Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No.

1, 2009 39 - 47

PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE IKAN MAS (Cyprinus


carpio Linn) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PESTISIDA
REGENT 0,3 G

Growth And Survival Rate Of Cyprinus Carpio Linn Juvenile On Different


Concentration Of Regent 0.3g Pesticide.

Siti Rudiyanti dan Astri Diana Ekasari

Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Jurusan Perikanan,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Diserahkan ..... Diterima .....

ABSTRAK

Penggunaan pestisida di bidang pertanian yang dibuang ke perairan dapat berpengaruh


terhadap kualitas air dan organisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan mas yang terpapar pestisida, dilaksanakan pada bulan November 2006-
Januari 2007 di Balai Benih Ikan Ungaran Semarang. Benih ikan mas dengan berat rata-rata 0,7-0,8
gram/ekor, diujikan pada media yang mengandung pestisida Regent 0,3G berbahan aktif fipronil 0,3
%. Tahapan pengujian meliputi : uji penentuan selang konsentrasi, uji definitif untuk menentukan
LC50–96 jam dan uji toksisitas sublethal. Hasil uji penentuan selang konsentrasi menunjukkan bahwa
pestisida fipronil mempunyai batas ambang bawah 0,1 mg/L dan batas ambang atas 10 mg/L. Uji
definitif menunjukkan bahwa nilai LC50–96 jam ikan mas adalah 0,84 mg/L. Hasil uji toksisitas
sublethal menunjukkan bahwa pemberian pestisida bahan aktif fipronil dengan konsentrasi yang
berbeda (0,000 mg/L; 0,084 mg/L; 0,168 mg/L; 0,252 mg/L; 0,336 mg/L) berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas. Kualitas air selama penelitian menunjukkan
bahwa kondisi air masih layak digunakan untuk kehidupan ikan mas.

Kata kunci : Fipronil; Benih ikan mas; Pertumbuhan; Kelangsungan hidup

ABSTRACT

Pesticide usage in agriculture activities which had been wasted into water environment affect
to waters and organism quality. This study tried to investigate growth and survival rate of Cyprinus
carpio Linn juvenile that had been exposured by pesticide and running at November 2006 – January
2007 in Center of Fish Hatchery Ungaran, Semarang. Thus, 0.7 – 0.8 gram of fishes were tested on
media that contained Regent 0.3 pesticides which has fipronil 0.3% active compound. Furthermore,
this study has several steps which are determination of concentration range test, definitive test to
determine LC50-96 h and sublethal toxicity test. Result of determination of concentration range test
showed that fipronil pesticide has low-level limit concentration 0.1 mg/L and up-level limit
concentration 10 mg/L. Definitive test showed that LC50-96 h was 0.84 mg/L. Result of sublethal
toxicity test showed that pesticide which has fipronil active compound with different concentrations
(0.000 mg/L; 0.084 mg/L; 0.168 mg/L; 0.252 mg/L; 0.336 mg/L) significantly affect to growth and
survival rate of tested fish. In addition, water quality during this study period showed that all
parameters were suitable for tested fish.
Keywords: fipronile, Cyprinus carpio juvenile, growth, survival

39
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

PENDAHULUAN sawah bersama-sama dengan tanaman


Limbah yang masuk ke padi.
perairan, salah satunya adalah limbah Kelangsungan hidup ikan sangat
yang berasal dari pertanian yakni tergantung dari kondisi perairan
pestisida. Berbagai pestisida tempat hidupnya. Mengingat besarnya
digunakan sebagai pengendali hama potensi pencemaran dari limbah
untuk meningkatkan produksi pestisida dalam perairan, dan adanya
pertanian. Pestisida yang masuk dalam perbedaan kepentingan tersebut, maka
jumlah yang besar dapat bersifat racun pemakaian pestisida kiranya perlu
bagi biota-biota yang hidup di dilakukan secara cermat. Oleh karena
perairan, antara lain adalah ikan-ikan. itu dilakukan penelitian yang bertujuan
Pestisida sering digunakan untuk mengetahui pengaruh
sebagai pilihan utama untuk penggunaan pestisida yang
memberantas organisme pengganggu mengandung bahan aktif fipronil
tanaman sebab mempunyai daya dengan konsentrasi yang berbeda
bunuh yang tinggi, penggunaannya terhadap pertumbuhan biomassa
mudah dan hasilnya cepat diketahui. mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan
Namun bila aplikasinya kurang kelangsungan hidup benih ikan mas.
bijaksana dapat membawa dampak
pada pengguna, hama non sasaran, METODE PENELITIAN
maupun lingkungan yang sangat Penelitian ini dilaksanakan
berbahaya (Wudianto, 1994). pada bulan November 2006-Januari
Penggunaan pestisida untuk 2007 di Balai Benih Ikan Ungaran,
membasmi hama baik secara langsung Semarang. Hewan uji yang digunakan
ataupun tidak langsung akan dalam penelitian ini adalah benih ikan
mengganggu kualitas air, sehingga mas (Cyprinus carpio Linn) dengan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan rerata berat 0,7-0,8 g/ekor yang
ikan juga akan terganggu. Menurut mempunyai stadia, ukuran, berat, umur
Thompson (1971) pengaruh secara dan kondisi fisiologis yang relatif
langsung disebabkan oleh akumulasi sama, yang diuji pada skala
pestisida dalam organ-organ tubuh laboratorium dengan beberapa
akibat tertelan bersama-sama makanan konsentrasi pestisida Regent 0,3G.
yang terkontaminasi, atau akibat Jumlah ikan yang digunakan pada
rusaknya organ-organ pernafasan masing-masing wadah adalah 10 ekor.
sehingga dapat mematikan ikan Bahan uji insektisida Regent 0,3G
budidaya dalam jangka waktu tertentu, yang mengandung bahan aktif fipronil
sedangkan secara tidak langsung 0,3%. Wadah yang digunakan dalam
adalah menurunnya kekebalan tubuh penelitian ini berupa 24 unit akuarium
terhadap penyakit dan terhambatnya berukuran 40 x 50 x 40 cm3 yang
pertumbuhan. masing-masing ditempatkan secara
Ikan mas merupakan salah satu acak.
ikan air tawar yang mempunyai nilai Penelitian terdiri atas tiga tahap,
ekonomis penting, sehingga ikan ini yaitu :
banyak dibudidayakan. Selain
dipelihara dalam kolam-kolam 1. Uji Penentuan Selang Konsentrasi.
tertentu, ikan mas sering dipelihara di
40
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

Bertujuan untuk menentukan perhari, yaitu pagi dan sore. Kepadatan


ambang daya racun lethal pestisida ikan uji adalah 10 ekor/unit percobaan,
dengan bahan aktif fipronil terhadap yang diisi 10 l air media uji.
ikan uji dengan menentukan
konsentrasi ambang atas (LC100–24 Pengumpulan data yang dilakukan
jam) dan konsentrasi ambang bawah pada uji ini adalah :
(LC0–48 jam). Konsentrasi perlakuan
berbasis angka 10. (Koesoemadinata,
1983).
a. Pertumbuhan biomassa mutlak (W)
2. Uji Definitif Pertumbuhan biomassa mutlak
Digunakan untuk menentukan adalah selisih antara berat basah pada
nilai LC50–96 jam. Jumlah konsentrasi akhir penelitian dengan berat basah
bahan uji sebanyak 5 buah ditambah 1 pada awal penelitian (Effendie, 1979).
kontrol. Konsentrasi perlakuan uji W = Wt – Wo
definitif diperoleh dari hasil uji Dimana :
penentuan selang konsentrasi nilai W = Pertumbuhan mutlak (gram)
ambang atas dan bawah, kemudian Wt = Bobot biomassa pada akhir
penentuan selang konsentrasi penelitian (gram)
perlakuan mengikuti rumus dari Wo = Bobot biomassa pada awal
Komisi Pestisida (1988). penelitian (gram)
Data mortalitas pada uji
definitif digunakan untuk menghitung b. Laju pertumbuhan spesifik (Specific
nilai LC50–96 jam. Penentuan nilai Growth Rate)
LC50–96 jam dari data dilakukan Untuk menentukan laju
menggunakan analisis metode probit pertumbuhan spesifik sesuai dengan
dengan bantuan program SPSS versi Steffens (1989):
12. lnWt - lnWo
SGR  x 100 %
t1  t 0
3. Uji Toksisitas Sublethal Dimana :
SGR = Laju pertumbuhan berat
Uji Toksisitas Sublethal spesifik (% perhari)
dilakukan selama 28 hari, bertujuan Wt = Bobot biomassa pada akhir
untuk mengetahui pengaruh pestisida penelitian (gram)
dengan bahan aktif fipronil terhadap Wo = Bobot biomassa pada awal
pertumbuhan dan kelangsungan hidup penelitian (gram)
benih ikan mas. Konsentrasi perlakuan t1 = Waktu akhir penelitian (hari)
yang digunakan untuk uji toksisitas t0 = Waktu awal penelitian (hari)
sublethal mengacu pada Hastuti (1985)
yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40% c. Kelangsungan hidup
dari nilai LC50–96 jam. Selama Kelangsungan hidup ikan uji
penelitian berlangsung pergantian diperoleh dengan mengikuti rumus
media uji dilakukan maksimal 4 hari Effendie (1979) :
sekali. Pemberian pakan berupa tepung Nt
pellet sebanyak 5% perhari dari berat SR  x 100 %
biomassa ikan uji, dilakukan 2 kali No
Dimana :
41
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

SR = Kelangsungan hidup hewan konsentrasi ambang bawah dan


Uji (%). ambang atas. Hasil perhitungannya
Nt = Jumlah ikan uji pada akhir adalah sebagai berikut : A (0,251
penelitian (ekor). mg/L), B (0,630 mg/L), C (1,581
No = Jumlah ikan uji pada awal mg/L), D (3,968 mg/L), dan E (9,959
penelitian (ekor). mg/L). Konsentrasi tersebut digunakan
sebagai perlakuan untuk uji definitif
Masing-masing uji dilakukan ditambah 1 kontrol tanpa pemberian
dengan tiga kali ulangan. Data yang pestisida.
diperoleh dari uji definitif dan uji Pada uji definitif, persentase
toksisitas sublethal dianalisis secara mortalitas ikan mas tertinggi adalah
statistik dengan menggunakan uji pada perlakuan E dan D (96,67%)
ANOVA Univariate dengan bantuan kemudian diikuti perlakuan C
program SPSS versi 12. Sebelumnya, (86,67%), perlakuan B (83,33%),
terlebih dahulu dilakukan uji perlakuan A (16,67%), dan perlakuan
normalitas dan homogenitas data untuk K (0%). Berdasarkan perhitungan
memenuhi asumsi ANOVA. Jika dengan analisis probit maka dapat
dalam uji statistik yang dilakukan diketahui nilai LC50-96 jam adalah
terdapat perbedaan yang nyata, 0,84 mg/L.
dilakukan uji lanjut (post hoc test) Perlakuan pada uji toksisitas
untuk mengetahui perlakuan mana saja sublethal adalah berdasarkan nilai
yang memberikan hasil yang berbeda. sublethal atau setengah nilai LC50–96
Pada penelitian ini digunakan uji lanjut jam ke seri tingkatan konsentrasi yang
Tukey. lebih rendah. Konsentrasi yang
Parameter kualitas air yang digunakan untuk uji toksisitas
diamati adalah, oksigen terlarut yang sublethal adalah 0%, 10%, 20%, 30%,
diamati pada setiap awal dan akhir dan 40% dari LC50–96 jam. Jadi
penggantian media uji, suhu dan pH konsentrasi perlakuan pada uji
yang diamati setiap hari, dan toksisitas sublethal adalah sebagai
ammonia yang diamati setiap akhir berikut : perlakuan K (0,000 mg/L),
penggantian media uji dengan cara perlakuan A (0,084 mg/L), perlakuan
mengambil sampel air yang kemudian B (0,168 mg/L), perlakuan C (0,252
dianalisiskan di Balai Laboratorium mg/L), dan perlakuan D (0,336 mg/L).
Kesehatan (BLK) Semarang. Pengamatan yang dilakukan pada uji
toksisitas sublethal adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN pertumbuhan biomassa mutlak, laju
pertumbuhan harian dan kelangsungan
Hasil hidup benih ikan mas.
Uji pendahuluan untuk Hasil penelitian menunjukkan
menentukan selang konsentrasi bahwa pertumbuhan biomassa mutlak
menunjukkan bahwa pestisida fipronil dan pengamatan laju pertumbuhan
mempunyai nilai ambang atas 10 mg/L spesifik semakin menurun seiring
dan ambang bawah 0,1 mg/L. dengan bertambahnya konsentrasi
Berdasarkan hasil uji penentuan selang pestisida. Pada perlakuan kontrol
konsentrasi dapat ditentukan 5 deret terjadi pertumbuhan yang sangat tinggi
konsentrasi baru, yang besarnya antara sedangkan pada perlakuan A (0,084

42
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

mg/L) terjadi pertumbuhan yang (Cyprinus carpio Linn) pada


lambat, dan diikuti secara berturut- Uji Toksisitas Sublethal.
turut pada perlakuan B (0,168 mg/L), Perla Ulangan Rerata
perlakuan C (0,252 mg/L), dan kuan 1 2 3 (%)
perlakuan D (0,336 mg/L) terjadi (mg/L)
penurunan pertumbuhan secara K 1.639 1.694 1.711 1.684
berangsur-angsur. (0.000
Pertumbuhan biomassa mutlak mg/L)
A 1.280 1.340 1.469 1.364
benih ikan mas tertinggi di capai pada (0.084
perlakuan K (3,984 gram) diikuti mg/L )
dengan perlakuan A (3,389 gram), B B 1.256 1.286 1.252 1.308
(3,007 gram), C (2,711 gram), dan D (0.168
(2,421 gram). Data pertumbuhan mg/L )
disajikan pada Tabel 1 dan 2. C 1.207 1.205 1.170 1.194
(0.252
Tabel 1. Data Pertumbuhan Biomassa mg/L )
Mutlak Benih Ikan Mas D 1.216 0.946 1.129 1.098
(Cyprinus carpio Linn) pada (0.336
Uji Toksisitas Sublethal. mg/L )
Perla Ulangan Rerata Persentase kelangsungan hidup
kuan 1 2 3 (Gr) benih ikan mas tertinggi dicapai pada
(mg/L) perlakuan K (93,33%), diikuti
K 3.741 3.851 4.361 3.984 perlakuan A (86,67%), B (73,33%), C
(0.000 (63,33%), dan D (46,67%). Data
mg/L) kelangsungan hidup disajikan pada
A 3.368 3.372 3.426 3.389 Tabel 3.
(0.084
mg/L) Tabel 3. Data Kelangsungan Hidup
B 3.343 3.290 2.993 3.007 Benih Ikan Mas (Cyprinus
(0.168 carpio Linn) pada Uji
mg/L) Toksisitas Sublethal.
C 2.617 2.552 2.511 2.711 Perlakuan Ulangan Rerata
(0.252 (mg/L) 1 2 3 (%)
mg/L) K ( 0.000 90 90 100 93.33
D 2.389 2.397 2.477 2.421 mg/L)
(0.336
A ( 0.084 80 90 90 86.67
mg/L)
mg/L )
Tabel 2 di bawah ini B ( 0.168 70 80 70 73.33
menunjukkan laju pertumbuhan mg/L )
spesifik benih ikan mas tertinggi C ( 0.252 70 60 60 63.33
dicapai pada perlakuan K (1,684%) mg/L )
diikuti dengan perlakuan A (1,364%), D ( 0.336 50 50 40 46.67
B (1,308%), C (1,194%), dan D mg/L )
(1,098%).
Tabel 2. Data Laju Pertumbuhan Kualitas air yang diamati
Spesifik Benih Ikan Mas selama penelitian berlangsung adalah
suhu, oksigen terlarut, pH, dan
43
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

ammonia. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pestisida fipronil


menunjukkan kualitas air yang masih mempunyai nilai ambang atas 10
layak untuk pemeliharaan benih ikan mg/L, sedangkan konsentrasi ambang
mas (Cyprinus carpio Linn). Untuk bawahnya adalah 0,1 mg/L ikan uji
mengetahui kisaran parameter kualitas masih hidup dalam waktu 48 jam.
air selama penelitian dapat dilihat pada Pengamatan secara visual
Tabel 6. selama penelitian terlihat bahwa ikan
uji mengalami perubahan tingkah laku
Tabel 6. Kisaran Parameter Kualitas
yang disebabkan karena adanya
Air Selama Penelitian.
Parameter Kisaran Kisaran optimum
pengaruh dari bahan aktif fipronil yang
kualitas kualitas air berdasarkan pustaka terdapat dalam insektisida Regent
Air selama 0,3G. Sudarmo (1992) menyatakan
penelitian ikan yang terkena racun bahan
0 0
Suhu air 30-31 C 14-38 C pencemar dapat diketahui dengan
(Santoso, 1992) gerakan hiperaktif, menggelepar,
DO 3,40-5,19 > 3 mg/L lumpuh dan kemudian mati. Secara
mg/L (Kartamihardja, klinis hewan yang terkontaminasi
1981) racun memperlihatkan gejala stress
pH 7,7-7,9 6,5-8,5 bila dibandingkan dengan kontrol,
(Pescod, 1973) ditandai dengan menurunnya nafsu
Ammonia 0,492-1,605 < 2,4 ppm
makan, gerakan kurang stabil, dan
mg/L (Chervinsky, 1982)
cenderung berada di dasar. Hal ini
PEMBAHASAN
diduga sebagai suatu cara untuk
Hasil penelitian selang
memperkecil proses biokimia dalam
konsentrasi menunjukkan bahwa ikan
tubuh yang teracuni, sehingga efek
mas (Cyprinus carpio Linn)
lethal yang terjadi lebih lambat
mempunyai batas toleransi terhadap
(Rochmansyah et al, 1998).
perbedaan konsentrasi pestisida yang
Persentase mortalitas ikan mas
diberikan. Semua ikan uji masih
tertinggi adalah pada perlakuan E dan
mampu bertahan hidup pada
D (96,67%) kemudian diikuti
konsentrasi 0,01 mg/L dan 0,1 mg/L
perlakuan C (86,67%), perlakuan B
selama durasi penelitian (48 jam).
(83,33%), perlakuan A (16,67%), dan
Pada konsentrasi 1 mg/L, beberapa
perlakuan K (0%). Kusno (1991)
ekor ikan sudah tidak mampu bertahan
menyatakan bahwa di dalam air kadar
terhadap konsentrasi pestisida yang
atau jumlah pestisida yang tinggi dapat
diberikan pada jam ke-24, namun
menimbulkan kematian organisme
sebagian ikan mas masih mampu
seperti ikan dan udang.
bertahan hidup hingga jam ke-48. Ikan
Nilai LC50–96 jam pestisida
mas sudah tidak mampu lagi bertahan
fipronil terhadap benih ikan mas
hidup pada konsentrasi 100 mg/L,
adalah sebesar 0,84 mg/L. Menurut
semua ikan mati dalam waktu kurang
Komisi Pestisida Departemen
dari 1 jam pemberian pestisida. Pada
pertanian (1983) kriteria daya racun
konsentrasi 10 mg/L semua ikan juga
lethal pestisida adalah sebagai berikut :
tidak mampu lagi bertahan hidup
1. LC50–96 jam < 1 mg/L, daya
namun waktunya lebih lama dari
racunnya sangat tinggi
konsentrasi 100 mg/L yaitu setelah 2
jam pemaparan, sehingga dapat
44
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

2. LC50–96 jam 1-10 mg/L, daya bahan aktif fipronil. Hasil penelitian
racunnya tinggi menunjukkan bahwa pada konsentrasi
3. LC50–96 jam 10-100 mg/L, daya yang lebih tinggi, berat biomassa
racunnya sedang mutlak ikan uji semakin menurun. Hal
4. LC50–96 jam 100 mg/L, daya ini karena adanya penolakan ikan uji
racunnya rendah terhadap pakan. Mason (1979)
Dari kriteria di atas dapat menyatakan bahwa adanya bahan-
diketahui bahwa pestisida fipronil bahan beracun dalam media hidup ikan
merupakan pestisida yang mempunyai dapat menyebabkan pola behavioristik
daya racun sangat tinggi. yang tidak normal antara lain
Hasil perhitungan pertumbuhan penolakan terhadap pakan.
biomassa mutlak dan laju pertumbuhan Persentase kelangsungan hidup
spesifik semakin menurun seiring benih ikan mas (Cyprinus carpio Linn)
dengan bertambahnya konsentrasi berkurang seiring dengan
pestisida. Pada perlakuan kontrol bertambahnya konsentrasi pestisida.
terjadi pertumbuhan yang tertinggi Persentase kelangsungan hidup benih
sedangkan pada perlakuan A (0,084 ikan mas tertinggi dicapai pada
mg/L) terjadi pertumbuhan yang perlakuan K (93,33%), diikuti
lambat, dan diikuti secara berturut- perlakuan A (86,67%), B (73,33%), C
turut pada perlakuan B (0,168 mg/L), (63,33%), dan D (46,67%). Perlakuan
perlakuan C (0,252 mg/L), dan A (0,084 mg/L) ikan uji mengalami
perlakuan D (0,336 mg/L) terjadi kematian sehingga menurunkan
penurunan pertumbuhan secara tingkat kelangsungan hidup benih ikan
berangsur-angsur. mas menjadi 86,67%. Kematian ikan
Pertumbuhan biomassa mutlak uji yang terjadi diakibatkan adanya
benih ikan mas (Cyprinus carpio Linn) pengaruh pestisida fipronil. Hal ini
tertinggi di capai pada perlakuan K sesuai dengan pernyataan Kusno
(3,984 gram) diikuti dengan perlakuan (1991) bahwa pestisida dengan
A (3,389 gram), B (3,007 gram), C konsentrasi yang rendah kemungkinan
(2,711 gram), dan D (2,421 gram). besar menyebabkan kematian
Sedangkan laju pertumbuhan spesifik organisme secara tidak langsung yaitu
benih ikan mas tertinggi dicapai pada melalui pengendapan dan
perlakuan K (1,684%) diikuti dengan terkumpulnya pestisida di dalam tubuh
perlakuan A (1,364%), B (1,308%), C hewan air. Pada perlakuan B (0,168
(1,194%), dan D (1,098%). mg/L) kelangsungan hidup semakin
Pada benih ikan mas yang menurun yaitu sebesar 73,33%.
didedahkan pada media yang Penurunan tersebut berkaitan dengan
mengandung bahan aktif fipronil, kemampuan adaptasi ikan untuk
terjadi pertumbuhan yang terhambat. mentolerir toksisitas pestisida fipronil
Adanya pertumbuhan yang terhambat yang terdapat pada media hidupnya.
ini menunjukkan adanya gangguan Akibat dari hal tersebut ikan uji
pada fungsi faali suatu organisme, semakin tidak mampu menetralisir
sehingga energi yang digunakan untuk pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan
pertumbuhan digunakan untuk aktif fipronil yang terkandung di
melakukan adaptasi terhadap dalam media uji. Pada perlakuan C
lingkungan perairan yang mengandung (0,252 mg/L) tingkat kelangsungan

45
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

hidup ikan menjadi 63,33%. Seiring insang menjadi tidak wajar dan
dengan semakin tinggi konsentrasi mengganggu proses respirasi,
yang dilarutkan pada media hidup ikan akibatnya mengganggu pernafasan dan
uji maka tingkat kelangsungan hidup akhirnya menyebabkan kematian.
ikan uji akan semakin rendah. Pada Nilai kualitas air menunjukkan
perlakuan D (0,336 mg/L) tingkat bahwa parameter ini masih dalam
kelangsungan hidup ikan uji sebesar batas kelayakan untuk kehidupan ikan
46,67%. Pada konsentrasi ini ikan mas. Hasil pengukuran suhu air selama
sudah mengalami stress yang berat dan uji toksisitas sublethal berkisar antara
lebih banyak berada dipermukaan, 30-310C. Menurut Santoso (1996),
sehingga kemampuan ikan untuk kisaran kelayakan temperatur air bagi
beradaptasi semakin berkurang dan ikan mas adalah 14-380C. Hasil
akhirnya dapat menyebabkan pengukuran oksigen terlarut (DO)
kematian. berkisar antara 3,40-5,19 mg/L.
Clarke dan Clarke (1975) Menurut Swingle, (1963) yang
menyatakan pestisida yang masuk menyatakan bahwa kandungan oksigen
dalam tubuh organisme akan dalam suatu perairan minimum sebesar
mengalami proses-proses yang sama 2 mg/L, sudah cukup mendukung
dengan benda-benda asing. Proses- terhadap organisme perairan secara
proses tersebut yaitu absorpsi, normal. pH air merupakan tingkat
distribusi, dan akumulasi. Pestisida konsentrasi ion hydrogen yang ada
masuk dalam tubuh ikan dapat melalui dalam perairan. Hasil pengukuran pH
saluran pencernaan, saluran pernafasan yaitu 7,3-7,9. Zonneveld et al. (1991)
dan kulit. Pada saluran pencernaan, menyatakan bahwa pH yang optimal
pestisida yang ada dalam usus akan dalam pembenihan ikan adalah 6,7-
mengalami proses absorpsi dan 8,2. Hasil pengukuran ammonia
distribusi, dengan adanya proses ini selama penelitian berlangsung berkisar
mengakibatkan kerusakan pada antara 0,492-1,605 mg/L. Menurut
jaringan ikan. Proses distribusi terjadi Chervinsky (1982) kisaran konsentrasi
dimana pestisida yang ada di usus ammonia yang baik untuk kehidupan
dibawa oleh peredaran darah vena ikan adalah kurang dari 2,4 mg/L.
portal hepatis menuju ke hepar. Di Alabaster dan Llyod (1980)
hepar akan terjadi detoksikasi dan mengatakan bahwa ammonia yang
akumulasi racun. berada dalam jumlah yang relatif kecil
Pada saluran pernafasan bersifat toksik terhadap ikan. Semakin
pestisida dapat menyebabkan tinggi konsentrasi pestisida fipronil
kerusakan pada bagian insang dan yang diujikan akan menyebabkan
organ-organ yang berhubungan dengan ammonia dalam perairan akan semakin
insang. Masuknya pestisida dalam tinggi.
insang melalui kontak langsung,
karena letaknya di luar. Alasbaster dan DAFTAR PUSTAKA
Lloyd (1980) menyatakan kerusakan Alabaster, J. and Lloyd. 1980. Water
insang dapat berupa penebalan Quality Criteria for Fish. FAO
lamella, degradasi sel atau bahkan of United Nations European
kerusakan dan kematian jaringan Inland Fisheries Advisor
insang. Hal ini menyebabkan fungsi

46
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

Commision, Butterworth
London. Boston, 297 pp.
Chervinsky, J. 1982. Environmental
Physiology of Tilapia. In
R.S.V. Pullin and R.H. Lowe.
Mc Connel (Editors) The
Biology and Culture of
Tilapias. ICLARM. Conference
Proceeding, ICLARM Manila.
Clarke, E.G.C and M.L. Clarke. 1975.
Veterinary Toxicology Cassell
and Collver. Mc Millan
Publishers Ltd, London.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi
Perikanan. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Kusno, S. 1991. Pencegahan
Pencemaran Pupuk dan
Pestisida. Penebar Swadaya.
Koesoemadinata, S. 1983. Pedoman
Umum Pengujian
Laboratorium Toksisitas Lethal
Pestisida pada Ikan untuk
Keperluan Pendaftaran Komisi
Pestisida. Departemen
Pertanian, Jakarta.
Mason, C. F. 1979. Biology Of
Freshwater Pollution. Longman
Group, Ltd. London. pp 31-34.
Murty, A. S. 1988. Toxycity of
Pesticides to Fish Volume I.
CRC Press. Inc. Boca Raton,
Florida, 117 pp.
Swingle, H.S. 1986. Methods of
Analysis for Water Organic
Matter and Pond Bottom Soils.
Used in Fisheries Research.
Auburn University, Alabama.
Thomson, R.C.M. 1971. Pesticides and
Freshwater Fauna. Academic
Press, London and New York. Wudianto, R. 1994. Petunjuk
Penggunaan Pestisida. Penebar
Swadaya, Jakarta.

47
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009 39 - 47

48

Anda mungkin juga menyukai