Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
Hidrolisis Karbohidrat

Tanggal Percobaan : 16 September, 2020


Kelas : Biologi 3B
Kelompok : 10
Anggota Kelompok : Fakhrana Meida 11190950000041
Indi Pitria 11190950000064
Nafisah Muthia 11190950000063
Nurullia Wahda 11190950000061
Dosen Pengampu : Nurul Amilia, M.Si.
Tarso Rudiana, M.Si.

Laboratorium Kimia
Pusat Laboratorium Terpadu
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan hidrolisis karbohidrat yaitu berdasarkan polisakarida yang dihidrolisis oleh
asam akan terurai menjadi monosakarida.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip reaksi hidrolisis karbohidrat.
2. Mengidentifikasi hasil reaksi hidrolisis karbohidrat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Polisakarida adalah senyawa dari beberapa gula sederhana yang dihubungkan dalam ikatan
glikosida. Polisakarida yang meliputi pati, selulosa dan dekstrin merupakan senyawa yang
memiliki bentuk amorf, sebagian besar tidak larut dalam air dan tidak berasa serta mempunyai
rumus (C6H10O5)n.H2O atau (C5H8O4)n.H2O, yang mana n merupakan jumlah monosakarida.
Polisakarida dihirolisis menghasilkan monosakarida dan sukrosa dihirolisis menghasilkan glukosa
dan fruktosa (Sastrohamidjojo, 2005).
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan olehtumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang (Panil, 2004).
Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa dan amilopektin. Amilosa
merupakan polisakarida berantai lurus bagian dari butir-butir pati yang terdiri atas molekul-
molekul glukosa -1,4-glikosidik . Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air,yang
mempunyai berat molekul antara 50.000 - 200.000, dan bila ditambah dengan iodiumakan
memberikan warna biru (Poedjadi, 1994).
Amilopektin merupakan polisakarida bercabang bagian dari pati, terdiri atas molekul-
molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui ikatan 1,4-glikosidik dengan percabangan
melalui ikatan 1,6-glikosidik pada setiap 20-25 unit molekul glukosa.Amilopektin merupakan
bagian dari pati yang tidak larut dalam air dan mempunyai beratmolekul antara 70.000 sampai satu
juta. Amilopektin dengan iodium memberikan warnaungu hingga merah.atau asam dilakukan oleh
asam atau enzim. Jika pati dipanaskan denganasam akan terurai menjadi molekul-molekul yang
lebih kecil secara berurutan dan hasilnyaadalah glukosa (Lehninger, 1988).
Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan cara hidrolisis dengan katalis asam, kombinasi asam
dengan enzim serta kombinasi enzim dengan enzim. Hidrolisis pati dengan asam memerlukan suhu
yang tinggi yaitu 120-1600 C. Asam akan memecah molekul pati secara acak dan gula yang
dihasilkan sebagian besar adalah gula pereduksi. Pada tahap pertama hidrolisis dilakukan dengan
katalis asam sampai mencapai nilai derajat konversi sekitar 40-50 %. Hidrolisis dengan kombinasi
asam dan enzim akan mencapai nilai dekstrosa yang dikehendaki sebesar 62 % setelah dinetralkan,
dijernihkan dan dihidrolisis dengan enzim dengan memanfaatkan mikroorganisme (Judoamidjojo,
1990).
Penggunaan asam dalam hidrolisis memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dalam proses
karena tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, hidrolisis terjadi secara acak dan waktu lebih cepat
(Wirakartakusumah, 1981 dalam Ega, 2002). Kelebihan hidrolisis dengan enzim yaitu reaksi
hidrolisis yang terjadi dapat beragam, kondisi proses yang digunakan tidak ekstrim, seperti suhu
sedang dan pH mendekati netral, tingkat konversi lebih tinggi, polutan lebih rendah dan reaksi
yang spesifik (Judoamidjojo et al., 1989).
Hasil hidrolisis enzim pemecah pati dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis
pati, kandungan amilosa dan amilopektin pati, kondisi lingkungan enzim meliputi suhu, pH dan
konsentrasi substrat maupun enzim dan perlakuan pendahuluan enzim sebelum hidrolisis
(Mizokami et al., 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
• Kertas lakmus merah dan biru 1 roll
• Hotplate 1 buah
• Beaker glass 600 mL 1 buah
• Tabung Reaksi 2 buah
• Rak Tabung Reaksi 1 buah
• Gelas ukur 10 mL 1 buah
• Pipet tetes 5 buah
• Plat tetes poselen/kaca arloji 1 buah
• Penjepit tabung 1 buah

3.2 Bahan
• Larutan amilum 1% 10 mL
• Larutan Iodium 10 mL
• Pereaksi Benedict 5 mL
• HCl 2N 5 mL
• NaOH 2% 2 mL

3.3 Prosedur Kerja

Masukkan 5 mL amilum ke dalam


tabung reaksi

Tambahkan 2,5 mL HCl 2N.

Campurkan dengan baik dan masukkan


ke dalam penangas air mendidih.

Setelah 3 menit, ambil 2 tetes larutan ke


dalam plat tetes porselen dan tambahkan
1 tetes larutan iodium.
Catat perubahan warna yang terjadi dan
tulis dalam lembar pengamatan

Lanjutkan pemanasan dan uji dengan


larutan iodium setiap 3 menit sampai
warna larutan kuning pucat. Tentukan
kapan titik akromatik terjadi.

Panaskan kembali selama ± 5 menit


Kemudian dinginkan

Ambil 2 mL larutan hasil hidrolisis,


netralkan dengan NaOH 2%

Uji dengan kertas lakmus

Larutan netral ditambahkan dengan 20


tetes pereaksi Benedict. Panaskan pada
penangas air

Catat perubahan warna yang terjadi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan uji literatur yang kami lakukan, didapatkan data-data perubahan warna pada
hasil uji iodium, beserta senyawa yang terbentuk (senyawa hasil hidrolisis), pada menit-menit yang
telah ditentukan sebagai berikut :

Perlakuan Waktu Hidrolisis Hasil Uji Iodium Keterangan


3 menit Biru-ungu pekat Amilosa
6 menit Biru-ungu cerah Amilopektin
9 menit Biru-cokelat pekat Amilopektin
5 ml amilum 1% 12 menit Biru-cokelat cerah Eritrodekstrin
+ HCl 2N 15 menit Cokelat muda ke Akrodekstrin
+ Pemanasan oranye-an
18 menit Oranye Maltosa
21 menit Oranye-kuning pucat Glukosa
• Hasil Uji Benedict: Terbentuk endapan berwarna merah bata yang berarti amilum
terhidrolisis oleh HCl menjadi glukosa.
• Titik Akromatik: Titik akromatik terjadi pada menit ke 21 pada saat warna larutan menjadi
lebih pudar. Pemudaran warna ini menandakan bahwa amilum telah terhidrolisis secara
sempurna menjadi glukosa.

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini menggambarkan proses hidrolisis yang melibatkan molekul air dan
molekul yang terlarut. Percobaan memperlihatkan perbedaan warna dari hasil pengujian. Warna
yang dihasilkanpun berubah pada setiap menitnya, yang dicatat dalam menit-menit tertentu yaitu
menit 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21. Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya suatu polisakarida
ketika dilakukan percobaan dengan tiga kondisi yaitu kondisi, netral, asam dan basa. HCl untuk
kondisi asam, NaOH untuk kondisi netral, dan benedict basa.
Langkah-langkah dalam praktikum kali ini pertama-tama dimasukkan 5 mL amilum ke
dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2,5 mL HCl 2N. Penambahan HCl pada pengujian
karbohidrat memiliki memiliki fungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida
penyusunnya. Selanjutnya, kedua larutan dicampur dengan baik, lalu tabung reaksi dimasukkan
ke dalam penangas air mendidih untuk dipanaskan selama 3 menit. Warna yang terbentuk adalah
warna biru. Warna biru disebabkan oleh adanya reaksi antar amilum dengan iod. Suasana larutan
menjadi asam sehingga amilum akan terhidrolisis dan mudah berikatan dengan iod membentuk
warna biru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang ditambahkan
berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida.
Langkah ke 5, pemanasan dilanjutkan dan diuji dengan larutan iodium. Lalu dilakukan
pencatatan perubahan yang terjadi setiap 3 menit. Pada menit ke 3, larutan menghasilkan warna
biru-ungu pekat yang menandakan adanya senyawa polisakarida, lalu dimulailah proses hidrolisis
amilum. Amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada larutan berbentuk
heliks yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya (Raandesky,
2011). Amilum dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Amilum dalam suasana
asam dan dipanaskan, akan terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana (Mustaqim, 2012)
Pada menit ke 6, larutan menghasilkan warna biru-ungu pudar yang menandakan amilum telah
terhidrolisis menjadi amilopektin. Pada menit ke 9, larutan menghasilkan warna biru-cokelat pekat
yang menandakan amilum telah terhidrolisis menjadi amilopektin. Pada menit ke 12, larutan
menghasilkan warna biru-cokelat pudar yang menandakan amilum telah terhidrolisis menjadi
eritrodekstrin. Pada menit ke 15, larutan menghasilkan warna cokelat muda-oranye yang
menandakan amilum telah terhidrolisis menjadi akrodekstrin. Pada menit ke 18, larutan
menghasilkan warna oranye yang menandakan amilum telah terhidrolisis menjadi maltose. Pada
menit ke 21, larutan menghasilkan warna kuning pudar yang menandakan amilum telah
terhidrolisis menjadi glukosa dan telah terjadi hidrolisis sempurna.

