Anda di halaman 1dari 26

1. Q.S.

Al-Hujurat/49: 10 dan 12;serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzhan), dan persaudaraan(ukhuwah).
Q.S Al-Hujurat Ayat 10

Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah saudaramu (yang
berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."

Isi kandunganya:
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap muslim itu bersaudara dengan muslim lainya. Persaudaraan itu di
ibaratkan dengan satu tubuh apabila salah satu tubuh sakit maka yang lain juga merasakanya. Bhakan
apabila perselisihan tida terelakan, maka kita tidak diperbolehkan sesama muslim selama 3 hari. 

 Q.S Al-Hujurat Ayat 12

Artinya: 
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah
Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

Isi Kandungan:
Bahwa sesama muslim tidak boleh berprasangka buruk kepada oarang lain (suzuan) dan melakukan
gibah. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turut berkenaan dengan Salman Al-Farisi
yang apabila ia telah selesai makan maka ia langsung suka tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada
yang menggunjing perbuatannya, maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat dan
menceritakan aib orang lain.

2. Q.S. Al-Isra/17: 32, dan Q.S. An-Nur/24: 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan
perbuatan zina.
Q.S. Al-Isra/17: 32
‫اح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬ ِّ ‫َواَل تَ ْق َربُوا‬
َ ‫الزنَا ۖ إِنَّهُ َك‬
ِ َ‫ان ف‬
“ Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.”  (Al-Israa’/17: 32)
Arti perkata
Arti ayat Potongan ayat Arti ayat Potongan ayat
Dan janganlah ‫َواَل‬ Adalah
‫ان‬َ ‫َك‬
Kamu mendekati ‫تَ ْق َربُوا‬ Perbuatan keji
ً‫اح َشة‬ ِ َ‫ف‬
Zina ِّ
‫الزنَا‬ Dan sangat buruk
‫َو َسا َء‬
Sesunguhnya ia/zina ُ‫إِنَّه‬ Jalan
‫َسبِياًل‬
Q.S. An-Nur/24: 2
ْ ْ
ِ ‫ةٌ فِي ِد‬c َ‫ا َرأف‬cc‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَأ ُخ ْذ ُك ْم ِب ِه َم‬
‫ين‬ ِ ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِ ُدوا ُك َّل َو‬
َ ِ‫د َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِم َن ْال ُم ْؤ ِمن‬cْ َ‫ون ِباهَّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر ۖ َو ْليَ ْشه‬
‫ين‬ َ ُ‫هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمن‬
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”  (Q.S. An-Nuur/24 : 2)

Arti ayat Potongan ayat Arti ayat Potongan ayat


perempuan yang berzina ُ‫ٱل َّزانِيَة‬ Agama ‫ين‬ ِ ‫ِد‬
dan laki-laki yang berzina ‫َوال َّزانِي‬ Allah ِ ‫هَّللا‬
maka deralah ‫فَاجْ لِ ُدوا‬ Jika ‫إِ ْن‬
tiap-tiap ‫ُك َّل‬ Kamu adalah ‫ُك ْنتُ ْم‬
satu/seorang ‫اح ٍد‬ ِ ‫َو‬ Kamu beriman ‫ون‬ َ ُ‫تُ ْؤ ِمن‬
dari keduanya ‫ِم ْنهُ َما‬ Kepada Allah ِ ‫بِاهَّلل‬
Seratus َ‫ِمائَة‬ Dan hari ‫َو ْاليَ ْو ِم‬
Deraan ‫َج ْل َد ٍة‬ Akhirat ‫اآْل ِخ ِر‬
dan janganlah ‫َواَل‬ Dan hendaklah
menyaksikan
‫َو ْليَ ْشهَ ْد‬
mengambil/menjadikan
kamu
‫تَأْ ُخ ْذ ُك ْم‬ Siksaan/hukuman
keduanya
‫َع َذابَهُ َما‬
kepada keduanya ‫بِ ِه َما‬ Golongan ٌ‫طَائِفَة‬
belas kasihan ٌ‫َر ْأفَة‬ Dari ‫ِم َن‬
Dalam ‫فِي‬ Orang-orang
beriman
yang
‫ين‬ َ ِ‫ْال ُم ْؤ ِمن‬

3. Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta hadits tentang berpikir kritis dan
bersikap demokratis.
Q.S Ali-Imran :190-191
﴾۱۹‫ب ﴿ە‬ ِ َ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬
ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬cِ cَ‫ل َوٱلنَّه‬c ِ c‫ف ٱلَّ ْي‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫إِ َّن فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬ccc‫ٱلس‬
‫ت‬ َّ ‫ق‬ccc ِ ‫ُون ِفى َخ ْل‬ َ ‫وبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكر‬cccُ‫و ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجن‬cccُ‫ ا َوقُع‬ccc‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭم‬ ْ َ‫ين ي‬
َ ‫ذ ُكر‬ccc cَ ‫ٱلَّ ِذ‬
۱۹۱﴿ ‫ار‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬ َ َ‫ت ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحن‬ ِ ْ‫﴾ َوٱأْل َر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْق‬
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua
ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

Q.S. Ali Imran/3: 159


“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

4. Q.S. Luqman/31: 13-14 dan Q.S. al-Baqarah/2: 83, serta hadits tentang saling nasihat-menasihati
dan berbuat baik (ihsan).
Q.S. Luqman/31: 13-14

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar".

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”

Q.S. al-Baqarah/2: 83

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.”

5. Q.S. Al-Maidah/5: 48; Q.S. Az-Zumar/39: 39 dan Q.S. At-Taubah /9: 105, serta hadits tentang
taat, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja.
Q.S. Al-Maidah/5: 48

Dan Kami telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan.”
Q.S. Az-Zumar/39: 39

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka
kelak kamu akan mengetahui,”

Q.S. At-Taubah /9: 105

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

6. Q.S. Yunus/10: 40-41 dan Q.S. Al-Maidah /5: 32, serta hadits tentang toleransi dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan.
Q.S. Yunus/10: 40-41

"Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur'an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang
yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan." (40)
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu
berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (41)
Q.S. Al-Maidah /5: 32
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

7. Iman kepada Kitab Allah


 Secara terminology iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini bahwa Allah
Swt telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para Rasulnya agar kitab-kitabnya itu dijadikan
sebagai pedoman hidup (way of life ) umat manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat.

 Allah menurunkan 104 kitab kepada : Nabi Syits 50 suhuf, kepada Nabi Khunukh ( idris) 30 suhuf,
kepada Nabi Ibrahim 10 suhuf dan kepada Nabi Musa sebelum diberikan kitab Taurat 10 suhuf. Dan
Allah menurunkan kitab kitab Taurat, Kitab Injil, kitab Zabur dan Kitab Al-Qur’an. (HR. Ibnu
Hibban;362)

 Pengertian Wahyu
Menurut bahasa wahyu adalah isyarat cepat atau bisikan yang halus. Menurut istilah, wahyu adalah
pemberitahuan atau firman Allah swt yang disampaikan kepada Anbiya’(para nabi) dan Aulia’(para
wali yaitu hamba Allah SWT yang tulus dan tidak dianggkat sebagai Nabi)

 Nama-nama Rasul Yang Menerima Kitab Suci :


1. Nabi Daud as (Menerima Kitab Zabur)
Kata zabur berasal dari kata zabara, yang berarti menulis, menulis dengan sempurna. Adapun
Zabur menurut istilah adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as. Zabur
dalam bahasa Arab disebut mazmur. Mazmur berarti kumpulan nyanyian dan doa. Kitab Zabur
diturunkan dalam Bahasa Qibti, kitab ini diturunkan untuk kaum Bani Israil.
2. Nabi Musa as (Menerima Kitab Taurat)
Kata taurat berasal dari bahasa Ibrani thora yang berarti ajaran. Menurut bahasa Yunani Kuno
thora berarti hukum. Jadi kitab Taurat adalah kitab suci yang berisi undang-undang (hukum) yang
dikenal dengan nama ”Sepuluh Perintah Allah”. Kitab Taurat diturunkan dalam Bahasa Ibrani,
kitab ini diturunkan untuk kaum Bani Israil.
3. Nabi Isa as (Menerima Kitab Injil)
Kata injil berasal dari bahasa Yunani yang berarti kabar gembira. Kitab Injil adalah himpunan
wahyu Tuhan yang diberikan kepada Nabi Isa as. Kitab Injil diturunkan dalam Bahasa Suryani,
kitab ini diturunkan untuk kaum Bani Israil.
4. Nabi Muhammad saw (Menerima Kitab Al-Qur’an)
Al-Qur’an menurut bahasa artinya ”bacaan”, sedangkan menurut istilah, Al-Qur’an ialah firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi umat manusia agar
hidupnya bahagia, dunia dan akhirat.
 Nama-nama Lain Al-Qur’an
a. Al-Kitab berarti tulisan atau yang ditulis. Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang ditulis dengan
mushaf.
b. Al-Furqan berarti pembeda. Al-Qur’an sebagai pembeda antara yang hak (benar) dan yang batil
(salah).
c. An-Nμr berarti cahaya. Al-Qur’an merupakan cahaya yang memberi penerang bagi manusia dari
kegelapan.
d. Al-Huda berarti petunjuk. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan bagi orang-orang yang
bertakwa kepada Allah swt.
e. Az-Zikr berarti peringatan. Al-Qur’an berisi peringatan dari Allah swt agar manusia ingat kepada
Khaliknya (Penciptanya).
f. Asy-Syifa berarti obat. Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penyembuh bagi orang-orang yang
sakit rohani. Dengan Al-Qur’an orang-orang menjadi sehat jasmani dan rohani.
g. Al-Bayan berarti penjelas. Al-Qur’an berfungsi sebagai penjelas bagi persoalan-persoalan yang
tidak ada jalan keluar atau solusinya.
h. Al-Hakim berarti pemutus perkara. Al-Qur’an berfungsi sebagai pemutus perkara dari masalah-
masalah yang awalnya tidak dapat diselesaikan
dengan baik.
i. Al-Karim berarti yang mulia. Al-Qur’an adalah firman Allah yang mulia, tiada perkataan yang
lebih mulia selain dari Al-Qur’an.
j. Al-Kalam berarti firman Tuhan. Al-Qur’an adalah benar-benar firman Allah yang diberikan
kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya termasuk ibadah.

8. Iman kepada Rasul Allah


 Pengertian menurut bahasa, rasul berarti utusan Allah. Dapat juga diartikan sebagai seseorang yang
mengikuti berita-berita yang mengutusnya. Pengertian menurut istilah, berarti meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus manusia laki-laki terpilih yang diberi wahyu oleh
Allah SWT dan wahyu tersebut harus disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman dan petunjuk
hidup, agar hidupnya selamat dari dunia hingga kelak di akherat.

 Nabi dan Rasul


Nabi adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri tanpa berkewajiban
menyampaikan kepada orang lain. Rasul adalah orang yang menerima wahyu yang selain untuk
dirinya juga berkewajiban meyampaikan kepada orang lain.

 Rasul Ulul Azmi


Rasul ulul azmi adalah rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan kesabaran luar biasa dalam
menghadapi halangan dan rintangan ketika melaksanakan perintah Allah SWT, yaitu menyampaikan
wahyu Allah SWT kepada ummatnya.
Rasul-rasul yang termasuk ulul azmi ada 5 orang rasul, mereka adalah :
1.   Muhammad SAW,
2.   Nuh AS,
3.   Ibrahim AS,
4.   Musa AS
5.   Isa A.S

9. Iman kepada Hari Akhir


 Hari akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (QS Al-Baqarah/2:177), “Hari Pembalasan”
(QS Al-Fatihah/1:4). Menurut istilah, Hari akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut
isinya dan berakhirnya kehidupan semua makhul Allah Swt.
 Macam – macam hari akhir :
1. Kiamat Sughra ( kecil )
Adalah peristiwa datangnya kematian bagi semua makhluk termasuk manusia yang bersifat lokal
dan inividu.
2. Kiamat Kubra ( besar )
Peristiwa berakhirnya seluruh kehidupan makhluk dan hancur leburnya alam semesta secara total
dan serentak.

 Peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan hari akhir


a. Yaumul Barzakh, yaitu batas antara alam dunia dan alam akhirat yang sering disebut alam kubur
b. Yaumul ba'ats , yaitu hari ketika umat manusia di bangkitkan dari alam kubur setelah malaikat Isrofil
meniupkan sangkakalanya yang kedua kali.
c. Yaumul Makhsyar, Yaitu hari dikumpulkan manusia dipadang maksyar setelah di bangkitkan dari alam
kubur untuk menunggu panggilan Allah.
d. Yaumul Hisab, yaitu saat perhitungan amal perbuatan manusia hidup di dunia.
e. Yaumul Mizan, yaitu hari pertimbangan amal baik dan amal buruk.
f. As- Sirat adalah jembatan yang terbentang di atas neraka menuju surga.
g. Yaumul Jaza, yaitu suatu hari ketika semua manusia akan menerima balasan Allah Swt.

10. Iman kepada Qadha dan Qadar


  Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum,
ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan
qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang
berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran.
Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam
kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.

 Macam – macam takdir


1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-
cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya
apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan
mata sipit, atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan
sebagainya.

11. Iman kepada Allah ( penghayatan al-Asma’ul al Husnaal-Karim, Al-Mu’min, Al-Wakil,, Al-
Matin,Al-Jami’, Al-Adl, dan Al-Akhir)
Al – Karim : Maha mulia
Al – Mu’min : Maha pemberi keamanan
Al – Wakil : Maha Memelihara
Al – Matin : Maha kokoh
Al – Jami’ : Maha mengumpulkan
Al – Adl’ : Maha adil
Al – Akhir : Maha akhir

12. Iman kepada Malaikat Allah


 Pengertian Iman Kepada Malaikat adalah mempercayai bahwa adanya malaikat yang diciptakan
Allah Swt. dari cahaya, tunduk dan patuh yang diberi tugas untuk melaksanakan perintah-Nya.
 Fungsi Beriman Kepada Malaikat
 Dapat meniru, mencontoh serta mengikuti sifat-sifat malaikat
 Dapat membimbing manusia agar terhindar dari kepercayaan-kepercayaan takhayul dan khurafat
 Agar hidup kita lebih berhati-hati, lebih waspada sehingga jangan sampai terjerumus ke dalam
perbuatan yang buruk 
 Untuk menguji keimanan kita dalam menghadapi godaan setan. 
 Malaikat yang wajib diketahui ada 10 antaralain sebagai berikut... 
1. Jibril: Disebut dengan Ruhulkudus, Ruhulamin, Malakul Wahyu. Tugas malaikat jibril adalah
menyampaikan wahyu Allah swt. kepada rasul dan para nabi. 
2. Mikail: Tugasnya membagikan rezeki kepada umatnya
3. Israfil: Tugasnya memberi nyawa dan menghimpunnya di hari kiamat dan memberi tanda
datangnya hari kiamat. 
4. Izrail: Tugasnya mencabut nyawa. 
5. Rakib: Tugasnya menjaga manusia, mendampingi di sebelah kanan, dan mencatat semua
perbuatan yang baik. 
6. Atid: Tugasnya menjaga manusia, mendampingi di sebelah kiri, dan mencatat semua perbuatan
yang buruk. 
7. Munkar: Bertugas menanya dan memeriksa manusia di dalam kubur. 
8. Nakir: Mempunyai tugas yang sama dengan Munkar
9. Ridwan: Tugasnya menjaga surga, tempat orang mukmin yang mendapat anugerah
pahala dari Allah swt. 
10. Malik: Tugasnya menjaga neraka, tempat manusia mendapat siksa Allah swt. karena
mereka ingkar dan berbuat doa kepada-Nya. 

13. Semangat menuntut ilmu


Umat Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat, berarti wajib pula
mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainya, berarti wajib pula
mengetahui ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai
dasar. Dengan ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh
dilakukan. Demikian juga dalam hidup kemasyarakatan, interaksi antar sesama manusia juga harus di
dasari dengan ilmu, sehingga tercipta suatu masyarakat yang kondusif dan damai. Allah berfirman
dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 122 :
Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”. (QS. At Taubah : 122)
Ayat di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebagai orang beriman; semangat, tenaga dan
pikiran tidak dibenarkan hanya untuk usaha memenuhi kepuasan nyata seperti perang. Akan tetapi
semangat, tenaga dan pikiran juga untuk usaha menuntut ilmu terutama pengetahuan agama untuk
kemanfaatan diri sendiri dan orang lain. Ilmu merupakan penuntun manusia memahami ayat-ayat Allah
baik Qauliyah maupun Kauniyah sehingga mampu mamaknai hakekat hidup dan akhirnya memperoleh
keselamatan dunia dan akhirat.
Dalam menuntut ilmu hendaklah tetap tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai macam bahaya dan
ujian mental yang muncul. Sebab gudang kesuksesan adalah di dalam menghadapi cobaan. Maka siapa
yang ingin berhasil maksud dan tujuan menuntut ilmu harus bersabar menghadapi banyaknya cobaan.
Syeh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’allim mangatakan, pernah kudengar sya’ir yang konon
merupakan gubahan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah :
Artinya :
         Ingatlah, kamu tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali dengan enam perkara ; yang
akan kujelaskan semua kepadamu secara ringkas.
         Yaitu : kecerdasan, minat yang besar, kesabaran, bekal yang cukup, petunjuk guru, dan waktu
yang lama.

14. Syaja’ah ( berani membela kebenaran )


Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya adalah al-jubn yang berarti pengecut.
Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif dari sikap berani
yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam
rangka membela kehormatannya. Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau
keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian
menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu.
Sumber keberanian yang dimiliki seseorang diantaranya yaitu:
1) Rasa takut kepada Allah Swt.
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia.
3) Tidak ragu-ragu, berani dengan pertimbangan yang matang.
4) Tidak menomori satukan kekuatan materi.
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah Swt.
Jadi berani adalah: “Sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam.
Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah
pemberani. Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syuja’). Al-syaja’ah
(berani) bukan sinonim ‘adam al-khauf (tidak takut sama sekali)”
Macam-Macam Syaja'ah. Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian
dalam medan tempur di waktu perang.
2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan
kebenaran.
Beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya
dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan
merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui
kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang
memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi
kesalahan dan bertanggung jawab.
e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence”
terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta
kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap
dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap
tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif,
dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-
nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan
tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa,
memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan
keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan
sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang
mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati
dan sebagainya.
15. Hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru
Kunci kesuksesan dalam ilmu adalah patuh kepada orang tua dan guru, yaitu menghormati mereka
baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal. Kita harus bersikap sopan dan santun kepada orang
tua dan guru baik dalam ucapan maupun perbuatan, selalu mendoakan mereka jika sudah meninggal
minimal setiap setelah shalat.
Orang yang paling dekat dan berjasa kepada kita adalah kedua orang tua. Merekalah yang
membawa kita ke dunia ini dengan izin Allah. Betapa besar jasa mereka sehingga kita tidak akan
mampu menghitung dan membalasnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita harus berbakti kepada
kedua orang tua. Allah menempatkan kewajiban berbakti kepada orang tua pada peringkat kedua
setelah kewajiban menyembah Allah swt. Firman Allah swt dalam Al Qur’an surat Al Isra’ ayat 23 :
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al Isra’ : 23)
Begitu besarnya jasa orang tua kita sehingga keridlaan dan kemurkaan Allah tergantung pada keridlaan
dan kemurkaan keduanya. Rasulullah saw bersabda:
Artinya:”Keridaan Allah tergantung pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pula
pada kemurkaan keduanya.” (HR. Tabrani).

Guru adalah orang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita.  Dalam paradigma
Jawa, guru bermakna “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki
seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas
dalam melihat kehidupan ini.  Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh,
yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta
didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu, tapi juga
bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya.
Guru yang menjadikan kita orang beriman, mengerti hal yang baik dan buruk, gura juga menjadikan
kita orang yang pandai dan memahami ilmu pengetahuan, sehingga kita akan memperoleh kedudukan
yang tinggi di hadapan Allah dan manusia sebagaimana firman Allah swt:
Artinya: ”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujahadah:11)

Di samping itu, para penuntut ilmu dijanjikan oleh Rasulullah saw. akan diberikan kemudahan
jalan ke surga. Perhatikan hadits di bawah ini:
‫سهَّ َل هللاُ بِ ِه طَ ِر ْيقًا اِلَى ا ْل َجنَّ ِة ـ رواه مسلم‬ ُ ‫سلَكَ طَ ِر ْيقًا يَ ْلتَ ِم‬
َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬ َ ْ‫َمن‬
Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

16. Bekerja dan tanggung jawab


17. Berpakaian sesuai syariat islam
Fungsi berpakaian yang islami berdasarkan Q.S. Al-A’raaf  7: 36 adalah:
-  Untuk menutupi aurat
-  Untuk memperindah jasmani manusia
Allah SWT berfirman :

ً ‫ا‬c ‫ ْو َءاتِ ُك ْم َو ِريش‬c ‫اري َس‬ ِ ‫ َو‬c ُ‫ا ً ي‬c ‫ا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاس‬ccَ‫ ْد أَن َز ْلن‬c َ‫ابَنِي آ َد َم ق‬ccَ‫ي‬
َ ‫ذ َّكر‬cَّ cَ‫ت هَّللا ِ لَ َعلَّهُ ْم ي‬
.‫ُون‬ ِ ‫ا‬ccَ‫ك ِم ْن آي‬ َ cِ‫ ٌر ذل‬c‫ك َخ ْي‬ َ cِ‫ َوى ذل‬c‫َولِبَاسُ التَّ ْق‬
)36:‫(االعراف‬
Artinya: “Hai anak adam (umat manusia) sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa (selalu taqwa pada Allah) itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah mudah-mudahan mereka selalu
ingat.” (QS. Al-A’raaf, 7: 36).
Aurat adalah bagian tubuh manusia yang tidak boleh terbuka dan dilihat orang lain. Aurat laki-laki dewasa ialah
antara pusat dan lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan.
Pakaian yang Islami adalah pakaian yang dapat menutup aurat, bagi laki-laki harus dapat menutup bagian
tubuhnya anatar pusat dan lutut, sedangkan bagi wanita harus dapat menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan
telapak tangan. Perhatikan firman Allah SWT berikut:

‫ين َعلَ ْي ِه َّن‬ َ ِ‫ك َونِ َسآ ِء ْال ُم ْؤ ِمن‬


َ ِ‫ ْدن‬ccُ‫ين ي‬ َ ِ‫ك َوبَنَات‬ ِ ‫يأَيُّهَا النَّبِ ُّي قُل ألَ ْز َو‬
َ ‫اج‬
ً‫ورا‬ccُ‫ان هَّللا ُ َغف‬ َ ‫ك أَ ْدنَى أَن يُ ْع َر ْف َن فَالَ ي ُْؤ َذي َْن َو َك‬َ ِ‫ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن ذل‬
)59:‫(االحزاب‬.ً‫َّحيما‬ ِ ‫ر‬
Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu , anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,
“hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya (jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup
kepala, muka dan dada) ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab,
33: 59)

18. Kejujuran

19. Pengurusan jenazah


Pengurusan jenazah hukumnya fardu kifayah menurut Jumur Ulama', yaitu kewajiban bagi muslimin
(Islam) yang akan gugur hukum wajibnya apabila telah ada dari muslimin lain yang mengerjakannya.
1. Cara Memandikan Jenazah
1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.Air bersih
4.Sediakan air sabun.
5.Sediakan air kapur barus.
6.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan
kaki dan rambutnya.
8.Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan.
9.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
‫ت هللِ تَ َعالَى‬ِ ِّ‫اال َمي‬ْ ‫ْت ْال ُغس َْل لِهَ َذ‬ ُ ‫ن ََوي‬
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
11.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
12.Siram sebelah kanan 3 kali.
13.Siram sebelah kiri 3 kali.
14.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
15.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
16’Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
17.Setelah itu siram dengan air kapur barus.
18.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
                                                                                         ‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ِ ِّ‫ض ْو َء لِ َه َذاا ْل َمي‬ ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
                                    “aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”
                                                                                        ‫ض ْو َء لِ َه ِذ ِه ا ْل َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬ُ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُو‬
                                    “aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari muka
dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki
hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh perempuan. Setelah
selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada seluruh badan
mayat.
2. Mengafani Jenazah
Mengafani jenazah maksudnya membungkus jenazah dengan kain kafan. Hukumnya fardu kifayah.
Kain kafan hendaknya diperoleh dari harta yang halal.

Untuk mayat laki-laki


Kain kafan untuk mayat laki-laki terdiri dari 3 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
1. Lembar pertama sebagai hamparan.
2. Lembar kedua sebagai ashan.
3. Lembar ketiga sebagai popok
Tata cara mengkafani laki-laki yaitu:
1. Bentangkan 2 kain kafan sebagai hamparan dan basahan.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Pakaikan pokok pada mayat.
5. Membungkus lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu
digulungkan kedalam. Sebelah kanan yang paling atas
6. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
7. Jika kain  kafan tidak dan bagian kakinya yang cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas.
Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan
apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
1. Lembar pertama sebagai hamparan.
2. Lembar kedua sebagai basahan.
3. Lembar ketiga sebagai kerudung kepala.
4. Lembar keempat sebagai baju kurung.
5. Lembar kelima sebagai popok.
Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
1. Seperti mayat laki-laki no 1-4
2. Pakaikan baju kurung.
3. Pakaikan kerudung.
4. Seperti mayat laki-laki no 5-7

3. Cara Melaksanakan Salat Jenazah


Salat jenazah dikerjakan dengan berjama'ah, namun boleh juga dikerjakan
dengan munfarid (sendirian). Apabila jenazahnya laki-laki hendaknya imam berdiri lurus dekat
kepala, sedangkan untuk jenazah perempuan hendaknya imam berdiri lurus di dekat pinggannya.
Sementara itu para makmum berdiri dibelakang imam.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah
adalah sebagai berikut:
1. Niat

2. Takbir pertama (takbiratul ihram),


membaca alfatihah
3. Takbir kedua, bersholawat kepada Nabi
4. Takbir ketiga, berdoa untuk jenazah
SAW
5. Takbir keempat, membaca doa

6. Salam, kekanan dan kekiri.

4. Menguburkan Jenazah

 Segrera dikuburkan
 Memperluas/memperdalam lubang kubur
 Boleh mengubur 2-3 jenazah dalam 1 lubang
 Dimiringkan ke kiblat
 Kepala berada di utara
 Diberi bantalan
 Diberi papan

20. Ketentuan khutbah, dakwah, dan tabligh.

1. Ketentuan Khutbah

a.) Syarat Seorang Khatib

 Islam.

 Ballig.

 Berakal sehat.

 Mengetahui ilmu agama.

b.) Syarat Dua Khutbah

 Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur.

 Khatib duduk di antara dua khutbah.

 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.

 Tertib.

c.) Syarat-syarat Khotbah Jumat

 Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk waktu dzuhur).

 Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.

 Khatib harus laki-laki.


 Khatib duduk di antara dua khutbah.

 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.

 Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).

 Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.

d.) Rukun Khutbah

 Membaca hamdallah.

 Membaca syahadat.

 Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

 Berwasiat taqwa.

 Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.

 Berdoa pada khutbah kedua.

e.) Sunah-sunah Khutbah Jumat

 Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.

 Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah dipahami, dan disampaikan
dengan penuh semangat.

 Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan jangan terlalu panjang, sebaliknya
solat Jumatnya yang diperpanjang.

 Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.

 Menertibkan rukun-rukun khutbah.

 Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.

2. Ketentuan Tabligh

Syarat Muballig

 Islam.

 Ballig.

 Berakal sehat.

 Mendalami ajaran Agama Islam.

Etika dalam Menyampaikan Tabligh

 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

 Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.


 Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.

 Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat dan sumber jelas.

 Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar.

 Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan, berselisih, dan/atau mencari
kesalahan orang lain.

3. Ketentuan Dakwah

a.) Syarat Seorang Da’i

 Islam.

 Ballig.

 Berakal sehat.

 Mendalami ajaran Agama Islam.

b.) Etika dalam Berdakwah

 Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas, tegas dan sikap yang
bijaksana).

 Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara persuasif
(tanpa kekerasan) dan edukatif (pengajaran).

 Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.

 Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau bertukar pikiran yang berjalan
dengan dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.

21. Prinsip-prinsip dan Praktik Ekonomi dalam Islam 


a. Pengertian prinsip ekonomi Islam 
Ekonomi Islam adalah upaya atau usaha untuk mengatur dan menjalankan roda perekonomian
yang berasaskan pada nilai-nilai syariat Islam (diatur dalam Al-Qur'an, Hadis, dan Ijma'). 
b. Pengertian praktik ekonomi Islam 
Praktik ekonomi Islam yaitu segala bentuk aktivitas umat Islam yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi, seperti; jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, syirkah , perbankan, dan jenis kegiatan
ekonomi Islam lainnya. 

A.    Pengertian Mu’āmalah

Termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb).

Larangan umatnya melakukan :

1. Cara-cara yang batil.


2. Cara-cara ẓālim (aniaya).
3. Permainan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan.
4. Kegiatan riba.
5. Cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Transaksi jual-beli barang haram.

B.     Macam-Macam Mu’āmalah

1) Jual-Beli 

Syarat-Syarat Jual-Beli:

1. Penjual dan pembelinya haruslah:

a)Ballig,

b)Berakal sehat,

c) Atas kehendak sendiri.

2. Uang dan barang

3. Ijab Qobul

2) Khiyār

1. Pengertian Khiyār → bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya.


Penjual berhak mempertahankan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli berhak
menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya.

2. Macam-macam Khiyar

a) Khiyār Majelis → selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya
transaksi/tawar-menawar.

b) Khiyār Syarat → dijadikan syarat dalam jual-beli. (contoh: jangka waktu)

c)  Khiyār Aibi (cacat) → pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat
cacat.

3) Ribā

1. Pengertian Ribā → bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang.

2. Macam-Macam Ribā

a) Ribā Faḍli → pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.

b) Ribā Qorḍi → pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat


mengembalikan. (Bunga)

c) Ribā Yādi → penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.

d) Ribā Nasi’ah → akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.
4) Utang-piutang → menyerahkan harta atau benda kepada seseorang dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu nanti dan tidak mengubah keadaannya.

