Dengan demikian, Laporan Rugi – Laba perusahaan akan tampak sebagai berikut :
Laporan Rugi – Laba Partial
(Tanpa Alokasi Pajak Antar Periode)
Perbandingan kedua prosedur tersebut dilihat dari segi pengaruhnya terhadap pajak
penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi – Laba adalah sbb :
dst
Pada akhir tahun 1997 rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan bersaldo debet sebesar
Rp 1.500.000,- yang akan disajikan dalam neraca sebagai Aktiva Lain-Lain. Situasi yang
demikian akan berlangsung untuk jangka waktu 10 tahun, yaitu sampai 31 Desember 1996,
sehingga pada akhir tahun 2006 tersebut rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan
mempunyai saldo Debet sebesar Rp 15.000.000,-
Untuk masa 10 tahun berikutnya, jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan setiap
tahunnya sama, yaitu sebesar Rp 2.100.000,- sedangkan Pajak Penghasilan yang
dilaporkan dalam Laporan Rugi – Laba setiap tahunnya sebesar Rp 3.600.000,- Sehingga
dengan demikian, selama 10 tahun terakhir tersebut rekening Pajak Penghasilan yang
Ditangguhkan harus dikredit sebesar Rp 1.500.000,- setiap tahun.
Jurnal yang dibuat perusahaan adalah sbb :
Mencatat PPh yang diperhitungkan untuk tahun 2007
(D) Pajak Penghasilan Rp 3.600.000,-
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 3.600.000,-
Mencatat perhitungan penyelesaian Uang Muka PPh dan PPh terutang menurut SPT
tahunan dalam tahun 2007
(D) Hutang Pajak Penghasilan Rp 2.875.000,-
(K) Uang Muka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,-
(K) Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan - Rp 1.500.000,-
Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan tampak
sbb :
Pajak Penghasilan Ditangguhkan
31/12/2006 - - - - 15.000.000
dst
31/12/2016 - - - 1.500.000 -
Melalui prosedur alokasi pajak yang demikian tersebut, maka pada akhir masa kegunaan
bangunan, yaitu pada akhir tahun 2016, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan
bersaldo NIHIL (0). Berbagai Faktor yang Memerlukan Prosedur Alokasi Pajak Antar
Periode. Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan Pajak Penghasilan
menurut ketentuan perpajakan, dan Pajak Penghasilan yang dihitung berdasar laba
akuntansi. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Perbedaan Waktu (Time Differences)
Selisih terjadi apabila terdapat item-item dari pendapatan dan biaya yang diperhitungkan
dalam penentuan laba akuntansi untuk suatu periode, tetapi diperhitungkan dalam
penentuan pendapatan atau laba kena pajak untuk periode yang berlainan. Beberapa
trransaksi yang menyangkut perbedaan waktu tersebut antara lain :
- Pendapatan atau laba kena pajak diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena
Pajak lebih awal dari pada pengakuannya dalam Laba Akuntansi. Contoh : Pendapatan
Sewa, Royalti, Jasa, Bunga yang diterima dimuka
- Pendapatan atau laba yang diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena Pajak
lebih akhir daripada pengakuannya dalam Laba Akuntansi.Contoh : Laba Kotor untuk
Penjualan Angsuran, Laba Atas Kontrak Jangka Panjang (Akuntansi à metode %
penyelesaian, Pajak à Metode Kontrak Selesai) Pendapatan atau hak atas laba dari
investasi pada perusahaan afiliasi (Akuntansi à metode equity, Pajak à metode Harga
Pokok)
- Biaya atau rugi yang diperhitungkan dalam penentuan pendapatan atau laba kena pajak
lebih awal dari pada pengakuannya dalam penentuan laba akuntansi.
Penggunaan metode depresiasi yang semakin berkurang jumlahnya untuk tujuan pajak,
sedang untuk tujuan akuntansinya digunakan metode garis lurus, Penggunaan taksiran
umur aktiva tetap yang lebih pendek sebagai dasar perhitungan depresiasi untuk tujuan
pajak dibanding untuk tujuan akuntansinya. Biaya bunga selama masa konstruksi aktiva
tetap yang dibebankan kepada pendapatan pada saat terjadinya transaksi untuk tujuan
pajak, sedang untuk tujuan akuntansi dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan
aktiva tetap ybs. Biaya atau rugi yang diperhitungkan lebih akhir dalam penentuan lba kena
pajak dari pada pengakuannya dalam penentuan laba akuntansi. Contoh : Taksiran biaya
garansi dan hadiah. Taksiran rugi penurunan nilai persediaan, kontrak pembelian dengan
penyerahan kemudian, kerugian piutang, dan penurunan nilai surat berharga. Taksiran
kerugian dari klaim ganti kerugian atau kontingensi
2. Perbedaan Permanen (Permanent Differences)
Selisih ini terjadi karena transaksi yang diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi
tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak. Contoh : Pendapatan bunga dari deposito berjangka,
Amortisasi Goodwill, amortisasi biaya pendirian, Biaya Premi asuransi jiwa para karyawan,
Biaya kompensasi karyawan yang dikaitkan dengan program pemberian hak beli saham
kepada karyawan ybs. Transaksi yang diakui untuk tujuan pajak, tetapi tidak diakui untuk
tujuan akuntansi. Contoh : Rugi Operasi Selisih permanen ini tidak pernah
terkompensasikan, atau dengan kata lain, selisih permanen tidak dibenarkan atau tidak
memerlukan adanya alokasi antar periode untuk tujuan akuntansinya. Sehingga apabila
dalam suatu periode terdapat selisih permanen, maka akan dibebankan seluruhnya kepada
periode ybs.
Contoh : PT GUNADARMA melaporkan laba sebelum pajak (Laba Akuntansi) untuk tahun
2008 s.d. 2010 sebesar Rp 5.000.000,- per tahun. Tarif pajak yang berlaku 30 %. Informasi
yang diperoleh sehubungan dengan pajak penghasilan adalah sbb : Laba kotor dari
penjualan angsuran pada tahun 2008 sebesar Rp 525.000,-. Laba tersebut untuk keperluan
perpajakan seharusnya diakui secara bulanan selama 18 bulan terhitung sejak tanggal 1
Januari 2009, dengan jumlah yang sama setiap bulan. Sedangkan untuk keperluan
akuntansi, laba tersebut diakui seluruhnya dalam tahun buku 2008. Perusahaan telah
mengamortisasi Biaya Pendirian sebesar masing-masing Rp 375.000,- untuk tahun 2009
dan 2010 yang ternyata tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan. Rekonsiliasi yang
dibuat sehubungan dengan adanya perbedaan perhitungan antara perusahaan dengan
kantor Pajak adalah sbb :
Rekonsiliasi Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak serta Perhitungan Pajak Penghasilan
Terhutang
Selisih Permanen :
Amortisasi Biaya Pendirian - ( 375.000) ( 375.000)
Selisih Temporer :
Laba Kotor Penjualan Angsuran
Untuk mencatat ke dalam rekening yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan, maka
perlu dibuat suatu perhitungan yang teliti, khususnya terhadap jumlah pajak yang
ditangguhkan.
Perhitungan Pajak Penghasilan dan Pajak Yang Ditangguhkan
2008 2009 2010
Pengaruh selisih laba temporer thd 157.500 (K) 105.000 (D) 52.500 (D)
PPh (Pajak yang ditangguhkan) ***
Tanggal 31/12/2009
(D) Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- -
(D) Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 105.000,- -
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.717.500,-
Tanggal 31/12/2010
(D) Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- -
(D) Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 52.500,- -
(K) Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.665.000,-
Pada akhir tahun buku 2010, yaitu pada saat berakhirnya masa kompensasi dari selisih
temporer, maka saldo rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan menjadi NIHIL (0).
PT Runsoed Ultimate Challenge (RUC) memperoleh laba sebelum pajak tahun 2015
Rp1.200.000.000,- dengan catatan koreksi fiskal atas laba tersebut adalah sebagai berikut:
Beda Permanan
1. Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,-
2. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp30.000.000,-
3. Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,-
4. Beban bunga pajak Rp20.000.000,-
5. Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp50.000.000,-
6. Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,-
7. Beban Pajak Penghasilan Rp15.000.000,-
Beda Temporer
1. Penyusutan komersial Rp60.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2. Amortisasi fiskal Rp30.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-
2. PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-
3. PPh Pasal 24 Rp15.000.000,-
4. PPh Pasal 25 Rp45.000.000,-
Pertanyaan: a) Berapa Penghasilan Kena Pajak untuk tahun 2015? b) Berapa PPh Kurang/
Lebih bayar untuk tahun 2014? c) Tentukan apakah aset atau kewajiban pajak tangguhan
yang timbul? d) Buat jurnal dan penyajian laba bersih dalam laporan laba rugi PT RUC!
Jawab:
Tahun
Keterangan 2011 2012 2013 2014
Laba Kotor Rp5.000 Rp5.000 Rp5.000 Rp5.00
Beban Penyusutan (Akuntansi) Rp1.600 Rp1.600 Rp1.600 Rp1.60
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp3.400 Rp3.400 Rp3.400 Rp3.40
Beban Pajak Kini (PPh 25%) Rp850 Rp850 Rp850 Rp850
Laba Kotor Rp5.000 Rp5.000 Rp5.000 Rp5.00
Beban Penyusutan (Pajak) Rp2.500 Rp2.500 Rp2.500 Rp2.50
Penghasilan Kena Pajak Rp2.500 Rp2.500 Rp2.500 Rp2.50
Beban Pajak Kini (PPh 25%) Rp625 Rp625 Rp625 Rp625
Perbedaan Sementara Rp900 Rp900 Rp900 Rp900
Kewajiban (Manfaat) Pajak Tangguhan Rp225 Rp225 Rp225 Rp225
Kewajiban Pajak Tangguhan Rp225 Rp450 Rp675 Rp900
Dari tabel analisis diatas, terlihat bahwa sampai dengan tahun keempat nilai Laba Sebelum
Pajak (Akuntansi) lebih besar daripada Penghasilan Kena Pajak (Rp3.400 > Rp2.500)
sehingga menimbulkan adanya Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar selisih beda
sementara dikali tarif yang berlaku yaitu (Rp2.500-Rp1.600) x 25% = Rp225. Dengan jurnal
yang digunakan pada setiap tahun adalah sebagai berikut: