Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)

Oleh :

AMINATUS SA' DIYAH

(NIM = 14401.17.18006)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. Anatomi

b. Fisiologi
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya
merah.Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen
dan karbon dioksida didalamnya.Darah berada dalam tubuh karena karena adanya
kerja pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer.
Tetapi bila berada diluar pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat
divegah dengan mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan atau
kira-kira 5 liter.Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri
atas sel darah.Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah
yang dipadatkan yang berkisar anatara 40-47.Diwaktu sehat volume darah adalah
konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah
dan dalam jaringan
2. DEFINISI
Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama pada anak (Nursalam, 2012).
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke
orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertedensi
manimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
henorraghic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
3. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B
Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus,
family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang paling banyak
sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan melibatkan tiga factor yaitu manusia,
virus dan virus perantara.Nyamuk- nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue
kepada manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang
mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi
dalam tubuhnya selama 8-10 hari.Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-14
hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam, 2012).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi orang itu
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan
reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue
pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2010).
4. KLASIFIKASI
Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis dubagi sebagi berikut:
a. Derajat 1 (ringan )
b. Demam didahului demam tinggi mendadak dengan terus menerus berlangsung 2-
7 hari kemudian turun dengan cepat.
c. Manifestasi perdarahan ringan yaitu uji tourniquet (+) ditemukan pada hari
pertama
d. Hepatologi, ditemukan paada permulaan penyakit perbesaran hati tidak sejajar
dengan beartnya penyakit dan nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterik
sebab pembesaran hati dikaitkan dengan serative virus dengue.
e. Derajat II (sedang ) disertai perdarahan spontan diikuti dan perdarahan lain yaitu
petekie, purpura, sianosis perdarahan sub konjungtiva, epitaksis, hematemisis
melena
f. Derajat III ditemukan tanda-tanda dini renjatan yaitu ditemukan kegagalan
sirkulasi dengan tanda nadi cepat dan pulsasi lambat, TD menurun dan hipotensi
disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita gelisah.
g. Dearajat IV renjatan dengan nadi tidak dapat diukur/diraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur.
5. PATHOFIOLOGI
Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka terjadilah viremia
(virus dalam aliran darah). Kemudian aliran darah beredar ke seluruh tubuh maka
virus tersebut dapat dengan mudah menyerang organ tubuh manusia.Paling banyak
organ yang terserang adalah systemgastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada
reaksi imunologi.Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang
klien mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar,
maka virus dengeu tersebut mengganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya
adalah tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun karena hati terserang virus dengeu
maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton,
sehingga akan menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana
pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen
(Mansjoer, 2011).
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan
menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan faktor koagulasi merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat. Dapat terjadi kebocoran plasma yang
akan menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan
kematian. Bila virus bereaksi dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadi demam, dimana dapat DHF
dengan derajat I, II, III.IV (Mansjoer,2011).
6. PATHWAY

Virus dengue

Reaksi antigen (antibodi)

Viremia
Mengeluarkan zat mediator

Peningkatan permeabilitas dinding Mengeluark mual


pembuluh darah an zat
mediator
Nafsu makan
menurun
Kebocoran plasma
Merangsang
hipotalamus
anterior
Trombosit penia Darah berpindah ke Intake
ekstravaskuler adekuat
Suhu tubuh
Resiko pendarahan
Resiko Defisit
ketidakseimbangan hipertermi nutrisi
elektrolit
Resiko syok
Hipolemia

Kematian Hospitalisasi

Ansietas
7. MANIFESTASI KLINIS
a. Demam tinggi ± 7hari (38̊̊-40̊ C)
b. Adanya manifestasi perdarahan antara lain: perdarahan bawah kulit, petekie
ekimosis, hematoma, epitaksis, hematemesis, melena, hematuri
c. Mual muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
d. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
e. Sakit kepala
f. Pembekakan sekitar mata
g. Pembesarn hati, limfa dan kalenjar getah bening
h. Tanda-tanda renajtan (sianosis kulit lembab dan dingin tekanan darah menurun ,
gelisah, nadi cepat dan lemah)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Leukosit : dapat normal atau menurun mulai lari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit ) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB)>
15% dari jutaan total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
b. Trombosit umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
c. Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan bditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.
d. Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
9. PENATALAKSANAAN
A. Medis
Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan demam
berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi.Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah
atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
1. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,inguinal.
2. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
3. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
a. Larutan fisiologis NaCl
b. Larutan Isotonis ringer laktat
c. Ringer asetat
d. Glukosa 5%

B. Non medis
Penatalaksanaan non medis
1. Beri minum sebanyak mungkin
2. Batasi aktifitas dan tirah baring
3. Observasi ketat tanda-tanda vital ( nadi, pernapasan, suhu)
4. Kompres dingin (air biasa) bila suhu meningkat
5. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi jambu biji merah ternyata memiliki
komponen yang berkhasiat, yakni kelompok senyawa tanin menyebabkan rasa
sepat dan flavonoid
6. Pemberian makanan lunak
7. Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:
a) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang–kejang.
b) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain)
c) Panas disertai perdarahan - perdarahan.
d) Panas disertai renjatan.

10. KOMPLIKASI
a. Perdarahan luaas
Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya kelainan fungsi
trombosit sehingga akan merangang atau mengaktivsi faktor pembekuan.
b. Syok
Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan terdampak pada
kebocoran plasma. Volume plasma akan menurun sehingga terjadi hipovolemia
akan berakhir syok pada penderita.
c. Efusi pleura
Infeksi virus, dengue mengakibatkan peningkatan permabilitas dinding kapiler
hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga terjadi efusi pleura
d. Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat Iv yang ditandai dengan
nadi yang tidak teraba dan tekana darah yang sulit diukur
DAFTAR PUSTAKA
Carpito, L.J. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Edisi 8). Jakarta:EGC
Dermawan, Deden.(2012). Proses Keperawatan Yogyakarta: Gosyen Publishing
Doenges, M.E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Kakarta: EGC
Murwani, Arita. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. (Edisi 2). Jakarta: EGC
Ngastiyah , (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. (2006). Pathofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC
Sucipto, C.D. (2011). Vektor Penyakit Tropis (Cetakan Pertama). Yogyakarta: EGC
Sudoyo, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
WHO. (2005). Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue.(CetakanPertama).
Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
1. Pengkajian
a. Identitas
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Pada pasien DHF biasanya mengeluh badannya panas.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya gejala pada pasien DHF adalah badannya mulai panas
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat seperti ini
d. Genogram
(minimal terdiri dari tiga garis keturunan)
e. Pemeriksaan Fisik
1. keadaan umum
a. kebesihan : cukup
b. keadaan kulit : elastis teraba hangat, tampak merah pada kulit wajah
c. kesadaran : composmentis
2. Kepala
a. Inspeksi : simetris atau tidak, bersih atau tidak, rambut kering atau tidak, ada
ketombe atau tidak, ada benjolan atau tidak
b. Palpasi : apakah ada nyeri tekan apakah ada benjolan
3. Mata
a. Inspeksi : konjungtiva merah muda, skelera putih , ada reflek pupil atau tidak
4. Hidung
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, ada epitaksis tidak ada pernapasan cuping
hidung atau tidak mukosa hidung merah muda.
5. Mulut
a. Inspeksi : mukosa bibir kering, perdarahan pada gusi tidak ada, kebersihan
mulut cukup, lidah bersih gigi lengkap
6. Wajah
a. Inspeksi : wajah pucat, ada cloasma gravidarum atau tidak
b. Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
7. Leher
a. Inspeksi : ada pembesaran vena jugularis atau tidak, pembesaran kalenjar
limfa ada atau tidak
b. Palpasi : apakah ada nyeri tekan atau tidak, ada kalenjar tyroid atau tidak
8. Telinga
a. Inspeksi : bentuk simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada serumen atau tidak
9. Jantung
a. Inspeksi : apakah ada benjolan, apakah ada pigeon chest massa
b. Palpasi : precordian
c. Perkusi : untuk mengetahui bentuk jantung dan ukuran jantung dan batas
jantung
d. Auskultasi : denyut jantung normal atau tidak
10. Integumen
a. Inspeksi : kulit bersih atau tidak, pucat atau tidak
b. Palpasi : akral hangat, kulit kering
11. Ekstremitas
a. Inspeksi : adakah eodem atau tidak, varises atau tidak
b. Palpasi : raba untuk mengetahui oedem atau nyeri tekan
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
g. Pemeriksaan Penunjang
1. Leukosit : dapat normal atau menurun mulai lari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit ) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB)>
15% dari jutaan total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
2. Trombosit umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
3. Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan bditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3
demam.
4. Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer atau FDP
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Ansietas berhubungan dengan
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa SLKI Intervensi (SIKI)
Keperawatan
1. Hipertermia  Kulit merah Manajemen hipertermia:
berhubungan menurun (5) Observasi :
dengan proses  Pucat menurun (5)  Identifikasi penyebab
penyakit  Hipoksia menurun hipertermia
(5)  Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh  Monitor komplikasi
membaik (5) akibat hiertermia
 Suhu kulit membaik Terapeutik :
(5)  Longgarkan atau lepas
pakaian
 Berikan cairan oral
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
2. Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas
berhubungan  Verbalisasi Observasi
dengan kurang kebingungan  Identifikasi saat tingkat
terpapar informasi menurun (5) ansietas berubah
 Verbalisasi khawatir  Identifikasi
akibat kondisi yang kemampuan
dihadapi mengambil keputusan
menurun(5)  Monitor tanda-tanda
 Frekuensi ansietas
pernafasan menurun Terapeutik
(5)  Ciptakan suasana
 Frekuensi nadi terapeutik untuk
menurun (5) menumbuhkan
 Perilaku gelisah kepercayaan
menurun (5)  Temani pasien untuk
 Keluhan pusing mengurangi kecemasan
menurun (5)  pahami situasi yang
 Pucat menurun (5) membuat ansietas
 Pola tidur mrmbaik  Gunakan pendekatan
(5) yang tenang dan
 Kontak mata menyakinkan
membaik (5)  Motivasi dan
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis pengobatan
 Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas
3 Defisit Nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
berhubungan  Pola makan yang Observasi
dengan dihahabiskan  Identifikasi status
ketidakmampuan meningkat (5) nutrisi
mencerna  Perasaan cepat  Identifikasi makanan
makanan kenyang menurun yang disukai
(5)  Identifikasi kebutuhan
 Berat badan kalori dan jenis nutrien
membaik (5) monitor asupan
 Frekuensi makan makanan
membaik (5)  Monitor berat badan
 Nafsu makan (5) Terapeutik
 Membran mukosa  Lakukan oral hygen
membaik (5)  Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
prtein
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai