Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN NATIVISME DALAM

PENDIDIKAN
19/11/2013 AFID BURHANUDDIN TINGGALKAN KOMENTAR

Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran nativisme
dalam pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani
kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun
aliran klasik, pengaruh sampai saat ini dan dua tonggak penting dalam
kehidupan.PEMBAHASAN
Aliran Nativisme

Aliran ini ditokohi Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan
lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang baik akan menjadi
baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun diperlukan
pendidikan, pendidikan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan
potensi yang dibawa sejak lahir. Hasil perkembangan anak tersebut ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap
pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan
pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat
dan perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata Native yang berarti terlahir.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau
anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau anak
mempunyai pembawaan baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik
ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.

Meskipun dalam sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan
anak juga mewarisi bakat dan sifat dari orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Pandangan
konvergensi akan memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua faktor yaitu pembawaan
atau hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat
aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu ’inti’
pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam
menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk
aktif yang mempunyai kemauan bebas.

Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar. Itu
ataupun penerimaan dan persepsi seorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi
makna kepada apa yang dialaminya itu. Pendekatan ini sangat mementingkan pandangan
holistik (menyeluruh, gestait) serta pemahaman perilaku orang dari sudut pandang si
empunya perilaku itu. Terdapat variasi pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik
tersebut sebagai berikut :
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non direktif.

2. Betapa pentingnya memahami hubungan ”transaksi” antara manusia dan lingkungannya


sebagai bekal awal memahami perilakunya.

3. Pendekatan ”gestait” baik yang klasik maupun pengembangan selanjutnya.

4. Pendekatan ”search for meaning” dengan aplikasinya sebagai logotherapy dari viktor
franki yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (human spirit) untuk mengatasi
berbagai tantangan masala yang dihadapi..

PENUTUP

Dari aliran nativisme dalam pendidikan tersebut maka dapat kita simpulkan pandangan aliran
nativisme dalam pendidikan.

Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan
dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berlangsung
dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.

DAFTAR PUSTAKA

Juhri, 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Lampung. Lemut UM Metro Press.

PENERAPAN ALIRAN NATIVISME


DALAM PEMBELAJARAN
07/11/2013 AFID BURHANUDDIN TINGGALKAN KOMENTAR

Pada dasarnya aliran Nativisme bersumber dari Leibnitzian traditionyang menekankan pada


kemampuan dalam diri seorang anak yang telah dibawa sejak lahir, sehingga faktor
lingkungan temasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh pada tahap perkembangan anak
dalam proses pembelajaran.

Dengan kata lain bahwa aliran Nativisme berpandangan bahwa segala sesuatu yang ada
dalam diri seorang anak ditentukan oleh faktor-faktor  yang  dibawa sejak ia lahir, jadi
perkembangan individu tersebut samata-mata ditentukan oleh garis keturunan/genetik.

DEFINISI DAN KONSEP ALIRAN NATIVISME

Aliran nativisme menekankan pada segala sesuatu yang berhubungan tentang pembawaan diri
manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak ia dilahirkan ke dunia. Teori ini
dikemukaan orang seorang ahli filosofi dari jerman yang bernama Arthur
Schopenhauer(1788-1860). Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat kodrati tidak
dapat diubah oleh alam sekitar dan pendidikan. Ia menyatakan dengan tegas bahwa yang
jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik.pandangan ini berlawanan dengan
optimism yaitu pandangan bahwa pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu
keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan,ditentukan oleh anak itu sendiri.lingkungan
tempat ia berada tidak akan berpengaruh padanya, artinya: sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan seorang anak. Contoh:bila sang ayah tidak
pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga tidak pintar. Bagi orang-orang yang
mempercayai aliran Nativisme, mereka meyakini bahwa seorang bayi itu lahir, mereka telah
membawa pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil dari akhir
pendidikan yang telah ia jalani akan ditentukan pada pembawaan yang telah ia bawa sejak
lahir.

Pada prinsipnya pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah
terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya psikologis dan fisiologis yang
bersifat Herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda antara
makhluk yang satu dengan yang lainnya. Ada yang tumbuh dan berkembang secara maksimal
dan ada yang tumbuh dan berkembang hanya pada suatu titik tertentu. Contohnya: bila
seorang anak lahir dari orangtua yang ahli dalam kesenian, sang anak dapat tumbuh dan
berkembang melebihi kedua orangtuanya, tetapi ia juga hanya dapat tumbuh dan berkembang
pada setengah dari kemampuan kedua orangtuanya.

