Anda di halaman 1dari 14

METODE BERFIKIR ILMIAH

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh :
Andini Fahmiyah Wati (19150120)
Devi Mufidatul Maulidiya (19150096)
Ahmad Abdal Akbar (19150121)
Nur Muhammad Faza

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami haturkan keharibaan Allah SWT. yang senantiasa
memberikan rahmat nikmat serta hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Metode Berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika, Logika dan
Statistika” guna untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu.

Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. yang
telah membimbing umatnya menuju kehidupan yang penuh dengan ridho dan ampunan-
Nya. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari salah satu mata
kuliah. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat dilesaikan dengan
baik tanpa dorongan dari keluarga dan teman-teman sebagai penyemangat dalam sehari-
harinya. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan oleh
karena itu penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun hanya dapat
mendoakan kepada Allah SWT agar rahmat dan taufik-Nya senantiasa dilimpahkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT
mencatat penyusun makalah ini sebagai amal kebaikan yang dapat bermanfaat bagi
semuanya dan khususnya juga bermanfaat bagi penyusunnya.

Malang, 27 Maret 2020


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berfikir adalah merupakan kegiatan dalam keseharian dan merupakan ciri utama
dari kita sebagai manusia yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk lain ciptaan Allah. Berfikir merupakan upaya manusia untuk
memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir
alamiah dan berfikir ilmiah. Harus disadari bahwa tiap orang  mempunyai kebutuhan
untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang
tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan   
yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan
penciptaan  alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang
perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah
ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya,
mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang
memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini
hanyalah untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir
ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah,
maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Berfikir ilmiah
merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan
masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik
kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus
didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah
yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya
merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa
memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu
maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang
pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan
kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah
mengenai sarana berpikir ilmiah.
Mengingat akan pentingnya hal tersebut, dalam makalah ini penyusun akan
membahas lebih dalam tentang sarana berfikir ilmiah yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistika.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian berfikir ilmiah ?
b. Bagaimana bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah ?
c. Bagaimana logika sebagai sarana berfikir ilmiah ?
d. Bagaimana matematika sebagai sarana berfikir ilmiah ?
e. Bagaimana statistika sebagai sarana berfikir ilmiah ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian berfikir ilmiah
b. Mengetahui bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah
c. Mengetahui logika sebagai sarana berfikir ilmiah
d. Mengetahui matematika sebagai sarana berfikir ilmiah
e. Mengetahui statistika sebagai sarana berfikir ilmiah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan  empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu  menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah
proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus
yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum.
Sedangkan berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan
sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Misalnya penalaran tentang panasnya api
yang dapat membakar jika kikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.1
Pengertian berfikir ilmiah menurut beberapa ahli :
1. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118)
“ Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian
yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian “.
2. Menurut Salam (1997:139)
“ Berfikir ilmiah adalah  proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan atau
mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah  proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan “.
3. Menurut Eman Sulaeman
“ Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun
secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah
ada “.

1
Bawengan, G.W. Sebuah Studi tentang Filsafat.(PT.Prada Paramita:Jakarta). hlm. 165.
4. Menurut Jujun S. Suriasumantri
“ Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi “

B. Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah


Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa maka tiada
komunikasi. Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan
berfikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasa. Dalam hal ini maka Ernest
Cassier menyebut manusia sebagai manusia Animal symbolic, makhluk yang
menggunakan symbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dari
Homo Sapiens yakni makhluk yang berfikir, sebab dalam kegiatan berfikirnya manusia
menggunakan simbol. Bloch dan Trager, senada dengan Joseph Broam menyatakan
bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbriter yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama
lain. Batasan-batasan tentang simbol ini perlu diteliti setiap unsurnya antara lain :2
1)    Simbol-simbol: Sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain
2)    Simbol-simbol vokal: Bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari
kerjasama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan.
3)     Simbol-simbol vokal arbriter: Arbriter atau istilah “mana suka” dan tidak perlu ada
hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang
dikandungnya.
4)    Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer. Hubungan antara
bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi,
namun kerjasama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai
oleh sejumlah konsisten, ketetapan intern.
Bahasa ilmiah  berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa
ilmiah yang merupakan sarana komunikasi  ilmiah yang ditujukan untuk
menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur
emotif,  reproduktif,  obyektif, eksplisit.

2
Bactiar Amsal. Filsafat Ilmu.(PT. Raja Grapindo Persada:Jakarta, 2004). hlm. 96
Bahasa pada hakikatnya mempunyai  dua fungsi utama yakni:
A. Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
B. Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
Bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai
kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di
dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang  integral dari kebijaksanaan
nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua 
yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa
simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.

C. Logika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah


Logika adalah sarana untuk berfikir logis, sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Berfikir logis adalah berfikir sesuai dengan aturan-aturan
berfikir.3
Aturan cara berfikir yang benar, antara lain:
1)    Mencintai kebenaran
       Sikap ini sangant fundamental untuk berfikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu berfikir
dan penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai ruh-ruh
yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya: menyederhanakan
kenyataan, menyempitkan cakrawala/ perspektif, berfikir terkotak-kotak,
memutlakkan titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.

3
Ibid, hlm. 98
2)    Ketahuilah dengan sadar apa yang anda sedang lakukan/kerjakan.
       Kegitan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berfikir. Seluruh aktivitas intlek
kita adalah suatu usaha terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi
dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi bersifat parsial.

3)    Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan.


       Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap kedalam
kecermatan kata-kata, karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata
merupakan suatu yang tidak boleh ditawar lagi.

4)    Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya.


       Jika ada dua hal yang tidak memiliki bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda,
tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun
tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu perbedaan.

5)    Carilah definisi yang tepat.


       Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap
sebagaimana yang di ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan
membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi adalah
pembtasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.

6)    Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu.


       Mengapa anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat
asumsi-asumsi, implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu
pernyataan atau kesimpulan yang dibuat.4

7)    Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah


mengenali jenis, macam dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-
sebab kesalahan pemikiran (penalaran).

D. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah

4
Bawengan, G.W. Sebuah Studi tentang Filsafat.(PT.Prada Paramita:Jakarta). hlm. 169.
Matematika sebagai bahasa, artinya matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat ”artifical” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makana diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa “x itu
sama sekali tidak berarti”.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan, untuk mengatasi kekurangan
yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini,
bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk
dan emosional dari bahasa verbal. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan
pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika
merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih
bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.
Contohnya, menghitung kecepatan jalan kaki seseorang anak. Maka objek “kecepatan
jalan kaki seorang anak” kita lambangkan X, “jarak tempuh seorang anak” kita
lambangkan Y, “waktu berjalan kaki seorang anak “kita lambangkan Z, maka kita
dapat melambangkan hubungan tersebut sebagai Z=Y/X. Pernyataan Z=X/Y kiranya
jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi
mengenai hubungan antara X,Y dan Z. Dalam hal ini pernyataan matematika
mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan
konotasi yang tidak bersifat emosional.

Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis,


sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika
merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk
memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang yang lain.

E. Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah


       Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata “status” (latin) yang punya
persamaan arti dengan “state” (bahasa inggris) dan diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia adalah Negara. Pada mulanya statistik diartikan sebagai kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka  (data kuantitatif) saja.5

Dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian:


1. Statistik kadang diberi pengertian sebagai data tatistik, yaitu kumpulan bahan
keterangan berupa angka atau bilangan.
2. Kegiatan statistik atau kegiatan perstatistikan atau kegiatan penstatistikan.
3. Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan
memberikan intrepretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa
angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.
4. Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan
secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. Adapun metode dan
prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka:
1) Pengumpulan data angka
2) Penyusunan atau pengaturan data angka
3) Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
4) Penganalisaan terhadap data angka
5) Penarikan kesimpulan (conclusion)
6) Pembuatan perkiraan
7) Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah
Dalam kamus ilmiah popular, kata statistik berarti table, garafik, data informasi,
angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistik berarti ilmu pengumpulan, analisis
dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan
sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang
tidak menentu.6

       Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu


melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode
keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang

5
Bactiar Amsal. Filsafat Ilmu.(PT. Raja Grapindo Persada:Jakarta, 2004). hlm. 103
6
S. Seria Sumantri, Jujun,.Filsafat Ilmu.(Pustaka Sinar Harapan:Jakarta). hlm.180.
dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang
membatasinya.

       Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berfikir ilmiah dengan sah
sering kali dilupakan orang. Berfikir logis secara deduktif sering sekali dikacaukan
dengan berfikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang menyebabkan
kurangberkembangnya ilmu di negara kita. Kita cenderung untuk berfikir logis cara
deduktif dan menerapkan prosedur yang sama untuk kesimpulan induktif.

       Untuk mempercepat perkembangan kegiatan keilmuan di negara kita maka


penguasaan berfikir induktif dengan statistika sebagai alat berfikirnya harus
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam perjalanan sejarah, statistika
memang sering mendapat tempat yang kurang layak. Statistika sebagai disiplin
keilmuan sering dikacaukan dengan statistika yang berupa data yang dikumpulkan.

       Statistika merupakan sarana berfikir yang diperluaskan untuk memproses


pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagiandari perangkat metode ilmiah, maka
statistika membantu kita untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik
suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

       Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar
keseimbangan berfikir deduktif dan induktif yang merupakan cara dan berpikir ilmiah
dapat dilakukan dengan baik.7

7
Ibid, hlm. 211.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
dan  empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa maka tiada
komunikasi. Bahasa ilmiah  berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah
3. Logika adalah sarana untuk berfikir logis, sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Berfikir logis adalah berfikir sesuai dengan aturan-aturan
berfikir : (a) Mencintai kebenaran, (b) Ketahuilah dengan sadar apa yang anda
sedang lakukan/kerjakan, (c) Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda
katakan, (d) Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang
semestinya, (e) Carilah definisi yang tepat, (f) Ketahuilah dengan sadar mengapa
anda menyimpulkan begini atau begitu, (g) Hindarilah kesalahan-kesalahan
dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam dan
nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran
(penalaran).
4. Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika
merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau
situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah
5. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum
dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat
ketelitian tersebut dan sebaliknya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami memerlukan kritik serta masukan yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah-makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bawengan, G.W. Sebuah Studi tentang Filsafat.(PT.Prada Paramita:Jakarta)


Bactiar Amsal. Filsafat Ilmu.(PT. Raja Grapindo Persada:Jakarta, 2004)
S. Seria Sumantri, Jujun,.Filsafat Ilmu.(Pustaka Sinar Harapan:Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai