Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA SAFIYYATUL


AMALIYYAH MEDAN TERHADAP DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
PITYRIASIS VERSICOLOR

Oleh :

RISKY ANANDA HASIBUAN

(1808260056)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian dengan Judul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA SAFIYYATUL


AMALIYYAH MEDAN TERHADAP DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
PITYRIASIS VERSICOLOR

Oleh :

RISKY ANANDA HASIBUAN


1808260056

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk


dilanjutkan ke penulisan skripsi atau program kreativitas mahasiswa

Disetujui Oleh Dewan Penguji

Pembimbing,

Tanda Tangan
(dr. Hervina, Sp.KK, FINSDV)

Penguji

Tanda Tangan
(dr. M. Edy Syahputra, Sp. THT)

Ditetapkan di : Medan
Tanggal : 21 Juli 2020

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3. Tujuan Khusus ................................................................................. 2
1.4. Urgensi Penelitian ............................................................................ 2
1.5. Temuan Penelitian............................................................................ 2
1.6. Luaran .............................................................................................. 2
1.7. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1. Pegetahuan ....................................................................................... 4
2.1.1. Tingkat Pengetahuan ..................................................................... 4
2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ......................... 5
2.2. Pityriasis Versicolor ......................................................................... 6
2.2.1. Pengertian...................................................................................... 6
2.2.2. Etiologi .......................................................................................... 6
2.2.3. Faktor Risiko ................................................................................. 7
2.2.4. Manifestasi Klinis ......................................................................... 7
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 7
2.2.6. Penatalaksanaan ............................................................................ 7
2.2.7. Diagnosa Banding ......................................................................... 8
2.2.8. Etiologi .......................................................................................... 8
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................... 9
3.1. Defenisi Opersioanal ........................................................................ 9
3.2.Tahapan Penelitian ............................................................................ 9
3.3. Prosedur Penelitian........................................................................... 10
3.4. Indikator Capaian ............................................................................. 10
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 11
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 11
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................... 13
4.1. Anggaran Biaya ................................................................................ 13
4.2. Jadwal Kegiatan ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 15
Lampiran 1. Kuesioner ............................................................................ 16

iii
1

BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pityriasis versicolor atau orang awam mengenal dengan istilah panu,
Pityriasis versicolor adalah penyakit infeksi kulit diakibatkan oleh jamur
spesies Malassezia. Di dunia Pityriasis Versicolor telah menginfeksi 20-25%
penduduk, lebih sering di daerah dengan kelembapan dan temperatur cukup
tinggi atau iklim tropis (Karray M, 2020; Natalia et al., 2018).
Di Eropa tengah dan utara dilaporkan insiden penyakit ini hanya 0.5%-1%.
Di Mexico 50% penduduknya menderita penyakit ini dan di Amerika Serikat
dermatofitosis merupakan 10-20% kunjungan ke Rumah Sakit (RS) Arizona
Regional Medical Center Hospital bagian divisi poli jamur kulit dan angka ini
akan meningkat pada daerah yang lebih panas (Dika, 2017; Zara & Yasir,
2019).
Penelitian pada tahun 2008 di Asia dan Australia angkanya cukup tinggi
yaitu 17,3% karena didukung iklim daerah Asia. Indonesia merupakan daerah
yang memiliki iklim tropis sehingga menyebabkan banyak terjadi kasus
penyakit kulit terutama dermatokosis, di Indonesia angka kejadian Pityriasis
versicolor hampir 40 % dari beberapa kasus dermatikosis dan lebih banyak
ditemukan pada kelompok usia anak-anak hingga remaja. Di Indonesia dari
data profil kesehatan Indonesia 2010. Menunjukkan bahwa penyakit kulit dan
jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit pada kunjungan
ke pelayanan kesehatan (Ahmad, 2014; Chandra et al., 2019; Rahman et al.,
2016; Zahra et al., 2019).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2013
menujukan penyakit kulit termasuk dalam sepuluh penyakit berbesar di kota
Medan dengan prevalensi penyakit kulit infeksi 11,1% (53.873 kasus). Jumlah
kasus menurun namun angka prevalensi penyakit kulit pada tahun 2014
meningkat menjadi 16,4% (36.216 kasus).
Dari hasil penelitian Chandra, dkk (2017) dan Naila, dkk (2019)
menyatakan bahwa jumlah kasus Pityriasis versicolor banyak terdapat pada
pelajar dengan rentan usia 11-20 tahun dan lebih banyak terdapat pada laki-
laki daripada perempuan (Chandra et al., 2019; Untan, 2019).
Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kerentanan genetik,
usia, jenis kelamin, pekerjaan, malnutrisi sosial ekonomi yang rendah, iklim
tropis, dan lingkungan. Beberapa Faktor tersebut dapat berkaitan dengan
kebersihan diri yang mana penyakit ini sering terjadi pada iklim yang tropis
dan sangat panas, sehingga menghasilkan keringat dan membuat jamur
berkembang biak (Ahmad, 2014).
Dari latar belakang tersebut dan hasil survei peneliti terhadap populasi
yang akan dilakukan penelitian bahwa di sekolah SMA Safiyyatul Amaliyyah
Medan tidak pernah dilakukannya penelitian tentang penelitian ini, Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Hubungan Tingkat
Pengetahuan Siswa SMA Safiyyatul Amaliyyah Medan Terhadap Dengan
Kejadian Penyakit Pityriasis versicolor “

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa SMA Saffiyatul Amaliyyah
Medan Terhadap Dengan Kejadian Penyakit Pityriasis versicolor

1.3. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA Safiyyatul


Amaliyyah terhadap kejadian Pityriasis versicolor.
2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA
Safiyyatul Amaliyyah terhadap kejadian Pityriasis versicolor.

1.4. Urgensi Penelitian


Pentingnya keberhasilan dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
dan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap dengan
kejadian Pityriasis versicolor.

1.5. Temuan Penelitian


Penelitian ini untuk memperoleh informasi data yang valid dan akurat
terkait tentang hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap dengan
kejadian penyakit Pityriasis versicolor.

1.6. Luaran
Penelitian ini siap untuk di publikasikan pada jurnal nasional dan dapat
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, dan untuk meningkatkan
pengetahuan serta hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA Safiyyatul
Amaliyyah Medan terhadap dengan faktor risiko Pityriasis versicolor.

1.7.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan siswa SMA dan
peneliti terhadap kejadian Pityriasis versicolor.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilihat bagaimana tingkat pengetahuan
siswa SMA terhadap kejadian Pityriasis versicolor.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilihat bagaimana hubungan tingkat
pengetahuan siswa SMA terhadap kejadian Pityriasis versicolor
berdasarkan usia, kelas, dan jenis kelamin.

2
3

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya


dengan variabel yang berbeda.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah bentuk suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui


proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan ranah yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka
atau open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca
indra yang dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian
besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,
2007).

2.1.1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai


intensitas atau tingkatan yang berbeda. Terbagi menjadi 6 (Notoatmodjo, 2007):

a. Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangasangan yang telah
diteria.

b. Memahami (comprehension)
Merupakan kemampuan kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang di ketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)
Merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dam masi ada kaitanya satu sama lain.

c. Sintesis (synthesis)

4
5

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau


menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formasi-formasi yang ada.

d. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah
ada.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah


sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :

1. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju sesuatu impian atau cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai k
eselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
berupa hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup.

2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah suatu
keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki
banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.

3. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun . sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari
orang yang belum tinggi kedewasaannya.

4. Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau
kelompok.

5. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari
sikap dalam menerima informasi

2.2. Pityriasis versicolor

2.2.1. Pengertian

Penyakit infeksi oportunistik kulit epidermomikosis, disebabkan oleh jamur


Malassezia sp. (Pitryrosporum orbiculare/P.ovale) yang ditandai dengan makula
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan kadang eritematosa, paling dominan
mengenai badan bagian atas, tetapi sering juga ditemukan di ketiak, sela paha,
tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala (PERDOSKI, 2017).

2.2.2. Etiologi dan Patogenesis

Pityriasis versicolor diakibatkan oleh organisme wajar pada kulit berbentuk


jamur lipofilik yang dulu diucap bagaikan Pityrosporum orbiculare serta
Pityrosporum ovale, namun dikala ini sudah diklasifikasikan dalam satu genus
Malassezia. Awal mulanya dikira cuma satu spesies, ialah M. furfur, tetapi analisis
genetik menampilkan bermacam spesies yang berbeda serta dengan metode
molekular dikala ini sudah dikenal 14 spesies ialah M. furfur, M. sympoidalis, M.
globosa, M. obtusa, M. restricta, M. slooffiae, M. dermatis, M. japonica, M.
yamotoensis, M. caprae, M. nana, M. equine, M cuniculi, serta M. pachydermatis
(Verawaty & Karmila, 2017).

Malassezia spp. ialah ragi saprofitik, dimorfik yang hidup komensal pada
kulit paling utama di wilayah tubuh, kepala, serta leher yang cenderung banyak
memiliki lemak. Sebagian riset, menampilkan spesies utama yang berhubungan
dengan Pityriasis versicolor merupakan M. furfur, M. sympoidalis, serta M. globosa
dengan perbandingan urutan spesies predominan, yang tampaknya dipengaruhi
posisi geografis serta tata cara isolasi. Riset di Indonesia memberi tahu identifikasi
serta isolasi Malassezia sp. dari Pityriasis versicolor di negeri tropis dengan M.
furfur bagaikan spesies paling banyak, diiringi dengan M. sympoidalis, serta M.
globosa serta tidak ada predisposisi umur, tipe kelamin, ataupun posisi anatomi lesi
buat spesies tertentu (Crowson, AN. Magro, 2003; Verawaty & Karmila, 2017).

6
7

2.2.3 Faktor Risiko

Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya infeksi Pityriasis


versicolor yaitu (Varada, S. Dabade, T. Loo, 2014):

1. Umur.
2. Cuaca
3. Kehamilan .
4. Sosial ekonomi.
5. Personal hygiene.
Ada juga yang berupa faktor pendukung untuk terjadinya infeksi Pityriasis
versicolor. Termasuk pemakaian oil ataupun cream (berhubungan dengan lipofilik
dari organisme), pemakaian kortikosteroid jangka panjang, dan beberapa faktor
genetik (Varada, S. Dabade, T. Loo, 2014).

2.2.4. Manifestasi Klinis

1. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, terutama pada usia 20-40
tahun, lesi terutama pada daerah seboroik; tidak menular, serta ada
kecenderungan genetik (PERDOSKI, 2017).
2. Anamnesis: bercak di kulit, yang kadang menimbulkan rasa gatal terutama
bila berkeringat. Rasa gatal umumnya ringan atau tidak ada sama sekali.
Warna dari bercak bervariasi dari putih, merah muda hingga coklat
kemerahan (PERDOSKI, 2017).
3. Status dermatologikus: Predileksi lesi terutama di daerah seboroik, yaitu
tubuh bagian atas, leher, wajah dan lengan atas; berupa bercak
hipopigmentasi, eritema hingga kecoklatan, konfluen dengan skuama
halus (PERDOSKI, 2017).

2.2.5. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa selain melakukan anamnesis dan pemeriksaan


fisik bisa dilakukan pemeriksaan penunjang (PERDOSKI, 2017):

1. Pemeriksaan dengan lampu Wood: terlihat fluoresensi berwana kuning


keemasan.
2. Pemeriksaan langsung dari bahan kerokan kulit dengan mikroskop dan larutan
KOH 20%: tampak spora berkelompok dan hifa pendek. Spora berkelompok
merupakan tanda kolonisasi, sedangkan hifa menunjukkan adanya infeksi.
3. Kultur tidak diperlukan.

2.2.6. Penatalaksanaan

Ada sebagian obat yang bisa diseleksi cocok dengan indikasi gejala berikut
(PERDOSKI, 2017):
1. Topikal :
- Sampo ketokonazol 2% dioleskan pada bagian yang terinfeksi di seluruh tubuh, 5
menit saat sebelum mandi sekali sehari selama 3 hari berturut- turut.
- Sampo selenium sulfida 2,5% sekali sehari 15- 20 menit selama 3 hari serta
diulangi seminggu setelah itu.
- Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan di tempat yang terinfeksi di seluruh tubuh,
7- 10 menit saat sebelum mandi sekali sehari ataupun 3- 4 kali seminggu.
- Untuk wajah serta genital digunakan vehikulum solutio ataupun golongan azol
topikal( krim mikonazol 2 kali/ hari).
- Krim terbinafin 1% dioleskan di tempat yang terinfeksi, 2 kali/ hari sepanjang 7
hari.

2. Sistemik
Buat lesi luas ataupun bila sulit disembuhkan bisa digunakan pengobatan
sistemik ketokonazol 200 mg/ hari sepanjang 10 hari.
- Itrakonazol 200 miligram/ hari sepanjang 7 hari ataupun 100 mg/ hari sepanjang
2 minggu
- Flukonazol 400 miligram dosis tunggal ataupun 300 mg/ minggu sepanjang 2- 3
minggu.
Pada keadaan kronik kesekian pengobatan maintenance dengan topikal
masing- masing 1- 2 minggu ataupun sistemik ketokonazol 2x200 miligram/ hari
sekali sebulan.

2.2.7. Diagnosis Banding


Diagnosa Banding sebagai berikut (Bramono, K. Budimulja, 2015; PERDOSKI,
2017) :
1. Pitiriasis alba
2. Pitiriasis rosea
3. Dermatitis seboroik
4. Infeksi dermatomikosis
5. Leukoderma

2.2.8. Edukasi Pencegahan


Adapun edukasinya sebagai berikut (PERDOSKI, 2017)
1. Memberitahu pasien bahwa repigmentasi memerlukan waktu yang lama
bahkan sampai setelah sembuh.
2. Menjaga agar kulit tetap kering.
3. Mengurangi aktivitas yang membuat keringat berlebihan.
4. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bersama dengan orang lain.
5. Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.

8
9

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Defenisi Oparesional


No. Variabel Defenisi Cara dan Hasil Skala
Operasional Alat Ukur Ukur Ukur
1. Independen: Hasil Kuesioner Baik : Ordin
Tingkat Pengetahuan jawaban (15 soal 11-15 al
Siswa SMA Tentang responden dengan skor Cukup :
Pityriasis versicolor untuk benar 1 dan 6-10
menjawab salah 0) Buruk :
pertanyaan. 0-5

2. Dependen: Untuk Kuesioner 1. Iya Nomi


Kejadian Pityriasis mengetahui 2. Tidak nal
versicolor kejadian
Pityriasis
versicolor
Siswa SMA

3.2.Tahapan Penelitian

3.2.1. Rancangan penelitian


Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain studi cross
sectional, untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA Safiyyatul
Amaliyyah Medan terhadap dengan kejadian penyakit Pityriasis versicolor.

3.2.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021 dan lokasi penelitian
dilakukan di SMA Safiyyatul Amaliyyah Medan.

3.2.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah siswa SMA Safiyyatul Amaliyyah Medan
berjumlah 650 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang diambil dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, besar sampel penelitian ini di hitung
dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

N 650
n n
1  Ne2 1  650(0.05) 2
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat signifikansi/kesalahan (5%)

Dengan demikian besar sampel pada peneltian adalah 247 orang

3.2.4. Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan random sampling,
dimana setiap responden memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai
sampel dan juga berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
.
Kriteria Inklusi :
1. Siswa yang hadir saat dilakukannya penelitian.
2. Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel penelitian dengan
menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Kriteria eksklusi :
1. Responden yang sedang dalam proses pengobatan.

3.3. Prosedur Penelitian


Sebelum penelitian ini berlangsung seluruh pasien yang menjadi subjek
penelitian dikumpulkan untuk diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan
penelitian dan prosedur penelitian. Selanjutnya, subjek diberi surat penjelasan dan
surat persetujuan informed consent yang akan ditanda tanganin sebagai persetujuan.
Setelah itu dilakukan pengambilan data yaitu diberi wawancara kuesioner.

3.4. Indikator Capaian

Tahapan Capaian
Pertama Mengumpulkan data responden yang menjadi sampel
penelitian.
Kedua Pengisian kuesioner dengan seluruh responden yang
menjadi sampel penelitian.
Ketiga Menghitung nilai dari pengambilan kuesioner.
Keempat Menginterpretasikan hasil, baik hasil berhubungan
atau tidak berhubungan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan
penelitian dan dilakukan setelah peneliti membuat desain penelitian. Sumber data
pada penelitian ini terdiri dari:

10
11

a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data, yaitu
dengan pengambilan data oleh responden yang dilakukan secara langsung
oleh peneliti terhadap sampel penelitian. Data tersebut terdiri dari data
identitas responden (nama, jenis kelamin, usia, kelas) dan data wawancara
kuesioner yang diisi oleh responden.

b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti hanya
mencari dan mengumpulkannya. Data sekunder mempunyai fungsi sebagai data
penunjang atau untuk memperkuat data primer. Dalam penelitian ini, data
sekunder di dapatkan dari pegawai dan guru kepala sekolah SMA Safiyyatul
Amaliyyah Medan tentang apakah penelitian ini sudah pernah dilakukan dan
jumlah siswa SMA yang berada di sekolah tersebut.

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1. Pengolahan Data

a. Editing
Mengumpulkan seluruh sampel umtuk mengisi kuesioner, serta melakukan
pemeriksaan kembali data-data yang terkumpul terkait kejadian . Peneliti
menotalkan skor yang terdapat diseluruh kuesioner.

b. Coding
Memberikan kode untuk memudahkan proses analisis data di komputer.

c. Entry Data
Memasukkan data ke software komputer untuk di analisis dengan program statistik.

3.6.2. Analisis Data


Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial, dengan
dibantu program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).Dalam analisis
data dilakukan dengan dua cara (Notoatmojo, 2012):

1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel
secara mandiri,tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya.
Analisis univariat biasa juga disebut analisis deskriptif atau statistik deskriptif yang
bertujuan menggambarkan kondisi fenomena yang dikaji. Analisis univariat
merupakan metode analisis yang paling mendasar terhadap suatu data. Hampir
dipastikan semua laporan, baik laporan penelitian, praktik, laporan bulanan, dan
informasi yang menggambarkan suatu fenomena menggunakan analisis univariat.
Model analisis univariat dapat berupa menampilkan angka hasil penelitian,ukuran
tendensi sentral,ukuran dispersi/deviasi/variability, penyajian data ataupun
kemiringan data.
Angka hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk angka, atau sudah
diolah menjadi persentase, ratio, prevalensi. Ukuran tendensi sentral meliputi
perhitungan mean, median, kuartil, desil persentil, modus. Ukuran disperse
meliputi hitungan rentang, deviasi rata-rata, variansi, standar deviasi, koefisien of
variansi. Penyajian data dapat dalam bentuk narasi, tabel, grafik, diagram, maupun
gambar. Kemiringan suatu data erat kaitannya dengan model kurva yang di bentuk
data.
Penilaian kuesioner hubungan tingkat pengetahuan siswa SMA terhadap
dengan kejadian Pityriasis versicolor . jumlah pertanyaan kuesioner yang diberikan
berjumlah 15 soal, Cara pengukuran kuesioner yaitu, kuesioner yang memiliki skor
1 adalah kuesioner yang di jawab benar, skor 0 untuk kuesioner yang memiliki
jawaban salah. Lalu hasil dari nilai kuesioner tersebut akan di kategorikan menjadi
3 kelompok yaitu.
1. Baik : X = 11-15
2. Sedang : X = 6-10
3. kurang : X = 0-5
Hasil ukuran dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan
yang diberikan, lalu di presentasekan hasil dalam bentuk persen.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menyoroti dan
menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Menguji ada tidaknya
perbedaan/hubungan antara variabel metode cermah dan metode demonstrasi
terhadap peningkatan hanya hidup sehat siswa digunakan analisis Chi
Square,dengan tingkat kemaknaan. α = 0,05.

Hasil yang diperoleh pada analisis Chi Square dengan menggunakan


program SPSS yaitu nilai p. Kemudian dibandingkan dengan α = 0,05. Apabila
nilai p <0,05. Maka ada hubungan/perbedaan antara dua variabel tersebut.

12
13

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Anggaran Biaya

NO JENIS PENGELUARAN BIAYA


1 Perlengkapan yang diperlukan Rp. 617.500
2 Perjalanan Rp. 0.000
3 Lain-lain Rp. 200.000
Jumlah Rp. 817.500

4.1.Jadwal Kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi literatur
2 Pembuatan proposal
3 Bimbingan dengan dosen pembimbing
4 Persiapan penelitian
5 Pelaksanaan penelitian
6 Analisis data
7 Penulisan laporan
8 Publikasi
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. (2014). Pravelensi Dan Faktor Resiko Terjadinya Pityriasis


Versicolor Pada Polisi Lalu Lintas Kota Ssemarang. 165.
Bramono, K. Budimulja, U. (2015). dermatomikosis, Non dermatofitosis. ilmu
penyakit kulit dan kelamin. In Universitas Indonesia (7th ed.).
Chandra, K., Ratih, N. L. P., Karna, V., Wiraguna, A. A. G. P., & Denpasar, S.
(2019). Pravelensi Dan Karakteristik Pityriasis Versicolor Di RSUP Sanglah
Denpasar Periode Januari 2017. 8(12), 1–8.
Crowson, AN. Magro, C. (2003). Atropyhing tinea versicolor : A clinical and
histological study of 12 patients. Int J Dermatol.
Dika, A. (2017). Perbedaan Angka Kejadian Pityriasis Versicolor Pada Siswa
Kelas Olahraga Dan Siswa Kelas Non Olahraga Di SMAN 2 Ngalik, Sleman,
Yogyakarta. Jurnal.
Karray M, M. W. (2020). Tinea (Pityriasis) Versicolor.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482500/
Natalia, D., Rahmayanti, S., Nazaria, R., & Parasitologi, D. (2018). Hubungan
antara pengetahuan mengenai pityriasis versicolor dan PHBS dengan
kejadian pityriasis versicolor pada santri madrasah tsanawiyah pondok
pesantren X kecamatan mempawah Hilir. Jurnal CDK-260, 45(1), 7–10.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan
Kelamin Di Indonesia. In Journal of Organic Chemistry (Vol. 74, Issue 8).
Rahman, M. A. A., Jusak, & Sutomo, E. (2016). Sistem Pakar Identifikasi
Penyakit Jamur Kulit pada Manusia menggunakan Metode Certainty Factor.
Jsika, 5(3), 1–7.
Untan, F. K. (2019). Program Studi Kedokteran, FK UNTAN SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK UNTAN 3 Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN. 5, 1322–1331.
Varada, S. Dabade, T. Loo, D. . (2014). uncommon presentation of Tinea
versicolor. dermatol pract concept.
Verawaty, L., & Karmila, I. D. (2017). Penatalaksanaan Pitiriasis Versikolor.
Bagian Kesehatan Kulit Kelamin FK Universitas Udayana, 3–10.
Zahra, M., Subchan, P., & Widodo, A. (2019). Pengaruh Perilaku Higiene
Perorangan Terhadap Pravelensi terjadinya penyakit Pityriasis Versicolor
Di Panti Asuhan Darul Yatim Demak. 8(1), 284–290.
Zara, N., & Yasir, M. (2019). Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah Dan Personal
Hygiene Kuala Kerto Barat Kecamatan Tanah Pasir. Jurnal, 5(1).

14
15

Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA SAFIYYATUL AMALIYYAH


MEDAN TERHADAP DENGAN KEJADIAN PENYAKIT PITYRIASIS
VERSICOLOR

Nama :

Umur : tahun

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Pendidikan :

Kelas :

Apakah anda memiliki gejala bercak di kulit, yang kadang menimbulkan rasa
gatal terutama bila berkeringat. Rasa gatal umumnya ringan atau tidak ada sama
sekali. Warna dari bercak bervariasi dari putih, merah muda hingga coklat
kemerahan di kulit?

 Iya
 Tidak

1. Penyakit Panu adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur yang
memberikan tanda bercak putih atau hitam di kulit, terutama meliputi badan dan
kadang-kadang dapat menyerang ketiak, paha, lengan, dan muka adalah…

a. Benar

b. Salah

2. Penyakit panu disebabkan oleh jamur yang bernama Malassezia furfur.

a. Benar

b. Salah

3. Penyakit Panu memiliki nama lain yaitu Pityriasis versicolor. Pernyataan


tersebut adalah…

a. Benar
b. Salah

4. . Jamur yang menyebabkan panu (pityriasis versicolor) hidup di tempat yang …

a. Lembap

b. Kering

5. Berlama-lama menggunakan pakaian yang lembap oleh keringat merupakan


faktor pencetus penyakit panu (Pityriasis versicolor). Pernyataan tersebut adalah

a. Benar

b. Salah

6. Penyakit Panu (Pityriasis versicolor) dapat ditularkan melalui penggunaan


pakaian atau alat sholat secara bergantian. Pernyataan tersebut adalah …

a. Benar

b. Salah

7. Handuk yang tidak pernah dijemur dapat menyebabkan penyakit panu (pityriasis
versicolor). Pernyataan tersebut adalah …

a. Benar

b. Salah

8. Pengobatan panu (pityriasis versicolor) dapat dilakukan dengan…

a. Antibiotik

b. Antijamur

9. Penyakit panu (pityriasis versicolor) lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Pernyataan tersebut adalah...

a. Benar

b. Salah

10. Bagian tubuh yang sering terkena penyakit panu (Pityriasis versicolor) adalah
bagian tubuh yang sering berkeringat…

a. Benar

b. Salah

16
17

11. Penggunaan krim atau lotion merupakan faktor penyebab panu (pityriasis
versicolor). Pertanyaan tersebut adalah...

a. Benar

b. Salah

12. Penyakit panu (Pityriasis versicolor) banyak menginfeksi dewasa muda pada
usia 15- 24 tahun disebabkan aktivitas kelenjar keringat yang mengandung lemak
lebih tinggi. Pernyataan tersebut adalah...

a. Benar

b. Salah

13. Ada beberapa hal yang memperburuk infeksi penyakit panu yaitu gizi buruk,
faktor keturunan serta pada orang dengan pengobatan menggunakan obat steroid
dalam jangka waktu lama.

a. Benar

b. Salah

14. Penyakit panu (Pityriasis versicolor) tidak sering terjadi pada daerah yang
memiliki iklim tropis. Pernyataan tersebut adalah…

a. Benar

b. Salah

15. Penularan penyakit panu (Pityriasis versicolor) dapat melalui sentuhan kulit
secara langsung. Pernyataan tersebut adalah...

a. Benar

b. Salah

Anda mungkin juga menyukai