TERBATAS ”
Dosen Pengampu:
OLEH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Terkhusu kepada Bapak Roy
Fachraby Ginting, SH, M.Kn selaku Dosen Mata kuliah Hukum Bisni yang telah memberikan
materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGANTAR HUKUM BISNIS.....................................................................
2.1.1 PENGERTIAN HUKUM.......................................................................
2.1.2 PENGERTIAN BISNIS.........................................................................
2.1.3 SEJARAH HUKUM BISNIS.................................................................
2.2 PERJANJIAN. KONTRAK, DAN PERIKATAN...........................................
2.2.1 PENGERTIAN PERJANJIAN...............................................................
2.2.2 KONTRAK.............................................................................................
2.2.3 PERIKATAN..........................................................................................
2.3 HUBUNGAN BISNIS......................................................................................
2.3.1 PENGERTIAN HUBUNGAN BISNIS..................................................
2.3.2 BENTUK HUBUNGAN BISNIS..........................................................
2.4 BADAN USAHA & BADAN HUKUM USAHA...........................................
2.4.1 PENGERTIAN BADAN USAHA..........................................................
2.4.2 BENTUK BADAN USAHA...................................................................
2.5 PERSEROAN TERBATAS.............................................................................
2.5.1 PENGERTIAN PT..................................................................................
2.5.2 DASAR HUKUM....................................................................................
2.5.3 SYARAT PENDIRIAN...........................................................................
2.5.4 DIREKSI DAN KOMISARIS.................................................................
2.5.5 SAHAM...................................................................................................
2.5.6 MACAM-MACAM PT...........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
3.1 KESIMPULAN................................................................................................
3.2 SARAN.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
CURRICULUM VITAE......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai pelaku bisnis tentu tidak akan terlepas dari hukum, khususnya hukum bisnis.
Hukum bisnis bertujuan untuk memberikan kepada para pelaku bisnis berupa keadilan,
kepastian hukum, dan ketertiban dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka. Dengan
demikian, hukum sangat berperan mengatur bisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar,
tertib, dan aman, sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan
bisnis tersebut.
Hukum sebagai salah alat pengawasan (social control) yang efektif untuk
mengendalikan praktek bisnis yang tidak sehat. Sebab hukum menetapkan secara tegas apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, serta bentuknya yang tertulis memberi rasa
aman bagi para pelaku bisnis, karena apabila terjadi pelanggaran sanksinya jelas dan terdapat
bukti nyata. Kegiatan bisnis yang terkadang kompleks menjadi alasan perlunya hukum
sebagai “atap”nya, bisnis tentu melibatkan dua pihak atau lebih, payung hukum lah yang
menjamin agar mereka masing-masing pihak menunaikan seluruh kewajiban dan atau
mendapatkan seluruh haknya.
PEMBAHASAN
Hukum bisnis terdiri dari 2 hal yang berbeda yaitu hukum dan bisnis, di mana
masing-masing memiliki definisinya masing-masing. Menurut seorang ahli hukum
yaitu H.M.N. Purwosutjipto, S.H., Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh penguasa
negara atau penguasa masyarakat dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat
bagi sebagian atau seluruh anggota masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan suatu tata
yang dikehendaki oleh penguasa tersebut. Sedangkan bisnis dapat diartikan sebagai semua
aktivitas yang melibatkan penyediaan barang dan jasa yang diperlukan dan diinginkan oleh
orang lain yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
a. Munir Fuady
Munir Fuady mengatakan bahwa Hukum Bisnis merupakan suatu perangkat atau
kaidah hukum termasuk upaya penegakannya yang mengatur mengenai tata cara
pelaksanaan urusan atau aktivitas dagang, industri, atau keuangan yang dihubungkan
dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari
para enterpeneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk
mendapatkan keuntungan.
Hukum bisnis dibuat untuk mengatur dan melindungi bisnis dari berbagai risiko yang
mungkin terjadi di kemudian hari. Di bawah ini adalah beberapa tujuan hukum bisnis yang
perlu Anda ketahui:
Seperti yang kita ketahui, hukum dibuat untuk menciptakan kehidupan yang aman,
tertib, dan tentram, sama dengan hukum bisnis. Di bawah ini beberapa fungsi hukum bisnis:
Hukum bisnis sendiri memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan telah diatur di
dalam Undang-Undang. Pada umumnya, ruang lingkup hukum bisnis mencakup beberapa hal
seperti bentuk badan usaha (PT, Firma, CV), kegiatan jual beli (termasuk ekspor dan impor),
investasi atau penanaman modal, ketenagakerjaan, pembiayaan, jaminan utang dan surat
berharga, hak kekayaan intelektual, asuransi, dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
bisnis.
Sumber Hukum Bisnis
Sebelum masuk ke sumber hukum bisnis, perlu dipahami bahwa terdapat 2 (dua)
sumber hukum yang berlaku di Indonesia yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum
formil. Sumber hukum materiil yaitu hukum yang dilihat dari segi isinya dan berasal dari
faktor-faktor yang menentukan isi hukum yakni kondisi sosial-ekonomi, agama, dan tata
hukum negara lain. Sedangkan sumber hukum formil merupakan sumber hukum yang
berkaitan dengan prosedur atau cara pembentukannya dan secara langsung dapat digunakan
untuk menciptakan hukum. Sumber hukum formil antara lain terdiri atas peraturan
perundang-undangan seperti UUD 1945, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
presiden, serta peraturan daerah; traktat yakni perjanjian antar negara yang dibuat dalam
bentuk tertentu; doktrin dari ahli hukum; dan yurisprudensi yaitu putusan hakim.
Kedua sumber hukum di atas merupakan dasar terbentuknya hukum bisnis atau
hukum yang digunakan dalam menjalankan bisnis. Sebagai contoh, sumber hukum bisnis
secara formil dari segi undang-undang antara lain:
Selain contoh di atas, hukum bisnis juga berasal dari perjanjian yang dibuat oleh para
pihak yang melakukan transaksi. Pasal 1338 KUHPerdata memberlakukan asas kebebasan
berkontrak di mana para pihak dapat menentukan sendiri aturan yang terdapat pada perjanjian
yang mereka sepakati dan perjanjian tersebut akan berlaku secara sah sebagai “Undang-
Undang” yang mengikat para pihak. Sedangkan sumber hukum bisnis menurut Munir Fuady,
meliputi Perundang-undangan, perjanjian, traktat, yurisprudensi, kebiasaan, dan doktrin ahli
hukum.
Bidang hukum
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hokum perdata, hukum
publik, hukum pidana, hukum acara, hukum tata negara, hukum internasional, hukum adat,
hukum islam dan hukum agraria.
Hukum perdata
1. Hukum keluarga
2. Hukum harta kekayaan
3. Hukum benda
4. Hukum Perikatan
5. Hukum waris
6. Hukum publik
Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara subjek hukum dengan
orang lain.atau Hukum publik adalah hukum yang mengatur kepentingan masyarakat. Hukum
publik adalah hukum yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan tentang masyarakat
dan menjadi hukum perlindungan publik.
Hukum Pidana
Hukum pidana dalam islam di namakan qisas yaitu nyawa di balas dengan nyawa,
tangan dengan tangan, tetapi di dalam islam ketika ada orang yang membunuh tidak
langsung di bunuh harus ada proses pemeriksaan apakah yang membunuh itu sengaja atau
tidak di sengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah dibunuh jika tidak di sengaja wajib
membayar didalam islam wajib memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada
membayar dengan 100 onta, jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka
biosa tidak terkena hukuman.
Hukum Acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut
hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara agar
hukum (materiil) itu terwujud atau dapat diterapkan/dilaksanakan kepada subyek yang
memenuhi perbuatannya . Tanpa hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materiil.
Untuk menegakkan ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
perdata maka ada hukum acara perdata. Hukum acara ini harus dikuasai para praktisi hukum,
polisi, jaksa, pengacara, hakim. Tegaknya supremasi hukum itu harus dimulai dari penegak
hukum itu sendiri. yang paling utama itu adalah bermula dari pejabat yang paling tingi yaitu
mahkamah agung ( [MA] )harus benar-benar melaksanakan hukum materil itu dengan tegas.
baru akan terlaksana hukum yang sebenarnya dikalangan bawahannya.
Hukum Internasional
Hukum yang mengatur tentang hubungan hukum antar negara satu dengan negara lain
secara internasional yang mengandung dua pengertian dalam arti sempit dan luas.
Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-negara di
dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental, common law system, sistem
hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama.
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya
berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia
tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.
Common law system adalah suatu sistem hukum yang di gunakan di Inggris yang
mana di dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi oleh
undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau
mengabaikannya.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan
zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam
memutus perkara.
Hukum adalah adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di
suatu wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum
adat.
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama
tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam kitab suci.
Dalam konteks aktivitas, pengertian bisnis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan maupun organisasi yang melibatkan aktivitas produksi, penjualan, pembelian,
maupun pertukaran barang atau jasa, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
atau laba.
Sedangkan dalam konteks entitas, pengertian bisnis adalah suatu organisasi atau
badan lain yang bergerak dalam kegiatan komersial, profesional, atau industri, untuk
memperoleh keuntungan.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa penggunaan kata “bisnis” dapat
merujuk pada tiga hal, tergantung lingkupnya, yaitu:
Badan Usaha, yaitu kesatuan yuridis, teknis, dan ekonomis untuk mencari
keuntungan.
Sektor pasar tertentu, misalnya pasar modal.
Seluruh aktivitas pada komunitas produsen barang dan jasa.
Agar lebih memahami apa itu bisnis, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:
Menurut Hughes dan Kapoor, definisi bisnis adalah suatu kegiatan individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Brown dan Pretello, pengertian bisnis adalah lembaga yang menghasilkan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat serta semua hal yang mencakup berbagai usaha
yang dilakukan pemerintah maupun swasta tidak peduli mengejar laba ataupun tidak.
Konsep bisnis adalah ide fundamental yang ada di balik sebuah bisnis. Berdasarkan
konsep tersebut, pengusaha dapat mengembangkan model bisnis, rencana bisnis, serta visi
dan misi dari bisnis. Pada umumnya dalam konsep bisnis terdapat beberapa komponen utama,
yaitu:
1. Strategi Inti (Core Strategy), yaitu visi dan misi dari sebuah bisnis yang meliputi
hal-hal ideal yang diharapkan dari bisnis tersebut.
2. Sumber Daya Strategis (Strategic Resources), yaitu semua yang berhubungan
dengan kompetensi utama, proses inti, dan aset strategis.
3. Perantara Pelanggan (Customer Interface), yaitu semua yang berhubungan dengan
informasi, dukungan dan pemenuhan, dinamika hubungan, dan struktur harga.
4. Jaringan Nilai (Value Network), yaitu semua jaringan nilai yang dapat memperkuat
dan melengkapi sumber daya perusahaan.
Pada dasarnya tujuan utama dari semua bisnis adalah untuk mendapatkan laba dengan
memproduksi dan menjual barang atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selengkapnya,
beberapa tujuan bisnis adalah sebagai berikut:
Form Utility, yaitu fungsi produksi di mana sebuah bisnis menghasilkan suatu
barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya, perusahaan furniture,
perusahaan jasa keuangan.
Place Utility, yaitu fungsi distribusi di mana sebuah bisnis menyalurkan suatu
barang/ jasa ke lokasi terdekat yang bisa dijangkau konsumen.
Possessive Utility, yaitu fungsi penjualan dalam bisnis di mana sebuah perusahaan
menjual suatu produk ke konsumen yang membutuhkan, baik itu barang maupun
jasa.
Time Utility, yaitu fungsi penyimpanan dan pemasaran dalam bisnis, di mana
barang pada saat itu kurang bermanfaat untuk nanti dikeluarkan pada saat barang
tersebut lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut Steinhoff dalam bukunya The World Of Business (1979), ada tiga
fungsi utama dari suatu bisnis, yaitu:
Jenis-Jenis Bisnis
Saat ini ada banyak jenis bisnis yang dijalankan oleh para pengusaha. Secara umum
bisnis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Bisnis Manufaktur
Bisnis manufaktur adalah bisnis di bidang pengolahan bahan baku atau bahan mentah
menjadi bahan jadi. Pelaku usaha di bidang manufaktur adalah produsen yang
mengembangkan suatu produk dan menjualnya ke konsumen, baik secara langsung maupun
melalui perantara (distributor). Beberapa contoh bisnis di bidang manufaktur di antaranya:
Pabrik plastic, Pabrik baja, Pabrik tekstil, Pabrik kertas, Perusahaan mebel, Pabrik
otomotif,dan lain sebagainya.
2. Bisnis Jasa
Bisnis jasa adalah bisnis yang kegiatannya menciptakan dan menjual produk tak
berwujud, yaitu jasa atau layanan kepada konsumen untuk menghasilkan keuntungan.
Beberapa contoh bisnis di bidang jasa di antaranya: Jasa perawatan (salon), Jasa Pendidikan
(sekolah), Jasa Kesehatan (rumah sakit), Jasa keuangan (Bank), Jasa konsultan (konsultan
keuangan), Jasa konstruksi bangunan.
3. Bisnis Perdagangan
Perdagangan adalah jenis bisnis di bidang perniagaan yang membeli produk dari
produsen atau mitra lainnya, lalu menjual kembali produk tersebut secara eceran ke
konsumen akhir. Jenis bisnis ini berperan sebagai perantara antara produsen dengan
konsumen. Beberapa contoh bisnis di bidang perdagangan di antaranya: Toko kelontong,
Toko pakaian, Toko grosir, Supermarket, dan lain sebagainya.
4. Bisnis Ekstraktif
Bisnis ekstraktif adalah jenis bisnis yang kegiatan usahanya menambang atau
menggali barang tambang di dalam bumi dimana produk yang dihasilkan merupakan bahan
mentah untuk diolah kembali. Beberapa contoh bisnis di bidang ekstraktif di antaranya:
Tambang emas, Tambang minyak bumi, Tambang gas bumi, Tambang tembaga, dsb.
5. Bisnis Agraris
Sebelum dunia mengenal Hukum Bisnis maka pada mulanya lahirlah Hukum
dagang atau ilmu yang mengatur hubungan antara suatu pihak dengan pihak lain yang
berkaitan dengan urusan-urusan dagang.
Definisi lain menyatakan bahwa hukum dagang merupakan serangkaian norma yang
timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan. Hukum dagang masuk dalam
kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan. Alasannya karena hukum dagang
berkaitan dengan tindakan manusia dalam urusan dagang. Oleh karena itu hukum dagang
tidak masuk dalam hukum kebendaan. Kemudian hukum dagang juga berkaitan dengan hak
dan kewajiban antarpihak yang bersangkutan dalam urusan dagang.
Hukum perikatan mengatur hal ini. Itulah sebabnya hukum dagang dikategorikan ke
dalam hukum perikatan. Hukum perikatan adalah hukum yang secara spesifik mengatur
perikatan-perikatan dalam urusan dagang.
Perkembangan hukum dagang di dunia telah berlangsung pada tahun 1000 hingga
1500 pada abad pertengahan di Eropa. Pada waktu itu telah lahir kota-kota yang berfungsi
sebagai pusat perdagangan, seperti Genoa, Venesia, Marseille, Florence hingga Barcelona.
Meski telah diberlakukan Hukum Romawi (Corpus Juris Civilis), namun berbagai masalah
terkait perdagangan belum bisa diselesaikan. Maka dari itu dibentuklah Hukum Pedagang
(Koopmansrecht). Saat itu hukum dagang masih bersifat kedaerahan.
Hukum dagang di Indonesia tidak tercipta begitu saja, melainkan berdasarkan pada
sumber. Terdapat tiga jenis sumber yang menjadi rujukan dari hukum dagang, yakni hukum
tertulis yang sudah dikodifikasikan, hukum tertulis yang belum dikodifikasikan dan hukum
kebiasaan.
Pada hukum tertulis yang sudah dikodifikasikan, hal yang menjadi acuan adalah
KUHD yang mempunyai 2 kitab dan 23 bab. Dalam KUHD dibahas tentang dagang
umumnya sebanyak 10 bab serta hak-hak dan kewajiban sebanyak 13 bab. Selain KUHD,
sumber lainnya adalah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau juga
dikenal dengan istilah Burgerlijk Wetboek (BW). Salah satu bab pada BW membahas
tentang perikatan.
Pada hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, ada 4 Undang-undang yang menjadi
acuan. Keempat UU itu adalah Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-undang Nomor
32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditas dan Undang-undang Nomer 8
tahun 1997 tentang dokumen perusahaan. Adapun pada hukum kebiasaan, hal yang menjadi
sumber adalah Pasal 1339 KUH Perdata dan Pasal 1347 KUH Perdata.
Subjek hukum
Pendukung hak dan kewajiban hukum yang dimiliki oleh manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia dan juga dimiliki oleh pribadi hukum yang secara dengan sengaja diciptakan
oleh hukum sebagai subjek hukum.
Definisi lain menjelaskan bahwa subjek hukum adalah setiap orang yang mempunyai
hak dan kewajiban sehingga memiliki wewenang hukum (rechtbevoegheid). Dalam hukum
dagang, hal yang menjadi subjek hukum adalah badan usaha. Istilah lain dari badan usaha
adalah perusahaan, baik perseorangan ataupun telah memiliki badan hukum.
Perikatan, menurut Prof. Subekti, S.H adalah suatu hubungan hukum antara dua orang
atau dua pihak berdasarkan mana pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan
itu. Perikatan lahir karena suatu perjanjian (persetujuan) atau karena undang-undang (Pasal
1233 KUH Perdata).
Contoh perikatan: Pada transaksi jual beli, penjual wajib memberikan barang kepada
pembeli pada saat pembayaran telah dilakukan.
Pengertian perjanjian menurut Prof. Subekti, S.H adalah suatu peristiwa di mana
seseorang berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.
Pengertian persetujuan atau perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHP Perdata adalah
suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
lebih. Syarat sah perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata:
2.2.2 Kontrak
Pada syarat sah perjanjian tidak disebutkan bahwa perjanjian harus tertulis. Artinya
perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Perjanjian yang dibuat secara tertulis
disebut kontrak.
Contoh perjanjian yang dibuat secara lisan: Ketika Anda membeli minuman di toko
atau minimarket maka Anda terikat dengan perjanjian jual beli. Anda perlu membayar harga
sesuai dengan bandrol di kasir. Sehingga hanya untuk membeli minuman Anda tidak perlu
membuat perjanjian tertulis dengan pemilik toko atau minimarket.
Meskipun pada prinsipnya perjanjian tidak harus dibuat secara tertulis, akan tetapi
undang-undang masih menentukan beberapa bentuk perjanjian yang wajib dibuat secara
tertulis. Artinya apabila syarat tertulis tersebut tidak dipenuhi dapat mengakibatkan
perjanjiannya tidak sah. Misalnya perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT),
perjanjian jual beli tanah, perjanjian waralaba dan perjanjian pengalihan saham PT (perseroan
terbatas).
