Anda di halaman 1dari 15

Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

TINGGI METASENTRIK

4.1 Pendahuluan

Pengetahuan dasar masalah stabilitas benda terapung seperti sebuah kapal


yang mengambang di permukaan air merupakan hal yang sangat penting.
Kondisi kestabilan, netral, atau ketidakstabilan dinyatakan berdasarkan
titik beratnya pada ketinggian yang bervariasi. Percobaan ini juga
membandingkan hasil percobaan dengan hasil percobaan stabilitas benda
terapung (ponton). Percobaan ini juga memperbandingkan hasil percobaan
dengan hasil perhitungan stabilitas secara analitis. Percobaan ini
menggunakan percobaan tinggi metasentrik. Tinggi metasentrik
merupakan jarak antara pusat gravitasi dari kapal dan metasenter. Tinggi
metasentrik digunakan untuk menghitung stabilitas kapal dan ini harus
dilakukan sebelum melanjutkan ke laut.

Pengetahuan dasar dari masalah stabilitas benda terapung seperti sebuah


kapal yang mengambang di permukaan air merupakan hal yang sangat
penting. Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut, baik yang terjadi di
laut lepas maupun ketika di pelabuhan, adalah peranan dari para awak
kapal yang tidak memperhitungkan perhitungan stabilitas kapalnya
sehingga dapat mengganggu kesetimbangan secara umum yang akibatnya
dapat menyebabkan kecelakaan fatal seperti kapal tidak dapat
dikendalikan, kehilangan keseimbangan dan bahkan tenggelam.

4.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini :


1. Menentukan stabilitas suatu benda terpung (ponton)
2. Membandingkan hasil analitis stabilitas benda terapung dengan hasil
percobaan

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

4.3 Alat dan Bahan

a. Satu unit alat peraga

Gambar 4.3.1 Alat Peraga


b. Mistar

Gambar 4.3.2 Mistar


c. Tangki volumetrik

Gambar 4.3.3 Tangki Volumetrik

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

d. Ponton

Gambar 4.3.4 Ponton


e. Air

Gambar 4.3.5 Air

4.4 Dasar Teori

Suatu benda apung dalam zat cair statis akan menerima gaya apung F B
seberat zat cair yang dipindah oleh benda itu. Gaya apung F B selalu
bereaksi vertikal ke atas dan bentuk persamaan dinyatakan dengan :
FB = ρ.g.V
Dimana : FB = Gaya apung
ρ = Rapat masa zat cair
g = Percepatan gravitasi
V = Volume zat cair yang dipindahkan oleh benda apung

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

GN = BM – BG

Dimana : GN = Tinggi metasentrik


I
BM =
V yang di pindahkan
BG = Jarak pusat berat dari pusat apung
I = Momen inersia

Titik kerja gaya apung disebut pusat apung atau titik B. Jika titik berat
benda apung G berada di bawah titik B maka benda tersebut dalam kondisi
stabil. Jika titik G di atas titik B maka keseimbangan benda apung
ditentukan oleh letak titik metasentrik N yaitu titik potong garis kerja gaya
apung dengan garis tengah asli benda itu terhadap titik G. Apabila :
1. Titik N di atas titik G, benda apung dalam kondisi stabil.
2. Titik N di bawah titik G, benda apung dalam kondisi stabil
3. Titik N berhmpit dengan titik G, benda apung dalam kondisi netral.
Jarak GN yang diketahui sebagai tinggi metasentrik merupakan ukuran
langsung bagi stabilitas benda apung.

4.5 Prosedur Percobaan

a. Mengukur dimensi pada ponton yaitu panjang, lebar, tinggi.

Gambar 4.5.1 Mengukur Alat

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

b. Mengatur letak beban geser (slidding mass) pada tiang pusat gravitasi
terjadi pada puncak ponton. Hal ini dapat ditentukan dengan memakai
mata pisau atau dengan menggantungkan benang/senar di seputar
tiang vertikal kemudian ukur posisi pusat berat dari dasar ponton.

Gambar 4.5.2 Mengatur Beban Geser


c. Mengapungkan ponton di atas tangki volumetrik yang telah diisi
dengan air serta pastikan bahwa massa pengaturan tepat pada posisi
tengahnya.

Gambar 4.5.3 Mengapungkan Ponton

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

d. Menggeser masa pengaturan horizontal ke sebelah kiri ataupun kanan


dari pusat (dengan pertambahan sejauh 10 mm) sampai 4 kali di
mistar skala, catat perubahan sudut garis bandul untuk setiap
kedudukan bandul tersebut.

Gambar 4.5.4 Menggeser Beban


e. Mengubah letak beban geser (slidding mass) pada tiang pusat gravitasi
menjadi setengah tiang.

Gambar 4.5.5 Mengubah Letak Beban

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

f. Menggeser masa pengaturan horizontal ke sebelah kiri ataupun kanan


dari pusat (dengan pertambahan sejauh 10 mm) sampai ke ujung
mistar skala, catat perubahan sudut garis bandul untuk setiap
kedudukan bandul tersebut.

Gambar 4.5.6 Menggeser Beban

4.6 Data Hasil Percobaan

1. Data ponton : Panjang (L) = 0,35 m

Lebar (B) = 0,20 m


Tinggi (H) = 0,075m
2. Berat masa pengatur (m) = 0,32 kg
3. Berat ponton rakitan (M) = 1,5 kg
4. Letak berat pusat ponton rakitan dari dasar (Y) = 107,5 mm
5. Kedalam bagian terendam (d) = 25 mm
6. Letak benda apung dari dasar poton (1/2d) = 12,5 mm
Tabel 4.6.1 Hasil Pengamatan Untuk Tiang Penuh (Y = 107,5 mm)
Jarak Masa Jarak Masa
Sudut Miring Sudut Miring
No Pengatur Bagian Pengatur Bagian
Ponton (θ) Ponton (θ)
Kanan X (mm) Kiri X (mm)
1 10 2,5 10 3
2 20 5,5 20 5,5
3 30 8 30 8,5
4 40 10,5 40 10,5

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

Tabel 4.6.2 Hasil Pengamatan Untuk Setengah Tiang (Y = 53,75 mm)


Jarak Masa Jarak Masa
Sudut Miring Sudut Miring
No Pengatur Bagian Pengatur Bagian
Ponton (θ) Ponton (θ)
Kanan X (mm) Kiri X (mm)
1 10 1,5 10 2
2 20 3,5 20 3,5
3 30 5 30 5
4 40 7 40 7
5 50 8,5 50 8,5
6 60 10 60 10
7 70 11,5 70 11,5

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

4.7 Perhitungan

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

Tabel 4.7.1 Hasil Perhitungan Untuk Tiang Penuh


Jarak Masa Sudut Tinggi Jarak Masa Sudut Tinggi
Pengatur Miring Metasentrik Pengatur Miring Metasentrik
No Bagian Ponton (mm) Bagian Ponton (mm)
Kanan X (°) Kiri X (°)
(mm) (mm)
1 10 2,5 180,1 10 3 150,1
2 20 5,5 163,3 20 5,5 163,3
3 30 8 167,9 30 8,5 157,9
4 40 10,5 169,7 40 10,5 169,7
Jumlah 681 641

GN rata-rata bagian kanan = 170,25 mm


GN rata-rata bagian kiri = 160,25 mm
GN rata-rata total = ½ (170,25 + 160,25)
= 165,25 mm

Tabel 4.7.2 Hasil Perhitungan Untuk Setengah Tiang

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

Jarak Masa Sudut Tinggi Jarak Masa Sudut Tinggi


Pengatur Miring Metasentri Pengatur Miring Metasentrik
No Bagian Ponton k Bagian Kiri Ponton (mm)
Kanan X (°) (mm) X (mm) (°)
(mm)
1 10 1,5 302 10 2 225
2 20 3,5 255 20 3,5 255
3 30 5 269 30 5 269
4 40 7 256 40 7 256
5 50 8,5 263 50 8,5 263
6 60 10 295 60 10 295
7 70 11,5 272 70 11,5 275
Jumlah 1912 1835

GN rata-rata bagian kanan = 273,142 mm


GN rata-rata bagian kiri = 262,571 mm
GN rata-rata total = ½ (273,142 + 262,571)
= 267,8565 mm

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

Grafik Tinggi Metasentrik Ponton Bagian Kanan (Y= 107.5 mm)


185

180
Tinggi Metasentrik (Mm)

175

170
tinggi metasentrik
165

160

155

150
2.5 5.5 8 10.5
Sudut Kemiringan Ponton Ɵ

Grafik 4.7.1 Hubungan Sudut Kemiringan Ponton vs. Tinggi Metasentrik Tiang
Penuh Sebelah Kanan

Grafik Tinggi Metasentrik Ponton Bagian Kiri (Y= 107.5 mm)


175

170
Tinggi Metasentrik (Mm)

165

160
tinggi metasentrik
155

150

145

140
3 5.5 8.5 10.5
Sudut Kemiringan Ponton Ɵ

Grafik 4.7.2 Hubungan Sudut Kemiringan Ponton vs. Tinggi Metasentrik Tiang
Penuh Sebelah Kiri

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

Grafik Tinggi Metasentrik Ponton Bagian Kanan (Y= 53,75 mm)


310

300
Tinggi Metasentrik (Mm)

290

280

270 tinggi metasentrik


260

250

240

230
1.5 3.5 5 7 8.5 10 11.5
Sudut Kemiringan Ponton Ɵ

Grafik 4.7.3 Hubungan Sudut Kemiringan Ponton vs. Tinggi Metasentrik Tiang
Setengah Penuh Sebelah Kanan

Grafik Tinggi Metasentrik Ponton Bagian Kiri (Y= 53,75 mm)


350

300
Tinggi Metasentrik (Mm)

250

200
tinggi metasentrik
150

100

50

0
2 3.5 5 7 8.5 10 11.5
Sudut Kemiringan Ponton Ɵ

Grafik 4.7.4 Hubungan Sudut Kemiringan Ponton vs. Tinggi Metasentrik Tiang
Setengah Penuh Sebelah Kiri

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

4.8 Analisis

Dalam percobaan kali ini, dapat diketahui bahwa kemiringan sudut


berbanding lurus dengan tinggi yang dihasilkan, semakin besar kemiringan
sudut maka semakin tinggi pula tinggi metasentriknya. Pada saat slidding
mass diatas memiliki nilai tinggi metasentriknya lebih kecil dibandingkan
dengan pada saat slidding mass ditengah, karena pada saat slidding mass
107,5 mm pusat berat nya berpindah dan pada saat slidding mass 53,75
mm pusat beratnya semakin berpindah. Sehingga semakin jauh pusat
benda maka akan semakin besar sudut kemiringannya.

Terdapat pula perbedaan pembacaan sudut saat di kanan maupun di kiri,


disebabkan karena pembacaan dilakukan sebelum bandul benar-benar
berhenti dan dimensi dari tangki volumetric mempengaruhi gerak dari
ponton yang mengakibatkan bandul tidak dapat bergerak sesuai dengan
ketentuan.

4.9 Kesimpulan

1. Letak pusat gravitasi mempengaruhi letak titik metasentrik.


2. Nilai GNrata-rata total untuk Y = 107,5 mm adalah 165 mm, sedangkan
pada saat Y = 53,75 mm diperoleh GNrata-rata total sebebsar 267,5.
3. Dari hasil perhitungan, diperoleh angka koreksi GN 61,97 % untuk di
tiang penuh dan 76,54 % untuk di tiang setengah.
4. Pada grafik dapat dilihat bahwa nilai tinggi metasentrik yang tidak
stabil yaitu naik dan turun dikarenakan pusat kemiringan ponton yang
semakin besar maka akan bervariasi nilai tinggi metasentriknya.

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika


Institut Teknologi Sumatera Kelompok 8

4.10 Saran

1. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan percobaan pada


praktikum agar kesalahan dalam praktikum dapat diminimalisir.
2. Praktikan harus lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum agar
alat-alat praktikum tidak rusak.
3. Praktikan harus lebih serius dalam melakukan praktikum.

4.11 Daftar Pustaka

Team Laboratorium Hidro-Teknik. 2018. Pedoman pelaksanaan


Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika. UNILA: Bandar
Lampung.
Triatmodjo, Bambang. 1995. Hidraulika 1. Yogyakarta: Beta Offest.
Team Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air. 2015. Panduan
Pratikum Mekanika Fluida dan Hidrolika SI-2131. Bandung: ITB.

Laporan Mekanika Fluida Dan Hidrolika

Anda mungkin juga menyukai