Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan
dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan
epidermis, partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses
penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan
yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan
luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan
kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan
luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6
minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan
penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan
oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
1) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi.
Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup
(misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
a. Fase inflamasi :
§ Hari ke 0-5
§ Pembekuan darah
· Hari 3 – 14
· Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
· Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
· Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian
luka
ü Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan
(tensile strength)
ü Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan
1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu
sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
6. Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan
untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup,
tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal
Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002),
adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam
suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh
darah dengan lebih cepat.
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan
angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka
berfungsi lebih dini.
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk mencegah
infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa
kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya. Perawatan luka harus
memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya mikroorganisme yang dapat
menginfeksi luka.
A. PERSIAPAN
1. Mencuci tangan
ü Handscoon steril
Alat Lain:
ü Gunting Verband/plester
ü Plester
ü Nierbekken (Bengkok)
ü Lidi kapas
ü Was bensin
ü Alas / Perlak
ü Selimut Mandi
1. Mencuci tangan
2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak menyentuh
area luka atau peralatan steril.
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan selimut
mandi.
6. Pasang alas/perlak
7. Dekatkan nierbekken
o Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
o Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik
secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
o Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-
tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non
dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
ü Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-
2
ü Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara memasukkan
kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
ü Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis
ü Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan
teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
§ Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan.
§ Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering
(kurang lebih 2 lapis)
§ Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
C. DOKUMENTASI
4. Respon klien
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen (pengangkatan
benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai
sekeliling jaringan yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
Tujuan :
Persiapan alat :
3. Bengkok 2 buah
Prosedur :
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada klien
supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas, ikatan
atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit
dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan, pertahankan
permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan sarung
tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil. Tambahkan kassa ke
dalam normal salin
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang kassa
atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka dengan
perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke
dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang kassa
lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang telah
digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang
nyaman
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
- Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat menimbulkan rasa
nyeri pada klien
- Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek
obat
- Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti percikan
dari luka
Penutupan luka atau penjahitan luka mengacu kepada pendekatan jaringan untuk memulihkan anatomi
normal setelah pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan luka adalah mempercepat penyembuhan
dan memulihkan fungsi sementara memperkecil risiko infeksi dan pembentukan jaringan parut.
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan
cukup untuk menahan beban fisiologis.Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan
struktur anatomi yang terpotong (Sabiston,1995).
1. Pisau bedah
7. Benang
Pelaksanaan
2. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah kemudian
menjauh dengan gerakan melingkar.
3. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya bagian kulit
dan luka yang akan dijahit.
5. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
6. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan gunting.
· Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat, masuk subcutan terus
kekulit sisi lainnya.
· Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar tepi luka yang dijahit
dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar (everted)
Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, mengangkat jahitan, menutup dan
membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Membuka jahitan adalah tindakan
untuk mengangkat atau membuka jahitan pada luka yang dijahit. Guna dari mengangkat jahitan adalah
untuk mencegah timbulnya infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan.
Tujuan :
Persiapan :
a. Alat
1. Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril:
- Gunting hatting up
- Lidi waten
- Kom 2 buah
- Kasa steril
2. Plester
3. Gunting perban
4. Bengkok 2 buah
5. Larutan Nacl
6. Perlak alas
7. Betadin
8. Korentang
9. Alkohol 70%
b. Lingkungan
- Menutup tirai/jendela
c. Pelaksanaan
- Inform consent
Prosedur pelaksanaan
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat balutan dengan pinset
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar dengan kulit
yang mengarah pada balutan
11. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan menggunakan NaCl
13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada bengkok yang berisi
clorin 5%
14. Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,
16. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter drainase serta
palpasi luka (kalau perlu)
17. Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan satu kasa untuk
sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi. Gunakan dalam tekanan progresif
menjauh dari insisi/ tepi luka
18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara seperti pada langkah 17
19. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan dengan pinset
sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang
berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada simpulnya.
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan pasien terasa nyeri
2. Cermat dalam menjaga kesterilan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.
Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhi proses penyembuhan luka.
Dan dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan perawatan luka, agar luka dapat segera
disembuhkan.
Saran
Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan prosedur.
Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Agar luka tidak bertambah
parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan sosialisasi kepada
masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar meminimalisasi terjadinya penularan penyakit
yang disebabkan oleh luka yang tidak dirawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta:
Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC