Materi III
FASILITAS PRODUKSI SEDIAAN FARMASI©
Dasar Hukum
Fasilitas Kefarmasian & Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi
Cara Pembuatan yang Baik, Apoteker Penanggung Jawab & Standar Prosedur
Operasional
Industri Farmasi Obat
Industri & Usaha Obat Tradisional
Industri Kosmetika
Industri Suplemen Kesehatan
Industri Obat Kuasi
Ketentuan Pidana
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan
DASAR HUKUM
PP 17/1986 Kewenangan Pengaturan, Pembinaan,
dan Pengembangan Industri
UU 5/1997 Psikotropika
DASAR
UU 35/2009 Narkotika
HUKUM
UU 36/2009 Kesehatan
PP 51/2009 Pekerjaan Kefarmasian
Industri-industri : 1) penyulingan minyak bumi, 2) pencairan gas alam, 3) pengolahan bahan galian
bukan logam tertentu, 4) pengolahan bijih timah menjadi ingot timah, 5) pengolahan bauksit meniadi
alumina, 6) pengolahan bijih logam mulia menjadi logam mulia. 7) pengolahan bijih tembaga
menjadi ingot tembaga, 8) pengolahan bahan galian logam mulia lainnya menjadi ingot logam, 9)
pengolahan bijih nekel menjadi ingot nekel, diserahkan kepada MENTERI PERTAMBANGAN
DAN ENERGI
FASILITAS KEFARMASIAN
Fasilitas FASILITAS PRODUKSI
Kefarmasian SEDIAAN FARMASI
adalah
sarana yang
FASILITAS DISTRIBUSI
digunakan SEDIAAN FARMASI
untuk
melakukan
Pekerjaan FASILITAS PELAYANAN
SEDIAAN FARMASI
Kefarmasian.
Fasilitas Produksi Sediaan FarmasiPP 51/2009
FASILITAS
baku obat,
obat PABRIK Kosmetik
Pabrik KOSMETIK
tradisional, dan
kosmetika.
Cara Pembuatan Yang Baik
(Good Manufacturing Practices)
Golongan A Apoteker
Fasilitas Produksi Kosmetika
Golongan B TTK
IOT Apoteker
Obat
UKOT TTK
Tradisional
UMOT TTK
Penanggung Jawab & Standar Prosedur Operasional
Di Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi
(PP 51/2009)
Pasal 7
(1) Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi harus memiliki
Apoteker penanggung jawab.
(2) Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 11
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang farmasi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
INDUSTRI FARMASI
Izin Usaha Industri Farmasi
dan
Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat
Pasal 5
(1) Industri Farmasi dan Industri Farmasi Bahan Obat diselenggarakan
oleh Pelaku Usaha nonperseorangan berupa perseroan terbatas.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bagi pemohon Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha
Industri Farmasi Bahan Obat milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Persyaratan untuk memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi dan
Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b yaitu Sertifikat Produksi
Industri Farmasi atau Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan
Obat.
Penanggung Jawab
PEMASTIAN MUTU
INDUSTRI FARMASI
harus memiliki 3
(tiga) orang PRODUKSI
Apoteker sebagai
penanggung jawab.
PENGAWASAN MUTU
Pembuatan Obat
Industri Farmasi
mempunyai fungsí
pendidikan dan pelatihan; dan
1. Peringatan
2. Larangan mengedarkan
3. Perintah pemusnahan
4. Penghentian sementara kegiatan
5. Pembekuan izin industri farmasi
6. Pencabutan izin industri farmasi
INDUSTRI & USAHA
OBAT TRADISIONAL
Dalam rangka
memberikan iklim
usaha yang kondusif IOT
(Industri Obat
bagi produsen obat Tradisional)
INDUSTRI
tradisional perlu IEBA
dilakukan (Industri Ekstrak
Bahan Alam)
pengaturan industri
PEMBUATAN UKOT
dan usaha obat OBAT (Usaha Kecil Obat
TRADISIONAL
tradisional dengan Tradisional)
memperhatikan UMOT
DI BIDANG
OBAT
TRADISIONAL IEBA, industri yang khusus membuat sediaan
dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir
UKOT, usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional,
kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen, suppositoria, dan kapsul lunak
USAHA UMOT, usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk
param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan
DI BIDANG
OBAT USAHA JAMU RACIKAN, usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang
dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan
TRADISIONAL segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen
Pasal 13
(1) Sertifikat Produksi Kosmetika diajukan oleh Industri Kosmetika.
(2) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Kosmetika golongan A
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf h terdiri atas:
a. Rencana Produksi Kosmetika; dan
b. memiliki paling rendah 1 (satu) orang apoteker berkewarganegaraan Indonesia
sebagai penanggung jawab teknis;
(3) Persyaratan untuk memperoleh Sertifikat Produksi Kosmetika golongan B
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf h terdiri atas:
a. Rencana Produksi Kosmetika; dan
b. memiliki paling rendah 1 (satu) orang tenaga teknis kefarmasian
berkewarganegaraan Indonesia sebagai penanggung jawab teknis.
PEMBUATAN
SUPLEMEN KESEHATAN
Harus
industri farmasi
memenuhi
Cara CPOB
INDUSTRI
YANG Pembuatan
yang Baik
DAPAT industri dan usaha sesuai CPOTB
MEMBUAT obat tradisional dengan
SUPLEMEN ketentuan
KESEHATAN peraturan
perundang CPPOB
industri pangan -undangan
PEMBUATAN OBAT
KUASI
Harus
Industri memenuhi
Farmasi Cara
INDUSTRI Pembuatan CPOB
YANG yang Baik
DAPAT sesuai
MEMBUAT dengan
OBAT KUASI ketentuan
Industri Obat peraturan CPOTB
Tradisional perundang
-undangan
KETENTUAN PIDANA
KETENTUAN PIDANA
(UU Kesehatan36/2009)
Pasal • Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara
196 paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
197
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 1 angka 4
Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
Pasal 106
(1) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan
alat kesehatan harus memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memenuhi
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik PMK 26/2018
MENTERI KESEHATAN
DITERBITKAN
OLEH GUBERNUR
BUPATI/WALIKOTA
MENTERI KESEHATAN
(LINGKUP KEFARMASIAN)
a. Izin Usaha Industri Farmasi;
b. Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Obat;
c. Sertifikat Distribusi Farmasi;
d. Izin Usaha IOT/IEBA;
e. Sertifikat Produksi Kosmetika;
f. Importir Terdaftar Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
g. Importir Produsen Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
h. Eksportir Produsen Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
i. Persetujuan Impor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
j. Persetujuan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi;
k. Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga;
l. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan PKRT;
m. Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan;
n. Sertifikasi CPAKB;
o. Sertifikasi CPPKRTB;
p. Sertifikasi CDAKB;
q. Pendaftaran PSEF;
GUBERNUR
(LINGKUP KEFARMASIAN)
a. Izin UMOT;
b. Izin PRT Alat Kesehatan dan PKRT;
c. Sertifikat Produksi Pangan Rumah Tangga;
d. Izin Toko Alat Kesehatan;
e. Izin Apotek;
f. Izin Toko Obat;
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
atau
Online Single Submission
Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS
untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan untuk melakukan
kegiatan komersial atau operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau
komitmen.
Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi persyaratan Izin
Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional.
Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang selanjutnya disebut
Lembaga OSS adalah lembaga pemerintahan non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal.
Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku
Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran.
KOMITMEN
www.elic.binfar
.kemkes.go.id
Evaluasi &
Verifikasi
IZIN KOMERSIAL
/OPERASIONAL
NOMOR INDUK
PENDAFTARAN
BERUSAHA
IZIN USAHA KOMITMEN
PENOLAKAN
Evaluasi &
Verifikasi
Kadinkes
Terima Kasih