Anda di halaman 1dari 31

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.

C Dengan Gangguan Proses Pikir :


Waham Somatik Di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera

Saroka Erawati Tumanggor


Sarokatumanggor4@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia adalah penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak
yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh.
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi (Pardede,
2019). Menurut Hendransyah (2016), Skizofrenia adalah gangguan yang
berlangsung selama minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala
fase aktif. Sementara itu gangguan skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala
positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis, menarik diri, penurunan
daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori, perhatian,
pemecahan masalah, dan sosial).

Menurut WHO (2019, dalam Pardede 2020), Skizofrenia merupakan


gangguan mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh
dunia. Hasil Riskesdas (2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang
pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.
Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Tanda dan
gejala yang menyertai pada gangguan jiwa berat ini antara lain halusinasi,
delusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah
laku aneh.

1
Gangguan proses pikir : waham merupakan suatu keyakinan yang sangat
mustahil dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas,
dan walaupun semua orang tidak percaya dengan keyakinannya. Waham
sendiri terbagi menjadi lima macam, yaitu waham kebesaran, waham curiga,
waham keagamaan, waham somatik, dan waham nihilistik. Gangguan proses
pikir waham ini adalah gejala positif dari skizofrenia dan biasanya orang yang
memiliki gejala tersebut akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan jenis
wahamnya, yaitu dengan memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri
sendiri maupun orang lain, merasa memiliki kekuasaan yang besar, merasa
mempunyai kekuatan yang luar biasa jauh diatas manusia pada umumnya,
merasa dirinya mempunyai penyakit yang sangat parah atau dapat menular ke
orang lain, serta menganggap dirinya sudah meninggal (Prakasa, 2020).

Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat


meningkatkan fungsi perilaku. Pasien perlu dikembalikan pada realita bahwa
hal-hal yang dikemukakan tidak berdasarkan fakta dan belum dapat diterima
orang lain dengan tidak mendukung ataupun membantah waham. Tidak
jarang dalam proses ini pasien mendapatkan konfrontasi dari lingkungan
terkait pemikiran dan keyakinannya yang tidak realistis. Hal tersebut akan
memicu agresifitas pasien waham. Reaksi agresif ini merupakan efek dari
besarnya intensitas waham yang dialami pasien. Salah satu cara untuk
mengontrol perilaku agresif dari pasien waham yaitu dengan memberi asuhan
keperawatan jiwa (Keliat, 2019). Pemberian intervensi keperawatan jiwa pada
pasien dengan waham berfokus pada orientasi realita, menstabilkan proses
pikir, dan keamanan (Townsend, 2015). Survei awal pada pembuatan askep
pada skizofrenia ini dilakukan di yayasan pemenang jiwa Sumatera dengan
jumlah pasien 70 orang tetapi yang menjadi subjek didalam pembuatan askep
ini adalah 1 orang dengan pasien gangguan proses pikir : waham berinisial
Tn. C.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang maka
rumusan masalah dalam masalah askep ini yaitu : Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. C Dengan Gangguan Proses Proses Pikir : Waham Somatik Di
Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa kepada
Tn.C dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian, tanda dan gejala,
etiologi, klasifikasi, dan penatalaksanaan dan gangguan proses
pikir : Waham Somatik
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.C dengan
gangguan proses pikir : Waham Somatik
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang ada
pada Tn.C dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik
4. Mahasiswa menetapkan perencanaan keperawatan pada Tn.C
dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik
5. Mahasiswa melakukan implementasi keperawatan pada Tn.C
dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik
6. Mahasiswa mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn.C
dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
Tn.C dengan gangguan proses pikir : Waham Somatik

1.4 Manfaat
1. Responden
Diharapkan tindakan yang telah di ajakarkan dapat di terapkan secara
mandiri untuk mengontrol emosi dan untuk mendukung kelangsungan
kesehatan pasien.

3
2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk menjadi acuan dalam dalam
melakukan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang keperawatan jiwa.
3. Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.
Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menanganin atau dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan keyakinan. Penyangkalan,
digunakan untuk menghindari kesadaran dan kenyataan yang menyakitkan.
Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak
dapat diterima dari dirinya sendiri (Nurarif & Kusuma, 2015).

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah
termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti
apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan
jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia (Yusuf, 2015).

Menurut Videbeck (2011, dalam Victoryna (2020)), waham merupakan


gangguan dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau
terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak nyata.
Menurut Videbeck (2008, dalam Jalil (2015)), waham adalah suatu keyakinan
yang salah dan menetap, tidak berdasarkan kenyataan. Delusi atau waham
merupakan keyakinan yang tidak sesuai dengan realita (Mirza, 2015).

2.2 Etiologi
Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak
kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif,
gangguan sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular,
penyakit metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-
obatan, racun, dan zat psikoaktif.

5
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Herman (2011, dalam Prakasa (2020)), tanda dan gejala waham
seperti menolak makan, tidak perduli terhadap perawatan diri, ekspresi wajah
yang sedih/gembira/ketakutan, gerakan yang tidak terkontrol, mudah
tersinggung, pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan juga bukan
kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara
kasar, dan secara berlebihan dalam menjalankan kegiatan keagamaan, dapat
diketahui jenis waham yang terjadi yaitu, waham agama, waham kebesaran,
waham curiga, waham somatik, waham nihilistik. Menurut Hanafi (2014,
dalam Anggoro (2018)), dalam penelitian yang dilakukan terhadap penderita
skizofrenia, menjelaskan bahwa gejala yang sering muncul pada penderita
gangguan proses pikir adalah gangguan proses berpikir seperti inkoherensi,
flight of ideas, preokupasi, dan lain-lain.

2.4 Proses Terjadinya Waham


Menurut Yusuf (2015) proses terjadinya waham adalah sebagai berikut:
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena
adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial
yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita,
malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external) Pada
tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak

6
sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap
penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan
kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

2.5 Klasifikasi Waham


Menurut Yusuf (2015) klasifikasi waham terbagi menjadi:
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini

7
direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun
ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau
saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua
orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan
alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

8
2.6 Rentang Respon
Ada pun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang
respon gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut
(Azizah, 2016) :

Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif Respon maladaptif maladaptif

Distorsi pikiran Gangguan proses


Pikiran logis
pikir/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi
Reaksi emosi Halusinasi
Emosi konsisten dengan
berlebihan atau Sulit brespon emosi
pengalaman
kurang Prilaku disorganisasi
Prilaku sesuai
Prilaku aneh Isolasi sosial
Berhubungan social
Menarik diri

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


2.7.1 Pengkajian
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan,
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan
perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang. Selain
itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan,
ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, dan gelisah.

9
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, dalam Yusuf (2015) beberapa hal
yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
a. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap
diri sendiri.
b) Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang
polisi padahalkenyataan nya tidak benar.

10
c) Peran Klien
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan
sudah lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan
negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang
tidak haramonis.
h. Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah
secara berlebihan.
i. Status Mental.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan
waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian
seperti seorang ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan
tidak sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
m. Alam Perasaan

11
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik
merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang
lain.
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik

2.7.2 Diagnosa keperawatan


a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri
rendah.

12
2.7.3 Intervensi Keperawatan

No Masalah Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan proses SP 1 :
pikir : Waham Latihan orienatsi realitas: orientasi
orang,waktu tempat dan lingkungan
sekitar
SP 2 :
Minum obat secara teratur
SP 3 :
Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
SP 4:
Melatih kemampuan positif yang dimiliki

2.7.4 Evaluasi
Menurut Yusuf (2015) evaluasi yang diiharapkan pada asuhan
keperawatan jiwa dengan gangguan proses pikir adalah:
1. Pasien mampu melakukan hal berikut:
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.

2. Keluarga mampu melakukan hal berikut:


a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

13
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3.1 Identitas Klien


Inisial : Tn. C
Alamat : Belawan
Tanggal pengkajian : 25 Februari 2021
Umur : 25 tahun
Agama : Budha
Status : Belum menikah

3.2 Alasan Masuk Yayasan Pemenang Jiwa:


Tn. C mengatakan setelah tamat SMA sering mencuci tangan dengan coca
cola ataupun dengan sprite karena merasa dirinya kotor dan untuk menjaga
kesehatannya padahal Tn. C termasuk orang tidak dengan perekonomian yang
bagus.

