Anda di halaman 1dari 31

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN,KONSEP,SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA


DASAR.
2. PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA PENGERTIAN SERTA FAKTOR-
FAKTOR PENYEBABNYA.
3. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL.
4. HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANYA DENGAN
KEMUNCULAN BUDAYA.
5. SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-
ORGANIS,GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT,PAGUYUBAN-
PANTEMBAYAN).
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu
Sosial Budaya Dasar (ISBD).

Dosen Pengempu :
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.,M.Sos

Disusun Oleh :

Nama : LILIYAN WULANDHARI


NIM : C1M020076
Prodi/Kelas : AGROEKOTEKNOLOGI B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
1
FAFTAR ISI

HALAMAN COVER
DAFTAR ISI…………………
I. Pengertian,konsep,serta tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar
II. Perubahan sosial dan budaya pengertian serta factor-
faktor penyebabnya
III. Teori-teori kebudayaan dan teori-teori tentang interaksi
sosial
IV. Hirarki kebutuhan manusia dan kaitannya dengan
kemunculan budaya
V. Solidaritas sosial kota dan desa (mekanis-
organis,gemeinschft-gesselschaft,penguyuban-
patembayan)

BAB I
2
PENGERTIAN,KONSEP,SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR.

A. Pengertian ilmu sosial budaya dasar

"lmu Sosial dan 'udaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang
merupakan integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga
merupakan sosiologi (sosio-sosial, logos-ilmu) dan ilmu budaya yang
merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial. Pengertian lebihlanjut tentang
ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagaidisiplin
ilmu untuk menanggapi masalah-masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah
ilmuyang termasuk dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan
dan budaya.

Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar merupakan
pengetahuan yangdiharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan
pertama kali di "ndonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesmyang
berasal dari istilah Bahasa ingris “the Humanities’. Adapun istilah humanities itu
sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan
halus. Denganmempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari
the humanities diandaikan seseorang akan bisamenjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the
humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus
ataumanusia berbudaya. agar manusia menjadi humanus, mereka harus
mempelajari ilmu yaitu thehumanities disamping tidak meninggalkan
tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli :
 E. B. Tylor,Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan,kepercayan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

3
istiadat dan kemampuan yanglain, serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
 R. Linton,Dalam bukunya yang berjudul“The Cultural Background Of
Personality” menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari
sebuah tingkah laku dan hasillaku, yang unsur-unsur pembentuknya
didukung serta diteruskan oleh anggotamasyarakat tertentu.
 Koentjaraningrat,pengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
 Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi,mengatakan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya,rasa dan cipta masyarakat.
 Herkovits,kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia.
 Takdir Alisyahbana,mengatakan kebudyaan adalah menisfestasi dari cara
berfikir.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar, perlu
diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.0arsya 'actiar mengemukakan
bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu:

1. lmu-ilmu alamiah (natural scince). "lmu-ilmu alamiah bertujuan


mengetahuiketeraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. untuk
mengkaji hal inidigunakan metode ilmiah. caranya ialah dengan menentukan
hukum yang berlakumengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis
untuk menentukan suatukualitas. 0asil analisis ini kemudian digeneralisasikan.
atas dasar ini lalu dibuat prediksi.
2. "lmu-ilmu sosial (social scince). "lmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji
keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. untuk
mengkajihal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu
alamiah. tetapi hasil pengkajian ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini
menyangkut pola perilaku dantingkah laku manusia di masyarakat yang
cenderung berubah-ubah.
3. Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari
artikenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. untuk mengkaji hal ini
4
digunakanmetode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan
yang bersifat unik,kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang
mencakup keahlian(disilpin) seni dan filsafat. keahlian inipun dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidangkeahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni
musik,dll. Sedangkan ilmu sosial dan budayadasar adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertianumum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
sosialmanusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ISBD menggunakan
pengertian-pengertianyang berasal dari berbagai bidang pengetahuan sosial
budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa
dalam mengkaji masalah masalah sosial manusia dimasyarakat dalam tingkah
lakunya dalam kehidupan dan kebudayaan yang menyertainya.
"lmu sosial dan budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. "lmu
budaya dasar dalam bahasa "nggris disebut basic humanities. Pengetahuan
budaya dalam bahas inggris disebutdengan istilah the humanities. Pengetahuan
budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo
humanus). Sedangkan ilmu sosial dan budaya dasar bukanhanya ilmu tentang
budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umumtentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial
manusiadan kebudayaannya.

Secara keilmuan, terdapat banyak teori tentang masyarakat maupun


sosial. Sebelum lahirnya teori-teori sosial raksasa, seperti Thomas Hobbes (yang
dikenal dengan teori individualisme instrumental dengan diktumnya homo
homini lupus), Adam Smith yang dikenal teori sistem sosial dengan invisible
hand-nya tentang system yang terintegrasi, Karl Marx yang dikenal dengan teori
konflik dan kekuasaan, Durkheim yang dikenal dengan teori struktur dan fungsi,
Max Weber yang dikenal dengan teori tindakan sosial dan birokrasi rasional,
serta Alfred Schutz yang dikenal dengan pendekatan fenomenologisnya

5
Mereka semua telah memberikan kontribusi yang bermakna dalam
memahami, apa itu manusia dan apa itu masyarakat manusia? Karena hingga
sekarang tidak ada teori sosial yang disetujui bersama.

Konsep kita mengenai sosial(masyarakat) pun mendasar bagi


pemahaman diri kita sendiri. Dengan kata-kata Aristoteles, manusia adalah
seekor hewan sosial, yakni bahwa ia tidak bisa hidup terus di luar sebuah
kelompok sosial, tetapi apakah kita tergantung pada masyarakat kita hanya
sebagai dukungan dari luar untuk pemeliharaan kehidupan pribadi kita, ataukah
kita tidak memiliki kehidupan lepas dari hubungan-hubungan social kita?
Bagaimana kita menjawab pertanyaan tersebut tidak lepas dari gambaran yang
kita miliki tentang masyarakat atau sosial

Istilah sosial (social dalam bahasa Inggris) dalam ilmu sosial memiliki
arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah
Departemen Sosial, jelas keduanya mailiki arti yang sangat jauh berbeda.
Menurut Soekanto (1993: 464) istilah sosial pun berkenaan dengan perilaku
interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.

Secara keilmuan, masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu


sosial, dapat dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari berbagai segi. Dilihat dari
segi ekonomi, akan membahas tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan materialnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya.
Sedangkan dari segi politik, berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam
masyarakat. Berbeda dengan psikologi sosial, yang pada hakikatnya
mempelajari perilaku manusia sebagai individu secara sosial. Selain itu terdapat
antropologi budaya yang lebih menekankan pada masyarakat dan
kebudayaannya, dan begitu seterusnya untuk ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti
geografi sosial, sejarah, maupun sosiologi.

Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli sosiolog


Jerman dan penulis buku Class and Class Conflict in Industrial Society yang
dikenal sebagai pencetus Teori Konflik Non-Marxis, merupakan suatu konsep
yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang

6
memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Ilmu-ilmu
sosial, mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat. Ilmu-ilmu
sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial,
politik, bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora

Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima di tengah-tengah


kalangan akademisi. Sciences Sociale dan Sizialwissenschaften adalah istilah-
istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat “menderita” karena
diinterpretasikan terlalu luas maupun terlalu sempit Ironisnya, ilmu sosial yang
dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan sosiologi, atau hanya teori sosial
sintetis.

Berjalannya waktu tidak banyak membantu dalam mengusahakan


diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari dari filsafat moral. Di
kalangan filsuf moral Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh
kajian isu-isu sosial yang lebih luas, meski tidak disebut sebagai ilmu sosial.
Comte menyebutnya science social, dari Charles Fourier (1808), untuk
mendeskripsikan keunggulan disiplin sintetis dari bangunan ilmu. Sedikitpun ia
tidak ragu bahwa metode ilmu sosial sama sekali tidak berbeda dengan ilmu-
ilmu alam.

Ternyata penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh Comte


tersebut cukup mengaburkan gambaran metodologis tentang ilmu-ilmu sosial.
Sistem sosial memiliki empat subsistem, yakni ekonomi, politik, budaya, dan
system integratif. Dengan demikian, ekonomi, ilmu politik, kajian budaya, dan
integrasi sosial (sosiologi) merupakan disiplin yang berhubungan dan
interdependen. Turunan dari sistem sosial, yakni semua subsistem tersebut
memerlukan analisis yang serupa.

Pandangan beberapa ahli tentang ilmu-ilmu sosial, tidak sepesimis Ralf


Dahrendorf, namun ia pun tetap kritis terhadap pandangan-pandangan yang
menyeret ilmu sosial. Untuk ilmu kealaman (sains) yang kemudian sering
didefinisikan sebagai pencarian hukum-hukum mengenai alam yang tetap benar,
mengatasi segala ruang dan waktu Sedangkan untuk ilmu-ilmu sosial,

7
Wallerstein lebih menekankan pada suatu perilaku sosial yang menekankan jauh
melebihi kearifan secara turun-temurun dan merupakan hasil deduksi dari
padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.

A. UNSUR DAN RUANG LINGKUP ISBD


Dua masalah pokok yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan ruanglingkup "lmu 'udaya Dasar. !edua masalah pokok ialah
 Aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan
pengetahuan budaya, baik dari segimasing-masing keahlian (disiplin) di
dalam pengetahuan budaya, maupun secaragabungan (antar bidang )
berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
 Hakekat manusia yang satu (universal), namun banyak perbedaan-
perbedaan antaramanusia yang satu dengan yang lainnya. !
eanekaragaman tersebut terbentuk akibatadanya perbedaan ruang,
tempat, waktu, proses adaptasi, keadaan sosial budaya,lingkungan alam,
dimana terwujud dalam berbagai bentuk ekspresi seperti : ungkapan,
pikiran, dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.

Dari kedua masalah pokok yang dapat dikaji dalam mata kuliah "lmu
'udaya Dasar tersebut diatas, nampak dengan jelas bahwa manusia
menempati posisi sentral dalam pengkajian.Manusia tidak sebagai subyek
akan tetapi sebagai obyek pengkajian. 'agaimana hubunganmanusia dengan
alam, dengan sesama manusia dan bagaimana pula hubungan manusia
dengan/uhan menjadi tema sentral dalam "lmu 'udaya Dasar.

Pokok bahasan yang akan dikembangkan adalah :

 Manusia dengan cinta kasih


 Manusia dan keindahan
 Manusia dan penderitaan
 Manusia dan keadilan
8
 Manusia dan pandangan hidup
 Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian
 Manusia dan kegelisahan

Manusia dan harapan!edelapan pokok bahasan itu termasuk dalam karya-


karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya. Perwujudan mengenai cinta,
misalnya, terdapat dalam karya sastra, tarian, musik,filsafat, lukisan, patung dan
sebagainya. Masing-masing pokok bahasan dapat didekati dengan baik
menggunakan cabang-cabang pengetahuan budaya secara sendiri-sendiri
maupun secaragabungan cabang-cabang tersebut. Pokok bahasan manusia dan
cinta kasih misalnya, dapatdidekati dengan menggunakan karya seni sastra, atau
filsafat atau seni tari dan sebaginya.Disamping itu pokok bahasan manusia dan
cinta kasih juga dapat didekati denganmenggunakan gabungan karya seni sastra,
karya seni tari, atau filsafat dan sebagainya.

Menurut Wallerstein (1997: 2) mengelompokkan beberapa disiplin ilmu


yang dikategorikan sebagai ilmu sosial itu adalah sosiologi, antropologi,
geografi, ekonomi, sejarah, psikologi, hukum, dan ilmu politik.Brown dalam
karyanya yang berjudul Explanation in Social Sciences(1972) bahwa yang
termasuk dalam paket ilmu sosial meliputi sosiologi, antroplogi, ekonomi,
sejarah, demografi, ilmu politik, dan psikologi.

Meskipun beda, tetapi semuanya mengarah kepada pemahaman yang sama


bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas sosial
dalam kehidupan bersama. Dalam perkembangannya, berbagai spesialisasi
disiplin ilmu-ilmu sosial tumbuh meningkat, seperti ilmu komunikasi, studi
gender, ilmu perbandingan agama, dan sebagainya (Sairin, 2006: 33). Adapun
nama-nama itu sebagaimana akan didiskusikan, terutama mulanyaada beberapa
disiplin ilmu sosial, yaitu ilmu sejarah, ilmu ekonomi, sosiologi dan ilmu politik
(Wallerstein, 1997: 22).

a. Sosiologi

9
Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji/menstudi tentang masyarakat
ataupun kehidupan sosial. Karena semua ilmu sosial mempelajari tentang pola
tingkah laku yang lazim ada pada kelompok-kelompok manusia. Sosiologi
berasal dari kata socius, artinya kawan ataupun masyarakat. Sedangkan logos,
artinya ilmu pengetahuan/pikiran. Berarti secara sederhana sosiologi adalah ilmu
tentang masyarakat.

b. Antropologi

Seperti halnya sosiologi, terdapat beberapa pengertian tentang


antropologi. Isinya meliputi archeology, antrologi ragawi,sejarah kebudayaan,
beberapa bagian linguistic serta berbagai kajian tentang berbagai aspek
kemanusiaan. Antropologi memiliki keterkaitan dengan ilmu pengetahuan alam,
khususnya biologi(Spencer, 1982). Subjek antropologi adalah budaya dengan
berbagai sistem simbulnya, meliputi bahasa dan kepercayaan.

c. Psikologi

Psikologi sering disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang diri manusia,


meliputi proses mental, kemauan, mental, kecerdasan, dan emosional. Semuanya
bukan hanya dipengaruhi oleh proses kejiwaan, namun juga oleh warisan biologi
dan lingkungan (Spencer, 1982).

d. Ilmu Politik

Sekitar 30 atau 40 tahun yang lalu, ilmu politik selalu menekankan pada
upaya bagaimana menjadikan pemerintahan itu stabil dan lebih efisien, tetapi
saat ini telah berubah kea rah menuju politik social, artinya saat ini lebih
menekankan kepada tingkah laku politik suatu golongan masyarakat, latar
belakang sosial politik, dan bagaimana kesadaran politik timbul dari suatu
kelompok masyarakat (Spencer, 1982).

e. Ilmu Sejarah

Setiap orang tentu memahami tentang sejarah merupakan kajian masa


lampau. Dengan ilmu sejarah diharapkan dapat menghadirkan kembali peristiwa
masa lampau secara hidup dan benar. Ilmu sejarah berbeda dengan ilmu sosial
10
lain, karena dalam sejarah bukan mencari generalisasi suatu peristiwa melainkan
hendak mencatat secara detail, menggambarkan seolah-olah cerita itu terulang
lagi untuk kita hayati.

f. Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi lebih menekankan kepada faktor produksi dan distribusi


barang serta jasa. Sajian yang lain dari ilmu ekonomi adalah untuk menganalisis
arah pertumbuhan keuangan dan kaitannya dengan harga. Banyak pula ahli
ekonomi yang memusatkan perhatiannyakepada ketenagakerjaan serta
kesejahteraan yang dapat dicapai oleh setiap individu.

g. Geografi

Tekanan ilmu geografi mengkaji hubungan antara manusia dengan


lingkungan alamnya. Para ahli geografi sering melakukan kajiannya tentang
objek yang sempit misalnya minakat (zone), kawasan (area), dan yang luas
misalnya daerah (district), maupun wilayah (region). Juga kajiannya
menyangkut permaslahan ekologi, ataupun berbagai aktivitas ekonomi di lokasi
yang berbeda lingkungan alamnya. Secara garis besar geografi merupakan ilmu
yang unik, sebagian berupa kajian sosial, dan sebagian lagi merupakan kajian
natural (Spencer, 1982).

Maka dari itu Ilmu sosial lahir karena manusia tidak dapat hidup sendiri,
dan mereka membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup dan hidup
sebagai manusia. Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam kehidupannya manusia sangat dipengaruhi oleh ilmu sosial, tentang
bagaimana proses kehidupan manusia berlangsung. Manusia membutuhkan
kontak sosial dalam bentuk interaksi sosial yang terdiri dari imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati. Ilmu sosial juga memiliki ruang lingkup dalam ilmu-
ilmu lain, di antaranya sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu politik, ilmu
sejarah, ilmu ekonomi, dan geografi.

11
B. TUJUAN ISBD
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang
diharapkan dapatmemberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yangdikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia
dan kebudayaan. Dengan demikianmata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk
mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlianyang termasuk didalam
pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi ISBD semata-matasebagai
salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan
caramemperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap
nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya,
maupun yang menyangkut dirinya sendiri.

BAB II
PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA PENGERTIAN SERTA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA.

A. Pengertan perubahan sosial

Perubahan sosial adalah hal yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan
bermasyarakat. Karena manusia merupakan makhluk sosial, berbudi, dan selalu merasa
tidak puas, perubahan dalam bermasyarakat akan terus terjadi. Meski demikian, kadang
ditemukan pula masyarakat statis yang perubahan di lingkungannya berjalan lebih
lambat.

Dalam kajian sosiologi, perubahan sosial dipahami sebagai perubahan kehidupan


masyarakat yang berlangsung tanpa henti. Ini akan terjadi sepanjang masa. Hakikat
perubahan ini adalah keinginan setiap orang untuk selalu berubah agar keadaan menjadi
lebih baik sesuai dengan kebutuhan.

Sosiolog Selo Soemarjan merumuskan, pengertian perubahan sosial adalah


perubahan di lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang

12
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.

Cakupan perubahan sosial dapat sangat luas. Oleh sebab itu, jika ingin melihat
perubahan sosial di suatu masyarakat, perlu melakukan pengamatan secara cermat.
Hasil pengamatan dibandingkan dengan keadaan masyarakat di masa lalu untuk
mendapatkan gambaran perubahan sosial yang terjadi.

Ciri-ciri perubahan sosial

1. setiap masyarakat merasakan adanya perubahan sosial dalam lingkungannya,


baik itu berjalan lambat atau cepat. Perubahan ini terus-menerus tanpa henti.
2. saat perubahan dialami oleh lembaga kemasyarakatan maka akan terjadi
perubahan pula di lembaga-lembaga sosial lain.
3. disorganisasi dapat terjadi jika perubahan sosial berlangsung sangat cepat dalam
suatu kelompok masyarakat. Namun sifat disorganisasi ini hanya sementara.
4. perubahan dapat terjadi di bidang kebendaan (materi) maupun spiritual. Kedua
bidang ini memiliki kaitan timbal-balik.

Factor-faktor penyebab perubahan sosial

Perubahan sosial dapat terjadi jika dipicu oleh faktor-faktor tertentu. Jika
dikelompokkan, sejumlah faktor itu bisa dibagi dalam dua jenis, yakni faktor internal
dan eksternal. Faktor internal penyebab perubahan sosial setidaknya ada empat. Adapun
faktor eskternal sedikitnya ada tiga.

Faktor Internal Pemicu Perubahan Sosial:

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk


Contohnya, ketika penduduk Pulau Jawa bertambah begitu cepat, maka terjadi
perubahan dalam struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatan dalam
wujud aturan atau norma. Sebaliknya, di wilayah yang kekurangan penduduk
juga terjadi kekosongan pembagian kerja dan stratifikasi sosial yang
memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Adanya penemuan-penemuan baru

13
Penemuan baru sangat memengaruhi perubahan di masyarakat. Misalnya
penemuan ponsel pintar, membuat masyarakat memiliki pola baru dalam
berkomunikasi di antara individu dan kelompok.
3. Konflik sosial Konflik di antara kelompok dalam suatu masyarakat juga bisa jadi
penyebab perubahan sosial. Ini contohnya, pertentangan antara generasi tua dan
muda. Pertentangan bisa terjadi karena generasi muda lebih cepat menerima
kebudayaan modern, misalnya.
4. Terjadi pemberontakan atau revolusi di suatu negara Adanya gerakan revolusi
maupun pemberontakan besar juga bisa memicu perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat di suatu negara.

Faktor Eksternal Pemicu Perubahan Sosial:

1. Perubahan lingkungan alam fisik Perubahan lingkungan bisa terjadi akibat


bencana banjir, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya
perubahan alam karena dirusak oleh manusia sendiri. Kondisi ini membuat
manusia akan berpindah ke tempat lain untuk tetap bertahan hidup. Di tempat
yang baru, muncul perubahan sosial dari berbagai sisi.
2. Peperangan Peperangan yang dimenangkan oleh pihak lawan bisa menyebabkan
masyarakat di suatu kawasan harus menerima kebijakan-kebijakan baru dari
pemerintahan pemenang perang. Banyaknya hal baru yang diberlakukan
pemenang perang di daerah talukannya bisa memicu perubahan sosial.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Masuknya pengaruh asing lewat proses
pertukaran budaya atau media massa sering memengaruhi masyarakat lokal.
Proses ini bisa pula memicu perubahan sosial di dalam masyarakat terjadi.

BAB III

TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG


INTERAKSI SOSIAL.

A. TEORI-TEORI KEBUDAYAAN
14
Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar
pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan
dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai
kebudayaan-kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada
kebudayaan sendiri.

Pengetahuan yang ada belum menjamin adanya kemampuan untuk dapat


digunakan bagi tujuan-tujuan praktis karena antara toeri dan praktek terdapat
sisi-antara (interface) yang harus diteliti secara tuntas agar dengan pengetahuan
yang diperoleh lebih lanjut dari penelitian yang dilakukan, konsekuensi dalam
penerapan praktis dapat dikendalikan secara ketat. Dengan demikian akan
didapat pemahaman tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar yang
melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan.

Secara garis besar hal yang dibahas dalam teori kebudayaan adalah memandang
kebudayaan sebagai, (a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.(b)Sistem tanda.(c)
Teks, baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis dengan wacana
tekstual, maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks sebagai produk
kebudayaan.(d) Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi. (e) Dipandang
dari sudut filsafat.

Sebelum lebih lanjut memahami teori kebudayaan ada baiknya kita meninjau
terlebih dahulu wilayah kajian kebudayaan, atau lebih tepatnya Ilmu
Pengetahuan Budaya. Jika menilik pembagian keilmuan seperti yang
diungkapkan oleh Wilhelm Dilthey dan Heinrich Rickert, mereka membagi ilmu
pengetahuan ke dalam dua bagian, yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan
alam) dimana dalam proses penelitiannya berupaya untuk menemukan hukum-
hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam. Sekali hukum ditemukan,
maka ia dianggap berlaku secara universal untuk fenomena itu dan gejala-gejala
yang berkaitan dengan fenomena itu tanpa kecuali. Dalam Naturwissenschaften
ini yang ingin dicari adalah penjelasan (erklären) suatu fenomena dengan
menggunakan pendekatan nomotetis.
15
Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert
disebut dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam
tipe pengetahuan ini lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada
dalam diri manusia baik sebagai mahluk sosial maupun mahuk individu.
Terutama yang berkaitan pada faktor-faktor yang mendorong manusia untuk
berperilaku dan bertindak menurut pola tertentu. Upaya memperoleh
pengetahuan berlangsung melalui empati dan simpati guna memperoleh
pemahaman (verstehen) suatu fenomena dengan menggunakan pendekatan
ideografis.

Pada perkembangannya banyak ilmu-ilmu geisteswissenschaften dan


kulturwissenschaften menggunakan pendekatan yang digunakan oleh
naturwissenschaften seperti halnya Auguste Comte yang melihat suatu fenomena
perkembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan positivistik. Jika di
tilik tentang konsep kebudayaan, maka dapat dilihat dari dua sisi, yaitu, pertama,
Konsep kebudayaan yang bersifat materialistis, yang mendefinisikan
kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan
alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
masyarakat. Kajian ini lebih menekankan pada pendangan positivisme atau
metodologi ilmu pengetahuan alam. Kedua, Konsep kebudayaan yang bersifat
idelaistis, yang memandang semua fenomena eksternal sebagai manifestasi suatu
sistem internal, kajian ini lebih dipengaruhi oleh penekatan fenomenologi.

Terlepas dari itu semua maka kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu
fenomena sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga
masyarakat yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola,
atau konfigurasi yang tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu
masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang
lain, tidaklah dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.

16
Mengenai pembagian wilayah keilmuan ini terdapat kerancuan terutama yang
berkenaan dengan peristilahan human science dan humanities. Pada masa
Yunani dan Romawi, pendidikan yang berkaitan dengan humanities adalah yang
berkaitan dengan pemberian keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh
melalui pendidikan agar seseorang mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan potensi dirinya tentang kemanusian yang berbudi dan
bijaksana secara sempurna. Adapun mata pelajaran yang diberikan untuk
mencapai hal itu adalah filsafat, kesusastraan, bahasa (reotrika, gramatika), seni
rupa dan sejarah. Maka dari penjelasan ini, humanities atau humaniora lebih
mendekati pada ilmu pengetahuan budaya.

Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlapsa dari peradaban. Berikut
ini beberapa dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan
kota yang berada pada tingkat perkembangan lebih „tinggi“ dibandingkan
dengan keadaan perkembangan didaerah pedesaan. Kedua, Adanya
pengendalian oleh masyarakat dari dorongan-dorongan elementer manusia
dibandingkan dengan keadaan tidak terkendalinya atau pelampiasan dari
dorongan-dorongan itu.

Selain menganggap corak kehidupan kota sebagai lebih maju dan lebih tinggi
dibandingkan dengan corak kehidupan di desa, dalam pengertian peradaban
terkandung pula suatu unsur keaktifan yang menghendaki agar „kemajuan“ itu
wajib disebarkan ke masyarakat dengan tingkat perkembangan yang lebih
rendah, yang berada di daerah-daerah pedesaan yang terbelakang.

Peradaban sebenarnya muncul setelah adanya masa kolonialisasi dimana ada


semangat untuk menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial
dalam masyarakat jajahannya, sehingga pada masa itu antara masyarakat yang
„beradab“ dan „kurang beradab“ dapat digeneralisasikan sebagai corak
kehidupan barat versus coak kehidupan bukan barat.Unsur lain yang terkandung
dalam makna „peradaban adalah kemajuan sistem kenegaraan yang jelas dapat
dikaitkan dengan pengetian civitas. Implikasinya adalah bahwa penyebaran
17
sistem politik barat dapat merupakan sarana yang memungkinkan penyebaran
unsur-unsur peradaban lainnya. Corak kehidupan kota atau kehidupan yang
beradab pada hakikatnya berarti tata pergaulan sosial yang sopan dan halus,
yang seakan-akan mengikis dan melicinkan segi-segi kasar.

Dari penjelasan definisi peradaban diatas yang hampir merangkum semua unsur
adalah definisi yang diambil dari bahasa Belanda (beschaving) yang mengatakan
bahwa peradaban meliputi tatacara yang memungkinkan berlangsungnya
pergaulan sosial yang lancar dan sesuai dengan norma-norma kesopanan yang
berlaku dalam masyarakat barat.

Dalam mengkaji kebudayaan, unit analisa atau obyek dari kajiannya dapat
dikategorikan kedalam lima jenis data, yaitu, (a) artifak yang digarap dan diolah
dari bahan-bahan dalam linglkungan fisik dan hayati, (b) perilaku kinetis yang
digerakkan oleh otot manusia, (c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke
dalam dua bentuk yaitu (d) tuturan yang terdiri atas bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh pita suara dan otot-otot dalam rongga mulut dan (e) teks yang
terdiri atas tanda-tanda visual sebagai representasi bunyi bahasa atau perilaku
pada umumnya. Baik artifak, teks, maupun periaku manusia memperlihatkan
tata susunan atau pola keteraturan tertentu yang dijadikan dasar untuk
memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang bermakna, karena merupakan hasil
kegiatan manusia sebagai mahluk yang terikat pada kelompok atau kolektiva,
dan karena keterikatan itu mewujudkan kebermaknaan itu.

Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu,


untuk memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia
yang mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk
memahami bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk
melangsungkan kehidupannya dalam kelompok, mempertahankan kehidupannya
melalui penggarapan lingkungan alam dan memelihara keseimbangannya
dengan dunia supranatural.

18
Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a)
perspektif perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu muncul
karena aspek-aspek tertentu dari kebudayaan dianggap belum cukup
memperoleh elaborasi. Dan (b) perspekif konseptual yang melihat bahwa
keragaman muncul karena pemecahan permasalahan konseptual terjadi menurut
pandangan yang berbeda-beda. Dalam memahami kebudayaan kita tidak bisa
terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure merumuskan setidaknya ada
tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu:

Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda)
dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah citra bunyi
sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini menunjukkan bahwa
setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen (1) artikulasi kedua bibir,
(2) pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan (3) pita suara yang tidak
bergetar.

Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak
adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. Untuk
memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu, pertama, makna tanda
ditentukan oleh pertalian antara satu tanda dengan semua tanda lainnya yang
digunakan dan cara kedua karena merupakan unsur dari batin manusia, atau
terekam sebagai kode dalam ingatan manusia, menentukan bagaimana unsur-
unsur realitas obyektif diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan
konsep yang terekam.

Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan


adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut
Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan). Langue adalah
pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati
bersama oleh semua warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue pada
individu. Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaidah-kaidah

19
yang berlaku secara kolektif, karena kalau tidak, komunikasi tidak akan
berlangsung secara lancar.

Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem


struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem mental yang
mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar dapat berperilaku
dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dianggap wajar oleh
sesama warga masyarakatnya.

B. INTERAKSI SOSIAL
Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan
membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,
manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta
masyarakat yang tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua
kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, Interaksi adalah suatu rangkaian
tingkah laku yang terjadi antara dua orang atau lebih dari dua atau beberapa
orang yang saling mengadakan respons secar timbal balik. Oleh karena itu,
interaksi dapat pula diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku masing-
masing. Hal ini bisa terjadi antara individu dan individu lain, antara individu dan
kelompok, atau antara kelompok dan kelompok lain. Interaksi sosial dapat
diartikan sebgai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosila yang
dimaksud dapat berupa hubungan antar individu yang satu dengan individu
lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara
kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana
simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadannya oleh mereka yang menggunakannya. Menurut H. Bonner, interaksi
sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, diman
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Definisi ini menggambarkan
kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia itu.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi
sosial tidak ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara
20
badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu
kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling
berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan
persaingan,pertikaiadanlainsebagainya.
Bentuk-bentuk interaksi dapat berupa kerjasama, persaingan dan bahkan dapat
juga berbentuk pertentangan atau pertikaian:
a. Kerjasama
b. Persaingan
c. Pertentangan atau pertikaian

Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi


tersebut, yakni faktor ynag menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut. faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu sebagai berikut:

a. Situasi sosial, tingkah laku individu harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi
yang dihadapi.

b. Kekuasaan norma kelompok. Individu yang menaati norma-norma yang ada, dalam
setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda
dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku. Individu itu pasti akan
menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya dan kekuasaan norma itu berlaku
untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.

c. Tujuan pribadi masing-masing individu, adanya tujuan pribadi yang dimiliki


masingmasing individu akan berpengaruh terhadap perilakunya dalam melakukan
interaksi.

d. Penafsiran situasi, setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga
mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut

BAB IV

HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANYA DENGAN


KEMUNCULAN BUDAYA

21
Hirarki Kebutuhan Abraham H. Maslow Hirarki kebutuhan Maslow ada 5 tingkatan
yaitu:29 Gambar 1 Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham H. Maslow

a. Kebutuhan Fisiologis (Faali)


