Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

Nama : Sopiyan Hardiyansah

NIM : C.0105.20.148

“Peralihan Digitalisasi Darig Terhadap Peningkatan Resiko Penyakit


Kardiovaskuler “

A. Revolusi Industri 4.0


Tahapan evolusi peradaban manusia ditandai dengan meluasnya jaringan
cyber yang secara fisik didukung oleh beragam kemajuan teknologi digital
untuk :
1. Meningkatkan produktivitas
2. Kecepatan kinerja
3. Efisiensi kerja
4. Komunikasi sosial lintas batas dan waktu
5. Reposisi dan reorientasi peran manusia dalam sistem reproduksi
6. Inovasi layanan baru yang mendisrupsi cara bisnis lama.

B. Penyakit Kardiovaskuler
Dengan teknologi digital tersebut dapat mempengaruhi perubahan risiko
kesehatan sehingga berdampak terhadap pergeseran pola penyakit. Faktor
resiko penyakit pada usia produktif salah satunya adalah gangguan sistem
kardiovaskuler, diantaranya :
1. Aritmia
Kondisi ketika jantung memiliki detak atau ritme yang tidak normal,
seperti terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi ketika
implus elektrik yang berfungsi sebagai pengatur detak jantung tidak
bekerja dengan baik.
2. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyumbatan atau penyempitan di pembuluh arteri koroner yang
disebabkan oleh penumpukan plak. Kondisi ini membuat pasokan darah
menuju ke jantung
menjadi berkurang. Jika tidak segera ditangani, PJK dapat menyebabkan
serangan jantung, aritmia, dan gagal jantung.
3. Kardiomiopati
Gangguan pada otot jantung. Kardiomiopati dapat menyebabkan
komplikasi serius, seperti gagal jantung, penggumpalan darah, henti
jantung, dan gangguan katup jantung.
4. Deep Vein Thrombosis (DVT)
Kondisi adanya gumpalan darah di pembuluh darah vena. Biasanya
kondisi ini terjadi di bagian paha dan betis. Pada beberapa kasus,
gumpalan darah ini dapat mengalir ke paru-paru dan menyebabkan
komplikasi serius, seperti emboli paru.
5. Penyakit Arteri Perifer
Kondisi ketika aliran darah menuju kaki tersumbat akibat penumpukan
plak di pembuluh darah arteri, sehingga kaki kekurangan suplai darah
dan menimbulkan rasa sakit ketika berjalan.
6. Stroke
Penyakit yang terjadi ketika asupan darah menuju otak terganggu akibat
tersumbat atau pecahnya pembuluh darah.

C. Faktor Pemicu
1. Kurang Berolahraga
2. Kebiasaan Merokok
3. Konsumsi Makanan Berlemak
4. Kelebihan Berat Badan
5. Tekanan Darah Tinggi
6. Konsumsi Alkohol

D. Cara Menjaga Agar Jantung Tetap Sehat


1. Mulailah dari sekarang dalam menjaga kesehatan jantung
2. Berhenti Merokok
3. Olahraga Rutin
4. Cek Berat Badan Secara Rutin
5. Pengecekan Tekanan Darah, Kolesterol, dan Gula Darah Secara Rutin
6. Hindari Stres
7. Diet Makanan Sehat Bagi Jantung
8. Konsumsi Buah dan Makanan Tinggi Serat
9. Kurangi Konsumsi Alkohol

E. Dampak Negatif Digitalisasi Terhadap Resiko Penyakit Kardiovaskuler


1. Penurunan Cek Kesehatan Berkala
2. Perilaku Merokok Meningkat
3. Aktivitas Fisik Menurun
4. Pola Makan Tidak Seimbang

F. Dampak Positif Revolusi 4.0 dalam implementasi Bidang Kesehatan


1. Berbagi informasi kesehatan
2. Aplikasi pintar - program kesehatan
3. Pertukaran data dan komunikasi otomatis
4. Catatan kesehatan pribadi
5. Satu data besar dan analisis kesehatan
6. Layanan kesehatan online telemedicine
7. Intervensi kesehatan digital
8. Teknologi pengukuran higiene industry

G. Implementasi Revolusi Industri Bidang Kesehatan


Menteri komunikasi dan informatika mempercepat penyediaan jaringan dan
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung, antara
lain pelayanan kesehatan jarak jauh.

H. Kesimpulan
1. Teknologi terus berkembang dengan kecepatan yang tinggi
2. Revolusi industri 4.0 akan menguatkan implementasi Bidang Kesehatan
melalui pemanfaatan teknologi baik dalam hal pelayanan maupun
manajemen.
3. Kemajuan teknologi berdampak pada pergeseran pola penyakit dan
resiko kesehatan
4. Kemajuan teknologi diimbangi dengan: regulasi yang adaptif,
kolaboratif, menjunjung tinggi etika dan edukasi pada masyarakat, semua
stake holder pembangunan.
” Kegawatdaruratan pada Pasien Kardiovaskular Pre Hospital dan Intra
Hospital”

A. Latar Belakang
 Penyebab kematian no 1 di dunia ( Roth et al., 2018 &WHO, 2020)
 17,9 juta jiwa kematian setiap tahun (WHO, 2020).
 Riskesdas 2018, angka kejadian semakin meningkat.
 Sekitar 2.784.064 pasien penyakit kardiovaskular (PERKI, 2019)

Ada tiga sistem yang harus bekerja bersama agar jantung dapat berdenyut
secara efisien:
 Sirkulasi Umum
 Konduksi
 Sistem Koroner

Kompetensi sebagai perawat kardiovaskuler :


 Anatomi dan fisiologi jantung
 Sistem Sirkulasi
 Sistem konduksi
 Sistem pembuluh darah
 Komposisi darah
 Kontraksi jantung
 Pengkajian Fisik, Psikologis, Sosial, dan Spiritual
 Pengkajian khusus Nyeri dada atau distress napas akut
 Pemeriksaan EKG
 Makna Tekanan darah
 Pemeriksaan laboratorium
 Tindakan khusus: ETT, NGT, CVP, Arterial puncture, RJP, DC Syok,
IABP, Ventilator mekanik/CPAP, dll

B. Jenis Kegawatdaruratan Sistem Kardiovaskular


1. Angina Pektoris
Sumbatan yang berakibat menurunnya aliran darah ke area tertentu
jantung dan menyebabkan nyeri dada.
2. Infark miokardium
Kematian jaringan otot miokard akibat tidak mendapat suplai darah.
3. Gagal jantung kongestif
Jantung mengalami kegagalan pompa, menyebabkan aliran darah
terbendung dan berakibat sesak napas hebat, udem perut dan kaki.
4. Sudden Cardiac Arrest
Jantung berhenti berdenyut secara efektif menyebabkan terhentinya
fungsi paru, pasien kejang dan tidak sadar.
5. Tamponade Jantung
Adanya tumpukan darah atau cairan dalam kantung pericardium yang
mengakibatkan jantung tertekan sehingga tidak dapat memompa darah.
6. Renjatan Kardiogenik
Kemampuan pompa jantung menurun menyebabkan kurangnya aliran
darah ke organ2 vital, fungsi2nya menurun akibat perfusi rendah.
7. Emboli pulmonal
Sumbatan akibat adanya bekuan darah atau udara pada pembuluh darah
pulmonal.

C. Kegawatdaruratan Sistem Pernafasan


1. Pneumothoraks
2. Obstruksi jalan napas
3. Status asmatikus
4. Edema paru akut
5. Distress pernapasan

D. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler


1. Pengkajian denyut jantung : mengecek arteri carotis, radialis,
brachialis, femoralis.

2. Pemeriksaan terfokus lain nya :


S – sign & symptom : Tanda dan gejala
A – allergies : alergi obat2an
M – medication : obat2an yang dikonsumsi
P – past medical history : Riwayat Kesehatan lalu
L – last meals/intake : makan terakhir
E – events leading to call : alasan memanggil tim emergensi

3. Pengkajian jika ada nyeri atau gawat nafas akut :


O – onset –saat kejadian
P – provokasi – apa yang menyebabkan meningkat atau menurut
Q – qualitas – seperti apa nyeri atau distress napas nya
R – radiasi – menjalar kemana
S – severitas – tingkat nyeri atau distressnya
T – time – waktunya, berapa lama.

4. Intervensi Medik
 A = Airway
1. Pemberian oksigen
 B = Breathing 2. Infus cairan/obat-obatan
 C = Circulation 3. Obat-obat injeksi/support
 D = Drug / obat- obatan 4. Pemasangan alat yang
 E = Evaluation diperlukan
 F = Follow up
 Pemeriksaan penunjang : EKG, Echokardografi, X ray, AGD, CT.
Angio.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Ketidak-mampuan mempertahankan ventilasi spontan
d. Pola napas tidak efektif
e. Gangguan pertukaran gas
f. Gangguan perfusi jaringan
g. Ketidak seimbangan cairan

6. Intervensi Keperawatan
a. Pertahankan saluran napas tetap terbuka, bersihkan sekret atau
muntah
b. Inisiasi RJP jika diperlukan, dengan konsentrasi oksigen tinggi
c. Tempatkan pasien dalam posisi nyaman
d. Pertahankan akses IV, hubungkan dengan EKG dan Oksimetri
e. Siapkan defibrillator (jika diperlukan setiap saat)
f. Siapkan ventilator mekanik atau CPAP.
g. Monitor TTV
h. Cairan dibatasi jika perlu
i. Pertahankan keseimbangan intake output
j. Jika hipotensi, posisi kaki keatas
k. Jangan berikan NTG jika hipotensi. Berikan hanya jika TD tinggi
l. Berikan obat2 jantung emergensi: inotropik, diuretik, glikosida
jantung, narkotik, Atropin, Adrenalin dll sesuai kondisi pasien dan
protokol terapi.

7. Prinsip 7 C dalam Askep Kritis


a. Compassion : kasih sayang
b. Communication : komunikasi dengan pasien dan keluarga
c. Consideration : pertimbangan terhadap pasien dan keluarga, serta
hindari konflik
d. Comfort prevention of suffering : kenyamanan cegah penderitaan
e. Carefulness (avoidance of injury) : hati-hati cegah cedera
f. Consistency : konsisten
g. Closure (ethics and withdraw all of care) : k) : kerahasiaan (etik dan
penghentian asuhan)

8. Implikasi terhadap aspek etik dan legal keperawatan kritis


a. Respect for persons / autonomy
Menghormati hak pasien untuk autonomy atau menentukan
keputusan terbaik dalam sebuah tindakan.
b. Beneficence and nolmaleficence
Memaksimalkan kebermanfaatan dengan tidak melakukan tindakan
yang membahayakan pasien dan meminimalkan kerusakan /
kerugian pada pasien.
c. Veracity
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran, berkaitan erat dengan
prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent.
d. Fidelity
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggung
jawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
e. Justice
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang.
“Pertolongan Pertama pada Pasien Gawat Darurat Kardiovaskular (Henti
Jantung)”

A. Fase henti jantung


1. Fase Elektrik (0-5 menit), fase 5 menit awal saat mulai terjadi impuls
elektrik tidak normal, menyebabkan aritmia dari kontraksi otot jantung.
2. Fase Sirkulasi (5-10 menit), fase dimana mulai terlihat akibat dari
ketidakcukupan jantung dalam memenuhi kebutuhan darah seluruh tubuh
(hipoksia jaringan)
3. Fase Metabolik (> 10 menit), mulai diproduksinya toksin akibat sel-sel
yang mengalami hipoksia.

B. Gejala henti jantung


1. Tidak sadar secara tiba-tiba (collapse)
2. Nadi tidak teraba, hipotensi
3. Tidak bernapas

C. Penyebab Henti Jantung


1. Hipovolemia
2. Hypoksia
3. Hidrogen Ion ( Asidosis )
4. Hyperkalemia
5. Hypokalemia
6. Hypotermia
7. Hypoglikemia
8. Toxins
9. Tamponade
10. Tension Pneumothorax
11. Trombosis Pulmonary
12. Trombosis Coronary
13. Trauma

D. Gambaran EKG henti jantung


1. VT (Ventrikuler Takikardi)
2. VF (Ventrikuler Fibrilasi)
3. Asistole, tidak adanya aktivitas listrik.
4. PEA (Pulseless Electrical Activity), ada aktivitas listrik tetapi tidak ada
denyut nadi yang terdeteksi.

E. Rantai Kelangsungan Hidup


1. Di luar rumah sakit
 Pengenalan dan sistem pengaktifan sistem tanggap darurat
 CPR berkualitas tinggi secepatnya
 Defibrilasi cepat (hubungi EMS)
 Layanan medis darurat dasar dan lanjutan
 Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca-serangan jantung
2. Di dalam Rumah Sakit
 Pengawasan dan pencegahan
 Pengenalan dan sistem pengaktifan tanggapan darurat
 CPR berkualitas tinggi secepatnya
 Defibrilasi cepat (sistem gawat darurat)
 Bantuan hidup lanjutan dan perawatan pasca-serangan jantung
3. Prinsip Umum resusitasu pada pasien curiga atau terkonfirmasi Covid-19
 Kurangi paparan petugas terhadap Covid-19
 Prioritas manajemen jalan nafas dan ventilasi dengan resiko aerosol
yang rendah
 Mengidentifikasi pertimbanagn yang tepat untuk memulai dan
melanjutkan resusitasi.

F. Tahapan BHD (1 atau 2 penolong)


1. Assesment (danger, respon, call for help)
 Pastikan aman penolong,pasien dan lingkungan.
 Nilai respon pasien, perhatikan jika ada trauma leher ( jangan
pindahkan pasien bila tidak perlu ).
 Cek respon dengan cara :
 Alert / awas : korban bangun walaupun bingung
 Verbal / suara : korban merespon rangsangan suara (harus
nyaring)
 Pain / nyeri : korban merespon rangsangan nyeri (pangkal kuku,
bahu)
 Unresponsive / tak berespon .
 Call for help : Mencari bantuan dan saksi buat penolong, aktifkan
CODE BLUE
2. Circulation
 Penolong harus segera melakukan kompresi dada
 Kompresi dada dilakukan dengan kecepatan 100 – 120 kali per menit
 Kompresi dada dengan kedalaman yang membuat dada mengembang
(5-6 cm).
 Perhatikan recoil dada sepenuhnya setiap pasca kompresi.
 Minimalkan gangguan selama kompresi.
 Cegah ventilasi yang berlebihan.
 Frekuensi kompresi : Dewasa rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
 5 x siklus 30 : 2 (= 2mnt) à nilai ulang sirkulasi
3. Airways dan Breathing
 Saat kompresi, posisikan kepala menjadi ekstensi agar jalan napas
bebas
 Setelah mencapai 30 kompresi, bebaskan jalan napas dan
segeraberikan bantuan napas sebanyak 2 kali.
4. Evaluasi
 Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien dievaluasi
kembali.
 Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan
nafas dengan rasio 30:2.
 Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi
mantap.
 Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas
sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap 10 detik.
 Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba,
jaga agar jalan nafas tetap terbuka.
 RJP dihentikan jika :
 Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan • Ada bantuan
yg.> ahli datang menolong.
 Penolong lelah atau over exhausted.
 Adanya DNR
 Tanda kematian yang irreversibel / waktu sudah 30 menit
atau lebih

Anda mungkin juga menyukai