3.3 Faktor Predisposisi


Tn. C mengatakan sebelumnya pernah dirawat dipemenang jiwa sekitar 1
tahunan dan pernah pulang dari yayasan karena sudah sembuh dan pernah
bekerja sebagai kuli bangunan tapi belum lama dipulangkan Tn. C masuk ke
yayasan dengan kasus yang sama dimana dia selalu mencuci tangan dengan
coca cola ataupun minuman bersoda. Tn.C juga mengatakan anggota keluarga
yang lain tidak ada yang seperti dia yang mengalami gangguan jiwa.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


Klien merasa sedih dan kecewa karena pernah ditinggal menikah oleh
kekasihnya ketika SMA dan merasa dunia tidak adil
Masalah Keperawatan: Koping individu inefekif

14
3.4 Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien tidak
memlikipemeriksaan fisik, didapat hasil
1. Tanda Vital : TD = 120/70 mmHg N= 80 x/i S= 36 OC RR= 20 x/i
2. Ukur : TB =165 cm BB=65 Kg
3. Keluhan Fisik : Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa
Tn.C tidak mengalami suatu keluhan fisik

3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram

Ket:
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah

3.5.2 Konsep Diri


a. Gambaran Diri : Klien merasa dirinya tampan tanpa ada
kecacatan atau kekurangan pada dirinya.
b. Identitas : Klien mengatakan saya adalah seorang kuli
bangunan, sekarang saya tidak bekerja lagi.

15
c. Peran : Selama dirawat pasien berperan sebagai
pasien dan sekarang klen tidak bisa bekerja
dan beraktivitas seperti orang yang lainnya.
d. Ideal diri :Jika saya sembuh nanti saya ingin
melanjutkan kuliah dan bekerja
e. Harga diri : Saya merasa tidak dihargai dan disayangi
karena tidak dibiarkan pulang ke rumah lagi.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3.5.3 Hubungan sosial


a. Orang yang berarti : Klien mengatakan bahwa dekat dengan
keluarganya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien dalam
kegiatan sehari-hari selalu aktif dan tidak menyendiri, pasien mampu
berinteraksi dengan orang lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien merasa
tidak diperhatian oleh keluarganya dan jarang dijenguk
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien merasa dirinya selalu dilindungi oleh
Tuhan, klien selalu beribadah
b. Kegiatan ibadah : Ikut merayakan imlek

3.6 Status Mental


1. Penampilan : Klien tampak berpakaian seperti biasanya
2. Pembicaraan : Klien ketika ditanya usia kadang menjawab 29 tahun
kadang menjawab yang lain. Klien dapat berkomunikasi dengan baik,
hanya saja Tn. C tidak mau memulai pembicaraan bila tidak dimulai
duluan.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham
3. Aktivitas motorik : Klien mengatakan berungkali mencuci tangan dan
mengekpresikan tangan jika diberi pertanyaan
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham

16
4. Alam perasaan :Saat pengkajian klien mengatakan ingin pulang
5. Afek : Tn.C selalu mempertahankan pendapatnya dan
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal.
6. Persepsi : Klien mengatakan bahwa tangannya selalu kotor dan dapat
melihat kuman
Masalah Keperawatan :Halusinasi penglihatan
7. Proses Pikir : Klien selalu menjawab alasan masuk yayasan pemenang
jiwa karena sering mencuci tangan dengan soda seperti coca cola
dengan alasan agar bersih dan biar enak
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham
8. Isi Pikir : Klien selalu mencuci tangan dengan coca cola agar merasa
bersih
Masalah Keperawatan: Waham somatik
9. Tingkat Kesadaran : Saat pengkajian klien sadar dan dapat
menyebutkan nama, umur, dan lama rawatan di yayasan pemenang
jiwa
10. Memori : Klien ingat semua tentang keluarganya dan kejadian saat
dikaji
11. Tingkat Konsentrasi dan berhitung : Ketika dikaji klien tidak dapat
menjawab dengan fokus pertanyaan yang diberikan
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham
12. Kemampuan penilaian : Klien mampu mengambil keputusan untuk
mandi dulu lalu makan dengan alasan sesuai jadwal di yayasan
pemenang jiwa
13. Daya tilik diri : Klien tidak menyalahkan ibunya karena
memasukkannya ke yayasan

3.7 Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan, minum, BAB/BAK
Pasien dapat mengmbil makan dan minum dan dapat ke kamar mandi
untuk BAB/BAK
2. Mandi, Berpakaian/berhias

17
Pasien mengatakan dapat mandi dan berpakaian secara mandiri.
3. Istirahat dan tidur
Pasien tidur siang dari pukul 13.00 s/d 16.30 WIB dan tidur pada
malam hari dari 22.00s/d 05.00 WIB. Kegiatan sebelum tidur dan
sesudah makan adalah beribadah.

3.8 Mekanisme Koping


Klien mampu berbicara dengan orang lain, klien juga menyukai olahraga.
Pada saat diajak berbicara wajah tegang.

3.9 Masalah Psikososial Dan Lingkungan


a) Masalah dengan dukungan kelompok, sesifik: Pasien mengatakan
mempunyai banyak teman di yayasa pemenang jiwa. Klien lebih sering
berkomunikasi dengan klien yang bernama andi.
b) Masalah dengan lingkungan : Klien sering ikut serta kegiatan diyayasan
dan berkomunikasi dengan teman
c) Masalah dengan pendidikan : Klien mengatakan bersekolah sampai
SMA dan ingin melanjutkan kuliah ataupun bekerja
d) Masalah dengan pekerjaan : Klien sebelumnya pernah bekerja namun
karena dbawa ibunya ke yayasan pemenang jiwa klien ingin bekerja
kembali sebagai kuli bangunan
e) Masalah dengan perumahan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan perumahannya
f) Masalah dengan ekonomi : klien mengatakan ada permasalahan dengan
perekonomian dalam keluarga yang biasanya selalu membantu ibunya
g) Masalah dengan pelayanan kesehatan :Klien tidak mengalami masalah
dengan pelayanan kesehatan. Namun saatt dirumah pasien tidak teratur
minum obat dan mengaku sudah perna rawatan di yayasan pemenang
jiwa juga dan mendapat pengobatan yang sama.

18
3.10 Pengetahuan Kurang Tentang
Klien mengatakan kurang tahu tentang keadaaannya saat ini karena klien
merasa apa yang dilakukan itu benar

3.11 Aspek Medik


Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
TerapiMedik : Resperidon tablet 2 mg 2x1
Chlozapine tablet 25 mg 2x1

3.12 ANALISIS DATA


No Identfikasi Data Masalah Keperawatan
1 Ds : Gangguan proses pikir : Waham
Klien mengatakan selalu merasa
kotor sehingga mencuci tangan
selalu dengan coca cola agar
bersih dan enak

Do :
Mata nampak tajam saat ditanya
dan cepat
2 Ds: Halusinasi Penglihatan
Klien mengatakan dirinya dapat
melihat kuman pada tangannya
Klien mengatakan risih jika
kotor

Do:
Klien tampak bersih saat dikaji
3 Ds: Koping tndividu inefektif
Klien merasa sedih dan kecewa
karena pernah ditinggal menikah
oleh kekasihnya ketika SMA

19
Do:
Klien tampak sedih
Tatapan mata kosong
4 Ds: Gangguan Konsep Diri : Harga diri
Klien merasa kurang disayang rendah
oleh keluarganya dan merasa
minder dengan orang lain
karena di rawat di yayasan
pememang jiwa

3.13 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan proses pikir : Waham
2. Halusinasi penglihatan
3. Koping tndividu inefektif
4. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

3.14 POHON MASALAH

Kerusakan komunikasi
verbal

Perubahan persepi Gangguan proses pikir :


sendori : Halusinasi Waham

Gangguan Konsep Diri :


Harga diri rendah

Koping individu inefektif

3.15 Diagnosa Prioritas


1. Gangguan proses pikir : waham

20
3.16 Intervensi
No Masalah Keperawatan Intervensi
1 Gangguan proses pikir : Waham SP 1 :
Latihan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu tempat
dan lingkungan sekitar
SP 2 :
Minum obat secara teratur
SP 3 :
Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
SP 4:
Melatih kemampuan positif yang dimiliki
2 Halusinasi Penglihatan SP 1 :
mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan dan respon halusinasi.
- Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
SP 2 :
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan
teratur.
SP 3 :

21
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
SP 4:
Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
terjadwal.

3 Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah Sp1:


Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki oleh pasien
Sp 2:
1. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
2. Menetapkan / memilih kegiatan sesuai kemampuan
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1
Sp 3:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2
Sp 4:
Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3

22
3.17 Implementasi dan Evaluasi
Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Kamis 1. Data : S : senang
25/02/2021 Tanda dan gejala : inkoheren,, Defensive, wajah O:
Pukul 10:00 WIB tegang dan jawaban dari pertanyaan flight of idea - Klien mampu melakukan latihan
2. Diagnosa Keperawatan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu
Gangguan proses pikir : Waham tempat dan lingkungan sekitar
3. Tindakan keperawatan: - Klien mampu menyebutkan obat dan
Sp 1 Gangguan proses pikir Waham: fungsinya dengan baik dan minum obat
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, dengan mandiri
serta akibat dari waham A : Gangguan proses pikir Waham (+)
2. Latihan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu P : Minum obat secara teratur 2x1 /hari
tempat dan lingkungan sekitar Risperidon 2 mg (2 x 1 )
Clorozapine 25 mg (1x1)
Sp 2 Gangguan proses pikir Waham
1. Minum obat secara teratur
4. RTL:
Sp 3: Gangguan proses pikir Waham:
- Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
Jumat 1. Data : S : senang

23
26/02/2021 Tanda dan gejala : inkoheren,, Defensive, dan O:
Pukul 12:00 WIB jawaban dari pertanyaan flight of idea - Klien mampu melakukan latihan
2. Diagnosa Keperawatan orienatsi realitas: orientasi orang,waktu
Gangguan proses pikir : Waham tempat dan lingkungan sekitar
3. Tindakan keperawatan: - Klien mampu minum obat secara teratur
Sp 3 Gangguan proses pikir Waham dengan mandiri
1. Mengevaluasi tentang penggunaan obat yang - Klien mampu memenuhi kebutuhan
teratur meliputi benar orang, benar cara, benar yang belum terpenuhi dengan mandiri
dosis, benar obat dan benar waktu. A : Gangguan proses pikir Waham (+)
Risperidon 2 mg (2 x 1 ) P : Minumobat secara teratur 2x1 /hari
Clorozapine 25 mg (1x1) Risperidon 2 mg (2 x 1 )
Clorozapine 25 mg (1x1)
2. Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
4. RTL:
Sp 4: Gangguan proses pikir Waham
- Melatih kemampuan positif yang dimiliki
Sabtu 1. Data : S : Senang
27/02/2021 Tanda dan gejala : inkoheren,, Defensive, dan O :
Pukul 10:00 jawaban dari pertanyaan flight of idea - Klien mampu melakukan latihan
2. Diagnosa Keperawatan orienatsi realitas orienatsi realitas:

24
Gangguan proses pikir : Waham orientasi orang,waktu tempat dan
3. Tindakan keperawatan: lingkungan sekitar
Sp 4 Gangguan proses pikir : Waham - Klien mampu minum obat secara teratur
- Mengevaluasi mengontrol waham dengan minum dengan mandiri
obat secara teratur, memenuhi kebutuhan dasar - Klien mampu memenuhi kebutuhan
- Melatih kemampuan positif yang dimiliki yang yang belum terpenuhi dengan mandiri
dimiliki A : Gangguan proses pikir Waham (+)
4. RTL: P:
Gangguan proses pikir : Waham : Follow up dan - Latihan orienatsi realitas: orientasi
evaluasi Sp 1-4 Gangguan proses pikir : Waham orang,waktu tempat dan lingkungan
sekitar
- Minum obat secara teratur 2x/hari.
- Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
- Melatih kemampuan positif yang dimiliki

25
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah mahasiwa melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.C dengan Gangguan


proses pikir : Waham di Yayasan pemenang jiwa Sumatera Utara, maka mahasiswa
pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis dan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan prosess keperatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evalusi

4.1 Tahap Pengkajian


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan
dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di
yayasan pemenang jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien
melalui komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu klien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun
upaya tersebut yaitu:

1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien
agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian bertanya kepada pegawai yayasan pemenang jiwa.

Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan


hal sama seperti diteori: Menurut Herman (2011, dalam Prakasa (2020)), tanda
dan gejala waham seperti menolak makan, tidak perduli terhadap perawatan diri,
ekspresi wajah yang sedih/gembira/ketakutan, gerakan yang tidak terkontrol,
mudah tersinggung, pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan juga
bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, dan
berbicara kasar.
4.2 Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu :
Gangguan proses pikir Waham (Kelliat 2014).

Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
penulis.Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis
yaitu :

1. Gangguan proses pikir : Waham


a. Mengidentifikasi penyebab waham
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala waham
c. Mengidentifikasi akibat waham
d. Membantu pasien mempraktekkan Latihan orienatsi realitas: orientasi
orang,waktu tempat dan lingkungan sekitar
e. Menjelaskan dan mengingatkan untuk minum oba secara teratur
f. Membantu pasien mempraktekkan cara pemenuhan kebutuhan dasar
g. Membantu pasien melatih kemampua positif yang positif
h. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

4.3 Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi mahasiswa hanya mengatasi masalah keperawatan
dengan diagnosa keperawatan Gangguan proses pikir : Waham. Pada diagnosa
keperawatan Gangguan proses pikir : Waham dilakukan strategi pertemuan yaitu
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari waham latihan
orienatsi realitas: orientasi orang,waktu tempat dan lingkungan sekitar. Strategi
pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obar secara teratur, strategi

27
pertemuan ketiga yaitu latihan dengan cara pemenuhan kebutuhan dasar strategi
pertemuan ke empat yaitu latihan kemampuan positif yang dimiliki (Kelliat 2014).

4.4 Tahap evaluasi


Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1. Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi waham
2. Klien dapat mengendalikan waham dengan cara latihan orientasi realita
3. Klien dapat mengendalikan waham dengan cara minum obat secara teratur
4. Klien dapat mengendalikan waham dengan cara pemenuhan kebutuhan dasar
5. Klien dapat mengendalikan waham dengan latihan kemampuan positif yang
dimiliki.

28
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. C dan disimpulkan
bahwa pasien dapat mengontrol gangguan proses pikir : Waham dengan
terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat melakukan
latihan orientai realita, minum obat secara teratur, latihan cara pemenuhan
kebutuhan dasar hingga pasien dapat melakukan kemampuan posiif yang
dimiliki.

5.2 Saran
Diharapkan pada keluarga agar sering mengunjungi klien selama perawatan
karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka klien merasa berarti dan
dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus memperhatikan obat yang
dikonsumsi serta membawa klien kontrol secara teratur ke pelayanan
kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, L. S. (2018). Thinking Processes in Skizoprenia Patients at The Efata


Recovery House at Getasan. PSIKODIMENSIA, 17(2), 135-145.
https://doi.org/10.24167/psidim.v17i2.1639
Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Hendarsyah, F. (2016). Diagnosis dan tatalaksana skizofrenia paranoid dengan
gejala-gejala positif dan negatif. Jurnal Medula, 4(3), 57-62.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1587
Jalil, A. (2015). Faktor Yang Mempengaruh Penurunan Kemampuan Pasien
Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 3(2), 70-77. https://doi.org/10.26714/jkj.3.2.2015.70-
77.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(Basic
Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B. A., dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mirza, M., Raihan, R., & Kurniawan, H. (2015). Hubungan lamanya perawatan
pasien skizofrenia dengan stres keluarga. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 15(3), 179-189. http://202.4.186.66/JKS/article/view/3669/3375.
Nurarif, A., dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis NANDA
NIC – NOC. Yogyakarta : Media Ection.
Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Aommitment Therapy and
Health Education Adherence to Symptoms, Ability to Accept and
Commit to Treatment and Compliance in Hallucinations Clients Mental
Hospital of Medan, North Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30-
35..http://innovationinfo.org/articles/JPPS/JPPS-1-106.pdf.
Pardede, J. A., Ariyo, A., & Purba, J. M. (2020). Self Efficacy Related to Family
Stress in Schizophrenia Patients. Jurnal Keperawatan, 12(4), 831-838.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i4.1010
Prakasa, A., & Milkhatun, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan
Proses Pikir Waham dengan Menggunakan Algoritma C4. 5 di Rumah
Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda. Borneo Student Research
(BSR), 2(1),8-15.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/1420/635.
Riskesdas. (2018). (2018). Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-
riskesdas-2018.pdf.
Townsend, M. C., & Morgan, K. I. (2017). Psychiatric mental health nursing:
Concepts of care in evidence-based practice. FA Davis.
Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52.
https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.45-52.
World Health Organization. (2016). Scizofrenia. : https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/schizophrenia.
Yusuf, A., dkk. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : Salemba.

Anda mungkin juga menyukai