Anda di halaman 1dari 4

a. Pelindung Wajah Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari kecelakaan.

b. Topi Pengaman (Helmet) Alat ini digunakan untuk melindungi bagian kepala pekerja dari
kemungkinan benturan dan kejatuhan benda.

c Pelindung Mata Kegunaannya melindungi mata dari loncatan bunga api, loncatan benda-bend. kerja,
percikan bahan kimia dan sinar yang bersifat keras

. d. Pelindung Telinga Memiliki kegunaan melindungi pendengaran petugas dari suara keras yang
melampaui batas kekuatan pendengar dengan spesifikasi sesuai tempat kerja. Pelindung telinga ini
terbuat dari karet.

e. Pelindung Kaki Kegunaannya melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas, dan lain-
lain. Spesifikasi standarnya harus memiliki daya sekat 1-6 kV, 6-20 kV dan terbuat dari bahan kanvas,
karet, kulit, dan bahan sintesis lainnya.

f. Pelindung Tangan Kegunaannya melindungi tangan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan
lain-lain, dengan spesifikasi daya sekat L000 Volt, I-6 kV, 6 k V. Terbuat dari bahan katun, nilon, kanvas,
kufit, karet, lapisan asbes dan bahan sintetis lainnya dan memiliki ukuran pendek dan panjang.

g. Pakaian Pelindung Kegunaannya melindungi badan terhadap bahaya listrik, mekanik, kimia, panas dan
lain-lain. Terbuat dari bahan katun, karet, neoprene, polveethane, campuran/ lapisan sabes, timah
hitam dan bahan sintesis lainya. Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pakaian kerja
khusus pria yang mengoperasikan mesin harus sesuai dengan pekerjaannya, Pakaian kerja wanita
sebaiknya berbentuk celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak memakai perhiasan-
perhiasan. Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber bahaya tertentu seperti:

1) Terhadap paparan panas, pakaian tersebut dapat merefleksikan panas, biasanya aluminium dan
berkilat.

2) Terhadap radiasi mengion, pakaian dilapisi timbal (timah hitam).

3) Terhadap cairan dan bahan-bahan kimiawi, pakaian terbuat dari plastik atau karet.

3. Kapasitas, Beban, dan Lingkungan Kerja Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja adalah tiga komponen
utama yang diperhatikan dalam kesehatan kerja, di mana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar
seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik
maupun mental. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan pekerja mengalami gangguan
atau penyakit. Lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain ini dapat
menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Dan hal ini juga dapat menambah beban kerja yang dapat
mengakibatkan gangguan dan penyakit.
4. Langkah Mengantisipasi Bahaya Lingkungan Kerja

a. Pengenalan lingkungan kerja dilakukan dengan melihat dan mengenal pekerjaan tersebut.

b. Evaluasi lingkungan kerja. Ini merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi yang
dapat menimbulkan bahaya. C. Pengendalian lingkungan kerja. Pengendalian ini dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghilangkan bahaya yang mungkin timbul.

Upaya pokok kesehatan kerja adalah sebagai berikut.

a. Pencegahan kecelakaan akibat kerja (preventif).

b. Dalam kaitan dengan masyarakat sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga mengupayakan agar
perusahaan tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit. penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau
produk perusahaan tersebut.

c. Promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja


(promotif).

d. Upaya-upaya pelayanan kesehatan (kuratif). Meskipun upaya pokoknya pencegahan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja serta promosi kesehatan kerja, tapi perlu dilengkapi dengan pelayanan
pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau keluarganya.

5. Determinan Kesehatan Kerja Mencapai tingkat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya merupakan
tujuan akhir kesehatan kerja. Oleh karena itu, diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi
para pekerja. Prakondisi ini yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja, yaitu sebagai berikut.

a. Beban Kerja

1) Berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku.

2) Seharusnya, penempatan seorang pekerja atau karyawan disesuaikan dengan beban optimum yang
sanggup dilakukannya. Selain didasarkan pada beban optimum, juga dipengaruhi oleh pengalaman,
keterampilan, motivasi dan sebagainya.

b. Beban Tambahan

1) Berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan.

2) Dikelompokkan menjadi lima faktor yaitu sebagai berikut.

a) Faktor fisik: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, suara yang bising,
dan lain-lain.
b) Faktor kimia: bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau asap, debu.

c) Faktor biologi: binatang atau tumbuhan yang mengganggu, misalnya lalat, nyamuk, kecoa, lumut.

d) Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh (ergonomic), misalnya meja
atau kursi yang terlalu tinggi.

e) Faktor sosial-psikologis: suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya ada gosip, klik, cemburu.

c Kemampuan Kerja

1) Kemampuan kerja orang berbeda-beda yang disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda.

2) Kapasitas merupakan kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang, yang terbatas, atau suatu
wadah kemampuan yang dipunyai oleh masing-masing orang.

3) Kapasitas kerja sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti gizi dan kesehatan ibu, genetik, dan
lingkungan.

4) Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan
pekerjaan.

6. Ergonomi

Kata "Ergonomik" berasal dari Bahasa Yunani, yaitu "Ergon" dan "Nomos". Frgon bermakna kerja dan
Nomos berarti hukum. Jadi pengertian Ergonomi itu sendiri secara garis besar adalah "Studi tentang
manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman". Tujuan dari ergonomi
adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub-sistem peralatan kerja dengan
manusia sebagai tenaga kerja. Seorang praktisi bidang kesehatan khususnya kedokteran harus
memahami tujuan mempelajari ergonomi. Dengan memahami tujuan ergonomi dalam lingkungan kerja,
praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorders (MSDS). Tentunya efek jangka
panjangnya adalah praktisi dapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktivitas kerja praktisi
dalam bekerja. Dua misi pokok ergonomi sebagai berikut.

a. Penyesuaian antarperalatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan, bukan hanya fisik
tetapi juga kemampuan intelektual. Ditujukan untuk mencegah kelelahan tenaga kerja yang
menggunakan alat tersebut.

b. Kecocokan antara peralatan kerja dan tenaga kerja akan mencegah kelelahan sehingga lebih efisien
dan memperoleh produktivitas kerja yang tinggi.

7.Stres (Psikologi Kerja) res merupakan suatu kondisi yang sering dialami hampir semua pekerja dan
dapat disebabkan lingkungan kerja yang kurang baik. Stres di lingkungan kerja tidak dapat dihindari,
tetapi dapat dikelola, diatasi atau dicegah. Untuk mengelola stres, pertama harus mengidentifikasi
sumber atau penyebab stres tersebut. Faktor- faktor stress adalah sebagai berikut.

a. Faktor internal: dari dalam diri pekerja, misalnya kurangnya rasa percaya diri, kurangnya kemampuan
dalam melakukan pekerjaan, dan lain-lain.

b. Faktor eksternal: faktor lingkungan kerja. Yang termasuk lingkungan keria yaitu mencakup lingkungan
fisik dan sosial (masyarakat kerja). Lingkungan fisik seperti tempat kerja yang tidak higienis, kebisingan
yang tinggi, dan lain. lain. Sedangkan lingkungan sosial adalah pemimpin yang otoriter, persaingan kerja
yang tidak sehat, adanya klik di lingkungan kerja, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai