Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

NUZUL QUR’AN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Ahmad Muttaqin, M.Ag

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Istiqomah 2031030136
2. Luthfi Abadi Putra 2031030035
3. Putri Al’aina Almardiyah 2031030087
4. Riyan Rahmat Hidayat 2031030046

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang mana telah melimpahkan
rahmat dan senantiasa memberikan kemudahan serta kelancaraan dalam mengerjakan
makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang mana kita nantikan syafaat nya di Yaumul Qiyamah.
Alhamdulillah berkat kehendak dan ridho-NYA kami dapat menyelesaikan pembuatan
tugas makalah Ulumul Qur’an yang berjudul “ NUZUL QUR’AN ”. Dalam pembuatan
makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi seluruh para pembaca terutama bagi kami.
Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa pembuatan makalah ini masih memiliki
kekurangan. Kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Bandar Lampung, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-qur’an............................................................................2
B. Pengertian Nuzulul Qur’an...................................................................2
C. Cara Nabi Menerima Wahyu................................................................3
D. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur..............3
E. Pemeliharaan Al-Qur’an.......................................................................4
F. Turunnya Al-qur’an Dalam Sab’ah Ahruf............................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam mempelajari lmu Al-Quran, ada beberapa hal yang penting yang harus dipelajari
salah satunya yaitu bagaimana Al-Quran diturunkan dan bagaimana Al-Quran dibukukan.
Karna dengan mengetahui proses pengumpulan Al-Quran kita dapat mengerti bagaimana
usaha-usaha para sahabat untuk tetap memelihara Al-Quran.
Al-Quran ialah kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama
dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan kedalam kehidupan agar memperoleh
kebaikan didunia dan di akhirat.
Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslim tidak hanya mempelajari
isi dan pesan-pesannya, tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga
autentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak nabu Muhammad SAW masih berada di
makah dan belum berhijrah ke madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah
mereka laksanakan sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini.

A. Rumusan Masalah
1. Apa itu Al-Qur’an?
2. Apakah yang dimaksud nuzulul quran?
3. Bagaimana cara nabi menerima wahyu?
4. Apakah hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
5. Apakah yang dimaksud dengan sab’ah ahruf?

B. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian al-Qur’an.
2. Mengetahui sejarah dan bukti turunnya al-Qur’an secara bertahap.
3. Mengetahui hikmah-hikmah dari turunnya al-Quran secara berangsur-angsur.
4. Mengetahui masa-masa pemeliharaan al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi (bahasa) Al-Qur’an berarti bacaan karena makna tersebut diambil dari
kata qoro’a, yaitu bentuk masdar dari kata qara. Penamaan ini merejuk dari firman Allah
pada surat Al-Qiyamah[75] ayat 17-18 yang berbunyi:
“ sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan
membuatmu pandai membacanya [17]. Apabila Kami telah selesai membacanyakannya,
maka ikutilah bacaannya itu {18}”
Sedangkan secara terminology (istilah) Al-Qur’an sudah banyak diberikan pengertian
oleh mufassir, seperti Manna’ al-Qaththan, beliau berkata:
“ kiatabAllah yang diturunkan kepada Rosulullah saw, dan membacanya memperoleh
pahala.”
Adapun menurut Abu Syahbah yaitu:
“kiatab Allah yang diturunkuan baik lafadz maupun maknanya kepada nabi terakhir,
Muhammad saw, yang diriwayatkan secara mutawatir’ yakni dengan penuh kepastian dan
keyakinan (akan kesuciannya denga napa yang diturunkan kepada Muhammad) yang ditulis
pada mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah[1] sampai akhir surat An-Nas[114].”

B. Pengertian Nuzulul Quran


Nuzulul Qur'an artinya adalah turunnya Al-Qur'an. Turunnya Al-Qur'an untuk yang
petama kalinya biasa diperingati oleh umat Islam yang dikemas dalam suatu acara ritual yang
disebut dengan Nuzulul Qur'an. Turunnya Al-Qur'an untuk yang pertama kalinya merupakan
tonggak sejarah munculnya satu syari'at baru dari agama tauhid yaitu agama Islam. Sebagai
penyempurna dari agama-agama tauhid sebelumnya.
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17
ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Dzulhijjah haji wada’ tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Masa ini kemudian di bagi oleh para ulama menjadi dua
periode yaitu periode mekah dan periode madinah.
Periode mekah dimulai ketika nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-ayat al-
quran pada tujuh belas ramadhan, pada 41 dari kelahiran beliau hingga awal rabiul awal ke 54
dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah meninggalkan mekah menuju
madinah.

2
Periode madinah dimulai sejak nabi Muhammad SAW berhijrah ke madinah dan
menetap disana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada 9 dzulhijah tahun ke 10 dari
kelahiran beliau. Dengan demikian, periode mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari dan
periode madinah selama 9 tahun, 9 bulan, 9 hari.

Proses turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw melalui tiga tahapan yaitu:
Pertama, Al-Quran turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu
tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.
Kedua, Al-Quran diturunkan dari lauh al-mahfuzh ke bait al-izzah (tempat yang berada
dilangit dunia).
Ketiga, Al-Quran diturunkan dari bait al-izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat dan bahkan
kadang-kadang satu surat.

C. Cara Nabi Menerma Wahyu (Al-Qur’an)


Wahyu secara etimologis berarti bisikan, isyarat cepat, atau informasi diam-diam yang
diterima secara cepat. Sedangkan menurut terminology wahyu berarti kabar atau
pemberitahuan yang disampaikan Allah kepada para Nabi dan Rosul-Nya, secara langsung
melalui perantara (Jibril).
Adapun Nabi Muhammad saw menerima wahyu Allah berupa Al-Quran dalam
beberapa cara, yaitu:
1. Wahyu tersebut langsung masuk ke dalam hati Rosulullah saw.
2. Malaikat Jibril dating kepada Nabi Muhamad saw. menyampaikan wahyu (al-quran)
dalam wujud seorang pria. Cara penyampaian wahyu seperti ini adakalanya para sahabat
ikut melihatnya, meskipun mereka tidak tahu jika orang yang ditemui itu adalah seorang
malaikat.
3. Malaikta Jibril dating kepada Nabi saw. untuk menyampaikan wahyu dengan
menmpakkan diri dalam wujud aslinya.

D. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur


1. Menetapkan hati Rasulullah
Yang menjadi pertanyaan kenapa hati Rasulullah perlu di-tatsbit-kan? Hal itu
dikarenakan Nabi berdakwah kepada orang banyak selalu saja mendapat tantangan dari
orang-orang yang anti kepadanya, tambah lagi sifat orang-orang tersebut kasar dan bengis

3
serta tidak menunjukkan sikap yang bersahabat. Maka hal seperti itu perlu diberi semangat
dan kekuatan kepada Rasul bahwa apa yang dialaminya itu semua dengan yang dialami oleh
nabi-nabi dan para rasul terdahulu.
2. Untuk melemahkan lawan-lawannya (mukjizat)
Orang-orang yang anti kepada Rasulullah senantiasa melakukan upaya yang dapat
menyudutkannya. Di antara upaya tersebut adalah dengan mengajukan tantangan yang
sepertinya Rasulullah tidak dapat membuktikannya. Misalnya tantangan mereka agar
Rasulullah minta kepada Allah untuk menurunkan azab kepada mereka. Apa yang mereka
minta itu dibuktikan oleh Allah, dan Allah menurunkan azab kepada mereka pada waktu itu
juga.
3. Mudah dipahami dan dihafal
Bagi bangsa yang buta huruf sulit dapat menghafal dan memehami sesuatu yang harus
dipahami atau dihafal. Oleh karena itu, diturunkan Alquran secara berangsur-angsur menjadi
mudah dihafal dan dipahami serta diamalkan.
4. Sesuai dengan lalu lintas peristiwa atau kejadian
Alquran diturunkan sesuai dengan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul pada
waktu itu, misalnya peristiwa tayamum sabagai pengganti wudhu ketika tidak diperoleh air.
5. Menguatkan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha
Terpuji
Ketika Al-Qur’an turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22 tahun, kemudian
menjadi rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna, indah dan fasih gaya bahasanya,
terjalin antara satu ayat dengan ayat lainnya bagaikan untaian mutiara, serta ketiadaan
pertentangan di dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur’an benar-benar kalam ilahi,
Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

E. Pemeliharaan Al-Qur’an
Sejarah penulisan dan pemeliharaan secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat
masa ; Pencatatan al-qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-
syidiq, penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan al-qur’an pada abad
ke-17 masehi.
1. Pada Masa Nabi
Pada masa Nabi muhammad, al-qur’an sebenarnya telah ditulis , karena setiap nabi
mendapatkan al-qur’an dari malaikat jibril beliau menyuruh para sahabatnya untuk
menulisakan wahyu tersebut pada benda-benda yang bisa ditulis seperti kulit binatang, tulang

4
belulang, pelepah kurma, batu-batu putih yang tipis dan lain sebagainya. Nabi mempunyai
sekitar empat penulis wahyu. Pada saat itu tulisan al-qur’an masih belum bertitik dan
berharokat. Bentuk tulisannya (khot) kufi yang masih kaku sebagaimana khot yang ada pada
masa itu. Al-qur’an juga belum berurutan ayat-ayat dan surat-suratnya, mengingat belum
adanya kertas pada saat itu dan masih sedikitnya benda-benda untuk menulis. Kendati
demikian, urutan surat dan ayat sudah banyak diketahui oleh para sahabat. Tidak
berurutannya ayat-ayat dan surat al-qur’an pada masa itu juga dikarenakan nabi masih
menanti bentuk final dari al-qur’an. Nabi sendiri tidak mengetahui kapan terakhir al-qur’an
diturunkan kepada beliau. Yang jelas, sebelum nabi wafat seluruh al-qur’an telah ditulis.
2. Pada Masa Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar, Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis kembali. Penyebabnya
adalah kekhawatiran sahabat umar krtika banyak sahabat yang mati syahid pada peperangan
yamamah, jika hal ini berlangsung, maka akan banyak a-qur’an yang hilang dengan
meninggalnya para sahabat. Akhirnya, sahabat umar mengusulkan kepada sahabat abu bakar
untuk menuliskan al-qur’an. Setelah berdiskusi cukup alot, akhirnya abu bakar menyetujui
usul tersebut dan memerintahkan kepada sahabat Zaid bin Tsabit untuk menulis kembali ayat-
ayat al-qur’an yang pernah ia tulis pada masa nabi. Kemudian dikumpulkan ayat-ayat al-
qur’an yang ditulis di atas benda-benda pada masa nabi. Dan juga dikumpulkan dari hafalan
para sahabat dan tulisan al-qur’an pada mereka. Setelah selesai mengumpilkannya barulah
dinamakan “mushaf”. Meskipun demikian dalam mushaf tersebut masih belum ada tanda
baca, belum ada titik. Dan lain sebagainya. Inilah jasa terbesar dari sahabat Abu bakar untuk
islam.
3. Pada masa Utsman ibnu Affan
Ketika Utsman menjadi kholifah, Islam telah tersebar secara luas sampai Syam (Syiria),
Basyrah (irak),dan lain-lain. Suatu saat Utsman mengerahkan bala tentara islam dari Wilayah
syam dan irak untuk menaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ketika itu Hudzaifah ibn al-
Yaman mengabarkan kepada khalifah bahwa diantara penduduk syam dan irak telah terjadi
perselisihan diakibatkan perbedaan bacaan al-Qur’an. Lalu ia pun mengusulkan kepada
Utsman untuk menyalin al-Qur’an yang telah dihimpu Abu Bakar dan memperbanyaknya
untuk disebarkan kepada kaum muslimin agar tidak terjadi perselisihan yang dapat merusak
persatuan umat Islam.
Setelah mengecek kebenaran berita yang disampaikan Hudzaifah, lalu Utsman meminta
shuhuf yang ada ditangan Hafsah untuk disalin dan diperbanyak. Kemudian Utsman
membentuk panitia penyalin Mushaf al-Qur’an yang diketuai Zaid bin tsabit dengan tiga

5
anggaota yaitu: Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash dan abdurrahman bin al-Harits bin
Hisyam.
Setelah tugas mereka selesai, maka khalifah Utsman memerintahkan uhtuk
mengirimkan mushaf yang telah digandakan itu ke berbagai daerah Islam, dan
memerintahkan untuk membakar selain mushaf tersebut. Pembakaran tersebut bertujuan
untuk mencegah terjadinya pertikaian dikalangan umat Islam.
Adapun jumlah penggandaan mushaf utsman terjadi perbedaan Ulama’. Ada yang
mengatakan empat buah, dan dikirim ke Kuffah, Bashrah, dan Syiria sedang yang satu
dipegang oleh Utsam sendiri.

4. Turunnya Al-Qur’an dalam Sab’ah Ahruf


Bangsa arab memiliki banyak lahfazh (dialek) yang merupakan tabiat dasar masyarakat
dalam berkomunikasi dan berbahasa. Masing-masing kabilah memiliki karakter bahasa yang
berbeda, kecuali kabilah Quraisy yang memang memilik dialek yang menjadi sarana interaksi
bangsa Arab seluruhnya.
Al-Quran juga pada dasarnya diturunkan dengan Bahasa Quraisy kepada Rosulullah
saw untuk memperatukan bangsa Arab serta sebagai I’jaz Al-Quran Al-Ahruf As-Sab’ah
merupakan salah satu cabang dalam ilmu Al-Qur’an.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa maksud dari sab’ah ahruf adalah tujuh Bahasa
(dialek)yang berbeda dari bahasa Arab dalam satu makna atau makna yang berdekatan.
Tujuh Bahasa yang dimaksud adalah Bahasa Quraisy, Huzail, Hawazin, Kinanah, Tamim,
dan Yaman.
Adapula Sebagian ulama berpendapat bahwa maksud dari sab’ah ahruf adalah tujuh
Bahasa dari Bahasa Arab yang dengannya Al-Qur’an turun. Dalam arti kalimat-kalimat yang
ada di dalam al-Qur’an tidak keluar dari tujuh Bahasa yang dianggap sebagai Bahasa paling
fasih diantara Bahasa-bahasa Arab lainnya.
Sebagian ulama lainnya menyatakan bahwa yang dimaksud dari sab’ah ahruf adalah
tujuh macam ragam (isi/petunjuk) yang terdapat dalam al-Qur’an, yang terdiri dari perintah,
larangan, janji, ancaman, perdebatan, kisah-kisah, dan perumpamaan.
Pendapat selanjutnya mengatakan bahwa maksud sab’ah dalam al-ahruf sab’ah
bukanlah berarti jumlah kuantitas tertentu, tujuh. Akan tetapi yang dimaksud disini adalah
jumlah bilangan yang banyak dan tidak tertentu. Selain itu al-ahruf al-sab’ah juga
merupakan suatu isyarat terhadap apa yang diekspresikan oleh orang Arab tentang arti suatu
kesempurnaan dalam jumlah bilangan tersebut.

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah rasul Allah yang diberi oleh-Nya
mu’jizat yang amat berguna bagi umat manusia, bahkan sampai zaman ini mu’jizat tersebut,
menjadi tuntunan bagi seluruh umat, barang siapa yang mengamalkan ajaran yang terkandung
di dalamnya pasti akan selamat di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang melalaikan
bahkan tidak mau memahaminya niscaya akan celaka, mu’jizat itu tidak lain dan tidak bukan
adalah Kitab Suci Al-Qur’an yang turun melalui perantara malaikat jibril secara bertahap
kepada Nabi Muhammad SAW, kejadian tersebut dinamakan Nuzulul Qur’an.
Ayat-ayat Al Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara
berangsur-angsur sesuai dengan keperluan yang ada. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak
sama jumlah panjang dan pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan
terkadang sebagianya saja.
Dengan diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan
diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami
dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian.
Sejarah penulisan dan pemeliharaan secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat
masa ; Pencatatan al-qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar as-
syidiq, penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan al-qur’an pada abad
ke-17 masehi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hatahilah. 2010. Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anwar,Abu. 2002. Ulumul Qur’an.  Pekanbaru: AMZAH

Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1985. Jakarta: Departemen Agama RI. Proyek pengadaan Kitab      

Suci Al-Qur’an

Suryadilangga, M.Alfatih.2018. Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis . Yogyakarta: Kalimedia

Anda mungkin juga menyukai