Anda di halaman 1dari 21

41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL


GINJAL KRONIK RSUD KOTA BEKASI
Risky Ratna Dila1 , Yuanita Panma2
Akademi keperawatan Pasar Rebo, Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Email; rnadill88@gmail.com
Jl. Tanah Merdeka No. 16, 17, 18 Jakarta Timur

Abstrak
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel
dimana tubuh mengalami kegagalan untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sehingga menyebabkan uremia. Hemodialisis adalah sebuah usaha atau tindakan
membersihkan darah dari bahan-bahan beracun yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari
dalam tubuh. Dampak gagal ginjal kronik jika tidak segera ditangani adalah hipertensi, anemia,
edema paru, tamponade jantung, proteinuria, hematuria, penurunan sel darah putih, gangguan
perdarahan, fetor uremik, osteodistrofi ginjal, gejala psikotik kejang dan koma, memar, eksoriasi,
menstruasi tidak teratur. Tujuan penulisan diharapkan mahasiswa dapat memperoleh
pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal
ginjal kronik on HD. Metode penelitian adalah metode deskriptif dan studi kepustakaan. Hasil
dari karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa memperoleh pengalaman nyata tentang
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik on HD. Masalah
keperawatan berupa bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, risiko kerusakan
pertukaran gas, risiko tinggi penurunan curah jantung, kelebihan volume cairan, risiko gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko infeksi.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Gagal ginjal kronik, Hemodialisis

Abstract
Chronic Kidney Failure (CRF) is a progressive and irreversible renal function disorder in which
the body fails to maintain metabolism, fluid and electrolyte balance, causing uremia.
Hemodialysis is an attempt or an act of cleansing the blood of toxic substances that cannot be
excreted by the kidneys from the body. The impact of chronic kidney failure if not treated
immediately is hypertension, anemia, pulmonary edema, cardiac tamponade, proteinuria,
hematuria, decrease in white blood cells, bleeding disorders, fetor uremic, renal osteodystrophy,
psychotic symptoms of convulsions and coma, bruising, excoriation, irregular menstruation .
The purpose of writing is expected that students can gain real experience in providing nursing
care to clients with chronic kidney failure on HD. The research method is descriptive method
and library study. The results of this scientific paper are students gain real experience about
providing nursing care to clients with chronic kidney failure on HD. Nursing problems in the
form of ineffective airway cleaning, ineffective breathing patterns, risk of damage to gas
exchange, high risk of decreased cardiac output, excess fluid volume, risk of nutritional
disorders less than body requirements, risk of infection.
Keywords: Nursing care, chronic kidney failure, hemodialysis
42

Pendahuluan ginjal kronik di Indonesia menurut Riset


Latar belakang Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018)
Penyakit ginjal merupakan salah satu mencapai 0,38% dari jumlah penduduk
penyakit kronik yang paling banyak Indonesia. Provinsi Jawa Barat yang
menyerang warga dunia. Siapapun mengidap gagal ginjal kronik berjumlah
dapat terserang penyakit ginjal, tanpa 0,48% dan yang menjalani hemodialisis
memandang usia ataupun ras. Salah sebesar 19,34%. Menurut data yang
satunya adalah gagal ginjal kronik yaitu didapatkan dari buku rekam medik
terjadi kerusakan ginjal secara perlahan- Ruangan Aster RSUD dr. Chasbullah
lahan dalam waktu lebih dari tiga bulan Abdulmadjid Kota Bekasi diperoleh
atau bahkan sampai bertahun-tahun dan data prevalensi dalam 3 bulan terakhir
juga merupakan akibat terminal dari bulan Desember 2018 sampai
destruksi jaringan dan kehilangan fungsi Februari 2019 jumlah pasien yang
ginjal yang berlangsung berangsur- menderita gagal ginjal kronik sebanyak
angsur. Keadaan ini dapat pula terjadi 94 dari 712 pasien (13%) dan prevalensi
karena penyakit yang progresif cepat paling tinggi berada pada bulan Januari.
disertai awitan mendadak yang Jika tidak segera ditangani dengan
menghancurkan nefron dan serius gagal ginjal kronik menimbulkan
menyebabkan kerusakan ginjal yang banyak komplikasi yaitu anemia,
ireversibel (Kowalak, Welsh, & Mayer, neuropati perifer, komplikasi
2017). Prevalensi gagal ginjal kronik di kardiopulmoner, komplikasi
dunia meningkat setiap tahunnya. gastrointestinal, disfungsi seksual, defek
Menurut Global Burden of Disease skeletal, parestesia, disfungsi saraf
(GBD) (2018) pada tahun 2015, 1,2 juta motorik (foot drop dan paralisis flasid),
orang meninggal karena gagal ginjal, fraktur patologis (Kowalak, Welsh, &
dimana jumlah ini meningkat sebanyak Mayer, 2017). Komplikasi ini dapat
32% sejak tahun 2005. Pada tahun 2010, mempengaruhi kualitas hidup pasien
diperkirakan 2,3 – 7,7 juta orang dengan atau bahkan menyebabkan kematian.
penyakit ginjal tahap akhir meninggal Dengan angka prevalensi tersebut dan
tanpa akses ke pelayanan dialisis kronis. komplikasi yang telah dijabarkan peran
Oleh karena itu, diperkirakan 5-10 juta perawat sebagai tenaga kesehatan
orang meninggal setiap tahun karena profesinal sangatlah diharapkan dalam
penyakit ginjal. Angka kejadian gagal memberikan asuhan keperawatan secara
43

holistik meliputi biopsikososio dan keperawatan dalam sebuah karya tulis


spiritual, guna meminimalkan penderita ilmiah dengan judul “Asuhan
gagal ginjal kronik. Peran seorang Keperawatan pada Ny. J dengan Gagal
perawat dalam memberikan asuhan Ginjal Kronik On HD di ruang Aster
keperawatan, secara holistik dengan RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
menggunakan empat aspek meliputi Kota Bekasi”
peran promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Dalam upaya promotif Tujuan umum dari penelitian ini yaitu
perawat berperan dengan cara diperolehnya pengalaman secara nyata
memberikan pendidikan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan
meliputi pengertian, klasifikasi, pada klien dengan gagal ginjal kronik
penyebab, tanda dan gejala, komplikasi on HD.
dan cara pencegahan dari penyakit
gagal ginjal kronik sehingga dapat Metode penulisan
meningkatkan pengetahuan klien. Metode dalam penulisan yang
Dalam upaya preventif, perawat digunakan adalah metode deskriptif
menganjurkan untuk mengurangi dengan cara mengelola satu kasus
konsumsi garam dan gula; banyak dengan menggunakan proses
minum air mineral; tidak menahan BAK. keperawatan meliputi pengkajian,
Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu diagnosa, perencanaan, implementasi,
berkolaborasi dengan dokter dan evaluasi dan studi kepustakaan
memberikan obat antihipertensi, dengan cara mengunjungi pepustakaan
suntikan hormon eritropoietin, diuretik, yang menyediakan berbagai buku dan
vitamin D, diet rendah protein, dialisis, tulisan.
dan tranplantasi ginjal. Sedangkan
peran perawat dalam upaya rehabilitatif Pengertian
adalah menganjurkan klien untuk Gagal ginjal kronik merupakan akibat
melakukan hemodialisis secara rutin, terminal destruksi jaringan dan
pembatasan asupan cairan, diit rendah kehilangan fungsi ginjal yang
garam dan rendah protein. Berdasarkan berlangsung berangsur-angsur. Keadaan
fenomena tersebut penulis tertarik untuk ini dapat pula terjadi karena penyakit
menggambarkan dan yang progresif cepat disertai awitan
mendokumentasikan asuhan mendadak yang menghancurkan nefron
44

dan menyebabkan kerusakan ginjal 5. Stadium 5 memiliki nilai LFG <15


yang irreversible (Kowalak, Welsh, & atau dialisis.
Mayer, 2017). Sedangkan menurut
Setiati (2015) gagal ginjal kronik adalah Etiologi
suatu keadaan klinis yang ditandai Menurut Lemone, Burke, & Bauldoff
dengan penurunan fungsi ginjal yang (2016) etiologi gagal ginjal kronik
ireversibel, pada suatu derajat yang adalah:
memerlukan terapi pengganti ginjal 1. Nefrosklerosis hipertensi
yang tetap, berupa dialisis atau 2. Nefropati diabetic
transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronik 3. Pielonefritis kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang 4. Glomerulonefritis kronik
progresif dan ireversibel dimana tubuh 5. Eritematosa lupus sistemik
mengalami kegagalan untuk 6. Penyakit ginjal polisistik
mempertahankan metabolism,
keseimbangan cairan dan elektrolit, Patofisiologi
sehingga menyebabkan uremia Patofisiologi gagal ginjal kronik
(Smeltzer & Bare, 2013). beragam, bergantung pada proses
penyakit penyebab. Tanpa melihat
Klasifikasi penyebab awal, glomerulosklerosis dan
Menurut Setiati (2015) dan Lemone, inflamasi interstisial dan fibrosis adalah
Burke, & Bauldoff (2016) gagal ginjal ciri khas gagal ginjal kronik dan
kronik dapat diklasifikasikan menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
berdasarkan derajat penyakit dan Laju Seluruh unit nefron secara bertahap
Filtrasi Glomerulus (LFG) yaitu: hancur. Pada tahap awal, saat nefron
1. Stadium 1 memiliki nilai LFG > 90 hilang nefron fungsional yang masih
ml/menit/1,73m² ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler
2. Stadium 2 memiliki nilai LFG 60 – glomerulus dan tekanan meningkat
89 ml/menit/1,73m² dalam nefron ini dan lebih banyak
3. Stadium 3 memiliki nilai LFG 30 – partikel zat terlarut disaring untuk
59 ml/menit/1,73m² mengkompensasi massa ginjal yang
4. Stadium 4 memiliki nilai LFG 15 – hilang. Kebutuhan yang meningkat ini
29 ml/menit/1,73m² menyebabkan nefron yang masih ada
mengalami sklerosis (jaringan parut)
45

glomerulus, menimbulkan kerusakan Manifestasi klinik


nefron pada akhirnya. Proteinuria akibat Manifestasi klinik gagal ginjal kronik
kerusakan glomerulus diduga menjadi menurut Baradero, Dayrit, & Siswadi
penyebab cedera tubulus. Proses (2009) dan Kowalak, Welsh, & Mayer
hilangnya fungsi nefron yang kontinu (2017) yaitu:
ini dapat terus berlangsung meskipun 1. Sistem hematopoietik: Anemia
setelah proses penyakit awal telah (cepat lelah) dikarenakan
teratasi. Perjalanan gagal ginjal kronik eritropoietin menurun,
beragam, berkembang selama periode trombositopenia dikarenakan adanya
bulanan hingga tahunan. Pada tahap perdarahan, ekimosis dikarenakan
awal, seringkali disebut penurunan trombositopenia ringan, perdarahan
cadangan ginjal, nefron yang tidak dikarenakan koagulapati dan
terkena mengkompensasi nefron yang kegiatan trombosit menurun
hilang. Laju filtrasi glomerulus (LFG) 2. Sistem kardiovaskular:
sedikit turun dan pada pasien Hipervolemia dikarenakan retensi
asimtomatik disertai BUN dan kadar natrium, hipertensi dikarenakan
kreatinin serum normal. Ketika penyakit kelebihan muatan cairan, takikardia,
berkembang dan LFG turun lebih lanjut, disritmia dikarenakan hiperkalemia,
hipertensi dan beberapa manifestasi gagal jantung kongestif dikarenakan
insufisiensi ginjal dapat muncul. hipertensi kronik, perikarditis
Serangan berikutnya pada ginjal di dikarenakan toksin uremik dalam
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi, cairan pericardium
atau obstruksi saluran kemih) dapat 3. Sistem pernafasan: Takipnea,
menurunkan fungsi dan memicu awitan pernapasan kussmaul, halitosis
gagal ginjal atau uremia nyata lebih uremik atau fetor, sputum yang
lanjut. Kadar serum kreatinin dan BUN lengket, batuk disertai nyeri, suhu
naik secara tajam, pasien menjadi tubuh meningkat, hilar pneumonitis,
oliguria, dan manifestasi uremia muncul. pleural friction rub, edema paru
Pada gagal ginjal kronik tahap akhir, 4. Sistem gastrointestinal: Anoreksia,
LFG kurang dari 10% normal dan terapi mual dan muntah dikarenakan
penggantian ginjal diperlukan untuk hiponatremia, perdarahan
mempertahankan hidup (Lemone, Burke, gastrointestinal, distensi abdomen,
& Bauldoff, 2016). diare dan konstipasi
46

5. Sistem neurologi: Perubahan tingkat 4. Efek hematologi


kesadaran (letargi, bingung, stupor, 5. Efek gastrointestinal
dan koma) dikarenakan 6. Efek muskuloskeletal
hiponatremia dan penumpukan zat- 7. Efek neurologis
zat toksik, kejang, tidur terganggu, 8. Efek dermatologi
asteriksis 9. Efek endokrin dan metabolic
6. Sistem skeletal: Osteodistrofi ginjal,
rickets ginjal, nyeri sendi Penatalaksanaan medis
dikarenakan ketidakseimbangan Menurut Kowalak, Welsh, & Mayer
kalsium-fosfor dan (2017) penatalaksanaan medis pada
ketidakseimbangan hormon gagal ginjal kronik adalah:
paratiroid yang ditimbulkan 1. Diit
7. Kulit: Pucat dikarenakan anemia, 2. Pemberian obat
pigmentasi, pruritus dikarenakan 3. Transfusi sel darah merah untuk
uremic frost, ekimosis, lecet mengatasi anemia
8. Sistem perkemihan: Haluaran urine 4. Dialisis
berkurang, berat jenis urine 5. Transplantasi ginjal
menurun, proteinuria, fragmen dan 6. Perikardiosentesis darurat atau
sel urine, natrium dalam urine pembedahan darurat untuk
berkurang semuanya dikarenakan penanganan kor tamponade.
kerusakan nefron
9. Sistem reproduksi: Interfilitas Asuhan Keperawatan
dikarenakan abnormalitas hormonal, A. Pengkajian
libido menurun, disfungsi ereksi, Menurut Doenges, Moorhouse, &
amenorea. Geissler (2012) pengkajian
keperawatan pada klien dengan
Komplikasi gagal ginjal kronik adalah:
Menurut Lemone, Burke, & Bauldoff 1. Pemeriksaan fisik: Aktivitas/
(2016) komplikasi gagal ginjal kronik istirahat, sirkulasi, integritas ego,
adalah: eliminasi, makanan/ cairan,
1. Efek kardiovaskular neurosensori, nyeri/
2. Efek cairan dan elektrolit kenyamanan, pernapasan,
3. Efek sistem imun keamanan. Seksualitas, interaksi
47

social, penyuluhan / 2. Risiko tinggi perdarahan


pembelajaran. berhubungan dengan penekanan
2. Pemeriksaan diagnostic: produksi/ sekresi eritropoetin;
Pemeriksaan urine, pemeriksaan penurunan produksi dan sel
darah, osmolalitas serum, KUB darah merah hidupnya;
foto, pielogram retrograde, gangguan faktor pembekuan;
arteriogram ginjal, peningkatan kerapuhan kapiler
sistouretrogram berkemih, 3. Gangguan nutrisi kurang dari
ultrasono ginjal, biopsi ginjal, kebutuhan tubuh berhubungan
endoskopi ginjal, nefroskopi, dengan gangguan
EKG, foto kaki, tengkorak, gastrointestinal (akibat uremia),
kolumna spinal, dan tangan. anoreksia, mual/ muntah, dan
stomatitis; pembatasan diet
B. Diagnosa Keperawatan (halus, makanan tak berasa);
Menurut Doenges, Moorhouse, & hilangnya protein selama dialisis
Geissler (2012); Doenges,
Moorhouse, & Murr (2018); C. Perencanaan Keperawatan
Lemone, Burke, & Bauldoff (2016); Perencanaan keperawatan yang
dan Smeltzer & Bare (2013) dilakukan pada klien dengan gagal
diagnosa pada klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalami
ginjal kronik on HD adalah: hemodialisis menurut Doenges,
1. Risiko tinggi penurunan curah Moorhouse, & Geissler (2012);
jantung berhubungan dengan Doenges, Moorhouse, & Murr
ketidakseimbangan cairan (2018); Lemone, Burke, & Bauldoff
mempengaruhi volume sirkulasi, (2016); dan Smeltzer & Bare (2013),
kerja miokardial, dan tahanan adalah:
vascular sistemik; gangguan 1. Risiko tinggi penurunan curah
frekuensi, irama, konduksi jantung berhubungan dengan
jantung (ketidakseimbangan ketidakseimbangan cairan
elektrolit, hipoksia); akumulasi mempengaruhi volume sirkulasi,
toksin (urea), kalsifikasi jaringan kerja miokardial, dan tahanan
lunak (defosit Ca+ fosfat) vascular sistemik; gangguan
frekuensi, irama, konduksi
48

jantung (ketidakseimbangan vascular, suhu, dan sensori/


elektrolit, hipoksia); akumulasi mental
toksin (urea), kalsifikasi jaringan e. Kaji tingkat aktivitas,
lunak (defosit Ca+ fosfat) respons terhadap aktivitas
Kriteria Hasil: Kolaborasi
Mempertahankan curah jantung f. Awasi pemeriksaan lab
dengan bukti tekanan darah dan elektrolit (kalium, natrium,
frekuensi jantung dalam batas kalsium, magnesium), BUN
normal, nadi perifer kuat, dan g. Awasi pemeriksaan foto
sama dengan waktu pengisian dada
kapiler. h. Berikan obat antihipertensi,
Intervensi Keperawatan: contoh prazozin (minipress),
Mandiri kaptopril (capoten), klonodin
a. Auskultasi bunyi jantung (catapres), hidralazin
dan paru. Evaluasi adanya (apresoline)
edema perifer/ kongesti i. Siapkan dialisis
vaskular dan keluhan
dipsnea D. Implementasi Keperawatan
b. Kaji adanya/ derajat Implementasi adalah fase ketika
hipertensi: awasi TD; perawat mengimplementasikan
perhatikan perubahan intervensi keperawatan.
postural, contoh duduk, Berdasarkan terminology NIC,
berbaring, dan berdiri implementasi terdiri atas melakukan
c. Selidiki keluhan nyeri dada, dan mendokumentasikan tindakan
perhatikan lokasi, radiasi, yang merupakan tindakan
beratnya (skala 0-10) dan keperawatan khusus yang
apakah tidak menetap diperlukan untuk melaksanakan
dengan inspirasi dalam dan intervensi (atau program
posisi terlentang keperawatan). Perawat
d. Evaluasi bunyi jantung melaksanakan atau mendelegasikan
(perhatikan friction rub), tindakan keperawatan untuk
tekanan darah, nadi perifer, intervensi yang disusun dalam tahap
pengisian kapiler, kongesti perencanaan dan kemudian
49

mengakhiri tahap tahap pukul 10.41 WIB diantar oleh


implementasi dengan mencatat keluarga, klien masuk dengan
tindakan keperawatan dan respons keluhan sesak, batuk berdahak, mual,
klien terhadap tindakan tersebut dan sakit perut. Klien mengatakan
(Kozier, 2011). memiliki riwayat hipertensi sejak 7
tahun yang lalu dan terkena gagal
E. Evaluasi Keperawatan ginjal kronis pada bulan Desember
Evaluasi adalah aspek penting tahun 2018. Klien mengatakan telah
proses keperawatan karena melakukan HD sebanyak 10x setiap
kesimpulan yang ditarik dari hari selasa dan jumat dimulai pada
evaluasi menentukan apakah bulan Januari 2019. Kesadaran klien
intervensi keperawatan harus compos mentis, GCS klien E4M6V5.
diakhiri, dilanjutkan, atau diubah Diagnosa medis CKD on HD,
(Kozier, 2011). sedangkan masalah keperawatan
yang ditegakkan adalah gangguan
TINJAUAN KASUS keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pengkajian keperawatan Hasil pemeriksaan fisik TTV klien
1. Identitas klien adalah TD: 202/124mmHg, Nadi:
Nama klien Ny. J, jenis kelamin 109x/menit, RR: 24x/menit, Suhu:
perempuan, usia 37 tahun, status 36,8˚C, CRT <2 detik. Mendapatkan
perkawinan menikah, agama islam, terapi lasix 1x20mg (IV),
suku bangsa Sunda, pendidikan lansoprazole 1x15mg (IV), oksigen
SMP, bahasa yang digunakan 3L via nasal kanul dan dilakukan
bahasa Indonesia, perkerjaan ibu pemeriksaan lab hematologi dan
rumah tangga, alamat Jl. Binangun kimia klinik dengan hasil leukosit
V RT 08/024 Kaliabang Tengah, 15.300/uL, hemoglobin 6.9 g/dL,
sumber biaya KBS, sumber hematokrit 20.5%, trombosit
informasi klien dan buku status. 253.000/uL, ureum 111 mg/dL,
kreatinin 9.88 mg/dL, eGFR 5
2. Resume ml/mnt/1,73, Natrium 140 mmol/L,
Klien masuk di IGD RSUD dr. Kalium 4.4 mmol/L, Clorida 94
Chasbullah Abdulmadjid pada mmol/L. Pada tanggal 20 Februari
tanggal 19 Februari 2019 pada 2019 pukul 18.12 WIB klien
50

