak dikirim untuk Pam eran Kolonial di Sem arang,
yang ongkos m asuknya sangat m urah. Hari pertam a ada banyak
pengunjung yang sangat penasaran. Pam eran kecil itu m em ang
sangat bagus. Pada saat kita m asuk Ruang Pam eran, sepasang
m eriam [lila, artileri m edan kecil]—m enarik perhatian. Meriam
kuno ini berasal dari Perang J awa (1825-1830 ). Mem ang di
Purworejo pada saat itu ada dua belas m eriam kecil (lila), dan
enam di antaranya berasal dari Surakarta. Keenam m eriam itu
diberikan kepada eyang buyutnya, Bupati Purworejo sekarang
[Cokronegoro IV, m enjabat 190 7-1919] supaya beliau bisa
m endukung Pem erintah Hindia Belanda selam a Perang J awa.
Sisanya direbut dari Diponegoro. Dari dua belas m eriam kecil
ini, tiga m asih ada, dan dua darinya berasal dari Diponegoro.
Mereka direbut dari Pangeran pada pertem puran di Cengkawak
bacaan-indo.blogspot.com

[di areal selatan Bagelen pada 26 Mei 1828]. Pada Pam eran
Kolonial [di Sem arang] kita juga bisa m elihat seragam yang
dipakai bupati perdana Purworejo selam a Perang J awa, dan
Bagian II Babad Kedung Kebo 189

gala kostum yang dikenakan sewaktu kunjungan resm i J enderal


[Hendrik Merkus] de Kock [9 J uni 1830 ] [ke Purworejo].”

[Uit Magelang 27 J uli 1914]. “In de teekenzaal der


Opleidingsschool voor Inlandsche Am btenaren, alhier, zijn de
inzendingen uit de Residentie Kedoe, die m ede een deel zullen
uitm aken van de aanstaande Koloniale Tentoonstelling te
Sem arang, tegen een uiterst billijke entree ter bezichtiging
gesteld. Er w as veel belangstelling den eersten dag. De kleine
show w as dan ook w erkelijk de m oeite w el w aard. Alvorens
m en de zaal binnentreedt, trekken een paar lilla’s reeds aller
aandacht. Deze oudheden dateeren nog uit den tijd van den
Java-oorlog. Er w aren indertijd te Poerw oredjo tw aalf lilla’s,
w aarvan er zes afkom stig w aren uit Soerakarta, die aan
den overgrootvader van den tegenw oordigen Regent van
Poerw oredjo, w aren m edegegeven, om daarm ede tijdens den
Java-oorlog het Gouvernem ent bij te staan, terw ijl de andere
zes veroverd w aren op Diponogoro. Van die tw aalf lilla’s zijn er
thans nog slechts drie overgebleven, en van deze drie zij er tw ee
afkom stig van Diponogoro, bij het gevecht bij Tengkaw ak op
hem veroverd. In de tentoonstellingszaal zelve treffen w ij verder
aan: de kleeding van den eersten Regent van Poerw oredjo,
w aarin hij den Java-oorlog m ede m aakte, alsm ede het gala-
costuüm , door hem gedragen tijdens het bezoek van Generaal
de Kock.”

55. H et N ieuw s van de Dag voor N ederlandsch-Indië, 30 J uli 1914:

“Bovendien zijn oorlogszadel en het hoofdstel van zijn paard,


beiden zeer interessant, tem eer aangezien het laatste m et
w aardevolle steenen is ingelegd. Ook w as er een tw eetal
Turksche sabels door Generaal de Kock destijds aan Raden
Adipati Tjokronegoro ten geschenke aangeboden. Verder zagen
w ij een collectie van oude w apens en schilden, m ede aan Raden
Adipati Tjokronegoro aangeboden door Koning W illem I tijdens
zijn bezoek aan Java [sic]. De Regent van Magelang heeft als
bijdrage ingezonden de lans en de kris van Diponegoro, vooral
bacaan-indo.blogspot.com

de laatste is zeldzaam fraai.”

56. Keluarga Arung Binang, Bupati Kebum en (pra-1831 Ungaran)


(Sutherland 1974:3-4), dan keluarga Raden Tum enggung
190 Sisi Lain Diponegoro

J oyodiningrat, Bupati Karanganyar (pra-1831 Rem o) di Banyum as


tim ur (m enjabat 1832-1864) (Carey 1981:xxxi-xxxii), adalah
kekecualian, sebab hubungan darah m ereka dengan Keraton
Surakarta (dalam kasus Arung Binang) dan Yogyakarta (dalam
kasus J oyodiningrat) m asih sangat kental.
57. Lihat laporan tentang penangkapan serta pem bebasan kem bali
Raden Mas Suwongso, ritm eester (kapten pasukan berkuda)
Legiun Mangkunegaran, 28-31 J uli 1825, yang terdapat di KITLV
Or 13 (Babad Kedung Kebo) XII. 21-28, hlm . 128-129; LOr 6547b
(Babad Diponegoro) XXII.65-68, hlm . 390 ; Rusche 190 8-190 9,
I:140 , dan laporan resm i Ritm eester Suwongso, dK 183, “Verslag
van Radeen Mas Soewongso tijdens zijn gevangenschap bij de
m uitelingen” [“Laporan Raden Mas Suwongso tentang m asa
tahanan dengan pem berontak”], 9 Agustus 1825, yang sebagian
diterbitkan oleh Aukes 1935:79-81.
58. dK 148, Lijst der pangeran m itsgaders aanzienlijke hoofden m et
de m uitelingen [Daftar para Pangeran serta pem im pin-pem im pin
terkem uka yang ikut bergabung dengan para pem berontak],
sebuah daftar yang disusun secara kasar oleh Residen Yogyakarta,
J .M. Walraven van Nes (m enjabat 1827-1830 ), pada 4 Oktober
1829. Untuk letak Tanjung, lihat peta sisipan di Louw dan De
Klerck 1894-190 9, V, yang m enunjukkan sebuah desa tepat di
selatan Nanggulan (Kulon Progo) di m ana terdapat benteng
Belanda terbesar ketiga yang selesai dibangun antara Desem ber
1828 dan J anuari 1829 (Carey 20 12:768; Djam hari 20 0 3:315).
Sekarang (20 17) juga ada pelabuhan ikan bernam a Tanjung
Adikarta di Pantai Karangwuni, Kecam atan Wates, diam bil
dari https:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Kabupaten_ Kulon_ Progo,
diunduh 20 Maret 20 17.
59. dK 158, Lijst der Personen w elke zich als m uitelingen hebben
bacaan-indo.blogspot.com

opgew orpen [Daftar orang yang telah m elibatkan dirinya


sebagai pem berontak], Magelang, Desem ber 1829, Pengalasan
adalah no. 23 dari para regenten (bupati) yang baru diangkat
oleh Diponegoro antara 1825-1829. Lihat juga catatan tentang
Bagian II Babad Kedung Kebo 191

Pengalasan di dK 158, N aam lijsten der Djokjosche hoofden die


aan het Nederlandsch Gezag getrouw zijn gebleven, of de partij
van Diepo Negoro houden, of zich w eder aan ons gezag hebben
onderw orpen [Daftar para petinggi Yogya yang tetap setia kepada
Pem erintah Belanda, atau m em ilih m endukung pihak Diponegoro,
atau telah tunduk lagi kepada pem erintah kam i].
60 . Saya berterim a kasih kepada alm arhum Dr Th.G.Th. Pigeaud atas
inform asi ini. Wawancara Dr Pigeaud, Leiden, Mei 1973.
61. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1829.
62. dK 111, Over het karakter van den Soesoehoenan, den Sultan van
Djokjo karta en de prinsen en rijksgrooten [Mengenai perangai
Susuhunan, Sultan Yogyakarta serta para pangeran dan petinggi
kerajaan], Novem ber-Desem ber 1829.
63. KITLV H 76, Papieren (Javaansche): Boedel van Sultan
Ham engkoe Boew ono IV (1814-1822) [Naskah-naskah (dalam
bahasa J awa): Harta kekayaan Sultan Ham engkubuwono IV
(1814-1822)], tt. (sekitar 1826), ‘Daftar nam a-nam a para pangeran,
bupati-bupati dan m antri-m antri yang m em berontak’, ada
disebutkan seseorang yang bernam a Tum enggung Kertowijoyo
sebagai salah seorang pengikut Penghulu Kam alodiningrat
(m enjabat 1823-1835). Karena Pengalasan dikenal dengan nam a
Kerto Pengalasan dan Krom owijoyo, m aka m ungkin m em ang
terdapat sesuatu hubungan dengan pem balikan nam a-nam a
tersebut.
64. Widyo Budoyo (Perpustakaan Keraton Yogyakarta) A.62, ‘Babad
Keraton Ngayogyakarta’, hlm . 130 .
65. KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) X.24; SB 136 (Babad
N gay ogy akarta, jilid II) LII.9, hlm .227; LOr 6547c (Babad
Diponegoro) XXIII.20 5, hlm .31; Rusche 190 8-190 9, I:160 . Waktu
bacaan-indo.blogspot.com

m enerim a kom ando di Selarong, Pengalasan rupanya m asih di


bawah 30 tahun.
66. KITLV Or 13 (Babad Diponegoro) II.10 -17 (untuk m endapatkan
gam baran tentang upacara-upacara yang diadakan berkenaan
192 Sisi Lain Diponegoro

dengan kem atian HB III pada 3 Novem ber 1814), serta KITLV
Or 13 (Babad Diponegoro) III. 43-44 (untuk m endapatkan
gam baran tentang upacara berkenaan dengan kem atian HB IV
pada 6 Desem ber 1822).
67. Sem bilan gam bar di KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) adalah
dalam rangkaian folio di naskah (f. = folio; r. = recto; dan v. =
verso): (1) Pertem uan antara Residen Yogyakarta, Anthonië
Hendrik Sm issaert (m enjabat 1823-1825), Raden Adipati Danurejo
IV, patih Yogyakarta (1813-1847), dan Mayor Tum enggung
Wironegoro, kom andan pasukan kawal Sultan (1817-1829), di
Wism a Residen Yogyakarta (f.51r, lihat sam pul m uka buku ini); (2)
Raden Adipati Danurejo IV ditam par dengan selop oleh Pangeran
Diponegoro karena suatu pertengkaran tentang penyewaan
tanah kerajaan kepada orang Eropa (20 J uni 1820 ) (f.55v, lihat
hlm . xv); (3) Pangeran Diponegoro m enyam paikan sejum lah
perintah kepada dua orang pengikutnya, Kiai J oyom ustopo dan
Kiai Mopid, sebelum m em ulai ziarah ke Masjid Gua Batu di
Pulau Nusa Kam bangan untuk m encari bunga Wijoyokusum o
(f.66r, lihat hlm . 110 -111); (4) Ratu Ibu (1780 -1826), janda
Sultan Ham engkubuwono III (1812-1814), dan ibunda Sultan
Ham engkubuwono IV (1814-1822), sedang berbincang dengan
patih Yogyakarta, Raden Adipati Danurejo IV (m enjabat 1813-
1847), di Keraton Yogyakarta antara 1814 dan 1822 (f.66v) (Carey
20 12:426); (5) Pertem puran antara pengikut Diponegoro dan
serdadu Belanda di kediam an Diponegoro di Tegalrejo pada 20
J uli 1825 (f.99r-v, lihat hlm .160 -161); (6) Pertem puran antara
pasukan Diponegoro dan serdadu Belanda di Selarong pada akhir
Septem ber atau awal Oktober 1825 (f.136r-v, lihat hlm . 56-57);
(7) Patih dan Sultan Madura (Sultan Cakraadiningrat II [eks
Panem bahan Mangku Adiningrat], bertakhta 1815-1842) dari
bacaan-indo.blogspot.com

Bangkalan (Madura barat) sedang m em bicarakan pengirim an


pasukan Madura untuk m em bantu Belanda pada Agustus 1825
(f.148r) (lihat halam an 152-153); (8) Sunan Pakubuwono VI (1823-
1830 ) sedang berbincang dengan Patih Surakarta, Raden Adipati
Bagian II Babad Kedung Kebo 193

Sosrodiningrat IV (m enjabat 1812-1846), tentang apakah harus


m em bantu Belanda dalam Perang J awa (f.148v, lihat hlm . 68-
69); (9) Pangeran Notoprojo, Pangeran Serang II, dan Pangeran
Purwonegoro, sem ua keturunan keluarga wali term ashyur, Sunan
Kalijogo, dan kerabat panglim a perem puan Diponegoro, Nyai
Ageng Serang (Raden Ayu Serang, 1766-1855), sedang m em bahas
rencana serangan m ereka ke Dem ak pada awal Septem ber 1825
(f.187r, lihat hlm . 260 -261).
68. KITLV H 76, Papieren (Javaansche): Boedel van Sultan
Ham engkoe Boew ono IV (1814-1822) [Naskah-naskah (dalam
bahasa J awa): Harta Kekayaan Sultan Ham engkubuwono IV
(1814-1822)]; ‘Daftar nam a-nam a para pangeran, bupati-bupati
dan m antri-m antri yang m em berontak’, tt. (sekitar 1826).
69. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIII.160 , hlm .25; dan
XXIII.20 5, hlm .31 (Rusche 190 8-190 9, I:157, 160 ).
70 . LOr 8552a (Babad N gay ogy akarta, J ilid III) CVII.1-10 , hlm . 522;
dan lihat catatan 57.
71. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIII.160 , hlm . 25 (Rusche
190 8-190 9, I:157).
72. LOr 6547c XXIV.66, hlm .51 (Rusche 190 8-190 9, I:160 ).
73. Naskah Keraton Yogyakarta (Perpustakaan Widyo Budoyo) A.62
hlm .450 .
74. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIV.9, hlm . 42 (Rusche 190 8-
190 9, I:165).
75. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIV.97-98, hlm .56.
76. SB 136 (Babad Ngay ogy akarta, J ilid II) XLV.24, hlm . 297.
77. LOr 6547c (Babad Diponegoro), XXV.16-17, hlm . 78. Lihat juga
Aukes 1935:158 untuk terjem ahan dari bagian tulisan yang sam a.
78. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXVI.23-24, hlm .158.
79. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXVIII.89-91, hlm .252-253
bacaan-indo.blogspot.com

(Rus che 190 8-190 9, I:271-72), SB A 144 (Babad Ngay ogy akarta,
J ilid III) XXV.42-3, hlm .10 5. Lihat juga Boom s 1911:34, untuk
gam baran resim en-resim en Diponegoro.
194 Sisi Lain Diponegoro

80 . dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal


H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1825, No. 210 .
81. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1825, No. 210 .
82. dK49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Magelang), 24 Desem ber 1829, No. 249.
83. dK49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Magelang), 19 Novem ber, 20 Novem ber, dan 3
Desem ber 1829, surat-surat bernom or 235-36, 240 .
84. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Panjer) kepada J enderal H.M. de
Kock (Magelang), 3 J anuari 1830 , No. 253.
85. Surat-surat ini telah diterbitkan dalam bentuk terjem ahan bahasa
Belanda dalam Louw dan De Klerck 1894-190 9, V:Bijlage XXVa-b.
Tentang surat Pengalasan kepada Cleerens dari 12/ 13 Desem ber
1829, lihat Lam piran I.
86. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal
H.M. de Kock (Magelang), 7 Desem ber 1829, No. 242.
87. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Panjer) kepada J enderal H.M. de
Kock (Magelang), 28 Maret 1830 , No. 271.
88. dK 20 9, Kolonel J .B. Cleerens (Menoreh) kepada Kolonel Frans
David Cochius (Magelang), 26 Februari 1830 .
89. Saya berterim a kasih kepada Encik Izrin Muaz Mhd Adnan,
sejarawan Malaysia yang telah m em buat penelitian m engenai
buku harian syeh tarekat di Pulau Pinang pada abad XIX, Kuala
Lum pur, surel 27 dan 30 Maret 20 15, dan 6 Maret 20 17.
90 . Sum ber m iliter Belanda paling penting bagi peristiwa-peristiwa
yang terjadi di Bagelen selam a tahun-tahun Perang J awa adalah
berkas dK 49 dari koleksi pribadi H.M. de Kock di Nationaal
Archief Belanda di Den Haag. Berkas ini m em uat sem ua surat
yang dikirim kan oleh Kolonel J .B. Cleerens, kom andan m edan
bacaan-indo.blogspot.com

tem pur Banyum as dan Bagelen, kepada J enderal H.M. de Kock


dari 10 Oktober 1825 sam pai 8 April 1830 .
Epilog

33. Ing Bagelèn tinata sam pun atata


tinitik titik titi
tinata arata
tataning ratan-ratan
[...]

34. Pan tinata titiné pra bupaty a


Regèn Purw arejèki
anenggih kinary a
tetunggul pra bupaty a
[...] 1

KABUPATEN Purworejo, yan g didirikan Belan da pada 18 31


sebagai ibukota Keresidenan Bagelen yang baru itu tidak bisa
d ipisah kan d en gan n am a kelu ar ga Cokr on egar an . Selam a
bacaan-indo.blogspot.com

hampir seabad dari awal Perang J awa (1825-1830 ) sampai 1919,


seoran g an ggota keluarga Cokron egaran m em pun yai peran
penting di ibukota Bagelen itu. Se perti kita telah lihat (Bagian
196 Sisi Lain Diponegoro

2 ) , b u p a t i p e r d a n a Ra d e n
Ad ip a t i Ar io Cokr on egor o I
(m en jabat 18 31-18 56 ) su d ah
b er ja sa kep a d a P em er in t a h
H in dia Belan da sebagai wakil
k o m a n d a n ( p a s ca - J a n u a r i
18 29, kom an dan ) hulptroepen
(p asu kan cad an gan p r ibu m i)
Su r a kar ta d i Bagelen selam a
pe r an g. Ber kat jasa itu , jau h
se belum peran g telah selesai,
ia sudah dian gkat sebagai bu-
p a t i, a wa ln ya d i Ta n ggu n g
RAA Cokronegoro I (1779-1862;
menjabat 1831-1856) menjelang
(Kecamatan Loano, 1828-1830 ),
ia pensiun pada 1856. Foto di- lan t as d i Br en gkelan (18 30 -
ambil seizin Hotel Suronegaran, 18 31), yan g d ialih ka n n am a
Purworejo.
m en jadi Purworejo pada ujung
Februari 1831.
Konon Belanda telah m enjanjikan Cokronegoro I bahwa
tu juh generasi dari keluarganya akan berkuasa di Purworejo
(Danusubroto 20 0 8:145). Dan memang turun-tumurun antara
18 31 dan 1919 em pat gen erasi dari keluarga Cokron egaran
diangkat Pemerintah Kolonial sebagai bupati. Hanya pada era
Raden Adipati Ario Sugeng Cokronegoro IV (m enjabat 190 7-
1919), Belanda mengingkar janji: bupati keempat itu dianggap
mem bangkang kepada pihak Pemerintah Hindia Belanda sebab
ter lalu dekat den gan per ger akan n asion al—Boedi Oetom o
(19 0 8 -19 35) p ad a kh u su sn ya—d an t elah m elan ggar t at a
kram a m asyarakat kolonial karena m enikah dengan seorang
bacaan-indo.blogspot.com

perempuan Indo-Belanda kelahiran Aceh, J ohanna Giezenberg,


pada akhir 1918 (Sutherland 1974:5; Danusubroto 20 0 8:143).
Cokronegoro IV menghabiskan hari tuanya di Yogyakarta dan
m en in ggal pada 29 J an uari 1936 (Dan usubroto 20 0 8 :144).
Epilog 197

Hanya pada era bupati Purworejo kedelapan belas, keturunan


Cokron egaran kem bali berkuasa di ibukota Bagelen waktu
pengusaha asal Yogyakarta, Haji Agus Bastian SE MM (menjabat
20 16-20 21), seorang trah langsung Cokronegoro I, dipilih di
pilkada serentak 9 Desember 20 15 sebagai kandidat calon Partai
Demokrat.
Dalam epilog pendek ini kita akan merujuk kembali proses
lahirnya Kabupaten Purworejo pasca-Perang J awa pada 1830 -
18 31 dan peran keluarga Cokronegaran sebagai pengem bang
tanah kelahiran m ereka selam a ham pir seabad. Warisan ke-
luarga bupati perdana itu sungguh hebat dan membuat kabu-
paten n ya terken al pada zam an H in dia Belan da (18 18 -1942)
berkat infrastruktur (pengairan, jalan, kereta api, rumah sakit,
dan sebagain ya) dan fasilitas perguruan tin ggi yan g palin g
canggih di J awa bagian tengah-selatan antara 1915 dan 1930 .
bacaan-indo.blogspot.com
Asal Usul Nama ‘Purworejo’

PADA 1992, keluar sebuah SK dari Gubern ur J awa Ten gah,


Mayor J en d er al (Pu r n .) Mu h am m ad Ism ail (1927-20 0 8 ;
menjabat 1983-1993), yang menetapkan bahwa setiap kabupaten
dan kota madya di Provinsi J awa Tengah harus ada ‘tanggal lahir’.
Surat Keputusan (SK) m antan J enderal Ism ail adalah bagian
dari sebuah kebijakan Pemerintah Orde Baru yang mencakup
semua wilayah Indonesia. Untuk beberapa kota kolonial seperti
Ban dun g, pr oses m en etapkan tan ggal kelah ir an n ya cukup
gam pan g: Ban dun g adalah sebuah kota yan g ban gkit dari
nol karena J alan Raya Pos (grote postw eg) Daendels. Tepat
pada 25 Septem ber 18 10 , setelah postw eg selesai diban gun ,
Marsekal Daendels (menjabat 180 8-1811) memerintahkan pusat
kabupaten dipindahkan dari Dayeuh Kolot menuju timur Sungai
Cikapundung, area yang juga dilintasi J alan Raya Pos. Maka
lahirlah sebuah kota administratif baru: Bandung.
bacaan-indo.blogspot.com

Seb en a r n ya , t a n gga l la h ir Pu r wor ejo ju ga sesim p el


Ba n d u n g. Sep er t i ib u kot a Pr ia n ga n , kot a a d m in ist r a t if
(hoofdplaats) Kabupaten Purworejo, yang sebelum 26 Februari
Epilog 199

18 31 dinam akan Brengkelan, adalah sebuah produk kolonial


Belanda. Didirikan bertahap pada 1830 -1831, Purworejo m e-
rupakan salah satu dari em pat kabupaten dari Keresiden an
baru yang bertahan sampai 190 1 waktu Bagelen dilebur dalam
Keresiden an Kedu. Kota adm in istratif yan g m en jadi tem pat
ked iam an Resid en Belan d a d itetap kan d alam tiga tah ap,
dim ulai den gan sur at keputusan atau beslit (besluit) dar i
Gubernur J enderal J ohannes van den Bosch (menjabat 1830 -
18 34) ter tanggal 18 Desem ber 18 30 no.1, diteruskan dengan
pen gum um an Van Pabst pada 26/ 27 Februari 18 31 ten tan g
n am a kabupaten , dan berakhir den gan beslit tertan ggal 22
Agustus 1831 no.1. Semua proses ini bisa dibaca dengan seksama
dalam mahakarya tentang Perang J awa yang ditulis sejarawan
militer Belanda, Louw dan De Klerck (1894-190 9, VI:216-226).
Pada 18 Desem ber 1830 , Bagelen dibagi ke dalam em pat
kabupaten yaitu Bren gkelan (atau ‘Brin gkelan ’ dalam ejaan
Belan da), Sem awun g (berasal dari kata ‘Shim a’—areal suci
untuk penahbisan bhikkhu dalam bahasa Sansekerta), Ungaran
dan Karang Dhuhur. Pada saat beslit ditetapkan, Cokronegoro,
yang waktu itu bergelar Kiai Adipati (Tumenggung) Cokrojoyo,
adalah bupati Brengkelan (diangkat 9 J uni 1830 ). Dua bulan
setelah beslit Van den Bosch pada 18 Desember 1830 , datang
seorang pejabat tinggi Belanda, Pieter Herbert Baron van Lawick
van Pabst, ke Bagelen. Van Pabst ditugaskan sebagai komisaris
untuk urusan tanah kerajaan (Com m issaris ter regeling der
vorstenlanden) dan diberi wewenang untuk mengurusi semua
tetek-bengek administrasi bekas m ancanagara (wilayah jauh)
barat yang sekarang m enjadi dua Keresidenan—Bagelen dan
Ban yu m as—d i bawah Pem er in t ah Belan d a. Did at an gkan
bacaan-indo.blogspot.com

oleh Cokronegoro dan kolega bupati dari Sem awung, Raden


Tumenggung Sawunggaling, Van Pabst tiba di kota administratif
(hoofdplaats) Bagelen—waktu itu Brengkelan—pada pengujung
200 Sisi Lain Diponegoro

Februari 18 31. Ia dim inta m engganti nam a setiap kabupaten


d en gan n am a bar u yan g lebih p atu t u n tu k ju lu kan kota
adm inistratif (hoofdplaats). Maka dipilihlah nam a Purworejo
(“awal dari kem akm uran ”) un tuk Bren gkelan , dan Kutoarjo
(“kota yang makmur”) untuk Semawung. Pada saat yang sama,
Ungaran di barat Kali Lereng diusulkan untuk diubah namanya
m enjadi Kebum en, dan Karang Duhur m enjadi Sedayu (atau
Sidayu dalam ejaan Belanda).2 Dalam laporan resmi yang ditulis
di Semarang pada 20 April 1831 kepada Van den Bosch (Arsip
Keresidenan Bagelen 5/ 10 , Laporan, 20 April 1831 no.996, lihat
Lampiran 2), Van Pabst menerangkan proses pengalihan nama
sebagai berikut:

‘[…] Melalui penelitian kelihatan bahwa kota adm inistratif


[hoofdplaatsen] dari kabupaten harus ditetapkan, dan nam a
[dari kabupaten] harus m enjadi sam a dengan nam a yang
dipakai oleh kota adm inistratif itu. Oleh sebab bupati dari
dua kabupaten yang lain [Brengkelan dan Sem awung] telah
m em beritahukan keinginannya dalam hal ini, dan saya telah
m enyetujui [sam bil berkata] bahwa saya tidak berhalangan.
[J adi] saya bisa akur dalam hal sepele [kleinigheid] ini. Kendati
dem ikian […] Brengkelan sebagai nam a kota adm inistratif
kabupaten digantikan dengan nam a Purworejo, sebab nam a
Brengkelan itu sam a sekali tidak bisa diandalkan dengan apa
yang orang harapkan [untuk sebuah nam a kota adm inistratif].’

Dalam Babad Kedung Kebo (XLVII.30 -34, hlm.584; Bagian 1


catatan 11) sudah dijelaskan bahwa pengum um an Van Pabst
ten tang pengalihan nama ini dibuat pada malam 26/ 27 Februari
18 31 (14 Siyam , 1758 AJ , tahun J é), atau di kan tor Residen
yang sedang dibangun di sisi selatan alun-alun (Danusubroto
20 0 8 :153), atau di pen dopo lam a Kabupaten Br en gkelan ,
bacaan-indo.blogspot.com

sekaran g H otel Suron egaran di J alan Urip Sum oh arjo 47,


Purworejo. Pada saat yang sama Cokronegoro—waktu itu masih
Kiai Adipati Cokrojoyo—beralih nam a m enjadi Raden Adipati
Ario Cokronegoro I. Semua usulan Van Pabst yang dicantum da-
Epilog 201

lam laporan yang tebal 60 halamannya itu diindahkan oleh Van


den Bosch dengan hanya satu syarat (lihat hlm. 20 4-20 5) dalam
sebuah beslit resmi tertanggal 22 Agustus 1831 no.1 (Louw dan
De Klerck, VI:226). Sejak itu Keresidenan Bagelen terdiri dari
dua afdeling (wilayah administratif), Purworejo dan Kebumen,
empat kabupaten (yang sudah disebut di atas), dan delapan belas
kecam atan (districten), antara lain lim a di bawah Kabupaten
Purworejo, yaitu Purworejo sendiri, Loano, Cangkrep, J enar,
dan Wonoroto (ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick
van Pabst, 20 April 1831 no.996, lihat Lampiran 2).
Kalau kita m au m enetapkan hari lahir Purworejo, bahan
arsip kolonial Belanda dan keterangan dalam Babad Kedung
Kebo sudah cukup jelas. J adi m en gapa pada saat in i Pem da
Purworejo m asih terus m erayakan suatu tanggal lahir—yaitu
5 Oktober 90 1—yang merujuk kepada pematokan (peresmian)
tanah perdikan (Shima), Kayu Ara Hiwang, yang dulu terdapat di
Desa Boro Wetan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo,
dan sekaran g ada di Museum Nasion al di J akarta (Weren tz
20 12)? Bagaimana sebuah kabupaten mungil dan ter pojok ini,
bisa m enjadi lebih tua daripada Kerajaan Kediri (10 42-1222),
Majapahit (1293-1510 -an), Demak (1475-1548) dan Yogyakarta
(7 Oktober 1755)?
bacaan-indo.blogspot.com
Laporan Lawick van Pabst dan
Sejarah Awal Administrasi di
Purworejo

VAN Pabst adalah seoran g adm in istrator kawakan . Seoran g


bangsawan Belanda (baron) dan kesatria (ridder) dalam Ordo
Singa Nederland (Ridderorde van den Nederlandsch Leeuw ).
Sebelum menjadi Komisaris untuk urusan tanah kerajaan pasca-
Perang, Van Pabst pernah menjabat di Keresidenan Rembang
di pantai utara J awa, pada awalnya sebagai anggota J awatan
Kehutanan (1810 -1811), lantas sebagai Asisten Residen (1811-
18 12) dan Residen (18 23-18 27). Selam a lim a tah un (18 17-
18 22) ia juga m em angku jabatan sebagai Inspektur J enderal
Ke uan gan . Seperti ban yak pejabat tin ggi Belan da pada era
Pem erin tah Kolon ial H in dia Belan da (18 18 -1942)—m isaln ya
J en deral Hendrik Merkus de Kock dan Gubernur J enderal Van
bacaan-indo.blogspot.com

den Bosch sendiri—Van Pabst juga menjadi anggota dari organ-


isasi Freem ason (Tarekat Mason Bebas), sebuah organ isasi
rahasia yan g telah berfun gsi sebagai sem acam ‘pem erin tah
bayangan’ (shadow governm ent) pada era penjajahan pendek
Epilog 203

Pendopo Purworejo sekitar 1930. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

Inggris (1811-1816) dan Pemerintah Belanda yang dikembalikan


di J awa pasca-1816 (J ordaan 20 16:66-67).
Setelah struktur adm in istrasi Keresiden an Bagelen dan
Banyumas yang baru ditetapkan, Van Pabst, dalam laporan dari
20 April 1831 yang ditulis dari Sem arang, beralih kepada isu
sumber daya manusia di Bagelen. Menurut Sang Komisaris, tidak
ada di antara empat bupati yang baru diangkat, dan petinggi-
petin ggi Bagelen lain , seoran g yan g cukup berpen galam an
dan cerdas dalam hal adm inistrasi untuk m enolong Residen
baru, J .W.H . Sm issaert (18 0 2-18 74; m en jabat 18 30 -18 33),
membangkitkan suatu sistem iskal baru.3 Tan tan gan utam a
bacaan-indo.blogspot.com

adalah untuk membuat sebuah survei untuk memperoleh data


tentang pemilik tanah di areal bekas m ancanagara barat untuk
menyusun sebuah kadaster baru demi menjalankan sistem pajak
tanah kolonial baru. Pem erintah Hindia Belanda pada waktu
204 Sisi Lain Diponegoro

itu dalam keadaan terpojok dalam hal keuangan sebab nyaris


ban krut akibat beban pem bayaran on gkos Peran g J awa dan
berhutang 20 juta gulden (tiga m ilyar dollar Am erika dalam
uang sekarang) kepada Pemerintah Belanda di Den Haag. J adi
menetapkan suatu sistem iskal baru menjadi prioritas bagi Van
den Bosch.
Menurut Van Pabst, Pemerintah harus dengan segera men-
datangkan seorang adm inistrator pribum i yang cakap untuk
m en olon g Residen dalam hal adm in istrasi sam bil m em beri
contoh kepada pejabat daerah yang lain. Dia juga harus mam-
pu m en eran gkan kepada rakyat ten tan g tan ggun g jawab n ya
masing-masing dalam hal iskal kepada Pemerintah Kolonial
baru.4 Oleh sebab tidak terdapat seorang pejabat yang m ulti-
talenta itu di Bagelen, Van Pabst memutuskan men datangkan
seor a n g a d m in ist r a t or p r ib u m i d a r i Ka b u p a t en Blor a ,
Ker esiden an Rem ban g. Adm in istr ator kawakan in i adalah
Patih Blora, “seoran g berjasa” den gan “pen getahuan luas”,
m e nurut sang Kom isaris (Louw dan De Klerck VI:219), yang
telah m enunjukkan kem ahiran tentang ilm u kepem erintahan
daerah selam a Van Pabst bertugas sebagai Residen Rem bang
antara 1823 dan 1827. Sejak medio 1830 , Patih Blora itu telah
bergabung dalam tim komisaris untuk urusan tanah kerajaan.
Van Pabst, atas insiatif sendiri, mengangkatnya untuk sementara
waktu sebagai asisten khusus untuk Residen Bagelen dengan
gelar Raden Tum enggung Ario Suronegoro. Setelah pendopo
baru Kabupaten Purworejo selesai dibangun antara 1833 dan
1840 (Danusubroto 20 0 8:10 6-7), Suronegoro pindah kantor dan
kediaman ke pendopo Kabupaten Brengkelan yang lama yang
sejak itu dikenal dengan nam a Suronegaran (sekarang Hotel
bacaan-indo.blogspot.com

Suronegaran, J alan Urip Sumoharjo 47, Purworejo).


Keputusan Van Pabst m em buat resah Van den Bosch .
San g Gubern ur J en deral kuatir bahwa pen an gkatan seoran g
luar (outsider)—apalagi seorang pejabat yang tidak berasal dari
Epilog 205

kalan gan priayi gede atau ban gsawan —akan m en gakibatkan


bupati-bupati baru Bagelen m erasa terhina oleh Pem erintah
Kolon ial (Louw dan De Klerck, VI:226). Tetapi Van Pabst
m em ban tah keku atir an san g Gu ber n u r J en der al: Residen
J .W.H. Smissaert tidak bisa menjalankan administrasi Bagelen
tanpa pertolongan seorang asisten administrator pribumi yang
cakap seperti Suronegoro. Dan isu dari darah biru tidak menjadi
m asalah : tiga dari em pat bupati—term asuk Cokron egoro I
sendiri—berasal dari keluarga priayi desa and sama sekali tidak
ada kekerabatan dengan bangsawan atau priayi gede. Pendek
kata, tiga-tiganya adalah ‘orang baru’. Hanya bupati Kebumen,
Raden Tum enggung Arung Binang IV (m enjabat 1830 -1849),
berasal dari keluarga priayi gede di Surakarta (Suth erlan d
1974:4). Tetapi ia adalah sebuah kekecualian.
Setelah m em baca keterangan Van Pabst, Van den Bosch
m em utuskan un tuk m en yetujui sem ua tin dakan n ya dalam
beslit dari 22 Agustus 18 31 n o.1. H an ya ada suatu syarat:
Raden Tu m en ggu n g Ar io Su r on egor o pada awaln ya tidak
akan diangkat secara permanen tapi hanya untuk dua tahun—
sem acam m asa percobaan , yan g tidak bakal lam a dan tidak
menghindarkan mantan Patih Blora yang cakap itu meneruskan
tugas sebagai penasihat khusus Residen Belanda di Bagelen dan
pejabat serbaguna untuk adm inistrasi daerah sam pai jauh ke
pertengahan abad XIX.
bacaan-indo.blogspot.com
Infrastruktur, Pendidikan, dan
Budaya Sastrawi: Warisan
Cokronegoro I dan Keluarga
Cokronegaran kepada Purworejo

WALAUPUN bu p ati p er d an a Pu r wor ejo d icap Van Pabst


sebagai seorang ‘tukang pukul’ yang lebih terkenal sebagai se -
orang komandan prajurit medan yang hebat daripada seorang
adm in istrator profesion al—kita in gat di sin i pilih an tokoh
wayang Raden Setyaki sebagai lam bangnya di Babad Kedung
Kebo itu (h lm .52-53)—jasa Cokron egoro I dan para pen g-
gan tin ya tidak terhen ti di bidan g m iliter saja. Cokron egoro
I tidak seperti atasan Belanda, Kolonel J an Baptist Cleerens
(1785-1850 ), yang gemilang di medan tempur, tapi sangat tidak
efektif sebagai seoran g adm in istrator daerah, sesuatu yan g
m engakibatkan sang perwira Vlam diskors pada 31 Mei 1837
bacaan-indo.blogspot.com

sebagai Gubernur Militer Sumatera Barat (Louw dan De Klerck,


I:326 catatan 1; Carey 20 12:798). Sebaliknya, jasa Cokronegoro I
sebagai seorang administrator sudah jelas: jauh sebelum Perang
J awa, ia telah m enem puh karier yang sukses sebagai m antri
Epilog 207

gladhag di Kasunanan dan, menurut sejarah lokal (Danusubroto


20 0 8 :67), sam pai m en dapat pr om osi den gan di ber i gelar
panèw u (asisten wedana; secara hariah: wedana dari 1.000
oran g) pada 18 15. San g bupati perdan a rupan ya juga m em -
punyai keahlian teknis di bidang pengairan: kita ingat di sini
tugas khususnya ke Ampel dekat Boyolali pada September 1810
untuk mengurus suatu sengketa irigasi (Carey 1981:xxvi; 20 12:51
catatan 124).
Pengalaman administratif Cokronegoro I selama sekitar dua
puluh tahun (180 5-1825) di Keraton Surakarta sebelum perang
m en jadi lan dasan un tuk karier yan g san gat berhasil sebagai
bupati perdana Purworejo pasca Februari 1831. Sejarawan lokal
Purworejo, Atas S. Danusubroto, dalam buku, RAA Cokronegoro
I (1831-1857 [sic]); Pendiri Kabupaten Purw orejo (20 0 8), telah
memberi sebuah pandangan yang menarik tentang keberhasilan
Cokronegoro I sebagai bupati dan juga tentang pewaris—yaitu
tiga generasi yang menggantikan sang bupati perdana sampai
era Cokronegoro IV (190 7-1919). J adi apresiasi jasa keluarga
Cokron egaran sebagai adm in istrator yan g telah m en gan gkat
Purworejo sebagai tem pat yang bergaung di H india Belanda
yang ditulis di sini banyak m erujuk kepada data di buku Pak
Danusubroto. Menurut Danusubroto, jasa Cokronegoro I dan
par a pen ggan tin ya d ar i kelu ar ga Cokr on egar an ber m u ar a
kepada tiga tema pokok: (1) infrastruktur (jalan dan pengairan);
(2) pen didikan , dan (3) warisan sastrawi, khususn ya Babad
Kedung Kebo (1843). Oleh sebab yang ketiga sudah dibicarakan
panjang lebar dalam dua bagian di atas, kita akan berfokus di
sini pada in frastruktur dan pendidikan.
In frastruktur adalah suatu prioritas sebab pada waktu
bacaan-indo.blogspot.com

Perang J awa daerah Bagelen, terutam a daerah barat di m ana


ada pusat pengrajin tenun yang dikelola pengusaha Tionghoa
peranakan di J ono dan Wedi di tepi Kali Lereng, dan di Ungaran
dekat Kebum en, terkenal tem pat-tem pat yang am at terisolir:
208 Sisi Lain Diponegoro

Benteng dan tangsi militer Kedung Kebo di sisi timur Kali Bogowonto sekitar
1875. Foto oleh fotografer tersohor Inggris, Walter Woodbury dan James
Page, Albuminedruk 19 x 24 cm. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

“J ono adalah di luar dunia (buiten het w ereld)” dalam istilah


Kolonel Clereens yang bertugas di daerah ini selam a perang
(Louw dan De Klerck 18 94-190 9, III:8 6, 10 8 -9). Tern yata,
waktu komunitas Tionghoa diungsikan pada 1827 ke Magelang,
Wonosobo dan areal pesisir utara, ekonomi lokal Bagelen barat
san gat terpukul dan pada ujun g tahun m asyarakat pribum i
meminta orang Tionghoa untuk datang kembali (Louw dan De
Klerck 1894-190 9, V:433). Hanya ada satu jalan raya di Bagelen
sebelum Peran g J awa. Terken al sebagai ‘J alan Daen dels’—
bacaan-indo.blogspot.com

walaupun h arus dipertan yakan keterlibatan san g Marsekal


dalam konstruksi—jalan raya ini m elintasi pantai selatan dan
membentang dari Kali Cingcingguling di perbatasan Banyumas
sam pai Brosot di tem pat pen yeberan gan (perah u tam ban g
Epilog 209

atau eretan ) di Kali Progo m elalui wilayah Karan gbolon g,


Petan ahan , Am bal, dan Urutsewu. Walaupun dipuji perwira
In ggris yan g m en jadi Pen gawas Pekerjaan Um um di Tan ah
Ker ajaan (Su per in ten d en t of Pu blic Wor ks in th e Native
Prin ce’s Dom in ion s), Kapten Godfrey Ph ipps Baker (178 6-
18 50 , m en jabat 18 14-18 15), sebagai ‘jalan terbaik di J awa’,
ternyata sering susah dilewati sebab ada banyak gundukan pasir
sepanjang jalan yang mempersulit jalan kereta kuda dan gerobak
(Carey 20 12:26 catatan kaki 68).
Pada awal m asa jabatan n ya sebagai bupati (18 31-18 56),
Cokronegoro I mengutamakan pembenahan jalan di dalam Kota
Purworejo dan jalan-jalan yang m enghubungkan hoofdplaats
dengan tangsi militer dan benteng Belanda di Kedung Kebo dan
Desa Kaligesing di sisi timur Kali Bogowonto. Areal ini sudah
cukup ramai dari sudut ekonomi pada waktu itu (Danusubroto
20 0 8:113). Sang bupati perdana juga m em anfaatkan keahlian
pribadi dalam hal irigasi untuk membuat sebuah saluran irigasi
bernama Kedung Putri (atau Kedhung Putri) yang mengambil
air dari Sungai Bogowonto di areal Gunung Geger Menjangan
di Kecam atan Loano dua kilom eter di utara Purworejo untuk
m engairi 3.60 0 hektar sawah di sekitar ibu kota. Saluran air
ini, yang masih berfungsi sampai sekarang (April 20 17), digali
sepanjang gunung dari Desa Panungkulan sam pai Purworejo
dan dikerjakan selama satu setengah tahun antara 3 Mei 1832
dan akh ir 18 33. Sebuah peker jaan r aksasa, pr oyek ir igasi
perdana yang diprakarsai Cokronegoro I membutuhkan tenaga
kerja sekitar 5.0 0 0 orang yang diambil dari desa-desa sekitar
Purworejo (Danusubroto 20 0 8:116-17).
Setelah saluran irigasi Kedung Putri selesai, sang bupati
bacaan-indo.blogspot.com

perdana m ulai m engincar infrastruktur perjalanan jarak jauh


untuk m endobrak situasi Bagelen yang m asih terisolir. J alan
sekitar Bagelen itu hanya dapat dilalui moda transportasi dokar
dan pedati di atas jalan desa yang berlumpur pada musim hujan.
210 Sisi Lain Diponegoro

Prasasti dan tugu yang didirikan 1862 di Kecamatan Bener, perbatasan


antara Bagelen dan Kedu, guna memperingati jasa dua Residen Belanda
di Bagelen—J.G. Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dan Reinier de
Fillietaz Bousquet—dan Bupati Purworejo, Raden Adipati Ario Cokronegoro
I (menjabat 1831-1856), dalam membangun jalan baru antara 1845 dan 1850.
Foto seizin Bapak Achmad Nangim, S.IP.

Bersam a dua oran g residen , ia m eren can akan proyek jalan


sepanjang 42,65 kilom eter dari Purworejo sam pai Magelang
pada akhir dasawarsa 18 40 -an . Residen pertam a ialah J .G.
Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt (menjabat 1842-1849),
berasal dari J erman. Ia seorang teman baik penulis dan kritikus
sistem kolonial Belanda, Multatuli (Eduard Douwes Dekker,
1820 -1887). Residen lainnya ialah seorang Belanda, Reinier de
Fillietaz Bousquet (menjabat 1850 -1854), yang telah menjabat
sebagai Gubern ur Selebes (18 34-18 41) sem asa Dipon egoro
berada di Fort Rotterdam, Makassar (1833-1855).5
Awal n ya, Cokr on egor o I m er en can akan jalan lewat
bacaan-indo.blogspot.com

Kaligesing me nuju Borobodur dan nantinya masuk Magelang.


Tetapi pembangunan jalan tersebut melintasi areal perbukitan
Menoreh yang terlalu mendaki dan banyak jurang terjal. Maka
untuk m enghindari areal yang terjal, jalan yang dibangun ke
Epilog 211

Magelan g m en gam bil arah lebih ke barat m elin tasi Gun un g


Geger Menjangan. Di sini sudah digali saluran irigasi Kedung
Putri yang terletak di utara Purworejo. J adi dari Geger Gunung
Menjangan jalan baru dibangun melalui Kecamatan Bener dan
Salaman di Kedu Selatan.
Sesudah pembangunan jalan selesai, sebuah tugu prasasti
didirikan dengan nama Tugu Margoyoso—secara hariah berarti
pra sas ti untuk jalan yang telah terbangun. Tugu ini didirikan
pada 18 62 di Desa Ben er Krajan , ujun g utara Kabupaten
Purworejo, dekat perbatasan Keresidenan Kedu. Pengerjaan jalan
ini membutuhkan waktu lima tahun, 1845– 1850 . Seperti pem-
bangunan jalan raya (postw eg) Daendels dari Bogor ke Bandung,
proyek jalan Purworejo– Magelan g in i m em butuhkan pen g-
galian bebatuan yang cukup dalam dan m enggunakan ranjau
(Danusubroto 20 0 8:119-23; Carey 20 13:5-6). Selain membuka
jalan ke Magelang, Cokronegoro I rupanya juga ter libat dalam
pem bangunan jalan dari Keresidenan Bagelen ke Desa Buntu
di Banyumas melalui Kutoarjo dan Kebumen. J asa sang bupati
perdan a Purworejo dalam m em ban gun jalan raya kedua in i
bisa dibaca di sebuah tugu peringatan pembangunan jalan yang
terdapat di Desa Krumput, Banyumas (Danusubroto 20 0 8:123).
Pada saat Cokronegoro I m engam bil pensiun pada 1856,
warisan Cokronegaran kepada kabupaten baru sudah mulai ter-
lihat jelas: Bagelen tidak lagi terpencil dan dua jalan raya yang
baru dibangun ke Banyumas dan Magelang mulai mengangkat
Pu r wor ejo sebagai p u sat ekon om i Bagelen t im u r sam bil
m en guatkan peran sebagai kota adm in istratif (hoofdplaats).
Pada 1852, bupati perdana juga mengambil langkah awal dalam
bidan g pen didikan den gan m em ban gun In lan dsche School
bacaan-indo.blogspot.com

pertama, yaitu sekolah khusus untuk orang pribumi, di sebelah


tim ur alun-alun. Mirip Sekolah Dasar (SD) sekarang, sekolah
pribumi perdana ini mengajar ilmu bumi, ilmu ukur, berhitung
dan menulis aksara J awa dengan masa pendidikan lima tahun
212 Sisi Lain Diponegoro

yang dimulai umur 7 sampai 12. Minat pendidikan begitu tinggi


di Purworejo pada saat itu sehingga, sebelum Cokronegoro I
m en gam bil pen siun , sekolah dasar pribum i perdan a sudah
menjadi dua dengan dibuka sebuah sekolah tambahan bernama
Kon troliran , yan g rupan ya diam bil dari letakn ya yan g dekat
rumah Kontrolir, pejabat Belanda junior yang bertugas di bawah
Asisten-Residen (Danusubroto 20 0 8:147).
Cokronegoro II yang menggantikan ayahnya sebagai bupati
Purworejo pada 18 56, m en jabat em pat puluh tahun sam pai
1896. Ia terkenal sebagai pribadi yang sangat berdisiplin dan
seoran g adm in istrator an dal yan g pern ah m agan g beberapa
tahun sebagai pegawai iskal dengan pemerintahan dalam negeri
(Binnenlands Bestuur) Belanda di Sem arang. Ia adalah putra
kedua Cokronegoro I dari istri pertam a, Nyai Adipati Sepuh,
seoran g putri dari priayi desa dari Pen gasih , Kulon Progo
(Dan usubroto 20 0 8 :128 ). Ia juga m em persun tin g putri dari
mantan komandan ayahnya pada waktu Perang J awa, Pangeran
Kusumoyudo. Dengan demikian, pada generasi kedua sebagai
bupati, keluarga Cokronegaran m em peroleh darah biru yang
palin g m urn i dari Keraton Surakarta: Kusum oyudo adalah
seorang putra Sunan Pakubuwono IV, 1788– 1820 , dan paman
Pakubuwon o VI, 18 23– 18 30 (Dan usubroto 20 0 8 :135– 136).
Putra sulun g, Cokron egoro III yan g m en ggan tikan n ya pada
18 96—tapi han ya sem en tara (18 96– 190 7) akibat kesehatan
yang buruk sang bupati ketiga itu—adalah buah dari pernikahan
dengan putri Kusumoyudo itu.
Per sis seper ti ayah n ya, Cokr on egor o II san gat teku n
m e n an gan i p er t an ian d i d aer ah p ed alam an d en gan m e-
n gem ban gkan saluran pen gairan dan in frastruktur. Saluran
bacaan-indo.blogspot.com

irigasi Kedung Putri, yang didirikan pada zaman pemerintahan


ayah n ya h an ya sam pai areal Kota Purworejo, sekaran g di-
lan jutkan sam pai wilayah Ban yuurip di selatan hoofdplaats
(Dan usubroto 20 0 8 :129). Sesudah Ban yuurip, bupati kedua
Epilog 213

Purworejo juga m engincar Kecam atan J enar lebih ke selatan


lagi dekat Purwodadi. Kecam atan ini m em punyai sawah yang
cukup luas, tapi tanpa saluran irigasi sama sekali. Ia meminta
ban tuan an ak kolega Bupati Kutoarjo, Raden Ario Adipati
Pringgoatmojo, Raden Mas Turkio (pasca-1870 , Raden Adipati
Ario Turkio Purboatmojo, bupati ketiga Kutoarjo), yang pernah
m em perdalam bangunan air di Kolkata, Benggala, India, dan
pem bangunan bendung di Sungai Gangga. Kerja sam a antara
Cokron egoro II dan ah li pen gairan lulusan Kolkata san gat
ber h asil. Pad a d asawar sa 18 60 -an sebu ah ben d u n g besar
diban gun di Sun gai Bogowon to dekat Desa Boro—n am an ya
Bendung Boro—yang mampu mengairi 5.0 0 0 hektar sawah di
Kecamatan J enar (Danusubroto 20 0 8:129-30 ).
Menurut sejarawan Robert van Niel (1972:10 3) areal sawah
yang dimiliki keluarga petani di Bagelen mengalami kenaikan
pesat (220 persen) sepanjang abad XIX: dari em pat wilayah
(Sur abaya, Cir ebon , Tegal, dan Bagelen ) yan g ia pelajar i,
Bagelen m engungguli sem ua. Banyak lahan baru bisa dibuka
akibat jarin gan pen gairan baru yan g dibuat oleh dua bupati
perdan a Cokron egaran itu. In i sedikit m erin gan kan beban
dari Sistem Tanam Paksa (1830 – 1870 ) yang diterapkan pasca-
Perang J awa di sem ua wilayah J awa, kecuali tanah kerajaan
(Vorsten lan den ). Em pat dasawarsa in i bukan periode yan g
menguntungkan bagi petani di Bagelen. Kita tahu dari laporan-
laporan Belanda bahwa penanaman nila secara paksa di Bagelen
menyebabkan perpindahan penduduk secara massal dari daerah
pedalam an ke areal pegunungan di utara Keresidenan (Carey
20 12:543). Tanaman nila tidak hanya merusak tanah sesudah
tiga panen, tapi pengolahan bahan celup itu di pabrik-pabrik
bacaan-indo.blogspot.com

kecil juga m em erlukan proses peragian yang sulit. Proses ini


membuat pekerja harus berada dalam bak air untuk mengaduk
dan m en gelan tan g, yan g m en yebabkan kulit berubah pucat
untuk waktu yang lam a dan dalam beberapa kasus penyakit
214 Sisi Lain Diponegoro

kanker kulit (Van Niel 1992:76). Upah buruh di usaha pertanian


itu juga tidak terlalu m en arik sekalipun dilihat dari tin gkat
keh idupan yan g ren dah di m asa itu (Carey 20 12:543-44).
Perpindahan penduduk Bagelen yang m assal itu dan untung
dari Tanam Paksa nila yang begitu tipis mengakibatkan Belanda
m em u tu skan pad a akh ir 18 40 -an u n tu k m em ber h en tikan
penanaman nila dan mengalihkan semua kegiatan Tanam Paksa
di Bagelen kepada perkebunan kopi di areal pegunungan (Van
Niel 1972:10 3-10 4).
Walaupun Cokronegoro II dan putranya harus menghadapi
zaman yang amat sulit itu, jasa dalam bidang saluran pengairan
r u pan ya m er in gan kan beban Sistem Tan am Paksa u n tu k
rakyat Bagelen. Warisan Cokronegoro II di bidang pengairan
diteruskan oleh penggantinya, terutama cucunya, Raden Adipati
Ario Sugeng Cokronegoro IV (menjabat 190 7-1919), yang tam-
pak n ya sadar kalau kabupaten m er upakan daer ah agr ar is
dan pertan ian jadi sum ber kekuatan pedalam an Purworejo.
Ia m enam bah em pat bendung penting di jaringan pengairan
Purworejo: Bendung Penungkulan dengan selokannya di Sungai
Bogowonto; Bendung Kalisemo di Kecamatan Loano; dan dua
bendung strategis di Kecamatan Bener yang terletak di wilayah
paling utara dari Kabupaten Purworejo, yaitu Bendung Guntur
dengan selokannya dan Bendung Kedung Pucang di Desa Trirejo
(Danusubroto 20 0 8:139).
Selain pengairan, perkembangan yang paling menentukan
bagi masa depan Purworejo adalah pembangunan jaringan rel
kereta api pada 18 8 7, sem bilan tahun sebelum Cokronegoro
II m en gam bil pen siun . J adi bagaim an a peran bupati kedua
Purworejo itu dalam memfasilitasi pembangunan KA tersebut?
bacaan-indo.blogspot.com

Men urut ahli sejarah lokal Bagelen , Len gkon g Gin aris,
bu kan bu pati tapi Pem er in tah Kolon ial yan g m ain per an
ku n ci di sin i. Melih at kesu ksesan jalu r ker eta Sem ar an g-
Vor sten lan d en (tan ah ker ajaan ) oleh p er u sah aan swast a
Epilog 215

Stasiun Purworejo sekitar 1910, kartu pos (prentbriefkaart). Foto seizin


Universiteitsbibliotheek Leiden.

kereta api, Nederlan dsch -In disch e Spoorweg Maatsch appij


(NIS), yan g m ulai berjalan pada 18 73, Pem erin tah Kolon ial
m in t a p er u sa h a a n ker et a a p i m ilik Pem er in t a h H in d ia
Belanda, Staatspoorw egen (SS), untuk menghubungkan kota-
kota di pesisir selatan Pulau J awa dengan jalur kereta api di
tanah kerajaan, dan pada 20 J uli 1887, jalur Cilacap-Yogyakarta
dibuka. “Sejarah berdirinya Stasiun Purworejo”, tulis Lengkong
Gin ar is, “t id ak t er lep as d ar i p em ban gu n an jalu r ker et a
api Yogyakarta– Cilacap yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Um um (Departem ent der Burgerlijke Openbare W erken) di
bawah kepemimpinan H.G. Derx” (Lengkong Ginaris 20 16).
Salah satu kota yang dilalui oleh jalur kereta Yogyakarta–
bacaan-indo.blogspot.com

Cilacap adalah Purworejo. Uniknya, Purworejo sendiri sebenar-


n ya tidak lan gsun g dilewati jalur Yogyakarta-Cilacap karen a
kereta dari arah Yogyakarta harus singgah ke Kutoarjo, yang
berada di bagian barat Purworejo, terlebih dah ulu. H an ya
216 Sisi Lain Diponegoro

setelah ke Kutoarjo baru kereta bergerak ke ke arah Purworejo.


Meskipun pada tahun 1887, sudah dibangun jalur kereta api dari
Kutoarjo ke Purworejo sepanjang dua belas kilometer, namun
bangunan Stasiun Purworejo baru dibangun pada tahun 190 1
(Musadad, 20 0 1:28 ). Men gapa? Men urut Len gkon g Gin aris
unsur pertahanan berperan penting di sini:

“Pasca Perang [J awa], kota Purworejo berkem bang m enjadi


salah satu basis m iliter yang cukup penting bagi Belanda di
wilayah pesisir selatan. Agar sem akin berkem bang, m aka
kota Purworejo perlu dihubungkan dengan kota-kota lain de-
ngan jalur kereta dan kalau bisa dihubungkan dengan kota
pelabuhan terdekat sehingga kebutuhan-kebutuhan m iliter
yang didatangkan dari luar dapat dibawa dengan cepat dan
m u dah. Waktu itu, kota pelabuhan yang paling dekat dengan
Purworejo adalah Cilacap di pesisir selatan dan Sem arang di pe-
sisir utara. Nam un, pem bangunan jalur kereta api Purworejo-
Sem arang akan banyak m enghabiskan biaya karena harus
m em belah perbukitan Menoreh yang ada di sebelah utara. Oleh
karena itulah kota Purworejo dihubungkan dengan Cilacap
terlebih dahulu yang jalurnya lebih m udah dibuat karena
reliefnya relatif datar sem entara jalur Purworejo-Sem arang
disam bungkan dengan jalur kereta yang m elingkar terlebih
dahulu ke Yogyakarta.” (Lengkong Ginaris 20 16)

Pem bangunan Stasiun Purworejo ternyata m enghasilkan


beberapa keun tun gan bagi perkem ban gan Kota Purworejo.
Misalnya perekonomian Kota Purworejo yang semula stagnan
karena bergantung pada transportasi tradisional seperti kuda
dan gerobak yang terbatas, akhirnya menjadi lebih berkembang
d en gan keh ad ir an ker eta api yan g jau h lebih efektif d an
eisien. Kehadiran stasiun ini juga membuat kota Purworejo
lebih terhubung dengan kota-kota lain yang sudah dilalui oleh
bacaan-indo.blogspot.com

jaringan kereta. Kemudian dari segi militer, kehadiran stasiun


ini meningkatkan mobilitas militer dan menjadikan Purworejo
terhubun g den gan tan gsi-tan gsi m iliter pen tin g di kota lain
Epilog 217

seperti Gom bon g yan g m en jadi tuan rum ah un tuk sekolah


taruna m iliter H india Belanda yang bernam a Pupillenkorps,
yang bertahan setengah abad lebih (1855– 1911) setelah dipindah
dari tangsi Kedung Kebo (lihat hlm. 20 8) pada 1854 (Musadad,
20 0 1:38; Bosma dan Raben 20 0 8:247).6 Menarik di sini bahwa
pada abad XX, Purworejo yan g berasal dari tan gsi m iliter
Belanda, Kedung Kebo, yang berperan sebagai markas pasukan
tempur Belanda di Bagelen selama Perang J awa, telah menjadi
rah im un tuk begitu ban yak perwira terken al di Kon in klijk
Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) dan TNI pasca-1945.7
Tiga dasawarsa antara 190 1 dan 1930 , sejak Stasiun Pur-
worejo dibuka pada 190 18 sampai Hogere Kweekschool (Sekolah
Tin ggi Gu r u ) d itu tu p m en jelan g Dep r esi Besar ekon om i
dunia pasca-Wall Street Crash dari Oktober 1929 boleh dicap
sebagai ‘zam an em as’ bagi kabupaten yang dikelola keluarga
Cokron egaran . Walaupun tidak lagi berdiri sebagai sebuah
keresidenan m andiri (Bagelen dilebur ke dalam Keresidenan
Kedu pada 1 Agustus 190 1), Purworejo tetap berfungsi sebagai
hoofdplaats (kota administratif) sebuah afdeling Keresidenan
Kedu, dan berkembang menjadi semacam pusat teknis, kesehat-
an, dan pendidikan untuk seantero Hindia Belanda. Kesan dari
suasan a Purworejo m en jelan g awal abad XX, bisa dibaca di
sebuah m em oar perjalan an yan g dibuat seoran g pelan con g
Belanda, Van Gelder, pada 1893:

“Tem pat yang m em iliki jum lah penduduk sekitar 12.0 0 0 jiwa
ini m erupakan salah satu terbersih di J awa. Sisi kanan dan
kiri jalan ditanam pohon asam . Rum ah bupati dan Residen
m erupakan sebuah bangunan yang indah.” (Gill 1990 :216;
Lengkong Sanggar 20 16)
bacaan-indo.blogspot.com

Di bidang teknis, Purworejo dipilih oleh Staatspoorw egen


setelah stasiun dibuka pada 190 1 untuk menjadi sebuah depo
lokomotif untuk semua areal J awa bagian tengah-selatan. Depo
218 Sisi Lain Diponegoro

ini menjadi tempat di mana lokomotif diperbaiki dan mendapat


per awatan , d an lokasin ya d iper kir akan ter letak d i d alam
kompleks pemukiman TNI AD pada masa sekarang. Pada tahun
1930 , fasilitas depo ini tidak digunakan lagi karena di Stasiun
Kutoarjo sudah ada fasilitas yang serupa dan juga menghemat
biaya pengeluaran pemeliharaan gedung pada permulaan dari
m alaise (“zaman meleset”).
Sebagai pusat pen didikan , Pur wor ejo m ulai ber gaun g
setelah H oogere Kweeksch ool (H KS, Sekolah Tin ggi Guru)
diresmikan pada 19 Oktober 1914 dan angkatan mahasiswa calon
guru m ulai m asuk untuk tahun akadem ik pertam a (1914-15)
(Danusubroto 20 0 8:149-50 ; Agung Pranoto 20 15). Salah satu
dari empat HKS di Pulau J awa pada waktu itu (yang lain ada di
Magelang, Bandung, dan Probolinggo, yang paling tua [didirikan
1875] di Ujung Tim ur J awa), Purworejo m enyediakan kursus
tiga tahun untuk mempersiapkan guru untuk masuk di tingkat
H ollan dsch In lan dsche School (H IS, setin gkat SD di m an a
bahasa Belanda dipakai sebagai medium pengajaran). Mengapa
Purworejo dipilih? J elas infrastrukur m em ainkan peran yang
penting: setelah 190 1 Purworejo gam pang dijangkau m elalui
kereta api dari Kutoarjo dan jarin gan Staatspoorw egen di
saantero J awa. Tapi pendukung bupati dari trah Cokronegaran
dalam bidang pendidikan juga berperan. Kita sudah lihat di atas
bahwa sebelum ambil pensiun pada tahun 1856, Cokronegoro I
telah membuka dua Inlandsche School (sekolah dasar untuk pri-
bumi dengan kursus lima tahun). Inisiatif sang bupati perdana
untuk m engem bangkan sekolah rakyat diteruskan pasca-1911
oleh cicit n ya, Cokr on egor o IV. Ter in sp ir asi oleh ajar an
Boedi Oetom o, ia m ulai m en yebarkan sekolah On gko Loro
bacaan-indo.blogspot.com

(Inlandsche School Tweede Klasse, yaitu dengan kursus hanya


tiga tahun daripada Inlandsche School Eerste Klasse yang lima
tahun) ke seluruh Kabupaten Purworejo m ulai di Kecam atan
Loan o (Ban yuasin ), lan tas ke Purworejo (Pan gen Gudhan g),
Epilog 219

Banyuurip (Banyuurip kota), Bayan, Bagelen (Kuwojo) dan Soko


(Kemanukan) di sebelah timur Sungai Bogowonto (Danusubroto
20 0 8 :140 -41). Akibat pen garuh Dr Wahidin Sudiro H usodo
(1852-1917) dan Raden Ajeng Kartini (1879-190 4), dua sekolah
khusus untuk anak perempuan (Meisjeskopschool) telah dibuka
pada era Cokronegoro IV di kota Purworejo dan Purwodadi di
selatan kabupaten (Danusubroto 20 0 8:141). Pemerintah Hindia
Belanda juga m endukung dengan m em buka HIS untuk siswa
bum iputera, dan sebuah Europese Lagere School (ELS) atau
sekolah dasar untuk anak Belanda, Indo dan peranakan yang
gelijkgesteld (diangkat setara dengan Belanda di mata hukum)
yang dibuka pada 1917 (Danusubroto 20 0 8:148).
Dam pak dari HKS Purworejo kepada zam an pergerakan
n asion al ter n yata besar , d an sem ir ip apa yan g ter jad i d i
Federated Malay States (FMS) Inggris dengan HKS di Sultan
Idris Training College (Kolese Sekolah Guru Sultan Idris) di
Tan jun g Malim (Per ak) m em ain kan per an kr usial setelah
1922 dalam m em ban gkitkan kesadaran keban gsaan Melayu
an tara calon guru dari sean tero Sem en an jun g Malaya (Roff
1967). Di Purworejo calon guru juga datang dari sem ua dari
pe losok H in dia Belan da. Setelah lulus, m ereka m en jadi se-
buah elit cen dekiawan pada era perjuan gan kem erdekaan .
Kesem patan yan g diperoleh di ban gku sekolah H KS un tuk
mengenal teman sejawat dari semua daerah di Nusantara meng-
akibatkan sem acam tali persaudaraan un tuk suatu gen erasi
baru yan g akan m erebut kekuasaaan dari Belan da pada era
pascaperang. Kita ingat di sini memoar keluarga dari mantan
Men dikbud, Wardim an Djojon egoro (m en jabat 1993-1998 ),
yan g m en gisah kan bagaim an a ayah an d a, Rad en Abd oel
bacaan-indo.blogspot.com

Moettalip Djojonegoro (190 7-1999), kelahiran Soca, Madura,


sempat belajar di HKS Purworejo antara 1925 dan 1928 sebelum
m en jadi guru di H IS Purworejo pada Agustus 1928 . Selam a
di Purworejo, sang calon guru m em peroleh sebuah kenangan
220 Sisi Lain Diponegoro

manis waktu ia mempersunting gadis Purworejo, Raden Roro


Wartinah (1912-20 0 6), seorang trah Suronegaran, yang kelak
akan melahirkan Pak Wardiman pada 22 J uni 1934 (Wardiman
Djojonegoro 20 16:9-10 ). Kita juga bisa catat di sini sosok ibunda
Presiden ketiga Indonesia, Ir B.J . Habibie (menjabat 1998-1999),
Raden Ayu Tuti Marini Puspowardojo (1911-1990 ), yang berasal
dari keluarga terkemuka Purworejo: kakeknya adalah seorang
dokter kelahiran Baledono, Raden Ngabehi Tjitrowardojo (1847-
1922), yang pada 20 15 nam anya diabadikan untuk RSUD Dr
Tjitrowardojo di Purworejo (Ahmad Nas Imam 20 15).
An tara m urid H KS dari rom bon gan ketiga (1917-1920 )
ad alah p ah lawan n asion al, Ot t o Iskan d ar Din at a (18 97-
1945), tokoh kelah iran Ban dun g, yan g kelak akan m en jadi
an ggota Volksraad (Parlem en H in dia Belan da) (1930 -1941)
sebelum m em im pin redaksi surat kabar Tjahaja pada zam an
pendudukan militer J epang (1942-1945). Menjelang Proklamasi
Kemerdekaan ia duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dan turut serta m enyusun Undang-Undang
Dasar 1945. Men in ggal m uda, ia sem pat dian gkat m en jadi
Men teri Negara dalam Kabin et Presiden tiil Pertam a setelah
Proklam asi 17 Agustus dan ikut m em elopori pem ben tukan
Badan Keam anan Rakyat (BKR) yang m erupakan cikal-bakal
dari TNI. Dam pak sosial-politik H KS Purworejo dan m urid-
m uridn ya kepada sejarah m odern In don esia belum sem pat
ditulis, tapi pasti tidak kalah dengan sejarah sekolah-sekolah
Taman Siswa pada dasawarsa 1920 -an dan 1930 -an yang sudah
banyak dipelajari oleh sejarawan barat dan Indonesia (McVey
1967; Surjomihardjo 1986).
Su d ah jau h sebelu m t iga d asawar sa awal abad XX,
bacaan-indo.blogspot.com

Purworejo m ulai terken al di H in dia Belan da sebagai pusat


Zending (m isionaris Kristen dari Gereform eerde Kerken atau
gereja-gereja Protestan Belanda yang didasarkan kepada teori
in spirasi, yan g m en gan ggap bah wa sem ua pen ulis Alkitab
Epilog 221

menuliskan secara hariah kata-kata Allah). Sejarah awal ber-


m uara kepada kegiatan seorang m antan santri, Kiai Sadrach
(Radin Abas Sadrach Supran ata), yan g lahir di J epara pada
1835 dan meninggal di Purworejo pada 14 November 1924. Ia
kem udian m en gem bara ham pir ke seluruh tan ah J awa dan
banyak bertem u serta berwawancara dengan penyebar agam a
Kristen lainnya seperti evangelis pribum i, Paulus Tosari dan
Ibrahim Tun ggul Wulun g. Pada 18 67, Sadrach dibaptis dan
dua tahun kemudian (1869) dipindahkan ke Purworejo untuk
menyiarkan agama Kristen bekerja sama dengan Nyonya Philips
dan Nyon ya Oostrom Ph ilips. Pada 18 70 , san g m ision aris
Gereja Kristen J awa pindah ke Desa Karangyoso dekat Bagelen
dan terus giat m enyebarkan agam anya dan m em im pin kaum
Kristen J awa. Dari san a Kristen isasi diperluas oleh Dewan
Gereja (Gereform eerde Kerken) ke Banyum as dan Kedu dan
m eluas ke Yogyakarta dan Surakarta (Sejarah Kristenisasi via
Zen din g Protes tan ). Pada 1915, Zen din g atau Dewan Gereja
yang dulu m en dukung Sadrach, m endirikan dua rum ah sakit
modern di Purworejo. Yang satu untuk sipil—sekarang diambil-
alih oleh Pem da Purworejo sebagai RSUD Saras Husada dan
menjadi RSUD Dr Tjitrowardojo (lihat di atas), dan yang lain
untuk militer di J alan Sapta Marga—sekarang dalam keadaan
kuran g terawat (Dan usubroto 20 0 8 :145; Len gkon g San ggar
20 16). Em pat tahun kem udian, Yayasan PSSK (Perkum pulan
Sekolah-Sekolah Kristen) m endirikan sebuah sekolah MULO
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), yaitu sekolah setingkat SMP
dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Letaknya 50 0 meter
ke arah utara alun-alun Purworejo di J alan Urip Sumoharjo 62
(Danusubroto 20 0 8:149).
bacaan-indo.blogspot.com

Kejayaan Purworejo sebagai salah satu kota terbersih dan


teratur di J awa telah menempatkannya juga sebagai kota pusat
kegiatan yang memandu Pulau J awa memasuki dunia modern.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Pada 1919, secara licik,
222 Sisi Lain Diponegoro

Cokronegoro IV, yang begitu berjasa kepada rakyat Purworejo


tapi terlalu dekat dengan pergerakan nasional, didepak Belanda.
Dengan demikian, keluarga Cokronegaran hilang kendali untuk
hampir seabad sampai era bupati masa kini, Haji Agus Bastian,
yan g boleh dikatakan bergelar ‘Cokron egoro V’. Pada 1930 ,
H oogere Kweekschool, sang m utiara di m ahkota pendidikan
Pu r wor ejo d it u t u p d a n m u r id ca lon gu r u d ip in d a h ka n
ke Ban dun g dan Magelan g. Pada tah un yan g sam a, Depo
Lokomotif Staatspoorw egen, yang dulu melayani semua J awa
bagian tengah-selatan, dipindah ke Kutoarjo. Dua belas tahun
kem udian , setelah J epan g m en aklukkan Pem erin tah H in dia
Belan d a, Stasiu n Pu r wor ejo ju ga ken a d am pak d an pad a
akhir kedudukan m iliter J epang ikut m enyerah (lihat catatan
kaki 8 ). Sirn a ilan g kertan in g bum i, habis sudah kejayaan
dan kebesaran bum i. Pada tahun -tahun pascakem erdekaan ,
sejarah tidak ramah bagi mantan ibu kota Keresidenan Bagelen.
Pendidikan biasa-biasa saja (dan tidak ada universitas), Zending
Kristen hengkang pascapenggusuran Belanda tahun 1958 akibat
isu Irian J aya dan insiden teror di Cikini serta pengambilalihan
sekolah dan rumah sakit oleh Pemda. Kota Purworejo menjadi
sebuah tempat yang terlupakan dan terabaikan dari sejarah—
m alah an diken al sebagai kota pen siun daripada kota yan g
memotori modernisasi negara. Purworejo sebagai pusat energi
dan cendekiawan reformis tinggal sw eet m em ory saja. Pada awal
era Reform asi pun ekonom i terpukul dan Purworejo m enjadi
salah satu dari tiga kota administratif (bersama Banjarnegara
dan Wonosobo) yang paling m iskin di Provinsi J awa Tengah
(p.c. Wardiman Djojonegoro, 12 April 20 17). Tinggal pendopo
bupati yan g m egah dan bekas ban gun an Belan da yan g kaya
bacaan-indo.blogspot.com

arsitektur era kolonial ‘Art Deco’ Belanda.


Kesimpulan dan Sebuah Ramalan

J ADI bagaimana dengan Purworejo? Apakah ada peluang un-


tuk m en jadi kota keram at atau kota tua yan g bisa m en arik
wisata wan ? Mun gkin saja bisa kar en a di sin i ada m akam
Kiai Sadrach, tokoh pen gin jil, perin tis Gereja Kristen J awa.
Men arik, m ision aris Kristen tetapi disebut ‘Kiai’. Ada pula
ulama besar Purworejo Syeh Imam Puro, fotografer profesional
perdana pribumi di keraton Yogyakarta, Kassian Céphas (1845-
1912), pelukis Belanda J an Toorop (1858-1928), pakar botani
Indonesia A.J .G.H. Kostermans (190 6-1994), pahlawan revolusi
J enderal Ahm ad Yani (1922-1965), m ertua Presiden RI ke-6
Susilo Bam ban g Yudhoyon o, Kolon el Sarwo Edhie Wibowo
(1925-198 9), m antan Kabulog era Orde Baru Bustanul Ariin
(1925-20 11), tokoh dan pendiri TNI J enderal Urip Sumoharjo
(1893-1948), juga pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
W.R. Soepratm an (190 3-1938 ) (m eskipun kaitan n ya den gan
bacaan-indo.blogspot.com

Purworejo da pat diperdebatkan). Keberadaan Purworejo sebagai


kota kecil yang menyimpan sejumlah catatan bersejarah terkait
tokoh-tokoh besar tersebut diungkap dalam konteks lain oleh
Lengkong Sanggar (20 16), seorang blogger.
224 Sisi Lain Diponegoro

Men urut filsuf J erm an , GWJ H egel (1770 -18 31), selalu
ada sesuatu yang am at aneh dan tak diduga dalam sejarah—
yang disebut Hegel ‘the ruse of history ’ (guna sejarah). Dalam
kasus Purworejo, guna sejarah zam an kini berbentuk sebuah
bandara internasional baru—namanya ‘Bandara Kulon Progo’—
di Kecamatan Temon di areal paling selatan kabupaten tetangga,
Kulon Progo. Proyek pem bangunan bandara internasional ini
telah resmi dibuka oleh Presiden J oko Widodo pada 27 J anuari
20 17 dan m em butuhkan waktu pen yelesaian sedikitn ya dua
tahun (20 17-20 19). Tapi yan g m en arik adalah bahwa letak
geograis bandara adalah hampir dua kali lebih dekat dengan
Purworejo (25 kilometer) daripada Yogyakarta (40 kilometer).
Bagaim an a Pu r wor ejo akan m em an faatkan m u kjizat in i?
Apakah masih tetap terlena dengan angan-angan dari kejayaan
kolonial atau akan siap m em anfaatkan kesem patan em as ini?
Sebab pasti wisatawan asin g yan g in gin ke Borobodur akan
mengambil jalan yang paling cepat dan ini melalui Purworejo
dan perbukitan Menoreh, bukan m elalui Yogya yang jauh ke
timur. Ini sesuatu yang sedahsyat pemilihan Purworejo sebagai
kota administratif untuk Keresidenan Bagelen yang baru pada
1831, atau kedatangan rel KA pertama Staatspoorw egen pada
1887, atau pembukaan Stasiun Purworejo pada 190 1. Ini seperti
dram a William Shakespeare, Julius Caesar (Act 4, Scen e 3,
hlm.11):

“There is a tide in the affairs of m en,


If taken at the lood leads on to greatness.
Om itted, all the voy age of their life
Is bound in shallow s and m iseries.
On such a full sea are we now aloat
bacaan-indo.blogspot.com

And w e m ust take the current w hen it serves


Or lose our ventures.”

“Ada arus dalam kehidupan m anusia,


jika banjir akan m em bawa keagungan,
Epilog 225

jika dicam pakkan, sem ua perjalanan hidup


akan terjebak dalam kedangkalan dan kesengsaraan.
Pada saat laut pasang kam i berlayar
dan kita m esti m em anfaatkan arus sebisanya
atau lenyaplah cita-cita kita.”

Kita pikir di sini dua hal. Yang pertama infrastrukur; yang


kedua memanfaatkan keistimewaan sejarah Purworejo. Tentang
infrastruktur kita bisa menoleh ke belakang sebentar ke zaman
Staatspoorw egen . Mem an g rel jurusan Kutoarjo-Purworejo
berhenti sam pai di ibu kota Keresidenan Bagelen waktu itu.
Nam un rupan ya, ren can a Pem erin tah H in dia-Belan da tidak
sam pai di sin i saja. Seperti sudah dijelaskan di atas, selain
Cilacap, Purworejo juga akan dihubun gkan secara lan gsun g
dengan Semarang lewat pembangunan jalur kereta Purworejo-
Muntilan. Walaupun diperkirakan pembangunan jalur ini akan
cukup berat karena akan m elewati perbukitan, tetapi dengan
pertim bangan keuntungan yang didapat, kesulitan tadi da pat
dian tisipasi den gan ren can a pem ban gun an terowon gan se-
panjang 350 meter yang akan menembus perbukitan Menoreh.
Kem un gkin an besar selain un tuk kepen tin gan m iliter, jalur
in i akan dim an faatkan sebagai jalur wisata karen a m elewati
Can di Borobudur yan g sejak m asa kolon ial sudah m en jadi
destinasi wisata. J adi harus ada pikiran yang dahsyat untuk
m em an faatkan kesem patan ban dar a in ter n asion al den gan
penuh. Dan semua harus siap paling lama dalam tiga tahun.
Ked u a, ad a keh ar u san d ar i sisi sejar ah u n tu k m em -
ban gkitkan dan m en ggali keistim ewaan dan kekhasan dari
Purworejo sebagai tem pat bersejarah kalau wisatawan asin g
akan berhenti di situ dalam perjalanan ke Borobodur. Kita ingat
bacaan-indo.blogspot.com

di sini sebuah pedoman dari ekonom terkenal dan Peraih Hadiah


Nobel (1987), Robert Merton Solow, yang telah membangkitkan
sebuah model baru untuk perkembangan ekonomi modern, yang
disebut exogeneous grow th m odel:
226 Sisi Lain Diponegoro

“Dalam jangka waktu panjang, tem pat-tem pat yang m em punyai


kecirikhasan yang istim ewa dan jelas, akan lebih cepat
berkem bang secara ekonom is daripada tem pat-tem pat yang
tidak m em punyai kecirikhasan yang dem ikian. J adi setiap
tem pat wajib m engenali keistim ewaan khas m ereka m asing-
m asing dan m engem bangkan keistim ewaan yang khas itu,
atau m engam bil risiko bahwa m ereka akan m enjadi tem pat
yang datar-datar saja dan tidak ada sesuatu yang spesial untuk
siapapun […] Tem pat yang enak didiam i sebab m em punyai
kecirikhasan bukan suatu kem ewahan untuk kelas m enengah
saja, tapi suatu keharusan dasar ekonom i.”9

Maka akhirnya, semua bergantung pada kebijakan bupati


dan bisikan leluhur. Purworejo akan tetap m en jadi tem pat
yang datar-datar saja atau tanpa keistim ewaan apapun; atau
sebalikn ya, keistim ewaan dari segi sejarah yan g jelas-jelas
dim iliki oleh Purworejo dim anfaatkan sem aksim al m ungkin.
Semua demi masa depan Purworejo—W ekasan W allahualam !
Kesempatan emas hanya muncul satu kali dalam hidup!
bacaan-indo.blogspot.com
Catatan Akhir

1. LOr 2163 LXIII (Babad Kedung Kebo) 33. Di Bagelen sudah


diatur sehingga tertata / diperiksa dengan seksam a / m erata
sem ua ditata / [yaitu] penataan jalan-jalan / [...]. / / 34. Nam a
bupati sudah diatur dengan seksam a / Bupati Purworejo inilah /
yang dijadikan, pem im pin para bupati / Bupati [Purworejo] yang
nom or satu / [...].
2. Kabupaten Sedayu terletak di wilayah paling barat Keresidenan
Bagelen di perbatasan Banyum as. Dulu terkenal sebagai Rem o
(Rém a), distrik di m ana Diponegoro pernah bersem bunyi selam a
dua bulan terakhir (akhir Desem ber 1829-9 Februari 1830 ) dari
Perang J awa, areal terpencil ini adalah tanah lungguh keluarga
Danurejan (Yudonegaran) yang banyak berjasa sebagai Patih
Kesultanan (1755-1813/ 1847-1944). Pasca-Perang, Rem o berubah
nam a dua kali m enjadi Sedayu lantas Karanganyar dengan
Raden Tum enggung J oyodiningrat (m enjabat 1832-1864), anak
Pangeran Mertosono (Murdaningrat, wakil-Dalem HB V) dari
Yogya (sekitar 1774-1826), sebagai bupati perdana. J oyodiningrat
bacaan-indo.blogspot.com

adalah sejarawan pribum i pertam a dari Perang J awa dan pernah


m enulis naskah, Schetsen over den Oorlog op Java, 1825-1830
[Sketsa tentang Perang di (Pulau) J awa, 1825-1830 ] dalam Bahasa
228 Sisi Lain Diponegoro

Melayu (Naskah ML97 di PerpusNas, J akarta) (1855-57), dengan


kerja sam a sejarawan Belanda, J an Hagem an J cz (1817-1871).
3. ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick van Pabst,
Sem arang, 20 April 1831 no.996:

“Untuk petinggi yang cakap dengan kepantasan yang dibutuhkan


sayang sekali tidak terdapat di Bagelen dan tidak ada satupun
pejabat senior yang m em iliki sem ua talenta [begaafheden] dalam
diri-sendiri.” [“In fatsoenlijke hoofden die hij goedgekom end
bijzonder geschiktheid voorvan [?] het is in Bagelen een
ongelukkig treft w aar daar niet eene enkelde aan w elke die door
denen begaafheden in zich vereenigt.”]

4. ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick van Pabst,


Sem arang, 20 April 1831 no.996:

“Bahwa belum terlalu dini atau terlalu tepat untuk diketahui


bahwa seorang petinggi yang cakap dan berjasa sudah
dipertugaskan kepada Residen [Bagelen], seorang yang bisa
m enjadi tuladan bagi para bupati dan pejabat rendahan, dan juga
bisa m enerangkan kepada rakyat kebanyakan tentang kewajiban
m ereka m asing-m asing [kepada Pem erintah Kolonial]. Seorang
yang bisa ditunjukkan Residen […] untuk m em buat turné dan
m engam bil data dari rakyat untuk [m enjam in] suatu sistem
adm inistrasi yang teratur [geregeelde regeering].” [“Dat m an
nim m er te vroeg of te juist zoude hebben w eten, dat aan den
Resident een bekw aam en verdienstelijk hoofd behoord te
w orden toegevoegd, die zooveel activiteit als goede houding,
de regenten en m indere hoofden tot voorbeeld sterkte, w aaruit
m en m ocht verw achten dat dezes zich zoude toeleggen op de
vervolking hunner pligten w elke person door den Resident tot
onderscheiden […] rondekunnen w orden gebezigd, w at ook tot
het opnam e derzelfde bevolking aan een geregelde regeering
[…]”].

5. 30 kilom eter dari jalan dari Purworejo ke perbatasan Keresidenan


bacaan-indo.blogspot.com

Kedu adalah jalan baru, dan dua belas kilom eter di Kedu m enuju
Magelang m enggunakan jalan yang sudah ada tapi harus di-
perlebar.
Epilog 229

6. Pada dasawarsa 1840 -an kom andan dari Batalyon Keem pat
Tentara Hindia Belanda (KNIL), yang ditugaskan di Purworejo
sejak 1836, m engam bil inisiatif untuk m endirikan sebuah akadem i
m iliter di Purworejo. Pada awalnya sekolah yang ditem patkan di
tangsi m iliter Belanda di Kedung Kebo bersifat sangat sem entara,
tapi pada 1847 Pem erintah turun tangan dan sekolah taruna
(Pupillenkorps) didirikan dengan 23 m urid. Sekolah bertahan
di Kedung Kebo sam pai 1854 waktu gedung sekolah am bruk
akibat hujan deras. Pada saat itu sekolah pindah ke Fort Cochius
(sekarang Fort Van der Wijck) di Gom bong. Lihat Bosm a dan
Raben 20 0 8:247.
7. Lihat Ilhan Erda 20 15:2-17, yang m encatat nam a-nam a perwira
KNIL dan TNI terkem uka sebagai berikut: (1) J enderal Urip
Sum oharjo (1893-1948); (2) J enderal Ahm ad Yani (1922-1965);
(3) J enderal Pranoto Reksosam odra (1923-1992); (4) J enderal
Sarwo Edhie Wibowo (1925-1989); (5) Kolonel Soewandi (lahir
1925); (6) Mayor J enderal Suwarno Adiwijoyo (lahir 1944);
J enderal Endriartono Sutarto (lahir 1947) dan J enderal Slam et
Kirbiantoro (lahir 1948).
8. Pada m asa selanjutnya, Stasiun Purworejo sem pat ditutup selam a
tiga kali; (1) pada ujung m asa kependudukan J epang (1942-
1945); (2) pada sekitar tahun 1952-1955, dan kem bali diaktifkan
saat peralihan m enjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pasca-1958;
(3) pada tahun 1977 sam pai sekitar 1994. Pada m edio 1990 -an
diaktifkan kem bali pada m asa kepem im pinan Drs H. Goernito
(m enjabat 1990 -20 0 0 ), bupati Purworejo ke-em pat belas, dan
Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan (m enjabat 1993-
1998). Pada 20 10 , jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo–
Stasiun Purworejo ditutup kem bali dikarenakan jalur tidak layak
dilewati kereta api standar. Revitalisasi jalur Kutoarjo– Purworejo
bacaan-indo.blogspot.com

direncanakan dim ulai setelah m enunggu selesainya pekerjaan


pergantian rel di jalur Butuh– Kutoarjo untuk digunakan di jalur
Kutoarjo– Purworejo. Sayangnya, hingga kini belum ada tanda-
tanda pengaktifan kem bali Stasiun Purworejo dan sekarang
230 Sisi Lain Diponegoro

stasiun ini m enjadi sem acam m useum kecil. Sebagai Cagar


Budaya yang perlu dilestarikan, pada tahun 20 12 bangunan
stasiun dikonservasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan
PT KAI (Persero). Lengkong Ginaris 20 16.
9. “Over the long term , places w ith strong, distinctive identities are
m ore likely to prosper than places w ithout them . Every place
m ust identify its strongest and m ost distinctive features and
develop them , or run the risk of being all things to all persons
and nothing special to any […] Liveability is not a m iddle-class
luxury . It is an econom ic im perative.”
bacaan-indo.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA

M a n u s k r ip

A. BAHASA J awa
Babad Diponegoro. LOr 6547a-d. Salinan otobiograi asli yang ditulis
atas perin tah Dipon egoro di Man ado pada 18 31-18 32. Salin an
ini mungkin dibuat pada 1880 -an untuk Professor G.A.J . Hazeu
(Ad v iseu r v oor In la n d sch Za k en [Pen asih at u n tu k Ur u san
Pribumi, menjabat 190 4-1912, 1916-1920 ]). Empat jilid. 40 8 hlm.,
40 1 hlm., 372 hlm., 429 hlm., 43 kanto.

Babad Kedung Kebo. LOr 2163. Naskah mulai ditulis pada 12 Sawal
1770 Saka (14 Novem ber 18 42 M) dan diselesaikan pada 1771
Saka (1843 M), 623 hlm., 50 kanto. Ditulis di Pur worejo (Bagelen)
atas perintah Raden Adipati Cokronegoro I, Bupati Purworejo
(m en jabat 18 31-18 56 ) d en gan ban t u an kom an d an t en t ar a
Diponegoro, Basah Kerto Pengalasan.
bacaan-indo.blogspot.com

Ba ba d Ked u n g Kebo. KITLV Or 13. Ber tan ggal 29 J u m ad ilakir


1795 Saka (7 Novem ber 18 66). 20 0 folio, 18 kan to. Disalin di
Semarang oleh Raden Panji J oyosuprojo. Versi tak lengkap Babad
232 Sisi Lain Diponegoro

Kedung Kebo yang ditulis di Purworejo (Bagelen) atas perintah


Cokronegoro I (lihat di atas).

Babad Ngay ogy akarta. Vol. I-III. Museum Sonobudoyo (Yogyakarta)


MS A. 135, A. 136, A. 144. Salinan bertanggal 1833 Saka (190 3 M),
1834 Saka (190 4 M), 1836 Saka (190 6 M). 40 7 hlm., 336 hlm., 460
hlm., 10 0 kanto, 73 kanto, 76 kanto. Aslinya ditulis di Yogyakar ta
oleh Pangeran Suryonegoro dan Raden Adipati Danurejo V (men-
jabat 1847-1879), dan diselesaikan pada 180 5 Saka (1876 M).

B. BAHASA Melayu
Historischer Überblick über die Ereignisse in der Provinz Baglan auf
Java w ahrend der Am btsführung der Residenten Jhhr. I.G.O.S. von
Schm idt auf Altenstadt, R. de Filiotaz [Fillietaz] Bousquet und A.W .
Kinder de Cam arecq w ahrend der Jahre (1831-1856), bearbeitet von
Raden Adi Pati Tjokro N egoro, Regent von Purw oredjo in Baglen.
Besuch des Herzogs Bernhard von Sachsen W eim ar in Baglen.
Berlin Staatsbibliothek, MS or fol. 568, 181 hlm. Buku harian yang
ditulis di Purworejo (Bagelen) oleh Raden Adipati Cokronegoro
I (m en jabat 18 31-18 56) dan dipersem bahkan kepada Adipati
Bernhard von Sachsen Weimar, panglima tentara Hindia Belanda,
1850 -1854, di Bagelen.

J ayadiningrat 1855-1857
Schetsen over den oorlog van Java, 1825-1830 , opgesteld door den
Bopatti [sic] van Karang Anjar Raden Adipatti Aria Djaja Diningrat,
1855-1857
Sketsa-sketsa m en gen ai Peran g J awa, 18 25-18 30 , yan g dibuat
oleh Bu p ati Kar an gan yar [Ban yu m as], Rad en Ad ip ati Ar io
J ayadin in grat], ML 97 (Perpustakaan Nasion al RI), 114 hlm .
bacaan-indo.blogspot.com

Dit u lis d i Ka r a n ga n ya r (Ba n yu m a s) oleh Ra d en Ad ip a t i


J oyod in in gr at, Bu p ati Kar an gan yar (m en jabat 18 32-18 63).
Diselesaikan pada 2 Februari 18 57. Teks dikom entari oleh J an
Hageman J cz (1817-1871) dalam bahasa Belanda.
Daftar Pustaka 233

Su m b e r Te r b it a n
Agung Pranoto 20 15
“Budaya Purworejo”, 16 Maret, h ttp:/ / budayapurworejo.blogspot.
co.id/ 20 15/ 0 3/ sejarah-hks-hoogere-kweekschool.htm l, diun duh 12
April 20 17.

Ahmad Nas Imam 20 15


“Kakek Buyut BJ H abibie, R Ng Tjitrowardojo, Dokter Kelah iran
Baledono”, Sorot Purw orejo, 13 April 20 15 http:/ / www.sorotpurworejo.
com/ berita-purworejo-946-kakek-buyut-bj-habibie-r-ng-tjitrowardojo-
dokter-kelahiran-baledono.html, diunduh 12 April 20 17.

Anderson, Benedict R.O’G. 1965


My thology and the Tolerance of the Javanese [Mitologi dan Toleransi
Orang J awa], Monograph Series, Modern Indonesia Project, Southeast
Asia Program [Seri Monograf, Proyek Indonesia Modern, Program Asia
Tenggara]. Ithaca: Modern Indonesia Project.

1972
“Th e Id ea of Power in J avan ese Cu ltu r e” [“Pan d an gan ten tan g
Kekuasaan dalam Kebudayaan J awa”], dalam Claire H olt (pen y.),
Culture and Politics in Indonesia [Kebudayaan dan Politik di Indonesia]
(Ithaca: Cornell University Press), hlm. 39-43.

Aukes, H.F. 1935


H et Legioen v an M an gk oe N agoro [Legiun Man gkun egaran n ya].
Bandung: Nix & Co.

Babcock, T.G. 1989


Kam pung Jaw a Tondano; Religion and Cultural Identity [Kampung
bacaan-indo.blogspot.com

J awa Ton dan o; Agam a dan Iden titas Budaya]. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
234 Sisi Lain Diponegoro

Behrend, T.E. 1990


Ka t a log I n d u k N a sk a h -n a sk a h N u sa n t a r a , J ilid I . M u seu m
Sonobudoy o, Yogy akarta. J akarta: Penerbit J ambatan.

Berg, C.C. 1957


“Keraton-Bouw in de Wildernis” [“Pem bangunan keraton di tengah-
tengah hutan”], Indonesiё 10 :50 6 -532.

Booms, A.S.H. 1911


Eenige bladzijden uit de N ederlandsch-Indische krijgsgeschiedenis,
1820 -1840 , uit de “m em oires” van F.C. Gilly de Montela [Beberapa
halaman dari sejarah peperangan di Hindia Belanda, dari 1820 -1840 ,
diangkat dari “memoar” F.C. Gilly Montela]. Amsterdam: Engelhard &
Van Embden.

Bosma, Ulbe dan Remco Raben 20 0 8


Being “Dutch” in the Indies; A History of Creolisation and Em pire,
150 0 -1920 . [Menjadi Belanda di Hindia; Sejarah dari Proses Kreolisasi
dan Kerajaan Kolonial]
Singapore: NUS Press.

Brumund J .F.G. 1853-1854


“Bezoek in de vervallen dalem van Diponegoro te Tegal Redjo” [“Sebuah
kun jun gan ke puin g-puin g dalem n ya Dipon egor o di Tegalr ejo”],
Indiana (Amsterdam) 2:181-197.

Carey, Peter 1974a


The Cultural Ecology of Early N ineteenth Century Java; Pangeran
Dipanagara, A Case Study [Ekologi Kebudayaan J awa Awal ke-19;
Pangeran Diponegoro, Suatu Kajian Kasus]. Singapore: Institute of
bacaan-indo.blogspot.com

Southeast Asian Studies [Occasional Paper 24.]


Daftar Pustaka 235

1974b
“J avan ese H istor ies of Dipan agar a: Th e Bu ku Kedu n g Kebo, its
Au th or sh ip an d H istor ical Im por tan ce,” [“Sejar ah -sejar ah J awa
mengenai Diponegoro: Babad Kedung Kebo, Penulisnya serta Makna
Pentingnya dalam Sejarah”], BKI 130 .2/ 3:259-88.

1981
Babad Dipan agara. An Accoun t of the Outbreak of the Jav a W ar
(1825-1830 ). The Surakarta version of the Babad Dipanagara w ith
translations into English and Indonesian Malay . [Babad Diponegoro.
Sebuah Ceritera m en gen ai m eletusn ya Peran g J awa (18 25-18 30 ).
Versi Surakarta dari Babad Dipon egoro den gan terjem ahan dalam
bahasa Inggris dan Melayu Indonesia.] Kuala Lum pur: Art Printers
[Monograph no. 9 of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society].

1992
The British in Java, 1811-1816; A Javanese Account [Inggris di J awa,
1811-1816; Suatu Kisah J awa]. Oxford: Oxford University Press untuk
The British Academy.

20 12
Kuasa Ram alan; Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lam a di
Jaw a, 1785-1855. J akarta: KPG. 3 jilid.

20 13
Daendels and the Sacred Space of Java, 180 8-1811; Political Relations,
Uniform s and the Postw eg [Daendels dan Ruang Suci J awa, 180 8-1811;
Hubungan Politik, Seragam, dan J alan Raya Pos]. Nijmegen: Vantilt.

Dahm, Bernhard 1969


bacaan-indo.blogspot.com

Sukarno and the Struggle for Indonesian Independence [Sukarno dan


Perjuangan Kemerdekaan Indonesia]. Ithaca, N.Y: Cornell University
Press.
236 Sisi Lain Diponegoro

1971
History of Indonesia in the Tw entieth Century [Sejarah Indonesia Abad
XX]. London: Pall Mall.

Danusubroto, Atas S. 20 0 8
R AA Cok ron egoro I (18 31-18 57). Pen diri Kabupaten Purw orejo.
Yogyakarta: PT Gradasi.

Djamhari, Saleh As’ad 20 0 3


Str a teg i M en jin a k k a n Dip on eg or o; Stelsel Ben ten g 18 27-18 30 .
J akarta: Yayasan Komunitas Bambu.

Dumont, F.C.H. 1917


Aardrijkskundig W oordenboek van N ederlands Oost-Indië [Kam us
Nama-nama Tempat dari Hindia Belanda Timur]. Rotterdam: Nigh &
Van Ditmar.

Dwidjosoegondo, R.W. dan R.S. Adisoetrisno 1941


Serat dharah inggih “seseboetan Radèn” m aw i ngéw rat sujarahipun
para nata Jaw i saw ataw is para w ali [Serat (silsilah) berdarah (biru)
dari yang disebut “Raden” serta sejarah para raja J awa dan para wali].
Kediri: Tan Khoen Swie.

Eka Prilianto dan Dwi Royanto 20 15


“Basahan, Kisah Kampung yang hilang di Semarang”, Viva New s, 25
Februari. http:/ / nasional.news.viva.co.id/ news/ read/ 594148-basahan-
kisah-kampung-yang-hilang-di-semarang/ diunduh 7 Maret 20 17.

Fathurahman, Oman 20 16
Shattariy ah Silsilah in Aceh, Java, and the Lanao Area of Mindanao
bacaan-indo.blogspot.com

[Silsilah Shattariyah di Aceh, J awa, dan Daerah Lanao di Mindanao].


Tokyo: Research In stitute for Lan guages an d Cultures of Asia an d
Africa, Tokyo University of Foreign Studies.
Daftar Pustaka 237

Florida, Nancy K. 1993


Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Vol 1: Introduction and
Manuscripts of the Karaton Surakarta [Sastra J awa dalam Naskah
Surakarta, J ilid 1: Pengantar dan Naskah Keraton Surakarta]. New
York: South East Asia Program (SEAP) Cornell University, Ithaca.

Forrester, G. 1971
“The J ava War: Som e J avan ese Aspects” [“Peran g J awa: Sejum lah
Aspek J awa”], Skripsi S2 yang belum diterbitkan, Universitas Nasional
Australia, Canberra, ACT.

Gericke, J .F.C. dan T. Roorda 1886


Jav aan sch-N ederduitsch H an dw oorden boek [Kam us Saku J awa-
Belanda]. Amsterdam: J ohannnes Mueller.

Gill, Ronal G. 1990


De Indische Stad op Java en Madoera [Kota Indische di Jaw a dan
Madura]. Delft: TH Delft.

Girardet, Nikolaus 1983


Descriptive Catalogue of the Javanese Manuscripts and Printed Books
in the Main Libraries of Surakarta and Yogy akarta [Katalog Deskriptif
Naskah J awa dan Buku J awa yang Telah Terbit di Perpustakaan Utama
di Surakarta dan Yogyakarta]. Wiesbaden: Frans Steiner Verlag.

Hageman, J . J cz. 1856


Geschieden is v an den Oorlog op Jav a v an 18 25 tot 18 30 [Sejarah
Peperangan yang Terjadi di J awa dari 18 25 sam pai 18 30 ]. Batavia:
Lange.
bacaan-indo.blogspot.com

Hardjowirogo 1965
Sedjarah W ajang Purw a. J akarta: Balai Pustaka.
238 Sisi Lain Diponegoro

Hoffman, J ohn 1979


“A Foreign Investment; Indies Malay to 190 1” [“Suatu Investasi Asing;
Bahasa Melayu Hindia Belanda sampai 190 1”], Indonesia 27:65-92.

Ilhan Erda 20 15
Mutiara dari Bagelen; 10 0 1 Kisah dan Biodata Singkat Putra Bagelen
y ang Berjay a di Bidangny a. Purworejo: Karray Medio.

J ordaan, Roy 20 16
“Nicolaus En gelh ar d an d Th om as Stam for d Raffles; Br eth r en in
J avan ese An tiquities” [“Nicolaus En gelhard dan Thom as Stam ford
Rafles: Saudara dalam barang-barang zaman kuno Jawa”], Indonesia,
10 1 (April), hlm.39-66.

J ohns, A.H. 1961


“Suism as a Category in Indonesian Literature and History” [“Suisme
sebagai Suatu Kategori dalam Kesusasteraan dan Sejarah Indonesia”],
JSEAH 2.2 (J uli):10 -23.

J uynboll , H.H. 1914


“Catalogus der J avaansche, Balineesche en Madoereesche Handschrif-
ten van het Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde
van Nederlan dsch-Indië” [“Katalog Naskah J awa, Bali dan Madura
Lembaga Kerajaan Belanda untuk Bahasa, Antropologi dan Etnograi
dari Hindia Belanda”], BKI 69:386-418.

Koninklijk Bataviaasch Genootschap 1933


Jaarboek van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
W etenschappen [Buku Tahunan Kesenian dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan
Perhimpunan Kerajaan Batavia]. Bandung: Nix & Co.
bacaan-indo.blogspot.com

Lengkong Ginaris 20 16
“St asiu n Pu r wor ejo; Sekelu m it Kejayaan ”, h t t p :/ / jejakkolon ial.
b logsp ot .co.id / 2 0 16 / 0 2 / st a siu n -p u r wor ejo-sekelu m it -keja ya a n .
html?m=1, diunduh 8 April 20 16.
Daftar Pustaka 239

Lengkong Sanggar 20 16
“Men yelam i Kejayaan Pu r wor ejo, Kota Kecil d en gan Segu d an g
Peninggalan Sejarah”, http:/ / jejakkolonial.blogspot.co.id/ 20 16/ 0 5/
m en y elam i-kejay aan -purw orejo-kota-kecil.htm l, diun duh 12 April
20 17.

Louw, PJ .F. dan E.S de Klerck 1894-190 9


De J av a Oorlog v an 18 25-18 30 [Per an g J awa dar i 18 25-18 30 ].
‘s-Gravenhage: Nijhoff dan Batavia: Landsdrukkerij. 6 jilid.

Mangkoenagoro VII, K.G.P.A.A. 1933


“Over de Wajang-koelit (Poerwa) in het algem een en over de daarin
voorkomende symbolische en mystieke elementen” [“Mengenai wayang
kulit (Purwa) pada umumnya serta tentang unsur-unsur perlambangan
dan mistik yang terdapat di dalamnya”], Djåw å 19:79-97.

Mayer, L.Th. 1897


Een Blik in de Jav aan sche v olk slev en [Suatu Pan dan gan dalam
Kehidupan J awa Rakyat pada Umumnya]. Leiden: E.J . Brill.

McVey, Ruth 1967


“Tam an Siswa an d the In don esian Nation al Awaken in g” [“Tam an
Siswa dan Kebangkitan Nasional Indonesia”], Indonesia 14 (October),
hlm.128-49.

Mudjanattistomo, Drs 1971


Katalogus M an usk rip Keraton Jogjak arta. J ogjakarta: Lem baga
Bahasa Nasional.

Musadad 20 0 2
bacaan-indo.blogspot.com

“Arsitektur dan Fungsi Stasiun Kereta Api bagi Perkem bangan Kota
Purworejo, Tahun 190 1-1930 .” Skripsi S2 yang tidak terbitkan, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
240 Sisi Lain Diponegoro

Oteng Suherman, HR 20 13
Kisah Bedug R ak sasa dan M asjid Agun g Purw orejo. Purworejo:
Penerbit Pustaka Srirono (Seri Babad Bagelen).

Pigeaud, Th.G.Th. 1938


Jav aan se v olksv erton in gen , bijdrage tot de beschrijv in g v an lan d
en v olk [Ber m acam -m acam per tun jukan r akyat di J awa, sebuah
su m b a n gan b agi p en ggam b ar an n eger i d an ban gsa]. Bat avia:
Volkslectuur.

1967-1980
Literature of Java; Catalogue raisonné of Javanese m anuscripts in the
library of the University of Leiden and other public collections in the
Netherlands [Kesusasteraan J awa; Katalog Tafsiran naskah J awa yang
tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dan koleksi umum lain
di Negeri Belanda]. Den Haag, Leiden: Nijhoff. Empat jilid.

1975
Javanese and Balinese Manuscripts and som e codices w ritten in re-
lated idiom s spoken in Java and Bali; Descriptive Catalogue [Naskah-
n askah J awa dan Bali dan beberapa m an uskrip lain yan g ditulis
dalam corak khas yang terkait yang dipakai di J awa dan Bali; Sebuah
Katalog Deskriptif]. Verzeichnis der orientalischen Handschriften in
Deutschland Band 31. Wiesbaden: Steiner Verlag.

Poerbatjaraka 1926
“Arjuna Wiwāha”, BKI 82:181-30 5.

Poerwasoewignja R. dan R. Wirawangsa 1920 -1921


Jav aan sche bibliographie gegron d op de boekw erken in die taal,
bacaan-indo.blogspot.com

aan w ezig in de boek erij v an het Batav iaasch Gen ootschap v an


Kunsten en W etenschappen / Pratélan kaw ontenaning Boekoe-boekoe
basa Djaw i ingkang kasim pen w onten ing gedong Boekoe (Museum )
Daftar Pustaka 241

ing Pasim penan (Bibliotheek) [Bibliograi buku-buku bahasa Jawa yang


tersim pan di Ruang Buku (Museum ) di Perpustakaan [“Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen”]. Batavia: Ruygrok &
Co. 2 jilid.

Praag, S. van 1947


Onrust op Java: de Jeugd van Diponegoro, een Historisch-literaire
St u d ie [Ker u su h an d i Pu lau J awa: Masa Rem aja Dip on egor o,
Suatu Kajian Sejar ah -kesusastr aan ]. Am ster dam : Neder lan dsch e
Keurboekerij.

Regeerings Alm anak 1866


R eg eer in g s-Alm a n a k v oor N ed er la n d sch-In d ië [Daftar Pejabat
Pemerintah Hindia Belanda]. Batavia: Landsdrukkerij.

Ricklefs, M.C. 1974a


Jogjak arta un der Sultan M an gk ubum i 1749-1792 [Yogyakarta di
bawah Sultan Mangkubum i, 1749-1792]. London: Oxford University
Press.

1974b
“Dip on egor o’s Ea r ly I n sp ir a t ion a l Exp er ien ce” [“Pen ga la m a n
Inspirasional Diponegoro pada Masa Awal”], BKI 130 :227-58.

20 0 6
M y stic Sy n thesis in J a v a ; A H istor y of Isla m iza tion fr om the
fourteenth to the early nineteenth centuries [Sintesis Mistik di J awa;
Sebuah Sejar ah ten tan g Islam isasi dar i Abad XIV sam pai XIX].
Eastbridge, Norwalk: Signature Books.
bacaan-indo.blogspot.com

Rinkes, D.A. 1911a


“De Heiligen van J ava III: Sunan Geseng” [“Orang-orang Suci dari J awa
III: Sunan Geseng”], TBG 53:269-30 0 .
242 Sisi Lain Diponegoro

1911b
“De Heiligen van J ava IV: Ki Pandan Arang te Tembajat” [“Orang-orang
Suci dari J awa IV: Ki Pandan Arang di Tembayat”], TBG 53:435-510 .

1912
“De Heiligen van J ava V: Pangeran Panggoeng, zijne honden en het
wajangspel” [“Orang-orang Suci dari J awa V: Pangerang Panggoeng,
anjing-anjingnya serta permainan wayang”], TBG 54:135-20 6.

Roff, W.R. 1967


The Origins of Malay Nationalism [Asal-Usul Nasionalisme Melayu].
New Haven: Yale University Press.

Roorda, T. 1860
“Verhaal van de oorspron g en het begin van de opstan d van Dipå-
Nĕgårå volgens een Javaansch Handschrift” [“Cerita tentang asal usul
serta perm ulaan pem berontakan Diponegoro m enurut suatu tulisan
tangan J awa”], BKI 13:137-227.

Ronkel, Ph. S. van 190 9


Catalogus der M aleische H an dschriften in het M useum v an het
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en W etenschappen [Katalog
n askah -n askah Melayu yan g ter d apat d i Per pu stakaan Mu seu m
Perhim punan Batavia untuk Kesenian dan Ilm u-ilm u Pengetahuan],
VBG 57.

Rouffaer, G.P. 190 5


“Vor sten lan d en ” [“Tan ah Ker ajaan ”], En cy lop a ed ie v a n N ed er -
landsch-Indië 4:587– 653.
bacaan-indo.blogspot.com

Rusche, Albert H. (peny.) 190 8-190 9


B a b a d Dip on a g or o; S er a t B a b a d Dip a n a g a r a n k a r a n g a -
n ipun suw argi Kan gjen g Pan geran Ary a Dipan agara piy am bak;
Ny ariosaken w iw it rem enipun dhateng agam i Islam tuw in dadosing
Daftar Pustaka 243

p r a n g a g en g n g a n t os d u m u g in ip u n k a k en d ha n g a k en d ha t en g
Menadho [Babad Diponegoro; Serat Babad Dipanagaran yang ditulis
alm arhum Pangeran Ario Diponegoro sendiri; yang m enceriterakan
sejak dia senang m endalam i Agam a Islam dan terjadi perang besar
sampai dia diasingkan ke Manado]. Soerakarta: A.H. Rusche. 2 jilid.

Sedjarah R.M.T. Suranegara tt. [tanpa tanggal, sekitar 1969]


[Silsilah keturunan-keturunan keluarga Cokronegoro yang sekarang
tinggal di Purworejo]. Tanpa penerbit.

“Sejarah Kristenisasi via Zending Protestan”, m.inilah.com, nasional.


inilah.com/ read/ detail/ 21530 97/ sejarah-kristenisasi-via-zending-prot-
estan+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id, diunduh 12 April 20 17.

Selo Soemardjan 1962


Social Changes in Jogjakarta [Perubahan Sosial di Yogy akarta]. Itha-
ca: Cornell University Press.

Soebardi 1971.
“Santri-Religious Elements as Relected in the Book of Tjentini” [“Unsur
Agamis Santri seperti yang dicerminkan di Buku Centhini”], BKI 127.3;
331-349.

Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro I 1939


Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro I-Poerw oredjo-soho garw o
putro [Sejarah Raden Adipati Cokronegoro I-Purworejo-beserta istri
dan putranya]. Bandoeng, (Oktober 1939), tanpa penerbit.

Soemarsaid Moertono 1968


State an d Statecraft in Old Jav a; A Study of the Later M ataram
Period, 16 th to 19 th century [Negara dan Usaha Bina-Negara di J awa
bacaan-indo.blogspot.com

Masa Lam pau; Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sam pai
XIX]. Cornell University: Modern Indonesia Project Monograph Series,
Southeast Asia Program.
244 Sisi Lain Diponegoro

Sukirman Dharmamulya 1980


Arsitektur Tradision al Daerah Istim ew a Yogy akarta. Yogyakarta:
Kepel Press.

Surjomihardjo 1986
Ki Hadjar Dew antara dan Tam an Sisw a dalam Sejarah Indonesia
Modern. J akarta: Penerbit Sinar Harapan.

Sutherland, Heather 1974


“Notes on J ava’s Regent Families. Part II” [“Catatan tentang Keluarga
Bupati di J awa. Bagian II”], Indonesia 17 (April):1-42.

Van Niel 1972


“Measurement of Change under the Cultivation System in J ava, 1837-
1851” [“Pengukuran Perubahan di bawah Sistem Tanam Paksa di J awa,
1837-1851”], Indonesia 14 (October), hlm. 89-10 9.

1992
Java under the Cultivation Sy stem ; Collected W ritings. [J awa di bawah
Sistem Tan am Paksa; Kum pulan Karan gan ], Leiden : KITLV Press.
[Verhandelingen 150 .]

Vreede, A.C. 1892


Catalogus v an de Jav aan sche en M adoereesche H an schriften der
Leidsche Un iv ersiteit Bibliotheek [Katalogus tulisan -tulisan tan gan
J awa dan Madura yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden].
Leiden: Brill.

Wardiman Djojonegoro 20 16
Sep an jan g Jalan Ken an gan ; Bek erja den gan Tiga Tok oh Besar
bacaan-indo.blogspot.com

Bangsa. J akarta: KPG.

Walraven van Nes, C.W. 1844


Daftar Pustaka 245

“Verhandeling over de waarschijnlijke Oorzaken die aanleiding tot de


onlusten van 1825 en de volgende jaren in de Vorstenlanden gegeven
hebben” [“Pem bahasan m engenai kem ungkinan-kem ungkinan yang
telah menjadi penyebab timbulnya kerusuhan-kerusuhan tahun 1825
serta tahun-tahun yang berikutnya di negara-negara kerajaan”], TNI
6:112-171.

Werentz, C. 20 12
“Seja r a h Awa l P u r wor ejo”, h t t p : / / cw er en t z 1m och a .b log sp ot .
co.id/ 20 12/ 12/ sejarah-aw al-kabupaten-purw orejo.htm l, diunduh 4
April 20 17.

Winter, J .W. 190 2


“Beknopte beschrijving van het hof Soerakarta in 1824” [“Gambar an
singkat mengenai istana Surakarta tahun 1824”] (G.P. Rouffaer peny.),
BKI 54:15-172.
bacaan-indo.blogspot.com
LAMPIRAN 1

SU RAT D ARI BASAH PEN GALASAN KEPAD A


KOLON EL CLEEREN S
(Koleksi Pribadi H.M. de Kock—Nationaal Archief,
Den Haag—Berkas No. 210 )

SURAT berikut ini dikirim oleh Basah Ngabdullatip Kerto Pengalasan


kepada Kolon el J an Baptist Cleeren s pada perten gahan Desem ber
1829. Ada dua alasan untuk m enyertakannya di sini. Pertam a, surat
itu memberikan sejumlah kesan tentang tingkat kecakapan membaca
dan menulis yang dimiliki oleh Pengalasan. Kesan ini penting artinya
bila kita ingin menilai kontribusi sastrawi Basah pada Babad Kedung
Kebo (1843). Kedua, surat itu memiliki nilai sejarah guna memastikan
sejum lah kem un gkin an ren can a perdam aian di J awa yan g hen dak
diperjuan gkan oleh Pan geran Dipon egoro m en jelan g berakh irn ya
Perang J awa (1825-1830 ). Menarik juga bagaimana rencana-rencana
bacaan-indo.blogspot.com

itu telah diungkapkan oleh salah seorang panglim a m iliternya yang


paling akrab (Basah).
Surat ditulis di atas empat lembar kertas berukuran ‘crow n octavo’
(190 x 126 mm) yang diimpor dari pabrik swasta kertas Blauw & Brill
Lampiran 1 247

di Koog-aan-de-Zaan, Belanda Utara (Noord-Holland), menggunakan


tin ta warn a hitam serta ditulis den gan tulisan m irin g yan g sukar.
Surat in i tidak terlihat jelas dan terkadan g susah dibaca. Pada kiri
atas lem baran pertam a terdapat cap Basah Pengalasan dalam huruf
Arab, bertulisan: ‘Pratandha Ngapdullatip Pengalasan ai’ala anhu
(Sem oga Allah SWT m em aafkan n ya)’. Dalam pen erjem ah an yan g
dilakukan, pembubuhan tanda baca dan pengejaan aksara J awa tetap
dipertahankan sesuai aslinya, terkecuali huruf besar untuk nama-nama
maupun gelar. Halaman-halaman surat asli ditunjukkan dengan strip
‘(-/ -)’.

Te k s As li
Serat saha ingkang tabé akathah-kathah Rahadèn Ngapdulla tip
Basah Pengalasan say agi katur ing Kanjeng Tuw an Kurnel Keleres,
sah ing kady a sapunika aw iy osipun, Tuw an Kurnèl am undhut priksa
dhum ateng ing kula m enggah ingkang dados kersanipun Kanjeng
Solta[n] Jaw i, saha aw it ingkang rum iy in, m ila sum ediy a m angun
luhuripun agam i Islam ing tanah Jaw i seday a, saupam i ny anggiy a
perangipun kalay an bongsa Kum peni, kresanipun Kanjeng Soltan
Jaw i kaw an prekaw is [lan] bongsa Kum peni dipun dikaken m ilih
salah satunggil. Ingkang rum iy in bilih bongsa Kum peni teksih rem en
dados prajurit, tedhènipun lulus ingkang ageng-ageng baten éw ah
kalenggahanipun dados pedhangipun ing agam i. Ingkang kaping
kalih bilih bon gsa Kum pen i teksih kraos w on ten in g tan ah Jaw i,
ananging rem en m erdika m erdagang kim aw on, dipun panci sabin
saleksa, saw ernènipun Kum peni griy a ngalem pak dados satunggil
w onten tanah ing Pasisir lèr seday a. Ingkang kaping tiga bilih bongsa
Kum peni rem en m antuk dateng ing tanah negari W elandi, sam i-sam i
anglanggen-/ -aken sedèrèkan kim aw on, rem en barang dandosanipun
bon gsa Jaw i, p in ten regen ip un k an g m uk ak at Kum p en i in ggih
bacaan-indo.blogspot.com

angey atrani, utaw i bongsa Kum peni rem en sabin tanah Jaw i, pinten
m ukakatipun inggih am ajegi. Ingkang kaping sekaw an bilih bongsa
Kum pen i rem en m an gsuk Agam i R asul, tedha k alen ggahan ipun
baten èw ah m alah w éw ah, sam angsan-m angsanipun Tuw an Besar
248 Sisi Lain Diponegoro

kepanggih kalay an Soltan Jaw i, hurm at taklim saha bilih reraosan


Sultan Jaw i kaliy an kula, utaw i-utaw i dateng Basah-Basah seday a,
m enggah pengunggungipun dateng bongsa Kum peni sanget gènipun
éram , ingkang dipun éram aken inggih sebarang kim aw on, saha aw it
tem en-tem en kendèl teteg terengginas tanggen keras kebat cukat,
andhap asor batin inggil, berbudi berdony a m anah tetep leres, lem bat
agal alus sam pun kinaw ruw an seday a, dipun upam èkaken prajurit
luw ih, sinelir déning Allahu Tangala, punika Tuw an angsring kerep
dipun érang-érangaken dateng ingkang abdi-abdi seday a.
S a h a k u la sa m p éy a n d ik a k en n g in t en -in t en m en g -/ -g a h
k er sa n ip u n sa p u n ik a , sa w eg d u g i-d u g i k u la p iy a m ba k , bilih
serat k ula sam pun dhum aten g pan ggèn an ipun R ahaden Dipati,
saupam i saren gan kalay an seratipun Basah Praw irodirjo, kados
Soltan Jaw i ragi gum ujeng sakedhik, ingkang m aw i kula kaliy an
Basah Praw irodirjo dipun w estani rebat-ducung pados pekandelan
sed a y a n ip u n , sa h a bilih ba t en k esa r en g a n ser a t ip u n Ba sa h
Praw irodirjo, saw eg larasipun kula dipun dukani sakedap, inggih
m aw i n edha k èn delip un p eran g, Kan gjen g Tuw an Besar baten
p a r en g , a n a n g in g k in t en k u la la jen g d ip u n r em ba g sa y ek tos,
lep atip u n u tu sa n in g g ih m a n g su li sera t, d ad os u tu san d ad osa
m angsuli serat, m enggah ijè[n]anipun Tuw an, saw eg pendugi kula
piy am bak, sanèsipun ing agam i, kados m undhut tanah siti Sala Yoja,
gejaw i tanah siti ingkang gebaw ah Gupernem èn, saha patrap keraton
kinten kula, baten purun kajungjung utaw i kaprintah ing Kangjeng
Tuw an Gupern em èn , an jaw èn ipun sam i-sam i supek et tetan ggan
sedérèkan, um pam anipun laré jothakan w aw oh baten m rintah baten
dipun prin tah, w o[n ]dén in g tatan ipun m an gun luhuripun agam i
pun ik a Tuw an , an jaw èn ipun Kum pen i, aw it saw ren èn ipun laré
ngakilbalèg sapenginggil, sam i dipun perdi ngrankep kala jaw ènipun
kala punika nicil sam butan, saupam i siti tanah Rèm a w onten ra-
bacaan-indo.blogspot.com

/ -jan ipun bilih purun an glam pahi sem bay an , utaw i purun m erdi
paw ong-rencangipun saged sem bay ang seday a, inggih lulus gènipun
n am a raja w au, baten w on ten kaw is-kaw isipun pun apa-pun apa,
Lampiran 1 249

sem angsanipun baten purun anglam pahi sem bay ang inggih dipun
salini, saupam i baten purun dipun salini pesthi dipun gitik perang.
Saha pan dugi k ula Tuw an , Soltan Jaw i pun ik a bilih baten
gedugèn, angsalipun niy at kajat m angun agam i, kinten kula dipun
lam pu kondur dateng Rahm atollah, ingkang punika Tuw an lepat kula
ingkang agung m aklum sam péy an.
Sinerat ing m alem akat ping lim alas ing w ulan Jum adèlakir, ing
taun Jim aw al angkaning w arsa,
1 7 5 7

Te r je m a h a n *1
Surat ini datang kepada Yang Mulia Kolonel Cleerens, dengan disertai
ban yak h or m at d ar i Rad en Ngabd u llatip Ali Basah Pen galasan .
Setelah m en yam p aikan p en gh or m atan -p en gh or m atan itu , m aka
alasan pengiriman surat ini adalah oleh karena Kolonel menanyakan
kepada saya tentang tujuan-tujuan serta cita-cita yang dikandung oleh
Sultan J awa [Diponegoro]. Dari sem enjak yang paling awal sekali ia
berkeinginan untuk m em ulihkan kem bali derajat yang begitu tinggi
yan g telah dim iliki oleh Agam a Islam di seluruh areal tan ah J awa.
Seandainya ia m enghentikan 1 perang yang dilancarkannya terhadap
ban gsa Belan d a, m aka Su ltan J awa itu akan m em p er ken an kan
dilaksanakannya empat syarat dan orang-orang Belanda diminta untuk
memilih satu dari keempat syarat yang diajukan itu.
Pertama-tama, jika orang-orang Belanda masih tetap ber keinginan
untuk menjadi prajurit, maka bayaran yang mereka terima tidak akan
mengalami sesuatu perubahan, orang-orang yang berkedudukan tinggi
tidak akan mengalami perubahan di dalam kedudukan mereka, untuk
menjadi pedang di dalam agama.2
bacaan-indo.blogspot.com

* Terjemahan ini bukanlah terjemahan hariah, melainkan lebih sebagai ringkasan dari isi
yang terkandung dalam surat Basah Ngabdullatip Kerto Pengalasan. Gaya percakapan
yang digunakan oleh Pengalasan tidak memungkinkan untuk dilakukan penerjemahan
terinci secara langsung.
250 Sisi Lain Diponegoro

Kedua, kalau orang-orang Belanda m asih tetap m erasa senang


un tuk ter us tin ggal di J awa, tetapi ber kein gin an un tuk m en jadi
oran g sipil serta berdagan g, m aka kepada m ereka akan dibagikan
sebanyak sepuluh ribu 3 tanah-tanah persawahan [serta] semua tempat
tinggal orang-orang Belanda yang beraneka ragam tersebut haruslah
ditem patkan pada sebuah wilayah yaitu m er eka sem uan ya akan
ditempatkan di daerah Pantai Utara.4
Ketiga, kalau orang-orang Belanda itu berkeinginan untuk kembali
pulang ke negeri Belanda, m aka untuk m asa-m asa selanjutnya kam i
senantiasa akan menjadi seperti bersaudara satu sama lainnya, [serta
jika] m en gin gin kan sesuatu hasil bum i dari Pulau J awa in i, m aka
sesungguhnya orang-orang Belanda tersebut harus membelinya dengan
harga yang sesuai atau kalau orang-orang Belanda itu ingin bertanam
padi di J awa, maka mereka pun haruslah menyewa tanah dengan harga
sewa yang tepat.
Keem pat, jika orang-orang Belanda itu berkeinginan m em eluk
agam a yan g ben ar in i, m aka m ata pen cah arian serta kedudukan
m ereka tidaklah akan diubah, bahkan akan diperkem bangkan serta
ditingkatkan.
Setiap saat, jika Tuan Besar 5 bertemu dengan Sultan J awa, maka
Sultan J awa akan memberikan penghormatan yang sedalam-dalamnya
kepadanya dan tatkala Sultan J awa itu berbicara dengan saya, atau
berbicara kepada semua para Basahnya 6 di mana ia memuliakan orang-
orang Belanda, m aka ia selalu m engungkapkan kekagum annya yang
tertinggi terhadap m ereka. Ia terkesan oleh berm acam -m acam hal,
oleh karena mereka jujur, berani, gagah, cerdik, dapat dipercayai dan
dian dalkan giat [serta] gesit dan cepat. Mereka m eren dahkan diri
m ereka, [tetapi] m ereka m em punyai jiwa dan sem angat yang m ulia;
mereka bersifat dermawan dalam masalah-masalah kebendaan [dan]
hati m ereka selalu jujur; yan g in dah, yan g kasar dan yan g halus,
bacaan-indo.blogspot.com

m ereka m en getah ui ten tan g h al-hal itu sem ua. Den gan dem ikian
mereka dapatlah diperbandingkan dengan prajurit-prajurit yang paling
hebat, oran g-oran g pilihan Allah SWT. Dalam hal in i, Tuan , An da
Lampiran 1 251

kerapkali telah ditampilkan sebagai contoh peringatan kepada semua


pengikutnya.
Tu an t elah m em in t a p en d ap at saya m en gen ai kein gin an -
keinginannya [Diponegoro] dewasa ini: pandangan pribadi saya sendiri
adalah bahwa jika surat yang saya kirimkan kepada Adipati7 sampai ke
tangannya pada saat yang bersam aan dengan surat yang dikirim kan
oleh [Ali] Basah Prawirodirjo [Sentot], m ungkin sekali Sultan J awa
itu akan sedikit merasa geli oleh karena Basah Prawirodirjo dan saya
dapat saja diperkirakan sebagai saling bersaingan untuk mendapatkan
kepercayaannya. J ika surat saya itu tidak sam pai pada waktu yan g
bersam a an dengan surat yang dikirim kan oleh Basah Prawirodirjo,
maka hanya saya sajalah yang akan mendapatkan teguran dan celaan
resm i, oleh karena saya telah berani m engajukan perm intaan untuk
m enghentikan permusuhan yang sedang berlangsung ini [dan] Tuan
Besar tidaklah memberikan persetujuannya. Tetapi saya kira, masalah
tersebut ten tulah akan dibah as secara sun gguh-sun gguh. Ia akan
mengirimkan seorang utusan 8 atau ia memang akan menjawab melalui
sebuah surat. Sedangkan mengenai permintaan Anda, Tuan, hanyalah
dalam pendapat serta pandangan saya saja, dengan mengesampingkan
[p er soalan ] m en gen ai m asalah keagam aan , m u n gkin sekali ia
[Diponegoro] akan bersedia m enerim a tanah-tanah yang terletak di
Solo dan Yogya di luar tanah-tanah yang berada di bawah pengendalian
serta pen guasaan Pem erin tah [H in dia] Belan da, [dan ] m en gen ai
pengaturan keraton, dalam pendapat m aupun pandangan saya ialah
bahwa ia tidak bersedia diangkat ataupun harus menerima perintah dari
Pemerintahan Belanda, kecuali mereka [Diponegoro dan Pemerintahan
H in dia Belan da] m en jadi sah abat, tetan gga, [serta] saudara yan g
baik, persis seperti anak-anak yang sebelumnya tidak saling menegur
dan sekarang telah kembali saling berbicara lagi. Mereka seharusnya
tidaklah saling m em erintah dan m ereka seharusnya tidaklah saling
bacaan-indo.blogspot.com

diperintah.
Bertalian dengan pengorganisasian untuk memulihkan kedudukan
agam a yan g tin ggi, Tuan , terkecuali oran g-oran g Be lan da, un tuk
memulainya, maka anak-anak laki-laki yang telah mencapai usia akil
252 Sisi Lain Diponegoro

balig atau yan g telah lebih tua sem uan ya haruslah diperin tahkan
un tuk beribadah. Mereka yan g sudah cukup usian ya [dan ] belum
lagi m elakukan kegiatan beribadah, haruslah diperintahkan m elipat-
gandakan [sem bahyang wajib] pada tiap kali, dalam istilah J awanya
m ereka harus m elun asi utan g-utan g m ereka den gan cara m en cicil.
Misaln ya, jika d i n eger i Rem o [Kar an gan yar ] ter d ap at seor an g
p en gu asa yan g ber sed ia m en ger jakan sem bah yan g wajib ser t a
memerintahkan para pengikutnya untuk juga bersembahyang, maka ia
boleh tetap menjadi penguasa tanpa sesuatu halangan dan rintangan.
[Tetapi] dalam keadaan ia tidak m am pu m elaksanakan sem bahyang
[yang wajib] itu, m aka ia m em anglah akan digantikan, [atau] kalau
ia tidak dapat diganti, pastilah ia akan diperangi. Menurut perkiraan
saya sendiri, Tuan, ialah bahwa jikalau Sultan J awa itu tidak berhasil di
dalam tekadnya untuk mengangkat martabat agama, maka saya yakin
ia akan lebih senang untuk m eninggalkan dunia yang fana ini saja.
Dalam masalah-masalah ini, Tuan, saya memohon maaf kepada Tuan
atas segala kesalahan-kesalahan saya.
Ditulis pada Sabtu malam, tanggal lima belas bulan J umadilakir,
di dalam tahun J imawal [malam tanggal 12-13 Desember 1829], dengan
angka [Anno J avanico/ Tahun J awa]:
1 7 5 7
bacaan-indo.blogspot.com
Lampiran 1 253
bacaan-indo.blogspot.com

(Halaman 253-256) Surat asli aksara Jawa Basah Ngadullatip Pengalasan


kepada Kolonel Jan Baptist Cleerens, ditulis di Benteng Kedung Kebo, 12-13
Desember 1829, dari NA, Koleksi Pribadi H.M. de Kock no. 210. Foto seizin
Nationaal Archief, Den Haag.
bacaan-indo.blogspot.com

254
Sisi Lain Diponegoro
bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 1
255
bacaan-indo.blogspot.com

256
Sisi Lain Diponegoro
Catatan Akhir

1. Kata-kata J awa ‘ny anggiy a perangipun’ tam paknya m engandung


arti ‘sum onggo’, saya m enyerahkan itu.
2. Pada zam an Kartasura (1680 -1746), para penguasa kerajaan
J awa m em anfaatkan pasukan VOC (Perserikatan Dagang Hindia
Tim ur Belanda, 160 2-1799) untuk m enggem pur gerakan-gerakan
subversif, seperti yang dilakukan oleh kelom pok Raden Kajoran
(Panem bahan Rom o, sekitar 1620 -1679), ‘Agam a’ di sini tidaklah
hanya berarti Agam a Islam saja, m elainkan tatanan ilahi (divine
order) pada um um nya.
3. Teks asli Jawa tidak menunjukkan areal yang spesiik seperti
cacah, ‘rum ah tangga’ atau suatu ukuran lahan dan penduduk.
4. Pasisir di sini dapat pula berarti daerah-daerah yang dikendalikan
serta dikuasai oleh Pem erintah Hindia Belanda di luar yang
terdapat di pantai utara J awa. Kita tahu dari penasihat agam a
Arab Diponegoro, Hasan Munadi (Tuan Sarif Sam parwedi),
panglim a resim en ‘agam is’ Barjum ungah, bahwa tanah-tanah di
pantai utara (tanah ing Pasisir lèr seday a) yang dim aksud dalam
bacaan-indo.blogspot.com

surat Pengalasan sebagai perm ukim an Belanda (griy a ngalem pak


dados satunggil) adalah Batavia dan Sem arang (Carey 20 12:781).
258 Sisi Lain Diponegoro

5. Ini m erujuk pada J enderal Hendrik Merkus de Kock (1779-1845),


yang dalam dokum en-dokum en J awa selalu dirujuk sebagai
‘Kanjeng Tuw an Besar’ (Yang Mulia Tuan Besar).
6. Basah adalah gelar yang dipergunakan pada Perang J awa
(1825-1830 ) untuk m enunjukkan panglim a tentara m edan atau
pem im pin senior pasukan Pangeran Diponegoro. ‘Ali Basah’
(Pasha ‘tinggi’) diberikan kepada panglim a besar seperti ‘Ali Basah’
Sentot Prawirodirjo (sekitar 180 8-1855). Diam bil dari bahasa
Turki Osmani ‘Paşa’, gelar ini dipakai oleh Kesultanan Turki
Osm ani untuk pejabat tinggi m iliter dan sipil seperti gubernur,
jenderal, dan m enteri. Diponegoro m engenal istilah ‘Pasha
[Basah]’ ini dari para penasihat agam a seperti Haji Badarudin
yang telah berkunjung beberapa kali ke haram ain (Mekah dan
Madina) ketika kota-kota suci itu di bawah kekuasaan m iliter
Turki Osm ani setelah dikuasai sekte fundam entalis, Wahhabhi
(180 3-1812).
7. Ini m erujuk pada patih (perdana m enteri) Pangeran Diponegoro,
Raden Adipati Abdullah Danurejo (pra-1828 Raden Tum enggung
Danukusum o II; pasca-1830 Raden Adipati Danuningrat), yang
telah diangkat m enjadi patih oleh Diponegoro pada J anuari 1828,
lihat Rusche 190 8-190 9, II:24.
8. Naskah asli J awa seperti m engulang arti yang sam a sebanyak dua
kali: ‘utusan’ m engandung m akna orang yang ditugaskan untuk
m enyam paikan suatu pesan dari seseorang berkedudukan lebih
tinggi kepada seseorang yang lebih rendah. Tulisan tersebut
m ungkin sekali punya kaitan dengan datangnya kem bali utusan-
utusan Pengalasan yang pertam a pada tanggal 2 Desem ber 1829
tanpa m em bawa jawaban yang m em uaskan dari patih Diponegoro.
Patih Diponegoro telah m em inta untuk diadakannya gencatan
senjata selam a em pat belas hari, nam un perm intaan itu ditolak
bacaan-indo.blogspot.com

oleh De Kock, yang m em beri tahu bahwa tidak akan ada gencatan
senjata sam pai Diponegoro, yang belum jelas rim banya, m enulis
sendiri surat yang m enyatakan bahwa dia bersedia berunding.
Ini latar belakang surat Pengalasan (Carey 20 12:782-83). Dan ini
Lampiran 1 259

juga m ungkin m enjelaskan kalim at, “[saya] m endapatkan teguran


serta celaan resm i, oleh karena saya telah berani m engajukan
perm intaan untuk m enghentikan perm usuhan yang sedang
berlangsung ini dan Tuan Besar [De Kock] tidak m em berikan
persetujuannya.” Sem entara itu, utusan-utusan yang datang dari
Sentot untuk Diponegoro, telah berhasil pula m enerobos dan kini
sedang dalam perjalanan untuk m enem ukan Pangeran, lihat dK
49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada H.M. de Kock
(Magelang), 5 Desem ber 1829, No. 241.
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com

260
Sisi Lain Diponegoro
Lampiran 1 261
bacaan-indo.blogspot.com

Pangeran Notoprojo, Pangeran Serang II, dan Pangeran Purwonegoro sedang


membahas serangan mereka ke Demak pada akhir Agustus 1825. KITLV Or
13 (Babad Kedung Kebo, f. 187 r). Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.
LAMPIRAN 2

LAPORAN KOMIS ARIS U N TU K U RU S AN D AERAH


KERAJ AAN 1
(Baron P.H. van Lawick van Pabst)

Samarang, 20 April 1831, No. 996


(Kutipan dari laporan Van Pabst kepada GG Van den Bosch di ANRI
Arsip Keresidenan Bagelen 5/ 10 )

Dat de Residentie Bagelen zal zijn verdeeld in vier Regentschappen


(Besluit 18 December 1830 no.1):

Bringkelan
Semawoen[g]
Oengaran
Karang Doehoer
bacaan-indo.blogspot.com

Dit is, wat het getal behoeft, opgevolgd, dezelve zijn ook het van namen
veran derd; teven s doordien t het bij on derzoek is gebleken dat de

1
Untuk terjemahan bahasa Indonesia dari bagian akhir laporan ini lihat
halaman 200.
Lampiran 2 263

Hoofdplaatsen van die Regentschappen, behoorden te worden vastlegt


en de n aam van een Regen tschap behoort te voren de n aam welke
de hoofdplaats draagt, als om dat de Regen ten van de an dere twee
Regentschappen hiertoe hunnen wensch hadden te kunnen gegeven en
waarin ik bewilligd heb; alzoo hier niets tegen was en ik, door kan deze
kleinigheid toe te staan genoegen konden geven.

Ten gevolge van een en an der is Brin gkelan n aam der hoofdplaats
van het regentschap veranderd in die van Poerwo-Redjo, het woord
Bringkelan bevat in zich nimmer te kunnen gezaten tot hetgeen men
wenscht.

Het Regentschap Sem awoeng heeft den naam bekom en van Koeto-
ardjo, die van Oengaran en Karang-Doehoer, zijn veranderd in die van
Keboemen en Sedaijoe.

De Residentie Bagelen is nu onderdeeld in:


twee afdeelingen
vier regentschappen
achttien districten

De eer st e afd eelin g is gen aam d Poer wo-Red jo, best aat u it d e
Regentschappen:
Poerwo-Redjo
Koeto Ardjo
en sorteerd onder het onmiddelijk gezag van den Assistent-Resident,
welke nog staat benoemd te worden.

Het Regentschap Poerwo-Redjo is onderdeeld in vijf districten m et


namen:
bacaan-indo.blogspot.com

Poerwo-Redjo
Loano
Tjangkreb
Djenar
Wono-Rotto
264 Sisi Lain Diponegoro
bacaan-indo.blogspot.com

(Halaman 264-266) Laporan Van Pabst tentang urusan tanah yang diambil
alih pasca-Perang Jawa oleh Pemerintah Hindia Belanda di Bagelen dan
Banyumas. Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 1. Foto seizin ANRI.
Lampiran 2 265
bacaan-indo.blogspot.com

Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 2. Foto seizin ANRI.


266 Sisi Lain Diponegoro
bacaan-indo.blogspot.com

Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 3. Bagian teks putih menunjukkan sebutan
pertama dalam laporan Van Pabst mengenai perubahan nama Brengkelan
menjadi Purworejo untuk ibu kota kabupaten baru. Foto seizin ANRI.
INDEKS

A Arung Binang IV, Raden Tum enggung


(Kebum en) 155, 189, 20 5
Aceh 196 Athenaeum Bibliotheek (Deventer) 51,
Adisuryo, Pangeran (Abdurrahim , adik 116, 186
DN) 32, 147
afdeling (wilayah adm inistratif) 154, B
185, 20 1, 217
agam a tirtha (Bali) 33 Babad Diponegoro (Manado) (1832) 2,
Ageng, Ratu (istri sah HB I) 22, 38, 92, 7, 8, 14, 40 , 47, 58, 65, 71, 73
93, 98, 164 Babad Diponegoro Sury angalam 115,
Agung, Sultan (bertakhta 1613-1646) 179
21, 22, 23, 29, 30 , 41, 46, 47, Babad Kedung Kebo (Purworejo)
80 , 81, 82 (1843) 2, 3, 4, 6, 20 , 44, 45
Ali Basah gelar 35, 42, 249, 258 Babad Keraton Surakarta 4, 34, 146
Al Quran 23, 38, 40 , 41, 164, 186 Babad Keraton Yogy akarta 5, 11, 14,
Am bal 20 9 165
Am pel (Boyolali) 144 Babad Nitik 82
Ansari, Syeh Ahm ad al- (J eddah) 40 , Badan Keam anan Rakyat (BKR) 220
96 Badarudin, Haji (Penghulu Purworejo)
Arabia 35 96, 258
bacaan-indo.blogspot.com

Arjuna 14, 15, 16, 17, 18, 20 , 21, 31, 60 , Bagelen, lihat juga Cokronegoro, Pur-
66, 78, 87 worejo 3, 7, 8, 17, 28, 44, 47,
Arjunaw ijay a, Serat 12, 14 50 , 52, 53, 75
Arjunawiwāha, Serat 12, 14, 16, 17, Baker, Kapten Godfrey Phipps 20 9
18, 20 , 21 Baladewa, Prabu 186
Baledono 220
268 Sisi Lain Diponegoro

Bandung 198, 211, 218, 220 , 222 Bubutan, Benteng (Bagelen) 170
Bantengwareng, punakawan 17, 32, 42 Bum inoto, Pangeran 146
lihat juga Roto Buntu, Desa 211
Banyum as 17, 33, 48, 99, 135, 143, 144, Bustanul Ariin 223
149, 171, 184, 190 , 194, 199,
20 3, 20 8, 211, 221, 227, 232 C
Banyum eneng 31, 33, 87, 168
Banyuroto (Kulon Progo) 31 Cabolang, Serat 35, 36, 37, 63, 88, 10 7
Banyuurip, Kecam atan (Purworejo) Cahyono, Desa (Banyum as) 48, 99
143, 188, 212, 219 Cangkrep, Kecam atan 188, 20 1
Bastian, Haji Agus (bupati Purwo rejo, Céphas, Kassian (fotografer profesional
20 16-20 21) 197, 222, 225 perdana pribum i, 1845-1912)
Batavia (J akarta) 29, 37, 89, 96 223
Baud, J .C. 118 Chevallier, P.F.H. (Asisten-Residen
Bayan 219 Yogya) 59, 60
Bayat, Sunan, lihat juga Tem bayat Cikapundung, Sungai 198
29, 82 Cikini, insiden teror (1958) 222
bekel (pem ungut pajak desa) 17 Cilacap 47, 215, 225
Belanda, bahasa 194, 218, 221, 232 Cirebon 213
Bendung Boro 213 Cleerens, Kolonel J an Baptist (1785-
Bendung Guntur 214 1850 ) 124, 135, 150 , 20 6, 246
Bendung Kalisem o 214 Cohen Stuart, A.B. 25, 71, 72, 92, 117
Bendung Kedung Pucang 214 Cokrojoyo, lihat Cokronegoro I
Bendung Penungkulan 214 Cokronegaran, Keluarga 20 6, 222
Bener, Kecam atan 210 , 211, 214 Cokronegoro I, Raden Adipati Ario
Bener Krajan, Desa 211 (1779-1862) 115, 117, 122, 157,
Benteng Rotterdam (Makassar) 42, 80 161, 177, 180 , 185, 196, 20 0 ,
besi kuning (aji-aji) 53 210
Bharatayuda, Perang 10 4, 148 Cokronegoro II (putra Cokronegoro I)
Bhom a Kaw y a, Serat 14 122, 139, 157, 212, 213, 214
Bim a Suci, lakon wayang 18 Cokronegoro III 212
Bim a, Wrekudara 53 Cokronegoro IV, Raden Adipati Ario
Binnenlands Bestuur 212 Sugeng 157, 188, 196, 20 7,
Blauw & Brill, kertas Belanda 246 214, 218, 219, 222
Blitar I, Pangeran 163, 164 Cokrorejo, Tum enggung 170
Blora 28, 20 4 Com m issaris ter regeling der vorsten-
Blora, Patih, lihat Suronegoro landen 199, lihat juga Lawick
Boedi Oetom o (190 8-1935) 196, 218 van Pabst
Bogor 89, 96, 211 D
Bogowonto, Kali 118, 170 , 20 8, 20 9
Borobudur, Candi 89, 169, 225 Daendels, J alan 20 8
Boro Wetan 20 1 Daendels, Marsekal H.W. 37
Bosch, Gubernur J enderal J ohannes dalang istana (Yogya dan Solo) 13
van den (m enjabat 1830 -1834) Danurejan 77, 145, 227
75, 89, 199 Danurejo II, Raden Adipati (Patih Yo-
bacaan-indo.blogspot.com

Boyolali 50 , 144, 20 7 gya, 1799-1811) 12, 145, 146


Bragolan 142, 143, 155, 156 Danurejo IV, Raden Adipati (Patih
Brengkelan (pasca-1831, Purworejo) Yogya, 1813-1847) 192
53, 75, 117, 118, 137, 154, 157, Danurejo V, Raden Adipati (Patih Yo-
180 , 185, 196, 199, 20 0 , 20 4 gya, 1847-1879) 76, 180 , 232
Brosot 20 8 Danusubroto, Atas S. (sejarawan lokal)
20 7
Indeks 269

Dayeuh Kolot, Kecam atan Bandung Frederik der Große (Frederik yang
198 Agung) 4
Dekso, Desa (m arkas DN di Kulon Histoire de Mon Tem ps 4
Progo) 168 Freem ason (Tarekat Mason Bebas)
Dem ak 11, 26, 27, 80 , 176, 193, 20 1, 20 2
261
Dem ak, Sultan 11, 26, 27 G
Den Haag 177, 181, 194, 20 4, 246
Depresi Besar ekonom i dunia (1930 - Gangga, Sungai 213
1937) 217 Gareng 17, 10 4
Derx, H.G., Staatspoorw egen 215 Gawok, pertem puran (15 Oktober 1826)
Deventer 51, 54, 116, 148, 186 51, 169
Dewan Gereja (Gereform eerde Kerken) gelijkgesteld (diangkat setara dengan
221 Belanda di m ata hukum ) 219
Dewi Sri 16, 99 Gereja Kristen J awa (GKJ ) 221, 223
Diponegoro, Pangeran (1785-1855) Gericke, J .F.C. 4, 80 , 183, 184, 237
114, 115, 117, 121, 130 , 134, Geseng, Sunan 185, 241
136, 142, 148, 150 , 151, 154, Giezenberg, J ohanna 196
159, 162, 169, 177, 179, 183, Girardet, Dr Nikolaus, lihat juga
192, 234 Cokronegoro IV 178, 237
Diponegoro, Pangeran Muda (sekitar Giri, Sunan (wali) 22, 26, 27, 80
180 3-pasca-Maret 1856) 115, Giyanti, Perjanjian (13 Februari 1755)
168, 169, 179, 185 6, 142
Diponegoro, pasukan (selam a Perang gladhag, m antri xi, 143, 144, 188, 20 6
J awa) 3, 44, 124, 168, 176, 192 Gom bong (Bagelen) 48, 99, 217, 229
Djojonegoro, Raden Abdoel Moettalip Gowong, distrik Kedu Selatan 16, 32,
219 150 , 184
Djojonegoro, Wardim an, lihat Grebeg, Puasa, Mulud 19, 79, 158
Wardim an Djojonegoro Grobogan-Wirosari 28
Dora W eca, lakon 78 Gua Secang (Selarong) 19, 30 , 87
Dorp, G.C.T. van (penerbit Sem arang) Gudhang, Pangen 218
114, 119, 132 Gunung, Geger Menjangan 20 9, 211
Drewes, Prof. G.W.J . 35, 186 Gunung Kelir 150
Durna, Pandita 52, 186 Gunung Kendeng (Blora) 28
Duym aer van Twist, A.J . (guber- Gunung Kidul, distrik 20 , 29
nur-jenderal, 1851-1856) 54, Gunung Lawet (Banyum as) 48
116 Gunung Merapi 38, 93, 176
Gunung Padang 10 3
E Gunung Rosom uni 20
Gunung Sirnoboyo (Banyum as) 147
Erucokro, Sultan, lihat juga Dipo- Guyangan, Desa (Banyum as) 47
negoro 24, 25, 26, 30 , 32, 34,
36, 37, 38 H
Europese Lagere School 219
Hagem an, J an J cz (sejarawan) 138,
164, 228, 232
bacaan-indo.blogspot.com

F
Ham engkubuwono II 164, 181, 183,
Federated Malay States (FMS) 219 192
Fillietaz Bousquet, Reinier de (Residen Ham engkubuwono III 16, 38, 78, 183,
Bagelen, 1850 -1854) 210 192
Fort Rotterdam (Makassar) 210 Ham engkubuwono IV 12, 14, 96, 191,
192
270 Sisi Lain Diponegoro

Ham engkubuwono V 12, 77 J epara 221


Hasan Besari, Kiai (adik Kiai Modjo) J ohns, Profesor Anthony 1
168 J oko Widodo, Presiden 224
Hegel, GWJ (1770 -1831) 224 J ono 20 7
Hindu-Buddha 41, 86, 87 J oyoboyo, Prabu, lihat juga Ram alan
Hogere Kweekschool 217 J oyoboyo 25, 65, 10 3
Hollandsch Inlandsche School (HIS) J oyodiningrat, Raden Tum enggung
218 (Bupati Karanganyar) 227
Purworejo 219 J oyokusum o I, (Ngabehi) Pangeran
hulptroepen xii, 45, 118, 124, 135, 150 , (pam an DN) 151, 168
183, 196 J oyom ustopo, Kiai 46, 111, 166, 192
J oyonegoro, Raden Tum enggung (bu-
I pati Arjowinangun Ponorogo)
133
Im am Puro, Syeh (ulam a besar Pur- J oyosundargo, Tum enggung (Basah)
worejo) 223 167
Im am roji, Haji (Penghulu DN 1826- J oyosuprojo, Raden Panji 133, 137,
28) 27 138, 231
Im ogiri 46 Julius Caesar, pertunjukan/ dram a
infrastruktur (pengairan, jalan, kereta William Shakespeare 224
api, rum ah sakit, dan sebagain-
ya) 197, 20 6, 20 7, 20 9, 212, K
225
Inggris 4, 17, 37, 38, 180 , 181, 183, 20 3, ‘kair’ Belanda 44
20 8, 20 9, 219, 235, 286 Kajoran (Panem bahan Rom o) 82, 257
Inlandsche School 211, 218 Kali Cingcingguling 33, 20 8
Iskandar Dinata, Otto 220 Kaligesing, Desa 20 9, 210
Islam 1, 9, 11, 13, 16, 19, 23, 24, 25, 27, Kali J ali 151, 155
29, 32, 35, 38, 39, 40 , 49, 50 , Kalijogo, Sunan 11, 15, 21, 22, 28, 37,
67, 80 , 81, 82, 98 80 , 193
Islam , hukum 23, 49, 146, 147 Kali Lereng 151, 20 0 , 20 7
Islam, Sui 50, 138, 179 Kali Lesung 151
Ism ail, Mayor (Purn.) J enderal Kali Progo 31, 51, 140 , 20 9
Muham m ad (Gubernur J awa Kam alodiningrat, Penghulu Yogya
Tengah 1983-93) 198 (1823-sekitar 1835) 164, 191
kanker kulit 214
J Karanganyar, Kabupaten (Banyum as),
lihat juga J oyodiningrat 33,
J alan Raya Pos (grote postw eg) Daen- 190 , 232, 252
dels 198 Karangbolong 20 9
J anissary, resim en 40 Karang Dhuhur (Sedayu; pasca-1832,
J anodin, Kiai 47, 48 Karanganyar), Kabupa ten 75,
J awa Tengah, Gubernur 198 199
J awa Tengah, Provinsi 198, 222 Karangyoso 221
J awa Tim ur 22, 176 Kartasura 143, 257
J eddah 40 , 96
bacaan-indo.blogspot.com

Kartini, Raden Ajeng 219


J enar, Kecam atan (Purworejo) 20 1, Kasongan, Pesantren 168
213 Kasunanan 36, 63, 142, 145, 20 7
J enderal Urip Sum oharjo (1893-1948, Kayu Ara Hiwang, prasasti (90 1) 20 1
tokoh dan pendiri TNI), lihat Kebum en, Kabupaten Bagelen, lihat
Urip Sum oharjo 223, 229 juga Arung Binang 75, 99, 155,
J epang, pendudukan m iliter 220 20 0 , 20 1, 20 5, 20 7, 211
Indeks 271

Kediri, lihat juga J oyoboyo 25, 51, 65, 150 , 154, 157, 158, 162, 183,
10 3, 20 1, 236 185, 212
Kedu, Keresidenan 17, 188, 199, 211, Kutoarjo (pra-1831, Sem awung), Kabu-
217 paten (Bagelen) 75, 189, 211,
Kedung Kebo, Babad, lihat Babad 213, 215, 218, 222, 225, 229
Kedung Kebo 2, 3, 4, 6, 7, 20 , Kutoarjo-Purworejo, rel kereta api 225
44, 45, 47, 48, 51, 65, 66, 74, 79 Kutoarjo, stasiun kereta api 218, 229
Kedung Kebo, tangsi m iliter dan ben- Kweekschool, Hoogere (HKS, Sekolah
teng Belanda (1825-1942) 118, Tinggi Guru) 218, 222
20 8, 20 9, 216, 217
Kedung Putri, saluran irigasi 145, 20 9, L
211, 212
Kem bang Gede, desa (dekat Banyum e- Lawick van Pabst, P.H. Baron van 8,
neng, Kulon Progo) 168 74, 180 , 181, 183, 199, 20 1,
Kencono, Ratu, lihat Ratu Kencono 20 2, 228, 262
Keraton 2, 5, 34, 36, 58, 63, 72, 94, Ledok (Kedu Selatan) 47, 150 , 184
98 lihat juga Mangkunega- Leiden, Perpustakaan Universitas 3, 4,
ran, Pakualam an, Surakarta, 51, 76, 114, 118, 121, 122, 137,
Yogyakarta 166, 178, 181, 186, 240 , 244
Keré, Kiai (tom bak pusaka) 53 Lengkong Ginaris, blogger 214, 215,
kereta api, jaringan rel 214 216, 230
Kertowijoyo, Tum enggung 191 Lengkong Sanggar, sejarawan lokal
kesektèn (kesaktian) 45, 50 , 148 217, 221
Ketonggo (Madiun) 35 Loano, Kecam atan (Kabupaten Pur-
Kinder de Cam arecq, A.W. (Residen worejo) 47, 143, 184, 196, 20 1,
Bagelen) 184, 186, 187, 232 20 9, 218, 263
Kock, J enderal Hendrik Merkus de 25, Louw, P.J .F., sejarawan m iliter xi, 115
149, 187, 20 2, 258 M
Kolkata (Benggala) 213
Koninklijk Bataviaasch Genootschap m acan gadungan (harim au jadi-jadi-
vii, 71, 178, 238 an) 87
Koninklijk Instituut (Leiden) vi, 119, Madiun 16, 35
127, 137, 139, 161, 166, 238 Madura 77, 89, 150 , 153, 166, 192, 219,
Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger 238, 244
(KNIL) 217, 229 Maduretno, Raden Ayu (istri sah Dipo-
Kontroliran, kam pung 212 negoro, sekitar 1798-1827) 15,
kopi 214 16, 31, 92
Kresna, Prabu 53, 62, 148 Magelang 124, 151, 154, 156, 157, 171,
Kristen, agam a 29, 221 183, 187, 188, 189, 190 , 194
Kristenisasi 221 Magetan 132, 133, 137
Krom owijoyo, lihat Pengalasan 163, Majapahit 144, 163, 20 1
191 Majasto, desa pradikan (dekat Tem -
Krum put, Desa 211 bayat) 30 , 82, 83
Kudus, Sunan 27, 80 , 81 Makassar 117, 138, 172, 179, 210 , lihat
Kulon Progo 31, 33, 87, 143, 148, 150 , juga Benteng Rotterdam
bacaan-indo.blogspot.com

151, 163, 168, 187, 190 , 212, Makkah 35, 39, 40 , 41, 87, 89, 96, 97
224 Malangy uda, buku 35
Kulon Progo, Bandara Internasional Malaya, Sem enanjung 219 lihat juga
224 Tanjung Malim , Patani
Kurawa 17, 50 , 52, 60 , 10 4, 148 Manado 115, 150 , 151, 175, 179, 231
Kusum oyudo, Pangeran 124, 135, 149, m ancanagara barat 118, 142, 154, 169,
180 , 181, 184, 199, 20 3
272 Sisi Lain Diponegoro

Mangkubum i, Pangeran (putra HB II, Nusa Srenggi (Eropa) 36


pam an DN) 19 Nyai Adipati Sepuh 212
Mangkudiningrat II, Pangeran 169
Mangkunegaran 6, 88, 167, 190 , 233 O
Mangunnegoro, Mas (adik DN) 168
Mangunsubroto, Meester (ahli hukum / Ongko Loro, sekolah 218
doktor) J awa 130 Oostrom Philips, Nyonya 221
Mataram 125, 127, 131, 151, 167, 243 Opak, Sungai 81, 92
Maulana Sam su J en 65 Orde Baru ix, 198
Melayu, bahasa 136, 139, 150 , 156, P
158, 177
Mem ory of the World, lihat juga Wa- Pabst, lihat Lawick van Pabst 181
risan 3, 115 Pakualam an 6
Menoreh, perbukitan 210 , 216, 224, Pakubuwono I, Sunan 34
225 Pakubuwono IV, Sunan 13, 135, 146,
Mertosono, Pangeran (Murda ningrat) 212
227 Pakubuwono VI, Sunan 54, 98, 149,
Mesjid Watu (Nusakam bangan) 47 154, 192
Metesih (Magelang) 140 Pakubuwono V, Sunan 69
Michiels, Mayor 32 Palem bang 89
Mintaraga, Serat, lihat juga Arjuna Pandawa 10 , 15, 16, 17, 52
12, 17 pandita-ratu 30 , 32
Mitragna, Kuda Diponegoro 62, 10 6 Pangen Gudhang, Desa 216
Mlangi, pesantren/ pradikan xii, lihat Panti Budoyo (Yogyakarta) vi, 122, 132
juga Danurejo, Taptojani Panungkulan, Desa 20 9
Mojo, Kiai 26, 27, 28, 38, 49, 82, 97 Parangkusum o 15, 37
Mopid, Kiai 47, 48, 111, 166, 192 Partai Dem okrat 197
Mudjanattistom o, Drs. 78, 178, 239 Pasisir, wilayah pesisir utara 247, 257
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onder- Pasopati, panah (Arjuna) 16
wijs) 221 Patani 89
Multatuli (Eduard Douwes Dekker, Paulus Tosari, evangelis pribum i 221
1820 -1887) 210 Pekiringan, Desa (Banyum as) 48
Muntilan 225 Pem anahan, Kiai Ageng 49
Musarar, Kitab 65 Pem erintah Kolonial Hindia Belanda
Museum Nasional 20 1 (1818-1942) 20 2
pendidikan, Belanda dan pribum i 211,
N 217
Napoleon, Perang 9 Pengalasan, Basah Ngabdullatip Kerto
Nederlandsch-Indische Spoorweg (1795-pasca-1865) 246, 249
Maatschappij (NIS) 215 Pengasih, Kulon Progo 143, 187, 212
Ngabehi, Pangeran, lihat J oyokusum o I Pengging 31, 33, 87
151 Perang J awa (1825-1830 ) 1, 2, 7, 8, 10 ,
Ngastina, kerajaan 17, 54 12, 13, 16, 18, 21, 26, 28, 30 , 31,
Ngiso, Haji 96, 169 33, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45,
46, 49, 52, 54, 55, 58, 60 , 61,
bacaan-indo.blogspot.com

Niel, Robert van 213


nila 213, 214 64, 66, 67, 71, 72, 96
Notoprojo, Pangeran (Raden Mas perang suci (prang sabil) 27, 41, 96,
Papak) 193, 261 147, 166
Nugroho Notosusanto, Prof. ix Perang Suksesi J awa Kedua (1719-
Nusakam bangan 47, 166 1723) 34
Indeks 273

Perkum pulan Sekolah-Sekolah Kristen Ratu Paneteg Panatagam a 35, 39,


(PSSK) 221 41, 67
Perpustakaan Nasional Indonesia Rem bang, Keresidenan 20 2
(Perpusnas) 114 Rem okam al 171
Perserikatan Dagang Hindia Tim ur 9, Rem o (Karanganyar) 33, 190 , 227, 252
181, 257 Resodiwirio, Raden Ngabehi, lihat
Petruk 17 Cokronegoro xii
Philips, Nyonya 221 Retnoningsih, Raden Ayu (istri sah
Pigeaud, Dr Th.G.Th. 113, 191 DN) 42
Pinang, Pulau 138, 172, 181, 183, 194 Rochussen, J .J . (gubernur jenderal,
Plered 81, 168 1845-1851) 118
Ponorogo 133, 137, 143 Ronggo Prawirodirjo III, Raden (Bupati
Priangan 198 Wedana Madiun, 1796-1810 )
Pringgoatm ojo, Raden Ario Adipati 213 16
Probolinggo 218 Roorda, Taco 119, 175, 180
Proboy ekso (kediam an pribadi Sultan) Roto (J oyosuroto), punakawan 17, 32
36, 91 RSUD Dr Tjitrowardojo 220 , 221
Puasa, Grebeg 158 Rum , lihat juga Turki Osm ani 37,
Pupillenkorps, taruna m iliter Hindia 82, 97
Belanda 217, 229 Rusche & Co (penerbit Surakarta) 72,
Purwodadi, Bagelen selatan 142, 213, 179
219
Purwonegoro, Pangeran 193, 261 S
Purworejo, HKS 219, 220
Purworejo, Kabupaten 1831), lihat juga Sachsen Weim ar, Adipati (Duke) Bern-
Cokronegoro 195, 197, 198, hard von (Panglim a Tentara
20 1, 20 4, 218 Hindia Belanda, 1850 -1854)
Purworejo, stasiun kereta api 215, 216, 156, 158, 232
217, 222, 224, 229 Sadrach, Kiai (Radin Abas Sadrach
Puspowardojo, Raden Ayu Tuti Marini Supranata) 221, 223
(ibu Ir. Habibie) 220 Sahir, Ibu Dr (piut Pangeran Dipone-
goro Muda) 185
R Salam an, Kecam atan (Kedu Selatan)
211
Rahm anudin, Kiai (Penghulu Yogya, Salis, A.M. Th. de (Residen Yogya,
1812-1823) 22, 164 1822-1823) 20 , 79
Ram alan J oyoboyo, lihat J oyoboyo 25, Sam ba, Raden 62
46, 50 , 51, 65, 67 santri 61, 62, 63, 94, 95, 98
Ratu Adil, lihat juga Diponegoro 11, Saras Husada, RSUD 221
16, 20 , 21, 23, 25, 27, 29, 30 , Sarotom o, cundrik (pusaka DN) 15, 16
31, 32, 34, 35, 36, 38, 40 , 41, Sartono Kartodirdjo, Prof. ix, x
46, 50 , 63, 64, 67, 82, 88, 92, Sarwo Edhie Wibowo, Kolonel (1925-
93, 95, 10 2, 10 8, 147, 160 , 165, 1989) 223, 229
166 sastrawi, warisan 20 7
Ratu Ageng (istri sah HB I), lihat Ageng Sastranegoro, Raden Tum enggung (pu-
bacaan-indo.blogspot.com

22, 38, 92, 93, 98, 164 jangga Surakarta) 115, 175
Ratu Kencono (istri sah HB III), lihat Sawunggaling, Raden Tum enggung
Kencono 38, 93 199
Ratu Kencono (istri sah HB IV), lihat Schm idt auf Altenstadt, J onkheer
Kencono 12 J .G.O.S von (180 6-1857, Resi-
Ratu Kidul 82 den Bagelen, 1842-1850 ) 210
274 Sisi Lain Diponegoro

Sedana, Pangeran 99 Stuers, Mayor F.V.H.A. Ridder de 140


Sedayu 75, 20 0 , lihat juga Karang suisme, lihat juga Islam Sui tasawuf
Duhur 1, 238
sejarah ilm iah (scientiic history) 9, Sulawesi 7, 114
137 Sultan Idris Training College 219
Sejarah Ratu Tanah Jaw a (1838) 80 , Sultan Idris Training College (Kolese
98 Sekolah Guru Sultan Idris) 219
Selarong 20 , 30 , 31, 33, 34, 38, 49, Sum atera 145, 186, 20 6
87, 88, 96, 10 1, lihat juga Gua Sum atera Barat, Gubernur Militer 20 6,
Secang lihat juga Cleerens
Selebes (Sulawesi) 210 Suprobo, dewi 16, 20 , 79
Selo, Ki Ageng 48, 49 Surabaya 176, 213
Selorejo, panepen DN di Tegalrejo 19, Surakarta, keraton, lihat juga Pakubu-
33, 41, 86, 87, 111, 166 wono 13, 50 , 58, 94
Sem ar 17 Suronegaran, Hotel 196, 20 0 , 20 4
Sem arang 29, 114, 119, 120 , 129, 130 , Suronegaran, trah 220
133, 137, 138, 139, 171, 172, Suronegoro, Raden Tum enggung Ario
185, 186, 188, 231, 236 (Patih Blora; pasca-1831, Patih
Sem awung (Kutoarjo), Kabupaten Purworejo) 20 4, 20 5
(Bagelen) 75, 189, 199 Suryonegoro, Pangeran Abdul Sam su
Sengkuni, Adipati 60 , 61 (adik DN) 28, 76, 180 , 232
Sentot, Ali Basah 35 Suryowijoyo, Pangeran (adik DN) 179
Sepoy (Spèhi) 17, 38, 181, 183 Susilo Bam bang Yudhoyono 223
Serang II, Pangeran 28, 193, 261 Sutonegoro, Mas Ngabehi (Patih Sem a-
Serat Anbiy a 72 rang) 130 , 131, 139
Serat Cabolang, lihat Cabolang 35, 36, Suwongso, Raden Mas (Legiun
37, 63, 88, 10 7 Mangkunegaran) 167, 190
Serat Ram a 12, 14 Suyudana, Prabu 50
Serat Sury araja 78
Setyaki, Raden 52, 53, 20 6 T
Sevenhoven, J an Isaak van 154, 184
Siluk, pertem puran (17 Septem ber Tam an Siswa 220
1829) 31, 169 Tanam Paksa, Sistem (1830 -1870 ) 213,
Singowijoyo, Raden Ngabehi 52, 142 214
Siratu’l Mustakim 146, 186 Tanggung, Kabupaten (Bagelen) 118,
Siwa, agam a 86 135, 150 , 185, 196
Sm issaert, A.H. (Residen Yogya) 59, Tanjung, Desa (Kulon Progo) 163
77, 84, 86, 94, 96 Tanjung Malim (Perak) 219
Sm issaert, J .W.H. (Residen Bagelen) Taptojani, Kiai, lihat juga Mlangi xii,
20 3, 20 5 45, 145, 146, 147, 185
Soepratm an W.R. (190 3-1938) 223 Tarekat Bebas, lihat Freem ason
tasawuf, ilm u m istik Islam , lihat juga
suisme 32, 45, 145, 150
Soko (Kem anukan) 219
Solow, Robert Merton (peraih hadiah
Nobel 1987) 226 Tawangsari, Kecam atan 83
Sonobudoyo, Museum 76, 122, 179, Tegal 213
bacaan-indo.blogspot.com

180 , 232, 234 Tegalrejo 13, 14, 17, 19, 33, 34, 39, 40 ,
Sosrodiningrat II, Raden Adipati (Patih 46, 48, 49, 50 , 59, 61, 62, 77,
Surakarta, 1812-1846) 69, 86, 87, 94, 96, 146, 165, 166,
98, 143 192, 234
Sosrodipuro II, Raden Ngabehi 94 Tem bayat, lihat juga Bayat, Sunan 29,
Staatspoorwegen (SS), lihat juga Derx 30 , 82, 241
215, 217, 218, 222, 224, 225
Indeks 275

Tem on, Kecam atan, lihat juga Kulon Waterloo, Matthijs (Residen Yogya)
Progo 224 145, 185, 186
Ternate 32, 150 Wates, ibu kota Kulon Progo 163, 190
Tionghoa, kom unitas 20 8 wayang 8, 11, 12, 13, 17, 20 , 33, 46, 50 ,
Tionghoa, pengusaha 20 7 51, 52, 54, 55, 58, 59, 60 , 61,
Tjitrowardojo, Raden Ngabehi (Dr) 66, 67, 75, 76, 77, 10 3, 10 6, 10 8
220 Wayang Diponegoro 10 8
TNI 13, 217, 218, 220 , 223, 229 wayang krucil 76
Toorop, J an (1825-1928, pelukis Belan- wayang kulit 12, 13, 75, 10 3, 10 8, 239
da) 223 wayang purwa 52, 61, 10 6
Trayem , desa dekat Borobudur 89 Wayang Wong Trunojoyo 77
Trirejo, Desa 214 Wedi 20 7
Trunojoyo, Raden (Madura) 77 Wijoyokusum o, bunga 47, 48, 166, 192
Tugu Margoyoso 211 Willem I, Raja (bertakhta, 1813-1840 )
Tum enggung, Raden 133 157, 181, 182, 189
Tunggul Wulung, Ibrahim 221 Winter, C.F. Sr 47, 119, 120
Turkio, Raden Mas 40 , 213 Wironegoro, Raden Tum enggung May-
Turki Osm ani 96, 157, 170 , 258 or 60 , 192
tuw a buru (penangkap m acan, Kulon Wisnu, Dewa 16
Progo) 51
Y
U
Yani, J enderal Ahm ad (1922-1965)
Ujung Tim ur J awa (Oosthoek) 218 223, 229
UNESCO, Warisan Dunia (Mem ory of Yogyakarta, keraton, lihat juga
The World) xi, 3, 115 Ham engkubuwono 2, 5, 12, 17,
Ungaran 199, 20 0 , 20 7 19, 37, 46, 72, 98
Urip Sum oharjo, J enderal (1893-1948, Yudistira 17, 52, 53, 186
tokoh dan pendiri TNI) 223,
225 Z
Urutsewu 158, 20 9
Zending (Dewan Gereja) 220 , 221, 222
V

Van Gelder 217


VOC (Verenigde Oostindische Com -
pagnie/ Perserikatan Dagang
Hindia Tim ur) 9, 37, 181, 257
Volksraad 220

Wahidin Sudiro Husodo, Dr 219


Wali Songo 21, 25, 37
w ali w udhar 22, 23, 38, 93
Wall Street Crash, lihat juga Depresi
bacaan-indo.blogspot.com

Besar ekonom i dunia 217


Walraven van Nes, J .M. (Residen
Yogya) 190 , 244
Wardim an Djojonegoro 220 , 222
Wartinah, Raden Roro (ibu Wardim an
Djojonegoro, 1912-20 0 6) 220
TENTANG PENULIS

P ETER CAREY la h ir d i Ra n goon


(Yangon), Burma (Myanmar), 30 April
1948 . Kem bali ke In ggris 1955 un tuk
belajar di Tem ple Grove Preparatory
Sch ool (1955-196 1) d an Win ch est er
College (1961-1965), ia kemudian kuliah
di Trinity College, Universitas Oxford.
Pada 1969 ia m eraih gelar sarjana de-
n gan pen ghargaan utam a (First Class
Honours) di bidang Sejarah Modern. Setelah itu, Peter m en-
dapat beasiswa English Speaking Union (ESU) dan belajar di
kelas program master di bidang Kajian Asia Tenggara di Cornell
University (AS) (1969-1970 ), masa ketika ia mulai tertarik pada
Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan sejarah Perang J awa
bacaan-indo.blogspot.com

(1825-1830 ).
Peter pertam a kali datan g ke In don esia pada 1970 dan
pernah tinggal tiga tahun di J akarta dan Yogyakarta (1971-1973
dan 1976-1977) untuk mengumpulkan data yang tersimpan di
Tentang Penulis 277

Arsip Nasional RI dan scriptorium naskah J awa. Setelah meraih


gelar Ph.D pada 1975 den gan disertasi m en gen ai “Pan geran
Dipan egara dan Asal-usul Peran g J awa (18 25-18 30 )”, Peter
bekerja di Un iversitas Oxford, In ggris, m ula-m ula sebagai
pem ban tu riset di Magdalen College (1974-1979), kem udian
sebagai Laithwaite Fellow un tuk Sejarah Modern di Trin ity
College (1979-20 0 8). Ia sekarang menjadi YAD Adjunct Profesor
di Fakultas Ilm u Pen getahuan Budaya (FIB) di Un iversitas
Indonesia (pengukuhan, 12 November 2013; pidato pengukuhan,
1 Desember 20 14).
Disertasi itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indo-
nesia dengan judul Kuasa Ram alan; Pangeran Diponegoro dan
Akhir Tatanan Lam a di Jaw a, 1785-1855 (Kepustakaan Populer
Gram edia, 20 12). Versi pendeknya diterbitkan oleh Penerbit
Buku Kompas, 20 14, dengan judul Takdir; Riw ay at Pangeran
Diponegoro (1785-1855).
Peter—yang beristri seorang Sunda-Hokkian-J epang dari
Bandung—adalah sejarawan terkemuka Inggris yang mendalami
Asia Ten ggara dan pern ah m en erbitkan sejum lah buku dan
tulisan m en gen ai Burm a (Myan m ar), Kam boja, dan Tim or-
Leste. Buku sebelumnya adalah Korupsi dalam Silang Sejarah
Indonesia; Dari Daendels (180 8-1811) sam pai Era Reform asi
(Komunitas Bambu, 20 16), Perem puan-Perem puan Perkasa di
Jaw a Abad XIII-XIX (Kepustakaan Populer Gramedia, 20 16),
dan Inggris di Jaw a, 1811-1816 (Penerbit Buku Kompas, 20 17).
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
bacaan-indo.blogspot.com
PERANG JAWA (1825-30) adalah suatu “tsunami” dalam sejarah Indonesia modern yang
menghancurkan tatanan lama Jawa dan melahirkan sebuah pemerintah kolonial baru,
Hindia Belanda (1818-1942). Perang total ini juga menjadi pemicu lahirnya historiografi
baru. Untuk pertama kali dalam sastra Jawa modern muncul sebuah otobiografi—Babad
Diponegoro (1832)—yang ditulis Pangeran Diponegoro (1785-1855) dalam pengasingan
di Manado.

Isu legitimasi kekuasaan menjadi hal yang diperdebatkan dengan seru. Apakah sang
Pangeran murni memperjuangkan kebenaran sebagai Ratu Adil atau sebenarnya dimakan
kepongahan kekuasaaan alias pamrih? Bagi musuh bebuyutan Diponegoro di Bagelen,
Raden Adipati Cokronegoro I, bupati perdana Purworejo pascaperang (menjabat 1831-
1856), jawaban sudah jelas: Diponegoro seorang yang hebat tapi memiliki kelemahan
fatal: ambisi dan keangkuhan.

Dalam naskah yang ditulis Cokronegoro dengan bantuan mantan panglima Diponegoro
di Bagelen, Basah Pengalasan, Babad Kedung Kebo (1843), Cokronegoro seperti men-
jawab otobiografi sang Pangeran. Versi sejarah Perang Jawa ini membenarkan pilihan
Cokronegoro untuk memihak kepada Belanda. Kekuasaan kolonial baru yang bercokol
telah menjadi masa depan bangsa dan belum saatnya untuk mengusir kaum penjajah.
Maka mengharapkan muncul seorang Juru Selamat alias Ratu Adil amat terlalu dini.

Buku ini, yang didasarkan pada dua tulisan kunci pakar Perang Jawa, Peter Carey, pada
pertengahan 1970-an, tentang Babad Kedung Kebo dan historiografi Jawa, merupakan
pengantar inspiratif untuk sejarawan. Buku ini mengajak kita untuk mengerti bahwa
sejarah Jawa pada awal abad ke-19 sangat beraneka ragam dan historiografi lokal sangat
kaya. Tulisan Cokronegoro juga memperingatkan kita bahwa tidak ada satu versi sejarah
yang benar. Babad Kedung Kebo menjadi salah satu bahan yang mengukir dunia Jawa.
bacaan-indo.blogspot.com

SEJARAH

KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)


Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3
Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3359
Fax. 53698044, www.penerbitkpg.id KPG: 59 17 01405
KepustakaanPopulerGramedia; @penerbitkpg; penerbitkpg

Anda mungkin juga menyukai