Anda di halaman 1dari 220

i

Modul 2 Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia


Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan Aplikasinya Dalam
Pembelajaran IPS.

Penulis :
Fredy Hermanto S.Pd.,M.Pd

ISBN :

Editor:
Dr. Rudy Gunawan, M.Pd.
Dr. Huriah Rachmah, M.Pd

Penyunting :

Desain Sampul dan Tata Letak : Amelia Abdul Malik

Penerbit : Kemendikbud

Redaksi : Jl. Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal


Sudirman, Jakarta Pusat 10270

Distributor Tunggal:
Cetakan Pertama : 2019
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas karunia rahmat dan petunjuknya kepada
kepada penulis sehingga modul dua ini dapat terselesaikan.

Harapan penulis, semoga modul ini dapat bermafaat dan membantu pembaca dalam
melaksanakan program PPG. Modul Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan
Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS ini, merupakan modul ke dua dari enam
modul pendalaman materi pada mata pelajaran IPS. Dalam modul dua ini terdapat
empat kegiatan belajar, yang pada masing-masing kegiatan belajar terdapat tes
formatif serta tes sumatif untuk seluruh kegiatan belajar

Penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan yang telah mendukung serta membantu penulis untuk menyelesaikan
modul dua ini. Serta kepada pihak-pihak lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa modul ini belum sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan, baik secara materi maupun susunan bahasanya. Sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kempurnaan modul dua ini.

November 2019
Penulis

iii
DAR2/Profesional/100/2/2019
PENDALAMAN MATERI

MODUL 2 PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 1 : PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN


DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL DAN PENDUDUKAN JEPANG

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

iv
Daftar Isi
KB 1 Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Pergerakan Nasional Dan Pendudukan Jepang
A Pendahuluan …………………………………………………….. vii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… Ix
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. ix
D Uraian Materi ……………………………………………………. 1
E Rangkuman ……………………………………………………… 40
F Tes Formatif KB 1 ………………………………………………. 41
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 45
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 ……………………………… 45

v
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 1 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan
Nasional dan Pendudukan Jepang. Pada KB 1 ini terdiri atas Pendahuluan,
Capaian Pembelajaran (CP), Sub-Capaian Pembelajaran, Uraian Materi,
Rangkuman, Tes formatif, Daftar pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB
1, semoga saudara suskes selalu.
Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak
didapatkan dengan mudah. Banyak korban baik itu berupa jiwa, harta, benda
maupun pikiran dan ide yang muncul dari rakyat Indonesia demi mendapatkan
kemerdekaan. Gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dimulai dari
munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia, hingga kemudian
masuknya Jepang ke Indonesia, yang kemudian perjuangan mencapai
puncaknya saat proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno dan
Hatta. Pada modul ini anda akan mendapatkan materi mengenai kehidupan
bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional sampai kemerdekaan. Materi
yang ada pada modul ini antara lain adalah politik etis dan pergerakan nasional,
sifat organisasi pergerakan nasional, pendudukan Jepang, dan kronologi
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi
Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS yang sedang saudara ikuti saat ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah
belajar sebagai berikut ini:
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian terhadap materi Perubahan Dan Kesinambungan
Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional
Sampai Reformasi yang telah ada.

vi
3. Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajarnya dengan seksama.
4. Keberhasilan proses belajar saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5. Bila saudara menemui kesulitan, silahkan hubungi
Instruktur/widiaiswara pembimbing atau fasilitator yang akan
mengajar saudara.
Selamat belajar, semoga saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal saudara mengajar dengan baik.

Penulis, September 2019

vii
B. Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian pembelajaran yang akan saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah saudara mampu menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia
pada masa pergerakan nasional sampai kemerdekaan.
C. Sub-Capaian Pembelajaran
Setelah saudara mempelajari modul ini secara mandiri, maka saudara akan
memiliki kemampuan :
1. Mampu menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia pada masa pergerakan
nasional sampai kemerdekaan.
2. Mampu menganalisis hubungan antara politik etis dan munculnya
pergerakan nasional.
3. Mampu membandingkan sifat perjuangan organisasi pergerakan nasional
4. Mampu membandingkan sifat perjuangan tokoh nasional pada masa
pendudukan Jepang.
5. Mampu menjelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

viii
D. Uraian Materi
1. Politik etis (Trias Politika Van De Venter)
Peperangan di tanah koloni membuat Belanda mengalami kerugian
ekonomi begitu besar. Pemerintah Belanda mengirimkan Gubernur Jenderal
yang baru yakni Johannes Van Den Bosch ke daerah koloni (dalam hal ini
Indonesia) untuk mengatasi kemelut ekonomi tersebut. Van Den Bosch
mengeluarkan satu sistem budi daya tanaman yang dikenal dengan
kebijakan cultuurstelsel yang kemudian dikenal dengan sebutan sistem
tanam paksa. Kebijakan sistem tanam paksa tersebut berisi : (1) Penduduk
desa diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya atau lebih, untuk ditanami
tanaman dagangan yang dapat dijual dipasaran dunia, (2) Tanah yang
disediakan untuk penanaman tanaman dagangan itu dibebaskan dari
pembayaran pajak tanah, (3) Tanaman dagangan hasilnya harus diserahkan
kepada pemerintah Hindia Belanda. Setiap kelebihan hasil tanaman dari
jumlah pajak yang harus dibayar, akan dibayarkan kembali kepada rakyat,
(4) Wajib tanam paksa dapat diganti dengan penyerahan tenaga untuk
pengangkutan dan pekerjaan di pabrik, (5) Kegagalan panen akan menjadi
tanggungan pemerintah, (6) Penggarapan penanaman tanaman dagangan
tersebut dibawah pengawasan langsung dari kepala-kepala pribumi. Kepala-
kepala Belanda mengawasi secara umum jalannya penggarapan sampai
pengangkutannya.
Dalam pelaksanaannya sistem tanam paksa tersebut tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku. Beberapa penyimpangan yang muncul antara
lain, : (1) lebih dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah
dari sawah milik pribumi digunakan sebagai area tanam paksa, (2) Tanah
yang digunakan untuk penanaman tetap dikenakan pajak sehingga tidak
sesuai dengan perjanjian, (3) kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada
rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda
dengan harga yang sangat murah, (4) Waktu untuk bekerja untuk tanaman
yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah

1
ditentukan. Akibat dari penyimpangan aturan dalam sistem tanam paksa
tersebut menimbulkan kerugian serta penderitaan yang cukup besar bagi
kaum pribumi. Penderitaan fisik dan mental menimbulkan kemiskinan dan
kematian diberbagai daerah koloni, sementara bagi Belanda sistem tersebut
tentunya sangat menguntungkan mereka, kondisi perekonomian mereka
kembali pulih.
Penderitaan kaum pribumi akibat dari diberlakukannya sistem tanam
paksa oleh Belanda mulai mendapatkan perhatian dari beberapa kelompok
di negeri Belanda. Sebagian orang Belanda sudah mulai prihatin terhadap
kesejahteraan dan status pribumi. Bangsa Indonesia membutuhkan sebuah
perubahan kehidupan perekonomian dan pendidikan. Kaum etis yang
dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan
Conrad Theodore Van Deventer (politikus) mengkritik kebijakan
pemerintah Belanda kepada kaum pribumi di Indonesia. Van De Venter
yang menulis pada majalah De Gids tahun 1899. Dia mengatakan bahwa
Indonesia telah berjasa membantu pemerintah Belanda memulihkan
keuangannya meskipun dengan penuh pengertian, oleh sebab itu sudah
sewajarnya kalau kebaikan orang Indonesia itu dibayar kembali. Oleh
karena itu menurut Van De Venter, hutang budi itu harus dibayar dengan
peningkatan kesejahteraan melalui triasnya yang terdiri dari Irigasi, Edukasi
dan emigrasi. Trias tersebut kemudian pada tahun 1901 oleh Ratu
Wihelmina dijadikan sebagai kebijakan Belanda terhadap Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan sebutan politik etis Belanda.

Politik etis Belanda berisi :


1. Irigasi (Pengairan). Kebijakan ini bertujuan untuk mengairi lahan
pertanian inlander (penduduk pribumi) dengan membangun dan
memperbaiki saluran pengairan dan bendungan. Pengairan diperlukan
agar rakyat dapat mengairi lahan pertaniannya dengan mudah.
2. Edukasi (Pengajaran) Kebijakan edukasi yaitu kebijakan memperluas
kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran.

2
3. Migrasi (Perpindahan Penduduk) Migrasi atau perpindahan penduduk
merupakan kebijakan politik etis pemerintah Belanda dengan mengajak
penduduk untuk bertransimigrasi ke daerah lain guna memenuhi
kebutuhan di wilayah pertanian dan perkebunan milik Belanda.

Kebijakan politik etis yang dibuat oleh Belanda sepertinya akan


menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Akan tetapi dalam pelaksanannya
terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh pihak Belanda sendiri.
Beberapa penyelewengan tersebut antara lain :
1. Bidang irigasi. Pelaksanan politik etis dalam bidang irigasi atau
pengairan awalnya ditujukan untuk mengairi lahan para pendudukk
pribumi, namun pada pelaksanaanya ternyata hanya digunakan untuk
mengairi tanah-tanah yang subur yang digunakan sebagai lahan
perusahaan swasta Belanda. Sementara lahan rakyat tidak diairi.
2. Bidang edukasi. Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah
sebagai bentuk pelaksanaan politik etis. Namun ternyata terdapat
penyimpangan di lapangan. Pendidikan ternyata digunakan oleh Belanda
untuk mendapatkan pegawai pemerintahan dengan gaji yang murah.
Pendidikan yang sejatinya diperuntukan kepada seluruh rakyat Indonesia
ternyata hanya dapat dinikmati oleh anak-anak pegawai negeri dan anak
orang kaya. Selain itu juga terjadi diskriminasi pendidikan yaitu adanya
perbedaan tempat belajar, yaitu satu kelas berisi anak-anak pegawai
negeri dan golongan orang kaya, sedangkan di kelas lain diisi oleh anak-
anak pribumi pada umumnya.
3. Bidang emigrasi. Pelaksanaan politik etis bidang migrasi terjadi
penyelewengan yaitu perpindahan penduduk ke luar Jawa hanya
ditujukan ke daerah perkebunan milik Belanda. Migrasi atau perpindahan
penduduk ini bertujuan menetap karena migrasi ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Tidak sedikit rakyat yang
mengikuti program ini memilih untuk melarikan diri dari perkebunan.
Namun pemerintah Belanda mengeluarkan aturan Poenale Sanctie yaitu

3
peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan
dicari oleh polisi dan akan diserahkan kembali kepada mandornya.
Dampak dari diberlakukannya politik etis yang dilakukan Belanda
memang pada akhirnya banyak merugikan rakyat Indonesia pada saat itu.
Akan tetapi Indonesia sendiri sebenarnya mendapatkan keuntungan dari
kebijakan tersebut, terutama dalam hal pendidikan. Edukasi atau pendidikan
dinilai sebagai jalan satu-satunya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki
nasib rakyat, karena dengan adanya perbaikan pendidikan maka nasib rakyat
akan menjadi lebih baik. Perkembangan pendidikan menjadi faktor
pendorong terjadinya perubahan sosial karena berdampak pada perubahan
struktur dalam masyarakat
Pemberlakuan politik etis di Hindia Belanda melahirkan sekolah-
sekolah bagi kaum pribumi. Bukan hanya sekolah rendah, tetapi dibangun
pula sekolah menengah, sekolah keguruan, dan sekolah tinggi. meskipun
pengajaran di sekolah-sekolah tersebut hanya diperuntukkan bagi anak laki-
laki, sedangkan bagi anak-anak perempuan hanya memperoleh pendidikan
di rumah dan di lingkungan keluarga. Anak-anak perempuan dididik untuk
mempersiapkan diri menjadi ibu rumah tangga, mereka diharuskan belajar
memasak, menjahit, dan membatik yang merupakan rutinitas di rumah
Pendidikan yang diberikan kepada rakyat pribumi ternyata telah
melahirkan kelompok elit intelektual. Mereka yang mendapat yang
mendapat pendidikan barat ini bukan saja menyerap ilmu pengetahuan
barat, tetapi sekaligus juga membangkitkan kesadarannya sebagai bangsa.
Dari kalangan intelektual inilah muncul tokoh-tokoh pergerakan
kebangsaan yang melahirkan berbagai organisasi pergerakan pada zaman
Hindia Belanda.
Pendidikan yang berkembang pada masa kolonial adalah salah satu
bentuk modernisasi sehingga masyarakat yang bersifat tradisional kemudian
mengalami transisi ke arah modern. Tingkat literasi dan pengetahuan
masyarakat meningkat, serta muncul sektor pekerjaan baru yang
memerlukan keterampilan. Output dari pendidikan dapat menempati sektor

4
pekerjaan baru tersebut sehingga mereka mengalami perubahan status
sosial. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang bersifat modern
mulai bermunculan seiring diperkenalkannnya ide kemajuan oleh
intelektual-intelektual baru yang telah mengubah cara pandang masyarakat
sekitarnya untuk terlepas dari belenggu penjajahan kolonial.

2. Organisasi Pergerakan Nasional


Salah satu keuntungan yang didapat oleh rakyat Indonesia dari
kebijakan politik etis yang dibuat oleh Belanda dalam bidang pendidikan.
Kaum pribumi (sebutan bagi rakyat Indonesia oleh Belanda) pada saat itu
tidak hanya mendapatkan pendidikan dalam hal administrasi yang
membantu Belanda saja namun juga mendapatkan pemahaman untuk
melepaskan diri dari belenggu feodalisme dan penjajahan yang semena-
mena. Terbukanya wawasan mereka mengenai peristiwa-peristiwa dunia
menimbulkan semangat untuk mengubah nasib mereka menjadi lebih baik,
hal tersebut menjadi bibit-bibit timbulnya kelompok-kelompok intelektual
yang akan berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan
menghilangkan penjajahan terhadap sesama melalui berbagai organisasi-
organisasi perjuangan yang mereka dirikan.
Selain adanya efek tidak langsung dari kebijakan politik etis yang di
terapkan oleh Belanda, berikut ini adalah faktor-faktor penyebab munculnya
organisasi pergerakan nasional :
a. Faktor Intern
1) Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan dan
kesengsaraan sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.
2) Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman
Sriwijaya dan Majapahit.
3) Munculnya kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin
pergerakan nasional.
b. Faktor ekstern
1) Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di
India.

5
2) Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.
3) Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan
membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-
bangsa Barat.
4) Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang
masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan
nasionalisme mempercepat timbulnya nasionalisme Indonesia.
Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, kelompok elite nasional
menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus
dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Baik pendidikan,
perjuangan politik, maupun perjuangan sosial budaya dilakukan secara
organisasi. Berberapa organisasi yang muncul sebagai titik permulaan
kesadaran nasional untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta
merdeka, antara lain :
a. Boedi Oetomo
Pada tahun 1907 Dr. Wahidin seorang tokoh cendikiawan yang
merasa bertanggung jawab atas kebodohan dan keterbelakangan
bangsanya melakukan kunjungan ke sekolah STOVIA (salah satu
lembaga pendidikan yang menghasilkan priyayi rendah Jawa). Siswa di
sana sangat bersemangat dan memberikan tanggapan yang baik atas
kedatangan Dr. Wahidin. Bersama beberapa siswa STOVIA seperti
Soetomo dan Goenawan Mangunkusumo, Dr. Wahidin mengadakan
perjalanan keliling Pulau Jawa untuk menghimpun dana pendidikan.
Usaha yang dilakukan oleh Dr. Wahidin itu mendapat simpati yang besar
dari semua kalangan. Mereka yang kebetulan memiliki uang dengan
sukarela memberikan sumbangannya. Setelah diadakan rapat-rapat untuk
membicarakan lebih jauh rencana mereka, pada tanggal 20 Mei 1908
bertempat di jalan Abdulrahman Saleh 26 Jakarta terbentuklah suatu
perkumpulan yang dinamakan Boedi Utomo, yang diketuai oleh
Soetomo. Hingga kini tanggal lahirnya Boedi Oetomo dijadikan sebagai
hari kebangkitan nasional.

6
Gambar 1. Pendiri Boedi Oetomo
Sumber : https://bit.ly/2Ji75XP

Sejak berdirinya sampai pada kongresnya yang pertama dalam bulan


Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan
Stovania sebagai intinya Tujuannya dirumuskan secara Samar-samar
yaitu "kemajuan hindia" dan jangkauan geraknya sangat terbatasas pada
Jawa dan Madura. Cabang Boedi Oetomo berdiri di Jakarta, Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. Kemajuan
yang ingin dicapai adalah dalam hal pengajaran, pertanian, peternakan
dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu).
Untuk mengkonsolidasikan diri, Boedi Oetomo mengadakan
kongres pertama di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908 Setelah melalui
Perdebatan yang panjang diambil keputusan sebagai berikut :
1) Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
2) Kegiatan terutama ditujukan kepada bidang pandidikan dan
budaya.
3) Ruang gerak terbatas hanya pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres juga memutuskan susunan pengurus yang besar, R.T.
Tirtokusumo Bupati Karanganyar ditunjuk sebagai ketua dan pusat

7
organisasi di Yogyakarta. Karena tidak melibatkan diri dalam bidang
politik dan dipandang tidak berbahaya maka sebagai organisasi Boedi
Oetomo disyahkan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai badan
hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa organisasi itu akan
melancarkan aktivitasnya secara luas. Sifat awal dari organisasi ini
adalah kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1909
dengan jumlah 40 cabang, Boedi Oetomo memiliki 10.000 jumlah
anggota.
Dalam rapat umumnya tanggal 5-6 Agustus 1915 Boedi Oetomo
mengeluarkan mosi tentang perlunya milisi untuk bangsa Indonesia akan
tetapi hal itu diperlukan undang-undang dan ditetapkan oleh parlemen,
berdasarkan kekhawatiran akan munculnya intervensi kekuasaan asing
lain, Boedi Oetomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan
menjadi organisasi pertama yang menyokong gagasan wajib militer bagi
penduduk pribumi.
Gagasan itu disebut Indie Weerbaar atau kesanggupan Hindia
Belanda membela diri. Pertahanan bagi Hindia Belanda (sebutan
Indonesia pada masa tersebut) dipandang sangat penting untuk
mengantisipasi kemungkinan serangan Jepang. Kekhawatiran seperti itu
memang beralasan mengingat Jepang telah menunjukkan perilaku
ekspansinya ke berbagai negara.
Gubernur Jendral dari Idenburg ke J.P. Graff Van Linburg Stirum
juga menjadi salah satu sebab terjadinya perubahan orientasi Budi
Utomo. J.P. Graff Van Linburg Stirum dikenal bukan ahli urusan Hindia.
Van Linburg Stirum juga dikenal sebagai diplomat yang berhaluan
liberal. Pengangkatannya di Hindia semakin mendorong semangat Boedi
Oetomo untuk terjun ke ranah politik.
Pada 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia Belanda yang
diprakarsai oleh Gubernur Jendral J.P. Van Limburg Stirum bersama
dengan Menteri Urusan Koloni Belanda; Thomas Bastiaan Pleyte
dibentuklah Volksraad (dewan rakyat). Menurut ketetapan undang-

8
undang, Volksraad terdiri atas anggota anggota sebagai berikut, Ketua
diangkat oleh Ratu, Sembilan belas anggota dipilih oleh anggota dewan
daerah dan dewan kota; diantara mereka sepuluh orang adalah pribumi
dan sembilan adalah Eropa, Sembilan belas juga dipilih oleh gubernur
jendral atas nasihat dewan Hindia Belanda; dari sembilan belas ini lima
adalah pribumi, dan empat belas adalah Eropa.
Boedi Oetomo menutus perwakilannya untuk duduk didalam dewan
rakyat tersebut. Dengan adanya anggota Boedi Oetomo yang duduk
didalam dewan rakyat maka dapat dikatakan bahwa orientasi organisasi
Boedi Oetomo telah berubah haluan memasuki ranah politik, pada tahun
1918, dan bergabung dengan S.I. Insulinde dan ISDV dalam badan
“Radicale Concentratie”. Dalam kongres bulan April 1931 yang
diadakan di Jakarta Boedi Oetomo merubah anggaran dasarnya dengan
membuka bagi semua golongan bangsa Indonesia ejaan namanya juga
diubah menjadi Budi Utama. Dalam konperensi bulan Desember yang
diadakan di Solo tahun 1932 diubah tujuan Boedi Utomo secara radikal
yaitu berusaha mencapai Indonesia Merdeka. Lahirnya Boedi Oetomo,
telah mendorong berdirinya organisasi-organisasi pergerakan lainnya
yang menyebabkan terjadinya perubahan sosio-politik Indonesia.
b. Serekat Islam
Tahun 1911 di Kota Solo, Hadji Samanhudi mendirikan Sarekat
Dagang Islam. Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan
dagang antara penduduk pribumi dengan penduduk Cina (Tionghoa)
peranakan. Kemajuan yang sangat pesat dapat di capai oleh orang-orang
Cina dalam hal perdagangan kain dan sikap superioritas orang-orang
Cina terhadap kalangan pribumi, sehubungan dengan revolusi Sun Yat
Sen tahun 1911 yang menimbulkan perasaan tinggi hati mereka, dan tak
lupa, keahlian mereka dalam memonopoli harga kain batik, semakin
menambah kejengkelan para pedagang pribumi, sehingga merasa sangat
dirugikan sekali dengan adanya peristiwa tersebut. Dasar dalam

9
perkumpulan Sarekat Dagang Islam adalah dasar agama (yakni Islam)
dan perekonomian.

Gambar 2. H. Samanhudi
Sumber : https://bit.ly/2K950yz
Periode pertama dari Sarekat Dagang Islam ditandai oleh perhatian
terhadap masalah-masalah organisasi, termasuk didalamnya usaha
mencari pimpinan, penyusunan anggaran dasar dan hubungan antara
organisasi pusat dengan organisasi daerah, mereka mencari Haji Oemar
Said Tjokroaminoto, untuk bekerjasama pada tahun 1912. Kongres
Sarekat Islam pertama kali diadakan pada bulan Januari 1913 di Surabaya
H.Oemar Said Tjokroaminoto terpilih sebagai ketua Sarekat Dagang
Islam dan merubah nama organisasi menjadi Sarekat Islam. Tujuan
Syarikat Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: (a) Mengembangkan
jiwa dagang, (b) Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan
dalam bidang usaha, (c) Memajukan pengajaran dan semua usaha yang
mempercepat derajat rakyat, (d) Memperbaiki pendapat- pendapat keliru
tentang agama Islam, (e) Hidup menurut perintah agama.

10
Gambar 3. H.Oemar Said Tjokroaminoto
Sumber : https://bit.ly/2HJqVOz
Sarekat Islam merupakan gerakan rakyat yang pertama di
Indonesia, yang dalam waktu singkat dapat menarik ribuan anggota yaitu
pada tahun 1914 mencapai lebih dari 360.000 anggota. Hal tersebut
membuat pemerintah Belanda bereaksi, GJ. Idenburg mengatasi reaksi
dari orang Belanda dengan membuat kanalisasi yakni mengurangi
desakan kuat sehingga tidak timbul satu kekuatan besar yang dapat
menghancurkan eksistensi pemerintah Belanda, hasilnya adalah Serekat
Islam hanya dapat menjalankan organisasinya hanya pada tingkat lokal
saja. Namun hal tersebut tidak menyurutkan rakyat untuk bergabung,
sesudah lebih 50 cabang SI berdiri, tahun 1915 di Surabaya didirikan
Central Sarekat Islam, maksudnya Badan Central ini membantu SI
daerah mengadakan dan memelihara perhubungan dan pekerjaan
bersama. Tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan Kongres yang ketiga di
Bandung ini dinamakan kongres (S.I) Nasional yang pertama 80 SI
daerah mengirimkan utusan dengan jumlah anggota 360.000 jumlah
semua anggota pada waktu itu kurang lebih 800.000.
Kongres dipimpin oleh Cokroaminoto dengan menambahkan kata
nasional berarti SI mengarah kepada persatuan yang teguh dari semua

11
golongan bangsa Indonesia dan di bawa ke tingkat “nation” dengan cara
evolusi, sehingga mencapai pemerintahan sendiri, atau setidak-tidaknya
ikut serta dalam pemerintahan Indonesia, dengan menyokong pemerintah
dengan pemerintahan sebelum akhirnya mencapai pemerintahan sendiri.
Pada kongres SI kedua di Jakarta tahun 1917 muncul aliran
revolusioner sosialistis yang dipimpin oleh Semaun, ia menjabat sebagai
ketua SI cabang semarang. Hasil kongres SI adalah membentuk
pemerintahan sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme
jahat. Dalam kongres itu diputuskan tentang keikutsertaan partai dalam
Volksraad, yakni Cokroaminoto dan Abdul Muis. Kongres SI ketiga di
Surabaya tahun 1918 pengaruh Semaun makin menjalar ke tubuh SI ia
berpendapat bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah-
dengan yang dijajah tapi antara kapitalis-buruh. Ia memobilisasi buruh,
tani dan sarekat sekerja untuk memperkuat posisi partai dalam
menghadapi penjajah dan dia melancarkan kritik terhadap kebijakan SI
Pusat yang menimbulkan perpecahan. Dalam kongres Luar biasa CSI
tahun 1921 diputuskan tentang disiplin partai, artinya golongan Semaun
dan Darsono harus keluar dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun
dari SI, maka SI terpecah menjadi dua ada SI putih yang berasaskan
kebangsaan dan keagaamaan dibawah Cokroaminoto dan SI merah yang
berasaskan komunis dibawah pimpinan Semaun yang berpusat di
Semarang.
Kongres ketujuh 1923 di Madiun diputuskan SI Pusat digantikan
menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), dan SI merah menyatakan bernaung
di bawah Sarekat Rakyat yang merupakan naungan PKI. Periode 1911-
1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan
evolusioner, artinya SI mengadakan politik kerjasama dengan
pemerintah kolonial, namun setelah 1923 SI menempuh garis perjuangan
nonkooperatif, Kongres PSI 1927 menegaskan bahwa tujuan PSI adalah
perjuangan kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam, karena itu
ia bergabung dengan Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan Poltik

12
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Tahun 1927 nama partai sarekat Islam
di Tambah Indonesia untuk menunjukkan perjuangan kebangsaan,
perubahan itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri
Belanda. Perselisihan antara Cokroaminoto yang menekankan
keagaaman dan Sukiman yang menekankan perjuangan kebangsaan
akhirnya dr. Sukiman keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam
Indonesia (PARI), perpecahan ini makin melemahkan PSII karena di lain
pihak Kartosuwiryo juga membuat PSII berasaskan keislaman, serta PSII
Abikusno yang berasakan kebangsaan dari PARI dr. Sukiman.
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah
Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya non politik. Muhammadiyah
bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada
tercapainya kebahagiaan lahir batin.

Gambar 4. Kiai Haji Ahmad Dahlan


Sumber : https://bit.ly/2qQzQUN
Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut : (1) memajukan
pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam, (2)
mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam.

13
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut: (1) mendirikan sekolah-sekolah
yang berdasarkan agama Islam (dari TK sampai dengan perguruan
tinggi), (2) mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim,
dan masjid, (3) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai
dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan
memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenarnya.
Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan
wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut
Hizbut Wathon ( HW ). Sejak berdiri di Yogyakarta (1912)
Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai
tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di
Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710
cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
d. Indische Partij
Organisasi ini didirikan oleh Douwes Dekker yang memilik nama
lain yakni Setiabudhi di Bandung 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Beliau bekerja sama
dengan dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara). Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-
citanya lebih disebarluaskan kemana-mana melalui surat kabar, terutama
de-Express.

14
Gambar 5. Tiga Pendiri Indische Partij
Sumber : https://bit.ly/2K9gTo2
Ditegaskan bahwa nasib dan masa dapan mereka yang ada di
Indonesia terletak di tangan mereka sendiri, karena itu kolonialisme
harus dihapuskan. Dalam musyawarah wakil-wakil daerah Indische
Partij di Bandung pada bulan Desembar 1912, tersusunlah anggaran
dasar dan program kerja telah tergambar sifat nasionalis yang radikal
yang bertujuan untuk membangun patriotisme Indiers terhadap tanah
air, menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi antar semua
golongon untuk memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nosional,
maupun mempersiapkan diri bagi kemajuan rakyat yang merdeka.
Untuk mensukseskan cita-cita Indische Partij, dalam program
kerja telah ditetapkan diambil langkah-langkah sebagai berikut : (1)
Meresapnya cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia), (2)
Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang
pemerintahan maupun masyarakat, (3) Memberantas usaha-usaha
yang membangkitkan kebencian antar agama yang satu dengan yang
lain, (4) Memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, (5)
Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia, (6) Dalam hal pengajaran, kagunaannya harus ditujukan untuk
kepentingan ekonomi Hindia, (7) Memperbaiki keadaan ekonomi
bangsa Hindia, terutama dengan mamperkuat mereka yang

15
ekonominya lemah. Pasal-pasal ini pula yang membuktikan bahwa
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia dalam waktu
singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang
7000 orang kebanyakan orang Indonesia
Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada Pemerintah
untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret
1913 ditolak dengan alasan organisasi ini bersifat politik dan
mengancam hendak merusak keamanan umum. Pada bulan Agustus
1913 Kemudian tiga orang tokoh utama Indische Partij di asingkan
oleh pemerintah Belanda karena kegiatannya. Mereka itu adalah
Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, Dr.Cipto Mangun Kusumo,
namun selama dalam pengasingan mereka tetap berusaha untuk
menamkan jiwa nasionalisme dan menggerakkan orang Indonesia di
Negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka. Dengan
diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka kegiatan
Indische Partij makin menurun. Selanjutnya, Indische Partij berganti
nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi
menjadi National Indische Partij (NIP). NIP tidak pernah mempunyai
pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya
merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.
e. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Boedi Oetomo, namun sejak kongresnya yang pertama
perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai
negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi
tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7
Maret 1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui
oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan oeganisasi pemuda yang
pertama yang anggotanya terdiri atas para siswa sekolah menengah
berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan

16
mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah
sebagai berikut : (1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi
bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan, (2)
menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya, (3)
membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan
budaya.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara.
Adapun tujuan yang sebenarnya adalah seperti apa yang termuat
dalam majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan
jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa,
Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena sifatnya yang masih
Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa)
kurang senang. Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di
Solo pada tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java
(Pemuda Jawa).

Gambar 6. Jong Java.


Sumber : https://bit.ly/2vxdvA8
Sesuai dengan anggaran dasarnya, Jong Java ini bertujuan untuk
mendidik para anggotanya supaya kelak dapat menyumbangkan
tenaganya untuk membangun Jawa raya dengan jalan mempererat

17
persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada budaya
sendiri. Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di
daerah lain juga membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong
Sumatra Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes,
Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbond,
dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih bersifat
kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
Jong Java kemudian punya peran besar dalam peristiwa Sumpah
pemuda pada tahun 1928.
f. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan
nasional yang berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia
didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang
menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang tinggal di Negeri
Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri
pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang
bersifat sosial. Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan
komunikasi antar mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri
Belanda. Indische Vereeniging (IV) pada 3 Februari 1925 berubah
namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Dalam majalah Indonesia
Merdeka, ditulis bahwa perubahan nama ini diharapkan dapat
memurnikan organisasi dan mempertegas prinsip perjuangan
organisasi.

18
Gambar 7. Pendiri Perhimpunan Indonesia.
Sumber : https://bit.ly/2HlK99k
Dalam rapat umum 1923 organisasi ini menyepakati tiga asas
pokok organisasi yaitu: (a) Indonesia menentukan nasib sendiri,
(b) untuk itu Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan
sendiri, (c) untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa
Indonesia harus bersatu. Berkembangnya paham marxisme,
leninisme, dan sosialisme di Eropa mengenai perjuangan kelas dan
konflik antara kaum kapitalis dan kaum proletar telah mempengaruhi
cara pandang tokoh-tokoh pergerakan nasional yang tinggal di
Belanda, Eropa. Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional, paham-
paham tersebut diaplikasikan dalam ideologi pergerakan nasional.
Mereka memandang bahwa rakyat negeri jajahan adalah sebagai
kaum proletar yang tertindas akibat imperialisme yang identik dengan
kapitalisme.
Tokoh pergerakan, seperti Semaun, dibuang ke Amsterdam,
Mohammad Hatta, Ali Sastroamidojo, Gatot Mangkupraja, dan
Subarjo adalah penganut paham-paham baru dari Eropa tersebut.
Paham tersebut telah memberikan dorongan kepada mahasiswa dalam
menumbuhkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dengan

19
Belanda. Dalam melakukan kegiatan politiknya, para mahasiswa
Indonesia di Belanda sering mengadakan pertemuan, diskusi ilmiah
dan politik diantara mereka sendiri serta dengan berbagai mahasiswa
lainnya di negeri Belanda. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
persamaan pandangan serta menggalang simpati baik dari Indonesia,
dunia internasional, maupun dari orang Belanda sendiri tentang
Indonesia merdeka. Oleh karena itu, Perhimpunann Indonesia
menganjurkan agar semua organisasi pergerakan nasional menjadikan
konsep Indonesia merdeka sebagai program utamanya. Seruan
mahasiswa Indonesia di negeri Belanda terhadap organisasi
pergerakan di Indonesia untuk meningkatkan aktifitas politik
mendapat sambutan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah PKI.
Pada November 1926, komite revolusioner PKI mengadakan
pemberontakan di Jawa Barat. Januari 1927, PKI juga mengulangi
aksinya di pantai barat Sumatra. Namun kedua aksi ini mengalami
kegagalan. Pemberontakan PKI yang gagal di Banten dianggap
tanggung jawab PI di Negeri Belanda. Setelah terjadi pemberontakan
tersebut pemerintahan kolonial Belanda berusaha menangkap para
pemimpin PI di Belanda. Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia,
seperti Ali Sastroamidjojo, Abdul Karim, M Jusuf, dan Moh. Hatta
dianggap memiliki hubungan dekat dengan Moskow, sebagai markas
gerakan comintern. Akibat tuduhan itu mereka ditangkap, kemudian
diadili atas tuduhan makar terhadap pemerintah. Karena pembelaan
mereka, akhirnya mereka dibebaskan setelah tidak terbukti terlibat
dalam pemberontakan tersebut. Dalam pidato pembelaannya, mereka
menjelaskan bahwa Perhimpunan Indonesia hanya sekedar
membicarakan kemungkinan tindak kekerasan, kecuali pemerintah
Belanda memikirkan tentang kemerdekaan Indonesia.
g. GAPI (Gabungan Politik Indonesia)
Gapi merupakan organisasi payung dari berbagai organisasi dan
partai politik diantaranya, Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa,

20
Partai Islam Indonesia, Partai Katolik Indonesia, Pasundan, dan PSII.
Pimpinan Gapi dipegang oleh M. Husni Thamrin, Amir Syarifuddin,
Abikusni Tjokrosujono.

Gambar 8. M H Thamrin
Sumber : https://bit.ly/2HlK99k
Alasan yang mendorong dan mempercepat terbentuknya GAPI,
ialah (1) Kegagalan Petisi Sutardjo, (2) Sikap pemerintah kolonial
yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia, (3) makin
gawatnya situasi internasional sebagai akibat perkembangan fasisme.
Pada 14 September 1940 Belanda membentuk suatu komisi yang
bertugas untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan
ketatanegaraan. Komisi tersebut dikenal dengan Komisi Visman,
karena diketuai oleh Dr. F.H. Visman. Pembentukan komisi ini ditolak
oleh anggota Volksraad, terlebih oleh GAPI, karena berdasarkan
pengalaman akan komisi sejenis pada tahun 1918 yang tidak
menghasilkan apa-apa bagi perbaikan nasib Indonesia. Untuk
memperjelas tuntutan maka GAPI membentuk suatu panitia yang
bertugas menyusun bentuk dan susunan ketatanegaraan Indonesia.
Hasil panitia itu kemudian disampaikan dalam pertemuan antara
wakil-wakil GAPI dengan Komisi Visman pada 14 Februari 1941.
Pertemuan tersebut ternyata tidak menghasilkan hal-hal baru yang
menuju perubahan ketata negaraan Indonesia.

21
h. PARINDRA
Partai Indonesia Raya didirikan dengan tujuan meraih Indonesia
yang mulia dan sempurna namun memang sedikit menyimpang dari
partai politik seperjuangannya. Hal ini dapat dimaklumi karena
Parindra berdiri dengan bergabungnya beberapa organisasi non politik
dari masyarakat pelajar. Di antaranya adalah Serikat Ambon, Serikat
Celebes, beberapa serikat pemuda lain dari wilayah di Indonesia.
Tetapi yang paling berpengaruh adalah adanya campuran sejarah
berdirinya Boedi Oetomo yang akhirnya mengalami peleburan ke dalam
organisasi ini.

Gambar 9. Tokoh Parindra


Sumber : https://bit.ly/2HmQ2mX
Parindra berupaya meletakkan kekuasaannya dalam dewan
perwakilan Volksraad agar dapat menyuarakan pendapat-
pendapatnya mengenai pemerataan keadilan. Keinginginan ini
nantinya terkabul dengan duduknya Moh. Husni Thamrin di kursi
Volksraad untuk menciptakan kritik bagi pemerintah kolonial agar
menjalankan pemerintahannya dengan lebih manusiawi. Beberapa
petisi ditolak oleh Husni Thamrin dari Parindra.
Partai ini bergerak sangat lancar. Kelancarannya tidak lepas dari
izin pemerintah Belanda yang ketika itu dipegang oleh Jenderal Van
Starkenborg sebagai pemimpin pengganti De Jonge yang mengakhiri
jabatannya di tahun 1936. Memang sejak awal pendiriannya, Parindra

22
menjadi organisasi kooperatif yang terbuka dengan kerjasama
eksternal. Parindra tidak menutup diri dengan tawaran-tawan
pemerintah Belanda untuk bergerak seiringan. Di tahun 1937, Partai
Indonesia Raya meraup pendukung sampai 4.600 orang anggota dan
terus membesar hingga masa penjajahan kolonialis berganti masuk ke
dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia. Parindra terus bertahan
meskipun iklim politik berubah. Organisasi partai ini memiliki
pengikut hingga 19.500 orang di tahun 1941. Parindra
menyelenggarakan kongresnya pada tanggal 24-27 Desember 1948
dan menghasilkan beberapa ketegasan. Dengan tanpa kompromi,
Parindra tidak mau menerima anggota yang berasal dari non Indonesia
alias peranakan campuran. Mereka mengambil fokus perjuangan pada
masalah perekonomian rakyat yang masih mengundang iba serta
berusaha menumbuhkan kemauan penduduk Jawa agar melakukan
transmigrasi ke pulau-pulau lainnya demi kehidupan yang lebih stabil
lagi. Mereka sadar bahwa terlalu banyaknya penduduk berpengaruh
pada sulit tidaknya pembangunan yang dilakukan.

3. Pendudukan Jepang
a. Masuknya Jepang ke Indonesia
Jepang dengan mudah menguasai daerah-daerah di Asia Pasifik
termasuk Indonesia karena beberap faktor, diantaranya Jepang telah
berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di
Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, Negeri-negeri
induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi peperangan
di Eropa melawan Jerman, Bangsa-bangsa di Asia sangat percaya dengan
semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, dan
Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi perlawanan. Bahkan,
kehadiran Bala tentara Jepang disambut dengan suka cita karena Jepang
dianggap sebagai “saudara tua” yang akan membebaskan bangsa-bangsa
Asia dari penjajahan negara-negara Barat.

23
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Diawali
dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan,
Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke
Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah
jatuh ke tangan Jepang. Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter
Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama
Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah
pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati
menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia
dan digantikan oleh kekuasaan Jepang.
b. Penjajahan Jepang Di Indonesia
Tentara Jepang yang dikenal dengan Bala Tentara Nippon adalah
sebutan resmi pemerintah militer pada masa pemerintahan Jepang. Sejak
tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan
segala kekuasaannya yang dipegang Gubernur Jendral masa Belanda.
Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang,
yaitu (1) Angkatan Darat (Rikugun), (2) Angkatan Laut (Kaigun).
Angkatan perang tersebut memiliki kekuasaan masing-masing pada
daerah yang dikuasi Jepang di Indonesia, yaitu: (1) Jawa dan Madura
dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun (tentara ke
XVI), (2) Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah
kekuasaan Rikugun (tentara ke XXV) (3) Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, maka Jepang mendirikan
organisasi-organisasi militer sebagai pengganti organisasi pergerakan
nasional. Beberapa organisasi tersebut antara lain :
1) Gerakan 3 A
April 1942 gerakan ini dibentuk oleh Jepang dengan semboyan :
Nippon Pelidung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia.
Samsudin S.H dipilih untuk menjadi pemimpin. Pada masa ini Jepang
berupaya menghapus pengaruh Belanda dan sekutunya, salah satunya

24
dengan cara melarang penggunaan bahasa Belanda dan memajukan
penggunaan bahasa Jepang. Dalam hal pendidikan, model pendidikan
Belanda ditinggalkan dengan menghilangkan sistem status sosial
sebagai pemisah dalam pendidikan, antara priyayi dan masyarakat
biasa disamakan. Maret 1943 gerakan ini dibubarkan karena tidak
menarik simpati rakyat dan digantikan dengan Putera.

Gambar 10. Slogan gerakan 3A


Sumber : https://bit.ly/2qSbR6U
2) Putera
Gerakan 3 A dianggap tidak efektif sehingga dibubarkan. Pada bulan
Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya
memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia untuk membantu
Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Disinilah baru terlihat bahwa
kalangan masyarakat dan tokoh Indonesia sadar akan tujuan akhir dari
adanya pendudukan Jepang. Posisi Jepang yang semakin terdesak
karena banyaknya kekalahan perang di Pasifik melawan sekutu.
Putera kemudian menjadi bumerang bagi Jepang, karena para
anggotanya memiliki rasa nasionalis yang tinggi. Mulai tahun 1943

25
ini kesadaran masyarakat Indonesia semakin terlihat. Mereka lebih
bersifat lunak dan bersikap diplomatis terhadap Jepang, sehingga
keberadaan Jepang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia dan mengusir imperialis dari Indonesia.
3) PETA
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari pemuda
Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat
latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta
sangat membantu Indonesia dalam meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Jenderal Sudirman dan A.H Nasution pernah sebagai
pemimpin PETA. Pada tahun 1944, dibubarkan karena terlalu bersifat
nasional dan dianggap membahayakan.

Gambar 11. Info grafis mengenai Peta


Sumber : tirto.id

26
4) Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)
Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul
kepada pemerintah serta menjawab pertanyaaan mengenai soal-soal
politik, dan menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh
pemerintah militer Jepang. Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus
1943 yang beranggotakan 43 orang (semuanya orang Indonesia)
dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
5) Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa
Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan
digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini
memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah
yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang. Dalam
kegiatannya, Jawa Hokokai menjadi pelaksana distribusi barang yang
dipergunakan untuk perang, seperti emas, permata, besi, dan
alumunium dan lain-lain yang dianggap penting untuk perang.
c. Perlawanan terhadap Jepang
Secara umum perlawanan terhadap Jepang oleh Indonesia
dilakukan melalui dua cara yakni, dengan cara peperangan fisik dan
melalui pergerakan bawah tanah pada organisasi-organisasi yang
dibentuk oleh Jepang. Perlawanan fisik yang berlangsung antara lain :
(1) Tahun 1942 terjadi perlawanan di Cot Plieng, Lhok Seumawe,
Aceh dipimpin Tengku Abdul Jalil, tetapi dapat dipadamkan, (2) Daerah
Indramayu (Karang Ampel, Sindang) 1943 muncul perlawanan dipimpin
oleh Haji Madriyan, dkk tetapi berhasil dipadamkan oleh Jepang, (3)
Daerah Sukamanah, Tasikmalaya 1943 terjadi perlawanan dipimpin oleh
Haji Zaenal Mustafa. Ia berhasil membunuh kaki tangan Jepang dan
balasannya Jepang melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat, (4)
Blitar 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang dipimpin oleh
Supriyadi (putra bupati Blitar) yang dibantu dr. Ismail, Mudari,

27
Suwondo. Pemberontakan ini mampu membinasakan orang-orang
Jepang di Blitar, Jepang sangat terkejut lagi pula saat itu Jepang sering
mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya atau Perang
Pasifik.
Silahkan saudara untuk menyaksikan video berikut ini mengenai
peristiwa pemberontakan PETA :
https://www.youtube.com/watch?v=8UgoUQfIjms
video pemberontakan PETA di Blitar
Selain melalui perlawanan secara fisik, cara melakukan
perlawanan terhadap Jepang adalah melalui pergerakan kelompok-
kelompok didalam organisasi-organisasi bentukan Jepang di berbagai
daerah. Kelompok-kelompok tersebut antara lain : (1) Kelompok
Sukarni, Pada masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu
atau Barisan Propaganda Jepang bersama Moh. Yamin. Gerakan ini
dilakukan dengan menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner,
menyebarkan cita-cita kemerdekaan, dan membungkam kebohongan-
kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Untuk menutupi gerakannya, Kelompok Sukarni mendirikan
asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia. Di dalam asrama
inilah para tokoh pergerakan nasional yang lain, seperti Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, dan Mr. Sunaryo mendidik para
pemuda yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan masalah politik,
(2) Kelompok Ahmad Subarjo, pada masa pendudukan Jepang menjabat
sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Perhubungan
Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo berusaha menghimpun tokoh-
tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang. Atas
dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo inilah maka Angkatan Laut
berhasil mendirikan asrama pemuda dengan nama Asrama Indonesia
Merdeka, (3) Kelompok Sutan Syahrir, Kelompok Sutan Syahrir
berjuang secara diam-diam dengan menghimpun mantan teman-teman
sekolahnya dan rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda. Dalam

28
perjuangannya, Syahrir menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin
bangsa yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Syahrir memberi
pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan laut Jepang
(Kaigun) bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad
Subarjo, dan Iwa Kusuma Sumantri.
d. Dampak Pendudukan Jepang
Beberapa dampak yang muncul akibat dari pendudukan Jepang
antara lain dapat kita lihat dari berbagai bidang kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam bidang politik para tokoh pergerakan nasional pada
masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap
kooperatif, mereka banyak yang duduk dalam badan-badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo
Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan
kesatuan-kesatuan pertahanan yang telah dibentuk oleh Jepang, seperti
Jawa Hokokai, Heiho, Peta. Hal tersebut memberikan keuntungan bagi
bangsa Indonesia dalam melanjutkan perjuangannya. Meskipun
pemerintah Jepang berhasil menghentikan berbagai kegiatan dalam
organisasi pergerakan nasional, namun mereka tidak berhasil
menghentikan semangat para tokoh untuk terus berjuang.
Dalam bidang perekonomian pada pendudukan Jepang juga
merugikan rakyat Indonesia. Jepang menguasai semua wilayah pertanian
dan perkebunan peninggalan Belanda dan dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan perang mereka. Dari hasil panen, rakyat hanya
dapat menikmati 40%, sisanya disetorkan kepada pemerintah Jepang dan
disimpan ke lumbung untuk persediaan bibit, hal tersebut menimbulkan
bahaya kelaparan serta penyakit diberbagai daerah. Dalam bidang
pendidikan pada masa pendudukan Jepang sangat berkembang pesat
dibandingan dengan era penjajahan Belanda. Bangsa Indonesia diberi
kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun pemerintah, Bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah.

29
Meskipun hal tersebut dilakukan oleh Jepang hanya untuk menarik
simpati rakyat semata.
Dalam bidang sosial, pada pendudukan Jepang terjadi paksaan
kepada rakyat untuk bekerja kepada Jepang yang kemudian dikenal
dengan sebutan romusha. Mereka diminta untuk bekerja secara paksa
guna membangun sarana prasarana perang. Terjadi mobilitas sosial dari
desa-desa ke daerah dimana sarana perang tersebut dibangun. Banyak
wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada
masa itu. Jepang juga memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun
tetangga). Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing-
masing terdiri atas 10–20 rumah tangga. Maksud diadakannnya
tonarigumi adalah untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan
memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Pada bidang birokrasi Jepang memberikan kesempatan besar
kepada rakyat Indonesia untuk duduk dalam jabatan pada berbagai
lembaga/departemen pemerintah. Jepang membentuk Badan
Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan
Kota Praja Istimewa (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang
menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr.
Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama, Ir.
Soekarno, Departemen Urusan Umum (Somubu), Dr. Mr. Supomo,
Departemen Kehakiman (Shihobu), Muh. Yamin, Departemen
Propaganda (Sendenbu). Pada bidang militer Jepang membentuk
kesatuan semi militer dan militer untuk mendukung sikap bertahan
mereka saat menghadapi perang asia pasifik, sehingga banyak kesatuan-
kesatuan yang dibentuk oleh Jepang di Indonesia. kesatuan semi mileter
terdiri atas : Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu
Polisi), Fujinkai (Barisan Wanita), Jibakutai (Barisan Berani Mati).
Sedangkan kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang antara lain :
Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), dan Peta (Pembela Tanah Air)
beberapa pangkat dalam Peta yang dikenal antara lain Daidanco

30
(Komandan batalyon), Cudanco (Komandan Kompi), Shodanco
(Komandan Pleton), Budanco (Komandan regu), Giguyun (Prajurit
Sukarela). Di bidang militer bangsa Indonesia banyak memperoleh
keuntungan dengan ditekankan pendidikan Seishin (Semangat berjuang),
Bhusido (Kesatria berani mati).
4. Kronologi Kemerdekaan Indonesia
Kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang
Dunia II di Asia Pasifik. Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada
bulan februari 1944, pasukan-pasukan Amerika berhasil mengusir Jepang
dari Kwajalein di kepulauan Marshall, dan serangan-serangan pengeboman
B-29 terhadap Jepang dimulai pada bulan Juni. Pada bulan yang sama,
angkatan laut pihak Jepang menderita suatu kekalahan yang melumpuhkan
dalam pertempuran di laut Filipina. Pada bulan Juli, pihak Jepang
kehilangan pangkalan laut mereka di Saipan (kepulauan Mariana), yang
mengakibatkan terjadinya krisis kabinet di Jepang. Tojo meletakkan jabatan
dan Jenderal Kuniaki Koiso menggantikannya sebagai perdana menteri.
Pada tanggal 7 September 1944 Koiso menjanjikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Janji dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan
tujuan untuk menarik simpati Indonesia. Sebagai pembuktiannya, ia
mengijinkan pengibaran bendera merah putih di kantor-kantor, tetapi harus
berdampingan dengan bendera Jepang. Kondisi Jepang yang semakin
terdesak oleh Sekutu justru menguntungkan bangsa Indonesia. Jepang
akhirnya memberikan kesempatan bangsa Indonesia mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. berikut ini adalah kronologi yang meliputi
beberapa peristiwa yang terjadi hingga proklamasi Indonesia terjadi :
a. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
Pada tanggal 1 Maret 1945, panglima pemerintahan di Jawa
Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Junbi Coosokai. Badan ini memiliki tujuan untuk

31
menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan persiapan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI kemudian diketuai oleh Dr. K.R.T.
Radjiman Wediodiningrat, Ichibangase Yoshio, dan RP Soeroso
sebagai wakil ketua, dan 7 orang Jepang lainnya sebagai anggota luar
biasa. Kecuali 8 orang Jepang, seluruhnya berjumlah 62 orang. Secara
rinci tugas pokok BPUPKI adalah : (1) menetapkan dasar-dasar
Indonesia Merdeka, dan (2) menetapkan Undang-undang Dasar. Dalam
perjalanannya BPUPKI melaksanakan sidang sebanyak dua kali.
Sidang pertama dilakukan pada tanggal 29 mei-1 Juni 1945 untuk
merumuskan dasar negara dan sidang kedua dilakukan pada tanggal 10-
16 juli 1945 untuk membahas batang tubuh Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia.
Sidang pertama membahas tentang perumusan dasar negara
dengan mendengarkan pidato beberapa tokoh pergerakan seperti
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan-usulan
dasar negara tersebut adalah : a) Mr. Mohammad Yamin berpidato
dengan judul azas dan dasar negara Republik Indonesia. Dalam
pidatonya, beliau mengemukakan 5 (lima) dasar sebagai berikut: (1)
Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusiaan, (3) Peri Ketuhanan, (4) Peri
Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan Rakyat. b) Prof. Dr. Mr. Soepomo
pada tanggal 31 Mei 1945 berpidato yang isinya berupa penjelasan
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara: (1)
Paham negara persatuan, (2) Perhubungan negara dan agama, (3)
Sistem badan permusyawaratan, (4) Sosialisme negara, (5) Hubungan
antar bangsa. c) Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 berbicara tentang
dasar falsafah negara Indonesia merdeka yang terdiri atas lima asas
sebagai berikut: (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasional atau Peri
Kemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial,
(5) Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima asas yang disampaikan oleh Ir.
Soekarno tersebut, atas petunjuk seorang ahli bahasa diberi nama

32
Pancasila yang kemudian diusulkan menjadi dasar negara Indonesia.
Sidang BPUPKI pertama berakhir tanggal 1 Juni 1945.
Antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua ada masa
reses. Masa reses itu digunakan oleh para anggota untuk membahas
Rancangan Pembukaan UUD 1945 yang dipimpin Soekarno. Ir.
Soekarno mengadakan pertemuan antara panitia kecil dengan anggota-
anggota Badan Penyelidik bertempat di gedung kantor besar Jawa
Hooko Kai. Mereka membentuk panitia kecil yang terdiri atas 9 orang,
yang popoler disebut Panitia Sembilan, yang anggotanya adalah
sebagai berikut : (1) Ir. Soekarno, (2) Wachid Hasyim, (3) Mr. Moh.
Yamin, (4) Mr. Maramis, (5) Drs. Moh. Hatta, (6) Mr. Soebardjo, (7)
Kyai Abdul Kahar Moezakir, (8) Abikoesno Tjokrosoejoso, (9) Haji
Agus Salim. Panitia kecil ini bertugas mencari dan merumuskan
formula yang disepakati oleh dua golongan yang ada didalam BPUPKI,
yaitu golongan Nasional dan golongan Islam. Mereka merumuskan dan
menyepakati bersama yang dikenal dengan Piagam Jakarta pada
tanggal 22 Juni 1945. Sidang BPUPKI kedua tanggal 10–16 Juli 1945,
membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD).

Gambar 12. Sidang BPUPKI


Sumber : https://bit.ly/2Jh7OIE

33
Sidang ini juga membicarakan mengenai bentuk negara. Wacana yang
muncul dalam persidangan mengenai bentuk Negara dan juga wilayah
negara. BPUPKI secara resmi dibubarkan pada tanggal 6 Agusus 1945.
b. Pembentukan PPKI
Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Jumbi Inkai sebagai
ganti BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas utama PPKI adalah
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian
kekuasaan. Pada tanggal 9 Agustus Jenderal Terauchi memanggil 3
tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr.
Radjiman Widyodiningrat. Mereka bertiga dipanggil ke Saigon/Dalat
(Vietnam) untuk menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan kemerdekaan akan dapat dilakukan dengan segera.
Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia
Belanda. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman
kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno
segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap
saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan
tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda
tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang

34
dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha
bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Gambar 13. Perbedaan BPUPKI dan PPKI


Sumber : https://bit.ly/2K2kZP3
c. Peristiwa Rengasdengklok
Perdebatan antara golongan tua dan muda dalam menentukan
kemerdekaan Indonesia begitu pelik. Golongan tua memilih lebih

35
berhati-hati untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Para
pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan secepatnya. Mereka beralasan bahwa saat itu Indonesia
sedang mengalami kekosongan kekuasaan (vacum of power).
Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Sikap
golongan muda diputuskan dalam rapat di Pegangsaan Timur Jakarta
padavtangal 15 Agustus 1945. Rapat ini dihadiri oleh Chairul Saleh,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan
Wikana. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia
sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Golongan muda mendesak mereka untuk memaklumatkan
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun,
Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi
harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh karena itu, PPKI harus segera
menyelenggarakan rapat. Golongan muda memutuskan membawa
Soekarno dan Hatta ke luar Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan
Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Golongan muda memilih
Shodanco Singgih untuk melaksanakan pengamanan terhadap
Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke
Rengasdengklok yang ada di sebelah Timur Jakarta. Di Jakarta terjadi
dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan
tua Ahmad Subardjo. Dialog tersebut mencapai kata sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan
diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ahmad Subardjo ke
Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta setelah
dialog tersebut. Kepada para golongan muda, Ahmad Subardjo
memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, dan selambat-lambatnya pukul 12.00.
Adanya jaminan tersebut yang kemudian membuat golongan muda

36
melunak dan membebaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke
Jakarta.
Saudara dapat menyaksikan video mengenai peristiwa
Rengasdengklok di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=4JwruATFkFI
Video peristiwa Rengasdengklok
d. Perumusan Teks Proklamasi
Soekarno dan Hatta akhirnya menyetujui Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan. Soekarno dan Hatta tiba di
Jakarta pada pukul 23.00, lalu menuju rumah kediaman Laksamada
Maeda. Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang
aman dari ancaman tindakan militer Jepang, karena Maeda adalah
Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan
Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi
disusun. Sukarni, Sayuti Melik, BM. Diah, dan Soediro dari golongan
muda hadir dalam pertemuan itu untuk menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan
Ahmad Subardjo, diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis
tangan oleh Soekarno yang berbunyi:
Proklamasi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan, dll,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen’05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
(tandatangan Soekarno)(tandatangan Hatta)
Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang
dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik" merupakan hasil

37
ketikan oleh Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam
persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Gambar 14. Perbedaan teks proklamasi yang ditulis dengan ketik


Sumber : https://bit.ly/2qOEFxY

e. Detik-detik Proklamasi
Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks proklamasi,
pagi harinya pada 17 Agustus 1945 para pemimpin nasional dan para
pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi. Rakyat dan tentara
Jepang menyangka pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
Lapangan Ikada sehingga tentara Jepang memblokade Lapangan Ikada.
Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro juga datang ke Lapangan Ikada dan
melihat pasukan Jepang dengan senjata lengkap menjaga ketat lapangan
itu. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi, Kepala
Keamanan Soekarno. Oleh karena itu, disepakati bahwa proklamasi
akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa protokol.
Sebelum membacakan teks proklamasi, Soekarno membacakan pidato
singkat yang intinya berisi: (a) Perjuangan melawan kolonial telah

38
cukup panjang dan memerlukan keteguhan hati, (b) Cita-cita
perjuangan itu adalah kemerdekaan Indonesia, (c) Indonesia yang
berdaulat harus mampu menentukan arah dan kebijakannya sendiri,
menjadi negara yang diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Setelah
itu, Soekarno membacakan teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti
Melik.

Gambar 15. Soekarno membacakan teks Proklamasi


Sumber : https://bit.ly/2qOEFxY
Anda juga dapat melihat video detik-detik Proklamasi pada
tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=X63pev3vnrg
Video detik-detik proklamasi

Setelah Soekarno membacakan teks Proklamasi dilakukan


pengibaran bendara Merah Putih yang dijahit oleh istri Soekarno, ibu
Fatmawati. Pengibaran bendera dilakukan oleh Latief Hendraningrat
dan Suhud. Bendera merah putih dinaikkan dengan diiringi lagu
“Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman yang secara spontan
dinyanyikan oleh para hadirin. Dengan demikian, selesailah upacara
proklamasi kemerdekaan yang menjadi tonggak berdirinya negara
Republik Indonesia.

39
E. Rangkuman
Setelah anda membaca materi yang ada diatas,maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yakni :
1. Politik etis yang dikeluarkan oleh ratu belanda sebagai bentuk balas
budi kepada rakyat Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada saat
itu) yang berisi irigasi, emigrasi, dan pendidikan. Meskipun pada
kenyataannya terjadi penyelewengan pada penerapan politik etis
tersebut.
2. Terbukanya pemikiran kaum elit serta mendapatkan pendidikan dari
barat memunculkan beberapa organisasi pergerakan nasional
sebagai embrio perebutan kemerdekaan Indonesia. beberapa
organisasi tersebut antara lain, Boedi Oetomo, Sarekat Islam,
Indische Partij, Gerakan Pemuda dan Perhimpunan Indonesia
3. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi beberapa perubahan
mendasar dari berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Mereka masuk ke Indonesia dengan memberikan pemahaman
bahwa mereka ada saudara tua bangsa Indonesia yang akan berbeda
memperlakukan rakyat Indonesia seperti Belanda, Namun pada
kenyatannya Jepang hanya ingin menguasai Indonesia sama seperti
Belanda. Perlawanan terhadap Jepang sendiri dilakukan dengan
cara peperangan fisik dan juga melalui organisasi-organisasi
bentukan Jepang yang diisi oleh beberapa tokoh nasionalis.
4. Kekalahan Jepang dalam perang Asia pasifik membuat para tokoh
nasionalis tersebut yang terdiri dari golongan tua dan muda segera
merumuskan langkah-langkah persiapan untuk melakukan
Proklamasi kemerdekaan yang kemudian terlaksana pada tanggal
17 Agustus 1945.

40
F. Tes formatif

1. Penduduk yang cenderung mengelompok pada satu wilayah tertentu


menimbulkan permasalahan kependudukan. Permasalahan kependudukan
yang dimaksud antara lain terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana
sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan.
Salah satu kebijakan politik etis Belanda adalah emigrasi untuk mengatasi
permasalahan adalah ...
a. Pengurangan terhadap tingginya angka kriminalitas di pulau jawa.
b. Pemerataan pendidikan kaum pribumi pada daerah-daerah koloni.
c. Memenuhi kebutuhan di wilayah pertanian dan perkebunan milik
Belanda
d. Memenuhi kebutuhan perumahan penduduk yang kurang sesuai dengan
standar.
e. Upaya perbaikan kualitas lingkungan perkotaan yang padat
penduduknya
2. Pendidikan dapat merubah nasib sebuah bangsa menjadi lebih baik. Gerakan 3
A pada masa pendudukan Jepang juga memperhatikan bidang pendidikan
kaum pribumi. Yang membedakan antara model pendidikan masa pendudukan
Jepang dengan masa penjajahan Belanda adalah ...
a. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus sosial, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status sosial.
b. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus agama, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status agama.
c. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup hanya untuk
kaum tionghoa, pada masa penjajahan Belanda lebih terbuka tidak
hanya untuk kaum tionghoa.

41
d. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup tanpa
memperhatikan pekerjaan, pada masa penjajahan Belanda pendidikan
tertutup hanya untuk kaum eropa.
e. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka dengan
memperhatikan jenis kelamin, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status kebangsaan.
3. Bidang pendidikan mendapat perhatian dalam politik balas budi yang
dilakukan pemerintah Belanda yang kemudian melahirkan berbagi macam
organisasi pergerakan nasional. Salah satu faktor yang dapat menyatukan dan
mengikat organisasi pergerakan nasional adalah ...
a. Adanya kesadaran tentang arti pentingnya berpolitik
b. Adanya tujuan yang sama yakni mencapai kemerdekaan
c. Adanya upaya balas budi yang dilakukan oleh Belanda
d. Periode berdirinya organisasi yang hampir sama
e. Berkembangan sistem pendidikan barat di Indonesia
4. Perkembangan sosial, ekonomi serta politik yang terjadi dalam dunia
internasional baik regional maupun global akan berpengaruh terhadap kondisi
sosial, ekonomi maupun politik dalam skala nasional. Sebagai contoh adalah
perkembangan yang terjadi pada dunia internasional mengakibatkan
munculnya berbagai macam organisasi nasional. Berikut ini yang tidak
termasuk penyebab munculnya organisasi pergerakan nasional akibat dari
perkebambangan yang terjadi pada lingkungan internasional adalah ...
a. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.
b. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.
c. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia
d. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke
Indonesia.
e. Kemerdekaan yang diberikan oleh Ingris kepada daerah koloni di Asia
Tenggara
5. Wilayah Indonesia yang begitu luas dapat menjadi keuntungan bagi rakyat
Indonesia. Potensi Sumber Daya Alam pada wilyah Indonesia yang begitu luas

42
dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Namun luasnya wilayah
tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa. Pada era
penjajahan Jepang luasnya wilayah Indonesia juga dianggap menjadi tantangan
sendiri, yang kemudian Pemerintah Jepang membuat kebijakan membagi
wilayah Indonesia menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan militernya.
Berikut ini yang termasuk dalam pembagian wilayah Indonesia pada masa
penjajahan Jepang adalah ...
a. Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah kekuasaan
Rikugun
b. Jawa dengan pusatnya di Bandung berada di bawah kekuasaan Rikugun
c. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Kaigun.
d. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Rikugun.
e. Jawa dengan pusatnya di Surabaya berada di bawah kekuasaan Kaigun.
6. Perhatikan data berikut ini :
(1) Menetapkan dasar-dasar Indonesia Merdeka,
(2) menetapkan Undang-undang Dasar
Data diatas merupakan tugas pokok untuk pembentukan negara, dari badan
yang disebut dengan ?
a. BPUPKI
b. PPKI
c. Dewan Kontituante
d. Badan pertimbangan karisidenan
e. Badan pertimbagan pusat
7. Alasan proklamasi akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur
56 Jakarta adalah ...
a. Pasukan Jepang bersenjata melakukan pergerakan ke Rengasdengklok
b. Mendaratnya Pasukan sekutu di teluk Jakarta yang mendapat
perlawanan Jepang

43
c. Adanya niatan untuk melaksanakan Proklamasi dalam suasana penuh
kesederhanaan
d. Pasukan Jepang bersenjata lengkap menjaga lapangan Ikada yang sudah
dipenuhi oleh rakyat
e. Adanya kontak senjata antara rakyat dengan Jepang di berbagai daerah
8. Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terdapat Pertentangan antara
golongan tua dan muda tentang proklamasi kemerdekaan, yang kemudian
menyebabkan terjadinya peristiwa ....
a. Agresi Militer Belanda I
b. Rengasdengklok
c. Agresi Militer Belanda II
d. Perjanjian Renvile
e. Konferensi Meja Bundar
9. Salah satu organisasi pergerakan nasional yang digagas oleh kaum intelektual
adalah Indische Partij, yang merupakan organisasi pergerakan kebangsaan
yang bertujuan ...
a. Memajukan kebudayaan jawa, madura dan bali
b. Menyatukan seluruh warga negara Indonesia di Belanda
c. Mengusahakan kemajuan yang selaras bagi bangsa dan tanah air
d. Menggalang persatuan semua orang Indonesia untuk berjuang demi
kemerdekaan
e. Mengusahakan kerja sama antara Indonesia dengan Belanda demi
perbaikan pendidikan rakyat
10. Corak pergerakan nasional yang menolak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial biasanya disebut dengan kelompok ...
a. Kooperatif
b. Radikal
c. Moderat
d. Sosialis
e. Liberalis

44
G. Daftar pustaka
Akira Nagazumi. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia : Budi Utomo 1908-
1918. ( Jakarta : Pustaka Umum, 1989)
Frederick, W.H. dan Soeri Soeroto. (1991). Pemahaman Sejarah Indonesia
Sebelum dan sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.
Gartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1970.
Marwati Djoened dkk. Sejarah Nasional Indonesia jilid V (Jakarta : Penerbit
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1975)
Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah (2011). Detik-Detik Proklamasi : Saat
Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka Narasi.
Notosusanto, Nugroho dan Yusmar Basri (1976). Sejarah Nasional
Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Noer, D. (1996). Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900 – 1942. Jakarta:
LP3ES
Ricklefs, M.C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. Terj. Dharmono
Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional Jilid 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992

H. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. C
2. A
3. B
4. E
5. A
6. A
7. D
8. B
9. D
10. B

45
DAR2/Profesional/100/2/2019
PENDALAMAN MATERI

MODUL 2 PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 2 : PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN


DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA REVOLUSI DAN
ORDE LAMA

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
Daftar Isi
KB 2 Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Revolusi Dan Orde Lama
A Pendahuluan …………………………………………………….. Iii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… v
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. v
D Uraian Materi ……………………………………………………. 51
E Rangkuman ……………………………………………………… 83
F Tes Formatif KB 2 ………………………………………………. 85
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 89
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2 ……………………………… 90

ii
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 2 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde
Lama. Pada KB 2 ini terdiri atas Pendahuluan, Capaian Pembelajaran (CP), Sub-
Capaian Pembelajaran, Uraian Materi, Rangkuman, Tes formatif, Daftar
pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 2, semoga saudara suskes selalu.
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa dan hasil perjuangan rakyat Indonesia selama berpuluh-
puluh, bahkan beratus ratus tahun lamanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu
bangsa Indonesia bebas dari belenggu penjajahan yang sangat menyengsarakan
rakyat. Setelah memproklamasikan kemerdekaan, ternyata masih banyak
ancaman dan hambatan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu
segenap rakyat beserta pemimpin bangsa terus berupaya menghadapi ancaman
dan hambatan yang menghadang tersebut. Ancaman dan hambatan tersebut
muncul dari dalam dan juga dari luar negeri. Tidak hanya perjuangan secara fisik
dengan angkat senjata yang dilakukan namun juga dengan diplomasi pada
berbagai perundingan yang dilakukan dengan Belanda pada khususnya. Modul
berjudul kehidupan sosial, ekonomi dan politik masa orde lama ini membahas
mengenai kehidupan masyakarakat Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 dari segi sosial,ekonomi, maupun politik hingga Soekarno
lengser dari jabatan Presiden Indonesia di tahun 1967.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde Lama yang sedang
saudara ikuti saat ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut ini:

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai


tahap awal sampai akhir.

iii
2) Lakukan kajian terhadap materi kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa orde lama terlebih dahulu agar saudara mendapat mendapat
mengkonstruksi pengetahuan lebih detail.
3) Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar yang akan dilakukan.
4) Keberhasilan proses belajar saudara dalam mata diklat ini sangat
bergantung kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5) Bila saudara menemui kesulitan, silahkan hubungi instruktur/
widiaswara pembimbing atau fasilitator yang mengajar modul ini.
Selamat belajar, semoga saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal saudara mengajar dengan baik.

Penulis, September 2019

iv
B. Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian pembelajaran yang akan saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah : Menjelaskan Perubahan dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde Lama
C. Sub-Capaian Pembelajaran
Setelah saudara mempelajari materi pada KB 2 ini,anda akan memiliki
kemampuan untuk:
1. Menjelaskan kehidupan sosial pada masa revolusi dan masa orde lama
2. Menjelaskan kehidupan ekonomi pada masa revolusi dan masa orde
lama
3. Menjelaskan kehidupan politik pada masa revolusi dan masa orde lama

v
D. Uraian Materi
Sebelum menyimak materi,silahkan saudara saksikan video berikut ini
terlebih dahulu : https://bit.ly/2HMHIQK .
1. Makna Proklamasi Kemerdekaan Bagi Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sumber hukum bagi
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembentukan
negara yang dicetuskan melalui proklamasi tersebut bukanlah merupakan
tujuan semata-mata, melainkan hanya sebagai alat untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan negara. Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi sarana
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil,
dan makmur serta lepas dari belenggu penjajahan bangsa lain.

Gambar 1. Pengibaran Bendera Merah Putih Setelah Proklamasi


Sumber : https://bit.ly/2w4SZaC
Secara garis besar, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga
memiliki makna sebagai berikut: (1) Apabila dilihat dari sudut hukum,
proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia
untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan
tatanan hukum kolonial, (2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis,
proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari
penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas,

51
merdeka, dan berdaulat penuh, (3) Proklamasi merupakan puncak
perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, (4) Proklamasi
menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan
seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam
tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan, (5)
Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah,
pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di sisi
kehidupan. Tugas selanjutnya bagi kita sebagai rakyat Indonesia adalah
melanjutkan cita-cita serta tujuan bangsa.
2. Kehidupan Sosial Masa Revolusi dan Orde Lama.
Pada masa awal setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia kondisi
sosial masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada beberapa pertempuran
fisik dengan Belanda, Sekutu dan juga Jepang. Para penjajah tersebut masih
berupaya ingin merebut kembali Indonesia meski telah menyatakan
kemerdekaannya. Pertempuran-pertempuran yang terjadi di beberapa
daerah menyebabkan banyaknya korban jiwa yang muncul dari rakyat
Indonesia.
Pada bulan September 1945 tentara sekutu mendarat di Jakarta yang
kemudian membentuk komando khusus yang disebut Aliied Forses
Netherland EastIndies (AFNEI) untuk melucuti pasukan Jepang, kehadiran
mereka bersamaan dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration)
atau pemerintah sipil Hindia Belanda. Kehadiran tentara sekutu dan belanda
menimbulkan beberapa pergolakan di tanah air. Beberapa pertempuran yang
terjadi antara lain :
a. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara
pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi
pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pertempuran Surabaya melawan pasukan sekutu memang tidak dapat
dilepaskan dari peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutan

52
kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2
September 1945.
Latar belakang terjadinya peperangan ini adalah karena adanya
insiden hotel yamato Surabaya. Dimana ketika itu orang-orang belanda
di bawah pimpinan Mr. Ploegman mengibarkan bendera Merah Putih
Biru yaitu bendera Belanda di atas hotel Yamato di Surabaya. Bendera
Belanda dapat diturunkan, dirobek bagian birunya, dan berkibarlah
kembali Sang Merah-Putih. Aksi ini dipimpin oleh Koesnowibowo,
anggota Angkatan Muda Kantor Kotamadya Surabaya.
Pengibaran bendera Belanda tersebut membuat kemarahan di hati
masyarakat Surabaya tatkala itu. Karena hal ini dianggap telah menghina
kedaulatan bangsa Indonesia dan juga kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamirkan pada bulan Agustus tanggal 17 beberapa bulan yang lalu.
Sehingga hal ini membuat sebagian pemuda bertindak tegas dengan
menaiki hotel yamato dan merobek berdera belanda warna birunya
sehingga tinggal tersisa warna bendera bangsa Indonesia yakni Merah
Putih. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Puncaknya
pada tanggal 30 Oktober 1945, terjadi baku tembak antara sekelompok
pemuda yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby.
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran Surabaya yang
sangat dahsyat. Rakyat Surabaya bertekad untuk bertempur mati-matian.
Hampir seluruh bagian kota Surabaya ditembaki dan dihujani bom secara
membabi-buta oleh meriam pasukan Inggris. Ribuan penduduk menjadi
korban, banyak yang meninggal dan luka-luka. Perlawanan tidak
berhenti, Kobaran api semangat di seluruh kota menyala nyala bak
letusan gunung berapi, TKR dan Laskar serta bantuan yang aktif dari
rakyat Surabaya membuat kota Surabaya terbakar. Inggris terkejut
mereka mendapatkan badai api di Kota Surabaya, awalnya mereka
menduga perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan
dalam tempo 3 hari saja, nyatanya pengerahkan persenjataan modern dan
taktik perang yang mumpuni tidak membuat kota surabaya mudah untuk

53
diduduki. Pertempuran semakin sengit dengan hadirnya para ulama, kyai
dan para santri di medan peperangan. Nama nama besar seperti KH.
Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya
ikut ambil bagian dalam perjuangan dengan mengerahkan santri-santri
(ketika itu masyarakat Jawa khususnya tidak begitu patuh kepada
pemerintahan tetapi mereka sangat patuh dan taat kepada para kyai dan
ulama mereka).
Sosok Bung Tomo yang merupakan seorang revolusioner menjadi
api pembakar semangat rakyat Surabaya pun hingga kini terus dikenang
jasa dan perjuangannya. Beliau menyuarakan pidato yang memacu
keinginan rakyat Surabaya untuk mempertahankan Indonesia hingga titik
darah penghabisan. Bung Tomo mengatakan dengan lantang “Merdeka
atau mati?” yang lantas dijawab oleh ratusan ribu rakyat dengan kata
‘Merdeka’ daripada mati sia-sia ditangan para sekutu.

Gambar 2. Bung Tomo


Sumber : https://bit.ly/2HphgZS
Silahkan saudara simak orasi dari bung tomo berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=aEvPBfM7OSQ
Tidak terduga sama sekali perlawanan bisa bertahan lama,
berlangsung dari hari ke hari, minggu ke minggu. Perlawanan yang pada
awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, semakin hari
semakin solid dan teratur. Pertempuran dasyat ini memakan waktu

54
hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh ditangan pihak
Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa
berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka”
bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600
orang prajurit pengalaman mereka tewas di Surabaya.
b. Pertempuran Lima hari di Semarang
Perlawanan masyarakat Semarang terhadap tentara Jepang atau
sering disebut dengan istilah pertempuran lima hari di Semarang diawali
dari terbunuhnya Dr. Kariadi seorang dokter muda asal Semarang dan
berbagai tindakan anarkis yang dilakukan oleh tentara tahanan Jepang
yang coba melarikan diri dari tahanan yang kemudian mengakibatkan
kekacauan di sekitar tempat tahanan tentara Jepang. Tentara tahanan
Jepang mencoba untuk mengambil alih kembali kota Semarang dari
kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal tersebut tentu mengundang amarah
masyarakat menimbulkan perlawanan rakyat Semarang terhadap tentara
Jepang di berbagai daerah Semarang. Berkenaan dengan adanya berita
mengenai pemberian racun pada tandon air minum di Jln. Wungkal,
seorang dokter muda asal Semarang tergerak hatinya untuk melakukan
penelitian mengenai tandon yang sudah di racun tersebut. Beliau
bernama Drs. Kariadi yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala
laboratorium di RS Purusara Semarang.

55
Gambar 3. Dr. Kariadi
Sumber : https://bit.ly/2qReSEp
Dr. Kariadi segera berangkat ke tandon penampungan air di Jln
Wungkal. Diluar dugaan mobil yang ditumpangi bersama sopirnya dicegat
oleh sekelompok tentara Jepang. Dr.Kariadi beserta sopir pribadinya
ditembak ditempat. Berita kematian Dr Kariadi membuat rakyat marah dan
berhasil menangkap Jendral Nakamura. Pada tanggal 15 Oktober 1945,
Mayor Kido meminta 100 tentara untuk melakukan penyerangan ke pusat
kota mendengar berita penangkapan Jenderal Nakamura. Di Semarang
juga terjadi penangkapan Mr. Wongsonegoro, Dr. Sukaryo, dan Sudanco
Mirza Sidharta. Tanggal 16 Oktober 1945 pertempuran terus berlanjut dan
meluas ke berbagai penjuru kota. Pada tanggal 17 Oktober 1945 terjadi
kesepakatan genjatan senjata, namun kesepakatan tersebut tidak bertahan
lama. Pada Tanggal 18 Oktober 1945 Jepang berhasil mematahkan
serangan dari para pemuda dan memberikan perintah kepada pemuda
untuk menyerahkan senjata yang mereka miliki, malam harinya para
pemuda tidak mau menyerahkan senjatanya dan memilih melanjutkan
untuk melawan Jepang. Pada tanggal 19 Oktober 1945, disaat Jepang ingin
menghancurkan Kota Semarang tiba-tiba datanglah tentara Sekutu di
Pelabuhan Semarang dengan Kapal HMS Glenry, yang membuat Jepang

56
kemudian menyerah sehingga berakhirlah pertempuran lima hari di
Semarang
c. Pertempuran Medan Area.
Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan
rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus
1945, rakyat Medan pada saat itu belum mengetahui dan mendengar
informasi tersebut. Hal itu disebabkan karena sulitnya komunikasi dan
adanya sensor dari Jepang. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu
mendarat di Medan dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Kedatangan pasukan
sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil
alih pemerintahan. Awalnya mereka diterima secara baik oleh
pemerintahan RI di Sumatera Utara sehubungan dengan tugasnya untuk
membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Akan tetapi, Inggris
malah mempersenjatai mereka dan membentuk Medan Batalyon KNIL,
yang terdiri atas seluruh tawanan yang telah dibebaskan dan
dipersenjatai.
Peristiwa itulah yang melatarbelakangi terjadinya pertempuran
medan area, sehingga dalam pertempuran tersebut muncullah garis
demarkasi yang berasal dari perundingan Linggarjati yang dilakukan
antara RI dan serdadu Inggris yang kemudian dilanjutkan oleh serdadu
Belanda. Sebelum disahkankanya perundingan tersebut, Pada tanggal 1
Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area (batas resmi wilayah Medan) di berbagai
sudut kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi bagi para pemuda
untuk melawan kekuatan asing yang mencoba untuk berkuasa kembali.
Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan
serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan
banyak korban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu
berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan
kemudian dipindahkan ke Pematang Siantar. Pada bulan Agustus 1946

57
telah dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.
Kemudian komando inilah yang terus mengadakan serangan terhadap
sekutu di wilayah Medan. Hampir diseluruh wilayah Sumatera terjadi
perlawanan rakyat terhadap jepang, sekutu, dan Belanda.
d. Peristiwa Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa besar yang
terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini merupakan sebuah
perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bandung dalam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah Peristiwa Bandung Lautan
Api adalah sebuah situasi dimana para pejuang kemerdekaan Indonesia
yang berada di Bandung membakar kota Bandung demi upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa Bandung
Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Pembakaran kota Bandung
dilakukan oleh masyarakat sebagai respon perintah dari pihak Sekutu
yang menyuruh masyarakat agar mengosongkan kota Bandung.
Pembakaran dilakukan oleh sekitar 200 ribu masyarakat dalam waktu 7
jam. Mereka membakar harta benda dan rumah selanjutnya pergi
meninggalkan kota Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api dimulai saat mendaratnya pasukan
Sekutu di Bandung, Jawa Barat. Pasukan yang mendarat adalah pasukan
Inggris yang dipimpin oleh Brigade Mc Donald pada bulan Oktober
tahun 1945. Saat itu, para pemuda yang ada di kota Bandung sedang
gencarnya melakukan pelucutan senjata yang dimiliki oleh bekas tentara
Jepang. Akhirnya hubungan Republik Indonesia dengan pihak sekutu
memanas. Ultimatum di keluarkan di kota Bandung yaitu semua senjata
yang dimiliki oleh pemuda dan masyarakat, kecuali polisi dan TKR,
harus segera diserahkan ke pihak Sekutu. Selain ultimatum untuk
menyerahkan senjata, pihak Sekutu juga mengelurakan perintah agar
kota Bandung segera di kosongkan. Pengosongan dilakukan karena
alasan keamanan rakyat dan perintah ini harus dilakukan selambat-
lambatnya tanggal 29 November tahun 1945. Akibat ultimatum tersebut

58
membuat terjadinya bentrokan senjata antara pasukan TKR dan pasukan
Inggris tidak bisa dihindarkan.
Pada malam hari tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan
Rakyat beserta pejuang muda / badan perjuangan melakukan serangan
terhadap pasukan Inggris yang berada di Bandung Utara. Serangan ini
difokuskan di tempat penginapan pasukan inggris yaitu hotel Preanger
dan hotel Homann. Akibat serangan yang dilakukan, pihak Inggris
melalui Mc Donald mengeluarkan ultimatum kepada Gubernur Jawa
barat. Perintah ini berisi mengenai wilayah Bandung bagian Utara harus
segera dikosongkan dari unsur pasukan bersenjata dan juga penduduk
Republik Indonesia. Ultimatum yang dikeluarkan tidak membuat
perjuangan melawan Inggris di Bandung Utara berhenti begitu saja.
Pertempuran antara pejuang Bandung dan pasukan sekutu pecah
pada tanggal 6 Desember tahun 1945. Pihak sekutu memberikan perintah
agar pasukan TKR secepat mungkin meninggalkan wilayah kota
Bandung. Setelah pemerintah pusat Republik Indonesia di Jakarta
mendengar hal tersebut, kemudian memerintahkan Tentara Keamanan
Rakyat untuk mengosongkan kota Bandung. Hal tersebut terpaksa
dilakukan demi keselamatan masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ternyata berbeda
dengan perintah yang dikeluarkan dari markas Tentara Keamanan Rakyat
yang saat itu berada di kota Yogyakarta. Perintah dari markas TKR yaitu
pasukan TKR tetap bertahan di kota Bandung. Pada saat itu, pihak sekutu
membagi bandung menjadi 2 sektor, yaitu Bandung Selatan dan bandung
Utara. Kemudian pihak sekutu memberi perintah agar masyarakat
Indonesia yang berada di kota Bandung Utara segera mengkosongkan
kota tersebut.
Suasana dan situasi kota Bandung semakin panik, genting dan
mencekam. Pejuang di kota Bandung merasa kebingungan harus
mengikuti instruksi yang mana, karena terdapat dua instruksi yang
berlainan. Keputusan pun harus segera dibuat, akhirnya pejuang

59
kemerdekaan memutuskan untuk melakukan serangan dengan sekala
besar terhadap pasukan sekutu. Serangan tersebut terjadi pada tanggal 24
Maret tahun 1946. Serangan yang dilakukan para pejuang di Bandung
tertuju pada pos-pos yang digunakan tentara sekutu. Selain serangan,
para pejuang juga melakukan pembakaran seluruh isi dari kota Bandung
Utara.

Gambar 4. Suasana Bandung saat peristiwa Bandung lautan api


Sumber : https://bit.ly/2vGEjOI
Kemudian setelah melakukan serangan dan membakar habis kota
Bandung sebelah utara, mereka kemudian meninggalkan daerah tersebut.
Serangan dan aksi pembakaran dilakukan oleh pejuang yang berjumlah
200 ribu orang dalam waktu tujuh jam saja. Dampak Peristiwa Bandung
Lautan Api sangat terasa bagi rakyat Bandung pada saat itu. Harta benda
yang mereka miliki hangus terbakar. Aksi membumi hanguskan kota
Bandung agar tidak dijadikan markas oleh pihak Sekutu menyebabkan
masyarakat Bandung harus meninggalkan kampung halamannya dan
meninggalkan segala yang ada. Dampak bagi pihak Sekutu, dengan
upaya yang dilakukan oleh masyarakat Bandung untuk menyelamatkan
wilayahnya dari sekutu dengan membumi hanguskan kota. Kerugian
pihak Sekutu tidak seberapa, dibanding kerugian yang dialami oleh
masyarakat Bandung. Pihak sekutu bisa juga disebut tidak mengalami

60
kerugian. Karena tujuan sekutu dari awal sejak mereka datang ke
Bandung adalah untuk menghancurkan kota Bandung.
e. Agresi Militer I
Aksi yang dilakukan ini merupakan respon Belanda atas perjanjian
Linggarjati. Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan
bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal
21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Tujuan utama agresi
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam.

Gambar 5. Pasukan Belanda saat agresi militer 1


Sumber : https://bit.ly/2JfIhjc
Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera
Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran
mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka
menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya
adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah
Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan,
perkebunan dan pertambangan. Akibat tindakan Belanda tersebut
menyebabkan banyak korban jiwa dari rakyat Indonesia. Pada 29 Juli
1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan
pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang

61
Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan
tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto, Komodor
Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I
Adisumarno Wiryokusumo.
Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara Republik
Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question. Atas
tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947
Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi
Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran
f. Agresi Militer II
Setelah perjanjian Renville pihak Belanda rupanya belum menyerah
juga, mereka masih ingin menguasai Indonesia seutuhnya, sehingga pada
19 Desember 1948 mereka melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa tersebut diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta,
Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang
kilat (blitkrieg), Belanda melancarkan serangan di semua front di daerah
Republik Indonesia. Serangan diawali dengan penerjunan pasukan
payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan
gerak cepat berhasil menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota,
walaupun mereka tahu bahwa dengan demikian mereka akan ditawan
oleh musuh. Alasannya, agar mereka dapat melakukan kegiatan
diplomasi dengan pihak Belanda. Di bawah pimpinan Jendral
Soedirman, Indonesia merespon dengan melakukan perang gerilya,
terjadi mobilisasi daerah pelosok untuk mendukung pergerakan Jendral
Soedirman.

62
Gambar 6. Suasana kota Yogjakarta saat agresi militer II
Sumber : https://bit.ly/2qWoO0n
Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan. Penghadangan
terhadap konvoi perbekalan tentara Belanda berhasil dilakukan.
Serangan umum yang dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki
Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI. Serangan yang paling
terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta
di bawah pimpinan Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.
Pasukan ini berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.
Sementara itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menolak kerja sama
dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan para pemimpin
gerilya. Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan keamanan PBB
mengeluarkan resolusi agar Republik Indonesia dan Belanda segera
menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda di medan tempur dan
tekanan Amerika Serikat yang mengancam akan memutuskan bantuan
ekonomi dan keuangan memaksa Belanda untuk kembali ke meja
perundingan.
Akibat dari konfrontasi fisik yang berlangsung dengan Belanda
pasca Proklamasi menimbulkan banyak masalah sosial di Indonesia. Pola
makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan
sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar
dalam aspek-aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek

63
fisik nyata terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan
yang merosot serta angka kematian yang tinggi. Dalam apek nonfisik,
terlihat kemiskinan mentalitas akibat rongrongan dan ketakutan yang
tidak proporsional. Kegelisahan komunal dan ketidaktentraman cultural
yang makin meningkat frekuensinya. Dapat dikatakan bahwa keadaan
petani dan masyarakat pedesaan di jawa berada dalam tingkat yang
sangat buruk. Oleh Scott disebut sebagai “subsistence level”, yaitu
tingkat pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Pemikiran yang digunakan
adalah bagaimana mereka dapat sekedar bertahan hidup, dalam situasi
yang makin memburuk dan suasana yang makin tak menentu kapan akan
berakhir. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal
27 Desember 1949, kondisi sosial masyarakat Indonesia tidak lagi
terancam akan peperangan senjata. Kebijakan politik yang dikeluarkan
oleh Presiden Soekarno untuk menerapkan sistem Demokrasi liberal
turut andil besar mempengaruhi kondisi masyarakat. Indonesia
sepenuhnya memiliki hak untuk mensejahterakahkan rakyatnya tanpa
perlu takut ancaman perang dari pihak luar, tidak ada lagi diskriminasi
rasial terhadap golongan di negeri ini. Pada periode ini kehidupan sosial
dipengaruhi oleh beberapa pergantian kabinet dan juga kebijakan politik,
orde lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang berdiri
diatas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga
negara termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam hal lapangan
pekerjaan, di era kabinet Sukiman undang-undang pengakuan serikat
buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum, dan
penyelesaian pertikaian buruh dibuat.
Pada era demokrasi terpimpin kebijakan politik yang dibuat
Soekarno melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional, Agama dan
Komunis) sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan kolektivitas
berbagai partai menjadi satu juga mempengaruhi kondisi sosial.
Masyarakat seolah-olah terpecah menjadi kelompok nasionalis, agamis,
dan juga komunis. Konsep revolusi yaitu revolusi nasional 17 Agustus

64
1945, revolusi sosial dan revolusi komunis menghasilkan jargon
“Revolusi Belum Selesai” sangat relevan yang terus menguat, sehingga
mempermudah Soekarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin
untuk meraih dominasi politik. Dalam konteks Demokrasi Terpimpin
hubungan Soekarno selaku Presiden menjadi dekat dengan PKI.
Puncaknya adalah terjadinya peristiwa G30S PKI yang menjadi salah
satu penyebab runtuhnya era orde lama.
3. Kehidupan Ekonomi Masa Orde Lama.
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi
gejolak sosial, politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga
pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian
Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi
dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata uang asing yang beredar di
Indonesia, terutama mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas
Negara dan bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak.
Beredarnya tiga mata uang yang berlaku di wilayah Indonesia
yakni De Javasche Bank (mata uang Belanda), mata uang NICA dan ORI
(Oeang Republik Indonesia).

Gambar 7. Mata uang De Javasche Bank


Sumber : https://bit.ly/2qRTKxS

65
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda juga menutup pintu
perdagangan luar negeri Indonesia. Menteri keuangan pada masa itu Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP melakukan program pinjam
nasional. Pada februari 1946 dilakukan konferensi ekonomi untuk
mengatasi produksi, dan distribusi makanan, sandang dan masalah
administrasi perkebunan.
Pada masa demokrasi liberal kebijakan yang dibuat antara lain,
Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan nilai uang agar mengurangi
jumlah uang yang beredar agar tingkar harga turun. Selain itu juga
dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada
bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan sirkulasi. Program
Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional untuk dapat bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan
memberikan lisensi impornya kepada pribumi. Namun usaha ini tidak
berhasil karena sifat pengusaha lokal yang cenderung konsumtif sehingga
tidak dapat bersaing.
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo I diberlakukan sistem
ekonomi ali-baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pengusaha china diwajibkan
memberikan pelatihan pada pengusaha lokal dan juga pemerintah
menyediakan kredit lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini
juga tidak berhasil karena pengusaha lokal hanya dijadikan alat untuk
mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
Pada era demokarsi terpimpim konsep ekonomi Berdikari dengan
konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sebagai respon
atas sulitnya mendapat bantuan internasional. Pada masa ini struktur
ekonomi segalanya diatur oleh pemerintah pusat yang diharapkan
membawa kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan
ekonomi. Devaluasi nilai mata uang dilakukan sebanyak dua kali pada tahun
1959 dan 1965 yang dimaksudkan untuk menekan inflasi namun justru

66
meningkatkan inflasi. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama
adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun
1965. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya
dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,
masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut
politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara
4. Kehidupan Politik Masa Orde Lama.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia disepakati bahwa
konstitusi yang digunakan adalah UUD 1945 yang disahkan dalam sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, bentuk negara Indonesia adalah kesatuan
dan sistem pemerintahannya presidensil yang bergeser ke parlementer.
Kepala negara sekaligus menjabat sebagai kepala pemerintahan dan
menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden, namun aturan tersebut
tidak bertahan lama karena berdasarkan ketentuan pasal IV aturan peralihan
UUD 1945 sebelum MPR, DPR dan dewan pertimbangan agung terbentuk
presiden akan menjalankan kekuasanya dengan bantuan komite nasional
(KNIP). KNIP sendiri dijalankan oleh badan pekerja yang diketuai oleh
Sultan Syahrir. KNIP yang semula berperan sebagai pembatu presiden
berubah menjadi badan legislatif. Menteri kemudian tidak lagi bertanggung
jawab kepada presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP. Pada
tanggal 14 November 1945 terbentuklah kabinet parlementer dengan
perdana menteri Sutan Syahrir. Sistem kepartaian yang digunanakan adalah
sistem multi partai. Alat perlengkapannya adalah Presiden dan wakil,
Menteri, MPR, DPR (yang kemudian dipegang oleh KNIP, dewan
pertimbangan agung, Mahkamah Agung, dan badan pemeriksa keuangan.
Pada periode ini juga terjadi beberapa perundingan dengan Belanda yang
masih ingin menguasai Indonesia, beberapa perundingan itu antara lain :
a. Perundingan Linggarjati

67
Perundingan linggarjati merupakan adalah suatu perundingan antara
Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan
persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan
ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946
dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.
Beberapa hasil perundingan tersebut antara lain : (1) Belanda mengakui
secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan
Madura, (2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat
tanggal 1 Januari 1949, (3) Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat
membentuk negara RIS, (4) Dalam bentuk RIS Indonesia harus
tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda
dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala unit.

Gambar 8. Wilayah Indonesia hasil perundingan Linggarjati


Sumber : https://bit.ly/2qPNQOn
Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada
tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya
menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan
pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Atas
permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer
yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan
Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal
1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata

68
dihentikan. Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi
Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak
tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi menggunakan nama
Indonesia, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu
resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan
31 tanggal 25 Agustus 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947,
serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda
sebagai The Indonesian Question. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB,
pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan
akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan
pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan


Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk
melakukan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan
Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah
sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik
Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN),
karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh
Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai
pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia
diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank
Graham.

b. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan
Belanda yang ditanda tangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal
perang Amerika Serikat USS Renville yang berlabuh di Tanjung Priok
Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan
ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices

69
for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian
Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah
Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. Pihak yang
hadir pada perundingan Renville antara lain : (1) Delegasi Indonesia di
wakili oleh Amir syarifudin (ketua), Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim,
Dr.J. Leimena, Dr. Coatik Len, dan Nasrun, (2) Delegasi Belanda di
wakili oleh R.Abdul Kadir Wijoyoatmojo (ketua), Mr. H..A.L. Van
Vredenburg, Dr.P.J. Koets, dan Mr.Dr.Chr.Soumokil, (3) PBB sebagai
mediator di wakili oleh Frank Graham (ketua), Paul Van Zeeland, dan
Richard Kirby.
Isi perjanjian renville yang disepakati antara lain: (1) Belanda
berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah menjadi RIS
(Republik Indonesia Serikat), (2) Belanda hanya mengakui Jawa tengah,
Yogjakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia, (3)
Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda, (4) TNI harus

ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan


di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Gambar 9. wilayah Indonesia hasil perjanjian Renville
Sumber : https://bit.ly/2F8T5gq

Sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville,


mengakibatkan berbagai dampak bagi bangsa Indonesia, diantaranya
adalah sebagai berikut : (1) Wilayah RI semakin sempit dikarenakan

70
diterimanya garis demarkasi Van Mook, wilayah Republik Indonesia
meliputi Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur, (2) Anggota TNI yang
masih berada di daerah-daerah yang dikuasai Belanda, harus ditarik
masuk ke wilayah RI. Di Jawa Barat ada sekitar 35.000 orang tentara
Divisi Siliwangi pada tanggal 1 Februari 1948 dihijrahkan ke Wilayah
RI, (3) Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan sehingga muncul mosi
tidak percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin sehingga pada tanggal
23 Januari 1948, Amir menyerahkan kembali mandatnya kepada
Presiden, (4) Perjanjian Renville menimbulkan permasalahan baru, yaitu
pembentukan pemerintahan peralihan yang tidak sesuai dengan yang
terdapat dalam perjanjian Linggarjati.
Setelah perjanjian Renville pihak Belanda rupanya belum menyerah
juga, mereka masih ingin menguasai Indonesia seutuhnya, sehingga pada
19 Desember 1948 mereka melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa tersebut diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta,
Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini
menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.
c. Konferensi Meja Bundar
Usaha untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia dengan jalan
kekerasan berakhir dengan kegagalan. Dunia international mengutuk
perbuatan Belanda tersebut. Belanda dan Indonesia lalu mengadakan
beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi,
lewat perjanjian linggarjarti dan perjanjian Renville. Pada tanggal 28
Januari 1949, Dewan Keamanan (PBB) Perserikatan Bangsa-Bangsa
meloloskan resolusi yang mengecam serangan militer yang dilakukan
Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia dan menuntut
dipulihkannya pemerintahan Republik Indonesia. Lalu diaturlah
kelanjutan perundingan untuk menemukan solusi damai antara dua belah
pihak. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik

71
Indonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda.

Gambar 10. Suasana KMB


Sumber : https://bit.ly/2vCX4Cr
Pada Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Denhaag Pada
tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949, Indonesia diwakili
oleh: Drs. Hatta (ketua), Nir. Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Supomo, Dr. J.
Leitnena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr. Suyono
Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang, Mr. Muwardi. Perwakilan BFO
ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Perwakilan Belanda
dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley.
Isi dari Konferensi Meja Bundar: (1) Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah negara yang merdeka,
(2) Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun, sesudah pengakuan kedaulatan, (3) Dibentuknya Uni Indonesia-
Belanda untuk bekerja sama dengan status sukarela dan sederajat, (4)
Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan
memberikan hak-hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-
perusahaan Belanda, (5) Republik Indonesia Serikat harus membayar
semua utang Belanda yang dari tahun 1942.

72
Hasil keputusan Konferensi Meja Bundar disampaikan kepada
Komite Nasional indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya, KNIP melakukan
sidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil dari
KMB. KNIP resmi menerima hasil KMB. Lalu pada tanggal 15
Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden Republik Indonesia Serikat
(RIS) dengan caIon tunggal Ir. Soekarno yang akhirnya terpilih sebagai
presiden. Kemudian Ir. Soekarno dilantik dan diambil sumpahnya pada
tanggal 17 Desember 1949.
Setelahnya pada tanggal 23 Desember 1949 perwakilan RIS
berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani akta penyerahan
kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, pada kedua negara,
Indonesia dan negeri Belanda dilaksanakan upacara penandatanganan
akta penyerahan kedaulatan Indonesia.
Periode berikutnya setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
adalah periode 1950-1959. Pada periode ini presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus
1950 sampai 6 Juli 1959. Pada periode ini diberlakukan sistem
Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal dan
diberlakukannya UUDS 1950. Pemerintahan dijalankan oleh Perdana
Menteri, dan Presiden hanya sebagai lambang. Sistem Demokrasi Liberal
ternyata membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi stabilitas
politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan. Misalnya konflik
ideologis, konflik antar kelompok dan daerah, konflik kepentingan antar
partai politik.
Adanya pergantian kabinet yang silih berganti mengakibatkan
pembangunan tidak berjalan lancar,masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Kondisi
perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 ada
dua ciri yang menonjol, yaitu munculnya banyak partai politik
(multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/ pemerintahan. Pada

73
masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik
yang tidak stabil. Tercatat ada tujuh kabinet pada masa ini. Kabinet
tersebut antara lain :
1) Kabinet Natsir

Gambar 11. Moh. Natsir


Sumber : https://bit.ly/2qR1Nvv
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama pada masa demokrasi
liberal. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 6 September 1950 dan
dilantik pada tanggal 7 September 1950. Perdana Menteri kabinet ini
adalah Moh. Natsir dari Masyumi. Menteri kabinetnya berasal dari
Masyumi ditambah tokoh-tokoh yang mempunyai keahlian istimewa,
seperti Sri Sultan Hamengku Buana IX, Prof. Dr. Sumitro
Joyohadikusumo, Assaat, dan Ir Juanda. Program kerja kabinet Natsir
: (1) Mempersiapkan dan menyelengarakan pemilihan umum untuk
memilih Dewan Konstituante, (2) Menyempurnakan susunan
pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara, (3) Menggiatkan
usaha mencapai keamanan dan ketentraman, (4) Meningkatkan
kesejahteraan rakyat, (5) Menyempurnakan organisasi angkatan
perang, (5) Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat. Akan
tetapi, belum sampai program tersebut terlaksana, kabinet ini sudah
jatuh pada 21 Maret 1951 dalam usia 6,5 bulan. Jatuhnya kabinet ini
karena kebijakan Natsir dalam rangka pembentukan DPRD dinilai
oleh golongan oposisi terlalu banyak menguntungkan Masyumi.

74
2) Kabinet Sukiman

Gambar 12. Sukiman


Sumber : https://bit.ly/2F8tEM7
Kabinet Sukiman merupakan kabimet koalisi. Partai-partai yang
berkoalisi adalah kedua partai terbesar waktu itu, yaitu Masyumi dan
PNI. Dr. Sukiman dari Masyumi terpilih menjadi perdana menteri dan
Suwiryo dari PNI sebagai wakilnya. Kabinet Sukiman terbentuk
apada tanggal 20 April 1951. Program kerja kabinet Sukiman : (1)
Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara, (2) Membuat dan melakukan
rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat
usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan, (3)
Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstituante dan menyelengarakan pemilu itu dalam waktu singkat
serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah, (4) Menyiapakan
undang-undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,
penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh, (5)
Menjalankan polotik luar negeri bebas aktif, (6) Memasukkan Irian

75
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya. Kabinet Sukiman tidak
mampu bertahan lama dan jatuh pada bulan Februari 1952. Penyebab
jatuhnya kabinet ini adalah karena diserang oleh kelompok sendiri
akibat kebijakan politik luar negeri yang dinilai terlalu condong ke
Barat atau pro-Amerika Serikat. Pada saat itu, kabinet Sukiman telah
menendatangani persetujuan bantuan ekonomi, teknologi, dan
persenjataan dengan Amerika Serikat. Dan persetujuan ini ditafsirkan
sebagai masuknya Indonesia ke Blok Barat sehingga bertentangan
dengan program kabinet tentang politik luar negeri bebas aktif.
3) Kabinet Wilopo

Gambar 13. Wilopo


Sumber : https://bit.ly/2vACC5k
Kabinet yang ketiga ini berhasil dibentuk pada 30 Maret 1952.
kabinet ini juga merupakan kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi.
Wilopo dari PNI terpilih sebagai perdana menteri. Program kerja
kabinet Wilopo : (1) Mempersiapkan pemilihan umum, (2) Berusaha
mengembalikan IrianBarat ke dalam pangkuan RI, (3) Meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan, (4) Memperbarui bidang pendidikan dan
pengajaran, (5) Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif. Kabinet
Wilopo banyak mengalami kesulitan dalam mengatasi timbulnya

76
gerakan-gerakan kedaerahan dan benih-benih perpecahan yang akan
menggangu stabilitas polotik Indonesia. Ketika kabinet Wilopo
berusaha menyelesaikan sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera
Utara, kebijakan itu ditentang oleh wakil-wakil partai oposisi di DPR
sehingga menyebabkan kabinetnya jatuh pada 2 Juni 1953 dalam usia
14 bulan.
4) Kabinet Ali Satroamijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro)

Gambar 14. Ali Sastroamijoyo


Sumber : https://bit.ly/2HjN8PS
Kabinet keempat berhasil dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953
yang dipimpin oleh Ali Satroamijoyo dari PNI dan wakilnya
Wongsonegoro dari PIR (Partai Indonesia Raya). Program kerja
Kabinet Ali-Wongsonegoro : (1) Menumpas pemberontakan DI/TII di
berbagai daerah, (5) Melaksanakan pemilihan umum, (6)
Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI, (7)
Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Pada masa kabinet Ali-
Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain
munculnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh
Aceh, dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Meskipun dihinggapi
berbagai kesulitan, kabinet Ali-Wongsonegoro berhasil

77
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, kabinet
Ali-Wongsonegoro ikut terangkat namanya. Kabinet Ali-
Wongsonegoro akhirnya jatuh pada bulan Juli 1955 dalam usia 2
tahun (usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali-
Wongsonegoro adalah perselisihan pendapat anatara TNI-AD dan
pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.
5) Kabinet Burhanudin Harahap

Gambar 15. Burhanudin Harahap


Sumber : https://bit.ly/2HV8kwo
Kabinet kelima terbentuk pada tanggal 12 Agustus 1955 yang
dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Masyumi. Program kerja
Kabinet Burhanuddin : (1) Mengembalikan kewibawaan moral
pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat, (2) Akan dilaksankan pemilihan umum, desentralisasi,
memecahkan masalah inflasi, dan pemberantasan korupsi, (3)
Perjuangan mengembalikan Irian Barat. Pada masa Kabinet
Burhanuddin Harahap, dilaksanakan pemilihan umum pertama di
Indonesia. Kabinet ini menyerahkan mandatnya setelah DPR hasil
pemilihan umum terbentuk pada bulan Maret 1956.

78
6) Kabinet Ali Satroamijoyo II
Kabinet keenam terbentuk pada tanggal 24 Maret 1956 di
pimpin oleh Ali Satroamijoyo. Kabinet Ali II merupakan kabinet
pertama hasil pemilihan umum. Program kerja Kabinet Ali II : (1)
Menyelesaikan pembatalan hasil KMB, (2) Menyelesaikan masalah
Irian Barat, (3) Pembentukan provinsi Irian Barat, (4) Menjalankan
politik luar negeri bebas aktif. Kabinet Ali II ini pun tidak berumur
lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh kabinet Juanda
7) Kabinet Juanda

Gambar 16. Ir Juanda


Sumber : https://bit.ly/2HlRHJj
Kabinet Juanda disebut juga Kabinet Karya. Ir. Juanda diambil
sumpahnya sebagai perdana menteri pada tanggal 9 April 1957.
Program kerja Kabinet Karya disebut Pancakarya yang meliputi : (1)
Membentuk Dewan Nasional, (2) Normalisasi keadaan RI, (3)
Melanjutkan pembatalan KMB, (4) Memperjuangkan Irian Barat
kembali ke RI, (5) Mempercepat pembangunan.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat

79
Indonesia sadar bahwa UUD 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak
cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit
Presiden yang isinya: (1) Pembubaran Konstituante, (2) Berlakunya
Kembali UUD 1945, (3) Tidak berlakunya UUDS 1950, (4) Pembentukan
MPRS dan DPRS.
Periode kepemimipinan Soekarno selanjutnya ada pada periode
demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Langkah yang dilakukan oleh
presiden Soekarno untuk membangun Indonesia pada tahun 1960-an
adalah menggunakan konsep “revolusi belum selesai”. Konsep tersebut
merupakan konsep yang digunakan Soekarno untuk menolak ideologi
barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia setelah
berdirinya suatu Negara (Indonesia). Pada masa Demokrasi Presidensial
terdapat empat kekuatan partai yang mengisi parlemen yaitu NU,
Masyumi,PNI dan PKI. Namun pada kenyataannya Soekarno lebih
memilih partai Komunis Indonesia (PKI) dikarenakan politik poros
Soekarno yang lebih cenderung ke negara Sosialis hal tersebut dibuktikan
dengan poros Jakarta-Peking, Jakarta-Hanoi. Hal tersebut melanggar
Undang- Undang Dasar Indonesia yang berpolitik secara bebas aktif. Pada
masa Demokrasi Terpimpin, presiden Soekarno telah memberikan tempat
bagi PKI dalam sistem perpolitikan nasional karena menurut Soekarno,
PKI telah terbukti mempunyai basis masa terbesar di Indonesia daripada
partai-partai lain, atas posisi tersebut Soekarno yang melaksanakan
konsepsi NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) sebagai landasan
Demokrasi Terpimpin dan kolektivitas berbagai partai menjadi satu.
Konsep revolusi yaitu revolusi nasional 17 Agustus 1945, revolusi sosial
dan revolusi komunis menghasilkan jargon “Revolusi Belum Selesai”
sangat relevan yang terus menguat, sehingga mempermudah Soekarno

80
menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin untuk meraih dominasi politik.
Dalam konteks Demokrasi Terpimpin hubungan Soekarno selaku Presiden
menjadi dekat dengan PKI.
Arah politik luar negeri Indonesia juga terjadi penyimpangan dari
politik luar negeri bebas-aktif menjadi condong pada salah satu poros.
Pada masa itu diberlakukan politik konfrontasi yang diarahkan pada
negara-negara kapitalis, seperti negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces). Nefo merupakan
kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara- Negara kornunis umumnya)
yang anti imperialisme dan kolonialisme. Sedangkan Oldefo merupakan
kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang
neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme itu dibentuk
poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang. Akibatnya ruang
gerak diplomasi Indonesia di forum internasional menjadi sempit, karena
berkiblat ke negera-negara komunis. Selain itu, pemerintah juga
menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan
pemerintah tidak setuju dengan pembentukkan negara federasi Malaysia
yang dianggap proyek neo kolonialisme Inggris yang membahayakan
Indonesia dan negara-negara blok Nefo. Para pemimpin PKI, Aidit, Njoto,
dan lain-lain yang menuliskan statemen politik mereka dalam slogan-
slogan Demokrasi Terpimpin dan menegaskan sikap mendukung Manipol
juga harus mendukung Nasakom dan Resopim.
Pada masa ini juga Indonesia keluar dari keanggorannya sebagai
anggota PBB. Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah
diterimanya Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan (DK) tidak tetap
PBB. Dengan masuknya Malaysia menjadi anggota DK tidak tetap PBB,
maka Presiden Sukarno berpidato di depan Sidang Umum PBB dengan
judul “Membangun Dunia Kembali”. Karena PBB tetap menerima

81
Malaysia menjadi anggota DK, maka pada tanggal 7 Januari 1965 dengan
terpaksa Presiden Sukarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Secara
resmi keluarnya Indonesia dari PBB dinyatakan oleh Menlu Subandrio.
Akibat keluarnya Indonesia dari PBB adalah Indonesia semakin terkucil
dari pergaulan internasional.
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi yang sangat kuat dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Undang-Undang
Dasar 1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan
selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/MPRS/1963 yang mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur
hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang
untuk berbuat demikian. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang
menggantikan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum
ditonjolkan peranannya sebagai pembantu Presiden, sedangkan fungsi
kontrolnya ditiadakan. Bahkan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
dijadikan menteri sehingga fungsi mereka lebih sebagai pembantu
presiden dari pada wakil rakyat. Kuatnya posisi presiden juga merambah
dalam bidang-bidang lain di luar bidang eksekutif. Berdasarkan Undang-
Undang No. 19 tahun 1964 Presiden diberi wewenang untuk campur
tangan di bidang yudikatif. Dan masih Banyak lagi penyimpangan-
penyimapangan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Puncaknya
pecahnya peristiwa G 30 S/PKI telah mengakhiri periode demokrasi
terpimpin dan membuka jalan untuk di mulainya masa demokrasi
Pancasila. Maka Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Soeharto guna
mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan Negara
yang semakin kacau dan sulit dikendalikan. Pada tanggal 12 Maret 1967

82
Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia
oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.
E. Rangkuman
Berikut ini adalah rangkuman berdasarkan uraian materi diatas :
1. Kehidupan sosial pada masa revolusi lebih banyak diwarnai dengan
pertempuran fisik untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari upaya
Belanda untuk merebut kembali Indonesia. banyak korban jiwa yang muncul
dari rakyat Indonesia. Pada periode demokrasi Liberal kehidupan sosial
dipengaruhi oleh beberapa pergantian kabinet dan juga kebijakan politik, orde
lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang berdiri diatas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara
termasuk dalam bidang pendidikan. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan
politik yang dibuat Soekarno melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional,
Agama dan Komunis) sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan
kolektivitas berbagai partai menjadi satu juga mempengaruhi kondisi sosial.
Masyarakat seolah-olah terpecah menjadi kelompok nasionalis, agamis, dan
juga komunis.
2. Kehidupan ekonomi pada masa awal Pada masa pasca proklamasi
kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang
cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup
mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang
Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam
keadaan nihil, begitu juga dengan pajak. Pada masa demokrasi liberal
kebijakan yang dibuat antara lain, Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan
nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkar harga
turun. Selain itu juga dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Indonesia pada bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan
sirkulasi. Program Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan
wiraswastawan pribumi. Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo I diberlakukan
sistem ekonomi ali-baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pada era demokarsi terpimpim

83
konsep ekonomi Berdikari dengan konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh
Presiden Soekarno sebagai respon atas sulitnya mendapat bantuan
internasional. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak
seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga
memadukannya dengan nasionalisme ekonomi
3. Kehidupan politik pada masa awal orde lama dilakukan dengan beberapa
perundingan dengan Belanda, perundingan tersebut antara lain perundingan
Linggarjati, Perjanjian Renville, dan konferensi meja bundar dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada masa demokrasi liberal
kehidupan politik lebih banyak dipengaruhi oleh seringnya pergantian
kabinet yang ada. Tercatat ada tujuh kabinet yang ada pada periode ini,
kabinet tersebut adalah kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, kabinet Wilopo,
kabinet Ali Satroamijoyo, kabinet Burhanudin harahap, dan kabinet Ali
Satroamijoyo II. Pada masa ini merupakan dicirikan dengan dominasi yang
kuat dari Presiden Soekarno terbatasnya peranan partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsur sosial politik. Pada periode ini juga Presiden Soekarno membubarkan
DPR-GR dan juga terjadinya peristiwa G30S PKI yang kemudian
menjatuhkan Presiden Soekarno dari posisi Presiden Indonesia

84
F. Tes formatif
1. Perhatikan data berikut ini :
(1) Jawa
(2) Sumatra
(3) Madura
(4) Sulawesi
(5) Kalimantan
Berdasarkan data diatas yang termasuk wilayah Indonesia berdasarkan
perjanjian linggarjati adalah ...
a. 1-2-3
b. 1-2-4
c. 2-3-4
d. 3-4-5
e. 1-3-5
2. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda masih
berupaya untuk mengambil kembali beberapa wilayah di Indonesia, hal
tersebut menimbulkan beberapa pertempuran dengan Belanda demi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini yang bukan latar
belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 adalah ...
a. Pendudukan Jepang dan perobekan bendera di hotel yamato.
b. Perobekan bendera di hotel yamato dan meninggalnya Brigadir
Jenderal Kirby.
c. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Mallaby.
d. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Kirby.
e. Perobekan bendera di hotel yamato dan pembunuhan tokoh agama.
3. Perhatikan data berikut ini ;
(1) Belanda berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah
menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat).

85
(2) Belanda hanya mengakui jawa tengah, Yogjakarta, dan Sumatera
bagian wilayah Republik Indonesia.
(3) Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
(4) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia,
yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) Belanda menyerahkan ganti rugi perang kepada Indonesia sebesar
45.000 Gulden.
Berdasarkan data diatas yang merupakan isi dari perjanjian Renville
adalah ...
a. 1-3-5-6
b. 1-2-4-6
c. 2-3-4-5
d. 3-4-5-6
e. 1-2-3-4
4. Untuk memenuhi kebtuhan hidup masyarakat, sebuah negara harus
menentukan mata uang yang berlaku di negaranya sebagai alat
pembayaran yang sah. Berikut ini mata uang yang beredar setelah
proklamasi kemerdekaan adalah ...
a. De Javasche Bank, mata uang NICA dan ORI
b. De Indische Bank, mata uang NICA dan ORI
c. De Javasche Bank, mata uang NICA dan mata uang Inggris
d. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang Inggris
e. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang NICA
5. Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme yang dibentuk oleh
Soekarno di era demokrasi terpimpin yakni?
a. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Kuala Lumpur
b. Jakarta-Amsterdam-Hanoi-Peking-Pyong Yang
c. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang

86
d. Jakarta-Phnom Penh-Kyoto-Peking-Pyong Yang
e. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Osaka
6. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan politik yang dibuat Soekarno
melaksanakan konsepsi NASAKOM, yakni ...
a. Nasioalis – Agamis – Komunis
b. Nasioalis – Terpimpin – Komunis
c. Nasioalis – Agamis – Terpimpin
d. Terpimpin – Agamis – Komunis
e. Nasioalis – Aktif – Komunis
7. Perhatikan data berikut ini :
(1) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
sebagai sebuah negara yang merdeka.
(2) Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.
(3) Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk bekerja sama dengan status
sukarela dan sederajat.
(4) Republik Indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda
yang dari tahun 1942.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu
Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berdasarkan data diatas yang merupakan hasil konferensi meja bundar
adalah...
a. 1-2-4-6
b. 2-3-4-5
c. 3-4-5-6
d. 1-2-3-4
e. 2-4-5-6
8. Kebijakan yang di keluarkan pada masa demokrasi liberal salah satunya
adalah Gunting Syarifuddin. Kebijakan tersebut berisi ...

87
a. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
b. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
c. Penaikan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
d. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
e. Pemotongan nilai uang agar menaikan jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
9. Dominasi yang sangat kuat dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Ciri tersebut muncul pada era ...
a. Demokrasi terpimpin
b. Demokrasi liberal
c. Demokrasi pancasila
d. Demokrasi serikat
e. Demokrasi otoriter
10. Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah ....
a. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
b. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
c. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
d. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
e. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS

88
G. Daftar pustaka
Asshiddiqie, Jimly. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik dan
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konpress, 2005
Bernhard Dahm, Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, Jakarta: LP3ES, 1987
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES,
1995.
George Mc Turnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, terj. Nin
Bakdi Soemanto, Surakarta: UNS Press, 1995
Hayati, Chusnul, dkk. Sejarah Indonesia. Jakarta: Karunika, 1985.
Kahin, George Mc.Turman, Nationalism and Revolution Indonesia, Ithaca:
Cornell University Press, 1952.
Max Lane, Bangsa yang Belum Selesai, Jakarta: Reform Institut, 2007.
Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah. Detik-Detik Proklamasi : Saat-Saat
Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka Narasi,
2011.
Poesponegoro, Marwati Djoened (dkk).. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II,
Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
R.E. Elson, The Idea of Indonesia, ab. Zia Anshor “Sejarah Pemikiran dan
Gagasan”,Jakarta: Serambi, 2009.
Ricklefs. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional Jilid 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.

89
H. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. A
2. B
3. E
4. A
5. C
6. A
7. D
8. B
9. A
10. D

90
DAR2/Profesional/100/2/2019
PENDALAMAN MATERI

MODUL 2 PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 3 : PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN


DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA ORDE BARU DAN
REFORMASI

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
Daftar Isi
KB 3 Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Orde Baru Dan Reformasi
A Pendahuluan …………………………………………………….. iii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… V
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. V
D Uraian Materi ……………………………………………………. 96
E Rangkuman ……………………………………………………… 143
F Tes Formatif KB 3 ………………………………………………. 144
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 149
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 3 ……………………………… 150

ii
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga anda dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. . Pada kesempatan kali ini anda akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 3 dengan judul Perubahan Dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Orde Baru Dan
Reformasi. Pada KB 3 ini terdiri atas Pendahuluan, Capaian Pembelajaran
(CP), Sub-Capaian Pembelajaran, Uraian Materi, Rangkuman, Tes formatif,
Daftar pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 3, semoga saudara suskes
selalu.
Lahirnya era orde baru dilatarbelakangi oleh berakhirnya era orde
lama. Tepatnya pada saat berakhirnya kekuasaan Soekarno yang lalu
digantikan oleh Soeharto. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi
berakhirnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam
negeri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya
peristiwa pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan di indonesia melalui Surat Perintah Sebelas Maret atau
Supersemar. Pemerintahan Soeharto sendiri bertahan selama 32 tahun dengan
berbagai kebijakan yang dilakukan untuk mencapai cita-cita bangsa. Pada era
ini pemerintahan Soeharto banyak memfokuskan pembangunan pada bidang
perekonomian dan penguatan Pancasila. Soeharto kemudian Mengundurkan
diri pada tahun 1998 akibat pergerakan rakyat yang kemudian dikenal dengan
gerakan reformasi. Reformasi merupakan gerakan yang dilakukan oleh rakyat
bersama dengan mahasiswa untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan
politik Indonesia. Puncak pimpinan berganti ke tangan B.J Habibie,
Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri pasca gerakan reformasi.
Proses pembelajaran untuk materi kehidupan sosial, ekonomi, politik
masa orde baru dan reformasi yang sedang saudara ikuti saat ini, dapat berjalan
dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut ini:

iii
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian terhadap materi kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa orde baru hingga reformasi terlebih dahulu agar saudara mendapat
mendapat mengkonstruksi pengetahuan lebih detail.
3. Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar yang akan dilakukan.
4. Keberhasilan proses belajar saudara dalam kegiatan belajar ini sangat
bergantung kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5. Bila saudara menemui kesulitan, silahkan hubungi instruktur/
widiaswara pembimbing atau fasilitator yang mengajar modul ini.
Baiklah saudara pengguna modul, selamat belajar, semoga saudara
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini untuk bekal
saudara bertugas dengan baik.

Penulis
September 2019

iv
B. Capaian pembelajaran
Capaian pembelajaran yang akan saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah saudara mampu menjelaskan kehidupan sosial, ekonomi dan
politik pada masa orde baru sampai reformasi.
C. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah saudara mempelajarai modul ini, maka saudara diharapkan akan
memiliki kemampuan dalam hal :
1. Menjelaskan kehidupan sosial masa orde baru sampai reformasi
2. Menjelaskan kehidupan ekonomi masa orde baru sampai reformasi
3. Menjelaskan kehidupan politik masa orde baru sampai reformasi

v
D. Uraian Materi
Sebelum saudara membaca materi, simak terlebih dahulu video
mengenai Supersemar berikut ini terlebih dahulu.
https://bit.ly/2JpJSmB
1. Kehidupan sosial masa orde baru sampai reformasi
Peristiwa G30S PKI pada tahun 1965 yang terjadi di Jakarta
menyebabkan stabilitas sosial dan politik Indonesia pada tingkat yang
mengkhawtirkan. Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan
rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan
perekonomian makin memburuk dimana inflasi yang cukup tim terhadap
pelaku G30S PKI semakin meningkat.
Tidak hanya di Jakarta, di beberapa daerah juga melakukan terhadap
PKI, banyak korban jiwa yang hilang akibat hal ini, mereka yang teridikasi
menjadi bagian dari PKI kemudian ditangkap dan tidak sedikit juga yang
kemudian dibunuh tanpa mendapat kesempatan untuk membela diri. Para
mahasiswa melakukan tuntutan kepada pemeritah pada era presiden
Soekarno, Pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mahasiswa
bersama rakyat mengajukan tuntutan “TRITURA” (Tiga Tuntutan Rakyat)
yang berisi : (1) Pembubaran PKI beserta Organisasi Massanya, (2)
Pembersihan Kabinet Dwikora, (3) Penurunan Harga-harga barang.
Akhirnya, Tujuan dari Tri Tuntutan Rakyat dapat terwujud dengan
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang
memerintahkan kepada Mayor Jenderal Soeharto untuk membubarkan
Partai Komunis Indonesia dan ormas-ormasnya.

96
Gambar 1. Gerakan Tritura
Sumber : https://bit.ly/2HWL3u2
Selain itu, Supersemar juga mengamanatkan agar meningkatkan
perekonomian Indonesia sehingga dapat terwujud kesejahteraan sosial dan
ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Supersemar yang hingga kini
masih menyisakan misteri karena ditemukan adanya tiga versi supersemar.
Supersemar kemudian menjadi alat naiknya Soeharto menjadi Presiden
Indonesia menggantikan Soekarno. Perjalanan Indonesia menjadi sebuah
bangsa yang berdaulat dilanjutkan oleh Presiden Soeharto.
Pada awal-awal masa memimpin beliau berusaha memperbaiki
permasalahan yang timbul pada masyarakat di era Soekarno, terutama
dalam hal ideologi dan keamanan. Beberapa kebijakan yang dibuat oleh
Soeharto tentunya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masalah
keamanan menjadi prioritas Soeharto pada saat itu mengingat kondisi yang
dirasakan oleh masyarakat akibat dari peristiwa G30S PKI begitu besar.
Pemerintah Orde Baru memperluas kekuasaan mereka atas kehidupan
sosial masyarakat melalui tentara. ABRI memiliki struktur organisasi yang
menempatkan mereka sampai ke desa-desa. Dengan struktur ini, ABRI
mengawasi dan mempengaruhi seluruh kehidupan sosial warga negaranya.
Tidak mengherankan ABRI bisa menyusup ke dalam kelompok-
kelompok sosial untuk memastikan bahwa mereka tidak membahayakan
negara. Sementara karena masyarakat semakin lama semakin tidak

97
memiliki kesadaran politik, maka hubungan sosial antar sesama warga
bersifat steril terhadap politik. Pemerintah juga saat itu menjalanakan
program Dwi Fungsi ABRI dalam praktek kehidupan sosial politik.

Gambar 2. Info Grafis Dwi fungsi ABRI


Sumber : https://bit.ly/2HmuLha
Militer adalah suatu alat pertahanan negara, sebenarnya telah
mempunyai konsep yang baik dalam perannya menjaga stabilitas Politik
dan keamanan di dalam negeri, yaitu Dwi Fungsi ABRI. Dwi Fungsi ABRI
merupakan sebuah konsep dasar militer dalam menjalankan peran sosial
politik mereka di negeri ini. Dwi Fungsi ABRI yang diketahui masyarakat
di luar lingkungan ABRI adalah sebagai sebuah bentuk militerisme,
campur tangan militer dalam permasalahan politik, campur tangan militer
dalam permasalahan-permasalahan negara lainnya yang penting yang
menyangkut hajat hidup orang banyak.

98
Dwi Fungsi ABRI dilihat sebagai sebuah intervensi militer dan
legitimasi militer untuk melakukan tindak kekerasan terhadap rakyat. Dwi
Fungsi berarti masuknya militer dalam posisi-posisi/jabatan-jabatan
penting dan mengurangi jatah orang-orang sipil. salah satu bentuk
perwujudan fungsi ABRI sebagai kekuatan sosial politik adalah penugasan
prajurit ABRI dalam lembaga, instansi, badan atau organisasi di luar
jajaran ABRI. Alasan utama pada awalnya adalah untuk mengamankan
bangsa dari segala pengaruh komunisme. Tetapi selanjutnya, penugasan
itu dimaksudkan pula untuk menyukseskan program pembangunan Orde
Baru.
Peran besar militer dalam kehidupan masyarakat di era orde baru
berdampak pada banyak dibungkamnya hak-hak rakyat. Jika mereka
melakukan kritik kepada pemerintah maka akan dianggap sebagai bentuk
perlawanan kepada negara, sehingga hak rakyat untuk memberikan
pendapat sangat berkurang. Hak untuk berserikat dan berkumpul juga
dibatasi pada era orde baru. Dalam hal kebudayaan Pemerintah Orde Baru
mendefinisikan kebudayaan nasional sebagai puncak-puncak kebudayaan
daerah. Dengan demikian, kebudayaan daerah yang dianggap bertentangan
atau membahayakan kebudayaan nasional akan dihapus atau dilarang.
Pemerintah juga mengontrol kerja dan produksi kebudayaan. Seniman
tidak bisa seenaknya mengahasilkan karya seni. Karya seni yang
membahayakan Pancasila dan UUD akan dilarang. Demikian pula dengan
pementasan drama atau teater. Semuanya harus ada izin tertulis dari aparat
keamanan, Selain itu isi pementasan atau isi puisi harus dikontrol.
Kehidupan sosial masyarakat pada era orde baru pada
kenyataannya banyak dikontrol oleh pemerintah, hal tersebut tentunya
menimbulkan perlawanan dari rakyat. Mereka merasa hak mereka untuk
mendapatkan kehidupan merasa dibatasi dan tidak dapat berkembang,
hanya orang-orang yang dekat dengan pemerintah yang mendapat
kemudahan. Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang kemudian
menjadi krisis multidimensional. Puncaknya pada tahun 1998 yang

99
dipelopori oleh mahasiswa terjadi gerakan untuk menurunkan Soeharto,
gerakan tersebut kemudian dikenal dengan gerakan reformasi.
Pada tahun 1998 dalam upaya menuntut mundur Soeharto juga
diwarnai dengan pertumpahan darah, banyak korban dari mahasiswa yang
dilakukan oleh militer yang mendukung pemerintah. Konflik rasial juga
muncul pada tahun tersebut. Rakyat terbagi menjadi dua kelompok yakni
pribumi dan non pribumi (yang mayoritas etnis Tionghoa). Kelompok
pribumi menganggap selama ini kelompok non pribumi merugikan
mereka, sehingga muncul tindakan pengerusakan dan pembakaran serta
penjarahan terhadap tempat-tempat usaha kelompok non pribumi.
Pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan kaum non pribumi juga
banyak terjadi, akibatnya banyak terjadi eksodus besar-besaran yang
dilakukan oleh kaum non pribumi meninggalkan Jakarta dan juga
Indonesia, karena tidak mendapat jaminan keamanan.
Gerakan reformasi pada akhirnya mencapai hasilnya dengan
mundurnya Soeharto dari posisi presiden yang kemudian digantikan oleh
B.J. Habibie. Pada era ini masalah sosial masih belum mengalami
perubahan yang berarti, mengingat hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian yang masih belum stabil. Namun kebebasan rakyat untuk
menyampaikan pendapat, berserikat dan berkumpul sudah dikembalikan,
peran militer juga mulai dikurangi, sehingga tidak menimbulkan rasa
ketakutan pada rakyat. Habibie menjadi presiden tidak terlalu lama, pidato
pertanggungjawabannya pada tahun 1999 ditolak oleh MPR sehigga dia
harus kehilangan jabatannya yang kemudian digantikan oleh
Abdurrahmad Wahid (Gus Dur) melalui mekanisme votting oleh
MPR/DPR.
Pada era Abdurrahman Wahid atau yang bisa dikenal dengan
sebutan Gus Dur ini dalam kehidupan sosial terutama masalah rasial mulai
diselesaikan. Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah
membubarkan Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen
penerangan merupakan alat bagi Presiden Soeharto untuk mengekang

100
kebebasan pers, dengan dibubarkannya Departemen tersebut maka
kebebasan pers di Indonesia semakin terjamin. Abdurrahman Wahid atau
Gus Dur merupakan bapak Pluralisme di Indonesia, hal itu dikarenakan
semasa hidupnya Abdurahman Wahid selalu membela kaum minoritas dan
sangat anti dengan yang namanya kekerasan dan ketidak adilan. bahkan
dengan gagahnya Abdurahman Wahid berani meresmikan agama baru
yaitu Konghucu menjadi agama resmi di Indonesia. Namun disayangkan
pluralisme di dalam kehidupan bangsa Indonesia yang ingin diwujudkan
oleh Abdurahman Wahid sempat mengalami permasalahan dikarenakan
terjadinya kerusuhan berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan seperti adanya kerusuhan Sampit yaitu pertikaian antara suku
Dayak dan Madura yang banyak memakan korban jiwa dan kerusuhan ini
terjadi pada tanggal 27 Februari 2000.
Setelah dilantik menjadi Presiden, Gus Dur dihadapi pada
persoalan konflik dibeberapa daerah di Indonesia. Menghadapi hal itu,
setelah pengangkatan dirinya sebagai Presiden, Abdurahman Wahid.
melakukan pendekatan yang lunak terhadap daerah-daerah yang
berkecamuk. Terhadap Aceh misalnya, Abdurahman Wahid. memberikan
opsi referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum
Timor Timur. Pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dilakukan
Abdurahman Wahid. dengan mengurangi jumlah personel militer di
Negeri Serambi Mekkah tersebut. Netralisasi Irian Jaya, dilakukan
Abdurahman Wahid. pada 30 Desember 1999 dengan mengunjungi
Ibukota Irian Jaya. Selama kunjungannya, Presiden Abdurahman Wahid
berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong
penggunaan nama Papua. Tingginya harga barang-barang kebutuhan
pokok saat itu membuat sebagian besar masyarakat Indonesia kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Pada tahun 23 Juli 2001 Megawati dilantik menjadi Presiden
setelah Gus Dur dianggap melanggar konstitusi setelah mengeluarkan
dekrit presiden. Salah satu permasalahan utama dalam pemerintahan

101
Megawati Soekarno Putri adalah kondisi Indonesia yang belum stabil.
Pada saat itu Indonesia sedang dalam krisis multidimensional. Dimana,
sebagian krisis itu merupakan bagian dan kelanjutan dari krisis moneter,
krisis ekonomi, krisis kepercayaan, krisis politik, dan krisis keamanan
yang telah melanda sejak tahun 1997. Konflik antar kelompok yang
muncul diberbagai daerah beberapa tahun terakhir, sehingga kebijakannya
adalah mempercepat penyelesaian konflik antar kelompok masyarakat
yang marak terjadi periode tahun 1998-2000. Untuk menyelesaikan
konflik itu, diterapkan berbagai pendekatan, baik bersifat politik, sosial,
maupun kultural. Karena NKRI merupakan “harga mati” maka pemerintah
akan bersikap tegas terhadap siapapun yang akan mengganggu kedaulatan
maupun persatuan dan kesatuan bangsa.
Untuk menyelesaikan konflik Aceh dan Papua misalnya,
pemerintahan Megawati memberikan status otonomi khusus pada Aceh
dan Papua sehingga konflik dengan GAM di Aceh dan dengan OPM di
Papua dapat diselesaikan. Selain masalah konflik di daerah, pada era
Megawati juga terjadi berbagai peristiwa terorisme di berbagai lokasi
dengan latar belakang agama. Beberapa contoh tindak terorisme yang
terjadi antara lain Aksi pengeboman di Legian, Kuta Bali pada tanggal 12
Oktober 2002, disusul dengan pengeboman Hotel George.W. Marriot
Jakarta. Kedua aksi pengeboman tersebut yang menimbulkan kerugian
bagi pemerintah secara material dan berakibat puluhan orang tewas.

102
Gambar 3. Bom Bali I
Sumber : https://bit.ly/2qULSM1
Aksi terorisme ini telah menjadi ancaman bagi Indonesia, untuk itu
pemerintah berusaha untuk melindungi segenap masyarakat yang ada di
Indonesia dan melakukan perlawanan terhadap terorisme. Perlu kiranya
disadari bahwa aksi terorisme bukanlah sekedar tindak pidana biasa. Ini
merupakan kejahatan luar biasa yang masuk kedalam kategori kejahatan
terhadap kemanusiaan. Mengingat dampak atau akibat yang ditimbulkan
dari suatu aksi terorisme tidak terbatas pada korban jiwa, harta benda,
sarana dan prasarana umum. Aksi terorisme amat berpotensi merusak
lingkungan hidup, sumber-sumber ekonomi bahkan menimbulkan
keguncangan sosial dan politik.
Era Pemerintahan Megawati sebagai Presiden Indonesia berakhir
pada tahun 2004, yang kemudian digantikan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). SBY menjabat sebagai Presiden selama dua periode,
yakni pada periode pertama pada tahun 2004-2009, kemudian dilanjutkan
kembali pada periode kedua pada tahun 2009-2014. Pada masa
pemerintahan SBY konflik yang muncul di Aceh dapat terselesaikan
melalui jalur diplomasi yakni dengan dilakukannya perjanjian Helsinki
yang kemudian diikuti dengan penetapan UU No. 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh. Konflik pada Papua juga mereda pada era
pemerintahan SBY, angkah mendasar yang ditempuh yakni membentuk
Majelis Rakyat Papua (MRP) dengan PP No.54/2004.

103
Pada masa awal kepemimpinan SBY, kondisi Indonesia masih
berada pada masa transisi dari era orde baru ke era reformasi, keadaan
sosial masyarakat masih belum begitu stabil akibat dari krisis keuangan
regional, ketidakstabilan politik, pergesekan sosial, hingga ancaman
disintegrasi. Belum stabilnya kondisi masyarakat tersebut membuat SBY
kemudian membuat kebijakan untuk meringankan beban rakyat, beberapa
kebijakan yang dikeluarkan oleh SBY antara lain bantuan langsung tunai
(BLT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,
Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan. SBY juga berhasil menurunkan
tingkat kemiskinan masyarakat, Dalam tahun 2013, jumlah penduduk
miskin berhasil diturunkan menjadi 28,1 juta (11,4 persen), lebih rendah
dari tahun 2004 yang masih berjumlah 36,1 juta (16,7 persen). Dalam
tahun 2010-2014 dilakukan penyempurnaan lebih lanjut dengan
pengelompokan program-program penanggulangan kemiskinan menjadi
Klaster I, Klaster II, Klaster III, dan Klaster IV yang bertujuan untuk
mensinergikan program-program penanggulangan kemiskinan yang
bersifat pemenuhan kebutuhan dasar dan berbasis kewilayahan.
Pada masa pemerintahan SBY periode pertama Indonesia juga
mengalami musibah akibat bencana alam yang banyak memakan korban
jiwa. Beberapa bencana alam tersebut antara lain adalah gempa bumi dan
Tsunami yang melanda Aceh pada akhir tahun 2004 serta gempa bumi
yang melanda Yogjakarta pada tahun 2006. Bencana alam tersebut
menimbulkan banyak korban jiwa, di Aceh 170.000 orang tewas serta
menimbulkan kerusakan bangunan yang menyebabkan banyak orang
kehilangan tempat tinggalnya.

104
Gambar 4. Kondisi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami 2004
Sumber : http://bit.ly/2oNUOWj
Pada tahun 2006 Indonesia kembali mengalami bencana alam yang
cukup besar, yakni gempa bumi di wilayah Yogjakarta dan sekitarnya.
Dari data BPBD Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah Bantul ada
4143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat
71.372, rusak ringan 66.359 rumah. Total korban meninggal gempa DIY
dan Jawa Tengah bagian selatan, seperti di Klaten, tercatat mencapai 5.782
orang lebih, 26.299 lebih luka berat dan ringan, 390.077 lebih rumah roboh
akibat gempa waktu itu. Bencana lain yang cukup besar dan menjadi
pembicaraan nasional pada era kepemimpinan SBY adalah bencana
lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, bencana tersebut
menenggelamkan empat desa yang dihuni oleh ribuan warga.
Setelah memimpin Indonesia selama dua periode (2004-2014)
posisi SBY kemudian digantikan oleh Presiden berikutnya yakni Joko
Widodo (Jokowi) pada tahun 2014 melalui mekanisme pemilu secara
langsung. Pada era kepemimpinan Jokowi kehidupan sosial masyarakat
dirancang dalam konsep program Nawa Cita. Jokowi bersama Jusuf Kalla
yang menjadi wakil presiden memiliki kebijakan memangkas beberapa
subsidi, terutama subsidi bahan bakar minyak yang kemudian dialihkan
untuk membangun infrastruktur dan juga pendidikan serta kesehatan.
Jokowi juga memperhatikan aspek sosial kependudukan sehingga
kemudian muncul kebijakan seperti perluasan sasaran program keluarga

105
harapan, perbaikan mutu layanan kesehatan dan keberlanjutan program-
program bantuan langsung ke masyarakat, Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), Kartu Indonesia Pintar (KIP), hingga Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Dalam bidang agraria, Presiden Jokowi membuat kebijakan
reforma agraria. Dengan kebijakan tersebut menghadirka kepastian hukum
kepemilikan lahan, mengatasi konflik lahan serta memperbaiki dan
menaga kualitas lingkungan hidup. Masyarakat desa mendapat perhatian
lebih pada era kepemimpinan Presiden Jokowi, desa mendapatkan dana
yang cukup banyak untuk dikelola pemerintah desa guna memajukan dan
mengembangkan potensi desa, sehingga pembangunan dapat berjalan
secara merata. Presiden Jokowi juga memperhatikan kemajuan tekhnologi
informasi yang berkembang cukup pesat di Indonesia, terjadi perubahan
perilaku masyarakat yang banyak dipengaruhi media sosial, pergerakan
barang dan jasa banyak dilakukan melalui jaringan internet. Untuk itulah
kemudian Jokowi mengeluarkan sebuah kebijakan pembangunan
infrastruktur yang bernama Palapa Ring, yakni pembangunan infrastruktur
digital sehingga seluruh wilayah Indonesia dapat menikmati akses internet.
2. Kehidupan ekonomi masa orde baru sampai reformasi
Kehidupan ekonomi pada era orde baru masih diwarnai kekacauan
peninggalan orde lama. Sebagai langkah awal pemerintah pada era orde
baru menempuh cara: (a) Mengeluarkan Ketetapan MPRS
No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan
dan pembangunan, (b) MPRS mengeluarkan garis program pembangunan,
yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta
program pembangunan. Langkah kongkrit yang dilakuka oleh kabinet
Ampera pimpinan Soeharto saat itu membuat kebijakan : (a) Mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan
kemacetan, (b) Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian, (c) Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk
melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh
cara : (1) Mengadakan operasi pajak, (2) Cara pemungutan pajak baru bagi

106
pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri
dan menghitung pajak orang, (3) Penghematan pengeluaran pemerintah
(pengeluaran konsumtif dan rutin), (4) serta menghapuskan subsidi bagi
perusahaan negara, (5) Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit
impor.
Seluruh perencanaan dan pembangunan ekonomi dilaksanakan
sepenuhnya oleh pemerintah. Masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam
perencanaan pembangunan. Rakyat hanya menjadi objek atau sasaran
pembangunan. Untuk memajukan perekonomian nasional, pemerintah
terus memajukan pembangunan di berbagai sektor, termasuk sektor
pertanian. Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal
dengan sebutan Revolusi Hijau. Revolusi Hijau merupakan perubahan cara
bercocok tanam daricara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau
(Green Revolution) merupakan suatu revolusi produksi biji-bijian dari
hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai
varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil
panen komoditas tersebut.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakkan
revolusi hijau ditempuh dengan cara: (a) Intensifikasi Pertanian,
intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha
Tani yang meliputi: Pemilihan bibit unggul, Pengolahan tanah yang baik,
Pemupukan, Irigasi, Pemberantasan hama, (b) Ekstensifikasi Pertanian,
ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat
ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru, (c) Diversifikasi Pertanian,
usaha penganeka-ragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian
melalui sistem tumpang sari, (d) Rehabilitasi Pertanian, merupakan usaha
pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang
membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hasil dari
usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan oleh presiden

107
Soeharto berhasil mewujudkan swasembada pangan yang terjadi
dibeberapa daerah.

Gambar 4. Panen Raya pada era Soeharto


Sumber : https://bit.ly/2HW2Ul7
Dalam bidang ekonomi dan pembangunan dilakukan
pembangunan nasional pada masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala
bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi
Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman
tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembagunan adalah
sebagai berikut : (1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
(2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, (3) Stabilitas nasional yang
sehat dan dinamis. Sedangkan delapan Jalur Pemerataan meliputi : (1)
Pemerataan pemebuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan
perumahan, (2) Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemerataan pembagian pendapatan, (4)
Pemerataan kesempatan kerja, (5) Pemerataan kesempatan berusaha, (6)
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita, (7) Pemerataan penyebaran

108
pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air, (8) Pemerataan kesempatan
memperoleh keadilan.
Pelaksanaannya pembangunan nasional pada orde baru dilakukan
secara bertahap yaitu, Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30
tahun dan jangka pendek mencakup periode 5 tahun
(Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari
pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambungan. Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita,
yaitu : Pertama Pelita I. Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret
1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru. Tujuan
Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran yang diharapkan oleh pelaksanaan Pelita I adalah Pangan,
Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. Kedua Pelita 2, Dilaksanakan pada
tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah
tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Dengan
strategi dasar diarahkan pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan
penekanan pada sektor pertanian dan pengembangan industri yang
mengolah bahaan mentah menjadi bahan baku. Pelaksanaan Pelita II
cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun.
Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada
akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun
keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
Ketiga adalah pelita III. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979
hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada
Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi
pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan. Titik berat
pembangunan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan

109
meningkatkan industri mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
Adanya pemerataan hasil pembangunan ekonomi di Indonesia yang
mana pembangunan ekonomi merupakan salah satu pilar tumbuhnya
rezim Orde Baru. Pemerintah Orde Baru bukannya tidak berusaha
mengatasi ketidaksesuaian rencana dan hasil pembangunan ekonomi
berupa ketimpangan dan belum meratanya hasil pembangunan. Sejak
Pelita III (1979–1984) terjadi perubahan pokok. Trilogi Pembangunan
yang pada mulanya, urutannya ialah pertumbuhan, pemerataan, dan
stabilitas. Kemudian sejak Pelita tersebut diubah menjadi pemerataan,
pertumbuhan, dan stabilitas. Disusul pula dengan pencanangan dua
pokok kebijaksanaan pembangunan, yaitu: (1) mengurangi jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan; dan (2) melaksanakan
delapan jalur pemerataan yang meliputi pemerataan pembagian
pendapatan, penyebaran pembangunan di seluruh daerah, kesempatan
memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha,
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan kesempatan
memperoleh keadilan.
Keempat, adalah pelita IV. Dilaksanakan pada tanggal 1 April
1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980
yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah
akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga
kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
Kelima adalah, pelita V. Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989
hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri.
Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar
negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan
ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

110
Keenam adalah pelita VI. Dilaksanakan pada tanggal 1 April
1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan
pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta
pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama
pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda
negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter
dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian
menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia,
Indonesia kemudian juga terkena imbasnya. Pada bulan Desember 1997,
turunnya nilai mata uang rupiah semakin tajam hingga menembus angka
Rp. 5000. Tidak sampai pada angka itu saja, bahkan nilai mata uang
rupiah terus mengalami penurunan tajam hingga Rp. 17.000/US $ pada
bulan Januari 1998. Kondisi ini mengakibatkan hancurnya bursa saham
Jakarta, harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi, bangkrutnya
perusahaan-perusahaan modern di Indonesia yang mengakibatkan
terjadinya PHK secara besar-besaran. Pada 1998 terjadi gerakan
Reformasi yang salah satu tuntannya adalah menghilangkan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pemerintah orde baru, karena
selama ini orang-orang yang dekat dengan pemerintah yang mendapat
kemudahan dan keuntungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
terutama pada industri skala yang besar.
Setelah terjadi pergantian presiden dari Soeharto ke presiden B.J
Habibie kebijakan dalam bidang ekonomi juga mengalami perubahan.
Dalam bidang ekonomi Presiden Habibie mempunyai tiga program yaitu
program jangka pendek, jangka menengah dan program jangka panjang.
Tujuan program jangka pendek ini untuk mengurangi beban masyarakat,
terutama masyarakat miskin dan yang berpenghasilan rendah. Seperti
program jaringan pengaman sosial (JPS), penyediaan kebutuhan pokok
rakyat serta pengendalian harga. Dalam program jangka menengah, hal-

111
hal yang dilakukan meliputi upaya penyehatan sistem perbankan untuk
membangkitkan kembali kepercayaan dan kegiatan dunia usaha,
khususnya investor luar negeri serta pengendalian laju inflasi dan
berbagai upaya reformasi struktural untuk memperkuat landasan
perekonomian nasional dengan meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Sedangkan dalam program jangka panjang sedang diletakkan landasan
bagi perekonomian yang maju, modern, mandiri dan berkualitas, terbuka
bagi semua kalangan serta membangun institusi ekonomi yang
berorientasi ke pasar dalam negeri dan pasar global.
Pada 1999 terjadi kembali perubahan pimpinan di Indonesia.
Presiden B.J habibie digantikan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Pada bidang perekonomian, Presiden Abdurrahman Wahid mewarisi
ekonomi Indonesia yang relatif lebih stabil dari pemerintahan Habibie,
nilai tukar Rupiah berada dikisaran Rp 6.700/US$. indeks harga saham
gabungan (IHSG) berada di level 700. Dengan bekal ini di tambah
legitimasi yang dimilikinya sebagai presiden bersama wapres yang
dipilih secara demokratis, Indonesia mestinya sudah bisa melaju
kencang. Namun Presiden Abdurrahman Wahid bersama kabinetnya
menolak melanjutkan semua hasil kerja keras kabinet pemerintahan
Habibie misalnya Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah
(PKM), yang selama pemerintahan Habibie menjadi lokomotif ekonomi
kerakyatan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dijadikan kementerian
nonportofolio atau menteri negara non Departemen. Selama
pemerintahan Abdurrahman Wahid IMF tak pernah mencairkan
pinjamannya, Bagaimanapun juga presiden Abdurrahman Wahid telah
membuktikan kepada dunia luar, bahwa Indonesia bisa diurus tanpa
bantuan dana dari IMF. Pemerintahan Abdurahman Wahid juga memiliki
gagasan sekuritisasi aset yaitu aset-aset negara, terutama barang tambang
bisa dinilai dulu, kemudian pemerintah bisa mengeluarkan saham atas
aset-aset Negara tersebut yang kemudian diperjual-belikan dipasar modal
untuk membiayai pembangunan nasional.

112
Pada era kepemimpinan Gus Dur terdapat peristiwa
perekonomian yang mengguncang pemerintahan, yakni bulog gate dan
brunei gate. Kasus Bulog gate begitu terkenal karena sering kali menjerat
petinggi-petingggi negara. Kasus-kasus yang melibatkan nama Badan
Urusan Logistik (Bulog) serta jajaran pimpinannya sejak lama sudah
mengemuka. Kasus ini melibatkan Yanatera (Yayasan Bina
Sejahtera) Bulog yang dikelola oleh mantan Wakabulog, Sapuan. Sapuan
akhirnya divonis 2 tahun penjara dan terbukti bersalah menggelapkan
dana non bujeter Bulog sebesar 35 milyar rupiah. Kasus ini pula yang
mengantarkan Gus Dur lengser di tahun 2001. Setelah sebelumnya ia
menerima dua kali memorandum DPR RI. Brunei gate adalah kasus
penyaluran dana Sultan Brunei yang diserahkan kepada pengusaha yang
dekat dengan Presiden Wahid, yaitu Ario Wowor.
Setelah Gus Dur lengser pada tahun 2001, posisinya kemudian
digantikan oleh wakilnya, yakni Megawati Soekarno Putri. Pada saat
Megawati Soekarno Putri diangkat menjadi Presiden RI yang kelima,
kondisi Indonesia masih dalam keadaan krisis. Krisis ini disebabkan
karena situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Banyak orang yang
berpendapat, bahwa siapapun yang menjadi pemimpin dalam negeri ini
akan menghadapai masalah yang sangat berat, dan bagi pasangan
Megawati Soekarno Putri dan Hamzah haz, masalah krisis Indonesia ini
adalah tugas yang sangat berat dan harus dijalani. Tantangan terbesar
pertama bagi Megawati Soekarno Putri adalah memulihkan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Ini mengingat rakyat Indonesia tidak
percaya lagi akan usaha-usaha dan tindakan yang dijalankan oleh
pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, masalah krisis terus melilit.
Krisis ekonomi dan politik terus berlarut-larut. Hal ini mengakibatkan
pemerintah tidak kredibel lagi di mata masyarakat.
Untuk tetap mempertahankan negara kesatuan, pemerintahan
Megawati Soekarno Putri telah menentukan berbagai kebijakan, yaitu
direalisasikan desentralisasi kewenangan yang dikenal dengan sebutan

113
otonomi daerah dari pemerintah pusat ke daerah sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku. Dengan otonomi daerah, daerah didorong
untuk mampu mengelola atau mengatur daerahnya secara mandiri.
Kemandirian diharapkan mampu mendorong terjadinya percepatan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Kebijakan lain yang dibuat oleh Presiden Megawati dalam bidang
ekonomi antara lain : (a) memutuskan hubungan dengan IMF, (b)
melakukan restrukturisas dan reformasi keuangan dengan melakukan
pembaruan ketentuan perundang-undangan, (c) meningkatkan
pendapatan melalui pajak, cukai, mendorong kemajuan usaha kecil dan
menengah, (d) kerja sama ekonomi dan politik di luar Amerika. Keadaan
ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Megawati
Soekarno Putri terus mengalami kemajuan. Secara riil keadaan ekonomi
masih belum sepenuhnya pulih, dan tingkat pengangguran masih tinggi,
namun dari sejumlah indikator ekonomi makro tampak bahwa keadaan
sudah menunjukkan tanda-tanda membaik. Mengingat pertumbuhan
ekonomi nasional yang terpuruk pada lima tahun yang lalu akibat krisis
ekonomi.
Masalah pokok dibidang ekonomi yang dihadapi kabinet gotong
royong sejak awal adalah tidak terkendalinya fluktuasi nilai tukar rupiah,
besarnya utang pemerintah dan belum tuntasnya penyehatan perbankan
nasional. Hal ini berdampak pada pengangguran dan menurunnya tingkat
pendapatan dan daya beli masyarakat. Kurangnya dukungan prasarana,
gangguan ketertiban dan keamanan serta ketidak pastian hukum sangat
mengurangi investasi. Untuk itu, pemerintah melakukan langkah
stabilisasi fiskal dan perbaikan ekonomi makro serta memulihkan fungsi
intermediasi perbankan. Ada sejumlah faktor penting yang ikut
mempengaruhi terus menguatnya fondasi perekonomian Indonesia, yaitu
kebijakan moneter yang mampu menekan angka inflasi, pengelolaan
hutang luar negeri yang semakin baik dan terus menurunnya defisit

114
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), dan tentu saja terus
membaiknya stabilitas politik dan keamanan. Berkenaan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah mendorong daerah agar
menciptakan suasana yang kondusif bagi iklim investasi, serta
mengembangkan sarana dan prasarana yang diperlukan guna menarik
minat investor.
Pemerintah juga mendorong daerah untuk menerbitkan Peraturan
Daerah yang bisa mendorong terciptanya iklim investasi, serta mencabut
atau melakukan pengkajian ulang terhadap peraturan daerah yang dinilai
menjadi penghambat pertumbuhan investasi. Pada sisi lain, pemerintah
juga mendorong penciptaan lapangan kerja dan kesempatan kerja baru
sekaligus peluang berusaha, utamanya pada sektor usaha mikro, kecil,
dan menengah. Sedangkan usaha mikro, kecil, dan menengah yang ada
terus ditingkatkan produktivitasnya, agar mampu memberi
kesejahteraan, membantu mempercepat pemulihan krisis dan menyerap
tenaga kerja lebih besar lagi.
Krisis moneter yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun
1997 telah membawa persoalan yang demikian luas. Indonesia tidak
hanya dihadapkan pada beratnya tantangan beban utang luar negeri,
tetapi juga semakin hancurnya sektor riil yang berdampak pada tingkat
pengangguran yang tinggi. Di tengah pilihan ekonomi yang terbatas,
pemerintahan Megawati juga dihadapkan pada tekanan defisit anggaran.
Megawati Soekarno putri tidak punya pilihan lain untuk menciptakan
iklim ekonomi yang sehat. Untuk itu pemerintah mengambil kebijakan
yang secara politik tidak populer yaitu kebijakan untuk mengurangi
subsidi BBM, tarif dasar listrik dan telepon.
Untuk menyelesaikan permasalahan KKN pada era
kepemimpinan Megawati mengeluarkan Keppres tentang pembentukan
panitia seleksi calon pimpinan KPK. KPK adalah komisi terakhir yang
dibentuk pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi. Pembentukan
KPK (Komisi anti Korupsi) mempunyai kewenangan luas dan

115
independen. Konsekuensi dari terbentuknya Komisi Anti Korupsi adalah
melikuidasi Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
(KPKPN) dan menjadi bagian dari KPK. Fungsi KPKPN dan Komisi
Anti Korupsi berbeda. KPKPN berfungsi sebagai filter untuk mengawasi
para penyelenggara negara terhadap kemungkinan atau potensi korupsi
sebelum maupun menjabat. Sementara Komisi Anti Korupsi berperan
setelah ada dugaan pidana korupsi yamg dilakukan seorang
penyelenggara negara.
Megawati Soekarno Putri tidak lagi menjadi Presiden Indonesia,
setelah dalam pemilihan umum pada tahun 2014 dimenangkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama pasangannya yakni Jusuf
Kalla. Pada era kepemimpinan SBY membentuk kabinet yang kemudian
disebut sebagai Kabinet Indonesia Indonesia bersatu I ( pada periode
pertama SBY memimpin bersama wakilnya Jusuf Kalla) dan Kabinet
Indonesia Bersatu II (pada periode kedua SBY memimpin bersama
wakilnya Boediono). Kehidupan perekenomian Indonesia bertumbuh
secara positif, pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar
5% yang kemudian pada tahun 2007 mencapai 6,3%. Adanya krisis
keuangan global pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami pelambatan hingga hanya tumbuh 4,6% pada tahun 2009.
Namun hal tersebut masih cukup baik mengingat hanya beberapa negara
saja yang mengalami pertumbuhan ekonomi secara positif, diantaranya
adalah China, India dan Indonesia. Pendapatan Domestik Bruto (PDP)
Indonesia juga terus mengalami peningkatan pada era SBY memimpin
yaitu naik lebih dari tiga kali lipat, dari Rp 10,5 juta pada tahun 2005
hingga mencapai Rp 33,7 Juta pada tahun 2012.
Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia juga telah melunasi utang
terhadap IMF berupa sisa pinjaman sebesar US$ 3,181 miliar yang
seharusnya jatuh tempo pada tahun 2010. Pelunasan tersebut
menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan ketahanan
fiskal di dalam negeri. Pada periode Kabinet Indonesia Bersatu I dan II,

116
UMKM berperan sebagai penyangga perekonomian terutama dalam
penciptaan usaha baru dan lapangan kerja. Usaha mikro yang merupakan
sumber wirausaha baru juga terus meningkat, dan proporsinya sangat
dominan dalam struktur pelaku usaha di Indonesia.
Presiden SBY nampak kurang berhasil dalam melaksanakan
reformasi ekonomi lainnya, seperti memperbaiki iklim investasi,
pembangunan infrastruktur, mengatasi ketimpangan, kecenderungan
proteksionisme yang kian meningkat, serta kegagalan melakukan
reformasi perpajakan yang menyebabkan rasio penerimaan pajak
terhadap PDB tetap rendah. SBY juga menerapkan kebijakan
mengurangi subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga harga
BBM mengalami kenaikan, hal tersebut imbas dari kenaikan harga
minyak dunia. SBY pada tahun 2007 juga menerapkan kebijakan
konversi minyak tanah ke gas LPG. Program tersebut merupakan
pengalihan subsidi penggunaan minyak tanah ke gas LPG dengan
memberikan tabung LPG 3Kg berserta kompor kepada rumah tangga
serta pengusaha mikro yang sesuai dengan kriteria.
Untuk menekan angka kemiskinan, Presiden SBY mengeluarkan
kebijakan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada
masyarakat kurang mampu. Namun pada prakteknya, pelaksanaan
program ini kebanyakan tidak sampai kepada pihak yang berhak serta
proses pembagiannya yang kemudian menimbulkan berbagai masalah
sosial.
Beralihnya kekuasaan dari SBY ke Presiden Jokowi pada tahun
2014 juga menimbulkan perbedaan kebijakan dalam bidang ekonomi.
Presiden Jokowi dengan program Nawa Cita dan Revolusi Mental.
Jokowi memiliki karakter yang lebih mementingkan kerja kongkrit
dilapangan. Sebagai upaya mengurangi beban fiskal, Presiden Jokowi
menghapuskan subsidi bahan bakar minyak premium serta menyerahkan
penentuan harga mengikuti mekanisme pasar. Kebijakan utama Presiden
Jokowi dalam bidang ekonomi adalah melakukan realokasi anggaran

117
subsidi menjadi tepat sasaran kepada program yang menajdi fokus
utamanya, yakni percepatan pembangunan, serta untuk pembangunan
manusia yakni dalam hal pendidikan dan kesehatan.
Kebijakan pemerintah Jokowi yang lebih menitikberatkan
infrastruktur dimaksudkan untuk menciptakan konektivitas antar daerah
di Indonesia yang begitu luasnya, serta untuk mengurangi ketimpangan
ekonomi di beberapa daerah. Beberapa infrastruktur yang dibangun
antara lain, 52 proyek jalan tol, 13 proyek pelabuhan, 17 proyek bandara,
yang diharapkan dapat memiliki dampak pada pengurangan biaya
transportasi dan logistik, pertukaran barang dan jasa menjadi lebih efisien
serta produk-produk lokal dapat bersaing dengan produk luar negeri.
Presiden Jokowi dihadapkan pada tantangan hambatan regulasi
dan birokrasi dalam melaksanakan kerjanya baik itu ditingkat pusat
mauun daerah. Untuk menghadapi persoalan tersebut dibuatlah 13 Paket
Kebijakan Ekonomi (PKE) pada tahun 2015 sehingga dapat
menggerakan sektor swasta sehingga dapat bekerja secara efisien. Paket
kebijakan tersebut memiliki implikasi pada mudahnya izin usaha, akses
kredit, serta kepastian hukum dalam investasi. Kebijakan lainnya yang
dilakukan dalam bidang ekonomi adalah dilakukannya amnesti pajak
kepada pengusaha, sehingga negara mendapatkan ruang fiskal yang lebih
besar. Pembangunan dalam bidang ekonomi juga dilakukan melalui desa
dan daerah pinggir, Presiden Jokowi meningkatkan pagu desa sebesar
46,9 T yang digunakan oleh masyarakat pedesaan untuk meningkatkan
dan mengembangankan desa.
3. Kehidupan politik masa orde baru sampai reformasi
Peristiwa G30S PKI pada tahun 1965 yang terjadi di Jakarta
menyebabkan stabilitas sosial dan politik Indonesia pada tingkat yang
mengkhawtirkan. Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan
rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan
perekonomian makin memburuk dimana inflasi yang cukup tim terhadap
pelaku G30S PKI semakin meningkat. Pada 10 Januari 1966 di depan

118
gedung DPR-GR rakyat mengajukan tuntutan “TRITURA” (Tiga
Tuntutan Rakyat) yang berisi : (1) Pembubaran PKI beserta Organisasi
Massanya, (2) Pembersihan Kabinet Dwikora, (3) Penurunan Harga-
harga barang.
Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari
masalah yang sedang bergejolak tidak juga berhasil. Maka Presiden
Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966
(SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil
langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan Negara yang
semakin kacau dan sulit dikendalikan. Keluarnya Surat Perintah 11 Maret
1966 kepada Jendral Soeharto, ini merupakan langkah awal kemunculan
pemerintahan Orde Baru. Meskipun Supersemar tersebut hingga kini
masih menimbulkan kontroversi bagi masyarakat Indonesia, menurut
beberapa ahli sejarah hal disebabkan karena munculnya tiga versi
supersemar yang berbeda. Dalam Supersemar terdapat 3 poin tugas
utama: (1) Presiden/Panglima tertinggi ABRI/pemimpin Besar Revolusi/
Mandataris MPRS Soekarno, memutuskan, memerintahkan kepada
letjen Soeharto selaku panglima Angkatan Darat, mengambil tindakan
yang dianggap perlu agar terjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan
Presiden Soekarno demi keutuhan bangsa dan negara, (2)
Pengkoordinasian panglima angkatan lain, (3) Melaporkan dan
bertanggung jawab terhadap segala yang berhubungan dengan poin
kedua.
Supersemar oleh beberapa pihak dianggap sebagai bentuk alih
kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto untuk mengamankan
keadaan negara dari berbagai polemik yang ada saat itu. Pada tanggal 12
Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden
Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.
Pada tanggal 27 Maret 1968, Soeharto diangkat sebagai presiden hal ini
berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968. Pengukuhan

119
tersebut menandakan dimulainya era orde baru di Indonesia dan
berakhirnya kekuasaan orde lama oleh Soekarno.

Gambar 5. Tiga versi Supersemar


Sumber : https://bit.ly/2FcwEqH
Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Namun, yang dilakukan oleh Orde
Baru adalah menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang tertutup,
meskipun Orde Baru sering mengatakan bahwa Pancasila adalah ideologi
terbuka. Pancasila hanya ditafsirkan dari satu versi saja, yakni
pemerintah. Pemerintah Orde Baru memilki BP-7 yang bertugas
memahami Pancasila secara “benar”, menafsirkan secara benar dan
menyampaikan tafsiran tersebut kepada masyarakat. Seluruh lapisan
masyarakat harus pernah mengikuti penataran P4 dan memperoleh
sertifikat sebagai syarat dalam mencari pekerjaan, melanjutkan studi,
kenaikan pangkat dan golongan, dan sebagainya. Tidak hanya itu,
Pancasila dijadikan sebagai satu-satunya ideologi yang seolah-olah
ideologi lain bisa dimasukkan ke dalam Pancasila. Organisasi apapun
harus berasaskan Pancasila, jika tidak akan dijebloskan ke penjara.
Selama Orde Baru juga terjadi indoktrinasi Pancasila secara intens yang
bersifat berlebihan dan membosankan. Meskipun demikian masyarakat
tidak berani untuk menentang, karena takut dianggap tidak Pancasilais
dan dapat ditangkap.

120
Kebijakan politik dalam negeri pertama adalah pembubaran PKI
beserta organisasi-organisasi sayapnya, dan membersihkan DPR / MPR
dari unsur-unsur PKI. Pemilu pada masa orde baru pertama kali
dilakukan pada tahun 1971. Sejak berkuasa pemerintah Orde Baru yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto berusaha menata kembali kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik. Usaha-usaha tersebut
didasarkan pada tekad untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Menurut Soeharto,
berdirinya Orde Baru tidak ada alasan lain kecuali untuk membangun
kembali struktur kehidupan rakyat, bangsa dan negara. Semuanya harus
kembali berlandaskan penerapan semurni-murninya Pancasila dan UUD
1945. Hal tersebut berkaitan erat dengan komunisme yang dianggap
sebagai akar permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara pada
tahun-tahun pertama Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai ideologi
tunggal bangsa, tak pelak menjadi salah satu cara membangun citra
pemerintahan yang anti dan bersih dari komunisme.
Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966)
adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi
Darma (Soekrno masih menjadi presiden dan Soeharto sebagai ketua
presidium kabinet). Tugas utama kabinet AMPERA yaitu untuk
menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA
disebut Catur Karya Kabinet AMPERA. Sesuai dengan ketentuan yang
telah digariskan oleh MPRS, maka pemerintahan Orde Baru segera
berupaya menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen
dengan melakukan rehabilitasi dan stabilisasi politik dan keamanan
(polkam).
Tujuan dari rehabilitasi dan stabilisasi tersebut adalah agar
dilakukan pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Dalam melaksanakan rehabilitasi dan stabilisasi Polkam, pemerintah
Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto menggunakan suatu pendekatan

121
yang dikenal sebagai pendekatan keamanan (security approach),
termasuk di dalamnya de-Soekarnoisasi dan depolitisasi kekuatan-
kekuatan organisasi sosial politik (orsospol) yang dinilai akan
merongrong kewibawaan pemerintah. Seiring dengan itu, dibentuk
lembaga-lembaga stabilisasi seperti; Kopkamtib (pada 1 November
1965), Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional (11 Agustus 1966), dan
Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (1 Agustus 1970).

Gambar 6. Pengumuman kabinet Ampera


Sumber : https://bit.ly/2qVxx2A
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan
Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah
kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya
yang disebut dengan Pancakrida. Program kerja kabinet pancakrida ini
antara lain : (1) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi, (2)
Menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita), (3) Melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan Ketetapan
No. XLII/MPRS/1968 (selambat-lambatnya 5 Juli 1971), (4)
Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat, dan, (5)
Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan aparatur negara.
Antara pemerintahan Orde Baru dengan Orde Lama tidak jauh
berbeda sama-sama menggunakan sistem “ Political and Role Sharing
dan Partnership (hubungan kemitraan) antara sipil dan militer”.
Perbedaannya hanya terletak pada dasar legitimasinya, terbukti bahwa

122
presiden Soeharto memegang kekuasaan Eksekutif sebagai hasil dari
pemilihan MPRS dan MPR sejak tahun 1973. Kekuasaan Eksekutif yang
kuat dan dominan dalam pemerintahan Indonesia tertulis dalam UUD
1945 pasal 5, berbunyi bahwa Presiden memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat, dengan kata lain Presiden memegang kekuasaan Eksekutif dan
Legislatif sekaligus.
Empat tahun setelah resmi menggantikan Soekarno sebagai
Presiden RI, Soeharto menggelar pemilu pada 5 Juli 1971. Hajatan politik
nasional itu memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tingkat provinsi dan kabupaten. Ini pemilu
pertama pada masa Orde Baru. Total ada 10 partai politik yang bertarung
kali ini dan hanya delapan parpol yang meraih kursi. Muncul dua partai
baru, yaitu Golongan Karya (Golkar) dan Partai Muslimin Indonesia
(Parmusi).
Beberapa parpol pada Pemilu 1955 tak lagi ikut serta karena
dibubarkan, seperti Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai
Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemilu
menggunakan sistem proporsional dengan daftar tertutup dan semua
kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan. Golkar menang dengan
mengantongi 62,8 persen suara (236 kursi DPR). Disusul Nahdlatul
Ulama (NU) dengan 18,6 persen suara (58 kursi), Parmusi dengan 5,3
persen suara (24 kursi), Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dengan 6,9
persen suara (20 kursi), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
dengan 2,3 persen suara (10 kursi).
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah
partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga
dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga
pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas
persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan
sosial-politik, yaitu: (1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan

123
fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam seperti yang dilakukan pada
tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam), (2) Partai
Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat
nasionalis), (3) Golongan Karya (Golkar).

Gambar 7. Partai pada masa orde baru


Sumber : https://bit.ly/2Hqg0pF
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan
umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun
sekali, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Penyelenggaraan pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan
kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu
berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER (Langsung,
Umum, Bebas, dan Rahasia). Kenyataannya pemilu diarahkan pada
kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu
mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu
mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi
perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut
memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama
enam periode pemilihan. Selain itu, setiap pertangung-jawaban,
Rancangan Undang-Undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu
mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
Pemerintah kemudian menyederhanakan partai politik (dari 10
menjadi 3), meresmikan peran militer dalam pemerintahan (dwifungsi
ABRI), serta mewajibkan Penataran P4 (Pedoman, Penghayatan, dan

124
Pengamalan Pancasila) bagi masyarakat. Pada era orde baru ini pula Irian
Barat kembali secara penuh ke Indonesia. Berdasarkan isi
dari Persetujuan New York pada tahun 1962 antara Indonesia-Belanda
mengenai penyerahan kekuasaaan pemerintahan Irian Barat kepada
Indonesia maka diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat.
Pada tahun 1966 Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Hal
tersebut dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan
keamanan dan luar negeri DPR-GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada
tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali
menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya dalam
rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak.
Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada
banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB
pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi
anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
Di bawah Soeharto pula, Indonesia menjadi pemrakarsa
didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Pada
tanggal 5 Agustus 1967, berawal dari lima negara dari negara-negara
Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand mengadakan pertemuan (Konferensi) di Kota Bangkok.
Beberapa tokoh yang terlibat antara lain adalah Adam Malik (Indonesia),
Narcisso Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), Rajaratnam
(Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Konferensi tersebut
menghasilkan suatu persetujuan yang disebut dengan Persetujuan
Bangkok tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN adalah organisasi antar
negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.

125
Gambar 8 Para pendiri ASEAN
Sumber : https://bit.ly/2HXceoK
Pemerintah juga saat itu menjalanakan program Dwi Fungsi
ABRI dalam praktek kehidupan sosial politik. Militer adalah suatu alat
pertahanan negara sebenarnya telah mempunyai konsep yang baik dalam
perannya menjaga stabilitas Politik dan keamanan di dalam negeri, yaitu
Dwi Fungsi ABRI. Dwi Fungsi ABRI merupakan sebuah konsep dasar
militer dalam menjalankan peran sosial politik mereka di negeri ini. Dwi
Fungsi ABRI yang diketahui masyarakat di luar lingkungan ABRI adalah
sebagai sebuah bentuk militerisme, campur tangan militer dalam
permasalahan politik, campur tangan militer dalam permasalahan-
permasalahan negara lainnya yang penting yang menyangkut hajat hidup
orang banyak.
Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru
menyimpan beberapa kelemahan. Selama masa pemerintahan Soeharto,
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) tumbuh subur. Kasus-
kasus korupsi tidak pernah mendapat penyelesaian hukum secara adil.
Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
sehingga menyebabkan ketidak adilan dan kesenjangan sosial. Bahkan,
antara pusat dan daerah terjadi kesenjangan pembangunan karena
sebagian besar kekayaan daerah disedot ke pusat. Akhirnya, muncul rasa
tidak puas di berbagai daerah, seperti di Aceh dan Papua. Di luar Jawa
terjadi kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan pendatang
(transmigran) yang memperoleh tunjangan pemerintah. Penghasilan

126
yang tidak merata semakin memperparah kesenjangan sosial. Pemerintah
mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang sosial dan politik.
Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi diharamkan rezim
Orde Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai pemberedelan koran
maupun majalah.
Untuk menjaga keamanan atau mengatasi kelompok separatis,
pemerintah memakai kekerasan bersenjata. Misalnya, program
”Penembakan Misterius” (Petrus) atau Daerah Operasi Militer (DOM).
Kelemahan tersebut mencapai puncak pada tahun 1997–1998. Penyebab
utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter
tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus
memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan
terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat
terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok
menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang
digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah
perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran
dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi
peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas
Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan. Empat mahasiswa
tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan
Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian
diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.

127
Gambar 9. Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR 1998
Sumber : https://bit.ly/2qUPRYZ
Agenda reformasi yang dituntut oleh mahasiswa saat itu ada
enam, yakni : (1) Suksesi kepemimpinan nasional, (2) Amandemen
terhadap UUD 1945, (3) Pemberantasan KKN, (4) Penghapusan Dwi
fungsi ABRI, (5) Penegakan supermasi hukum, (6) Pelaksanaan otonomi
daerah. Turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan pada tanggal 21 Mei
1998, sebagai salah satu penguasa terlama di dunia, dia cukup yakin ketika
ditetapkan kembali oleh MPR untuk masa jabatan yang ketujuh pada
tanggal 11 Maret 1998, segala sesuatu akan berada di bawah kontrolnya.
Tetapi dua bulan sesudah Soeharto mengucapkan sumpah, Orde Baru
runtuh. Ketika mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR pada tanggal 19
Mei 1998, presiden yang sudah berumur 75 tahun ini menyaksikan
legitimasinya berkurang dengan cepat dan ia ditinggalkan seorang diri.
Saudara dapat menyaksikan video gerakan mahasiswa pada tahun
1998 di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=5zU5hG6-FkE
(video gerakan mahasiswa tahun 1998)
Lahirnya era reformasi diawali oleh pergerakan rakyat yang
didalamnya di dominasi oleh para mahasiswa yang menuntut ada
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama dalam
bidang pemerintahan, ekonomi, politik serta sosial budaya. Era reformasi

128
di Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan yang ada
tidak menjalankan fungsinya dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Peristiwa Reformasi 98 dianggap sebagai salah satu peristiwa
penting di Indonesia. Dampak dari peristiwa tersebut diantaranya ialah
setelah adanya peristiwa Reformasi 1998, setiap orang bebas
mengemukakan pendapatnya di muka umum. Setelah adanya peristiwa
Reformasi 98, semua orang diberikan kebebasan untuk membentuk partai
politik, berserikat dan berkumpul. Sebelumnya pada masa pemerintah
Orde Baru berkuasa, jumlah partai dibatasi hanya menjadi 3 partai saja
(PDI, PPP, GOLKAR). Kegiatan berserikat serta berkumpul masa itu juga
sangat dibatasi.
Soeharto memanipulasi eksistensi DPR/MPR untuk
mengokohkan kekuasaan, akhirnya diberhentikan oleh lembaga yang sama
lewat pernyataan pers tanggal 18 Mei 1998, oleh Ketua DPR Harmoko
yang didampingi oleh Ismail Hasan Meutareum, Fatimah Achmad,
Syarwan Hamid dan utusan daerah di depan wartawan dan mahasiswa
menyampaikan pernyataan bahwa pimpinan Dewan baik ketua (Harmoko)
maupun wakil-wakil ketua mengharapkan demi persatuan dan kesatuan
bangsa agar presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan
diri. Akhirnya pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan
pengunduran dirinya dari posisi Presiden Indonesia.
Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji
akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi.
Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas
menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan
DPRD, UU Anti monopoli, dan UU Anti korupsi. Dalam
perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14
menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya
penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari
jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto

129
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan
jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.

Gambar 10. Pidato Pengunduran diri Soeharto


Sumber : https://bit.ly/2FaHHAX
Silahkan saudara saksikan video di bawah ini mengenai pidato
mundurnya Soeharto.
https://bit.ly/2HpEYZz
Pidato pengunduran diri tersebut menandakan berakhirnya era
orde baru yang dipimpin oleh Soeharto dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Silahkan simak video berikut ini kelebihan dan kelemahan
dari orde baru yang dipimpin oleh Soeharto dari berbagai bidang
kehidupan.
https://bit.ly/2q7N5Qu

Reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 telah mendorong


munculnya berbagai macam perubahan dalam sistem ketatanegaraan, yang
merupakan dampak dari adanya Perubahan Konstitusi Undang-undang
Dasar Negara Tahun Presiden pasca reformasi. 1945 (UUD’45). Salah satu
hasil dari perubahan dimaksud adalah beralihnya supremasi Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) ke supremasi konstitusi. Supremasi
konstitusi memposisikan konstitusi sebagai hukum tertinggi yang
mengatur dan membatasi kekuasaan lembaga-lembaga negara.
Perkembangan konsep trias politica juga turut memengaruhi perubahan

130
struktur kelembagaan karena dianggap tidak lagi relevan mengingat fakta
bahwa tiga fungsi kekuasaan yang selama ini ada tidak mampu
menanggung beban negara dalam menyelenggarakan pemerintahan. Hal
ini kemudian mendorong negara membentuk jenis lembaga negara baru
yang diharapkan dapat lebih responsif dalam mengatasi persoalan aktual
negara dalam bentuk dewan, komisi, komite, badan, ataupun otorita,
dengan masing-masing tugas dan wewenangnya.
Sejak era reformasi tahun 1998 dicanangkan, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengeluarkan dua Ketetapan MPR
yaitu TAP MPR Nomor XI/MPR/Tahun 1998 tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
dilanjutkan dengan TAP MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang
Rekomendasi Arah Kebijaksanaan Pemberantasaan dan Pencegahan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Secara khusus, Pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Tujuan dari
Undang-Undang ini yaitu untuk menciptakan pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN melalui penerapan prinsip kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas dan akuntabilitas.
Naiknya B.J. Habibie menggantikan Soeharto sebagai Presiden
RI ketiga mengundang perdebatan hukum dan kontroversial, karena
Mantan Presiden Soeharto menyerahkan secara sepihak kekuasaan kepada
Habibie. Dikalangan mahasiswa sikap atas pelantikan Habibie sebagai
presiden terbagi atas tiga kelompok, yaitu: pertama, menolak Habibie
karena merupakan produk Orde Baru; kedua, bersikap netral karena pada
saat itu tidak ada pemimpin negara yang diterima semua kalangan
sementara jabatan presiden tidak boleh kosong; ketiga, mahasiswa
berpendapat bahwa pengalihan kekuasaan ke Habibie adalah sah dan
konstitusional. Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden B.J. Habibie
mengumumkan susunan kabinet baru, yaitu Kabinet Reformasi

131
Pembangunan. Seiring dengan diumumkannya susunan kabinet yang baru,
berarti presiden harus membubarkan Kabinet Pembangunan VII. Akhirnya
gerakan Reformasi yang dipelopori mahasiswa mampu menumbangkan
kekuasaan Orde Baru dan Era Reformasi mulai berjalan di Indonesia, di
bawah Pemerintahan B.J. Habibie. Presiden BJ Habibie membentuk
kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan yang
terdiri atas 37 menteri, yang meliputi perwakilan dari ABRI, Golkar, PPP,
dan PDI. Tiga puluh tujuh menteri ini terdiri dari beberapa menteri
departemen, menteri negara, sekretaris negara dan Jaksa Agung.
Beberapa kebijakan politik yang dibuat oleh presiden Habibie
antara lain, memberikan amnesti dan abolisi kepada beberapa tahanan
politik dan narapidana politik pada masa Orde Baru lewat Keppres.
Presiden Habibie juga melakukan perbaikan dalam hal partai politik,
diantaranya mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik,
karena pada masa Soeharto pembentukan partai politik sangat dibatasi dan
tidak sesuai dengan UUD 1945 yang memberikan semua warga Indonesia
untuk berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran.
Mulai dari diberlakukannya UU tersebut, banyak terbentuk
partai-partai politik. Jumlah partai politik yang dinyatakan sah menurut
keputusan kehakiman sebanyak 93 buah. Ada 48 partai diantaranya
dinyatakan memenuhi syarat mengikuti pemilu untuk memilih anggota
DPR, DPRD I dan DPRD II pada bulan Juni 1999. Pemilu tahun 1999
berusaha dibangun di atas spirit baru, yaitu Luber dan Jurdil. Diketahui
bahwa pemilu pada Orde Baru dibangun asas LUBER (langsung, umum,
bebas, dan rahasia) dengan mengabaikan aspek JURDIL (jujur dan adil)
bagi penyelenggara maupun peserta pemilu, juga netralitas birokrasi. Pada
tanggal 7 Juni 1999 pemilu dilaksanakan. Dalam penghitungan suara
dalam pemilu terjadi perdebatan panjang. Awalnya penghitungan suara
diperkirakan selesai pada tanggal 21 Juni 1999, tapi tertunda sampai
tanggal 16 Juli 1999. Hanya 17 dari 48 partai politik peserta pemilu yang
bersedia menandatangani hasil pemilu dengan alasan kalau pemilu belum

132
terlaksana dengan jujur dan adil. Penolakan tersebut ditunjukkan pada
rapat pleno. Presiden menyerahkan hasil rapat pleno KPU (Komisi
Pemilihan Umum) kepada Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu).

Gambar 11. Partai Peserta Pemilu 1999


Sumber : https://bit.ly/2vAtMEx
Pada era presiden Habibie ini masalah timor-timor yang
bergejolak juga diselesaikan, Masalah Timor-Timur terjadi bentrokan
senjata antara kelompok pro dan kontra kemerdekaan di mana kelompok
kontra ini masuk ke dalam kelompok militan yang melakukan teror
pembunuhan dan pembakaran pada warga sipil. Tiga pastor yang tewas
adalah pastor Hilario, Fransisco, dan Dewanto. Situasi yang tidak aman di
Tim-Tim memaksa ribuan penduduk mengungsi ke Timor Barat, ketidak
mampuan Indonesia mencegah teror, menciptakan keamanan mendorong
Indonesia harus menerima pasukan internasional, meskipun hasilnya
berdasarkan referendum yang dilakukan oleh rakyat timor-timor memilih
untuk merdeka dan berpisah dari Indonesia.
Silahkan saudara menyaksikan video berikut ini mengenai
pelaksanaan referendum di timor-timor
https://www.youtube.com/watch?v=M81T5t_HB3g

133
Lepasnya timor-timor ini merupakan salah satu penyebab
ditolaknya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie dalam sidang
umum MPR. Pada tanggal 14 Oktober 1999, Presiden B. J. Habibie
menyampaikan pidato pertanggungjawabannya didepan Sidang umum
MPR. Dalam pemandangan umum fraksi-fraksi atas pidato
pertanggungjawaban Presiden B. J. Habibie tanggal 15-16 Oktober 1999.
Dari sebelas fraksi, empat fraksi menolak, lima fraksi meminta penjelasan
tambahan, satu fraksi menyerahkan sikap dan penilaiannya kepada Komisi
Pertanggungjawaban Pidato Presiden dan satu fraksi menerima. Atas dasar
penilaian itu, Ketua MPR Amien Rais memutuskan bahwa persoalan SU
MPR akan dilakukan votting. Pada tanggal 19 Oktober, votting pun
dilaksanakan dengan hasil 355 suara menolak, 322 suara menerima, 9
abstain dan 4 suara tidak sah. Berdasarkan hasil votting tersebut, Sidang
Paripurna XII SU MPR akhirnya menyatakan menolak
pertanggungjawaban Presiden B. J. Habibie.
Beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Habibie tampaknya
belum memuaskan banyak pihak sehingga banyak anggota MPR/DPR
yang di dalam Sidang Umum tahun 1999 menolak hasil
pertanggungjawaban Habibie, Sehingga terjadi perubahan peta politik di
mana Habibie mundur setelah pertanggungjawabannya ditolak. Akhirnya
pencalonan pun terpecah menjadi 2 kubu yaitu Megawati yang dicalonkan
PDI-P dan Gus Dur yang dijagokan oleh Poros Tengah. Abdurrahman
Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373
suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.
K.H. Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan
Wakil Presiden dalam sidang umum MPR 1999 memberi harapan yang
besar bagi bangsa Indonesia. Harapan besar itu pada umumnya bersumber
dari keinginan kolektif agar kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
nasional segera pulih kembali setelah selama lebih dari 2 tahun bangsa
Indonesia terpuruk dilanda krisis ekonomi dan politik yang begitu dahsyat.
Setelah menjadi Presiden, K. H. Abdurahman Wahid membentuk Kabinet

134
yang disebut Persatuan Nasional, ini adalah kabinet koalisi yang meliputi
anggota berbagai partai politik antara lain PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN,
dan Partai Keadilan (PK), non partisan dan juga TNI juga ada dalam
kabinet tersebut.
Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah
membubarkan Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen
penerangan merupakan alat bagi Presiden Soeharto untuk mengekang
kebebasan pers, dengan dibubarkannya Departemen tersebut maka
kebebasan pers di Indonesia semakin terjamin. Kemudian ada juga
kebijakan untuk mencabut TAP MPR-RI tentang larangan terhadap Partai
Komunis, ajaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme.
Setelah dilantik menjadi Presiden, Gus Dur dihadapi pada
persoalan konflik dibeberapa daerah di Indonesia. Menghadapi hal itu,
setelah pengangkatan dirinya sebagai Presiden, Abdurahman Wahid.
melakukan pendekatan yang lunak terhadap daerah-daerah yang
berkecamuk. Terhadap Aceh, Abdurahman Wahid. memberikan opsi
referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor
Timur. Pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dilakukan
Abdurahman Wahid. dengan mengurangi jumlah personel militer di
Negeri Serambi Mekkah tersebut. Netralisasi Irian Jaya, dilakukan
Abdurahman Wahid. pada 30 Desember 1999 dengan mengunjungi
ibukota Irian Jaya. Selama kunjungannya, Presiden Abdurahman Wahid
berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong
penggunaan nama Papua.
Saudara dapat menyaksikan video berikut ini sebagai suplemen
pengetahuan mengenai kepemimpinan Gus Dur.
https://www.youtube.com/watch?v=M4GA3ybbk0o
(video dua tahun kepemimpinan Gus Dur)
Selama berkuasa Presiden Gus Dur dinilai gagal menjalankan
pemerintahannya. Gus dur melakukan pemecatan anggota kabinetya
secara sepihak tanpa sepengetahuan wakil presiden, adanya kasus bulog

135
gate dan brunei gate, yang secara tidak langsung melibatkan presiden Gus
Dur, kasus ini menimbulkan memorandum I dan II oleh anggota DPR yang
tidak diperhatikan oleh Presiden Gus Dur. Gus Dur pada saat itu
memberhentikan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi
Menkopolam, karena tidak mau mengumumkan keadaan darurat. Amien
Rais yang saat itu menjadi ketua MPR mengatakan bahwa sidang istimewa
MPR dapat dipercepat dari 1 Agustus menjadi 23 Juli 2001. Sebagai
bentuk perlawanan kepada DPR, Presiden Gus Dur mengeluarkan Dekrit
pada tanggal 23 Juli 2001, yang isinya antara lain : (1) membekukan MPR
RI dan DPR RI, (2) mengembalikan kedaulatan kepada rakyat dan
mengambil tindakan serta menyusun badan-badan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun, (3) Membubarkan
Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru. Akan tetapi dekrit ini
ditolak oleh DPR melalui mekanisme votting dalam Sidang Istimewa
MPR, karena dianggap melanggar haluan negara.
Saudara dapat menyaksikan video berikut ini mengenai
penjelasan Gus Dur saat dilengserkan dari posisi Presiden Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=ACNnW9hktYE
(video penjelasan Gus dur mengenai posisisnya saat dilengserkan
dari Presiden)
Fatwa Mahkamah Agung juga mengganggap dekrit tersebut tidak
konstitusional, dimana kedudukan MPR dan DPR tidak dapat dibubarkan
oleh Presiden. Kemudian, berdasarkan hasil sidang istimewa MPR pada
tanggal 23 Juli 2001, Presiden Gus dur dilengserkan dari jabatan Presiden
yang kemudian digantikan oleh Megawati Soekarno Putri.
Terpilihnya Megawati menjadi Presiden Indonesia ke lima
Indonesia karena posisinya sebagai wakil Presiden Gus Dur yang
dilengserkan berdasarkan hasil sidang istimewa MPR, sehingga otomatis
beliau naik menjadi Presiden. Pada tanggal 23 Juli 2001 Megawati dilantik
menjadi Presiden Republik Indonesia. Langkah awal yang dilakukan oleh

136
Megawati salah satunya membangun tatanan politik baru, yaitu dengan
amandemen UUD 1945.
Dengan selesainya amandemen keempat UUD 1945, tugas
pemerintah selanjutnya melakukan penyesuaian seluruh ketentuan
perundangan yang ada dengan muatan UUD 1945 yang telah
diamandemen. Di sisi lain pemerintah juga menyusun peraturan
perundangan yang belum dimiliki, agar amanat konstitusi bisa
dilaksanakan dengan baik. Perubahan UUD 1945 ini juga memuat tentang
adanya upaya untuk menyetarakan lembaga-lembaga Negara, sehingga
dapat mekanisme check and balances yang lebih memadai, demi
mendorong demokratisasi lembaga-lembaga negara tersebut. Dalam
pelaksanaan pemilihan umum 2004 nanti merupakan agenda baru dalam
politik Indonesia. Indonesia mengalami beberapa kemajuan politik, karena
Indonesia melakukan pemilihan Presiden dan wakil presiden secara
langsung oleh rakyat dan bertugas untuk masa jabatan yang pasti.
Pada pemerintahan Megawati pula pemilu secara langsung
direncakanan pada tahun 2014. Langkah awal dari pemerintahan
Megawati Soekarno putri tentang partai politik adalah dengan melakukan
revisi terhadap Undang Undang No 3 tahun 1999 menjadi Undang Undang
No 30 tahun 2002 tentang partai politik dan Undang Undang No 12 Tahun
2003 tentang Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2004 sangat ketat, dengan demikian
disiplin partai politik peserta pemilu sangat menentukan suksesnya
penyelenggaraan Pemilu. Berdasarkan verifikasi administrasi dan
verifikasi faktual yang dilakukan KPU, dari 49 partai politik yang
mendaftar sebagai peserta pemilu, yang memenuhi syarat hanya 24 partai
politik saja. Partai politik yang lolos verifikasi faktual dan verifikasi
administrasi dinyatakan sebagai peserta pemilu.
Untuk tetap mempertahankan negara kesatuan, pemerintahan
Megawati Soekarnoputri telah menentukan berbagai kebijakan, yaitu
pertama direalisasikan desentralisasi kewenangan yang dikenal dengan

137
sebutan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke daerah sesuai dengan
ketentuan perundangan yang berlaku. Pada 5 Juli 2004 diadakan pemilihan
umum secara langsung untuk memilih anggota legislatif serta Presiden dan
wakil Presiden. Pemilu tahun 2004 ini diikuti oleh 24 partai politik.
Megawati yang pada saat itu menjadi Presiden, kembali mencalonkan
dirinya menjadi presiden berdampingan dengan K.H Hasyim Muzadi
untuk menghadapi empat pasangan calon lainnya. Empat pasangan lainnya
adalah Wiranto-Salahudin Wahid, Amien Rais-Siswono Yudhoyono,
Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum
Gumelar. Hasil pemilu 2004 yang dilakukan dengan mekanisme pemilihan
secara langsung dengan dua putaran pemilu (karena pada putaran pertama
tidak ada pasangan yang mendapatkan suaran diatas 50%) menghasilkan
pemenang, Susilo Bambang Yudhoyono–Jusuf Kalla. Terpilihnya Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) sekaligus menandakan berakhirnya era
Megawati sebagai Presiden Indonesia.
SBY bersama pasangannya Jusuf Kalla menjadi Presiden dan
pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia melalui
pemilu. Pada pemilihan umum berikutnya pada tahun 2009, SBY juga
mampu memenangkan pemilu dengan wakil yang berbeda yakni
Boediono. Pada periode pertama menjadi Presiden Indonesia, SBY
kemudian menyusun kabinet kerjanya yang dinamakan dengan Kabinet
Indonesia Bersatu I, dan pada periode kedua kabinetnya dinamakan
dengan Kabinet Indonesia Bersatu II. Proporsi menteri yang disusun oleh
SBY saat menjadi Presiden tidak semuanya berasal dari partai politik, SBY
juga mengangkat menteri dari kalangan profesional yang memang sudah
memiliki rekam jejak positif. Pada Kabinet Indonesia Bersatu I jumlah
mentri yang diangkat sebanyak 36 menteri, sedangkan pada Kabinet
Indonesia Bersatu II jumlah mentri yang diangkat sebanyak 34 menteri.
Sejak tahun 2004 sistem politik Indonesia berlaku sistem kedaulatan
rakyat secara penuh karena rakyat dapat memilih secara langsung anggota
legislatif dan eksekutif.

138
Sejak awal masa pemerintahannya, Presiden dan Wakil Presiden
pilihan rakyat Indonesia itu telah menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu rencana pembangunan lima
tahunan, berdasarkan visi, misi, dan program prioritas mereka. Hal ini
sesuai dengan amanat Undang-undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Tiga agenda nasional yang
tertuang dalam RPJMN pada era kepemimpinan SBY adalah : (1)
menciptakan Indonesia yang aman dan damai, (2) mewujudkan Indonesia
yang adil dan demokratis, dan (3) meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Beberapa keberhasilan dari program tersebut antara lain,
penyelesaian konflik dalam negeri seperti Aceh dan Poso, penyelesaian
masalah perbatasan dengan negara tetangga, peningkatan pelayanan
masyarakat melalui otonomi daerah. Dalam hal pembagian kekuasaan
antara pusat dan daerah, pada era pemerintahan SBY juga dilakukan
pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat, mulai dari, bupati /
walikota hingga gubernur sebagai bentuk implentasi dari proses demokrasi
di Indonesia. Proses transisi demokrasi di Indonesia tersebut dapat berjalan
secara damai tanpa adanya kekerasan pada era ini.
Pada periode pertama ini SBY melakukan dua kali pergantian
posisi menteri (reshufel kabinet), yang pertama dilakukan pada tahun 2005
dan kedua pada tahun 2007. Pergantian menteri tersebut juga tidak lepas
dari kekebasan berpendapat masyarakat pada era pemerintahan ini yang
begitu luas, sehingga masyarakat dapat mengkritik, mengevaluasi serta
memberikan masukan kepada SBY mengenai kinerja kabinetnya.
Pada tahun 2009 kembali dilakukan pemilihan umum, pada tahun
ini partai politik yang mengikuti pemilu sebanyak 38 partai politik dan 8
partai lokal Aceh. SBY kembali mencalonkan diri menjadi Presiden untuk
periode kedua. Pada tahun ini SBY berpasangan dengan tokoh non partai
yakni Boediono, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Bank
Indonesia dan juga menteri koordinator perkonomian pada kabinet
sebelumnya. Pada pemilu ini terdapat 3 pasangan yang terlibat dalam

139
pemilu untuk menjadi Presiden Indonesia berikutnya, pasangan tersebut
adalah (1) SBY-Boediono, (2) Megawati Soekarno Putri-Prabowo, dan (3)
Jusuf Kalla-Wiranto. SBY bersama Boediono berhasil memenangkan
pemilu 2009 dengan satu kali putaran, sehingga beliau memimpin kembali
Indonesia untuk periode kedua. Pada periode kedua kabinet kerja yang
dibuat oleh SBY bernama Kabinet Indonesia Bersatu II, komposisi menteri
yang dipilih oleh SBY merupakan kombinasi antara politisi dari partai
politik dan juga profesional.
Pada tahun kedua SBY berupa melanjutkan kembali program
kerjanya pada periode pertama. SBY menyiapkan 5 program pokok pada
periode keduanya, program tersebut antara lain : pertama, melanjutkan
pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai kesejahteraan bagi
seluruh Rakyat Indonesia. Kedua, melanjutkan upaya menciptakan good
government dan good corporate governance. Ketiga, demokratisasi
pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan
kreativitas segenap komponen bangsa. Keempat, melanjutkan penegakan
hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi. Kelima, belajar dari
pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, pembangunan
masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap
komponen bangsa.
Dalam hal pemberantasan korupsi SBY juga menegaskan bahwa
pemerintahannya adalah pemerintahan yang bersih dari praktik Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN), namun hal tersebut sedikit tercoreng
dengan banyak tertangkapnya kader Partai Demokrat (Partai SBY berasal)
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada tahun 2014 kembali dilakukan pemilihan umum untuk
memilih anggota legislatif dan eksekutif. SBY sudah tidak dapat lagi
mengikuti pemilihan umum karena sudah mencapai batas akhir sebanyak
dua periode memimpin bangsa ini. Pemilu tahun ini diikuti oleh 12 partai
politik dan 3 partai lokal Aceh. Untuk calon Presiden yang mengikuti
pemilu kali ini ada dua pasangan, yakni Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla

140
dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jokowi bersama Jusuf Kalla
kemudian menjadi pemenang pada pemilu 2014 ini. Pada tanggal 20
Oktober 2014 kemudian dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia.
Jokowi mengusung visi Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Jokowi juga
memiliki sembilan agenda prioritas yang disebut dengan Nawa Cita.
Agenda prioritas tersebut adalah : (1) Menghadirkan kembali Negara
untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga negara, (2) Membuat pemerintah selalu hadir dengan
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya, (3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, (4) Memperkuat
kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya, (5) Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia (wajib bljr 12thn), (6) Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, (7)
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestic, (8) Melakukan revolusi karakter bangsa, (9)
Memperteguh ke-bhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Jokowi kemudian membentuk kabinet yang diberi nama kabinet
kerja. Kabinet ini terdiri atas 4 Menteri koordinator, 30 menteri, dan 8
pejabat setingkat menteri.komposisi kabinet ini juga terdiri atas
profesional dan anggota partai politik. Kehidupan politik bangsa Indonesia
pada era ini diwarnai beberapa berita hoax di masyarakat terutama
menyambut pilkada di beberapa daerah. Masyarakat Indonesia yang sudah
akrab dengan tekhnologi khususnya media sosial menjadi ranah
pembentukan opini publik. Masih banyak masyarakat Indonesia yang
mempercayai begitu saja berita-berita palsu (hoax) yang beredar di media
sosial tanpa melakukan konfirmasi lebih lanjut. Diluar hal tersebut dalam

141
pelaksaan pilkada serentak pada era pemerintahan Jokowi berjalan dengan
aman. Hal tersebut tidak terlepas dari komunikasi yang dilakukan
pemerintah kepada berbagai partai politik untuk menciptakan iklim
demokrasi yang sejuk dan damai.
Kebijakan politik dalam negeri pada masa pemerintahan Jokowi
ini juga sangat memperhatikan daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Berbagai sarana infranstruktur dibangun oleh Jokowi di beberapa daerah
tersebut untuk menciptakan pemerataan pembangunan di Indonesia. Dana
APBN yang dimiliki oleh Indonesia sebagian besar digunakan untuk
melakukan pembangunan Infrastruktur seperti jalan tol, Bandara,
Bendungan, sekolah dan sarana kesehatan. Jokowi juga melakukan
pemangkasan birokrasi dan pengutan otonomi daerah, sehingga
pemerintahan dari pusat hingga daerah dapat bekerja secara cepat serta
efisien dan dapat melayani masyarakat dengan penuh integritas.
Dalam kebijakan politik luar negeri Jokowi menggunakan prinsip
zero enemy, sebagai perwujudan untuk menciptakan perdamaian dunia.
Indonesia juga kemudian diterima menjadi anggota tidak tetap dewan
keamanan PBB. Pada masa ini Indonesia juga banyak mengirim pasukan
perdamaian ke negara-negara yang terlibat konflik.Upaya menciptakan
keharmonisan pada tingkat global juga disampaikan oleh Jokowi dalam
pidatonya pada annual meeting IMF-World Bank di Bali, beliau mengajak
para pemimpin dunia untuk mengutamakan kerja sama global daripada
kejayaan negara sendiri sehingga dapat tercipta keharmonisan di dunia.

142
E. Rangkuman

Bapak/ibu pengguna modul, Berdasarkan uraian materi pada kegaitan


belajar 3 diatas, berikut ini adalah rangkuman yang dapat disajikan :

1. Orde baru mendapatkan kekuasaan setelah Presiden Soekarno naik menjadi


Presiden. Peristiwa yang melatar belakanginya antara lain adalah peristiwa
G30S PKI yang kemudian dilanjukan dengan keluarnya SUPERSEMAR.
2. Dalam kehidupan sosial pada era orde baru militer memegang peran yang
besar dalam kehidupan bermasyarakat, yang menyebabkan banyak hak-hak
rakyat dibungkam. Kemudian memasuki masa reformasi terjadi perubahan
yang begitu besar. Rakyat diberikan kesempatan yang begitu luas untuk
mendapatan hak-haknya.
3. Pelaksanaannya pembangunan nasional pada orde baru dilakukan secara
bertahap yaitu, Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun dan
jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima
Tahun), saat era reformasi kebijakan perekonomian mengikuti kebijakan
yang dikeluarkan oleh masing-masing presiden. Pada era habibie tiga
program yaitu program jangka pendek, jangka menengah dan program
jangka panjang. Pada era Gusdur berkonsentrasi pada bidang UMKM. Di
era Megawati pemerintah mengambil kebijakan yang secara politik tidak
populer yaitu kebijakan untuk mengurangi subsidi BBM, tarif dasar listrik
dan telepon.
4. Dalam bidang politik pada era orde baru terjadi penyederhanaan partai
politik dari multi partai menjadi dua partai dan satu golongan karya.
Selanjutnya pada era reformasi terjadi perubahan kembali dengan kembali
kepada sistem multi partai, Setelah gerakan reformasi yang meminta hak
rakyat untuk berserikat dan berkumpul diakmodir oleh pemerintah sehingga
muncul banyak partai politik peserta pemilu.

143
F. Tes Formatif
1. Perhatikan data berikut ini :
(1) Pembubaran PKI beserta Organisasi Massanya,
(2) Pembersihan Kabinet Dwikora,
(3) Penurunan Harga-harga barang.
Data diatas merupakan isi tuntutan rakyat Indonesia yang dikenal dengan
sebutan ?
a. Tritura
b. Tribrata
c. Tritunggal
d. Tribuana
e. Supersemar
2. Perhatikan data berikut ini :
(1) menciptakan Indonesia yang aman dan damai,
(2) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis,
(3) meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Data diatas adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), yaitu rencana pembangunan lima tahunan, berdasarkan visi,
misi, dan program prioritas pada masa kepemimpinan presiden ?
a. Susilo Bambang Yudhoyono
b. Jokowi
c. Megawati Soekarno Putri
d. Soeharto
e. B.J. Habibie
3. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Poin-point diatas merupakan isi dari?
a. Trilogi Pembangunan
b. Tritura
c. Tridharma

144
d. Trilogi perkonomian
e. Trikora
4. Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi
bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan
penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian
tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Partai politik yang mengikuti pemilu pada era orde baru antara lain ...
a. PKI – PPP – Golkar
b. PDI – PKI – Golkar
c. PDI – PPP – Golkar
d. PDI – PPP – PKI
e. PDI – PPP - Perindra
5. Presiden Soekarno dan Presiden Abdurahman Wahid memiliki sebuah
kebijakan yang sama, yakni mengeluarkan dekrit presiden. Salah satu isi
dari dekrit presiden yang dikeluarkan oleh Gus Dur saat menjabat sebagai
Presiden adalah?
a. Mengembalikan pancasila sebagai dasar negara
b. Membubarkan Partai Golkar
c. Mengakui Konghucu sebagai agama yang diakui
d. Memutuskan hubungan dengan IMF
e. Mengadili Soeharto
6. Harapan besar kepada Gus Dur saat memimpin Indonessia pada umumnya
bersumber dari keinginan kolektif agar kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik nasional segera pulih kembali setelah selama lebih dari 2 tahun
bangsa Indonesia terpuruk dilanda krisis ekonomi dan politik. Namun dalam
kepemimpinannya Gus Dur mengalami beberapa gangguan. Salah satu
Peristiwa yang mengganggu jalannya pemerintahan pada era Gus Dur
adalah ...
a. bulog gate dan Malaysian gate
b. bulog gate dan brunei gate
c. bulog gate dan USA gate

145
d. bulog gate dan Singapore gate
e. bulog gate dan Thailand gate
7. Lahirnya era reformasi diawali oleh pergerakan rakyat yang didalamnya di
dominasi oleh para mahasiswa yang menuntut ada perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, politik serta sosial budaya. Era reformasi di
Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan yang ada tidak
menjalankan fungsinya dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dibawah ini manakah yang termasuk dalam agenda reformasi ?
a. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Pembentukan KNIP, Penegakan supermasi
hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
b. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan sistem multi partai.
c. Pergantian dasar negara, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
d. Suksesi kepemimpinan nasional, perbaikan sistem perkonomian,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
e. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
8. Untuk memajukan perekonomian nasional, pemerintah terus memajukan
pembangunan di berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Kebijakan
modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan sebutan
Revolusi Hijau. Dalam upaya melaksanakan revolusi hijau, presiden
soeharto menggalakan program ....

146
a. Intensifikasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, revitalisasi Pertanian
b. Intensifikasi Pertanian, revitalisasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Rehabilitasi Pertanian
c. Intensifikasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Rehabilitasi Pertanian
d. Revitaslisasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Rehabilitasi Pertanian
e. Intensifikasi Pertanian, Rehabilitasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Revitalisasi pertanian
9. Perhatikan data berikut ini
1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
4) Peningkatan kapasistas angkatan bersenjata
5) Pemberian pajak barang-barang impor.

Berdasarkan data diatas yang termasuk dalam trilogi pembangunan


adalah nomor ...
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2 dan 4
c. 3, 4, dan 5
d. 1, 3, dan 5
e. 2, 3, dan 4
10. Salah satu permasalahan utama dalam pemerintahan Megawati Soekarno
putri adalah kondisi Indonesia yang belum stabil. Pada saat itu Indonesia
sedang dalam krisis multidimensional. Dimana, sebagian krisis itu
merupakan bagian dan kelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis
kepercayaan, krisis politik, dan krisis keamanan yang telah melanda sejak
tahun 1997. pada era Megawati juga terjadi berbagai peristiwa terorisme di
berbagai lokasi dengan latar belakang agama, diantaranya adalah ...

147
a. Bom Bali 1 dan bom bali 2
b. Bom Bali 1 dan bom JW Mariot
c. Bom Bali 2 dan JW Mariot
d. Bom JW Mariot dan Bom Sarinah
e. Bom Bali 1 dan Bom Sarinah

148
G. Daftar Pustaka
Abdul Hakim dan Guswildan Giovani, Perbandingan Perekonomian Dari Masa
Soekarno Hingga Susilo Bambang Yudhoyono (1945 - 2009), Ekonomika-
Bisnis Vol. 03 No.2 Bulan Juli Tahun 2012
Anshor “Sejarah Pemikiran dan Gagasan”, Jakarta: Serambi
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, 2009,
Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma, propaganda orde baru 1966-1980,
Junal Verleden, Vol. 1, No.1 Desember 2012
Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995
Hartuti Purnaweni, Demokrasi Indonesia: Dari Masa Ke Masa, Jurnal
Administrasi Publik, Vol. 3, No.2, 2004
Hill, Hal (2015). The Indonesian Economy During the Yudhoyono Decade.
Chapter 15 in The Yudhoyono Presidency: Indonesia’s Decade of Stability
and Stagnation. Indonesia Update Series, College of Asia and the Pacific,
The Australian National University. Singapore: ISEAS Publishing
Manning, Chris and Van Diermen, Peter. 2000. Indonesia in Transition, Social
Aspects of Reformasi and Crisis. Institute of Southeast Asian Studies:
Singapore
Mohtar Mas’oed. 1989. Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-
1971,LP3ES. Jakarta.
Praptanto, Eko. Sejarah Indonesia. PT Bina Sumber Daya MIPA, 2010. Jakarta
R.E. Elson, 2009, The Idea of Indonesia, ab. Zia
Winarno, Budi.. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Media Presindo,
2007: Yogyakarta.

149
H. Kunci Jawaban Tes Formatif KB 3
1. A
2. A
3. A
4. C
5. B
6. B
7. E
8. C
9. A
10. B

150
DAR2/Profesional/100/2/2019
PENDALAMAN MATERI

MODUL 2 PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 4 : STRATEGI PEMBELAJARAN IPS PADA


MATERI PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM KEHIDUPAN
BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN NASIONAL SAMPAI
REFORMASI

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019

i
Daftar Isi
KB 4 : Strategi Pembelajaran Ips Pada Materi Perubahan Dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa
Pergerakan Nasional Sampai Reformasi
A Pendahuluan …………………………………………………….. iii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… V
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. V
D Uraian Materi ……………………………………………………. 156
E Rangkuman ……………………………………………………… 192
F Tes Formatif KB 4 ………………………………………………. 193
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 197
H Tugas .............................................................................................. 198
I Tes Sumatif ........................................…………………………… 199
J Kunci Jawaban Tes Formatif KB 4 ................................................ 211
L Kunci Jawaban Tes Sumatif 212

ii
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 4 dengang judul Strategi Pembelajaran IPS
Pada Materi Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi. Pada KB 4 ini terdiri
atas Pendahuluan, Capaian Pembelajaran (CP), Sub-Capaian Pembelajaran,
Uraian Materi, Rangkuman, Tugas, Tes formatif, Daftar pustaka, dan Tes
Sumatif. Selamat mempelajari modul 2 KB 4, semoga saudara suskes selalu.
Proses mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tentunya
erat kaitannya dengan kualitas proses pembelajaran. Seorang guru IPS harus
menguasai Model pembelajaran IPS, Metode pembelajaran IPS, serta evaluasi
pembelajaran, sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. KB 4 ini
berisi materi tentang Strategi pembelajaran IPS pada materi Perubahan Dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan
Nasional Sampai Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS.
Materi dalam KB 4 ini terdiri dari: (1) Model Pembelajaran pada materi
Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa
Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran
IPS, (2) Media pembelajaran pada materi Perubahan Dan Kesinambungan
Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai
Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS, (3) Evaluasi pada materi
Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa
Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran
IPS, (4) Contoh rencana pembelajaran IPS pada materi Perubahan Dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan
Nasional Sampai Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS.
Pemahaman tentang materi Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi
Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS yang sedang saudara ikuti saat ini,

iii
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah
belajar sebagai berikut ini:
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian terhadap materi KB 1, KB 2, KB 3 yang telah saudara
pelajari sebelumnya.
3. Kemudian susunlah strategi pembelajaran yang paling tepat untuk
mengajarkan materi tentang Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai
Reformasi Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS.
4. Keberhasilan proses belajar saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5. Bila saudara menemui kesulitan, silahkan hubungi
Instruktur/widiaiswara pembimbing atau fasilitator yang akan
mengajar saudara.
Selamat belajar, semoga saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal saudara mengajar dengan baik.

Penulis, September 2019

iv
B. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang akan saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah saudara mampu merancang strategi pembelajaran IPS pada
materi perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia masa
pergerakan nasional sampai reformasi.
C. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah saudara mempelajari modul ini maka, saudara diharapkan akan
memiliki kemampuan dalam hal :
1. Merancang serta menentukan model pembelajaran IPS pada materi
perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia Masa
Pergerakan Nasional dan Pendudukan Jepang.
2. Merancang serta menentukan media pembelajaran IPS pada materi
perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia masa
Revolusi dan Orde lama.
3. Menyusun evaluasi pembelajaran IPS pada materi perubahan dan
kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia masa Orde Baru dan
Reformasi.
4. Merancang serta menyusun rencana pembelajaran IPS pada materi
perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia masa
Orde Baru dan Reformasi

v
D. Uraian Materi
1. Strategi pembelajaran IPS pada materi perubahan dan
kesinambungan dalam kehidupan bangsa Indonesia Masa
Pergerakan Nasional dan Pendudukan Jepang
Peran guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang–Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru sebelum mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan melaksanakan pembelajaran harus memiliki dua kemampuan
dasar, yakni kemampuan mengembangkan indikator dan materi
pembelajaran. Analisis terhadap SKL, KI, dan KD harus dilakukan oleh
guru terlebih dahulu sehingga dapat membantu dalam mengembangkan
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang dijadikan dasar dalam
menentukan pembelajaran dengan meningkatkan nilai-nilai karakter
melalui kegiatan literasi dan pengembangan keterampilan abad 21.
Guru dapat merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK)
pengetahuan terkait dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif serta indikator keterampilan berkaitan tidak hanya keterampilan
bertindak, tetapi juga keterampilan berpikir yang juga dikatakan sebagai
keterampilan abstrak dan konkret.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan IPK,
yaitu:

156
a. Menentukan proses berpikir tang akan dilaksanakan oleh peserta didik
untuk mencapai kompetensi minimal yang ada pada Kompetensi
Dasar (KD).
b. Kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur digunakan dalam
menyusun rumusan IPK.
c. Merumuskan IPK dengan menggunakan kalimat yang simpel, jelas,
dan mudah dipahami.
d. Hindari penggunaan kata yang bermakna ganda.
e. Hanya mengandung satu tindakan.
f. Karakteristik mata pelajaran, potensi, dan kebutuhan peserta didik,
sekolah, masyarakat dan lingkungan/daerah harus diperhatikan.
Pada modul 2 ini yang berisi materi perubahan dan kesinambungan
dalam kehidupan bangsa Indonesia masa pergerakan nasional sampai
reformasi, dapat menggunakan Kompetensi dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi sebagai berikut :
a. Pada Kelas VIII semester 2 Materi pokok Pergerakan Nasional Pada
Masa Pendudukan Jepang dan Perubahan Masyarakat Akibat
Penjajahan Bangsa Barat dan Jepang :
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menganalisis kronologi, 3.4.11 Menjelaskan proses
perubahan, dan penguasaan wilayah Indonesia oleh
kesinambungan ruang Jepang.
(geografis, politik, ekonomi, 3.4.12 Menganalisis kebijakan
pendidikan, sosial, budaya) pemerintah militer Jepang dalam
dari masa penjajahan penguasaan wilayah Indonesia.
sampai tumbuhnya 3.4.13 Mengidentifikasi perjuangan
semangat kebangsaan. pergerakan kebangsaan pada masa
4.4 Menyajikan kronologi, pendudukan Jepang.
perubahan, dan 3.4.14 Menguraikan perubahan
kesinambungan ruang masyarakat Indonesia pada masa
(geografis, politik, penjajahan bangsa barat dan Jepang.

157
ekonomi, pendidikan, 4.4.6 Menyajikan hasil telaah terkait
sosial, budaya) dari masa identifikasi perjuangan pergerakan
penjajahan sampai kebangsaan pada masa pendudukan
tumbuhnya semangat Jepang.
kebangsaan. 4.4.7 Menyajikan gagasan
perubahan masyarakat Indonesia
pada masa penjajahan bangsa barat
dan Jepang

b. Pada kelas IX Semester Genap pada materi pokok Indonesia dari


Masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi :
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menganalisis kronologi, 3.4.1 Menggali informasi tentang
perubahan dan kronologi Sejarah Proklamasi
kesinambungan ruang Kemerdekaan Indonesia.
(geografi, politik, ekonomi, 3.4.2 Menganalisis Sejarah
pendidikan, sosial, budaya) Terbentuknya Negara Kesatuan
dari awal kemerdekaan Republik Indonesia.
sampai awal reformasi. 3.4.3 Menganalisis Perjuangan
4.4 Menyajikan hasil fisik dalam mempertahankan
analisis kronologi, Kemerdekaan.
perubahan dan 3.4.4 Menganalisis Perjuangan
kesinambungan ruang diplomasi dalam mempertahankan
(geografis, politik, ekonomi, Kemerdekaan.
pendidikan, sosial, budaya) 4.4.1 Menyajikan hasil analisis
dari awal kemerdekaan sejarah Terbentuknya Negara
sampai awal reformasi. Kesatuan Republik Indonesia.
4.4.2 Menyajikan hasil analisis
perjuangan fisik dalam
mempertahankan Kemerdekaan

158
4.4.2 Menyajikan hasil analisis
perjuangan diplomasi dalam
mempertahankan Kemerdekaan

c. Pada kelas IX semester 2 pada materi Indonesia dari masa


kemerdekaan hingga masa reformasi :
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menganalisis kronologi, 3.4.1 Menjelaskan tentang lahirnya
perubahan dan gerakan Reformasi di Indonesia.
kesinambungan ruang 3.4.2 menganalisis perkembangan
(geografis, politik, ekonomi, ekonomi, politik pada masa
pendidikan, sosial, budaya) Reformasi.
dari awal kemerdekaan 4.4.1 Menyajikan infografis tentang
sampai awal reformasi. perkembangan Ekonomi pada masa
4.4 Menyajikan hasil presiden BJ. Habibi, Megawati,dan
analisis kronologi, Abdurrahman Wahid di Indonesia.
perubahan dan
kesinambungan ruang
(geografis, politik, ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya)
dari awal kemerdekaan
sampai awal reformasi.

Berdasarkan Komptensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi


diatas makan langkah selanjutnya guru dapat menyusun model
pembelajaran, menentukan media pembelajaran, menentukan alat evaluasi
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Berikut ini
langkah-langkah yang dapat saudara lakukan untuk menyusun hal-hal
tersebut:

159
a. Model Pembelajaran
Pada proses pembelajaran IPS di sekolah guru baiknya dapat
merancang, melaksanakan serta mengevaluasi pembelajaran IPS
dalam satu kali pertemuan di dalam kelas. Langkah pertama yang
dapat harus dilakukan oleh guru IPS ada merancang atau membuat
rencana pelaksaanan pembelajaran terlebih dahulu sebelum
melaksanakan dan melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran. Dalam
membuat rencana pembelajaran, guru harus menentukan model,
metode, strategi, menentukan tujuan pembelajaran, memetakan
materi, menentukan media pembelajaran, serta menyusun evaluasi
pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Setelah
melalui langkah-langkah tersebut diharapkan akan menghasilkan
pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, memotivasi,
memunculkan partisipasi aktif peserta didik, serta meningkatkan
kreativitas peserta didik.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran langkah pertama
adalah menentukan model, metode serta strategi pembelajaran
terlebih dahulu. Pada materi materi perubahan dan kesinambungan
dalam kehidupan bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional dan
Pendudukan Jepang, Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa
Reformasi model yang dapat digunakan adalah discovery leraning.
Melalui model discovery leraning peserta didik akan tidak disajikan
informasi secara langsung, peserta kemudian diminta untuk
mengorganisasikan pemahamannya atas infomasi yang diberikan.
Sebagai contoh guru dapat memutarkan film mengenai kedatangan
Jepang ke Indonesia, video tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia, dan film dokumenter peristiwa reformasi, setelah
menonton film tersebut guru kemudian memberikan bahan bacaan
kepada peserta didik yang dapat berupa artikel berisi mengenai materi
pemerintahan Militer Jepang dan Pergerakan Nasional di masa

160
pendudukan Jepang Indonesia, upaya mempertahankan kemerdekaan
Indonesia,dan peristiwa reformasi.
Langkah selanjutnya adalah guru memberikan pengantar
mengenai materi pemerintahan Militer Jepang dan Pergerakan
Nasional di masa pendudukan Jepang Indonesia, Indonesia dari Masa
Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi, agar peserta didik
mendapatkan pemahaman awal terlebih dahulu. Kemudian guru dapat
menugaskan peserta didik secara berkelompok untuk membuat
ringkasan, catatan atau jawaban tentang hal-hal penting yang terdapat
dalam film maupun artikel tersebut berdasarkan rumusan pertanyaan
yang telah disusun oleh guru terlebih dahulu. Dengan demikian maka
peserta didik akan memiliki kesempatan untuk aktif dalam proses
pembelajaran, partisipasi peserta didik juga akan meningkat untuk
menemukan fakta-fakta mengenai pemerintahan Jepang dan
pergerakan nasional, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa
reformasi.
Melalui model pembelajaran discovery leraning peserta didik
juga dapat bekerja sama dengan teman-temannya, saling berbagi
informasi, serta mengumpulkan ide dari orang lain. Pada saat peserta
didik mencari infomasi mengenai pemerintahan Jepang dan
pergerakan nasional, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa
reformasi, guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik
jika ada yang mengalami kesulitan dalam mencari fakta yang ada,
sehingga peserta didik tetap berada dalam pengawasan guru. Saat
peserta didik menemukan fakta yang ada kemudian peserta didik
diminta menuliskan hasil temuan tersebut di dalam lembar
pengamatan yang telah disediakan oleh guru.
Setelah seluruh kelompok menyelesaikan tugas yang telah
diberikan oleh guru untuk mencari fakta-fakta pada materi
pemerintahan Jepang dan pergerakan nasional, Indonesia dari masa
kemerdekaan hingga masa reformasi, peserta didik kemudian

161
diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil simpulan
dari jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan. Dengan
melakukan presentasi maka guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik
dalam menyampaikan pendapatnya di depan umum serta dapat
menerima perbedaan pendapat dari temannya, dan menghargai
pendapat orang lain. Kelompok lain juga diberikan kesempatan untuk
menyanggah, memberikan pertanyaan atau memberikan masukan
kepada kelompok yang melakukan presentasi. Langkah tersebut
dilakukan berulang kali hingga semua kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Pada kegiatan akhir, setelah diskusi antar peserta didik selesai
dilakukan, guru dan peserta didik membuat kesimpulan secara
bersama-sama. Namun pada kesempatan ini guru harus lebih dominan
dibandingkan peserta didik, agar konteks materi yang dipelajari tidak
melebar. Kesimpulan yang dibuat dapat dimunculkan pada media
berupa power point yang dapat dilihat oleh semua peserta didik.
Selanjutnya guru kemudian memberikan refleksi kepada peserta didik
serta memberikan pesan moral dari materi pemerintahan Jepang dan
pergerakan nasional, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa
reformasi.
b. Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran untuk digunakan oleh guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat mempermudah
transfer of knowledge kepada peserta didik. Namun jika penggunan
media pembelajaran tidak sesuai justru akan mempersulit guru
melakukan transfer of knowledge. Setiap materi pada pembelajaran
IPS tentunya memiliki karakteristik media pembelajaran yang
berbeda, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
oleh guru dan peserta didik. Pemilihan media pembelajaran tersebut
tidak hanya mempermudah guru dalam menyampaikan materi, namun

162
juga dapat menarik peserta didik untuk fokus dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Pada materi pemerintahan Jepang dan pergerakan nasional,
Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa reformasi, guru dapat
menggunakan media pembelajaran berupa film dokumenter serta
gambar-gambar yang berkaitan dengan Pergerakan Nasional Pada
Masa Pendudukan Jepang, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga
masa reformasi. Pemilihan media tersebut didasarkan pada
pertimbangan kemudahan akses, biaya yang murah, praktis serta
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mencari sumber film
dokumenter dan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
tersebut, tentunya guru harus memiliki kemampuan teknologi
komunikasi sehingga dapat dengan mudah mencarinya melalui
internet. Situs yang dapat dikunjungi untuk mencari media tersebut
sebagai contoh adalah youtube. Namun sebelum memilih media film
dokumenter yang akan disajikan kepada peserta didik,guru harus
memastikan terlebih dahulu bahwa film tersebut relevan dengan
materi yang akan diberikan serta tidak mempersulit peserta didik
dalam mencapai tujuan belajarnya. Media film juga sebaiknya di cek
terlebih dahulu siapa pembuatnya agar terlihat kredibilitasnya dan
tidak mengandung unsur kepentingan-kepentingan tertentu.
Pada pelaksanaan pembelajaran didalam kelas, guru dapat
menampilkan film dokumenter tersebut melalui LCD kemudian
bersama-sama dengan peserta didik menyaksikan film tersebut.
Pengaturan layar baiknya juga memperhatikan posisi duduk peserta
didik, sebisa mungkin seluruh peserta didik yang ada didalam kelas
dapat melihat film tersebut secara jelas. Guru juga menyediakan
speaker didalam kelas, sehingga audio dari film tersebut dapat
terdengar secara jelas oleh seluruh peserta didik dari berbagai sudut
ruang kelas.

163
Pemilihan media film pada materi pemerintahan Jepang dan
pergerakan nasional, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa
reformasi dapat memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan
agar tidak bersifat verbal, mampu mengatasi keterbatasan waktu,
ruang. Pemanfaatan film dokumenter juga dapat mengkongkritkan
pemahaman peserta didik karena faktor keterbatasan pengamalan
yang dimiliki oleh peserta didik serta menghasilkan keseragaman
pengamatan akan suatu peristiwa pada materi pemerintahan Jepang
dan pergerakan nasional, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga
masa reformasi.
Media film dokumenter juga dapat memfasilitasi peserta didik
untuk berinteraksi dengan temannya dalam bentuk diskusi. Dalam
media film dokumeter juga terkadung pesan atau infomasi yang berisi
pesan moral. Guru dapat mengambil pesan moral yang terdapat pada
film dokumenter tersebut sebagai sarana pengembangan karakter
peserta didik.
c. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian dan evaluasi merupakan proses akhir dalam proses
pembelajaran. Melalui evaluasi guru dapat menentukann efektivitas
kinerja serta ketercapaian tujuan pembelajaran yang dicapai peserta
didik. Dalam melakukan proses evaluasi guru terlebih dahulu
menyusun alat penilaian untuk mencapai kompetensi tertentu seperti
yang termuat didalam RPP. Selain pengetahuan, komponen sikap dan
keterampilan harus dapat diukur dalam proses pembelajaran.
Pada materi pemerintahan Jepang dan pergerakan nasional,
Indonesia dari masa kemerdekaan hingga masa reformasi, teknik
evaluasi dapat dilakukan dengan obervasi, lisan, maupun praktik.
Untuk komponen sikap baik spiritual maupun sosial diukur dengan
lembar observasi yang dibuat oleh guru. Penilaian dan pengukuran
dapat dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung, guru
dapat memperhatikan tingkah laku peserta didik selama mereka

164
melakukan diskusi dalam kelompoknya. Peserta didik yang membuat
kegaduhan didalam kelas tentunya akan mendapatkan nilai yang
berbeda dengan peserta didik yang aktif. peserta didik yang membantu
siswa membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar juga
mendapatkan nilai yang berbeda.
Komponen pengetahuan dan keterampilan dapat dievaluasi
melalui pemahaman peserta didik yang disampaikan saat presentasi
kelompok mengenai materi pemerintahan Jepang, Indonesia dari masa
kemerdekaan hingga masa reformasi. Guru membuat rubrik penilaian
LKPD guna menilai hasil pemahaman peserta didik terhadap materi
yang mereka pelajari. Contoh rubrik tersebut dapat saudara lihat pada
tabel di bawah ini :
Rubrik Penilian Pengetahuan dan Keterampilan
No Rincian Tugas Skor Ket.
1. Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 5
sangat lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 4
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 3
kurang lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 2
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 1
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
2 Peserta didik mampu dugaan sementara atas 5
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan sangat lengkap, sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 4
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 3
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya

165
dengan kurang lengkap, sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 2
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan kurang lengkap, kurang sistematis dan
bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat dugaan sementara 1
atas permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan kurang lengkap, kurang sistematis dan
bahasa kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
3 Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 5
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
sangat lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 4
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 3
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
kurang lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 2
penyebab atas permasalahan yang disajikan dengan
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 1
penyebab atas permasalahan yang disajikan dengan
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
4 Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 5
permasalahan yang disajikan dengan sangat
lengkap, sistematis pengembangan wisata dan
bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 4
permasalahan yang disajikan dengan lengkap,
sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 3
permasalahan yang disajikan dengan kurang
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 2
permasalahan yang disajikan dengan kurang

166
lengkap, kurang sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 1
permasalahan yang disajikan dengan kurang
lengkap, kurang sistematis dan bahasa kurang
mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
5 Peserta didik mampu menjelaskan bukti kemiripan 5
budaya antara Indonesia dengan Jepang dengan
sangat lengkap, sistematis pengembangan wisata
dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan bukti kemiripan 4
budaya antara Indonesia dengan Jepang dengan
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu bukti kemiripan budaya antara 3
Indonesia dengan Jepang dengan kurang lengkap,
sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan menjelaskan 2
bukti kemiripan budaya antara Indonesia dengan
Jepang dengan kurang lengkap, kurang sistematis
dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan menjelaskan 1
bukti kemiripan budaya antara Indonesia dengan
Jepang dengan kurang lengkap, kurang sistematis
dan bahasa kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
Skor total

Nilai akhir= Skor yang diperoleh x 100 =……..


20
Penilaian kognitif juga dapat dilakukan oleh guru dengan
melihat kemampuan analisis peserta didik dalam menyajikan gagasan
pada materi perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan
bangsa barat dan Jepang, Indonesia dari masa kemerdekaan hingga
masa reformasi. Tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat
diberikan dalam bentuk sebagai berikut :

167
1. Berikanlah deskripsi dari pengaruh barat di bawah ini!
No Bidang Analisis
a Pendidikan
b Model pakaian
c Bahasa
d Sastra
e Kesenian
f Model bangunan
g Transportasi
h Seni musik
i Perdagangan
j Perkebunan

2. Jodohkanlah pernyataan berikut ini, selanjutnya berikanlah alasannya!


Pernyataan A Pernyataan B
a. Herman william daendeles
1. Agama Katolik
b. Fransiscus Xaverius
2. Jalan raya anyer
panarukan
c. Thomas Stamford Raffles
3. Istana Negara
d. Carel van derwijk
4. Kebun raya bogor
e. Pieter Gerardus van Overstaten
5. Jalur kereta api pertama

Ketika sudah bisa menjodohkan masing-masing pernyataan, silahkan tuliskan


jawabanmu, pada kolom di bawah ini!
No Jawab Alasan
an
Pert. Pert.
A B
1
2
3
4
5

Selanjutnya guru menggunakan rubrik untuk menilai hasil belajar peserta didik
tersebut. Berikut ini adalah contoh rubrik yang dapat saudara gunakan untuk
mengevaluasi tugas diatas :

168
No Rincian Tugas Skor Ket.
1. Deskripsi benar & sangat lengkap sesuai gambar, 5 Skor
bahasa mudah dipahami Maksimal
100
Deskripsi benar & lengkap sesuai gambar, bahasa 4
mudah dipahami
Deskripsi benar & lengkap sesuai gambar, bahasa 3
kurang mudah dipahami
Deskripsi kurang benar & lengkap sesuai gambar, 2
bahasa kurang mudah dipahami
Deskripsi kurang benar 1
Tidak mengerjakan 0
2. Setiap pernyataan yang terhubungkan dengan 5 Skor
benar Maksimal
50
Alasan benar 5
Setiap pernyataan yang tidak terhubungkan 0
dengan benar
Alasan salah 0
3 Setiap point benar 5 Skor
Maksimal
Salah 0 140
Skor Total 215

Nilai akhir= Skor yang diperoleh x 100 =……..


215
No. 2
No Jawaban Alasan
Pert. Pert.
A B
1 Jika mampu menghubungkan A-B Jika mampu memberi
dengan benar skor 5, jika salah 0 alasan yg tepat & sesuai
pernyataan AB nilai 5,
salah 0
2
3 dst

169
Selain melakukan penilaian saat proses pembelajaran berlangsung,
guru kemudian melakukan analisis pada hasil belajar peserta didik.
Jika ada yang belum mencapai standar KKM yang telah ditentukan
guru dapat menyusun program remidial. Kegiatan remidial dapat
dilakukan dengan memberikan kembali materi yang telah diberikan
serta memberikan evaluasi kembali agar peserta didik mendapatkan
nilai sesuai dengan standar KKM yang telah ditentukan. Sebagai guru
saudara dapat membuat contoh program remidial seperti berikut ini :

Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal


(KKM), maka guru bisa memberikan soal tambahan misalnya sebagai
berikut :
a. Jelaskan tentang organisasi-organisasi pergerakan nasional pada
zaman Jepang!
b. Jelaskan tentang pengaruh kolonialisme barat pada bidang budaya!
c. Menyebutkan contoh-contoh banguhan warisan kolonialisme barat

CONTOH PROGRAM REMIDIAL

Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..

170
Indikator
Nama Bentuk Nilai
Nilai yang
No Peserta Tindakan Setelah Keterangan
Ulangan Belum
Didik Remedial Remedial
Dikuasai
1
2
3
dst

d. Contoh Rancangan Pembelajaran


Berikut ini adalah contoh rencana pelaksaan pembelajaran pada
Kegiatan belajar Perubahan Dan Kesinambungan Dalam Kehidupan
Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Dan Pendudukan Jepang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : SMP 1 Semarang
Mata Pelajaran : IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Kelas/ Semester : VIII (Delapan)/ 2 (Genap)
Materi Pokok : Pergerakan Nasional Pada Masa Pendudukan Jepang dan
Perubahan Masyarakat Akibat Penjajahan Bangsa Barat
dan Jepang
Alokasi Waktu : 2 JP x 3
A. Kompetensi Inti
K1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
K2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong/royong, satun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif.
K3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.

171
K4 : Mencoba, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, dan Nilai


Karakter
Kompetensi Indikator Pencapaian Nilai
Dasar Kompetensi Karakter
3.4 Menganalisis 3.4.11 Menjelaskan proses Cinta tanah
kronologi, penguasaan wilayah air, Kerja
perubahan, dan Indonesia oleh Jepang keras
kesinambungan 3.4.12 Menganalisis kebijakan
ruang (geografis, pemerintah militer Jepang
politik, ekonomi, dalam penguasaan wilayah
pendidikan, Indonesia
sosial, budaya) 3.4.13 Mengidentifikasi perjuangan
dari masa pergerakan kebangsaan pada
penjajahan masa pendudukan Jepang
sampai 3.4.14 Menguraikan perubahan
tumbuhnya masyarakat Indonesia pada
semangat masa penjajahan bangsa barat
kebangsaan. dan Jepang
4.4 Menyajikan 4.4.6 Menyajikan hasil telaah Cinta tanah
kronologi, terkait identifikasi air, Kerja
perubahan, dan perjuangan pergerakan keras
kesinambungan kebangsaan pada masa
ruang (geografis, pendudukan Jepang
politik, ekonomi, 4.4.7 Menyajikan gagasan
pendidikan, perubahan masyarakat
sosial, budaya) Indonesia pada masa
dari masa penjajahan bangsa barat dan
penjajahan Jepang
sampai
tumbuhnya
semangat
kebangsaan.

172
C. Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1, Pertemuan 2, dan Pertemuan 3
1. Dengan menyaksikan film kedatangan Jepang ke Indonesia
(https://youtu.be/DYAfR2jBldk) peserta didik mampu menjelaskan proses
penguasaan wilayah Indonesia oleh Jepang dengan baik.
2. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik mampu menganalisis
kebijakan pemerintah militer Jepang dalam penguasaan wilayah Indonesia
dengan tepat.
3. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik mampu mengidentifikasi
perjuangan pergerakan kebangsaan pada masa pendudukan Jepang dengan
tepat.
4. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik mampu menguraikan
perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat dan
Jepang dengan tepat.
5. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik mampu menyajikan hasil
telaah terkait identifikasi perjuangan pergerakan kebangsaan pada masa
pendudukan Jepang dengan tepat.
6. Dengan berdiskusi kelompok peserta didik mampu menyajikan gagasan
perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat dan
Jepang dengan tepat.
D. Materi Pembelajaran
Pergerakan Nasional Pada Masa Pendudukan Jepang dan Perubahan Masyarkat
Akibat Penjajahan Bangsa Barat dan Jepang
1. Materi pembelajaran regular
a. Kedatangan Jepang ke Indonesia
b. Kebijakan pemerintah militer Jepang dalam penguasan wilayah
Indonesia
c. Perjuangan pergerakan kebangsaan pada masa pendudukan
Jepang

d. Perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan bangsa


barat dan Jepang
2. Materi pembelajaran pengayaan

173
Perjuangan pergerakan kebangsaan pada masa pendudukan Jepang
3. Materi pembelajaran remedial
Perubahan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat
dan Jepang
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode : Diskusi, Tanya jawab, Penugasan
F. Media dan Bahan
1. Media :
a. Gambar-gambar yang berkaitan dengan Pergerakan Nasional Pada
Masa Pendudukan Jepang dan Perubahan Masyarakat Akibat
Penjajahan Bangsa Barat dan Jepang
b. Video kedatangan Jepang Ke Indonesia
https://youtu.be/DYAfR2jBldk
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
2. Bahan : LCD, laptop, speaker, papan tulis , kertas bufallo dan spidol
warna
G. Sumber Belajar
1. Aini, dkk.2017. Dampak Penjajahan Barat Bagi Bangsa Indonesia.
DiunduhTanggal 16 September 2019. Sumber: http://sule-
epol.blogspot.com/2017/08/makalah-dampak-penjajahan-barat-bagi.html
2. Setiawan, Iwan, dkk. 2017. Buku Peserta didik Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. (halaman 79-85)
3. Kharti, Irene Swastiwi Viandari. 2018. Dampak Kedatangan Bangsa
Eropa Bagi Indonesia. DiunduhTanggal 16 September 2019. Sumber:
https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-
bangsa-eropa-bagi-indonesia
4. Septiani, Ayu. 2015. Kronologi Masuknya Jepang ke Indonesia.
DiunduhTanggal 16 September 2019.

174
https://www.kompasiana.com/ayuseptiani/551ad3c2a333118
d20b65a3a/kronologi-masuknya-jepang-ke-indonesia
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan a. Melakukan pembukaan dengan 15 Menit
mengucapkan salam, membaca do’a
sebelum belajar
b. Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin
c. Guru membangkitkan pengetahuan
awal peserta didik dengan bercerita
tentang Shodanco Suprijadi pahlawan
Peta dari Blitar
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik
e. Guru menyampaikan cakupan materi
pembelajaran
f. Guru menginformasikan teknik
penilaian yang digunakan selama proses
pembelajaran
2. Kegiatan a. Peserta didik mengamati film 55 Menit
Inti kedatangan Jepang ke Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=DY
AfR2jBldk
https://www.youtube.com/watch?v=p4J
wYn9jM_4&t=120s
dan membaca artikel yang telah mereka
terima (artikel Pemerintahan Militer
Jepang dan Pergerakan Nasional di
masa pendudukan Jepang Indonesia)
b. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
film dan artikel tersebut, peserta
didik secara mandiri membuat
ringkasan/catatan tentang hal-hal
penting yang terdapat dalam film
maupun artikel tersebut
c. Peserta didik menuliskan hasil
pengamatan pada lembar pengamatan
yang telah disediakan guru
d. Peserta didik diminta membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 anak.

175
e. Peserta didik mendiskusikan dalam
kelompok untuk menyelesaikan LKPD
yang telah diterimanya
f. Salah satu di antara peserta didik dari
wakil kelompok diminta menuliskan
jawaban pada kertas asturo ukuran A3.
g. Peserta didik mendiskusikan dengan
kelompok untuk menjawab pertanyaan
sesuai dengan apa yang diketahui.
h. Dengan berdiskusi peserta didik diminta
mengumpulkan informasi/ data
untukmenjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dari berbagai sumber,
seperti membaca buku siswa, serta
referensi lain yang relevan, termasuk
internet
i. Peserta didik mengumpulkan informasi
tentang kedatangan Jepang,
pemerintahan Militer Jepang, dan
pergerakan nasional pada zaman
pendudukan Jepang di Indonesia
j. Peserta didik diminta mengolah dan
menganalisis data atau informasi yang
telah dikumpulkan dari berbagai sumber
untuk menjawab pertanyaanyang telah
dirumuskan (menyempurnakan jawaban
sementara yang telah dirumuskandalam
kelompok).
Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan
ke 2
3. Penutup a. Guru melakukan refleksi terhadap 10 Menit
proses pembelajaran yang telah
berlangsung
b. Peserta didik diberi pesan tentang nilai
dan moral.
c. Peserta diingatkan untuk belajar materi
selanjutnya.

176
Pertemuan 2
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan a. Melakukan pembukaan dengan 10 Menit
mengucapkan salam, membaca do’a
sebelum belajar
b. Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin
c. Guru mereview materi pada pertemuan
sebelumnya
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik
e. Guru menyampaikan cakupan materi
pembelajaran
f. Guru menginformasikan teknik
penilaian yang digunakan selama proses
pembelajaran
2. Kegiatan a. Peserta didik mendiskusikan di dalam 60 Menit
Inti kelompok untuk mengambil kesimpulan
dari jawaban atas pertanyaan yang telah
dirumuskan.
b. Peserta didik dalam kelompok
mempresentasikan hasil simpulan
dari jawaban atas pertanyaan yang telah
dirumuskan
c. Kelompok lain diminta memberi
tanggapan atas hasil
simpulan kelompok yang
dipresentasikan
d. Peserta didik bersama guru mengambil
simpulan atas jawaban dari pertanyaan
Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan
ke 3
3. Penutup a. Guru melakukan refleksi terhadap 10 Menit
proses pembelajaran yang telah
berlangsung
b. Peserta didik diberi pesan tentang nilai
dan moral.
c. Peserta diingatkan untuk belajar materi
selanjutnya.

177
Pertemuan 3
Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan a. Melakukan pembukaan dengan 15 Menit
mengucapkan salam, membaca do’a
sebelum belajar
b. Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin
c. Guru mereview materi pada pertemuan
sebelumnya
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik
e. Guru menyampaikan cakupan materi
pembelajaran
f. Guru menginformasikan teknik
penilaian yang digunakan selama proses
pembelajaran
2. Kegiatan a. Peserta didik mengamati film 55 Menit
Inti kedatangan Jepang ke Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=2eg
qp59-q58&t=261s
b. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
film tersebut, peserta didik secara
mandiri membuat ringkasan/catatan
tentang hal-hal penting yang terdapat
dalam film tersebut
c. Peserta didik menuliskan hasil
pengamatan pada lembar pengamatan
yang telah disediakan guru
d. Peserta didik diminta membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 anak.
e. Peserta didik mendiskusikan dalam
kelompok untuk menyelesaikan LKPD
yang telah diterimanya
f. Peserta didik mendiskusikan dengan
kelompok untuk menjawab pertanyaan
sesuai dengan apa yang diketahui dan
menuliskan pada lembar jawaban yang
telah disediakan
g. Peserta didik bersama guru mengambil
simpulan atas jawaban dari pertanyaan
3. Penutup a. Guru melakukan refleksi terhadap 10 Menit
proses pembelajaran yang telah
berlangsung

178
b. Peserta didik diberi pesan tentang nilai
dan moral.
c. Peserta diingatkan untuk belajar materi
selanjutnya.
I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Sikap (Spiritual dan Sosial)
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Observasi Jurnal Lihat Saat Penilaian
lampiran pembelajaran untuk dan
berlangsung pencapaian
pembelajaran
(assessment
for and of
learning)
b. Pengetahuan
Contoh
Bentuk Waktu
No. Teknik Butir Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen
1. Lisan Uraian Lihat Saat Penilaian untuk
lampiran pembelajaran dan pencapaian
pembelajaran
(assessment for
and of
learning)
c. Keterampilan
Contoh
Bentuk Butir Waktu
No. Teknik Keterangan
Instrumen Instrume Pelaksanaan
n
1. Praktik Diskusi Diskusika Saat Penilaian
kelompok n/ pembelajaran untuk dan
dan/atau presentasi berlangsung pencapaian
presentasi kan materi pembelajaran
pembelaja (assessment
ran for and of
tentang learning)
pergeraka
n nasional
pada

179
zaman
Jepang

2. Pembelajaran Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM), maka guru bisa memberikan soal tambahan misalnya sebagai
berikut :
a. Jelaskan tentang organisasi-organisasi pergerakan nasional pada
zaman Jepang!
b. Jelaskan tentang pengaruh kolonialisme barat pada bidang budaya!
c. Menyebutkan contoh-contoh banguhan warisan kolonialisme barat

CONTOH PROGRAM REMIDIAL

Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..

Indikator
Nama Bentuk Nilai
Nilai yang
No Peserta Tindakan Setelah Keterangan
Ulangan Belum
Didik Remedial Remedial
Dikuasai
1
2
3
dst

180
3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan dengan cara
meringkas buku-buku referensi, artikel di majalah atau surat kabar, dan
internet tentang organisasi penjajahan Jepang.
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik yang sudah menguasai materi
sebelum waktu yang telah ditentukan, diminta untuk soal-soal pengayaan
berupa pertanyaan-pertanyaan yang lebih fenomenal dan inovatif atau
aktivitas lain yang relevan dengan topik pembelajaran “perjuangan
Shodanco Suprijadi dan Prajurit PETA”. Dalam kegiatan ini, guru dapat
mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil
dalam pengayaan.
Semarang, 16 September 2019
Mengetahui Guru Mata Pelajaran IPS
Kepala Sekolah

Fidela Adya, S.Pd Ginung Hendrawati, S.Pd


NIP. -- NIP. …

181
LKPD
Pertemuan 1-2 SMP 1 Semarang
Waktu 40 menit Lembar Kerja Peserta Didik
Semester 2
TP. 2019/2020 KEGIATAN DISKUSI
PERGERAKAN NASIONAL PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG

A. Identitas Peserta Didik


Nama Kelompok :
Nama Siswa :
No. Absen :
Kelas :

B. Kompetensi Dasar
4.4 Menyajikan kronologi, perubahan, dan kesinambungan ruang (geografis,
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari masa penjajahan sampai
tumbuhnya semangat kebangsaan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
4.4.6 Menyajikan hasil telaah terkait identifikasi perjuangan pergerakan
kebangsaan pada masa pendudukan Jepang
D. Tujuan
Setelah menyelesaikan LKPD ini diharapkan siswa dapat Mendeskripsikan
dengan benar pendapat para ahli tentang perjuangan pergerakan kebangsaan
pada masa pendudukan Jepang.
E. Petunjuk Pembelajaran
1. Baca secara cermat sebelum kamu mengerjakan tugas
2. Pelajari materi IPS yang berhubungan dengan pendudukan Jepang
3. Kerjakan sesuai dengan langkah kerja
4. Kerjakan dengan cara diskusi dengan anggota kelompokmu
5. Konsultasikan dengan guru bila mengalami kesulitan dalam mengerjakan.

182
F. Tugas dan langkah kerja
Analisislah dengan konsep 5w 1h organisasi pergerakan nasional pada zaman
jepang di bawah ini!
1. Gerakan 3A
2. Jawa Hokokai
3. Putera
4. PETA
RUBIK PENILAIAN LKPD
Nama kelompok :
Nama Anggota :

No Rincian Tugas Skor Ket.


1. Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 5
sangat lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 4
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 3
kurang lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 2
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu merumuskan masalah dengan 1
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
2 Peserta didik mampu dugaan sementara atas 5
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan sangat lengkap, sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 4
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 3
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan kurang lengkap, sistematis dan bahasa
mudah dipahami

183
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 2
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan kurang lengkap, kurang sistematis dan
bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu dugaan sementara atas 1
permasalahan yang disajikan dan penjelasnnya
dengan kurang lengkap, kurang sistematis dan
bahasa kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
3 Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 5
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
sangat lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 4
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 3
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
kurang lengkap, sistematis dan bahasa mudah
dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 2
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor 1
penyebab atas permasalahan yang disajikandengan
kurang lengkap, kurang sistematis dan bahasa
kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
4 Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 5
permasalahan yang disajikan dengan sangat
lengkap, sistematis pengembangan wisata dan
bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 4
permasalahan yang disajikan dengan lengkap,
sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 3
permasalahan yang disajikan dengan kurang
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 2
permasalahan yang disajikan dengan kurang
lengkap, kurang sistematis dan bahasa mudah
dipahami

184
Peserta didik mampu membuat kesimpulan atas 1
permasalahan yang disajikan dengan kurang
lengkap, kurang sistematis dan bahasa kurang
mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
5 Peserta didik mampu menjelaskan bukti kemiripan 5
budaya antara Indonesia dengan Jepang dengan
sangat lengkap, sistematis pengembangan wisata
dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan bukti kemiripan 4
budaya antara Indonesia dengan Jepang dengan
lengkap, sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu bukti kemiripan budaya antara 3
Indonesia dengan Jepang dengan kurang lengkap,
sistematis dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan menjelaskan 2
bukti kemiripan budaya antara Indonesia dengan
Jepang dengan kurang lengkap, kurang sistematis
dan bahasa mudah dipahami
Peserta didik mampu menjelaskan menjelaskan 1
bukti kemiripan budaya antara Indonesia dengan
Jepang dengan kurang lengkap, kurang sistematis
dan bahasa kurang mudah dipahami
Tidak mengerjakan 0
Skor total

Nilai akhir= Skor yang diperoleh x 100 =……..


20

185
Pertemuan 3 SMP 1 Semarang
Waktu 40 menit Lembar Kerja Peserta Didik
Semester 2 DISKUSI KELOMPOK
TP. 2019/2020
PENGARUH KOLONIALISME

A. Identitas Peserta Didik


Nama Kelompok :
Nama peserta didik :
No. Absen :
Kelas :

B. Kompetensi Dasar
4.4 Menyajikan kronologi, perubahan, dan kesinambungan ruang (geografis,
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari masa penjajahan sampai
tumbuhnya semangat kebangsaan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
4.4.6 Menyajikan gagasan perubahan masyarakat Indonesia pada masa
penjajahan bangsa barat dan Jepang
D. Tujuan
Setelah menyelesaikan LKPD ini diharapkan peserta didik mampu:
Peserta didik dapat membuat laporan mengenai pengaruh perubahan
masyarakat Indonesia pada masa penjajahan bangsa barat dan Jepang hasil
diskusi kelompok
E. Langkah Kerja
1. Baca secara cermat sebelum kamu mengerjakan tugas
2. Pelajari materi IPS yang berhubungan dengan Kehidupan Sosial
masyarakat pada masa pendudukan Jepang di Indonesia
3. Kerjakan dengan cara diskusi dengan anggota kelompokmu
4. Konsultasikan dengan guru bila mengalami kesulitan dalam mengerjakan
tugas

186
F. Tugas
1. Berikanlah deskripsi dari pengaruh barat di bawah ini!
No Bidang Analisis
a Pendidikan

b Model pakaian
c Bahasa
d Sastra
e Kesenian
f Model bangunan
g Transportasi
h Seni musik
i Perdagangan
j Perkebunan
2. Jodohkanlah pernyataan berikut ini, selanjutnya berikanlah alasannya!
Pernyataan A Pernyataan B
a. Herman william daendeles
1. Agama Katolik
b. Fransiscus Xaverius
2. Jalan raya anyer
panarukan
c. Thomas Stamford Raffles
3. Istana Negara
d. Carel van derwijk
4. Kebun raya bogor
e. Pieter Gerardus van Overstaten
5. Jalur kereta api pertama

Ketika kalian sudah bisa menjodohkan masing-masing pernyataan, silahkan


tuliskan jawabanmu, pada kolom di bawah ini!
No Jawab Alasan
an
Pert. Pert.
A B
1
2
3
4
5

187
RUBIK PENILAIAN LKPD
Nama kelompok :
Nama Anggota :

No Rincian Tugas Skor Ket.


1. Deskripsi benar & sangat lengkap sesuai gambar, 5 Skor
bahasa mudah dipahami Maksimal
100
Deskripsi benar & lengkap sesuai gambar, bahasa 4
mudah dipahami
Deskripsi benar & lengkap sesuai gambar, bahasa 3
kurang mudah dipahami
Deskripsi kurang benar & lengkap sesuai gambar, 2
bahasa kurang mudah dipahami
Deskripsi kurang benar 1
Tidak mengerjakan 0
2. Setiap pernyataan yang terhubungkan dengan benar 5 Skor
Maksimal
Alasan benar 5 50
Setiap pernyataan yang tidak terhubungkan dengan 0
benar
Alasan salah 0
3 Setiap point benar 5 Skor
Maksimal
Salah 0 140
Skor Total 215

Nilai akhir= Skor yang diperoleh x 100 =……..


215
Keterangan:

188
No. 2
No Jawaban Alasan
Pert. Pert.
A B
1 Jika mampu menghubungkan A-B Jika mampu memberi
dengan benar skor 5, jika salah 0 alasan yg tepat & sesuai
pernyataan AB nilai 5,
salah 0
2
3 dst

RUBIK PENILAIAN KERJA KELOMPOK


Nama kelompok :
Nama Anggota :

N Katagori Skor Sko Ke


o r t.
Tot
al
4 3 2 1
1 Keterlibat semua sebagian sebagian semua
an anggota besar kecil anggota
anggota terlibat anggota terlibat tidak
kelompok dalam terlibat dalam menunjuk
diskusi dalam diskusi kan niat
diskusi dan dan usaha
dan sebagian untuk
sebagian besar tidak berdiskusi
kecil tidak

2 Hasil menjawab menjawab menjawab sama


diskusi semua sebagian sebagian sekali
pertanyaa besar kecil tidak
n yang pertanyaa pertanyaa menjawab
diberikan n yang n yang pertanyaan
dengan diberikan diberikan yang
tepat dengan dan diberikan
tepat, dan sebagian secara
sebagian besar tepat
kecil tidak tidak tepat
tepat

189
3 Ketepatan selesai 5 menit 10 menit 15 menit
waktu merumusk terlambat terlambat terlambat
an dan merumusk merumusk merumusk
mengirim an dan an dan an dan
kan hasil mengirim mengirim mengirimk
diskusi kan hasil kan hasil an hasil
tepat pada diskusi diskusi diskusi
waktunya
atau lebih
awal

Skor Total

Nilai kerja kelompok= Skor yang diperoleh x 100 =……..


12
RUBIK PENILAIAN KERJA KELOMPOK
Nama kelompok :
Nama Anggota :

N Katagori Skor Sko Ke


o 4 3 2 1 r t.
Tot
al
1 Keterlibat semua sebagian sebagian semua
an anggota besar kecil anggota
anggota terlibat anggota terlibat tidak
kelompok dalam terlibat dalam menunjuk
diskusi dalam diskusi kan niat
diskusi dan dan usaha
dan sebagian untuk
sebagian besar tidak berdiskusi
kecil tidak

2 Hasil menjawab menjawab menjawab sama


diskusi semua sebagian sebagian sekali
pertanyaa besar kecil tidak
n yang pertanyaa pertanyaa menjawab
diberikan n yang n yang pertanyaan
dengan diberikan diberikan yang
tepat dengan dan diberikan
tepat, dan sebagian
sebagian

190
kecil tidak besar secara
tepat tidak tepat tepat

3 Ketepatan selesai 5 menit 10 menit 15 menit


waktu merumusk terlambat terlambat terlambat
an dan merumusk merumusk merumusk
mengirim an dan an dan an dan
kan hasil mengirim mengirim mengirimk
diskusi kan hasil kan hasil an hasil
tepat pada diskusi diskusi diskusi
waktunya
atau lebih
awal

Skor Total

Nilai kerja kelompok= Skor yang diperoleh x 100 =……..


12

191
E. Rangkuman
Setelah anda membaca materi yang ada diatas,maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yakni :
Guru profesional dituntut menjadi manager of learning. Ia merancang
pembelajaran yang akan dilakukannya secara berkualitas dan menerapkannya
dengan penuh tanggung jawab dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu,
pemahaman tentang materi yang akan diajarkan dan implementasinya dalam
pembelajaran merupakan keharusan.
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran didalam kelas, guru harus
mampu untuk merancang proses pembelajarannya terlebih dahulu. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam merancang proses pembelajarann harus
diperhatikan model pembelajaran, media pembelajaran, serta merancang alat
evaluasi pembelajaran. Dalam menentukan hal tersebut tentunya guru harus
menyesuiakan dengan kompetensi dasar serta indikator pencapaian kompetensi
pada materi-materi yang akan diberikan kepada peserta didik.

192
F. Tes Formatif
1. Seorang guru IPS di Semarang akan menjelaskan materi peristiwa sekitar
proklamasi dengan indikator pembelajaran “peserta didik menghargai
peranan tokoh-tokoh sekitar peristiwa proklamasi” dengan pola belajar
auditif maupun visual. Agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik,
media pembelajaran yang tepat adalah.…
A. Museum Proklamasi di Jakarta
B. foto-foto tokoh peristiwa proklamasi
C. buku biografi tokoh dalam peristiwa proklamasi
D. artikel dengan konten peristiwa proklamasi
E. film dokumenter yang relevan dengan materi pelajaran
2. Setelah memberikan pertanyaan tentang pelajaran yang lalu terkait
peristiwa reformasi, guru kemudian mengajak peserta didik untuk
mencermati tokoh-tokoh yang terlibat dalam reformasi. Sesudah itu, guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran
tersebut. Gambaran kegiatan guru IPS di atas merupakan proses
pembelajaran pada tahap….
A. pendahuluan
B. menyimak
C. menanya
D. mengasosiasi
E. refleksi
3. Dalam mengembangkan RPP tentang materi penjajahan Jepang di
Indonesia, prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah....
A. pembelajaran dirancang berpusat pada peserta didik
B. alokasi waktu pembelajaran disesuaikan dengan ketentuan pada
satuan pendidikan
C. materi atau bahan ajar dikembangkan melalui sumber belajar berupa
buku guru

193
D. RPP dikembangkan dari silabus yang dibuat oleh kelompok kegiatan
guru
E. RPP dapat dikembangkan secara berkelompok oleh guru serumpun
4. Pak Slamet sebagai seorang guru IPS dalam memberikan pembelajaran di
kelas, bukan hanya mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan
lembar pengamatan tetapi juga mendeskripsikan hasil pengamatan yang
telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan oleh Pak Slamet merupakan
bagian dari tahapan aspek penilaian....
A. sikap
B. proses
C. perilaku
D. pengetahuan
E. keterampilan
5. Jenis penilaian yang tepat untuk mendapatkan informasi kompetensi
peserta didik terhadap materi “bentuk dan strategi perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia” adalah....
A. portofolio
B. unjuk kerja
C. penugasan
D. proyek
E. pengetahuan
6. Pak Adi melakukan penilaian pembelajaran pada materi pergerakan
nasional dan kemudian menindaklanjuti hasil penilaian tersebut untuk
pembelajaran IPS ke depannya. Tujuan tindak lanjut hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran IPS tersebut adalah….
A. mengetahui kualitas mengajar guru di kelas
B. umpan balik bagi guru untuk melakukan PTK
C. masukan bagi sekolah untuk pengembangan kualitas
D. mengetahui kesesuaian antara materi dengan metode
E. mengetahui kesesuaian silabus dengan kurikulum

194
7. Pada pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan, peserta
didik diharapkan memiliki nilai nasionalisme. Untuk mencapai tujuan
pada materi tersebut, metode pembelajaran yang paling tepat digunakan
adalah....
A. debat
B. klarifikasi nilai
C. diskusi tipe jigsaw
D. ceramah bervariasi
E. team game tournament (TGT)
8. Ibu Rita sebagai seorang guru IPS dalam memberikan pembelajaran di
kelas, kemudian melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran menggunakan tes. Kegiatan yang dilakukan oleh Pak Slamet
merupakan bagian dari tahapan aspek penilaian....
A. Sikap
B. Proses
C. perilaku
D. pengetahuan
E. keterampilan
9. Jenis penilaian yang tepat untuk mendapatkan informasi kompetensi
peserta didik terhadap materi “bentuk dan strategi perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia” adalah....
A. portofolio
B. unjuk kerja
C. penugasan
D. proyek
E. pengetahuan
10. Salah satu prinsip dasar pembelajaran IPS adalah keterampilan sosial
peserta didik. Salah satu aspek yang sesuai dengan prinsip tersebut adalah
pengembangan keterampilan peserta didik berupa….
A. merumuskan suatu hipotesis
B. menginterpretasikan peta Indonesia

195
C. memberikan kontribusi dalam tugas
D. melahirkan ide-ide baru yang bermakna
E. membuat grafik jumlah penduduk

196
G. Daftar Pustaka

Abdullah, Ramli. 2012 Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar.


Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol 12 (02). Hal 216-231.
https://media.neliti.com/media/ publications/81198-
Anderson and Krathwohl. 2001. Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis
Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Lilawati,Jenny. 2107. Analisis Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses
Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan. Vol 1 (1).
http://semnasfis.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2017.
Pusat Kurikulum. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan
Pelaksanaan Pemebelajaran IPS Terpadu Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS). Jakarta: Balitbang
Depdiknas.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan
Profesionalisme Guru”.Jakarta: Rajawali Pers.
Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan ILmu Pengetahuan Sosial. Semarang:
Widya Karya.
Suryadharma, dkk. 2017. Panduan Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai
Sumber Belajar Sekolah Menengah Pertama. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (diunduh pada tanggal 6 Februari 2018)
Tomlinson. 1998. Effective Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Widiastuti,
Heri Eko. 2017. ‘Pemafaatan Lingkungan Sebagai Sumber Pembelajaran
Mata Pelajaran IPS’. Dalam Jurnal Satya Widya. No 1 Hal 29-36.
Zamroni, dkk. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi, Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Berbasis Zonasi. Dirjen GTK, Kemendikbud. 2018.

197
H. Tugas
1. Buatlah sebuah infografis mengenai hubungan antara kebijakan tanam
paksa dengan munculnya organisasi pergerakan nasional!
2. Berikan analisis mengenai hubungan antara kebijakan politik terhadap
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia pada masa revolusi!
3. Berikan analasis mengenai perbedaan kehidupan sosial masyarakat
Indonesia pada masa orde baru dengan masa reformasi!
4. Buat satu rancangan pembelajaran IPS pada materi Pergerakan Nasional
Pada Masa Pendudukan Jepang beserta dengan penilaian peserta didik!

198
I. Tes Sumatif
1. Berbagai organsasi pergerakan nasional bermunculan setelah kebijakan
politik etis Belanda diberlakukan. Organisasi pergerakan nasional tersebut
memiliki berbagai corak dan sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Salah satu faktor yang dapat menyatukan dan mengikat organisasi-
organisasi pergerakan nasional adalah...
a. adanya kesadaran tentang arti pentingya berpolitik
b. adanya tujuan yang sama, yaitu ingin mencapai kemerdekaan
c. adanya diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda
d. waktu berdirinya yang hampir bersamaan
e. karena pemerintah Kolonial Hindia Belanda semakin lemah
2. Pada abad XX bangsa Indonesia memasuki massa periode baru, yaitu
periode pergerakan nasional. Salah satu ciri periode pergerakan nasional
pada awal abad XX adalah ....
a. organisasi masih bersifat tradisional dan kedaerahan
b. pemimpin dan penggerak organisasi berasal dari golongan terpelajar
c. perjuangan dilakukan dengan mengandalkan kekuatan fisik
d. para pemimpin peregerakan berasal dari golongan priyayi
e. pergerakan dilakukan secara sembunyi-sembunyi
3. Organisasi pergerakan nasional yang mucul menimbulkan kesadaran
rakyat Hindia Belanda pada masa tersebut akan kemerdekaan diberbagai
lapisan sosial dan golongan masyarakat. Golongan masyarakat yang
menjadi pelopor munculnya berbagai macam organisasi pergerakan
nasional tersebut adalah...
a. golongan priyayi
b. golongan militer
c. golongan bangsawan
d. golongan pemuda
e. golongan pelajar
4. Ikrar sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 dianggap sebagai tindakan
nyata dalam mewujudkan persatuan bangsa karena bertujuan untuk ...

199
a. menolak kolonialisme dan imperialisme barat
b. menolak diskriminasi ras dan golongan
c. mengusahakan kemerdekaan indonesia
d. menggalang nasionalisme bangsa indonesia
e. menolak penjajahan di Indonesia
5. Perhatikan pernyataan berikut!
1) Berpusatnya di Bukit tinggi
2) Pemerintahan Militer Angkatan Darat dari Tentara ke-25
3) Dipimpin oleh Jenderal Hitoshi Immamura.
4) Pemerintahan Militer Angakatan Darat dari Tentara ke-16
5) Dikuasai Angkatan Laut dari Armada Selatan II
Dari pernyataan di atas yang merupakan penjelasan wilayah Jawa dan
Madura pada masa Jepang adalah....
a. 1, 2, dan 3
b. 1 dan 3
c. 2, 4, dan 5
d. 3 dan 4
e. 1, 3, dan 5
6. Kehadiran Jepang di Hindia Belanda juga merubah aturan-aturan sosial
pas masyarakat. Jepang membawa karakter yang dimiliki oleh bangsaya
unntuk diterapkan oleh masyarakat Hindia Belanda pada saat mereka
melakukan pendudukan. Ajaran Jepang yang menjunjung tinggi
kehormatan negara dan bangsa, taat dan patuh pada pimpinan, rela
berkorban, berani, serta jujur disebut...
a. Shintoisme
b. Jibakutai
c. Bushido
d. Hinomaru
e. Harakiri
7. Pendidikan dapat merubah nasib sebuah bangsa menjadi lebih baik.
Gerakan 3 A pada masa pendudukan Jepang juga memperhatikan bidang

200
pendidikan kaum pribumi. Yang membedakan antara model pendidikan
masa pendudukan Jepang dengan masa penjajahan Belanda adalah ...
a. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus sosial, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status sosial.
b. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus agama, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status agama.
c. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup hanya untuk
kaum tionghoa, pada masa penjajahan Belanda lebih terbuka tidak
hanya untuk kaum tionghoa.
d. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup tanpa
memperhatikan pekerjaan, pada masa penjajahan Belanda pendidikan
tertutup hanya untuk kaum eropa.
e. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka dengan
memperhatikan jenis kelamin, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status kebangsaan.
8. Wilayah Indonesia yang begitu luas dapat menjadi keuntungan bagi rakyat
Indonesia. Potensi Sumber Daya Alam pada wilyah Indonesia yang begitu
luas dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Namun luasnya
wilayah tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa. Pada
era penjajahan Jepang luasnya wilayah Indonesia juga dianggap menjadi
tantangan sendiri, yang kemudian Pemerintah Jepang membuat kebijakan
membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan
militernya. Berikut ini yang termasuk dalam pembagian wilayah Indonesia
pada masa penjajahan Jepang adalah ...
a. Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah kekuasaan
Rikugun
b. Jawa dengan pusatnya di Bandung berada di bawah kekuasaan
Rikugun

201
c. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Kaigun.
d. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Rikugun.
e. Jawa dengan pusatnya di Surabaya berada di bawah kekuasaan
Kaigun.
9. Perhatikan data berikut ini :
(1) Menetapkan dasar-dasar Indonesia Merdeka,
(2) menetapkan Undang-undang Dasar
Data diatas merupakan tugas pokok untuk pembentukan negara, dari badan
yang disebut dengan ...
a. BPUPKI
b. PPKI
c. Dewan Kontituante
d. Badan pertimbangan karisidenan
e. Badan pertimbangan pusat
10. Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Belanda dan
Sekutu, perjuang rakyat Indonesia dibagi menjadi dua jenis yakni dengan
perjuangan fisik dan diplomasi. Salah satu bentuk perjuangan diplomasi
adalah dengan aktif mengikuti perundingan dengan Belanda, salah satunya
adalah perjanjian Renville. Berikut ini yang bukan merupakan isi dari
perjanjian Renville adalah?
a. Belanda berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah
menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat)
b. Belanda hanya mengakui jawa tengah, Yogjakarta, dan Sumatera
bagian wilayah Republik Indonesia.
c. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
d. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

202
e. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu
Jawa, Sumatera dan Madura
11. Kebijakan politik pada masa orde baru memiliki perbedaan dengan masa
orde lama, salah satunya dalam hal partai politik. Pada masa orde baru
pemerintah melakukan fusi partai politik, dampak dari kebijakan tersebut
adalah ...
a. ideologi partai politik mengalami penyeragaman yaitu pancasila
b. pemilu pada masa orde baru diikuti dua partai politik dan satu
golongan karya
c. Jumlah kursi dalam MPR yang diperebutkan semakin meningkat
d. potensi konflik antar partai politik semakin menurun
e. perubahan ideologi partai politik

12. Pada masa demokrasi liberal terjadi beberapa pergantian perdana menteri
di Indonesia. Masing-masing perdana menteri kemudian membuat
kebijakan untuk memperbaiki dan meningkat kehidupan rakyat Indonesia
baik itu secara sosial, ekonomi maupun politik. Kebijakan yang di
keluarkan pada masa demokrasi liberal salah satunya adalah Gunting
Syarifuddin. Kebijakan tersebut berisi ...
a. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
b. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
c. Penaikan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
d. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
e. Pemotongan nilai uang agar menaikan jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun

203
13. Pada masa orde baru kehidupan demokrasi di Indonesia cenderung
represif. Akan tetapi, pemerintahan orde baru berhasil meraih prestasi
dibidang ekonomi, yaitu ...
a. mendirikan sentra-sentra ekonomi berbasis kerakyatan
b. meningkatkan pembangunan terutama di luar jawa
c. mendapatkan bantuan dana dan militer dari negara-negara blok timur
d. meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun
e. mengurangi hutang luar negeri
14. Untuk memajukan perekonomian nasional, pemerintah terus memajukan
pembangunan di berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Kebijakan
modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan sebutan
Revolusi Hijau. Dalam upaya melaksanakan revolusi hijau, presiden
soeharto menggalakan program ....
a. Intensifikasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, revitalisasi Pertanian
b. Intensifikasi Pertanian, revitalisasi Pertanian, Diversifikasi Pertanian,
Rehabilitasi Pertanian
c. Intensifikasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Rehabilitasi Pertanian
d. Revitaslisasi Pertanian, Ekstensifikasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Rehabilitasi Pertanian
e. Intensifikasi Pertanian, Rehabilitasi Pertanian, Diversifikasi
Pertanian, Revitalisasi pertanian
15. Lahirnya era reformasi diawali oleh pergerakan rakyat yang didalamnya
di dominasi oleh para mahasiswa yang menuntut ada perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama dalam bidang
pemerintahan, ekonomi, politik serta sosial budaya. Era reformasi di
Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan yang ada
tidak menjalankan fungsinya dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dibawah ini manakah yang termasuk dalam agenda reformasi?

204
a. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Pembentukan KNIP, Penegakan supermasi
hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
b. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan sistem multi partai.
c. Pergantian dasar negara, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
d. Suksesi kepemimpinan nasional, perbaikan sistem perkonomian,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah.
e. Suksesi kepemimpinan nasional, Amandemen terhadap UUD 1945,
Pemberantasan KKN, Penghapusan Dwi fungsi ABRI, Penegakan
supermasi hukum, Pelaksanaan otonomi daerah
16. Perhatikan data berikut ini :
(1) Pembubaran PKI beserta Organisasi Massanya,
(2) Pembersihan Kabinet Dwikora,
(3) Penurunan Harga-harga barang.
Data diatas merupakan isi tuntutan rakyat Indonesia yang dikenal dengan
sebutan ?
a. Tritura
b. Tribrata
c. Tritunggal
d. Tribuana
e. Supersemar
17. Perhatikan data berikut ini :
(1) menciptakan Indonesia yang aman dan damai,
(2) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis,
(3) meningkatkan kesejahteraan rakyat.

205
Data diatas adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN), yaitu rencana pembangunan lima tahunan, berdasarkan visi,
misi, dan program prioritas pada masa kepemimpinan presiden ?
a. Susilo Bambang Yudhoyono
b. Jokowi
c. Megawati Soekarno Putri
d. Soeharto
e. B.J. Habibie
18. Pemilu 1999, 2004, 2014 berhasil diselenggarakan pemerintah Indonesia
pada masa reformasi. pernyataan yang menunjukan perbedaan dari ketiga
pelaksaan pemilu tersebut adalah ...
a. pemilu 1999, 2004 dan 2014 diikuti oleh banyak partai
b. pemilu presiden 2004 dan 2014 dilaksanakan dalam tiga kali putaran
c. pemilu 2004 dan 2014 memilih presiden dan wakil presiden secara
langsung
d. pemilu 2004 dan 2014 ketua partai politik otomatis menjadi calon
presiden
e. pemilu 1999 dan 2004 memilih presiden dan pimpinan DPR

19. krisis sosial merupakan salah satu kondisi menjelang akhir orde baru.
Indikator yang menggambarkan krisis sosial pada akhir orde baru ....
a. Muncul industri kecil di desa-desa
b. Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan meningkat
c. Kualitas tenaga kerja di Indonesia semakin rendah
d. Terjadi transmigrasi besar-besaran
e. Terjadinya konflik di berbagai daerah.
20. Perhatikan data berikut ini
1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
3) Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

206
4) Peningkatan kapasistas angkatan bersenjata
5) Pemberian pajak barang-barang impor.

Berdasarkan data diatas yang termasuk dalam trilogi pembangunan adalah


nomor ...
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2 dan 4
c. 3, 4, dan 5
d. 1, 3, dan 5
e. 2, 3, dan 4
21. Presiden Soekarno dan Presiden Abdurahman Wahid memiliki sebuah
kebijakan yang sama dalam bidang politik, yakni mengeluarkan dekrit
presiden. Salah satu isi dari dekrit presiden yang dikeluarkan oleh
Abdurahman Wahid saat menjabat sebagai Presiden adalah?
a. Mengembalikan pancasila sebagai dasar negara
b. Membubarkan Partai Golkar
c. Mengakui Konghucu sebagai agama yang diakui
d. Memutuskan hubungan dengan IMF
e. Mengadili Soeharto
22. Setelah memberikan pertanyaan tentang pelajaran yang lalu terkait
peristiwa reformasi, guru kemudian mengajak peserta didik untuk
mencermati tokoh-tokoh yang terlibat dalam reformasi. Sesudah itu, guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran
tersebut. Gambaran kegiatan guru IPS di atas merupakan proses
pembelajaran pada tahap….
a. pendahuluan
b. menyimak
c. menanya
d. mengasosiasi
e. refleksi
23. Dalam mengembangkan RPP tentang materi kehidupan rakyat Indonesia
pada masa orde baru di Indonesia, prinsip yang harus dipahami oleh

207
seorang guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah....
a. pembelajaran dirancang berpusat pada peserta didik
b. alokasi waktu pembelajaran disesuaikan dengan ketentuan pada
satuan pendidikan
c. materi atau bahan ajar dikembangkan melalui sumber belajar berupa
buku guru
d. RPP dikembangkan dari silabus yang dibuat oleh kelompok kegiatan
guru
e. RPP dapat dikembangkan secara berkelompok oleh guru serumpun
24. Pak Didi sebagai seorang guru IPS dalam memberikan pembelajaran di
kelas, bukan hanya mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan
lembar pengamatan tetapi juga mendeskripsikan hasil pengamatan yang
telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan oleh Pak Slamet merupakan
bagian dari tahapan aspek penilaian....
a. sikap
b. proses
c. perilaku
d. pengetahuan
e. keterampilan
25. Jenis penilaian yang tepat untuk mendapatkan informasi kompetensi
peserta didik terhadap materi “bentuk dan strategi perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia” adalah....
a. portofolio
b. unjuk kerja
c. penugasan
d. proyek
e. pengetahuan
26. Pak Adi melakukan penilaian pembelajaran pada materi pergerakan
nasional dan kemudian menindaklanjuti hasil penilaian tersebut untuk

208
pembelajaran IPS ke depannya. Tujuan tindak lanjut hasil penilaian untuk
peningkatan kualitas pembelajaran IPS tersebut adalah….
a. mengetahui kualitas mengajar guru di kelas
b. umpan balik bagi guru untuk melakukan PTK
c. masukan bagi sekolah untuk pengembangan kualitas
d. mengetahui kesesuaian antara materi dengan metode
e. mengetahui kesesuaian silabus dengan kurikulum
27. Pada pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan, peserta
didik diharapkan memiliki nilai nasionalisme. Untuk mencapai tujuan
pada materi tersebut, metode pembelajaran yang paling tepat digunakan
adalah....
a. debat
b. klarifikasi nilai
c. diskusi tipe jigsaw
d. ceramah bervariasi
e. team game tournament (TGT)
28. Ibu Maya sebagai seorang guru IPS dalam memberikan pembelajaran di
kelas, kemudian melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran menggunakan tes. Kegiatan yang dilakukan oleh ibu Maya
merupakan bagian dari tahapan aspek penilaian....
a. Sikap
b. Proses
c. perilaku
d. pengetahuan
e. keterampilan
29. Jenis penilaian yang tepat untuk mendapatkan informasi kompetensi
peserta didik terhadap materi “bentuk dan strategi perjuangan bangsa
Indonesia mempertahankan kemerdekaan Indonesia” adalah....
a. portofolio
b. unjuk kerja
c. penugasan

209
d. proyek
e. pengetahuan
30. Salah satu prinsip dasar pembelajaran IPS adalah keterampilan sosial
peserta didik. Salah satu aspek yang sesuai dengan prinsip tersebut adalah
pengembangan keterampilan peserta didik berupa….
a. merumuskan suatu hipotesis
b. menginterpretasikan peta Indonesia
c. memberikan kontribusi dalam tugas
d. melahirkan ide-ide baru yang bermakna
e. membuat grafik jumlah penduduk

210
J. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. E
2. A
3. A
4. A
5. E
6. D
7. B
8. D
9. E
10. C

211
K. Kunci Jawaban tes Sumatif
1. B
2. B
3. E
4. D
5. D
6. C
7. A
8. A
9. A
10. E
11. A
12. B
13. D
14. C
15. E
16. A
17. A
18. C
19. B
20. A
21. B
22. A
23. A
24. A
25. E
26. D
27. B
28. D
29. E
30. C

212

Anda mungkin juga menyukai