Anda di halaman 1dari 28

Pusat Pelatihan

Masyarakat &
Pengembangan
Generasi
Lingkungan

MODUL
PASCA BUDIDAYA MAGGOT
BLACK SOLDIER FLY (BSF)

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM


KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2020
MODUL

PASCA BUDIDAYA MAGGOT BLACK SOLDIER FLY


(BSF)

PUSAT PELATIHAN MASYARAKAT DAN PENGEMBANGAN


GENERASI LINGKUNGAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2020
MODUL

Pasca Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF)

Tim Penyusun

Pengarah
Cicilia Sulastri, S.H., M.Si.
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan

Penanggung Jawab
Setyo Winarso, S.Hut
Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat

Narasumber
Ade Pahrudin, S.Si
IncubiFarm (Inkubator Bisnis di Bidang Pertanian, Peternakan, dan
Pemberdayaan Masyarakat Sukabumi)

Penulis Modul
Eka Sari Nurhidayati, M.Si
Widyaiswara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Anggota
1. Piala Sinuraya, S.E
2. Sigit Rustanto. S.Hut., M.Sc
3. Ir. Normanzis Jambak
4. Tri Prayitno, SE
5. Chaezar Iqbal AAP, S.S
6. Bayu Sanjaya, S.Sn
7. Sukarli
8. Fitria, S.Sos
9. Diyah Arfidianingrum

Diterbitkan oleh :
Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan
Kawasan Puspiptek Gd. 211 Lt. 2, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
Kata Pengantar

Budidaya maggot BSF dengan memanfaatkan pakan sampah organik,


selain bertujuan untuk mengolah sampah organik juga untuk menghasilkan
produk berupa maggot, pupa atau telur yang memiliki nilai secara ekonomi.
Harapannya kegiatan budidaya tersebut dapat menjadi daya tarik bagi
masyarakat untuk mau melakukannya. Sehingga selain timbulan sampah
organik menjadi terkelola, juga turut membantu untuk mendorong munculnya
entrepreneurship baru yang ramah lingkungan.
Kegiatan budidaya maggot BSF tidak hanya berhenti sampai panen
maggot, pupa atau telur saja, tetapi kegiatan pasca budidaya yang terdiri atas
kegiatan pengolahan maggot dan pengemasan serta pemasaran juga perlu
diketahui oleh peserta pelatihan. Untuk itu pada pelatihan Pengolahan Sampah
Organik untuk Budidaya Maggot BSF juga disampaikan materi Pasca Budidaya
Maggot BSF.
Untuk membantu peserta dalam memahami materi Pasca Budidaya Maggot
BSF, maka disusun modul ini sebagai pelengkap dari video tutorial yang ada.
Selain itu, modul ini juga merupakan pedoman bagi pengajar yang diharapkan
selalu dikembangkan/disempurnakan untuk menjamin kualitas
penyelenggaraan pelatihan.
Modul ini disusun dengan seoptimal mungkin, namun tak dipungkiri
masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kami
selalu mengharapkan saran dan masukan dari para stakeholders demi
peningkatan kualitas modul dan bahan penyelenggaraan pelatihan.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Ade
Pahrudin, S.Si dari IncubiFarm (Inkubator Bisnis di Bidang Pertanian,
Peternakan, dan Pemberdayaan Masyarakat Sukabumi) selaku Narasumber dan
Eka Sari Nurhidayati, M.Si Widyaiswara Pusdiklat SDM Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan selaku penulis modul. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi para pengguna.
Tangerang Selatan, Juni 2020
Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan
Pengembangan Generasi Lingkungan

Cicilia Sulastri, S.H., M.Si

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................................... v
BAB I Pendahuluan .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat Modul ......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 2
D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ......................................................... 2
BAB II Pasca Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) .......................................... 3
A. Pengeringan Maggot Black Soldier Fly (BSF) ................................................ 3
B. Pembuatan Pelet Maggot Black Soldier Fly (BSF) ...................................... 4
C. Pengemasan Telur dan Maggot serta Pupa Black Soldier Fly (BSF) ... 8
D. Latihan ............................................................................................................................ 9
E. Rangkuman ................................................................................................................... 9
F. Evaluasi .......................................................................................................................... 9
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................................ 10
BAB III Pemasaran Hasil Budidaya Maggot BSF ......................................................... 11
A. Peluang Pasar ............................................................................................................. 11
B. Jejaring Kemitraan .................................................................................................. 12
C. Latihan .......................................................................................................................... 14
D. Rangkuman ................................................................................................................. 14
E. Evaluasi ........................................................................................................................ 14
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................................ 15
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 16
A. Simpulan ...................................................................................................................... 16
B. Tindak Lanjut............................................................................................................. 16
KUNCI JAWABAN ...................................................................................................................... 17
A. BAB II............................................................................................................................. 17
B. BAB III ........................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Fresh maggot yang sudah dikeringkan .......................................................... 3


Gambar 2. Aneka bentuk pellet .............................................................................................. 6
Gambar 3. Proses penggilingan maggot BSF menjadi pellet (a) dengan
menggunakan mesin otomatis di sebuah pabrik di Leles, Garut,
Jabar. Foto: KKP/Mongabay Indonesia, (b) secara manual
menggunakan mesin penggiling daging ........................................................ 7

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sumber protein yang bisa digunakan sebagai bahan pembuatan pellet
(dari berbagai sumber) .............................................................................................. 5
Tabel 2. Ragam komposisi pellet (dari berbagai sumber) ............................................... 7

iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul merupakan salah satu bahan pelatihan yang dapat digunakan


peserta pelatihan untuk bisa mempelajari materi diklat secara mandiri.
Untuk itu agar proses belajar mandiri ini dapat tercapai tujuannya, maka
sebelum mempelajari lebih lanjut bacalah petunjuk penggunaan modul di
bawah ini:
• Bacalah sepintas isi pendahuluan modul dengan baik, sehingga Anda
mengetahui isi modul, manfaat yang akan Anda peroleh, serta cara
mengkaji isi modul ini.
• Bacalah modul secara sistematis sesuai urutan bab dengan cermat.
• Buatlah catatan/rangkuman atau memberi tanda pada konsep-konsep
penting dengan penjelasannya. Gunakan kalimat yang Anda pahami
tentang konsep yang dibahas. Jika diperlukan gunakan kamus untuk
mencari arti kata-kata yang sulit.
• Ulangi kembali bacaan per bab dengan lebih cermat, untuk lebih
memperkuat pemahaman.
• Selesai membaca materi modul, kerjakan latihan. Hal ini akan
membantu Anda untuk memahami modul dengan berlatih
• Setelah Anda merasakan sudah memahami Bab yang dipelajari lakukan
evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil belajar mandiri yang telah
saudara lakukan.
• Jika hasil evaluasi belum tercapai maka ulangi kembali membaca bab
yang belum dipahami.

v
i
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
Budidaya maggot BSF merupakan salah satu bentuk wirausaha yang
bukan semata-mata mengedepankan peluang usaha dari sisi bisnis saja,
tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan. Sehingga kegiatan budidaya
maggot BSF merupakan salah satu bentuk green entrepreneur atau
ecopreneur. Hal tersebut dikarenakan selain menghasilkan maggot sebagai
sumber pakan ternak, telur atau prepupa/pupa sebagai bibit indukan dan
kasgot sebagai pupuk organik, budidaya maggot sangat membantu dalam
mengurangi sampah/limbah organik yang dibuang ke tempat pemusahan
akhir sampah. Budidaya maggot yang memanfaatkan sampah/limbah
organik sebagai media pembesaran maggot cukup signifikan dalam
membantu mereduksi sampah/limbah organik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu didorong upaya
budidaya maggot BSF yang memanfaatkan sampah/limbah organik. Selain
secara ekonomi menguntungkan, juga sangat ramah terhadap lingkungan.
Berkenaan dengan hal tersebut, selain diperlukan peningkatan kapasitas
dalam melakukan budidaya maggot, juga perlu peningkatan kapasitas
dalam pasca budidaya maggot.
Pasca budidaya maggot sangat penting dipahami, karena jika hasil
budidaya berupa maggot/prepupa/pupa/telur BSF dan kasgot sudah
dihasilkan, maka tahapan berikutnya adalah mengolah dan mengemasnya
agar siap dipasarkan. Selain itu pengetahuan terkait bagaimana mencari
peluang pasar dan membangun kemitraan juga penting untuk dipelajari,
agar budidaya maggot terus berkelanjutan.

B. Deskripsi Singkat Modul


Modul Pasca Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF) berisi tentang
kegiatan yang dilakukan pasca budidaya BSF dan pemasarannya. Pada
pokok bahasan Pasca budidaya maggot BSF menjelaskan tentang proses
pengeringan maggot; pembuatan pelet; dan pengemasan telur, maggot

1
serta pupa BSF. Sementara pada pokok bahasan pemasaran hasil
budidaya maggot BSF berisi penjelasan terkait peluang pasar dan
membangun jejaraing kemitraan. Harapannya setelah membaca modul ini
peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan pasca budidaya maggot BSF.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca modul ini, peserta diharapkan dapat melakukan
kegiatan pasca budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF). Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dari tujuan tersebut, maka indikator keberhasilannya
adalah peserta mampu:
1. melakukan kegiatan pasca budidaya maggot BSF
2. menjelaskan pemasaran hasil budidaya maggot BSF.

D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Materi pokok terdiri atas:
1. Pasca Budidaya Maggot BSF
2. Pemasaran Hasil Budidaya Maggot BSF

Sub materi pokok meliputi:


1.1. Pengeringan Maggot BSF
1.2. Pembuatan Pelet Maggot BSF
1.3. Pengemasan Telur dan Maggot serta Pupa BSF
2.1. Peluang Pasar
2.2. Jejaring Kemitraan

2
BAB II Pasca Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF)

Setelah mempelajari bab ini secara tuntas pembaca diharapkan


dapat melakukan kegiatan pasca budiddaya maggot BSF

A. Pengeringan Maggot Black Soldier Fly (BSF)


Tubuh maggot banyak mengandung protein dan lemak. Kandungan
protein dan lemak yang terdapat dalam tubuh maggot disimpan untuk
digunakan dalam proses metamorphosis menjadi lalat BSF. Karena pada
fase prepupa, pupa dan lalat BSF tidak makan, sehingga energi yang
diperlukan prepupa/pupa/lalat untuk bisa hidup diperoleh dari cadangan
lemak dan protein yang disimpan pada fase maggot. Berdasarkan hal
tersebut, ketika dilakukan pemanenan pada fase fresh maggot, maka
kandungan proteinnya tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan ternak.
Fresh maggot atau maggot muda dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan hewan ternak seperti ayam, bebek, burung, ikan, dan lain-
lain. Fresh maggot dapat dipanen pada usia 14-15 hari, jika dipanen pada
usia 18-21 hari sudah menjadi prepupa. Jika sudah menjadi
prepupa/pupa maka tidak dapat digunakan sebagai sumber pakan hewan,
tapi digunakan sebagai bahan indukan untuk budidaya selanjutnya.
Sebagai sumber pakan ternak, fresh maggot dapat diberikan dalam
kondisi hidup atau dalam bentuk kering. Untuk memudahkan dalam
pengemasan, biasanya fresh maggot dijual dalam kondisi sudah
dikeringkan (Gambar 1).

Gambar 1. Fresh maggot yang sudah dikeringkan

3
Ketika pembudidaya melakukan pemanenan dan kemudian
mengolahnya menjadi maggot kering perlu memperhatikan proses
pengeringannya. Proses pengeringan yang tidak tepat dapat merusak
kandungan lemak dan protein yang terdapat dalam tubuh maggot. Untuk
itu, dalam melakukan pengeringan maggot BSF harus diperhatikan suhu
dan lamanya waktu pengeringan. Berikut ini adalah tahapan proses
pengeringan fresh maggot (maggot muda):
1. fresh maggot yang sudah dipanen (usia 14-15 hari) dicuci hingga bersih.
Tujuan pencucian untuk menghilangkan sisa-sisa pakan/kasgot yang
masih tercampur/melekat dengan fresh maggot.
2. Siapkan air dalam panci kemudian dimasak hingga mendidih, setelah
air mendidih matikan kompor.
3. Fresh maggot yang sudah bersih dimatikan dengan cara dicelupkan
sekitar 20-30 detik ke dalam air panas yang sudah mendidih, kemudian
ditiriskan. Mencelupkan maggot ke dalam air panas yang sudah
mendidih juga bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang
merupakan sumber penyakit.
4. Maggot yang sudah bersih dan mati kemudian dikeringkan dalam
oven/pengering selama 15 menit.
5. Maggot yang sudah kering siap untuk dikemas atau diolah lebih lanjut
menjadi pellet.

B. Pembuatan Pelet Maggot Black Soldier Fly (BSF)


Pelet merupakan makanan yang sengaja dibuat untuk membantu
menambah nutrisi hewan ternak (ikan/burung) agar dapat berkembang
secara maksimal. Pelet biasanya mengandung nutrisi tinggi berupa protein
yang diperlukan oleh hewan ternak untuk mempercepat pertumbuhan dan
meningkatkan sistem imun. Sehingga pellet yang mengandung protein
tinggi sangat diperlukan hewan ternak.
Pelet selain mengandung protein juga harus mengandung lemak dan
serat. Biasanya kandungan protein dan lemak didapat dari protein hewani
seperti cacing kering, tepung ikan, keong emas, dll. Sementara sumber

4
seratnya berasal dari bekatul/dedak, ampas tahu, daun papaya, dll.
Beberapa bahan yang bisa digunakan sebagai sumber protein dalam
pembuatan pellet dapat dilihat pada tabel 1.
Pada dasarnya syarat pembuatan pellet harus menggunakan bahan
yang memiliki nilai gizi yang tinggi, tidak beracun, mudah dihaluskan,
mudah diolah, mudah diperoleh, harga terjangkau, dan bukan merupakan
makanan pokok manusia. Hal tersebut karena pellet biasanya menjadi
makanan utama dalam pembesaran ternak, sehingga harus memenuhi
syarat-syarat tersebut, agar kandungan proteinnya tinggi dan harga
murah/terjangkau bagi peternak.

Tabel 1. Sumber protein yang bisa digunakan sebagai bahan


pembuatan pellet (dari berbagai sumber)

Bahan pembuatan pellet Kadar Protein (dalam % bobot)


Tepung Ikan 60
Tepung daging 80
Tepung udang 46
Magoot BSF 40
Tepung darah 85
Tepung kedele 36
Tepung sorghum 9
Dedak halus 15
Kacang ijo 23
Bungkil biji kapok 27

Pellet buatan pabrik biasanya menggunakan tepung ikan sebagai


sumber proteinnya. Kandungan protein dalam pellet yang dibuat pabrik
berkisar antara 20 hingga 35 persen (Dewantoro & Efendi, 2018), idealnya
pellet mengandung minimal 30% protein. Saat ini harga tepung ikan kian
hari kian mahal, sehingga makin tinggi kandungan protein yang
terkandung pada pellet buatan pabrik, maka harganya makin mahal. Pada
sisi lain peternak membutuhkan pellet dengan kandungan protein yang
tinggi. Hal tersebut membuat peternak mencari alternatif membuat pakan
sendiri.

5
Maggot BSF mengandung protein yang tinggi yaitu sekitar 41-40%
(Abduh, 2018). Selain itu maggot BSF dapat diperoleh dengan mudah dan
murah karena memanfaatkan sampah organik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa maggot BSF bisa menjadi alternatif sumber protein dalam
pembuatan pellet untuk pakan ternak.
Cara pembuatan pellet dengan menggunakan Fresh maggot sebagai
sumber protein tidak berbeda dengan cara pembuatan pellet pada
umumnya. Maggot yang telah kering dihaluskan terlebih dahulu sehingga
menjadi serbuk. Serbuk maggot kemudian dicampur dengan bahan-bahan
lain yang diperlukan untuk membuat pelet seperti; dedak, bekatul, air, dan
tepung kanji. Setelah tercampur dengan baik kemudian dicetak/dibentuk
menjadi ukuran standar pellet, kemudian dikeringkan (Gambar 2).

Gambar 2. Aneka bentuk pellet

Pembuatan pellet maggot juga bisa dilakukan dengan cara


mencampur maggot dengan dedak dan tepung ikan. Komposisi pellet
maggot terdiri atas 30% maggot kering, 50% dedak dan 20% tepung ikan.
Komposisi tersebut bisa meningkatkan kadar protein pellet yang
dihasilkan. Tabel 2 di bawah ini menampilkan aneka macam komposisi
pellet.

6
Tabel 2. Ragam komposisi pellet (dari berbagai sumber)
Jenis Bahan Komposisi (dalam % bobot)
I II III IV V
Tepung Ikan 20 30 20 20 20
Tepung daging 20 2 3 10 -
Maggot BSF - - - - 30
Tepung kedele 5 - 20 10 -
Dedak halus 40 38 20 10 50
Kacang ijo 5 - 7 20 -
Bungkil biji kapok 10 30 20 30 -
Kadar Protein 39,6 33,4 31,6 37,8 45

Pembuatan pellet maggot menggunakan mesin penggiling otomatis,


dengan cara memasukkan campuran maggot, dedak dan tepung ikan ke
dalam mesin, dan secara otomatis akan keluar pellet. Namun jika tidak
memiliki mesin penggiling otomatis, pembuatan pellet dapat dilakukan
secara manual. Bahan pembuatan pellet dicampur terlebih dahulu dalam
wadah, kemudian dicetak dengan menggunakan mesin penggiling daging
yang hasilnya berbentuk seperti mie, kemudian ditampung dalam tampah
dan dipotong potong sesuai ukuran yang diinginkan, setelah itu dijemur di
bawah sinar matahari hingga kering. Pellet yang sudah kering terasa keras
tidak mudah pecah, baru pecah jika ditumbuk.

(a) (b)

Gambar 3. Proses penggilingan maggot BSF menjadi pellet (a) dengan


menggunakan mesin otomatis di sebuah pabrik di Leles, Garut,
Jabar. Foto: KKP/Mongabay Indonesia, (b) secara manual
menggunakan mesin penggiling daging

7
C. Pengemasan Telur dan Maggot serta Pupa Black Soldier Fly (BSF)
Salah satu tujuan melakukan budidaya maggot BSF adalah menjual
hasil budidaya berupa telur, pupa dan fresh maggot. Agar hasil budidaya
tersebut menarik minat pembeli maka pengemasan produk hasil budidaya
juga perlu diperhatikan. Pengemasan yang baik bisa meningkatkan nilai
ekonomi produk hasil budidaya maggot. Selain itu pengemasan yang baik
dan sesuai dengan karakteristik produk yang akan dipasarkan dapat
menjaga kualitas dan kondisi produk.
Prepupa/pupa merupakan salah satu fase lalat BSF, jadi masih
dalam kondisi hidup masih terjadi proses respirasi. Sehingga ketika
melakukan pengemasan harus memperhatikan sirkulasi udaranya. Untuk
itu agar produk aman sampai ke tangan pembeli, maka pilihlah kemasan
yang tidak mudah pecah/rusak, dan memiliki sirkulasi udara.
Botol plastik salah satu wadah yang bagus untuk digunakan sebagai
kemasan prepupa/pupa, karena selain tidak mudah pecah juga mudah
untuk dilubangi. Tujuan melubangi botol kemasan untuk prepupa/pupa
agar ada sirkulasi udara. Jika botol plastik tidak dilubangi bisa
menyebabkan prepupa/pupa mati karena kekurangan oksigen atau
menyebabkan botol pecah.
Botol plastik ukuran 1,5 liter dapat menampung sekitar 500 gr pupa.
Karena pada fase prepupa/pupa dan lalat BSF tidak memerlukan
makanan, maka ketika melakukan pengemasan tidak perlu menambahkan
pakan. Ketika melakukan pengemasan prepupa/pupa dicatat usianya,
agar dapat diperkirakan waktu menetas menjadi lalat.
Telur BSF dapat dijual sebagai bahan indukan, sehingga ketika
melakukan pengemasan telur BSF harus diperhatikan lamanya waktu
pengiriman dan usia telur. Ketika melakukan pengemasan telur BSF
tambahkan sedikit pakan untuk mengantisipasi jika telur menetas, maka
bayi maggot bisa segera mendapatkan makanannya. Sama dengan
prepupa/pupa, kemasan yang digunakan untuk membungkus telur bisa
menggunakan wadah plastik yang dilubangi. Pelabelan juga harus

8
dilakukan untuk memberikan informasi terkait berat telur dalam kemasan
serta usia telur.
Fresh maggot kering dan 9ltern merupakan produk hasil budidaya
maggot untuk pakan ternak, sudah tidak dalam kondisi hidup. Kemasan
yang digunakan bisa menggunakan aneka wadah yang menarik disertai
label. Tujuan dari pengemasan agar Fresh maggot kering dan 9ltern tidak
berceceran dan terlihat bagus. Pemberian label bertujuan untuk
memberikan informasi terkait spesifikasi produk seperti: berat, kandungan
gizi, tanggal produksi/tanggal kadaluarsa.

D. Latihan
Berdasarkan uraian di Bab ini, buatlah ringkasan terkait hal-hal yang
harus dilakukan pasca panen budidaya maggot BSF!

E. Rangkuman
Hasil budidaya maggot BSF berupa fresh maggot/maggot muda,
prepupa/pupa dan telur banyak diminati oleh peternak maupun
pembudidaya maggot. Sehingga agar hasil budidaya tersebut bisa sampai
ke tangan konsumen dengan baik maka pengemasannya perlu
diperhatikan sesuai dengan karakteristik masing-masing. Karena
prepupa/pupa dan telur BSF merupakan hasil budidaya dalam bentuk
hidup, maka dalam mengemas harus memperhatikan asupan oksigen yang
masih diperlukan untuk proses respirasi. Selain itu pengemasan juga
harus memperhatikan faktor keamanan selama dalam proses pengiriman.

F. Evaluasi
1. Jelaskan bagaimana proses pengeringan fresh maggot!
2. Coba jelaskan dengan singkat hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan ketika melakukan pengemasan prepupa/pupa dan telur
BSF?

9
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan konsep jawaban yang
ada. Bila tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari
80%, Anda perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat
penguasaan materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke
bab berikutnya.

10
BAB III Pemasaran Hasil Budidaya Maggot BSF

Setelah mempelajari bab ini secara tuntas pembaca diharapkan


dapat menjelaskan pemasaran hasil budidaya maggot BSF

A. Peluang Pasar
Peluang pasar maggot BSF sangat besar, terutama sebagai sumber
alternatif pakan ternak (ikan). Selama ini sumber pakan ikan adalah pellet
yang dibuat dari tepung ikan sebagai sumber protein. Pabrik-pabrik pakan
ternak di tanah air masih bergantung pada tepung ikan impor dari negara
Amerika Latin seperti Chili dan Peru. Berdasarkan data Loka Riset
Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) impor tepung ikan Indonesia
mencapai US$200-juta setiap tahun (Dewantoro & Efendi, 2018).
Indonesia sangat tergantung pada impor tepung ikan, namun disisi
lain negara produsen tidak bisa menjamin pasokan tepung ikan. Hal
tersebut bisa dilihat dari gejolak harga pakan ternak berbahan baku
tepung ikan impor. Selama kurun waktu 2010-2018 harga pellet ikan naik
dari Rp 78.000 menjadi Rp190.000- Rp 200.000 per 30 kg (Abduh, 2018).
Permintaan tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pellet pada
kurun waktu 2015-2018 naik sekitar 50% (Abduh, 2018). Hal tersebut
terjadi karena makin meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat,
sehingga untuk memenuhi permintaan tersebut kegiatan peternakan
meningkat. Dampaknya permintaan pakan ternak juga meningkat.
Ironisnya harga tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pellet ikan
kian mahal, padahal pakan ternak memakan sekitar 80% dari biaya
produksi. Kondisi tersebut membuat peternak mulai mencari alternatif
pengganti tepung ikan sebagai sumber protein dari pembuatan pellet.
Data dan informasi di atas membuka peluang bagi maggot BSF
sebagai sumber pengganti tepung ikan. Tepung ikan berasal dari ikan
tangkapan laut yang kini jumlah tangkapannya terus menurun. Padahal,
kebutuhan pakan untuk ikan budidaya terus meningkat seiring

11
meningkatnya konsumsi ikan akibat pertambahan jumlah penduduk.
Sementara maggot tidak sulit dibudidayakan. Media sampah pasar/rumah
tangga (organik), ampas tahu, tapioka, dan bungkil kelapa sawit, dapat
dipakai untuk budidaya BSF. Sehingga biaya produksi untuk
menghasilkan maggot BSF relatif lebih murah karena menggunakan
sampah organik sebagai sumber pakan BSF. Selain itu budidaya BSF
merupakan salah satu bentuk ecopreneur, usaha/bisnis yang ramah
lingkungan.
Hasil analisis usaha budidaya maggot sebagai alternatif pakan
lele yang dilakukan oleh Fauzi dan Sari (2018) menunjukkan bahwa
Penggunaan 50% pellet dan 50% maggot dapat menghemat biaya
pengadaan pakan sebesar 22,74%. Sehingga penggunaan maggot sebagai
pakan ternak (ikan) memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan.
Sehingga ketergantungan Indonesia terhadap pasokan tepung ikan dari
luar negeri secara perlahan dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah
pembudidaya maggot BSF.
Potensi permintaan maggot BSF sebagai pakan ternak kedepannya
akan makin besar, mengingat pertumbuhan kegiatan peternakan juga
meningkat. Kegiatan peternakan (unggas, ikan) akan terus bertambah
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk maka kegiatan peternakan akan
meningkat.

B. Jejaring Kemitraan
Jejaring kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu
bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh
hasil yang lebih baik. Secara alami jejaring kemitraan mutlak diperlukan
dalam kegiatan usaha, karena pada kenyataannya tidak ada satupun
entitas yang mampu berdiri sendiri tanpa bermitra dengan entitas lainnya.
Jejaring kerja (networking) dibutuhkan untuk menjadikan usaha kita lebih
sukses.

12
Ketika kita melakukan kegiatan usaha, termasuk melakukan
budidaya maggot, diperlukan jejaring kemitraan sejak tahapan awal hingga
tahapan akhir budidaya. Tahapan budidaya maggot dimulai dari
bagaimana mendapatkan bibit BSF, memperoleh sumber pakan maggot
berupa sampah organik. Tahapan selanjutnya adalah bagaimana
memasarkan hasil budidaya berupa prepupa/pupa/telur dan maggot BSF.
Semua tahapan tersebut membutuhkan jejaring kemitraan untuk
mensuplai semua kebutuhan dan memasarkan produk hasil budidaya.
Jejaring kemitraan yang dapat dibentuk dalam budidaya maggot
dapat berupa kerjasama dalam penyediaan pakan maggot berupa sampah
organik, ataupun jejaring yang dibentuk untuk bisa menyerap produk hasil
budidaya (fresh maggot/pelet). Bentuk kerjasama bisa dilakukan secara
formal atau informal tergantung pada skala budidaya maggot yang
dilakukan. Begitupula skala lembaga/unit/individu yang akan diajak
untuk berkolaborasi membentuk jejaring kemitraan tergantung pada skala
budidaya maggot yang dilakukan.
Contoh jejaring kemitraan yang dibentuk untuk memastikan
keberlanjutan dalam penyediaan pakan maggot dapat dilakukan dengan
cara bekerjasama dengan pengelola pasar, atau pengelola rumah makan,
atau pengelola peternakan, atau dengan tetangga untuk mau memberikan
sampah organik yang ada sebagai sumber pakan maggot. Bentuk
kerjasama bisa dilakukan secara informal melalui komunikasi secara
kekeluargaan atau dibuat formal dengan perjanjian. Semua tergantung
pada skala budidaya yang akan dilakukan.
Contoh jejaring kemitraan yang dibentuk untuk memasarkan produk
hasil budidaya berupa maggot kering atau pellet dapat dilakukan dengan
para peternak ikan atau ayam/unggas. Sehingga para peternak bisa
memperoleh harga pakan lebih murah karena langsung dari pembudidaya,
hal tersebut pastinya akan lebih menarik bagi peternak. Pada sisi lain,
pembudidaya juga mendapat kepastian dalam memasarkan produk yang
dihasilkan, sehingga kegiatan budidaya dapat terus berlangsung.

13
Pembentukan badan usaha semacam koperasi juga merupakan
salah satu bentuk dari jejaring kemitraan. Ketika permintaan produk hasil
budidaya berupa maggot kering diminta dalam jumlah yang besar oleh
suatu industri pakan ternak, atau oleh peternak besar, maka kumpulan
dari beberapa pembudidaya diharapkan mampu memenuhi permintaan
tersebut secara berkesinambungan.
Namun demikian, hal-hal yang harus diperhatikan ketika
membentuk jejaring kemitraan adalah komitmen terhadap kualitas produk
yang dihasilkan, ketepatan akan waktu yang dijanjikan serta kejujuran.
Karena sekali saja konsumen dikecewakan maka selanjutnya bisa tidak
dipercaya lagi.

C. Latihan
Berdasarkan uraian pada Bab ini, coba jelaskan peluang pasar apa yang
ada dan bentuk jejaring kemitraan yang mungkin dilakukan oleh Saudara,
jika Saudara melakukan kegiatan budidaya maggot BSF!

D. Rangkuman
Peluang pasar dan jejaring kemitraan penting untuk diidentifikasi
ketika akan melakukan suatu kegiatan budidaya. Karena jika kita
melakukan kegiatan budidaya tetapi tidak tahu peluang pasar yang ada,
maka produk hasil budidaya yang dihasilkan bisa tidak terserap oleh pasar
(tidak terjual). Hal tersebut tentunya akan merugikan dan kegiatan
budidaya tidak akan berlanjut. Peluang pasar bisa dicari dengan cara
membentuk jejaring kemitraan. Jejaring kemitraan juga bisa digunakan
untuk memperoleh bahan baku produksi dalam hal ini sampah organik.

E. Evaluasi
1. Peluang pasar apa saja yang ada untuk menjual produk hasil budidaya
maggot BSF? Jelaskan!
2. Menurut Saudara, bagaimana mencari peluang pasar untuk menjual
maggot BSF? Jelaskan!

14
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Silahkan cocokkan jawaban evaluasi Anda dengan konsep jawaban yang
ada. Bila tingkat penguasaan terhadap materi pembelajaran kurang dari
80%, Anda perlu membaca/mempelajari kembali bab ini. Jika tingkat
penguasaan materi ini lebih dari 80%, maka Anda dapat melanjutkan ke
bab berikutnya.

15
BAB IV PENUTUP

A. Simpulan
Pasca budidaya maggot BSF meliputi kegiatan pengolahan hasil
budidaya yaitu pengeringan fresh maggot dan pembuatan pellet, hingga
pengemasan produk. Tujuan dari pengolahan hasil budidaya diantaranya
untuk menambah nilai dari produk yang dihasilkan, sehingga secara
ekonomi akan lebih menguntungkan. Selain itu juga agar produk memiliki
waktu kadaluarsa yang agak lama dibandingkan dengan produk yang tidak
diolah (fresh maggot hidup). Selain itu, dalam budidaya juga perlu
diketahui peluang pasar yang ada, agar produk yang dihasilkan dapat
terserap oleh pasar sehingga kegiatan budidaya dapat terus berlanjut.

B. Tindak Lanjut
Agar dapat memahami isi dari modul ini dengan baik lagi, maka perlu
melihat/mempelajari video tutorial yang terkait dengan pokok bahasan
yang terdapat pada modul ini. Modul dengan video tutorial yang ada
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Selain
itu lakukan tugas dan evaluasi yang diberikan, untuk mengukur tingkat
pemahaman Saudara. Jangan lupa untuk mempraktekkannya.

16
KUNCI JAWABAN

A. BAB II
1. Proses pengeringan fresh maggot (maggot muda):
✓ fresh maggot yang sudah dipanen (usia 14-15 hari) dicuci hingga
bersih. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa
pakan/kasgot yang masih tercampur/melekat dengan fresh maggot.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan jaring ikan dan air yang
mengalir.
✓ Menyiapkan air yang telah dimasak hingga mendidih.
✓ Fresh maggot yang sudah bersih dimatikan dengan cara dicelupkan
sekitar 20-30 detik ke dalam air panas yang sudah mendidih,
kemudian ditiriskan.
✓ Maggot yang sudah bersih dan mati kemudian dikeringkan dalam
oven/pengering selama 15 menit.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengemasan
prepupa/pupa dan telur BSF: menggunakan kemasan yang tidak
mudah pecah dan bisa dilubangi, agar ada sirkulasi udara yang dapat
masuk kedalam kemasan tersebut. Memberi label pada kemasan
tersebut yang berisi informasi tentang berat produk (kuantitas) serta
usia dari produk tersebut. Untuk kemasan telur BSF, perlu diberi sedikit
pakan maggot, untuk mengantisipasi jika telur menetas dalam
perjalanan, sehingga bayi maggot bisa segera memperoleh pakan.

B. BAB III
1. Peluang pasar yang ada untuk menjual produk hasil budidaya maggot
berupa maggot kering dan segar adalah dijual kepada peternak ikan atau
ayam/unggas atau industri pakan ikan. Maggot sebagai sumber pakan
ternak bisa menggantikan pellet yang selama ini digunakan, yang
harganya makin mahal karena bahan baku berupa tepung ikan masih
impor. Selain itu jika memungkinkan pembudidaya juga bisa membuat
pellet berbahan baku maggot, yang kemudian dipasarkan ke para

17
peternak ikan/unggas. Selain itu pemasaran produk budidaya berupa
maggot kering/prepupa/pupa/ telur dapat juga dipasarkan melalui
marketplace yang ada (dijual secara online).
2. Peluang pasar dapat dicari dengan cara membentuk jejaring kemitraan
dengan para pengusaha industri pakan ternak/peternak, atau dengan
sesama pembudidaya maggot untuk memenuhi permintaan dalam
jumlah besar. Selain itu peluang pasar bisa dicari dengan cara
mengiklankan produk secara online, sehingga peluang pasar lebih luas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, M. Y., 2018. Trubus. [Online]


Available at: https://www.trubus-online.co.id/hemat-pakan-50/
[Accessed 06 Juni 2020].
Dewantoro, K. & Efendi, M., 2018. Beternak Maggot BLack Soldier Fly.
Pertama ed. Jakarta: Agromedia.
Fahmi, M. R., Hem, S. & Subamia, I. W., 2009. Potensi Maggot untuk
Peningkatan Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan. Jurnal Riset
Akuakultur, Volume 4, pp. 221-232.
Fauzi, R. U. A. & Sari, E. R. N., 2018. Analisi Usaha Budidaya Maggot
sebagai Alternatif Pakan Lele. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Agroindustri , Volume 7, pp. 39-46.

19

Anda mungkin juga menyukai