Anda di halaman 1dari 7

Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa

Rotor Sangkar Tupai


Yusnan Badruzzaman

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang


E-mail : yusnan.badruzzaman@gmail.com

Abstrak
Penggunaan motor induksi tiga fasa untuk aplikasi di mesin-mesin industri telah banyak digunakan
pada dunia industri karena mempunyai konstruksi yang sederhana sehingga mudah dalam
perawatannya. Kelemahan utama motor induksi tiga fasa adalah arus starting yang cukup tinggi dan
torsi awal yang rendah. Untuk mengatasinya kita perlu memilih metode pengasutan yang tepat yang
mampu menurunkan arus starting dan menaikkan torsi awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik sistem pengasutan konvensional yang terdiri dari sistem direct online, bintang segitiga,
tahanan primer dan pengasutan dengan transformator. Metode pengasutan konvensional merupakan
metode pengasutan yang paling sering dipakai di dunia industri karena konstruksinya sederhana, handal
dan ekonomis. Metode pengasutan konvensional dilakukan dengan mengatur dua buah variabel utama
yaitu tegangan dan arus.

Kata kunci : Pengasutan konvensional, motor induksi tiga fasa

Abstract
The use of three-phase induction motors for applications in industrial machinery has been widely used in
industry because of its simple construction, so easy in maintenance. The main drawback is the three-phase
induction motor starting current is sufficiently high and low starting torque. To solve this problem, we need to
choose the right method of starting motor that can reduce the starting current and starting torque increase.
This study aims to determine the characteristics of conventional Starting induction motor system consisting of
direct online system, the star delta, primary custody and the Starting of the transformer. Starting of the
conventional method is a method of Starting of the most commonly used in industry because of its
construction is simple, reliable and economical. Starting of the conventional method performed by adjusting
the two main variables, the voltage and current.

Keywords: Conventional starting, three phase induction motors

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN PUSTAKA

Penggunaan motor induksi tiga fasa untuk 2.1 Motor Induksi Tiga Fasa
aplikasi di mesin-mesin industri telah banyak Secara umum motor induksi dibagi menjadi
digunakan pada dunia Industri. Motor induksi dua buah yaitu motor induksi satu fasa dan motor
tiga fasa Mempunyai konstruksi yang sederhana induksi tiga fasa. Secara prinsip cara kerja kedua
sehingga mudah dalam perawatannya, bahkan motor ini adalah sama yaitu karena adanya
bisa dikatakan tanpa perlu perawatan yang induksi yaitu adanya medan putar pada belitan
khusus. utama (stator) yang memotong batang-batang
Untuk dapat menjalankan motor induksi rotor sehingga akan timbul induksi pada rotor.
diperlukan suatu sistem pengasutan diantaranya Bagian utama dari motor induksi adalah :
adalah metode konvensional dan metode 1. Bagian yang diam (stator)
otomatis. 2. Bagian yang bergerak (rotor)
Untuk dapat memilih metode pengasutan 3. Celah udara
yang tepat, diperlukan suatu penelitian yang Prinsip kerja motor induksi tiga fasa adalah
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sebagai berikut.
karakteristik masing-masing sistem pengasutan
konvensional tersebut.

41
ISSN : 2252-4908 Vol. 1 No. 1 April 2012 : 41 – 47
1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang 2.2 Sistem Pengasutan
pada kumparan stator, timbullah kecepatan Masalah-masalah yang sering muncul pada
120 f sistem pengasutan secara umum adalah arus awal
medan putar (N s ), N s = . (1) yang terlalu besar dan momen awal yang sering
P
terlalu kecil. Untuk kebanyakan motor arus awal
2. Perputaran medan putar pada stator tersebut
adalah empat sampai tujuh kali besarnya arus
akan memotong batang-batang konduktor
nominal[1]. Untuk motor-motor yang besar hal ini
pada bagian rotor.
tidak dapat diijinkan karena akan mengganggu
3. Akibatnya, pada bagian rotor akan timbul
jaringan, lagipula hal ini akan merusak motor itu
tegangan induksi (ggl) sebesar : E 2S = 4,44 f 2
sendiri. Selain itu konsumsi daya listrik juga akan
N 2 (untuk satu fasa), dimana E 2S adalah
sangat tinggi dikarenakan arus start yang terlalu
tegangan induksi saat rotor berputar.
besar tadi.
4. Karena pada rotor timbul tegangan induksi,
Rumus arus awal adalah :
dan rotor merupakan rangkaian yang tertutup,
E 20
sehingga pada rotor akan timbul arus (I). ( I 2 ) s =1 = (3)
5. Adanya arus (I) didalam medan magnet, akan R22 + X 22
menimbulkan gaya (F) pada rotor.
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya Dengan memperhatikan persamaan (3) dapat
(F) pada rotor cukup besar untuk memikul disimpulkan bahwa salah satu cara untuk
kopel beban, maka rotor akan berputar searah menurunkan arus awal adalah dengan
dengan medan putar stator. menurunkan E 20, hal ini dapat dilakukan dengan
7. Agar tegangan terinduksi diperlukan adanya menurunkan tegangan apit. Dan cara yang kedua
perbedaan antara kecepatan medan putar dalah dengan memperbesar nilai tahanan R 2. hal

stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor ini dapat dilakukan pada jenis rotor belitan
(nr). dengan menambahkan tahanan luar melalui cincin
8. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut gesernya.
slip (S) dinyatakan dengan :
2.2.1 Pengasutan DOL (direct on line)
ns − nr
S= x100% (2) Jenis ini adalah jenis pengasutan yang umum
ns dipakai terutama untuk daya motor dibawah 5
9. Apabila n r = n s tegangan tidak terinduksi KW. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan arus tidak mengalir pada kumparan dalam pengasutan secara langsung (DOL) ini
jangkar rotor, dengan demikian tidak antara lain :
dihasilkan kopel. Kopel motor akan 1. Arus meningkat 5 s/d 7 kali arus beban penuh
[1]
ditimbulkan apabila n r lebih kecil dari n s . .
Berubah-ubahnya kecepatan motor induksi (n r ) 2. Torsi hanya 1,5 s/d 2,5 kali torsi beban
mengakibatkan berubahnya harga slip dari 100% penuh.
pada saat start sampai 0% pada saat diam (n r = 3. Terjadi drop tegangan pada saat start awal
ns) 4. Untuk daya motor yang besar tidak
Hubungan frekuensi dengan slip dapat dilihat disarankan untuk menggunakan pengasutan
seperti pada persamaan (1). jenis ini.
Pada rotor berlaku hubungan : Keterangan : Is = 5 s/d 7 kali In.
p(n s − n r ) Pr = 2π.Ns.τ = k.τ
f2 = Dimana Pr adalah Daya input rotor.
120 Dan rugi-rugi tembaga (Pcu) = 3 x Protor
Dimana f 2 = frekuensi arus rotor
Jadi 3I 22 R 2 = s.kτ dimana I 2 = I 1
pn s n s − n r
f2 = x I2
120 ns τ= (4)
n − nr pn s S
Karena S = s dan f 1 = Jika If = Arus nominal beban penuh
ns 120 Sf = Slip beban penuh
Maka f 2 = f 1 x n s 2
k .I . f
Pada saat start S = 100% dan f2 =f1 Maka τf = (5)
sf

42
Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai...... Yusnan Badruzzaman
2 Ihs adalah arus saat hubungan segitiga dengan
τ start  Ist 
=   sf (6) starting DOL
τf  If  τ st ≈ I st 2 (s=1) (10)
Ketika pengasutan DOL maka arus starting 2
adalah mirip arus hubung singkat (Ihs) If
2
τf ≈ (11)
τ start  Ihs  sf
=   sf = a 2 sf
τf
2
 I 
2 2
 If  τ start  I st  1 I 
=   s f =  hs  s f =  hs  s f
dimana a =
Ihs τf  I f   3I f  3  I f 
If
Ihs dan Ist adalah arus perphase
Gambar 1 memperlihatkan rangkaian
percobaan pengasutan DOL. Gambar 2 adalah rangkaian percobaan
pengasutan bintang segitiga.
F2

F2

ES1

K1M K2M
ES1
1
Sb K3M K4M K5M
S1
1
Sa Sc
2 2 S4
F1
37 38
7 K1T
S2 K1M S3 F1
K2M
U1 V1 W1
3 5 S5 K3M

K2M K1M 8 10 9

6 K4M
U2 V2 W2 U3 V3 W3 K5M
M K1M 4
H1
K2M
H2
11

M K3M K1T K5M 12 K4M


H3

PE
DOL Forward DOL Backward
PENGASUTAN
DOL PE
PENGASUTAN Hub. Bintang Hub. Segitiga
BINTANG SEGITIGA
L1 L2 L3

Gambar 1 Rangkaian daya dan rangkaian kontrol L1 L2 L3

pengasutan DOL Gambar 2 Rangkaian daya dan rangkaian kontrol


pengasutan bintang segitiga
2.2.2. Pengasutan Bintang Segitiga
Cara yang sering digunakan untuk 2.2.3. Pengasutan dengan Tahanan Primer
Di sini tegangan yang diturunkan diperoleh
menurunkan tegangan apit adalah dengan
dengan menggunakan tahanan yang dihubungkan
menggunakan saklar bintang segitiga. Hubungan
seri dengan setiap belitan stator selam periode
bintang digunakan untuk menurunkan tegangan
start. Penurunan tegangan dalam tahanan dapat
yang masuk ke kumparan stator, sedangkan pada
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
saat motor berjalan normal, kumparan stator
kebutuhan. Semakin banyak tingkatannya
dihubung delta. Metode ini cocok digunakan
semakin halus pula percepatan yang dihasilkan
untuk motor-motor diatas 5,5 KW sampai 15
sehingga gangguan tegangan pada saluran lebih
KW.
kecil.
Pada saat hubungan Bintang tegangan line ke
Setelah periode start dengan tahanan selesai
netral dapat diformulasikan sebagai berikut:
maka motor akan dihubungsingkatkan sehingga
Vf
Vln = (7) motor akan bekerja dengan tegangan penuh.
3 Perpindahan ini dilakukan dengan kontrol
Vf otomatis dengan menggunakan timer.
I ln = I f = (8) Keuntungan dari pengasutan ini adalah panas
3. z yang ditimbulkan relatif sedikit yaitu 5%-10%
Sedangkan pada hubungan segitiga tegangan dari panas yang akan timbul.
line ke netral dapat diformulasikan sebagai Gambar 3 memperlihatkan rangkaian
berikut: percobaan pengasutan dengan tahanan primer.
V
I ln = (9)
Z
Vf
I ln =
3
Formulasi hubungan torsi starting dan torsi
beban penuh
Ist perphase = 1/√3 Ihs per phase

43
ISSN : 2252-4908 Vol. 1 No. 1 April 2012 : 41 – 47
2 2
V  V 
τ 2 ≈ k   dimana τ 1 ≈  
2

 3  3
F2

maka τ 2 = k τ 1
ES1

2
K15M K16M
S16
1
(14)
Rd 43
τ1 = Torsi saat DOL
τ2 = Torsi transformator
S17 K16M
K7T
K15M

44 46
U10 V10 W10

K7T

45
K15M
Hubungan torsi starting dan torsi beban penuh
τs =k 2I hs
47

saat tegangan kV/√3 ;


M K15M K7T K16M
H9

PENGASUTAN TAHANAN
PADA STATOR
Pengasutan Tahanan Stator
Ist = k.Ihs
Gambar 3 Rangkaian daya dan rangkaian kontrol Karena τst~Ist2 untuk slip = 1
pengasutan dengan tahanan primer Maka
2
2.2.4. Pengasutan dengan transformator τ st  I st 
=   sf
Pengasutan dengan transformator ini dapat τ f  I f 
dilakukan dengan beberapa tingkatan, semakin 2
banyak tingkatan yang digunakan maka akan τ st I 
semakin baik pula perubahan arus start yang = k 2  st  s f (15)
terjadi sehingga kenaikan arus start dapat
τf  I f 
diminimalkan. Keuntungan yang dapat kita
rasakan dengan penggunaan tingkatan yang lebih Gambar 4 memperlihatkan rangkaian
banyak adalah akan mengurangi kerugian- percobaan pengasutan dengan transformator.
kerugian panas yang timbul jika kita bandingkan
dengan mempergunakan suatu hambatan R.
Namun kekurangan yang utama adalah
transformator tegangan mempunyai harga yang
lebih tinggi daripada sebuah hambatan.
Tujuan dari pengasutan ini adalah untuk
mengurangi tegangan awal yang diinduksikan
pada stator sehingga rangkaian ini biasa dikenal
dengan nama pemampas awal kerja atau starting
compensator. Rangkaian ini dapat dioperasikan
secara manual ataupun otomatis dengan Gambar 4 Rangkaian daya dan rangkaian kontrol
menggunakan rele yang dapat memberikan pengasutan dengan transformator
tegangan penuh setelah motor menjadi cepat.
Pada saat pengasutan tegangan terminal dari
motor dikurangi 50% sampai 80% dari tegangan III. PEMBAHASAN
penuh trafo, hal ini dimaksudkan untuk membuat
arus asut kecil. Setelah percepatan transformator Data motor yang digunakan :
tegangan diputuskan. P = 745 W
Jika transformator bertapping dengan ratio Type = Rotor sangkar
transformasi k maka : F = 50 Hertz
kV Nr =1415
Tegangan fasa = Y/∆ = 380/220 V
3 Cos θ = 0.5
kV V Pole = 4 kutup
Sehingga I 2 = =k
3Z 3Z
3.1. Pengasutan Direct On Line
I 2 = k .I hs
Dari hasil percobaan gambar rangkaian 3 yang
I 2 = k .s.I f (12) dilakukan pada rangkaian DOL Forward
Arus dari catu daya I 1 = k .I 2 didapatkan data sebagai berikut :

I 1 = k s.I f =k I hs
2 2
(13)

44
Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai...... Yusnan Badruzzaman

TABEL 1 Dari name plate motor yang digunakan dalam


DATA PERCOBAAN RANGKAIAN 2.1 DOL percobaan pengasutan bintang segitiga
VL-L Is Ir Nr didapatkan bahwa pada hubungan bintang
(Volt) (A) (A) (rpm) tegangan maksimal yang diijinkan adalah 380 V
Maju 371 1.65 1.46 1498 dan pada hubungan delta tegangan maksimal
200 1.55 0.51 1490 yang diijinkan adalah 220 V. Sehingga dari data
Mundur 371 1.60 1.40 1499 diatas maka tegangan yang dikenakan pada motor
200 1.55 0.48 1495 pada saat start awal maksimal adalah 220 V
sehingga pada saat hubungan delta tegangan yang
Dari data juga dapat terlihat bahwa arus start diberikan ke motor tidak melebihi tegangan yang
nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan diijinkan. Jika motor diberikan tegangan melebihi
arus pada saat running. Pada pengasutan DOL kemampuannya hal ini dapat menyebabkan usia
terjadi kenaikan arus start kurang lebih 6-7 kali pemakaian motor menjadi lebih muda dan lilitan
arus nominal. motor akan cepat rusak karena dilalui tegangan
melebihi kapasitasnya.
TABEL 2 Dari data percobaan pada tabel 3, didapatkan
DATA PERHITUNGAN RANGKAIAN DOL bahwa saat motor terhubung bintang arus yang
V L-L In Is (forward) Is (backward) terukur adalah 0.48 A. Setelah motor terhubung
(V) (A) (A) (A)
delta arus ini meningkat menjadi 1,12 A (untuk
380 2,26 15,96 15,96 tegangan masukan 200V). Sesuai dengan tujuan
semula bahwa pengasutan bintang segitiga ini
Pada hasil perhitungan arus nominalnya bertujuan untuk menurunkan arus start yang
adalah 2.26A. Arus ini adalah arus pada saat cukup tinggi. Secara teori arus pada hubungan
motor bekerja pada kondisi terbebani. Sedangkan bintang selalu lebih rendah jika dibandingkan
data yang terukur adalah kondisi dimana motor dengan arus pada hubungan delta. Ini dapat
dalam keadaan tanpa beban atau dapat dikatakan dilihat pada tabel 4, ternyata hasil percobaan yang
motor beban nol. Nilai arus beban nol adalah 1,46 dilakukan menunjukkan nilai yang sama yaitu
A pada tegangan 371 V. Pada kondisi ini arus arus pada hubungan bintang lebih tinggi jika
awal yang dapat terukur oleh alat ukur adalah dibandingkan dengan arus pada hubungan delta.
1,65 A. Jika kita bandingkan nilai pada tabel 3 dan 4
Jika dibandingkan antara arus awal yang dapat kita lihat bahwa pada perhitungan arus pada
seharusnya adalah 6-7 kali arus nominal, dapat hubungan bintang adalah 3,926 A dan arus pada
dijelaskan di sini bahwa arus awal ini sangat hubungan delta adalah 2,26 A (Untuk tegangan
dipengaruhi oleh beban yang dipikul oleh motor masukan 380V). Sedangkan disini tegangan
induksi itu sendiri. Semakin besar beban yang masukan yang digunakan adalah 200V. Maka
dipikul maka akan semakin tinggi pula arus dapat dihitung kembali arusnya sebagai berikut :
awalnya.

3.2. Pengasutan Bintang Segitiga P = 3VICosθ


Data yang didapatkan adalah sebagai berikut : P
TABEL 3 I=
DATA PERCOBAAN RANGKAIAN 2 PENGASUTAN 3VCosθ
BINTANG SEGITIGA 746
In = = 4,3 A
3.200.0,5
VL-L Is I(Y) I(∆) Nr
(V) (A) (A) (A) (rpm)
200 1,4 0,48 1,12 1500 Hubungan Bintang (start) :
147 1,5 0,33 0,60 1500 Dimana Il-l = Il-n

200
TABEL 4 VL- N = = 115,5V
DATA PERHITUNGAN RANGKAIAN BINTANG SEGITIGA 3
V L-L In I (Y) I (∆)
(V) (A) (A) (A)
380 2,26 3,926 2.26

45
ISSN : 2252-4908 Vol. 1 No. 1 April 2012 : 41 – 47

P = 3VICosθ
746
Is = = 7,45 A P
3.115,5.0,5 I=
3VCosθ
Hubungan Delta : 746
In = = 2,33 A
Dimana Vln = Vll 3.369.0,5
746
Is = = 4,3 A Sedangkan untuk kecepatan putaran rotor,
3.200.0,5 tahanan primer tidak mempengaruhi kecepatan
putaran rotor, karena tujuan utama tahanan primer
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa adalah untuk mengurangi arus start pada motor.
arus pada hubungan bintang adalah 7,45 A dan Tetapi kecepatan putaran rotor dapat dipengaruhi
pada hubungan delta adalah 4,3 A. Sebagai oleh nilai tahanan pada rotor. Hal ini dapat dilihat
informasi dapat dijelaskan bahwa sama seperti pada percobaan rangkaian pengasutan tahanan
pada hubungan DOL, pengasutan ini dilakukan mula.
tanpa menggunakan beban (beban nol) sehingga
arus yang terukur cenderung lebih rendah dengan 3.4. Pengasutan Dengan Transformator
arus yang telah diperhitungkan pada nilai Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
nominalnya. TABEL 6
DATA PERCOBAAN RANGKAIAN TRANSFORMATOR SATU
Sedangkan kecepatan putaran rotor cenderung
LANGKAH
sama dengan tegangan masukan yang berbeda.
VL-L Is I(1) Ir Nr
Hal ini disebabkan karena nilai slip yang sama
(V) (A) (A) (A) (rpm)
dan nilai frekuensi jala-jala yang relatif stabil.
376 1,5 0,55 1,48 1496
204 1,61 0,28 0,51 1495
3.3. Pengasutan Tahanan Primer
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
TABEL 5 Percobaan rangkaian 3.4 ini dilakukan dengan
DATA PERCOBAAN RANGKAIAN 3 PENGASUTAN menggunakan tiga buah transformator satu fasa
TAHANAN PRIMER dengan tegangan masukan 380V dan tegangan
VL- IRd Ir Is Nrd Nr keluaran 220V.
L (A) (A) (A) (rpm) (rpm) Dari data percobaan didapatkan data bahwa
(V) arus pada saat langkah pertama adalah 0,55A,
3Ω 371 1,41 1,44 1,7 setelah beberapa detik tegangan yang diberikan
200 0,50 0,51 1,5 pada belitan stator sesuai sama dengan tegangan
6Ω 369 1,35 1,41 1,6 1490 1497 sumber yaitu 376V. Arus yang terukur pada saat
200 0,49 0,51 1,5 1500 1500 tegangan ini adalah 1,48 A. Terjadi kenaikan arus
dari 0,55A menjadi 1,48A.
Dari data tabel 5 dapat dilihat bahwa pada Dari data transformator yang digunakan dapat
tahapan yang pertama dimana tegangan jala-jala dihitung ratio dari transformator step down ini
dilewatkan melalui tahanan 6Ω diperoleh arus yaitu sesuai dengan persamaan 47 bahwa :
sebesar 1,35A. Dan pada saat motor dikenai
tegangan penuh 369 V arus yang terukur adalah E1 N 1 I 2
= = =a (12)
1,41A. Pada saat tegangan dilewatkan tahanan E2 N 2 I1
sebesar 6Ω ternyata arus turun sekitar 0,06A.
380
Sesuai dengan hukum Ohm bahwa arus a= = 1,727
berbanding terbalik dengan tahanan, semakin 220
besar tahanan maka arusnya akan semakin kecil.
Sedangkan arus nominal motor dapat dihitung Sehingga jika tegangan masukan adalah 376 Volt,
sebagai berikut : maka tegangan keluaran adalah

46
Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai...... Yusnan Badruzzaman

E1 376 DAFTAR PUSTAKA


E2 = = = 217,7V
a 1,727
[1] Abdul Kadir, Prof. Ir., Mesin Tak Serempak,
PT Djabatan, Jakarta, 1981.
Maka Arus motor dapat dihitung sesuai dengan [2] A.E. Fitzgerald. Charles Kingsley Jr. Stephen
persamaan : D. Umans, Mesin-mesin Listrik, Erlangga,
1992.
P = 3VICosθ [3] Eugene C. Lister. Mesin dan Rangkaian
P Listrik, Erlangga, 1993.
I= [4] Muhaimin, Instalasi Listrik I, Pusat
3VCosθ Pengembangan Pendidikan Politeknik,
746 Bandung, 1995.
In = = 3,95 A [5] M. Chilikin, Electric Drive,, MIR Publisher,
3.217,7.0,5
Moscow, 1970.
[6] M.V. Deshpande, Electric Motors:
Applications and Control.
Sedangkan pada saat running arusnya adalah : [7] Theraja. BL. Electrical Tecnology, India.
[8] Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung,
P = 3VICosθ 1977.
P
I=
3VCosθ
746
In = = 2,29 A
3.376.0,5

Disini terbukti bahwa dengan menggunakan


transformator penurun tegangan satu langkah
diperoleh penurunan nilai arus pada belitan stator
yaitu 0,93A. Untuk mendapatkan pengasutan
yang lebih halus lagi, dapat digunakan tahapan
yang lebih dari satu langkah sehingga akan
didapatkan arus starting awal yang cukup halus.
Karena pengasutan ini dilakukan tanpa
menggunakan beban (beban nol) sehingga arus
yang terukur cenderung lebih rendah dengan arus
yang telah diperhitungkan pada nilai nominalnya.

IV. KESIMPULAN

Dari penelitian dan pengujian pengasutan


konvensional motor induksi tiga fasa yang telah
dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Pengasutan direct on line memberikan
nilai arus asut yang paling tinggi.
2. Pengasutan bintang segitiga dan
pengasutan dengan transformator satu
langkah mampu mengurangi arus
pengasutan dengan mereduksi tegangan
masukan pada lilitan stator.
3. Pengasutan dengan tahanan primer dapat
digunakan untuk motor dengan daya
rendah dan beban-beban yang ringan.

47

Anda mungkin juga menyukai