dipindahkan ke ruang Aster dengan Data subyektif: Klien mengatakan


keluhan mual, pusing, nyeri perut. sesak, klien mengatakan lemas,
Mendapatkan terapi Bicnat 3x1 tab klien mengatakan batuk berdahak
(PO), CaCO3 3x1 tab (PO), dan tidak dapat mengeluarkan dahak,
As.Folat 3x1 tab (PO), vit B12 3x1 klien mengatakan mual, klien
tab (PO), omeprazole 1x1 tab (PO), mengatakan selama di RS BAK
ondansentron 3x1 tab (PO), hanya 3x/hari sebanyak 4 tetes
endorstein 3x1 cth (PO), clonidin setiap kali BAK, klien mengatakan
2x0,15 mg (PO), adalat oros 1x30 nafsu makan menurun, klien
mg (PO), candesartan 1x16mg (PO), mengatakan lemas, klien
cefoprazone 2x1 gram (IV), ventolin mengatakan memiliki riwayat
2x2,5 mg (inhalasi), diet rendah hipertensi sejak 7 tahun yang lalu,
garam rendah protein, transfusi klien mengatakan BB post HD
darah PRC 500cc, terapi oksigen sebelumnya 65 kg dan BB pre HD
NRM 10L/mnt. Hasil pemeriksaan hari ini 69 kg (meningkat 4kg dalam
lab leukosit 8.500/uL, hemoglobin 3 hari), klien mengatakan makan
8.4 g/dl, hematokrit 25.1%, hanya menghabiskan ½ porsi.
trombosit 170.000/uL, ureum 111
mg/dl, kreatinin 8.28 mg/dl, eGFR 6 Data obyektif: Tampak sesak,
ml/mnt/1,73, Natrium 128 mmol/L, Tampak batuk dan sulit
Kalium 4.4 mmol/L, Clorida 99 mengeluarkan dahak, lemas, udem
mmol/L. Pemeriksaan rontgen pada bagian ekstremitas atas dan
thorax PA edema paru alveolar type bawah derajat +2, suara nafas ronkhi,
dan efusi pleura dextra. Pada TTV (TD: 190/134mmHg, N:
tanggal 22 Februari 2019 151x/menit, RR: 28x/menit),
mendapatkan terapi PRC 500cc. menggunakan otot bantu nafas,
Pada tanggal 23 Februari 2019 kedalaman pernafasan dangkal,
dilakukan pemasangan CDL ulang irama pernafasan tidak teratur,
di vena jugularis interna dextra pengembangan paru tidak simetris,
karena CDL sebelumnya tidak dapat pucat, konjungtiva anemis,
digunakan. terpasang pemvlon di tangan kanan,
terpasang CDL di vena jugularis
3. Data fokus interna dextra, balance cairan
51

+238cc (input: oral 900 cc, output: Tampak


urine 12cc + IWL 650cc= 662), batuk
hemoglobin 8,4 g/dl, hematokrit dan sulit
25,1%, ureum 111 mg/dl, kreatinin mengelu
8,28 mg/dl, eGFR 6 ml/mnt/1,73. arkan
Pemeriksaan rontgen thorax PA dahak
edema paru alveolar type dan efusi - RR:
pleura dextra. 28x/men
it
4. Analisa data
No Data Masalah Etiologi 2 Ds: Pola Penurunan
1 Ds: Bersihan Peningkata - Klien nafas ekspansi
- Klien jalan n produksi mengata tidak paru
mengata nafas secret kan efektif
kan tidak sesak
batuk efektif Do:
berdaha -
k dan Menggu
tidak nakan
dapat otot
mengelu bantu
arkan nafas
dahak -
- Klien Tampak
mengata klien
kan bernafas
sesak dangkal,
Do: irama
- Suara tidak
nafas teratur,
ronkhi pengem
- bangan
52

paru PA
tidak edema
simetris paru
- RR: alveolar
28x/men type dan
it efusi
- pleura
Rontgen dextra
thorax 4 Ds: Kelebiha Penurunan
PA - Klien n haluaran
edema mengata volume urine,
paru kan cairan disfungsi
alveolar selama ginjal, dan
type dan di RS retensi
efusi BAK cairan
pleura hanya
dextra menetes
3 Ds: Risiko Perubahan sebanya
- Klien kerusaka membran k 4 tetes
mengata n alveolus- setiap
kan pertukar kapiler kali
sesak an gas BAK
Do: - Klien
- mengata
Tampak kan BB
sesak post HD
- RR: sebelum
28x/men nya 65
it kg dan
- BB pre
Rontgen HD hari
thorax ini 69
53

kg - Ureum
(mening 111
kat 4kg mg/dl
dalam 3 -
hari) Kreatini
Do: n 8,28
- Udem mg/dl
pada - eGFR
bagian 6
ekstremi ml/mnt/
tas atas 1,73
dan 5 Ds: Risiko Ketidaksei
bawah - Klien tinggi mbangan
derajat mengata penurun cairan
+2 kan an curah mempenga
- memilik jantung ruhi
Balance i riwayat volume
cairan hiperten sirkulasi,
+238cc si sejak peningkata
(input: 7 tahun n afterload
oral 900 yang
cc, lalu
output: Do:
urine - TD:
12cc + 190/134
IWL mmHg
650cc= - N:
662) 151x/me
- nit
Hemato - Udem
krit pada
25,1% bagian
54

ekstremi makan
tas atas hanya
dan mengha
bawah biskan
derajat ½ porsi
+2 Do:
- -
Rontgen Tampak
thorax pucat
PA - Hb:
edema 8,4
paru gr/dL
alveolar -
type dan Konjung
efusi tiva
pleura anemis
dextra - Ureum
6 Ds: Resiko Mual/munt 111
- Klien ganggua ah, intake mg/dl
mengata n nutrisi tidak 7 Ds: - Risiko Prosedur
kan kurang adekuat Do: infeksi invasif:
mual dari - pemasanga
- Klien kebutuha Terpasa n CDL dan
mengata n tubuh ng venflon
kan venflon
nafsu di
makan tangan
menuru kanan
n -
- Klien Terpasa
mengata ng CDL
kan di vena
55

jugularis 6. Perencanaan, implementasi,


interna evaluasi
dextra Bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi secret
5. Diagnosa Keperawatan Data Subjektif: Klien mengatakan batuk
a. Bersihan jalan nafas berdahak dan tidak dapat mengeluarkan
berhubungan dengan dahak, klien mengatakan sesak
peningkatan produksi secret Data Objektif: Suara nafas ronkhi,
b. Pola nafas tidak efektif tampak batuk dan sulit mengeluarkan
berhubungan dengan penurunan dahak, RR: 28x/menit
ekspansi paru Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
c. Risiko kerusakan pertukaran gas keperawatan 3x24jam diharapkan jalan
berhubungan dengan perubahan nafas kembali efektif
membran alveolus-kapiler Kriteria hasil: frekuensi batuk
d. Risiko tinggi penurunan curah berkurang, dapat mengeluarkan secret,
jantung berhubungan dengan tidak sesak, suara nafas vesikuler, RR:
ketidakseimbangan cairan 12-20x/menit, mampu
mempengaruhi volume sirkulasi, mendemonstrasikan batuk efektif
peningkatan afterload Intervensi Keperawatan:
e. Kelebihan volume cairan Mandiri
berhubungan dengan penurunan a. Auskultasi bagian dada anterior dan
haluaran urine, disfungsi ginjal, posterior
retensi cairan b. Ajarkan batuk efektif
f. Risiko gangguan nutrisi kurang c. Lakukan fisioterapi dada
dari kebutuhan tubuh d. Kaji status pernafasan: frekuensi,
berhubungan dengan irama, kedalaman dan auskultasi
mual/muntah, intake tidak e. Berikan posisi semi fowler
adekuat Kolaborasi
g. Risiko infeksi berhubungan f. Berikan endorstein 3x1 cth via oral
dengan prosedur invasif: g. Berikan ventolin 2x2,5 mg via
pemasangan CDL dan venflon inhalasi
Implementasi
Tanggal 26 Februari 2019
56

Pada pukul 14.00 WIB memantau RR Subjektif : Klien mengatakan


Rs: klien mengatakan sesak dan lemas sesak, batuk dan tidak dapat
Ro: RR: 28x/menit (Risky). Pada pukul mengeluarkan dahak
15.30 WIB mengauskultasi bagian dada Objektif : Suara nafas ronkhi, RR
anterior dan posterior Rs: - Ro: suara 28x/menit, mampu melakukan batu
nafas ronkhi (Risky). Pada pukul 15.50 efektif
WIB mengkaji status pernafasan: Analisa : Tujuan belum tercapai
frekuensi, irama, kedalaman dan masalah belum teratasi
auskultasi Rs: - Ro: frekuensi Planning : Intervensi keperawatan
pernafasan cepat, irama tidak teratur, dilanjutkan (c,d,e,f)
dangkal, suara nafas ronkhi (Risky).
Pada pukul 16.30 WIB memberikan Pembahasan
posisi semi fowler Rs: klien Pengkajian keperawatan
mengatakan sudah nyaman Ro: semi Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik (GGK)
fowler telah diberikan (Risky). Pada yang dialami oleh klien adalah GGK
pukul 16.40 WIB mengajarkan batuk stadium 5 sudah sesuai dengan salah
efektif Rs: - Ro: klien mampu satu klasifikasi GGK yang ada pada
melakukan batuk efektif dan belum teori dimana terjadi penurunan LFG
dapat mengeluarkan dahak (Risky). mencapai kurang dari 15. Etiologi yang
Pada pukul 17.00 WIB memberikan terdapat dikasus sudah sesuai dengan
obat endorstein 1 cth via oral dan teori yaitu nefrosklerosis hipertensi
ventolin 2,5mg via inhalasi Rs: - Ro: karena klien sudah mengalami
endorstein 1 cth via oral dan ventolin hipertensi sejak 7 tahun yang lalu.
2,5mg via inhalasi telah diberikan Manifestasi klinik yang ada di teori
(Risky). Pada pukul 06.00 WIB tetapi tidak ada dikasus yaitu pada
memberikan obat endorstein 1 cth via sistem neurologi, sistem skeletal, kulit,
oral dan ventolin 2,5mg via inhalasi Rs: dan sistem reproduksi, hal ini
- Ro: endorstein 1 cth via oral dan dikarenakan tidak dirasakan oleh klien.
ventolin 2,5mg via inhalasi telah Komplikasi yang terdapat pada kasus
diberikan (Perawat ruangan). sudah sesuai dengan teori yaitu
Evaluasi hipertensi hal ini dibuktikan dengan
Tanggal 26 Februari 2019 tekanan darah pasien tanggal 26
Februari 2019 190/134mmHg, anemia
57

dibutikan dengan HB pada tanggal 22 venflon. Diagnosa yang terdapat di


Februari 2019 adalah 8,4 g/dL, edema kasus tetapi tidak ada di teori yaitu
paru dibuktikan dengan hasil rontgen bersihan jalan nafas tidak efektif
thorax pada tanggal 26 Februari 2019. berhubungan dengan peningkatan
Penatalaksanaan medis yang terdapat produksi secret, pola nafas tidak efektif
pada kasus sudah sesuai dengan teori berhubungan dengan penurunan
yaitu pemberian diit rendah garam ekspansi paru, Risiko kerusakan
rendah protein, pemberian obat pertukaran gas berhubungan dengan
golongan loop diuretics, kalsium perubahan membran alveolus-kapiler.
carbonat, obat antiemetik, obat Perencanaan keperawatan
antihipetensi, ranitidine, vitamin B, Diagnosa keperawatan bersihan jalan
As.folat, bicnat, tranfusi sel darah nafas berhubungan dengan peningkatan
merah, dialisis. Pemeriksaan penunjang produksi secret dijadikan diagnosa
yang ada pada kasus dan sesuai dengan keperawatan prioritas karena dari
teori yaitu pemeriksaan darah dan EKG. sputum yang sulit dikeluarkan pada area
Diagnosa Keperawatan jalan nafas, dapat menyebabkan
Pada teori terdapat 7 (tujuh) diagnosa sirkulasi udara pada sistem pernafasan
keperawatan. Dari 7 (tujuh) diagnosa menjadi terhambat dan akan
keperawatan, terdapat 4 (empat) menyebabkan sesak nafas. Penulis
diagnosa keperawatan yang muncul mengacu pada konsep ABC (Airway,
pada kasus yaitu risiko tinggi penurunan Breathing, Circulation) dan teori
curah jantung berhubungan dengan maslow pada kebutuhan fisiologis pada
ketidakseimbangan cairan oksigen harus dijadikan prioritas karena
mempengaruhi volume sirkulasi, dapat mengancam nyawa. Intervensi
peningkatan afterload, kelebihan pada diagnosa risiko tinggi penurunan
volume cairan berhubungan dengan curah jantung berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, disfungsi ketidakseimbangan cairan
ginjal, dan retensi cairan, risiko mempengaruhi volume sirkulasi,
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan peningkatan afterload, kelebihan
tubuh berhubungan dengan volume cairan berhubungan dengan
mual/muntah, intake tidak adekuat, penurunan haluaran urine, disfungsi
risiko infeksi berhubungan dengan ginjal, dan retensi cairan, risiko
prosedur invasif: pemasangan CDL dan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
58

tubuh berhubungan dengan risiko kerusakan pertukaran gas


mual/muntah, intake tidak adekuat, berhubungan dengan perubahan
risiko infeksi berhubungan dengan membran alveolus-kapiler rencana
prosedur invasif: pemasangan CDL dan tindakan yang tidak dilakukan adalah
venflon sudah sesuai dengan teori pemeriksaan AGD, dikrenakan belum
sehingga tidak terdapat kesenjangan ada intruksi dari dokter.
antara teori dan kasus. Pada intervensi Evaluasi
diagnosa bersihan jalan nafas tidak Evaluasi keperawatan merupakan tahap
efektif berhubungan dengan akhir dari proses keperawatan untuk
peningkatan produksi secret, pola nafas menilai keberhasilan asuhan
tidak efektif berhubungan dengan keperawatan dari tindakann
penurunan ekspansi paru, risiko keperawatan yang telah diberikan. Pada
kerusakan pertukaran gas berhubungan kasus terdapat 7 (tujuh) diagnosa
dengan perubahan membran alveolus- keperawatan yang diangkat oleh penulis
kapiler terdapat kesenjangan antara teori selama 3 (tiga) hari mulai dari tanggal
dan kasus sehingga penulis membuat 26 sampai 28 Februari 2019. Dari 7
intervensi dari buku Wilkinson (2016). (tujuh) diagnosa yang ditegakkan belum
Implementasi ada masalah yang teratasi.
Implementasi pada ke 4 diagnosa yang
terdapat pada kasus sudah sesuai PENUTUP
dengan intervensi yang ada sehingga Kesimpulan
tidak ada kesenjangan antara teori dan Pada tahap pengkajian etiologi pada
kasus. Pada diagnosa kelebihan volume kasus sudah sesuai dengan teori yaitu
cairan berhubungan dengan penurunan nefrosklerosis hipertensi. Manifestasi
haluaran urine, disfungsi ginjal, dan klinis yang ditemukan pada kasus yaitu,
retensi cairan dan Risiko gangguan adanya anemia, hipervolemia, hipertensi,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sputum lengket, batuk, edema paru,
berhubungan dengan mual/muntah, mual dan muntah, pucat, haluaran urine
intake tidak adekuat rencana tindakan berkurang. Manifestasi klinis yang ada
yang tidak dilakukan adalah menimbang pada teori tapi tidak ada pada kasus
BB, rencana tersebut tidak dapat yaitu manifestasi klinik pada sistem
dilakukan, karena kondisi klien yang neurologi, sistem skeletal, kulit, dan
sesak hebat dan lemas. Pada diagnosa sistem reproduksi. Komplikasi yang ada
59

pada teori tapi tidak ada pada kasus gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
yaitu tamponade jantung, proteinuria, tubuh berhubungan dengan
hematuria, penurunan sel darah putih, mual/muntah, intake tidak adekuat,
gangguan perdarahan, fetor uremik, risiko infeksi berhubungan dengan
osteodistrofi ginjal, gejala psikotik prosedur invasif: pemasangan CDL dan
kejang dan koma, memar, eksoriasi, venflon. Diagnosa keperawatan yang
menstruasi tidak teratur. Pada ada pada kasus tetapi tidak ada di teori
penatalaksanaan medis yang tidak ada 3 (tiga) yaitu bersihan jalan nafas
sesuai dengan kasus tapi ada di teori tidak efektif berhubungan dengan
adalah obat glikoid kardiak, peningkatan produksi secret, pola nafas
metilselulosa, eritropoietin sintesis, tidak efektif berhubungan dengan
preparat estrogen, obat anti pruritus, penurunan ekspansi paru, risiko
dextrose 50%, perikardio sentesis, kerusakan pertukaran gas berhubungan
transplantasi ginjal. Pemeriksaan dengan perubahan membran alveolus-
penunjang yang ada pada teori tapi tidak kapiler. Pada perencanaan terdapat 4
ada pada kasus adalah pemeriksaan (empat) diagnosa keperawatan yang
urine, osmolalitas serum, KUB foto, mengacu pada teori gagal ginjal kronik
pielogram retrograde, arteriogram ginjal, sedangkan pada intervensi diagnosa
sistouretrogram berkemih, ultrasono bersihan jalan nafas tidak efektif
ginjal, biopsi ginjal, endoskopi ginjal, berhubungan dengan peningkatan
nefroskopi, foto kaki, tengkorak, produksi secret, pola nafas tidak efektif
kolumna spinal, dan tangan. Dari 7 berhubungan dengan penurunan
(tujuh) diagnosa keperawatan yang ada ekspansi paru, risiko kerusakan
pada teori ada 4 (empat) diagnosa pertukaran gas berhubungan dengan
keperawatan yang muncul pada kasus perubahan membran alveolus-kapiler
yaitu, risiko tinggi penurunan curah tidak terdapat di teori sehingga penulis
jantung berhubungan dengan membuat intervensi dari buku
ketidakseimbangan cairan Wilkinson (2016). Pada tahap
mempengaruhi volume sirkulasi, implementasi keperawatan terdapat
peningkatan afterload, kelebihan intervensi di 3 (tiga) diagnosa yaitu
volume cairan berhubungan dengan kelebihan volume cairan berhubungan
penurunan haluaran urine, disfungsi dengan penurunan haluaran urine,
ginjal, dan retensi cairan, risiko disfungsi ginjal, dan retensi cairan dan
60

risiko gangguan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan Daftar pustaka
mual/muntah, intake tidak adekuat yang Black, J.M., Hawks, J.H. (2014).
Keperawatan medikal bedah. Jakarta:
tidak dapat dilakukan yaitu menimbang
Salemba Medika.
BB. Diagnosa risiko kerusakan
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F.,
pertukaran gas berhubungan dengan Geissler, A.C. (2012). Rencana asuhan
perubahan membran alveolus-kapiler keperawatan. Jakarta: EGC.

intervensi pemeriksaan AGD tidak Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Murr,


A.C. (2018). Rencana asuhan
dilakukan. Pada tahap evaluasi
keperawatan. Jakarta: EGC.
keperawatan dari 7 (tujuh) diagnosa
Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B.
keperawatan pada kasus, belum ada (2017). Buku ajar patofisiologi. Jakarta:
diagnosa yang teratasi yaitu diagnosa EGC.

bersihan jalan nafas tidak efektif Kozier, B. (2011). Buku ajar


fundamental keperawatan konsep,
berhubungan dengan peningkatan proses, & praktik. Jakarta: EGC.
produksi secret, pola nafas tidak efektif
Lemone, P., Burke K.M., Bauldoff, G.
berhubungan dengan penurunan (2016). Buku ajar keperawatan medical
ekspansi paru, risiko kerusakan bedah. Jakarta: EGC.

pertukaran gas berhubungan dengan Luyckx, V.A. (2018). The global


burden of kidney disease and the
perubahan membran alveolus-kapiler, sustainable development goals.
risiko tinggi penurunan curah jantung https://www.who.int/bulletin/volumes/9
6/6/17-206441/en/ diakses pada tanggal
berhubungan dengan 12 Maret 2019 jam 19.00 WIB.
ketidakseimbangan cairan
RISKESDAS. (2018). Laporan
mempengaruhi volume sirkulasi, nasional RISKESDAS 2018.
20181228 – Laporan Riskesdas 2018
peningkatan afterload, kelebihan
Nasional.pdf Diakses pada tanggal 13
volume cairan berhubungan dengan Maret 2019 jam 19.30 WIB.
penurunan haluaran urine, disfungsi Setiati, S. (2015). Buku ajar ilmu
ginjal, dan retensi cairan, risiko penyakit dalam (Edisi VI). Jakarta:
Interna Publishing.
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2008). Buku
tubuh berhubungan dengan
ajar keperawatan medikal bedah (Edisi
mual/muntah, intake tidak adekuat, 8).Jakarta: EGC.
risiko infeksi berhubungan dengan Suwitra, K. (2010). Hidup berkualitas
prosedur invasif: pemasangan CDL dan dengan hemodialisis (cuci darah)
reguler. Bali: Universitas Udayana
venflon. Press.
61

Wilkinson, J.M. (2016). Diagnosis


keperawatan (Edisi 10). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai