Anda di halaman 1dari 16

BAB III

KONDISI FAKTUAL

A. Gambaran umum
Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada perkembangan ancaman
baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri yang semakin kompleks,
sehingga pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo pada peresmian pelantikannya sebagai Presiden periode 2019-2024
dalam pidatonya menyampaikan bahwa untuk menjawab tantangan dan
kebutuhan bangsa diperlukan kualitas sumber daya manusia yang unggul.
Pembangunan terhadap kualitas sumber daya manusia yang unggul
tersebut dijabarkan oleh Presiden RI melalui salah satu program prioritas
unggulan jangka panjang 5 tahun yaitu membangun sumber daya manusia
yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengundang
talent-talent global untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam penguatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia mencapai keunggulan.
Oleh karena itu, seiring dengan adanya program pemerintah Indonesia
dalam menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat di Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang memiliki peranan penting
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh
warga Negara, mengaktualisasikan program unggulan Presiden Joko Widodo
melalui penguatan terhadap sistem manajemen sumber daya manusia Polri.
Penguatan terhadap sistem manajemen sumber daya manusia Polri
dilaksanakan oleh Polri guna menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam
melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, memberikan keamanan
dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) serta penegakan hukum yang
proofesional, modern dan terpercaya sesuai dengan grand strategi Polri
2005-2025.

14
15

Untuk menunjang keberhasilan Grand Strategi Polri 2005-2025,


tentunya Polri harus didukung dengan sumber daya organisasi Polri yang
kuat, hal ini dapat dilihat dari daya dukung sumber daya manusia Polri baik
pada aspek kuantitas dan kualitas yang mampu memenuhi ratio dan
standarisasi kebutuhan personel Polri baik secara kemampuan,
pengetahuan maupun sikap sesuai kompetensi, maupun sumber daya
anggaran Polri yang dapat mendukung terhadap kegiatan, program kerja
hingga operasional Polri di lapangan dalam memberikan perlindungan,
pengayoman, pelayanan serta penegakan hukum, hingga dukungan
sarana dan prasarana penunjang dan metode yang dilakukan oleh
organisasi Polri dalam mendukung keberhasilan penerapan Grand
Strategi Polri khususnya tahap III 2015-2015 strive for excellence (menuju
organisasi Polri yang unggul).
Namun saat ini kondisi sumber daya organisasi Polri dirasakan
masih belum siap untuk mendukung kapabilitas organisasi dalm mencapai
tujuannya yang terlihat dengan masih banyaknya personil Polri yang
melakukan pelanggaran pidana maupun pelanggaran disiplin, kode etik
dan profesi , sehingga alih alih mendukung dan mensukseskan
pelaksanaan tugas tetapi malah sebaliknya menjadi beban organisasi yang
bisa mencoreng nama institusi dan berdampak pada rendahnya capaian
kinerja dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat sebagaimana
terlihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Pelanggaran Disiplin dan Kode etik Profesi

Sumber : Divpropam Mabes Polri


16

B. Sistem rekrutmen sumber daya manusia Polri


1. Aturan
Saat ini penerimaan sumber daya manusia Polri diatur dalam
Perkap No 10 tahun 2016 tentang Penerimaan Calon Anggota Polri
7 (tujuh) Bab dan 34 pasal yang mengatur dengan sangat jelas
segala hal ihwal tentang mekanisme penerimaan calon anggota
Polri, namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal karena
terbukti masih ditemukannya panitia atau anggota yang melanggar
aturan tersebut.
Sebagaimana kasus yang terjadi dalam penerimaan anggota
Polri di Polda Sumsel tahun 2016 dengan angka yang cukup
fantastis yang nilainya mencapai milyaran rupiah sehingga Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A/Khusus Palembang menjatuhkan
vonis lima tahun penjara dan denda Rp200 juta terhadap mantan
Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Bid Dokkes) Polda Sumatera
Selatan Komisaris Besar (Purn) Soesilo Pradoto atas
kasus suap penerimaan calon siswa bintara Polri 2016. Selain
Soesilo, majelis hakim yang diketuai Abu Hanifah pun menjatuhkan
vonis serupa kepada Ajun Komisaris Besar Syaiful Yahya. Pada saat
itu ia menjabat sebagai Kasubbid Kespol Bid Dokkes Polda Sumsel
sekaligus Sekretaris Panitia Pemeriksaan Kesehatan dimana
keduanya terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan
pidana korupsi secara bersama-sama dengan menerima suap
dengan jumlah yang sangat besar mencapai Rp 6,05 miliar. Dimana
para terdakwa dijerat dengan Pasal 12 huruf A Undang-Undang
nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
(sebagaimana dikutip dari pemberitaan media online CNN Indonesia
tertanggal Jumat 24 Juli 2020).
2. Jenis rekrutmen
Jenis rekrutmen calon anggota Polri dibagi kedalam 3 (tiga)
sumber penerimaan yaitu Perwira (Akpol dan SIPSS), Bintara dan
17