5)Sewa-menyewa → dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa yang diberikannya.

6) Syirkah

Suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan usaha
untuk memperoleh keuntungan.

Macam-Macam Syirkah

1) Syirkah ‘inān → antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi kontribusi kerja
(amal) dan modal (mal).

2) Syirkah ‘abdān → antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya memberikan
kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (amal).

3) Syirkah wujūh → kerja sama antara dua pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja
(amal) dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).

4) Syirkah mufāwaḍah → menggabungkan semua jenis syirkah.

5) Muḍārabah → akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan
semua modal (ṡāhibul māl), pihak lainnya menjadi pengelola atau pengusaha (muḍarrib).

6)Musāqah → kerja sama antara pemilik kebun dan petani.

7)Muzāra’ah → kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani di mana
benih tanamannya berasal dari petani.

8)Mukhābarah → kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani di mana
benih tanamannya berasal dari pemilik lahan.

Muzāra’ah dan mukhābarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam hal ini, pemilik
lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan
pembagian persentase tertentu dari hasil panen.

7) Perbankan

Macam-macam 

a. Bank Konvensional → fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang
memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna mengembangkan usahanya dengan
menggunakan sistem bunga.
b. Bank Islam atau Bank Syari’ ah → menjalankan operasinya menurut syariat Islam. Istilah
bunga tidak ada dalam bank Islam. Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari
riba, misalnya :
1) Muḍārabah →  kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian bagi
hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian.

2) Musyārakah → kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana masing-masing
memiliki saham.

3) Wadi’ah → jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga.

4) Qarḍul hasān → pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam
keadaan darurat.

5)  Murābahah → istilah dalam fiqh Islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan di
mana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk dengan ditambah
jumlah keuntungan tertentu di atas biaya produksi.

22. Pernikahan dalam Islam. 

 Menurut UU  No : 1 tahun 1974,  Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan YME. 
 Dalil: Q.S An-Nahl/16:72, Q.S An-Nur/24:32
A. HUKUM NIKAH Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya
boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan.
1. Jaiz, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
2. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah.
3. Sunah, yaitu orang yang sudah mampu menikah namun masih sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
4. Makruh, yaitu orang yang mampu menikah tapi khawatir menyakiti wanita.
5. Haram, yaitu orang yang tidak mampu melaksanakan kewajiban pernikahan.

B. RUKUN NIKAH DAN SYARATNYA.


Beragama Islam
Atas kehendak sendiri
Calon Suami
Bukan muhrim
Tidak sedang ihrom haji
Beragama Islam
Tidak terpaksa
Bukan muhrim
Calon Istri
Tidak bersuami
Tidak sedang dalam masa idah
Tidak sedang ihrom haji atau umroh
Orang yang dikehendaki
Laki-laki
Mahram si wanita
Baligh
Berakal
Wali
Tidak buta
Adil
Tidak terhalang wali lain
Tidak beda agama
Merdeka
2 Orang Saksi
Menggunakan kata tazwij/nikah
Ijab dan Qobul (sigah) Qabul harus diucapkan dengan ucapan
“Qalbitu nikahana/ tazwijha”

Wali nikah di bagi menjadi 2 macam yaitu wali nasab dan wali hakim :

1. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan
dinikahkan.

2.Wali hakim, yaitu seorang kepala Negara yang beragama Islam.

C. Pernikahan yang tidak sah


a. Mut’ah: dibatasi jangka waktu tertentu.
b. Syighar: dengan persyaratan barter, tanpa mahar.
c. Muhalil: seorang wanita yang sudah ditalak 3 kali oleh suaminya.
d. Orang yang ihram: yang melaksanakan haji/umrah.
e. Dalam masa iddah: perempuan yang dalam masa iddah.

Contoh masa iddah:

1. Iddah karena suaminya meninggal dunia, adalah selama 4 bulan 10 hari.

2. Iddah karena cerai hidup adalah tiga kali suci

3. Bagi janda yang hamil, ketika diceraikan atau karena suaminya meninggal dunia, masa
iddahnya sampai ia melahirkan.

4. Dan istri yang diceraikan suaminya sebelum sempat digauli, tidak ada iddah

f. Pernikahan tanpa wali.


g. Pernikahan dengan wanita kafir selain wanita-wanita ahli kitab.
h. Mahram.

23. Waris

(Q.S An-Nisa:77)

Mawaris/faroid yaitu ilmu yang mempelajari kadar pembagian masing-masing ahil waris.

Rukun:1. Ada orang yang mewariskan harta

2. Ada harta yang diwariskan


3. Ada ahli waris

Asbabul Irtsi (penyebab mendapatkan warisa): 1. Nasabah (hubungan darah)

2. Nikah
3. Wala’ (memerdekakna budak)
4. Seagama

Mawani’ul Irtsi: 1. Budak yang belum merdeka


2. Pembunuh keluarga sendiri

3. Beda agama

4. Murtad
No Ahli Waris Syarat Harta
Bila tidak ada anak/cucu ¼
Istri
Bila ada anak/cucu 1/8
Bila tidak ada anak/cucu ½
Suami
Bila ada anak/cucu ¼
Sendiri (tdk ada anak/cucu) ½
Anak (P)
2 anak P (tidak ada anak cucu lain) 2/3
Anak (L) - Asabah
Bila tidak ada anak/cucu 1/3
Ayah
Bila ada anak/cucu 1/6
Tdk ada anak, cucu, 2 saudara/lebih,
1/3
ayah
Ibu Ada anak, cucu, 2 saudara/lebih, ayah 1/6
Tdk ada anak, cucu, 2 saudara/lebih, 1/3 setelah diambil
ada ayah istri/suami
Sendirian, tdk ada anak,cucu, ayah
1/6
kandung
Saudara L/P seibu
2 orang, tdk ada anak,cucu, ayah
1/3
kandung
Sendiri ½
Saudara P seayah
2 orang/lebih 2/3
Saudara L seayah - Ashabah
Cucu - -

24. Sumber- sumber hukum islam

1. Al-Qur’an
Wahyu Allah SWT yang disampaika kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup
manusia.
Kedudukan: sumber hukum utama & pertama, Asy-Syifa, An-Nur, Al-Furqon, Al-Huda.
2. Hadits
Perkataan, perbuatan, rakrir (ketetapan), sifat, keadaan, tabiat/watak, siran (perjalanan hidup) Nabi
Muhammad SAW.
 Kedudukan: sumber hukum ke 2 setelah Al-Qur’an
 Fungsi:a) Menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum.
b) Memperkuat pernyataan yang ada di Al-Qur’an (bayan At-Taqriri).
c) Menerangkan maksud dan tujuan ayat.
d) Menerapkan hukum/aturan yang tidak disebutkan secara zahir dalam Al-Qur’an.
 Macam-macam Hadist
a) Segi banyak sedikitnya perawi
a. Mutawatir: banyak sahabat dan dilanjutkanke generasi berikutnya.
b. Mayhur: 2 sahabat/lebih tidak sampai mutawatir.
c. Ahad: 1/ 2 orang.
b) Kualitas perawinya
a. Shaih: adil, kuat hafalannya.
b. Hasan: tidak kuat hafalannya.
c. Da’if: lemah (tidak memenuhi syarat).
d. Maudu’: hadis palsu.
3. Ijtihad
Mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu
hukum.
 Kedudukan : sumber hukum ke 3
 Bentuk :
a)Ijma’ : kesepakatan para ulama mujtahid dalam memutuskan suatu perkara atau hukum yang
tidak ada ketetapannya berdasarkan Al Qur’an dan Hadits
b)Qiyas : menyamakan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejdian yang ada
hukumnya, karena ada illat (alasan) yang sama.
c)Maslahah mursalah : cara dalam menetapkan hukum yang berdasarkan atas pertimbangan
kegunaan dan manfaatnya.
 Ijtihad insya’i : menyimpulkan hukum baru mengenai peristiwa baru yang belum pernah
diselesai
 Tarjihi/ intiqa’i

25. Wakaf

Rukun wakaf:

a. Al-Wakif. (Orang yang mewakafkan).


1 Merdeka.
2 Berakal sehat.
3 Dewasa.
4 Tidak di bawah pengampuan.'
b. Al-Mauquf. (Harta yang diwakafkan)
1. Benda tersebut harus mempunyai nilai.
2. Benda bergerak atau benda tetap yang dibenarkan untuk diwakafkan.
3. Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi wakaf.
4. Benda tersebut telah menjadi milik si wakif.
c. Al-Mauquf ‘Alaih ( pihak yang dituju).
1. Berakal
2. Dewasa
3. Baligh
4. Merdeka
d. Shighat.
Shighat akad adalah segala ucapan, tulisan atau isyarat dari orang yang berakad untuk menyatakan
kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkannya. Adapun syarat sahnya shighat adalah:
1. Shighat harus munjazah (terjadi seketika).
2. Shighat tidak diikuti syarat bathil. Shigaht tidak diikuti pembatasan waktu tertentu.
3. Tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang sudah dilakukan.

Zakat

 Syarat syarat zakat yang perlu diketahui adalah :

a. Islam. 

b. Berakal dan baligh.

c. Telah mencapai nishab.


d. Merdeka.

e. Mencapai haul.

f.  Kepemilikan yang penuh / sempurna.

g.  Barangnya produktif atau bisa diproduktifkan.

h.  Selamat dari hutang / bebas hutang (aslamah minaddaini)


 Rukun Zakat Fitrah
a. Niat untuk menunaikan zakat fitrah dengan ikhlas, semata-mata karena Allah Swt.
b. Ada orang yang menunaikan zakat fitrah (muzakki).
c. Ada orang yang menerima zakat fitrah (mustahik).
d. Ada barang atau makanan pokok yang dizakatkan.
e. Waktu sesuai pelaksanaan.
f. Besarnya zakat fitrah sesuai dengan syariat Islam.
 Waktu pembayaran:

1. Waktu yang di bolehkan yaitu dari awal ramadhan sampai hari penghabisan ramadhan

2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan ramadhan

3. Waktu yang lebih baik (sunnat), yaitu dibayar sesudah shalat subuh sebelum pergi sholat hari raya

4. Waktu makruh, yaitu membayar fitrah sesudah hari raya tetapi sebelum terbenam matahari pada
hari raya

5. Waktu haram, yaitu dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya
 Ukuran: makanan poko tiap-tiap daerah
 Penerima Zakat:
1. Fakir => orang-orang yang hampir tidak mempunyai apa-apa sehingga tidak bisa memnuhi
kebutuhan hidup.
2. Miskin => orang-orang yang mempunyai harta tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup.
3. Amil => orang-orang yang mengumpulkan zakat dan membagikannya kepada yang berhak atau
sering disebut panitia zakat.
4. Muallaf => orang yang baru masuk Islam dan memerlukan bantuan untuk membiasakan diri
dengan lingkugan baru sebagai muslim.
5. Hamba sahaya yang ingin memerdekakan atau membebaskan diri.
6. Gharim => orang yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk
membayar atau memenuhi hutangnya.
7. Fisabilillah => orang-orang yang berjuang dijalan Allah.
8. Ibnu Sabil => orang-orang yang kehabisan biaya ditengah perjalanan.

Haji
 Syarat wajib:1. Islam
2. Berakal Sehat
3. Dewasa atau Baligh
4. Merdeka
5. Mampu

 Rukun Haji:

a. Ihram, yaitu berniat mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram (pakaian putih tidak
berjahit).
b. Wukuf, yaitu hadir di Padang Arafah mulai tergelincir matahari pada tanggal 9 Zulhijah sampai
terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.

c. Tawaf, yaitu mengelilingi Kakbah 7 kali putaran dari Hajar Aswad dengan posisi Baitullah di
sebelah kiri. Dalam rukun haji, tawaf yang digunakan adalah tawaf ifadah.

d. Sa'i, yaitu lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwa sebanyak 7 kali.

e. Tahalul, yaitu mencukur rambut sekurang-kurangnya 3 helai.

f. Tertib, maksudnya pengerjaan rukun haji secara berurutan.

26. Substansi dan strategi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw di Makkah

 Substansi Dakwah periode Mekkah


a. Keesaan Allah SWT

b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan

c. Kesucian jiwa

d. Persaudaraan dan Persatuan

 Strategi Dakwah periode Mekkah


1. Dakwah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi) selama 3-4 tahun
(QS. Al-Mudatstsir/75: 1-6). Kalangan keluarga terdekat dan teman-teman.
2. Dakwah di kalangan keluarga (QS. Asy-Syu’arā’/26: 214)
3. Dakwah secara terang-terangan (QS. Al-Hijr/15:94)
4. Dakwah kepada berbagai suku di sekitar Makkah.
 Strategi:
Q.S An-Nahl/16:125: -sembunyi-sembuny/rahasia
-terang-terangan
-keteladanan
-hikmah
-mau’idhah hasanah
-mujadalah
-tab syis & tandzir
-targhib & tarhib
-Al-Wa’du & Al-Wa’id
 Bentuk-bentuk keberhasilan: -keimanan dan akidah
-akhlak
-persamaan hak
-terbentuknya masyarakat muslimin
-terbentuknya solidaritas diantara mereka
27. Substansi dan strategi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad saw di Madinah
 Substansi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

a. mendirikan pemerintahan Islam dan membangun masyarakat Islam

b. menetapkan hokum hukum Islam secara kafah

c. menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia seperti contoh diutusnya muaz bin jabal
untuk berdakwah di negeri Yaman pada tahun 10 H.

d. konsolidasi dan pengembangan daulat Islam menjadi suatu bentuk Negara adidaya.

 Strategi Dakwah Rosulullah SAW Periode madinah


1. Dengan mendirikan masjid
2. Dengan membuat perjanjian

· Perjanjian antara kaum Muhajirin dan Ansar

· Piagam madinah

·  Perjanjian Hudaibiyah

3. Dakwah ketika terjadi peperangan

·Perang Badar

·Perang Uhud

·Perang Khandaq/ Ahsab

·Perang dengan Bani Quraizah

·Perang khaibar

·Perang Mu’tah

·Fathul mekah

·Perang hunain

·Perang tabuk

4. Dakwah dengan korespondensi


5. Dakwah dengan penerapan sendi-sendi hukum Islam
6. Dakwah dengan akhlakul karimah Rasulullah SAW
 Faktor keberhasilan dakwah  rasulullah saw

1. Semangat persaudaraan yang berdasarkan ikatan akidah

2. Adanya system keadilan yang diterapkan tanpa perbedaan

3. Kehidupan sederhana yang dicontohkan oleh para penguasa atau pemimpin

4. Persamaan derajat sehingga ukuran kemuliaan terletak pada ketakwaannya

 Bentuk keberhasilan
1. Pranata sosial ekonomi
2. Pranata politik dan pemerintahan
3. Pranata militer
 Sejarah
1. Masa rintangan (awal tahun hijriah-persepakatan Hudaibiyah, 6H)
2. Masa perdamaian (dengan para pemimpin paganisme- makkah pada bulan Ramadhan, 8H)
3. Masa kemenangan ( masa disaat manusia berbondong-bondong masuk Islam-wafatnya Nabi
SAW)

28. Perkembangan Islam pada masa kejayaan


 Periodisasi Sejarah Islam
1. Periode Klasik (650‒1250)
 Fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
 Fase disintegrasi (1000‒1250).
2. Periode Pertengahan (1250‒1800)
 Fase kemunduran (1250‒1500 M)
 Fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan
(1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800).
3. Periode Modern (1800‒dan seterusnya)
Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandaidengan munculnya
para pembaharu Islam.
 Faktor internal :

 Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,

 Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,

 Islam sebagai rahmat seluruh alam,

 Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapaikehidupan duniawi dan
ukhrawi.

 Faktor eksternal:

1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang
pemerintahan. Selain itu, mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra.
Adapun pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemah dalam banyak bidang ilmu,
terutama filsafat.

2. Gerakan Terjemah. Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan
dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

 Daulah Ummayah
Perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-
bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang politik, keagamaan,
ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.
 Daulah Abbasiyah.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Bidang budaya, ekonomi, arsitektur, sosial, dan militer.
 Tokoh Islam

1. Ibnu Rusyd (520-595 H)


Karya: kitab Bidayat al-Mujtahid  (kitab yang membahas tentang fikih), Kulliyat Fi at-
Tibb (buku tentang kedokteran di Eropa), Fal al-Maqal Fi Ma Bain al-Hikmah wa asy-Syariat.

Bidang: ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan
filsafat.

2. Al-Ghazali (450-505 H)
Karya: Ihya Ulumuddin dan Tahafut al-Falasifah

Bidang: filsafat

3. Al-Kindi (805-873 M)
Ia disebut Failasuf al-Arab (Filsuf orang Arab)

Bidang: filsafat
4. Al- Farabi (872-950 M)
Karya: Al-Madinah al-Fadhilah (kota atau negara utama)

Bidang: filsafat

5. Ibnu Sina (980-1037 M)


Karya: Al-Qanun Fi at-Tibb dan Al-Syifa

Bidang: filsafat dan kedokteran

29. Perkembangan Islam pada masa modern

 Disaat dunia Islam sedang mengalami kemunduran di abad tengah, bangsa eropa justru mengalami
kemajuan, dalam kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dengan melakukan
progaram imperialisme.
 Imperialisme Eropa kedunia Islam menjadi pemicu kesadaran umat Islam untuk bangkit dar
keterpurukan
 Tokoh pembaharuan Islam
1. India
a. Syah Waliyullah(Delhi)
Karya: Hujjatullah Al Bkighah dan Fujuh Al Haramain
b. Sayyid Ahmad Khan (Delhi)
Yang ada Inggris-Inggrisnya (perusahaan)
c. Muhammad Iqbal
Bidang tasawuf
Karya: The Reconstruction of Religius Thought in Islam
2. Mesir
a. Muhammad Ali Pasya (kawala, yunani)
Bidang militer, mendirikan sekolah-sekolah modern
b. Rifalah Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi
c. Jamaludin Al-Afghani
d. Muhammad Abduh
e. Muhammad Rasyid Rida
3. Turki
a. Sultan Mahmud II
b. Namik Kemal

Anda mungkin juga menyukai