Tokoh aliran nativisme yang lain ialah J.J.Rousseau beliau ialah ahli filsafat dan pendidikan
dari Perancis. Ia berpendapat bahwa betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia.
Walaupun dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan seorang anak yang memiliki
kemiripan dengan kedua orangtuanya(secara fisik) serta mewarisi bakat-bakat dari kedua
orangtuanya. Tetapi pembawaan tersebut bukanlan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.

Menurut G.Leibnitz:Monad didalam diri setiap manusia terdapat suatu inti pribadi.

 
FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM ALIRAN NATIVISME

1. Faktor Genetik
Faktor genetik ialah faktor  gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat
yang muncul dari diri manusia. Contoh:jika kedua orangtuanya ialah pedagang maka anaknya
kemungkinan besar memiliki bakat menjadi seorang pedagang pula.

1. Faktor Kemampuan Anak


Faktor kemampuan anak ialah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang
terdapat didalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi
yang ada didalam dirinya. Contoh: dengan adanya ekstrakulikuler di sekolah, dapat
mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai bakat
dan minatnya.

1. Faktor Pertumbuhan Anak


Faktor pertumbuhan anak ialah faktor yang mendorong anak untuk mengetahui bakat dan
minatnya disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami, sehingga jika pertumbuhan
anak itu normal maka ia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan
yang ia miliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal, maka anak tersebut tidak
dapat mengenali bakat dan kemampuan yang ia miliki.

TUJUAN ADANYA TEORI NATIVISME

Dengan adanya teori Nativisme ini, diharapkan:

1. Mampu memunculkan bakat yang ia miliki


Dengan harapan setiap individu dapat mengoptimalkan bakat yang ia miliki karena telah
mengetahui  bakat yang bisa ia kembangkan. Dengan hal ini, memudahkan setiap individu
mengembangkan sesuatu yang dapat berdampak besar bagi kemajuan dirinya.

1. Mendorong setiap individu mewujudkan diri yang yang berkompetensi


Dalam hal ini diharapkan setiap individu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam upaya
mengembangkan bakat dan minat agar menjadi individu yang berkompeten sehingga dapat
bersaing dengan individu lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin
lama semakin membutuhkan individu yang memiliki kompeten lebih unggul dari yang
lainnya.

1. Mendorong individu untuk menentukan pilihan


Diharapkan individu lebih bijaksana apabila menentukan pilihan, dan berkomitmen dalam
keputusannya serta berpegang teguh terhadap pilihannya dan berkeyakinan bahwa sesuatu
yang ia pilih adalah yang terbaik untuk dirinya.

 
1. Mendorong individu untuk mengembangkan potensi dalam dirinya
Hal ini untuk menjadikan individu berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang
dimiliki agar individu tersebut memiliki ciri khas sebagai jati diri manusia.

1. Mendorong manusia untuk mengenali bakat dan minat yang dimiliki


Diharapkan manusia akan mudah mengenali bakat yang ia miliki dengan arti, semakin awal
ia mengenali bakat yang ia miliki maka ia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga
lebih optimal.

KESIMPULAN

Bahwa Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat serta potensi yang ada pada
setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun, termasuk pendidikan serta lingkungan
sekitar. Potensi ini dapat dilihat pada diri individu saat tahap tumbuh dan berkembangnya
sedang berlangsung. Apabila semasa ia kecil belum muncul atau terlihat, maka dapat
dipastikan potensi ini akan muncul saat ia menginjak remaja atau saat ia menginjak menjadi
manusia dewasa. Aliran Nativisme berasal dari faktor genetik, faktor kemampuan anak,
faktor pertumbuhan anak. Serta tujuannya ialah untuk memunculkan bakat, mewujudkan diri
yang berkompetensi, mendorong dalam menentukan pilihan, mendorong untuk
mengembangkan potensi.

DAFTAR PUSTAKA

http://kharis90.wordpress.com/2009/03/24/teori-nativisme/

Anda mungkin juga menyukai