Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

EDUKASI DI SD NEGERI LAMRABO


KECAMATAN KUTABARO
ACEH BESAR TAHUN 2018

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN–
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan
paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga
program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan
(advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar,
2010).

B. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
C. Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau(aspek attitude), dan
dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta
kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu
melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal
ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang
sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang
telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan
kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan
PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku
tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan
masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase
tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang
terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh
masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-
tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang
lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak
tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran
advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau
menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c)
peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah
dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e)
memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

D. Tatanan PHBS
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan
pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PHBS di Sekolah


PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

B. Tujuan PHBS di Sekolah


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni:
1. Tujuan Umum:
Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
ber PHBS.

C. Manfaat PHBS di Sekolah


1. Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit

2. Manfaat bagi warga sekolah:


a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap
pencapaian target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

3. Manfaat bagi sekolah:


a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di
sekolah

4. Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan
oleh sekolah

5. Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota


a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di sekolah

D. Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah,
dan Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)
  
E. Indikator PHBS di Sekolah
1. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih.
Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak
berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh
dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

2. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih.
Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah
dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat
dilakukan  oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu
sekali.

3. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan
membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin
dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.

4. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih
misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila
sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai
siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.

5. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas
fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga
teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan
kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit.
Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan
olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/
karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari
kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk
berolahraga bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.

6. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan
sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada
di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan
4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan
dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan
sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan
darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok
di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari
kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan
membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah.
Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka
untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan
kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

7. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA
(Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan
kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.

8. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan
dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan
air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah
pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-
barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah.
Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari
gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat
mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah,
cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat
pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

9. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus
leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan
jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun buang air besar dapat
menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak
berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar
lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang
dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan
penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah
antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai
adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan

10. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan
menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air
pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air
dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau
limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan dan tersedia setiap saat.
11. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun
Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan,
sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan
atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang
mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada
pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga
dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi
bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan
penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit,
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

12. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat
sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah
antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah
selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman
penyakit. Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang
tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah
terhindar dari berbagai kuman penyakit.

13. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari
kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya
sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang
mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat
dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan
dengan baik.

14. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar
diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran
dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga
diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.

F. Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui
program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta
usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik
beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga akan membentuk
perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
(Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan
Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
1. Menurunkan angka kesakitan anak sekolah,
2. Meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun sosial,
3. Agar peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam
usaha peningkatan kesehatan di sekolah,
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah,
5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk
narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah
sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni:
pendidikan kesehatan (Health Education in School), pelayanan kesehatan(School
Health Service), dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian
dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan sangat
menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

G. Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak
di tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan
keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan
kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan unit individu, kelompok, dan masyarakat sekolah. Keperawatan
kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup
sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama
perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang
ditempatkan untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah
terkoordinasi. Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik,
pelaksana maupun peneliti di bidang keperawatan dengan area khusus sekolah.
Perawat dapat melaksanakan skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar
untuk luka dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan sederhana,
memantau status imunisasi siswa dan keluarganya dan aktif juga dalam
mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan. Perawat
perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah seperti
memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis,
dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama
untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang
terkait dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat
khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga
peran perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
a. Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan,
konseling, pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan
ini diintegrasikan dengan program sekolah.
b. Perawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama
jam sekolah. Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas
sekolah.
c. Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan
kesehatan (case finding), mengembangkan dan implementasi intervensi
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan menyusun kebijakan dan
program yang sesuai untuk memecahkan permasalahan baik yang aktual
maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai
prosedur. Selain itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan
petugas kesehatan yang lain. Beberapa item yang menjadi perhatian dalam
peran ini antara lain: kesehatan fisik, kesehatan emosional, kebiasaan
(makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah, kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


a. Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan
sekolah
b. Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur
kesehatan sekolah
c. Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan
kesehatan yang khusus
d. Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan
mendukung personal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PHBS ( Perilaku Hidup Bersih Sehat ) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di
dalamnya dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan dimasyarakat.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
B. Saran
Diharapkan PHBS di Tatanan Sekolah dapat terlaksana dengan
semaksimalmungkin sehingga para peserta didik, guru, dan lingkungan
sekitarnya dapat berperilaku hidup yang selayaknya / hidup bersih sehat.
SATUAN ACARA PELAKSANAAN
EDUKASI DAN DEMOSTRASI PHBS DI SD NEGERI LAMRABO
KECAMATAN KUTABARO PEMERINTAH ACEH 2018

Pokok Bahasan : PHBS, CUCI TANGAN DAN JAJANAN SEHAT


Sasaran : Kelompok siswa
Hari/Tanggal : Senin, 19 Maret 2018
Waktu : 10.00 Wib

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya edukasi dan demostrasi phbs selama 130 menit,
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk siswa/siswi
menjadi anak sehat
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan derajat kesehatan pada siswa/siswi sd negeri lamrabo
B. Sasaran
Kelompok Siswa

C. Pokok Bahasan
1. PHBS
2. Cuci tangan dengan sabun
3. Jajanan sehat

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab / konsultasi
3. Demonstrasi

E. Media
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. LCD
4. Laptop
5. Roti
6. Pisang
7. Susu coklat
8. Mises
9. Pisau
10. Piring

F. Kegiatan

No Tahapan Kegiatan presentasi Kegiatan Peserta


Kegiatan/waktu
1. Pembukaan 1. Pengucapkan salam 5. Menjawab salam
5 menit 2. Perkenalan diri 6. Mendengarkan
3. Menyampaikan topik dan
tujuan
4. Menyampaikan kontrak waktu
kegiatan edukasi phbs, cuci
tangan dan jajanan sehat.
2. Pelaksanaan 1. Melakukan edukasi dan - Mendengarkandan
120 m demotrasi phbs memahami
enit 2. Lomba siswa bersih - Mengikuti arahan
3. Demontrasi cuci tangan 6 - Ikut serta dalam
langkah kegiatan
4. Lomba cuci tangan
5. Demotrasi jajanan sehat
6. Lomba jajanan sehat
3. Penutup 1. Melakukan tanya jawab - Memperhatikan,
15 enit 2. Memberi saran-saran. bertanya
3. Mengucapkan salam penutup - Mendengarkan
jawaban
- Menjawab salam
- Bersama-sama tepuk
tangan an menutup
materi

G. Pengorganisasian

Pengorganisasian NamaMahasiswa UraianTugas

Penanggung Sintiya, S.Kep 1. Bertanggung jawab mulai dari persiapan


Jawab Acara sampai pelaksanaan kegiatan
2. Mengkoordinasikan anggota kelompok
dan menjalankan tugas dan peran masing-
masing anggota.
3. Memimpin pertemuan untuk
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
4. Menyusun laporan pendahuluan
Leader PHBS Desi Anidar, S.Kep 1. Menyajikan analisa data
2. Membuka dan mengarahkan diskusi
3. Merangkum hasil diskusi
Leader Cuci Lisa Sahara, S.Kep 4. Memandu scoring masalah kesehatan
tangan yang telah disepakati sebelumnya
5. Memandu perumusan rencana kegiatan
yang akan dilakukan
Leader Jajanan 6. Memandu kesepakatan untuk jadwal
Zuraida, S.Kep
sehat pelaksanaan kegitan.
Muzakir, S.Kep
Co-Leader jajanan
sehat

Observer Nurul Hayati, 1. Mencatat lengkap proses pelaksanaan


S.Kep kegiatan

Zahratul Afifah, 2. Memberikan evaluasi di akhira cara


S.Kep

Romaidar , S.Kep

Cut Indah Meutia


Sari, S.Kep

Fasilitator Murliza, S.Kep 1. Memfasilitasi peserta untuk bersikap


aktif selama acara diskusi berlangsung
Safira Dani, S.Kep
(bertanya, merespon, mengungkapkan
Zainura fitri, S.Kep pendapat, dan lain-lain)
2. Mendorong para peserta yang tidak
aktif untuk ikut aktif dalam diskusi
3. Memfasilitasi peserta pada saat
perumusan scoring.
4. Memandu peserta menyusun rencana
kegiatan sesuai kisi-kisi yang telah
dipersiapkan
Penanggung jawab Nurul Hidayah, 1. Menghubungi pihak-pihak terkait
HPD (Humas S.Kep dalam pelaksanaan kegiatan
Publikasi dan 2. Menyebarkan undangan kepada
Asnawati, S.Kep
Dokumentasi) pengurus RW Siaga dan seluruh kader
Nurmasyitah, 3. Mempersiapkan alat
S.Kep pendokumentasian
4. Melakukan pendokumentasian
selama acara berlangsung
Penanggung jawab Luhur Ramatika, 1. Menentukkan menu snack
konsumsi S.Kep
2. Membagikan snack kepada paraundangan
Ayu Ardila, S.Kep

Ardian Novia Pajri,


S.Kep

Penanggung jawab Munawir saputra, 1. Menyiapkan perlengkapan yang


perlengkapan S.Kep dibutuhkan

Munawir Sadjali, 2. Menangani masalah yang berhubungan


S.Kep dengan perlengkapan.

Vina Karlina,
S.Kep

I. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi stuktur
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi proses
a. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik
b. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas nya
c. Perserta antusias mengikuti jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. Kegiatan diikuti minimal 75% dari jumlah peserta kelompok siswa
b. Peserta dapat bekerjasama dan aktif

Anda mungkin juga menyukai