Dalam membuat suatu surat perjanjian, Anda harus mencapai kesepakatan para pihak
atas hal-hal yang diperjanjikan. Kesepakatan yang dimaksud di sini adalah kesepakatan
tersebut lahir dari kehendak para pihak tanpa ada unsur kekhilafan, paksaan, ataupun
penipuan. Sebagai contoh, jika seorang pembeli menyepakati perjanjian jual-beli rumah atas
dasar paksaan oleh pihak penjual atau pihak lain, maka adanya unsur paksaan tersebut dapat
dijadikan argumen bagi pihak yang dirugikan untuk mengajukan pembatalan atas perjanjian
jual beli tersebut.
- Belum dewasa, berarti mereka yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
belum menikah. Sebagai contoh, seorang anak yang baru berusia 8 tahun tidak dapat
membuat perjanjian untuk dirinya sendiri.
- Berada di bawah pengampuan, seseorang dianggap berada di bawah pengampuan
apabila ia sudah dewasa, namun karena keadaan mental atau pikirannya yang
dianggap kurang sempurna, maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa.
Berdasarkan Pasal 433 KUHPerdata, seseorang dianggap berada di bawah
pengampuan apabila orang tersebut dalam keadaan sakit jiwa, memiliki daya pikir
yang rendah, serta orang yang tidak mampu mengatur keuangannya sehingga
menyebabkan keborosan yang berlebih.
Pada dasarnya seseorang bisa ditaruh di bawah pengampuan jika orang (dewasa)
tersebut berada dalam keadaan dungu, gila atau mata gelap, walaupun terkadang orang
tersebut cakap menggunakan pikirannya. Selain itu, orang dewasa juga dapat ditempatkan di
bawah pengampuan karena keborosan (Pasal 433 KUHPer). Mengenai siapa yang dapat
meminta pengampuan bagi orang dewasa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 433 KUHPer,
diatur dalam Pasal 434 KUHPer. Yang berhak meminta pengampuan adalah setiap keluarga
sedarah. Akan tetapi, jika permintaan pengampuan didasarkan karena
pemborosan, pengampuan hanya dapat diminta oleh para keluarga sedarah dalam garis lurus,
dan oleh mereka dalam garis samping sampai derajat keempat.
Kecakapan yang dimaksud tidak terbatas pada individu, melainkan juga meliputi
wewenang seseorang dalam menandatangani perjanjian. Misalnya jika Anda melakukan
transaksi dengan PT, maka orang yang berwenang untuk menandatangani perjanjian untuk
dan atas nama PT adalah direktur dari PT tersebut, sesuai dengan anggaran dasarnya. Apabila
direktur berhalangan untuk menandatangani perjanjian, maka direktur dapat memberikan
kuasa kepada manajer atau salah satu timnya untuk menandatangani perjanjian tersebut.
Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri, di mana perjanjian
tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Perjanjian yang dibuat berdasarkan sebab yang tidak benar atau dilarang membuat perjanjian
tersebut menjadi tidak sah.
Sebab yang tidak halal adalah sebab yang dilarang oleh Undang-Undang, berlawanan
dengan norma kesusilaan, atau ketertiban umum. Nilai-nilai kesusilaan dan ketertiban umum
sendiri ditentukan berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat di mana perjanjian
tersebut dibuat. Contoh dari perjanjian yang sebabnya tidak halal adalah ketika seseorang
melakukan perjanjian untuk membunuh orang lain. Hal ini dikarenakan membunuh orang lain
dilarang oleh Undang-Undang, sehingga perjanjian tersebut menjadi tidak sah.
Keempat syarat sah perjanjian yang telah dijabarkan di atas memiliki 2 (dua) kategori,
yakni:
Dari keempat syarat sah perjanjian, yang termasuk ke dalam syarat subjektif adalah
kesepakatan dan kecakapan para pihak. Sedangkan adanya objek perjanjian dan sebab yang
halal merupakan syarat objektif. Tidak dipenuhinya syarat sah perjanjian akan berujung pada
pembatalan perjanjian. Namun, pembatalan perjanjian ini dibagi menjadi 2 (dua) berdasarkan
kategori syarat sah perjanjian.
Apabila para pihak tidak memenuhi syarat subjektif, maka konsekuensinya adalah
perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan atau voidable. Artinya, salah satu pihak yang
merasa dirugikan dapat mengajukan permohonan pembatalan kepada hakim. Namun,
perjanjian tersebut tetap mengikat para pihak sampai adanya keputusan dari hakim mengenai
pembatalan tersebut. Lain halnya jika para pihak tidak memenuhi syarat objektif, maka
perjanjian tersebut akan dianggap batal demi hukum atau null and void. Artinya, perjanjian
ini dianggap tidak pernah ada sehingga tidak akan mengikat para pihak.