Kebutuhan ini adalah tingkatan kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan
paling jelas antara kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk mempertahankan
hidup secara fisik, yaitu yaitu kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh,
seks, tidur, oksigen dan pemuasan terhadap kebutuhan- kebutuhan itu sangat
penting dalam kelangsungan hidup.Begitupun dengan seorang anak, anak adalah
seorang manusia, dan setiap manusia membutuhkan kebutuhan-kebutuhan tersebut,
sehingga jika semua kebutuhan fisiologis itu terpenuhi atau terpuaskan maka anak
akan ada dorongan untuk memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Jika anak
yang kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang, dan penghargaan besar
kemungkinannya akan lebih banyak membutuhkan makan dari pada yang lainya.
Apabila semua kebutuhan itu kurang terpenuhi, dan organisme itu didominasi oleh
kebutuhan-kebutuhan pokok, kebutuhan-kebutuhan lainnya tidak akan ada sama
sekali atau terdorong ke belakang. Dengan kata lain anak yang kurang terpenuhi
(melarat) kebutuhan pokoknya akan selalu terbayang akan kebutuhan satu ini.
b. Kebutuhan akan rasa aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul
seperangkat kebuthan-kebuutuhan yang baru yang kurang-lebih dapat di
kategorikan (keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari
rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-
batas; kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya) Kebutuhan ini merupakan
pengatur perilaku eksklusif, yang menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha
memuaskan kebutuhan itu, dan layaklah apabila organisme itu kita gambarkan
sebagai suatu mekanisme pencari keselamatan.
Dalam kebutuhan yang ini kita juga dapat mengamati atau melakukan
pengamatan terhadap bayi dan kanak-kanak, sebab reaksi terhadap ancaman dan
bahaya pada bayi kelihatan lebih jelas ialah karena mereka sama sekali tidak
menahan-nahan reaksi ini, sedangkan kanak-kanak akan bereaksi secara total, dan
seolah-olah mereka dalam bahaya, apabila mereka di ganggu atau tiba-tiba di lepas,

22
di kejutkan dengan suaru yang nyaring, kilatan sinar, atau ransangan-ransangan
syaraf lainnya yang tidak biasa, karena penanganan yang kasar, karena sama sekali
kehilangan topangan dari lengan ibunya, atau topangan yang tidak cukup.
Pada bayi kita juga dapat melihat reaksi yang jauh lebih langsung
terhadap berbagai penyakit jasmaniah. Kadang-kadang penyakit-penyakit ini
kelihatannya mendadak dan karenanya menakutkan, dan kelihatannya membuat
anak merasa tidak aman. Misalnya, muntah, sakit perut, atau rasa lainnya yang
sangat taja tampaknya membuat anak itu melihat dunia dengan kacamata yang
berbeda. Pada saat sakit-seperti itu dapatlah disimpulkan bahwa, bagi anak itu,
seluruh dunia tiba-tiba berubah dari cerah menjadi gelap, menjadi tempat dimana
segala sesuatu dapat terjadi, dan semua yang dulu mantap menjadi tidak mantap.
Jadi seseorang anak yang makanannya tidak baik menjadi sakit, dalam sehari atau
dua akan dapat mengembangkan rasa takut, mimpi-mimpi buruk, dan suatu
kebutuhan akan perlindungan dan ketentraman hati yang belum pernah dialami
sebelum ia sakit.
Suatu petunjuk lainnya dari kebutuhan anak akan keselamatan ialah
keinginannya akan semacam rutin atau irama yang tidak terganggu. Misalnya,
keadaan-keadaan yang tidak adil, tidak wajar pada orang tua rupanya membuat
anak merasa cemas dan tidak aman. Sikap ini mungkin bukan disebabkan karena
ketidakadilan itu sendiri atau ras-rasa sakit tertentu yang terlibat didalamnya,
melainkan karena perlakuan ini membuat dunia keihatan tidak dapat diandalkan,
atau tidak aman. Para psikolog anak maupun guru menemukan bahwa anak-anak
membutuhkan suatu dunia yang dapat di ramalkan. Seorang anak menyukai suatu
dunia yang dapat di ramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan
sampai batas-batas tertentu. Jika unsur ini tidak ditemukan maka ia akan menjadi
cemas dan merasa tidak aman. Kebebasan yang ada batasnya lebih di sukai daripada
dibiarkan sama sekali. Mungkin dapat di katakan lebih tepat bahwa anak
membutuhkan dunia yang teratur dan terstruktur, bukan dunia yang tidak teratur
dan tidak terstruktur.
Peran terpusat dari orang tua dan susunan keluarga yang normal tidak dapat
di pertentangkan lagi. Percekcokan, serangan fisik, perpisahan, perceraian, atau
kematian dalam keluarga mungkin sangat menakutkan. demikian pula ledekan-
23
ledekan amarah atau ancaman hukuman yang di tunjukkna pada anak, mengata-
ngatainya, berbicara dengan kasar kepadanya, meanganinya dengan kasar, atau
hukuman jasmaniah yang nyata kadang-kadang mendatangkan rasa panik dan teror
yang begitu total sehingga kita harus mengasumsikan bahwa lebih banyak dari pada
sekedar rasa sakait fisik yang terlibat di dalamnya. Sungguh benar bahwa pada
beberapa anak teror ini juga dapat menggambarkan takut kehilangan kasih sayang
orang tua, hal ini juga dapat terjadi pada kanak-kanak yang tertolak sama sekali,
yang bergantung pada orang tua yang membencinya, sematamata karena keamanan
dan perlindungan daripada karena harapan akan kasih sayang.
c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Apabila kebutuhan-kebutuhan Faali (fisiologi) dan keselamatan cukup
terpenuhi, maka akan muncul kebutuhankebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa
memiliki, dan seluruh jalur yang telah di gambarkan diulangi kembali dengan
menempatkan hal-hal ini sebagai titik pusat yang baru. Maka sekarang, dan belum
pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya kawan-kawan, atau
kekasih, atau istri, atau anak-anak. Ia haus akan hubungan yang penuh rasa dengan
orang-orang pada umumnya, yakni akan suatu tempat dalam kelompok atau
keluarganya, dan ia akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia
akan bermaksud mendapatkan tempat seperti itu lebih daripada lainnya di dunia ini,
dan mungkin dengan melupakan bahwa, ketika lapar, ia pernah mencemoohkan
cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, atau tidak perlu atau tidak penting. Sekarang
ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan,
tiadanya keramahan, keadaan yang tak menentu
d. Kebutuhan Akan Harga Diri
Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang
patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginakan penilaian terhadap dirinya
yang mantap, mmpunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa
hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan akan orangorang lainnya. Karenaya,
kebutuhan-kebutuhan ini dapat siklasifikaiskan dalam dua perangkat tambahan.
Yakni, pertama, keinginan akan kekuatan, akan prestasi, akan kecukupan, akan
keunggulan dan kemampuan, akan kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi
dunia, dan akan kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, kita memiliki apa yang dapat
24
kita katakan hasrat akan nama baik atau gengsi, pretise (yang dirumuskan sebagai
penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan,
dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang peenting, martabat, atau apresiasi.
Kebutuhan-kebutuhan ini telah di tekankan secara relatif oleh Fred Adler dan para
pengikutnya, dan relatif telah di abaikan Frued. Namun, sekarang apresiasi itu
kelihatan makin meluas periahal pentingnya hal-hal itu secara sentral, baik di
kalangan psikoanalis maupun di kalangan psikolog klinis.

BAB V

SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-


ORGANIS,GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT,PAGUYUBAN-
PANTEMBAYAN).

Kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai sistem sosial oleh karena


didalam masyarakat terdapat unsur-unsur sistem sosial. Secara garis besar, unsur-unsur
sistem sosial dalam masyarakat adalah orangorang yang saling tergantung antara satu
sama lainya dalam suatu keseluruhan. Dalam ketergantungan itu sekumpulan manusia
yang terintegrasi yang bersifat lebih kekal dan stabil. Selama masing-masing individu
dalam kelompok masyarakat itu masih saling tergantung dan masih memiliki kesamaan
dan keseimbangan perilaku, maka selama itu pula unsur-unsur sistem sosial
menjalankan fungsinya. Sedangkan secara khusus dan rinci unsur sistem sosial dalam
masyarakat adalah status, peranan dan perbedaan sosial dari individu-individu yang
saling berhubungan dalam suatu struktur sosial.

Seorang filosof barat untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara


sistematis adalah Plato seorang filosof Romawi. Ia menyatakan bahwasanya masyarakat
sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan
mengalami kegoncangan, sebagaimana hal-nya manusia perorangan yang terganggu
keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsure yaitu nafsu, semangat dan

25
inteligensia. Inteleigensia merupakan unsur pengendali, sehingga suatu Negara
seyogyanya juga merupakan refleksi dari tiga unsur yang berimbang atau serasi
tadi.Masyarakat tidak pernah ada sebagai sesuatu benda obyektif terlepas dari anggota-
anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi timbal balik.

Sejumlah contoh dari kehidupan sehari-hari dapat dikemukakan untuk


menggambarkan proses sosial itu. Misalnya, sejumlah individu yang terpisah satu sama
lain atau berdiri sendiri-sendiri saja, yang sedang menunggu dengan tenang diterminal
lapangan udara tidak membentuk jenis masyarakat atau kelompok. Tetapi kalau ada
pengumuman yang mengatakan bahwa kapal akan tertunda beberapa jam karena
tabrakan, beberapa orang mungkin mulai bicara dengan orang disampingnya, dan
disanalah muncul masyarakat. Dalam hal ini masyarakat atau tingkat sosialyang muncul
akan sangat rapuh dan sementara sifatnya, dimana ikatan-ikatan interaksi timbal
baliknya itu bersifat sementara saja. Begitu pula yang terjadi di Desa Tebuwung pada
fenomena pemilu legeslatif 2014 yang mana interaksi yang bersifat sementara itu terjadi
pada pembagian uang dari setiap calon legeslatif, interaksi antara pencari suara dan
pemilik hak suara sangat kuat pada saat itu karena adanya politik uang. Pencari suara
membutuhkan para pemilik hak suara untuk ikut dan memilih calon yang dikehendaki
oleh pencari suara dengan jaminan kalau mau memilih calon yang sudah ditentukan
oleh pencari suara akan diberi uang sebesar Rp 50.000,00 untuk satu suara.

Proses sosial sangatlah bermacam-macam, mulai dari pertemuan sepintas lalu


antara orang-orang asing ditempat-tempat umum sampai ikatan persahabatan yang lama
dan intim atau hubungan keluarga. Tanpa memandang tingkat fariasinya, proses sosiasi
ini mengubah suatu kumpulan individu saja menjadi suatu masyarakat (kelompok atau
asosiasi). Masyarakat ada (pada tingkatan tertentu) dimana dan apabila sejumlah
individu terjalin melalui interaksi dan saling mempengaruhi.16 Pembahasan disini
terletak pada kata kunci (masyarakat). Diantara masyarakat pedesaan dan perkotaan
atau bisa juga disebut dengan istilah Paguyuban dan Patembayan terdapat perbedaan.

1. Gemeinschaft (Masyarakat Paguyuban)


Masyarakat yang ditandai hubungan Gemeinschaft berfifat homogeny,
sebagian besar diikat kekerabatan dan hubungan organic, dan memiliki kohesi

26
moral yang didasarkan pada sentiment keagamaan yang umum.Gemeinschaft
(masyarakat paguyuban) sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu, Gemeinschaft
by blood, Gemeinschaft by place, Gemeinschaft of mind.
Gemeinschaft of blood yaitu ikatan-ikatan kekerabatan, Gemeinschaft
by place yaitu ikatan berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat
kerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu sama lain dan
mengacu pada kehidupan bersama didaerah pedesaan. Sedangkan Gemeinschaft
of mind yaitu hubungan persahabatan yang disebabkan karena persamaan
keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong untuk saling
berhubungan secara teratur.Konsensus terhadap kepercayaan-kepercayaan serta
pandangan-pandangan dasar selalu merupakan dasar untuk solidaritas dalam
masyarakat. Karena kebanyakan sejarah manusia berada dibawah dominasi cara
berfikir teologis, tidak mengherankan kalau agama dilihat sebagai sumber utama
solidaritas sosial dan consensus. Selain ini isi kepercayaan agama mendorong
individu untuk berdisiplin dalam mencapai tujuan yang mengatasi kepentingan
individu dan meningkatkan perkembangan ikatan emosional yang
mempersatukan individu dalam keteraturan sosial.Begitu juga dengan yang ada
di Desa Tebuwung yang mayoritas orang muslim, dan juga terdapat Pondok
Pesantren ditengah-tengah masyarakat, yang mana itu menjadi panutan seluruh
masyarakat Tebuwung dalam hal agama, sehingga dari sana tercipta solidaritas
atau hubungan sosial atas dasar kesamaan agama dan kesamaan golongan
dengan diperkuat oleh adanya seorang Kyai yang berada di Pondok Pesantren
Al-Karimi.
Selanjutnya, karena aplikasi dari tradisi merupakan kegiatan yang
dilakukan tidak dengan satu orang tetapi secara bersama-sama, karena yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tradisi masyarakat, dan yang tampak dari
masyarakat yakni kumpulan dari individu, kemudian mengapa individu-indivitu
tersebut berkumpul dan membentuk kelompok masyarakat untuk menjalankan
tradisi. Dalam bagian ini akan diuraikan alasan-alasan mengapa seseorang
tertarik kepada lainya, sehingga terjalin hubungan kelompok. Alasan –alasan itu
dapat dikelompokkan sebagai berikut;

27
Kesempatan untuk berinteraksi: Dasar pokok yang amat penting dari
daya tarik antar individu, dan pembentukan kelompok adalah secara sederhana
karena adanya kesempatan berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat dipahami
secara jelas, bahwa orang yang jarang melihat, atau berbicara satu sama lain sulit
dapat tertarik. Kesamaan latar belakang: Latar belakang yang sama merupakan
salah satu faktor penentu dari proses daya tarik individu untuk berinteraksi satu
sama lain. Kesamaan latar belakang seperti misalnya usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, ras, kebangsaan, 26 dan status sosio ekonomis seseorang akan
memudahkan mereka untuk menemukan daya tarik berinteraksi satu sama lain.
Kesamaan sikap: Kesamaan sikap ini sebenarnya pengembangan lebih
lanjut dari kesamaan latar belakang. Orangorang yang mempunyai kesamaan
latar belakang tampaknya mempunyai kesamaan pengalaman, dan orang yang
mempunyai kesamaan pengalaman ini lebih memudahkan untuk berinteraksi
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kesamaan pengalaman.
Kesamaan yang didasarkan dari pengalaman yang melatarbelakangi itu
membawa orang-orang kea rah kesamaan sikap.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Gemeinschaft merupakan situasi yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memiliki
peran dan terkadang menjadi kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan ssial,
Gemeninschaft lahir dari dalam individu, keinginan berhubungan didasarkan
atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan individu dalam hal ini
merupakan faktor penguat hubungan sosial yang kemudia diperkuat dengan
adanya hubungan emosional serta interaksi antar individu.
2. Gesellschaft (Masyarakat Patembayan)
Globalisasi merupakan tahap lanjut dari perkembangan peradaban
manusia. Ibnu Khaldun22 memandang bahwa kohesi sosial (ashobiyah) begitu
kuat dalam masyarakat tradisional dan primitif.23 Hal ini sering dijumpai pada
masyarakat pedesaan yang bercirikan paguyuban atau gotong royong, dan
berbanding terbalik dengan masyarakat perkotaan yang bercirikan invidualistik.
Untuk kenyataan dijaman sekarang perbedaan antara masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan sulit dibedakan, itu karena peradaban sudah mulai masuk
pada wilayah-wilayah pedesaan. Tetapi walau begitu masih akan tetap bisa kita
28
jumpai perbedaanya melalui kebudayaan, adat kebiasaan yang masih
dipertahankan oleh masyarakat pedesaan. Masyarakat yang kapitalistik menurut
Ibnu Khaldun akan mengalami krisis sosial, dalam kondisi krisis, kohesi sosial
tidak bertambah kuat, tetapi kohesi sosial sangat rapuh akibat terlalu
mendewakan kemewahan duniawi.24 Hal tersebut hanyalah salah satu ciri dari
masyarakat Patembayan (Gesellschaft).
Masyarakat Patembayan (Gesellschaft) Merupakan ikatan lahir yang
bersifat pokok untuk jangka waktu pendek, bersifat satu bentuk dalam pikiran
belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di
umpamakan dengan sebuah mesin.25 Secara historis, retaknya kohesi atau
solidaritas sosial dalam masyarakat muslim telah berlangsung lama26 dan
retaknya kohesi sosial ini sulit terhindarkan akibat orientasi kepentingan dan
kekuasan yang mengabaikan etika sosial.27 Dalam hal ini, Spencer
menggambarkan perkembangan masyarakat dari tipe masyarakat yang
homogeny menuju tipe masyarakat yang heterogen.28 Perbedaan ini
dianalogikan dengan tipe masyarakat primitif (yang homogeny) dan modern
(yang heterogen) dan juga bisa kita sebut dengan masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan.
Masyarakat patembayan juga ber-cirikan sebgai masyarakat konsumen.
Masyarakat konsumen adalah sebuah suasana dimana segala sesuatu dijual.
Tidak hanya itu saja, segala sesuatu itu adalah materi dan hidup hanya untuk
hidup, tidak ada lagi makna lain dari kehidupan ini kecuali kesenangan dan
komoditas tanda, bahkan semua tanda adalah komoditas. Yang terakhir, semua
“obyek, pelayanan, tubuh, seks, kultur, ilmu pengetahuan dan sebagainya
diciptakan dan dipertukarkan.29 Masyarakat perkotaan (masyarakat
patembayan) identik dengan dunia modern, yang mana dunia modern adalah
sebuah sangkar besi sistem rasional dimana tiada lubang untuk melepaskan diri
darinya, kehidupan perkotaan melahirkan tipe kepribadian khusus, dalam
kehidupan sosial perkotaan orang cenderung menggunakan berbagai tindakan
teatrikal, kohesi moral dunia modern lebih lemah ketimbang didalam masyarakat
sebelumnya.
Berikut perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaf secara singkat.
29
 Gemeinschaft
- Adanya hubungan perasaan kasih sayang
- Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
- Tidak suka menonjolkan diri
- Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
- Terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
- Hubungan antaranggota bersifat informal
 Gesellschaft
- Hubungan antaranggota bersifat formal
- Memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
- Memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Gesellschaft merupakan sebuah


ikatan yang lemah, terkadang antar individu tidak saling mengenal, nilai norma
dan sikap menjadi kurang berperan dengan baik.Gesellchaft disebut dengan
konsep kurwille yang merupakan bentuk-bentuk kehendak yang mendasarkan
pada akal manusia yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifstnya
rasional dengan menggunakan alat-alat dan unsureunsur kehidupan lainya atau
dapat pula berupa pertimbangan dan pertolongan.

DAFTAR PUSTAKA

https://fatkhan.web.id/ilmu-sosial-budaya-dasar-isbd/
https://www.academia.edu/12214357/ILMU_SOSIAL_BUDAYA_DASAR_PE
RKEMBANGAN_KONSEP_DEFENISI_UNSUR_RUANG_LINGKUP_TUJU
AN_KOMPETENSI_ISBD
https://tirto.id/pengertian-perubahan-sosial-ciri-ciri-dan-faktor-penyebabnya-
f8pX
http://digilib.uinsby.ac.id/13128/56/Bab%202.pdf
http://repository.iainbengkulu.ac.id/2792/1/SKRIPSI%20SENDANG.pdf

30
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-
hikmah/article/download/1067/pdf_10
Mlyono Sri Hutomo. 2020. "Perubahan Sosial Budaya, Pengertian Menurut
Ahli dan Contohnya". https://indomaritim.id/perubahan-sosial-budaya-
pengertian-menurut-ahli-dan-contohnya/ (diakses pada 30 mei 2021)
Kelas pintar. 2021. "Pengertian dan Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya".
https://www-kelaspintar-
id.cdn.ampproject.org/v/s/www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-dan-
bentuk-bentuk-perubahan-sosial-budaya-3581/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D%3D#
(diakses pada 30 mei 2021)

31

Anda mungkin juga menyukai