Ikatan yang diputus oleh ∝ amilase

Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan titik akromatik, yaitu titik dimana amilum
menunjukkan hasil akhir warna yang lebih pudar saat dilakukan penetesan iodium di plat tetes.
Hal itu menunukkan bahwa amilum telah terhidrolisis secara sempurna menjadi unit yang lebih
kecil yaitu glukosa, mereka tak dapat terhidrolisis menjdi molekul karbohidrat yang lebih kecil.
Disebutkan bahwa telah terhidrolisis secara sempurna berarti bahwa, amilum sudah tidak dapat
dihidrolisis lagi dan proses hidrolisis telah terjadi secara sempurna. (Keenan, 1999)
Langkah ke 6, larutan kembali dipanaskan selama 5 menit, lalu didinginkan. Hasil yang
terjadi akibat perlakuan ini larutan menjadi berwarna putih disebabkan oleh ikatan amilum
membentuk rantai panjang pada saat dipanaskan. Pada saat larutan didinginkan, larutan kembali
ke warna semula. Hal ini disebabkan karena ikatan amilum yang telah putus pada saat pemanasan,
kembali terbentuk pada saat didinginkan. (Diwan, 2012). Ikatan antara iod dan amilum berupa
ikatan semu yang dapat berubah-berubah tergantung perlakuan, yang disebabkan oleh ikatan
amilum dapat putus saat dipanaskan karena erjadi penguraian ion (pelepasan iod dari amilum
karena suhu yang tinggi), dan terbentuk kembali pada saat didinginkan. Apabila dipanaskan rantai
amilum akan memanjang sehingga iod mudah terlepas. Ketika didinginkan, rantai pada amilum
akan mengerut sehingga iod kembali terikat dengan amilum. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa (Sherly, 2012)
Langkah ke 7, diambil 2 mL larutan hasil hidrolisis dan kemudian dinetralkan dengan
menambahkan NaOH 2%. Tujuan penambahan NaOH 2% karena NaOH 2% bersifat basa
sedangkan larutan hasil hidrolisis bersifat asam. Jadi, untuk menetralkan larutan hasil hidrolisis
yang bersifat asam harus ditambahkan senyawa bersifat basa yaitu NaOH. Fungsi larutan hasil
hidrolisis dinetralkan terlebih dahulu supaya larutan hasil hidrolisis tersebut pHnya sesuai ketika
akan diuji dengan pereaksi benedict, karena itu diuji juga dengan kertas lakmus untuk memastikan
bahwa hasil pencampuran larutan dengan NaOH bersifat netral.
Langkah ke-8, larutan netral ditetesi 20 pereaksi benedict. Larutan Benedict dibuat dengan
melarutkan natrium sitrat (Na3C6H5O7. 11H2O) dan zat anhidrous. Melarutkan CuSO4 hidrat ke
dalam air dan memasukkannya perlahan-lahan ke dalam larutan sitrat. Jika dalam cuplikan tidak
terdapat gula pereduksi, maka larutan jernih. Jika terdapat gula pereduksi, maka akan terbentuk
endapan Cu2O.
Hasil hidrolisis bereaksi positif dengan pereaksi benedict membentuk endapan merah bata.
Hal ini meunjukkan bahwa pemanasan dapat meningkatkan prosese reaksi yang terjadi dibuktikan
dengan adanya endapan merah bata yang terjadi pada tabung reaksi yang dipanaskan. Jadi, dengan
menggunakan benedict, hasil hidrolisis dapat teridentifikasi. Tujuan penggunaan reagen benedict
adalah untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi. Gula yang mempunyai gugus
aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2- dalam suasana alkalis menjadi Cu+. Dalam hl
ini akan terbentuk endapan Cu2O. Reaksi dinyatakan positif apabila terbentuk endapan berwarna
biru kehijauan sampai merah batu bata. (Nur Annis H dan Henny Helmy, 2014)
Amilum/pati memiliki gugus gula pereduksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian
Benedict yang akan memberikan warna merah bata jika hasil reaksi tersebut positif. Kemudian
larutan dipanaskan. Larutan amilum yang dipanaskan setelah diteteskan pada reagen benedict akan
memberi warna merah bata. Dengan demikian, amilum mengandung gula pereduksi. Larutan
tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida (Cu2O) yang ditandai
dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai
Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Semakin tinggi suhu hidrolisis maka semakin tinggi kadar glukosa yang dihasilkan sampai
suhu tertinggi yaitu 100°C. Hal ini disebabkan karena reaksi hidrolisis merupakan reaksi
endotermis yang memerlukan panas untuk dapat bereaksi. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian
(Wahyudi, 2011). Jadi , tujuan dilakukan pemanasan adalah agar kadar hidrolisis mudah
didapatkan saat dilakukan pengujian. Selain itu, dilakukan pemanasan karena, Reaksi-reaksi
dehidrasi secara khusus terjadi selama perlakuan panas terhadap polisakarida. Di samping itu
mereka juga merupakan reaksi-reaksi samping yang tak dapat dihindari pada keadaan hidrolisis
yang bersifat asam menyebabkan dekomposisi gula yang terhidrolisis. Tergantung pada
konsentrasi asam dan suhu yang digunakan, banyak produk reaksi yang mungkin dihasikan,
kebanyakan agak kurang stabil atau terdapat hanya dalam konsentrasi yang sangat rendah (Fengel
dan Wegener, 1995). Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, Pengaruh suhu
terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius: semakin tinggi suhu, semakin cepat
jalannya reaksi. Kecepatan reaksi hidrolisis akan meningkat hampir 2 kali untuk setiap kenaikan
suhu 10 derajat celcius (Groggins, 1958).
BAB V
KESIMPULAN
Prinsip reaksi hidrolisis karbohidrat adalah penguraian amilum (polisakarida) menjadi
monosakarida penyusunnya yaitu glukosa dengan melemahkan daya ikatan amilum melalui
pemanasan yang akan terindikasi oleh terjadinya degradasi warna amilum yang disebabkan
penambahan iodin sebagai indikator warna. Degradasi warna menunjukkan amilum terhidrolisis
menjadi senyawa-senyawa penyusunnya, dimana masing masing senyawa memiliki warna yang
berbeda-beda. Hasil dari hidrolisis karbohidrat adalah glukosa, unit terkecil amilum yang
dibuktikan keberadaannya dengan uji benedict.
DAFTAR PUSTAKA
Awan, Rry. 2012. Reaksi Uji Karbohidrat (Praktikum Biokimia). http://pemula-
awaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat- praktikum.html. Diakses
pada tanggal 18 September 2020.
Diwan, 2011.Percobaan Iod. http://www.scribd.com/doc/100878743/Biokimia-1-3Percobaan Iod.
Dia akses pada tanggal 18 September 2020
Fengel, D. dan Wegener, G. 1995. Kimia Kayu Ultrasruktur, Reaksi-reaksi. Cetakan I. University
Press
Lehninger, Albert l. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Mizokami, K., H. Katsura, Y. Okita, S. Sekitou, H. Takahashi, T. Yamamoto. 1994. Shifts in the
optimum pH of Rhizopus glucoamylase depending on the reaction temperatures.
Biosci. Biotech. Biochem., 58 (1) : 183-184.
Morrison, R, T. 1983. Organic Chemistry Fourth Edition. New York: New York University
Mustaqim. 2012.Uji Identifikasi Karbohidrat. http://nizamora.blogspot.com/2012/09/uji-
iedntifikasi-karbohidratedisi.html. Diakses pada tanggal 18 September 2020.
Nur Annis H dan Henny Helmi. 2014. Pedomab Praktikum Biokimia. Bangka. UBB press
Nurlita, F., Muderawan, I W. & Suja, I W. 2002. Buku Ajar Kimia Organik II. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-DasarBiokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.
Raandesky. 2011.Karbohidrat http://duniaraa13.blogspot.com/2011/04/karbohidrat.html. Diakses
pada tanggal 18 September 2020
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik, (stereokimia, karbohidrat, lemak, dan protein).
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sherly. 2012.Karbohidrat. http://sherlyleo.blogspot.com/2012/05/karbohidrat.html. Diakses pada
tanggal 18 September 2020
Groggin, P. H. 1985. Unit Processes in Organic Synthesis, 5nd edition. Mac. Grow Hill Book
Company Inc. N. Y.
Judoamidjojo, M. 1990. Teknologi Fermentasi. IPB-Press. Bogor.
Judoamidjojo, R.M., E.G. Said & L. Hartanto. 1989. Biokonversi. Departemen Pendididkan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi-IPB. Bogor.
Wahyudi, Jatmiko., et al. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Glukosa Terbentuk dan Konstanta
Kecepatan Reaksi pada Hidrolisis Kulit Pisang. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta. ISSN 1693 – 4393.
LAMPIRAN

5.1 Jawaban Pertanyaan


1. Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna?
Jawab :
Ketika sudah mencapai titik akromatik, pati akan menunjukan warna yang lebih pudar saat
dilakukan penetesan iodine. Hal ini menandakan bahwa pati telah terhidrolisis secara
sempurna menjadi unit penyusunnya yang terkecil, yaitu glukosa yang tidak dapat dipecah
lebih kecil lagi. Selain itu, cara mengetahui hidrolisis telah sempurna jika adanya reaksi
positif dengan pereaksi benedict yang ditandai terbentuknya endapan merah bata. Pada
tabung terdapat endapan merah bata banyak karena dengan adanya pendidihan
menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga menghasilkan gugus reduksi bebas yang lebih
banyak.

2. Mengapa larutan hasil hidrolisis perlu dinetralkan terlebih dahulu?


Jawab :
Fungsi larutan hasil hidrolisis dinetralkan terlebih dahulu adalah agar larutan hasil
hidrolisis tersebut pHnya sesuai ketika akan diuji dengan pereaksi benedict, karena itu diuji
juga dengan kertas lakmus, supaya menghasilkan hasil yang positif.
.

5.1 Foto

Anda mungkin juga menyukai