Tamtama yang sesuai dengan 3 (tiga) golongan dalam pembinaan


karier anggota Polri .

Tabel 3.2 Penerimaan Anggota Polri 2015-2019

Sumber : Rojianstra SSDM Polri


Dari tabel tersebut dapat terlihat pada setiap tahunnya Polri
melaksanakan rekrutmen baik pada Akpol, SIPSS, Bintara,
Tamtama. Pada tahun 2015 terlihat merupakan rekrutmen
terbanyak yang dilaksanakan Polri yaitu 15.349 orang dan pada
tahun 2019 hanya 9.500 orang. Rekrutmen yang dilaksanakan
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi Polri pada tahun
bersangkutan. Selanjutnya rekrutmen juga dilaksanakan melalui
kebijakan zero growth recruitment dimana Polri merekrut personel
dengan mempertimbangkan proyeksi personel meninggal dunia,
pensiun dll. Hal tersebut dilaksanakan memperhatikan arah
kebijakan nasional di bidang pengelolaan SDM.

Polri sangat concern terhadap SDM, dimana menurut


Karojianstra SSDM Polri Brigjen Pol. Drs. Subiyanto bahwa Polri
pada tahun 2020 akan melakukan penerimaan anggota Polri
sebanyak 11.000 orang. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
18

Grafik 3.1 Penerimaaan Anggota Polri 2020

Sumber :Rojianstra SSDM Polri

Penerimaan Perwira sebanyak 325 orang dilaksanakan


melalui penerimaan Akpol sebanyak 250 personel dan SIPSS
sebanyak 75 personel. Kemudian pada Bintara dilakukan
penerimaan sebanyak 10.275 personel dengan alokasi Polwan
sebanyak 400 personel dan Polki sebanyak 9.875 personel.
Sedangkan untuk Tamtama sebanyak 400 personel dengan alokasi
Brimob sebanyak 300 pesonel dan Polair sebanyak 100 personel.

Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2015-2019)


telah terjadi penurunan animo masyarakat untuk mendaftar dan
mengikuti seleksi penerimaan Akpol secara signifikan. Penurunan
ini perlu disikapi oleh Polri agar diketahui faktor penyebabnya karena
jika dibiarkan maka hal ini akan mempengaruhi kondisi Polri untuk
mencari dan mendapatkan bibit unggu, ditambah lagi terjadinya
wabah Corona virus disease 2019 (Covid-19) perlu menjadi
perhatian dengan membatasi proses rekrutmen dengan
menerapkan protokol kesehatan dan resiko penularan pada saat
test.
3. Sistem seleksi
Untuk memperbaiki proses penyediaan personel Polri agar
semakin berkualitas, Polri telah melakukan perubahan substansi
dan kultur yang diwujudkan dalam akselerasi transformasi di tubuh
19

Polri, utamanya pada proses penerimaan anggota Polri dengan


mengacu pada prinsip dasar penerimaan yaitu “BETAH” yang
merupakan kepanjangan dari Bersih, Transparan, Akuntabel dan
Humanis.
Oleh karena itu untuk menjaring pendaftar, Polri telah
melakukan berbagai sosialisasi terbuka, baik melalui media massa,
spanduk, baliho maupun sosialisasi secara langsung ke masyarakat
atau ke sekolah. Selain itu semua tahapan seleksi dilakukan secara
terbuka di mana seluruh peserta seleksi bisa melihat sendiri hasil
seleksi di setiap tahapannya. Mulai dari proses penerimaan berkas,
pemeriksan administrasi, kesehatan, tes akademik, psikotes, dan
kesamaptaan dan jasmani hingga proses kelulusan semua dalam
pengawasan.
Sesuai perintah Kapolri yang menegaskan bahwa dalam
setiap tahun anggaran penerimaan, setiap Panitia Polda harus
membentuk Tim Pengawas Internal yaitu terdiri dari Itwasda dan
Bidpropam Polda setempat dan Tim Pengawasa Eksternal yaitu
terdiri dari Diknas, Disdukcapil, IDI, HIMPSI, Akademisi, Guru
Olahraga, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, LSM, Media Massa untuk
mengawasi/menyaksikan pelaksanaan setiap tahapan seleksi secara
ketat, terus menerus, transparan.
Namun kepercayaan masyarakat terkait dengan penerimaan
anggota Polri masih dalam taraf ragu bahwa dalam penerimaan
untuk menjadi anggota polisi, Polri sudah bersih dari suap, hal
tersebut dapat dilihat pada jajak pendapat yang dilakukan SSDM
Polri, sebagai berikut :
Grafik 3.2 Survey SSDM Polri Rekrutmen 2019
20

Sumber : Rodalpers SSDM Polri


Sesuai hasil jajak pendapat dari sampel 525 responden
dalam cakupan nasional yang dilaksanakan Agustus 2019,
dapat diketahui bahwa masyarakat masih ragu / tidak yakin bahwa
proses penerimaan anggota Polri bebas suap sebanyak 69,7
persen, yang merasa yakin hanya 22,1 persen dan yang tidak tahu /
tidak jawab sebanyak 8,2 persen.

C. Kesiapan sumber daya manusia Polri dalam menghadapi


tantangan organisasi
1. Kondisi personel Polri
Grafik 3.3 Komposisi Personel Polri 2020

Sumber : Baginfopers SSDM Polri


21

Berdasarkan data Jumlah Ratio Kebutuhan Polri Tahun


2020 dapat diketahui bahwa total ebutuhan DSP Polri Tahun
2020 sejumlah 684.894 personel, sedangkan rill sejumlah
419.566 personel (61,2%). Artinya jika dinilai secara kuantitas,
jumlah personel Polri masih kekurangan sebanyak 265.328
(39,8%) personel. Sehingga dari sisi kuantitas penyediaan
personel Polri saat ini jika dihadapkan pada kebijakan pemerintah
yang dilaksanakan sesuai prinsip minimal Zero Growth masih belum
optimal dilaksanakan, karena masih belum mampu memenuhi
kebutuhan jumlah ratio ideal kuantitas personel yang diperlukan
organisasi Polri dalam mendukung pelaksanaan tugas di lapangan.

Padahal dilihat dari sisi jumlah penduduk saat ini kita tengah
menikmati bonus demografi dengan jumlah penduduk produktif pada
generasi Z sebanyak 27,94 % yang berarti sekitar 75,4 juta orang
berpotensial untuk direkrut menjadi anggota Polri dan hal ini masih
belum bisa dimanfaatkan Polri sebagai peluang dan potensi untuk
mendapatkan sumber daya manusia Polri.

2. Tantangan Polri
Tantangan organisasi Polri semakin berat dan menantang,
tidak hanya melaksanakan agenda rutin di bidang pemeliharaan
kamtibmas dan penegakan hukum tetapi juga harus dihadapkan
dengan wabah Covid 19 yang belum memperlihatkan tanda tanda
penurunan secara global sementara perekonomian negara harus
tumbuh untuk menunjang pembangunaan nasional .
22

Gambar 31 Tantangan Polri Tahun 2021

Sumber : Asop Kapolri

Bila kita korelasikan dengan komposisii personel Polri pada point 1


(satu) yang masih mengalami kekurangan kekurangan sebanyak
265.328 (39,8%) personel tentunya akan menjadi kendala
tersendiri menghadapi tugas tugas Polri kedepannya. Karena
mengingat kondisi geografis republik Indonesia yang begitu luas
terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan belasan ribu
pulau yang menyatukannya belum lagi kondisi demografi berupa
kepadatan penduduk yang tersebar di 5 (lima) pulau besar
Indonesia, dengan konsentrasi terpadat berada di pulau Jawa yang
mencapai hingga 60 %, tentunya fakta ini memerlukan strategi
khusus agar kekurangan personel yang ada dapat menyiasati
kendala kendala sebagaimana disebutkan diatas.
23

3. Kinerja Polri
Kinerja Polri selama ini dapat kita lihat dari gambar dibawah
ini :
Gambar 3.2 Survei dan Pandangan Masyarakat

Sumber : Paparan fit dan proper tes Kapolri

Dalam paparan Kapolri Jenderal Listyo sigit Prabowo pada


saat fit dan Proper Tes dihadapan DPR sebelum beliau dilantik
menjadi Kapolri sudah terlihat adanya penurunan tingkat
kepercayaan masyarakat pada Polri dengan catatan kurun waktu
2018-2019 dimana tingkat kepuasan masyarakat di tahun 2019
menurun dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan ini ditunjukkan oleh sejumlah survei, yang


menunjukkan angka lebih rendah dalam hal kepuasan, kepercayaan
dan citra. Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
24

Denny JA, tingkat kepercayaan masyarakat pada Polri tahun 2019


berada di angka 72,1 persen. Padahal, dalam survei LSI tahun 2018,
angka kepercayaan masyarakat mencapai angka 87,8 persen.
Dengan demikian, survei LSI menunjukkan penurunan yang cukup
drastis,hingga belasan persen.

Demikian pila berdasarkan Survei Penelitian dan


Pengembangan (Litbang) Kompas pada 2019 menyatakan, 67,3
persen responden menyimpulkan Polri sudah bekerja profesional.
Polri mendapat angka 58,7 di bidang penilaian kinerja. Adapun
tingkat kepuasan Polri berdasarkan Survei Litbang Kompas tahun
2019 sebanyak 70,8 persen. Angka Survei Litbang Kompas di tahun
2019 itu menurun drastis dibanding tahun sebelumnya. Survei
Litbang Kompas pada 2018 menunjukkan kepercayaan publik
terhadap Polri jauh lebih tinggi, mencapai angka 82,9 persen.

D. Strategi penguatan sistem rekrutmen sumber daya manusia


Polri guna meningkatkan kapabilitas organisasi

Sebagai organisasi yang dinamis dan terus berkembang


tentunya Polri senantiasa terus mengevaluasi diri berkaitan dengan
pelaksanaan tugas tugasnya, Staf Sumber Daya Manusia (SSDM)
Polri selaku satker yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
rekrutmen/ penyediaan calon anggota Polri juga terus melakukan
pembenahan di bidang ini antara lain dengan :
1. Anev tahunan rekrutmen Polri
Kegiatan ini rutin diakukan oleh SDM Polri yang jamaknya
dilakukan setiap tahun dalam bentuk pelaksanaan Rakernis dengn
mengundang seluruh Karo SDM seluruh Satwil dan pengembang
fungsi SDM padasatker Mabes Polri , namun bahan evaluasi dari
tahun ketahun hanya berfokus pada pelanggaran pelanggaran yang
ditemukan pada saat proses seleksi ataupun penyempurnaan teknis
saat seleksi dilaksanakan.
25

Secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan pada


seleksi tingkat daerah dan pusat. Tahun 2018 memiliki materi serta
tahapan seleksi yang sama dengan tahun 2019. Namun, ada sedikit
perbedaan pada metode penilaian tes psikologi yang sebelumnya
hanya secara kuantitatif, pada tahun 2019 penilaian dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif. Namun pada pelaksanaan
penyediaan personel AKPOL diatas berdasarkan hasil anev
penerimaan terpadu Polri masih ditemukan beberapa kekurangan
sebagai berikut :

Pertama, pada bidang rikmin ditemukannya kekurangan


berkas di tingkat panitia pusat serta ditemukannya paping yang
berada di temapt uji/ pemeriksaan atau sekretariat panpus dengan
memakai rompi panmpus, alat ukur timbangan badan maupun berat
badan yang terbatas sehingga menghambat proses pengukuran,
selain itu pengumpulan berkas salinan ditemukan ada yang masih
kurang.

Kedua, dalam bidang pemeriksaan kesehatan, jumlah calon


pendaftar yang lolos pemeriksaan masih ditemukan berbagai
diagnosa penyakit seperti radang, sikatrik, tanda falur dan lain-lain.

Ketiga, dalam bidang pemeriksaan psikologi, masih


ditemukannya pelibatan tenaga psikologi dari Polda dan jajaran
yang sama dengan asal pengiriman catar, materi CAT rikpsi tidak
diujikan karena adanya gangguan injeksi k server, Gladi CAT tidak
memenuhi aspek humanis dikarenakan panitia melaksanakan uji
coba materi kecerdasan hingga dini hari, Batere tes rikspi belum
dapat mendeteksi perilaku sosial menyimpang.

Keempat, masih ditemukannya uji kemampuan jasmani tidak


sesuai dengan real hasil uji, keterbatasan tiang pull up dan adanya
gelang pada setiap putaran dapat mengganggu pelaksanaan rari
serta penumpukan antrian, ditemukannya listrik pada pada saaat
26

renang dan tidak disediakannya genset selain itu masih


ditemukannya hasil anthropometri tidak langsung diumumkan.

Kelima, dalam bidang PMK masih ditemukannya penguji


yang belum memiliki sertifikasi wawancara PMK, penggalian data
latar belakang catar mengandalkan pengalaman masing-masing
penguji, selain itu materi PMK belum mampu menggali secara
mendalam tentang gambaran kondisi catar terkait dengan
pengetahuan tentang mental idiologi, kesetiaan terhadap pancasila,
NKRI serta masih ditemukannya perilaku penyimpangan sosial yang
bertentangan dengan kode etik profesi Polri.

2. Melakukan Survei
Pada tahun 2019 SSDM Polri dengn Litbang Kompas
mengadakan survei berkaitan dengn rekrutmen Polri dan kemudian
dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil Penelitian dan
pengembangan Kompas (Litbang Kompas) memaparkan hasil survei
dan penelitian terkait penerimaan anggota Polri tahun anggaran
2019, penelitian tersebut dilakukan di 6 wilayah kepolisian daerah
(polda), yakni Polda Sumatera Utara, Polda Jawa Barat, Polda
Kalimantan Barat, Polda Nusa Tenggara Barat, Polda Sulawesi
Selatan, dan Polda Maluku. Kompas mencoba melihat persepsi
publik dari para pendaftar terkait dengan isu “orang dalam” yang
bisa membantu mereka dalam proses seleksi. Hasil penelitian
menunjukkan sejumlah pendaftar yakin dengan kehadiran orang
dalam dapat membantu proses seleksi.

Jumlah responden kali ini berjumlah 280 orang, diambil dari


pendaftar Bintara dan Tamtama dari 6 polda yang mendaftar di
Sekolah Polisi Negara (SPN) masing-masing Polda. Dengan hasil
“11 % pendaftar masih percaya, bantuan orang dalam dari internal
Polri atau panitia seleksi bisa meloloskan mereka. Lalu 18 persen
pendaftar juga percaya, panitia atau orang dalam bisa mengubah
27

hasil tes, sedangkan 9 persen pendaftar masih percaya, dengan


memberikan imbalan, proses seleksi bisa dilalui hingga dinyatakan
memenuhi syarat (MS).”
Kompas juga melihat pengaruh persepsi ini kepada mereka
yang masih mengikuti seleksi, sebanyak 136 orang dan 144 orang
yang telah mengikuti seleksi dan sudah dinyatakan tidak memenuhi
syarat (TMS). Hasilnya, mereka yang masih menempuh seleksi
terlihat sedikit optimistis yaitu sebanyak 99 % peserta yakin mereka
bisa menembus seleksi tanpa bantuan orang dalam, hanya 1 %
peserta yang merasa tidak yakin.
“Dari 280 tadi, ada 144 yang sudah dinyatakan tidak
memenuhi syarat. Persepsi orang dalam bagi mereka yang gagal
bergabung ternyata besar ada 5 % pendaftar merasa sangat yakin,
14 % merasa yakin, 8 % merasa agak yakin jika ada bantuan dari
panitia, penguji atau orang dalam.” Meski demikian, mayoritas, yakni
43 % masih merasa sangat tidak yakin, 20 % tidak yakin, dan 10 %
agak tidak yakin bisa lolos jika ada bantuan dari panitia, penguji atau
orang dalam.

Hasil tersebut walaup cukup menggembirakan namun masih


ditemukan adanya persepsi publik sebesar 14 % bahwa bantuan dari
orang dalam bisa mempengaruhi kelulusan para calon anggota Polri
dan ini akan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

3. Memperbaharui metode seleksi


Metode seleksi yang sudah dan masih dilakukan saat ini
sebagaimana diatur dalam Paraturan Kapolri Nomo 10 tahun 2016
tentang Penerimaan Calon Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, disebutkan dalam Pasal 10 bahwa Tahapan Penerimaan
Calon Anggota Polri, meliputi kegiatan:
a. kampanye;
b. pendaftaran;
28

c. seleksi
d. sidang penetapan kelulusan.

Sementara dalam Pasal 13 yang mengatur tentang kegiatan


Seleksi disebutkan bahwa kegiatan tersebut terdiri dari :
a. pemeriksaan administrasi, yaitu pemeriksaan
keabsahan dokumen tertulis sebagai kelengkapan
persyaratan administrasi dan sebagai sarana
pencocokan identitas/kategori calon anggota Polri.
b. pemeriksaan kesehatan, yaitu serangkaian kegiatan
pemeriksaan medis yang dilaksanakan oleh fungsi
kedokteran dan kesehatan Polri pada seleksi penerimaan
bagi calon anggota Polri
c. pemeriksaan psikologi yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan dan pengolahan data psikologi untuk
mengungkap karakteristik individu berdasarkan nilai dan
persyaratan yang ditetapkan termasuk selanjutnya berupa
wawancara psikologi.
d. Penelusuran Mental Kepribadian, yaitu kegiatan untuk
memperoleh data terkait aspek perorangan, aspek mental,
aspek moral dan aspek kepribadian
e. pengujian akademik
f. pengujian kemampuan jasmani dan pemeriksaan
anthropometrik
g. pemeriksaan penampilan, khusus penerimaan Akpol pada
tingkat Panpus
Metode ini sudah cukup baik dan teruji namun harus terus
disempurnakan tidak hanya tahapan yang sudah baku atapun teknik
seleksi namun juga dalam hal lain seperti bagaimana penentuan
sosok atau profil anggota Polri yang ideal untuk masa 5-10 tahun
kedepan yang tidak hanya siap mengahdapi era revolusi indusri 4.0
tetapi juga menghadapi tantangan kedepan yang semakin berat.
29

E. Implikasi
Dengan masih adanya permasalahan-permasalahan pada sistem
rekrutmen sumber daya manusia Polri, hal tersebut memberikan implikasi
sebagai berikut :
1. Berpotensi akan menghasilkan anggota Polri yang tidak
kompeten yang otomatis akan mempengaruhi kinerjanya
dilapangan kelak.
2. Tidak terwujudnya kapabilitas organisasi yang baik dan sesuai
harapan.
3. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada institusi
Polri.

Anda mungkin juga menyukai