Untuk itu, sebelum Anda membuat perjanjian dalam transaksi bisnis, Anda perlu
memenuhi keempat syarat sah perjanjian di atas agar perjanjian tersebut dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya oleh para pihak. Tentunya pengaturan tersebut ditujukan untuk
memperjelas sebuah kerja sama atau transaksi, serta menghindari kerugian pada pihak
manapun di kemudian hari. Sebagai pemilik bisnis, Anda perlu memerhatikan isi perjanjian
dengan detail. Karena, jika Anda mengabaikan bahkan tidak membacanya secara lengkap,
kemungkinan terjadi sengketa di kemudian hari menjadi lebih besar.
2.2.3 Perikatan
Dari rumusan di atas dapat dijelaskan bahwa ada empat unsur dalam suatu perikatan,
yaitu :
Dalam bisnis era ini, tujuan dari banyak bisnis baik kecil maupun internasional adalah
mengembangkan target untuk memotivasi semua jenis karyawan untuk membentuk hubungan
profesional satu sama lain yang akan memberi banyak manfaat bagi bisnis yang akan sangat
bermuara pada keberhasilan.
Selain itu, hubungan bisnis eksternal sangat penting bagi organisasi mana pun karena
akan meningkatkan citra perusahaan, mengembangkan loyalitas merek , dan meningkatkan
penjualan. Ada banyak bentuk berbeda yang melaluinya hubungan bisnis dipertahankan.
Interaksi tatap muka biasanya paling efektif karena aspek komunikasi langsung,
karena memungkinkan orang untuk membentuk ikatan yang lebih kuat. Semakin banyak
komunikasi dan interaksi antara dua entitas, semakin kuat hubungan bisnis yang dibangun.
Lebih khusus lagi, hubungan bisnis internal penting untuk dijaga, karena karyawan yang setia
dapat menguntungkan bisnis dengan meningkatkan keuntungan.
Selain itu, karyawan yang setia memungkinkan hubungan yang lebih baik untuk
dibangun dengan pemasok dan distributor utama dan bisnis akan dapat
mempertahankan kepuasan pelanggannya yang akan mempengaruhi kualitas layanan. Oleh
karena itu, komitmen karyawan sangat disarankan untuk pengaruh positif lebih lanjut pada
bisnis.
Terlepas dari bidang usaha yang dijalani dalam suatu perusahaan, beberapa macam
hubungan dan kondisi tersebut yaitu:
Sebagai salah satu perangkat dari sistem ekonomi negara, pastinya Anda tidak ingin
mengalami kondisi dimana badan usaha Anda dihentikan atau disegel oleh pemerintah
dikarenakan bisnis Anda tidak memiliki surat izin baik itu surat izin usaha perusahaan (SIUP)
dan ijin gangguan maupun tanda daftar perusahaan (TDP). Akan ada banyak manfaat
bilamana pendirian badan usaha Anda sudah sesuai dengan undang-undang dan peraturan-
peraturan yang berlaku di Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sekumpulan orang dan
modal yang mempunyai aktivitas yang bergerak di bidang perdagangan atau dunia usaha /
perusahaan.
Menurut Pemerintah Hindia Belanda, adalah suatu kegiatan yang nantinya akan
dilakukan secara terus menerus dan bersifat terang-terangan.
Tanpa mengabaikan peran tersebut, hal ini nantinya akan menghasilkan sebuah
keuntungan yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha tersebut.
Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan
mencari laba atau keuntungan. Badan Usaha sering kali disamakan dengan perusahaan,
walaupun pada kenyataannya tetap memiliki perbedaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa badan usaha adalah kesatuan dari
sekelompok orang atau modal yang memiliki aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan
atau bidang usaha lainnya dengan bertujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang dimiliki, dikelola dan
manajemen ditangani langsung secara perseorangan. Dan segala bentuk tanggung-
jawab dan resiko pastinya akan ditanggung secara pribadi sehingga biasanya
modal yang dibutuhkan tidak begitu besar. Perusahaan ini menghasilkan
keuntungan yang penuh dan dikuasai oleh perseorangan.
2. Usaha Dagang (UD)
Namun ada keterbatasan pengembangan usaha karena tergantung dari
kemampuan pemilik perusahaan. Dan dapat menghasilkan keuntungan dan laba
penuh dikuasai oleh perseorangan. dan badan usaha perseorangan yang sudah
mulai memiliki perijinan usaha adalah UD atau Usaha Dagang.
3. Firma
Perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang dengan memakai satu nama
untuk kepentingan bersama. Modal perusahaan firma berasal dari setoran
langsung yang terkait dalam kesepakatan firma. Akan tetapi dalam pembagian
laba biasanya didasarkan sesuai pada jumlah modal yang disetorkan pada masing-
masing anggota firma itu sendiri. Contoh perusahaan firma yang ada di Indonesia
adalah perusahaan puma, perusahaan nike, perusahaan firma hukum, perusahaan
diadora dan lain sebagainya.
4. Perseroan Komanditer (CV)
Perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh dua atau lebih untuk mencapai
tujuan bersama dengan tingkat tanggung jawab yang berbeda-beda. Satu pihak
bertanggung-jawab bersedia menjadi pengurus dan mengelola perusahaan,
sedangkan di pihak lain hanya bersedia menyimpan modal dalam usaha dan
bertanggung-jawab atas utang-utang perusahaan tetapi tidak bersedia menjadi
pengurus atau mengelola perusahaan.
Pembagian hasil usaha biasanya sudah ditetapkan dan tertera dalam perjanjian
pembentukan awal perusahaan komanditer (CV) tersebut. Biasanya porsi
pembagian hasil usaha biasanya ditentukan dari modal dan porsi tanggung-jawab
dari masing-masing pihak.
Seperti itulah penjelasan mengenai pengertian badan usaha, jenis dan bentuknya yang
ada di Indonesia. Bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia bermacam-macam dan semua
perusahaan yang ada, bergerak di bawah naungan badan tersebut. Oleh sebab itu, antara
badan usaha dengan perusahaan memiliki perbedaan. Badan usaha adalah sebuah lembaga
sedangkan perusahaan adalah unit yang menjalankan produksi yang berada di bawah naungan
badan usaha.
2.5.1 Pengertian
PT adalah suatu bentuk perusahaan yang dimana modalnya terbagi atas saham-saham,
dan tanggung jawab dari para sih pemegang saham Perseroan Terbatas yang berdasarkan
pada jumlah saham yang dia punyai. Adapun alat-alat atau perlengkapan dari organisasi
Perseroan terbatas, yang diantaranya yaitu seperti Direksi, Kominsaris dan Rapat umum para
pemegang saham.
Untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal tertentu yang terbagi atas sebuah
saham-saham, yang dimana para pemegang saham (persero) ikut serta dalam mengambil satu
saham atau lebih dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum dibuat oleh nama bersama,
dengan tidak bertanggung jawab sendiri dalam persetujuan-persetujuan perseroan itu (dengan
tanggung jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan).
Selain beberapa syarat formal yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, ada
beberapa syarat umum yang harus dilengkapi dalam pembuatan PT, diantaranya yaitu:
Fotokopi kartu tanda penduduk orang yang memegang saham dan pengurusnya
(Minimal ada 2 orang).
Fotokopi PBB, dan Bukti kepemilikan tempat buat usaha atau surat sewa kantor.
Mekanisme Pendirian
Dalam proses mendirikan Perseroan terbatas terdapat beberapa mekanisme yang harus
dijalankan. Mekanisme pertama ialah melengkapi semua persyaratan yang telah dijelaskan
pad poin sebelumnya. Setelah itu mengikuti prosedur pembuatan PT yang harus memenuhi
persyaratan dibawah ini:
Peseroan Terbatas yang akan didirikan mengikuti ketertiban umum dan norma
kesusilaan.
Jumlah modal yang disetor dan ditempatkan paling sedikit ialah 25 persen darimodal
dasar.
DIREKSI
Untuk Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan Perseroan dan
dokumen Perseroan lainnya.
Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu orang karyawan Perseroan atau
lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum
tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa.
KOMISARIS
Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam
hal melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan
kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat
kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut
bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
KOMITE AUDIT
2.5.5 SAHAM
Menurut Dr. Sentosa Sembiring, S.H., M.H., dalam bukunya yang berjudul “Hukum
Perusahaan” menyatakan bahwa hak-hak yang melekat pada saham sangat tergantung dari
jenis saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Jika dilihat dari sudut pandang manfaatnya,
pada dasarnya saham dapat dibagi dalam 2 (dua) klasifikasi, yakni:
Untuk jenis saham ini, kedudukan para pemegang saham sama dan tidak ada yang
diistimewakan. Terhadap klasifikasi saham ini, Pasal 52 UUPT menyatakan bahwa saham
memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
Apabila terdapat saham yang memiliki hak khusus selain daripada hak yang diberikan
pada Pasal 52 UUPT, maka Anggaran Dasar Perseroan wajib menetapkan salah satu
diantaranya sebagai klasifikasi saham biasa. Klasifikasi saham selain saham biasa menurut
Pasal 53 ayat (4) UUPT antara lain:
Bermacam-macam klasifikasi saham seperti yang telah disebutkan diatas, tidak selalu
menunjukan bahwa klasifikasi tersebut masing-masing berdiri sendiri, terpisah satu sama
lain, tetapi dapat merupakan gabungan dari 2 (dua) klasifikasi atau lebih.
Pada dasarnya pengertian dari PT Terbuka maupun PT Tertutup tetap sama, yaitu
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT). Namun, PT Terbuka atau yang juga dikenal dengan Perseroan Publik
diharuskan untuk melakukan penawaran umum saham ke publik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Artinya, PT Terbuka bukan hanya
tunduk pada UUPT dan UU Cipta Kerja tetapi juga dengan UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal. Hal ini jelas berbeda dengan PT Tertutup yang tidak melakukan penawaran
sahamnya kepada publik sehingga hanya tunduk pada UUPT dan UU Cipta Kerja. Adanya
kewajiban untuk menawarkan sahamnya ke publik membuat saham PT Terbuka biasanya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan PT tertutup tidak perlu mendaftarkan
sahamnya di BEI.
Dalam PT Terbuka terdapat kriteria jumlah pemegang saham dan kriteria modal
disetor. PT Terbuka sendiri setidaknya harus memiliki 300 pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang-kurangnya tiga miliar rupiah atau suatu jumlah pemegang saham dan
modal disetor yang ditetapkan dalam peraturan pelaksananya. Sedangkan untuk PT Tertutup
dapat didirikan minimal oleh dua orang dengan modal minimal lima puluh juta rupiah.
Selain perbedaan di atas, PT Terbuka dan juga PT tertutup memiliki perbedaan dalam hal
pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya RUPS untuk PT Tertutup
dilaksanakan di tempat kedudukan PT atau tempat PT melakukan kegiatan usahanya yang
utama sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar. Hal ini diatur lebih lanjut dalam Pasal
76 UUPT. Untuk PT Terbuka, RUPS bukan hanya dapat dilakukan di tempat kedudukan PT
dan tempat PT melakukan kegiatan usahanya melainkan juga di tempat kedudukan bursa efek
di mana saham perseroan tersebut dicatatkan. Pemanggilan RUPS untuk PT Tertutup cukup
dilakukan 14 hari sebelum tanggal RUPS dilaksanakan. Pemanggilan ini dilakukan dengan
surat tercatat dan/atau dengan iklan dalam surat kabar. Menurut Pasal 83 UUPT, PT Terbuka
sebelum melakukan pemanggilan RUPS wajib didahului dengan pengumuman mengenai
akan diadakan pemanggilan RUPS. Pengumuman kepada pemegang saham dilakukan 14 hari
sebelum pemanggilan dilakukan dan pemanggilan RUPS harus dilakukan paling lambat 21
hari sebelum RUPS dilakukan. Pemanggilan RUPS untuk PT Terbuka yang sahamnya
tercatat pada Bursa Efek dilakukan minimal melalui :
a. Satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional.
b. Situs web Bursa Efek
c. Situs web Perusahaan Terbuka dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan
ketentuan bahasa asing yang digunakan paling kurang Bahasa Inggris. Situs web
Bursa Efek
Dalam PT Tertutup tidak ada ketentuan mengenai pemimpin RUPS. Namun dalam PT
Terbuka, RUPS harus dipimpin oleh anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan
Komisaris. Jika seluruh anggota Dewan Komisaris berhalangan hadir maka RUPS dipimpin
oleh salah satu anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi. Apabila seluruh anggota Dewan
Komisaris dan Direksi tidak hadir atau berhalangan hadir, RUPS dapat dipimpin pemegang
saham yang hadir dalam RUPS yang ditunjuk oleh peserta RUPS. PT Terbuka juga memiliki
kewajiban untuk menyampaikan risalah RUPS kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) paling
lambat 30 hari setelah RUPS diselenggarakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perikatan, adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan
mana pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang
lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Perikatan lahir karena
suatu perjanjian (persetujuan) atau karena undang-undang.
Dalam bisnis era ini, tujuan dari banyak bisnis baik kecil maupun internasional adalah
mengembangkan target untuk memotivasi semua jenis karyawan untuk membentuk hubungan
profesional satu sama lain yang akan memberi banyak manfaat bagi bisnis yang akan sangat
bermuara pada keberhasilan.
Badan usaha adalah kesatuan dari sekelompok orang atau modal yang memiliki
aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau bidang usaha lainnya dengan bertujuan
untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
PT adalah suatu bentuk perusahaan yang dimana modalnya terbagi atas saham-saham,
dan tanggung jawab dari para sih pemegang saham Perseroan Terbatas yang berdasarkan
pada jumlah saham yang dia punyai
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
saya akan lebih fokus dan detail menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Disarankan bagi pembaca
dapat menjadi alternatif dalam menganalisa dan sebagai acuan untuk perspektif yang lebih
luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://libera.id/blogs/hukum-bisnis/
https://www.jurnalhukum.com/pengertian-perikatan/
https://www.gurupendidikan.co.id/perusahaan-badan-hukum/
https://www.gurupendidikan.co.id/contoh-pt/
https://www.pphbi.com/perbedaan-perseroan-tertutup-dan-perseroan-terbuka/