Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

DISUSUN OLEH :

NYOPI HARYANTO

2020207209026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

A. DEFINISI
Stroke adalah salah satu gangguan yang bisa terjadi pada sistem persarafan.
Stroke atau cedera cerebrovaskuler (CVA) merupakan kehilangan fungsi otak
yang disebabkan berhentinya darah ke otak (Brunner, 2012)
Stroke merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun
struktural yang disebabkan oleh suatu keadaan patologis dari pembuluh darah
serebral atau dari seluruh pembuluh darah otak (Marilynn E. Doenges, 2011)
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan  oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2015)

B. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah  karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
5. Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
a. Faktor yang tidak dapat dirubah
- Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibandingkan
wanita
- Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
- Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
b. Faktor yang dapat dirubah
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolestrol tinggi
- Obesitas
- Diabetes melitus
- Polisetemia
- Steress emosional
c. Kebiasaan hidup
- Merokok
- Peminum alkohol
- Obat-obatan terlarang
- Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolestrol.
C. PATOFISIOLOGI/PATWAY

Stroke Hemoragi Stroke Non Hemoragi

Peningkatan Tekanan Trombus/ Emboli


Sistemik di cerebal

Aneurisme
Suplai darah ke jaringan
cerebal tidak adekuat
Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel

Vasospasme Perfusi jaringan


Hematoma Cerebal
arteri cerebal cerebal tidak
PTIK/ Herniasi cerebal efektif
Iskemik infark
Penurunan Penekanan
kesadaran saluran Deficit neurologi
pernafasan
Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Pola Nafas Tidak Hemiparese/ hemiplegi Hemiparese/hemiplegi


Efektif kiri kanan
Area grocca

Kerusakan fungsi
N.VII Deficit Resiko Hambatan
perawatan diri kerusakan mobilitas fisik
integritas kulit
Gangguan Resiko trauma
komunikasi
verbal Resiko aspirasi

Resiko jatuh

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh, adalah tanda lainnya. Diawal tahapan stroke gambaran klinis yang
muncul biasanya paralisis atau hilang atau menurunnya reflek tendon dalam,
pabila reflek tendon dalam ini muncul lagi (biasanya dalam 48 jam), peningkatan
tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada
ekstermitas yang terkena dapat terlihat.
2. Kehilangan komunikasi
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan sebagai berikut:
- Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara
- Disfasia atau afasia (bicara defektit atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif
- Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambut.
3. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.
4. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan
korteks visual. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)
dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen.
5. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau
mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk
merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, dan auditorius.
6. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori
atau fungsi intelektual kortikol yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini
dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah
frustasi dalam program rehabilitasi.
7. Disfungsi kandung kemih
Inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural (Brunner & suddarth.2012)

Manifestasi klinis menurut (Prayugo Utomo, 2015) adalah:


1) Stroke sementara
a. Tiba-tiba sakit kepala
b. Pusing, bingung
c. Pandangan mata kabur (kehilangan ketajaman penglihatan pada satu  atau dua
mata.
d. Kehilangan keseimbangan ,lemah.
e. Rasa kebal/kesemutan pada satu sisi tubuh.
2) Strok ringan
a. Beberapa atau semua dari gejala strok sementara
b. Kelemahan /kelumpuhan tangan atau kaki
c. Bicara tidak jelas
3) Strok berat
a. Semua/ beberapa dari segala strok sementara dan strok ringan.
b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
c. Kelemahan / kelumpuhan dari satu sisi tubuh.
d. Sukar menelan
e. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan kotoran
f. Kehilangan daya ingat / konsentrasi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak
menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan, akan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark.
2. Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau ostruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
3. EEG, mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak yang mungkin
memperlihatkan adanya lesi yang spesifik.
4. MRI, menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragi atau malformasi
arteriovena (MAV).
5. Ultrasonografi Doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis, aliran darah atau muncul plak, arteriosklerotik).
6. Sinar X tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaracnoid.
7. Pungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya pada
trombosis, emboli serebral dan TIA.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan
luasnya area cidera.
1. Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak
bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan kejaringan. Pemberian
oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobia serta hematokrit pada tingkat
dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, da integritas pembuluh darah
serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas 
darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem
perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fbrilasi atrium atau dapat berasal dari
katup jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak dan
selanjutnya mennurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten menghentikan trombus lokal. Selain itu, distritmia
dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
G. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
2. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
3. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
4. Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi deuretik untuk menurunkan
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
serebral. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain. Dalam sistem
kardiovaskular. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa
medis dan alamat.
2. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi dari nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, hubungan dengan
klien/pasien serta alamat.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Saat ini
 Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien dengan diagnosa stroke datang ke rumah sakit dengan
alasan atau keluhan nyeri atau sakit kepala, gangguan motorik,
gangguan sensoris serta mengalami gangguan penurunan
kesadaran.Keluhan utama dikembangkan dengan menggunakan metode
PQRST mulai dari adanya keluhan sampai tiba di rumah sakit.
 Keluhan Utama Saat Dilakukan Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien saat dilakukan pengkajian yang
dikembangkan dengan menggunakan metode teknik PQRST.
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan adanya penurunan
kesadaran dan  bahkan  kemungkinan terjadi sampai koma, sehingga
pada saat itu klien tidak dapat untuk ditanyakan apa yang dirasakannya,
sedangkan pada stroke ysng terjadi karena   infark biasanya terjadi
kelumpuhan sebelah anggota tubuh (hemiplegi), kepala pusing  atau
nyeri, bicara tidak jelas atau pelo dan klien mengeluh tubuhnya terasa
lemah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu/ Masa Lalu
Pada umumnya klien stroke akan mempunyai riwayat penyakit seperti
diabetes melitus(DM), jantung serta biasanya darah tinggi dan adanya
faktor-faktor resiko yang  menjadi pemicu juga seperti: kadar kolesterol
yang tinggi, keadaan viskositas darah yang tinggi (menderita polisetemia),
diabetes, kebiasaan mengkonsumsi minum-minuman yang  mengandung
kadar alkohol, riwayat dalam penggunaan pil kontrasepsi, sering stress dan
kurang beraktivitas serta memiliki kebiasaan dalam merokok.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga biasanya akan ditemukan adanya riwayat penyakit keturunan
yaitu sepert hipertensi (darah tinggi), diabetes militus (DM) atau riwayat
penyakit yang sama dengan klien yaitu penyakit stroke.
d) Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji dalam pola aktivitas klien selama tinggal di rumah sakit dan
pola aktivitas klien selama berada di rumah, terdiri dari:
 Pola nutrisi (makan dan minum), dimana jika terjadi perubahan dan
masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi baik karena disebabkan
kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, serta
merasakan mual dan muntah.
 Eliminasi (BAB dan BAK) terjadi perubahan dalam memenuhi pola
pemenuhan karena terjadi masalah incontinensia urine dan konstipasi.
 Istirahat tidur, mengalami kesulitan dalam tidur dan istirahat karena
adanya rasa nyeri  dan kejang otot.
 Personal hygiene, biasanya klien memerlukan bantuan dari orang lain
untuk memenuhi   kebutuhan perawatan dirinya karena adanya
kelemahan atau keterbatasan.
 Aktivitas gerak, akan ditemukan adanya kehilangan rasa sensasi atau
paralise   (hemiplegi), dan kesukaran dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-harinya karena  adanya kelemahan.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda –
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 ( Breathing )
Biasanya didapatkan pernafasan tidak teratur, pernafasan sulit dan
frekuensi nafas meningkat, klien akan didapatkan penurunan/kesulitan
dalam batuk, bunyi nafas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk
pada auskultasi akan terdengar adanya ronchi, mungkin terjadi
kelemahan/paralisi otot-otot pernafasan sehingga pengembangan dada
kadang ditemukan tidak simetris kiri kanan.
b. B2 ( Blood )
Pada stroke dengan faktor resiko penyakit jantung biasanya diperoleh
adanya gejala payah jantung seperti edema, dyspneu, terdapat bunyi
jantung tambahan seperti murmur, gallop dan bunyi jantung S III,
hipertensi, denyut jantung mungkin irreguler dan nadi cepat.
c. B3 ( Brain )
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi( infrak ) ( pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral ( sekunder atau
aksesori ). lesi otak yang ruak dapat membaik sepenuhnya. pengakjian
B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
diabndingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 ( Bladder )
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan , dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakn
kontrol motorik dan postural. selama periode ini, dilkukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril. inkontinesia urine yang berkanjut
menunjukan kerusakan neurologis luas.
e. B5 ( Bowel )
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada pasien akut. mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. adanya inkontinesia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.

f. B6 ( Bone )
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. selain itu, perlu juga
tanda – tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien stroke megalami masalah mobilitas fisik. adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise /
hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat.
g. Tes Fungsi Serebral
Status mental, kemungkinan adanya gangguan pada orientasi berupa
dimensia, penurunan daya ingat berupa amnesia, perhatian dan
perhitungan dapat terganggu dengan adanya acalculia, pada fungsi
bahasa dapat ditemukan adanya afasia baik motorik maupun sensorik
atau afasia visual (buta kata) dan adanya distria.

Tingkat kesadaran menurun terutama pada stroke perdarahan bisa


sampai terjadi koma. Nilai GCS biasanya kurang dari 15. Pengkajian
Bicara, kadang terjadi kebingungan dalam pembicaraan.
Obrolan/pembicaraan klien datang tidak nyambung dan sulit dimengerti
atau terdapat kesulitan dalam berbicara.

Tes Fungsi Kranial, pada stroke infark nervus kranial yang sering
terkena biasanya yaitu: Nervus III, IV dan VI terjadi penurunan lapang
pandang, perubahan ukuran pupil, pupil tidak sama, pupil berdilatasi,
diplopia dan kabur, nervus V ditemukan gangguan dalam mengunyah,
terjadi paralise otot-otot wajah, anastesia daerah dahi, Nervus VII
biasanya tidak adanya lipatan nasalobial, melemahnya penutupan
kelopak mata dan hilangnya rasa 2/3 bagian anterior lidah, Nervus IX
kemungkinan ditemukan adanya pola bicara yang sangat (pelo) susah
menelan dan tidak dapat bicara, Nervus X sering ditemukan adanya data
kehilangan komunikasi bunyi suara parau (tidak jelas) dan sulit untuk
diajak bicara, Nervus XII biasanya terdapat kelumpuhan lidah dan
jatuhnya lidah ke satu sisi.

h. Pemeriksaan Motorik
Gangguan fungsi motorik biasanya kontralateral sehingga menimbulkan
fungsi koordinasi dan pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot,
kelemahan tubuh secara umum menyebabkan koordinasi terganggu
terutama berdiri dan berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas Range Of
Motion (ROM).
i. Uji Refleks
Terdapat refleks patologis berupa refleks babinksi positif sedangkan
pada pemeriksaan refleks biasanya normal atau mengalami penurunan.
j. Fungsi Sensorik
Kemungkinan adanya defisit sensori pada ektrimitas yang paralise.
k. Fungsi Serebrum
Kemungkinan adanya gerakan yang tidak bermakna seperti ataksia.
l. Iritasi meningen
Biasanya tidak terdapat kelainan kecuali pemeriksaan babinksi
terkadang ditemukan positif (untuk stroke infark).
m. Sistem Endokrin
Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa serta adanya
peningkatan hormon tiroid, atau terjadi penurunan beberapa kadar
hormon yang berkaitan dengan produksi hipotalamus dan hipofise.
n. Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola kemih yaitu incontinensia urine.
o. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan kelemahan kontralateral lesi otak pada ekstremitas
baik atas maupun bawah, hipertropi otot, kehilangan tonus atau adanya
penurunan tonus otot. Terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah
kehilangan sensasi, ROM terbatas.
p. Sistem Integumen
Tanda-tanda kemerahan pada area yang tertekan, dekubitus, kulit kotor
dan lengket
q. Sistem Penglihatan, Pendengaran dan Wicara
Ketajaman penglihatan berkurang pergerakan mata terganggu,
penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang
pandang.
r. Pada pendengaran biasanya disertai tinitus, dan pada fungsi wicara
sering ditemui kelumpuhan pada lidah sehingga sulit berbicara dan
kehilangan kemampuan berkomunikasi verbal.

2. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien menjadi irritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba,
klien menjadi mudah tersinggung, mengingkari dan sukar untuk didekati.
b. Kecemasan
Klien biasanya merasa cemas dengan adanya perubahan (kelumpuhan)
yang terjadi pada dirinya.
c. Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi tertutup (supresi).
d. Gaya Komunkasi
Klien mengalami gangguan komunikasi verbal seperti berbicara rero
atau sulit dimengerti.

3. Konsep Diri
a. Body Image: klien memiliki persepsi dan merasa bahwa bentuk, fungsi
tubuh dan penampilannya yang sekarang mengalami penurunan, berbeda
dengan keadaan sebelumnya.
b. Ideal Diri: klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-cita yang
diinginkannya. Klien merasa tidak mampu lagi untuk berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan dimana ia berada.
c. Harga Diri: klien merasa tidak berharga lagi dengan kondisinya yang
sekarang, klien merasa tidak mampu dan tidak berguna serta cemas
dirinya akan selalu memerlukan bantuan dari orang lain.
d. Peran: klien merasa dengan kondisinya yang sekarang ia tidak dapat
melakukan peran yang dimilikinya baik sebagai orang tua, suami/istri
ataupun seorang pekerja.
e. Identitas Diri: klien memandang dirinya berbeda dengan orang lain
karena kondisi badannya yang disebabkan oleh penyakitnya.

4. Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan berbicara, kehilangan
kemampuan berkomunikasi secara verbal, ketergantungan kepada orang lain
dan sosialisasi dengan lingkungan, pembicaraan tidak dapat dimengerti,
sedangkan pada data subjektif ditemukan klien berbicara dengan
menggunakan bahasa isyarat. Selain itu bisa ditemukan sikap klien yang
sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena merasa hanya
akan membebani orang lain.
5. Data Spiritual
Terkadang klien merasa tidak yakin dengan kesembuhannya. Klien merasa
hidupnya lebih buruk daripada sebelumnya. Klien tidak dapat
membayangkan bagaimana kehidupannya di kemudian hari atau klien
cenderung mempunyai pandangan negatif terhadap kehidupannya
dikemudian hari.
6. Data Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik khusus untuk
pasien stroke.

Kemungkinan ditemukannya peningkatan hematokrit dan penurunan


hemoglobin serta adanya peningkatan dari leukosit. Biasanya dilakukan
pemeriksaan protombin time (PT) dan partial tromboplastin (PTT)
sebagai informasi untuk pemberian obat antikoagulan.

Pemeriksaan CSF juga dapat dilakukan untuk melihat apakah ada sel
darah merah dalam CSF yang mungkin mengindikasikan adanya
perdarahan subaracnoid.

 Pemeriksaan diagnostik
a. CT-Scan, akan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia
dan adanya infark.
b. Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau ostruksi arteri adanya titik oklusi atau
ruptur.
c. EEG, mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak
yang mungkin memperlihatkan adanya lesi yang spesifik.
d. MRI, menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragi atau
malformasi arteriovena (MAV).
e. Ultrasonografi Doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis, aliran darah atau muncul plak,
arteriosklerotik).
f. Sinar X tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subaracnoid.
g. Pungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya
pada trombosis, emboli serebral dan TIA.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral.
4. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiplegia/hemiparise

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
perfusi jaringan tindakan KP 3x24 jam reaksi dan bentuk pupil
serebral b.d aliran diharapkan suplai aliran 2. Monitor tingkat kesadaran klien
darah ke otak darah keotak lancar 3. Monitor tanda-tanda vital
terhambat dengan KH : 4. Monitor keluhan nyeri kepala.
- Nyeri kepala/vertigo 5. Observasi kondisi fisik klien
berkurang 6. Bersihkan jalan nafas klien dari
Sampai dengan hilang. sekret
- Berfungsinya saraf 7. Anjurkan klien untuk tetap
dengan baik memakai oksigen
- Tanda - tanda vital 8. Kolaborasi selalu dengan dokter
stabil dalam pemberian terapi klien.

2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan 1. Ajarkan klien berkomunikasi


verbal berhubungan tindakan keperawatan melalui tulisan yang jelas dan
selama  3 x 24 jam, benar
dengan penurunan diharapkan klien mampu 2. Dengarkan setiap ucapan klien
sirkulasi ke otak untuk berkomunikasi dengan penuh perhatian
lagi dengan kriteria 3. Gunakan kata-kata sederhana
hasil: dan pendek dalam komunikasi
- Dapat menjawab dengan klien
pertanyaan yang 4. Dorong klien untuk mengulang
diajukan perawat kata-kata
- Dapat mengerti dan 5. Berikan arahan / perintah yang
memahami pesan-pesan sederhana setiap interaksi
melalui gambar dan dengan klien
tulisan
- Dapat
mengekspresikan
perasaannya secara
verbal maupun
nonverbal
2 Perubahan perfusi Setelah dilakukan 1. Pantau/catat status neurologis
jaringan serebral b.d tindakan KP 3x24 jam secara teratur dengan skala coma
edema serebral. diharapkan kesadaran glascow.
penuh, tidak gelisah 2. Pantau tanda-tanda vital
dengan KH : 3. Pertahankan keadaan tirah baring
 Tingkat 4. Letakkan kepala dengan posisi
kesadaran membaik. agak dittinggikan
 Tanda-tanda 5. Kolaborasi dalam pemberian obat
vital stabil sesuai indikasi.
 Tidak ada
tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan klien dalam
fisik b.d hemiplegia/ tindakan KP 3x24 jam melakukan aktifitas.
hemiparise diharapkan tidak terjadi 2. Ubah posisi minimal 2 jam ( mika-
kontraktur atau footdrop miki )
dengan KH : 3. Melakukan latihan rentang gerak
 Mempertahanka aktif dan pasif pada semua
n posisi yang optimal. ekstermitas
 Meningkatkan 4. Anjurkan klien untuk membantu
kekuatan dan fungsi pergerakan dan latihan dengan
bagian tubuh yang menggunakan ekstremitas yang
terkena tidak sakit
 Mendemonstras 5. Konsultasikan dengan ahli
ikan pada klien/keluarga fisioterapi secara aktif, latihan
perilaku yang resistif.
memungkinkan aktivitas
yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

MarylIin, Dongoes. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015.Nanda Nic-Noc Panduan Penyusunan
Asuhan Keperawatan Profesional. Edisi Revisi Jilid 1-3 . Jogjakarta :
Mediaction Publishing.

Prayogo Utomo. 2015. Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan


modern. Jakarta : PT RINEKA CIPTA

Pradana, A. (2018). Laporan Pendahuluan Stroke Di Bangsal Syaraf Rumah Sakit


Qolbu Insan Mulia Batang. STIKes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan,
Pekalongan.

Price, Sylvia Anderson.2016.Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit


Jakarta : EGC

Smeltzer, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai