Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGENDALIAN SEDIAAN FARMASI

Dosen : Putu Rika Veryanti, S.Farm.M.Farm-Klin, Apt.

Disusun oleh :

Hizkia Oktoberlianto 16330034

Novriana Devisari 16330062

Nadiena Islami Sabilaty 20330741


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5
2.1 Dasar Teori Instalasi Farmasi...........................................................................................5
2.2 Distribusi Obat Desentralisasi Alur................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Pengendalian
Sediaan Farmasi” dengan tepat waktu. Makalah disusun guna memenuhi tugas
matakuliah Farmasi Klinis Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi teman-teman semua.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen yang telah


memberikan tugas ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 1 Juni 2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dewasa ini, mengingat
makin banyaknya variasi penyakit, perubahan iklim yangekstrim, serta kondisi lingkungan
yang telah banyak terkontaminasi. Mengingat pergerakan masyarakat modern khususnya di
kota besar seperti Surabaya, sangat dituntut untuk memiliki ketahanan tubuh yang baik
supaya tidak mudah sakit. Masyarakat sendiri telah bersikap kritis untuk memiliki kesadaran
mengenai pentingnya kesehatan bagi hidup mereka, bahkan telah menjadi kebutuhan primer.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, peranan Apoteker dalam pelayanan kefarmasian
dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu aspek pengabdian profesi yang berupa layanan yang terkait
dengan sifat pemerataan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kefarmasian
secara profesional, dan aspek manajerial yang dikaitkan dengan kelangsungan hidup apotek
itu sendiri.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan.
Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan
rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga
dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari uraian di atas, sarana kesehatan
meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum,
Rumah Sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek
dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS),
Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan, dan
sarana kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang


meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan

3
sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Dalam beberapa
sarana kesehatan itu, seperti Rumah Sakit, pabrik buatan, pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional. Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat. Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui tata cara
pengolaaan sediaan farmasi maka di buatlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik perencanaan dalam proses pengelolaan obat?


2. Bagaimana cara pembelian atau pengadaan obat dalam proses pengelolaan obat?
3. Bagaimana cara penyimpanan obat dalam proses pengelolaan obat?
4. Bagaimana tata cara pendistribusian obat dalam proses pengelolaan obat?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui perencanaan dalam proses pengelolaan obat


2. Agar mahasiswa mengetahui cara pembelian atau pengadaan obat
3. Agar mahasiswa mengetahui cara penyimpanan obat
4. Agar mahasiswa mengetahui tata cara pendistribusian obat

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori Instalasi Farmasi

Instalasi farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan,


mengadakan, mengelola, dan mendistribusikan obat untuk Rumah Sakit secara keseluruhan.
Perencanaan pengadaan obat harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Obat yang akan
dibeli atau diadakan harus direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai
sehingga merupakan produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang
rasional dengan harga yang terjangkau atau ekonomis.

A. Teknik perencanaan dalam proses pengelolaan obat.


Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar
kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang
sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan
menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat
digunakan secara efektif dan efisien.Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :
1. Tahap PersiapanPerencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam
rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta
kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim
perencanaan pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penggunaan dana obat melalui kerjasama antar instansi yang terkait dengan masalah
obat.
2. Tahap Perencanaana. Tahap pemilihan obatTahap ini untuk menentukan obat-obat
yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan
jenis obat yang akan digunakan atau dibeli.

5
Tahap perhitungan kebutuhan obatTahap ini untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan
pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu :

1. Metode konsumsi Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi obat


individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa
data konsumsi obat tahun sebelumnya.
2. Metode morbiditas Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kehadiran
pasien, kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit
yang ada. Metode penyesuaian konsumsiMetode ini menggunakan data pada insiden
penyakit, konsumsi penggunaan obat. Sistem perencanaan pengadaan didapat
dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan untuk mencapai target
sistem suplai berdasarkan pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang
disediakan. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaranMetode ini
digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan biaya
per pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam sistem kesehatan yang
sama.
B. Cara pembelian atau pengadaan obat dalam proses pengelolaan obat
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit
dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal
melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.Siklus
Pengadaan Obat Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan
dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan kualitas
obat-obat yang diterima. Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan kebutuhan,
penyesuaian kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau
pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan
dan pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan
informasi penggunaan obat.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan
jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat
diperlukan. Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah,

6
organisasi non pemerintahan dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan
keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang dan Jasa
Instansi Pemerintah, metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap tingkatan pada
sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan jasa, yaitu :
1. Pembelian:
a. Pelelangan (tender)
b. Pemilihan langsung.
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
2. Produksia:
a. Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri.
b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit.
c. Obat untuk penelitian
3. Kerjasama dengan pihak ketiga
4. Sumbangan
5. Lain-lain Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk Rumah Sakit, adalah:
a. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi
dan penjualan (telah terdaftar).
b. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000.
c. Suplier dengan reputasi yang baik.
d. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk obat.
Prinsip

Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang baik dan merupakan
standar universal mencakup aspek :

1. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generic


2. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar formularium Rumah Sakit
3. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan harga
4. Pengadaan secara kompetitif Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati
prakualifikasi yang diizinkan mengikuti.

7
a. Adanya komitmen pengadaan Suplier harus menjamin pasokan obat yang
kontraknya telah ditandatangani
b. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros cek dengan
pola penyakit dan jumlah kunjungan. Lakukan penyesuaian terhadap stok over,
stok out, obat expired. Lakukan penyesuaian dan perhitungan terhadap kebutuhan
program dan perubahan pola penyakit (utamanya) lansia.
c. Lakukan Manajemen Keuangan yang baik dan Pembayaran Pasti Kembangkan
kepastian pembayaran Mekanisme pembayaran yang pasti akan dapat
menurunkan harga.
d. Prosedur tertulis dan transparan Kembangkan dan ikuti prosedur tertulis seperti
pada Kepres nomor 18 tahun 2000 Umumkan hasil pelelangan kepada public.
e. Pembagian Fungsi Pembagian fungsi membutuhkan keahlian tertentu Beberapa
fungsi akan melibatkan beberapa tim, unit individu dalam aspek perencanaan
kebutuhan, pemilihan jenis obat, pemilihan suplier dan pelelangan.
f. Program Jaminan Mutu Produk Pastikan ada keharusan melakukan jaminan mutu
produk dalam setiap dokumen Jaminan Mutu Produk Termasuk: Sertifikasi, test
lab, mekanisme laporan terhadap obat yang diduga tidak memenuhi syarat.
g. Lakukan Audit tahunan dan Publikasikan hasilnya. Untuk menguji kepatuhan
terhadap prosedur pengadaan, kepastian pembayaran dan faktor lain yang
berhubungan. Sampaikan hasilnya kepada pengawas internal atau eksternal.
h. Buat Laporan Periodik terhadap Kinerja PengadaanBuat laporan untuk indikator
kinerja dibandingkan dengan target setidaknya setahun sekali. Gunakan indikator
kunci seperti : rasio harga terhadap harga di pasar (market), rencana pengadaan
dan realisasi,
C. Cara penyimpanan obat dalam proses pengelolaan obat
Massa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat
laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya
khasiat obat akan berkurang. Guna memperlambat penguraian, maka semua obat
sebaiknya disimpan ditempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari
lembabdan cahaya. Dan hendaklah disuatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-

8
anak, agar tidak dikira sebagai makanan berhubung bentuk dan warnanya kerap kali
sangat menarik.Penyimpanan obat merupakan satu kegiatan pengaman dengan cara
menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Tujuan
penyimpanan :
1. Memelihara mutu obat dengan memperhatikan : Penataan ruang gudang Ruangan
kering atau tidak lembab Ada ventilasi Lantai dari legel atau semen dan apabila tidak
ada lemari atau rak untuk obat/ tempat obat tidak cukup maka obat diletakkan pada
lantai yang diberi alas papan. Pemindahan harus hati-hati Golongan antibiotic harus
dalam wadah terttp dan hindari dari cahaya matahari Vaksin dan serm dalam wadah
tertutup terhindar dari cahaya matahari dan disimpan dalam lemari es.
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab Mempunyai ruang khusus
atau gudang obat dan pelayanan obat Mempunyai pintu yang lengkap dengan kunci
Khusus untuk narkotika Memudahkan pencarian dan pengawasan Pengaturan obat
dikelompokkan, bentuk sediaan, disusun menurut abjad dengan nama generic
Penyusunan obat dengan memperhatikan kadalarsa atau cara penyusunan First in
First out (FIFO) ( Dep. Kes. RI, 2009).
D. Tata cara pendistribusian obat dalam proses pengelolaan obat
Distribusi meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat dan penyimpanan.
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya satelit/depo
farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit
farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu:
1. Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi).
2. Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi). Berdasarkan distribusi obat bagi pasien
rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
a. Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
b. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
c. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan lengkap di
ruang system distribusi obat dosis unit.
E. Metode Distribusi Obat Berdasarkan Ada atau Tidaknya Satelit Farmasi
1. Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi) Sentralisasi adalah sistem pendistribusian
perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada

9
sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk
kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari
pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS,
kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah cara dispensing yang baik dan
obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.Keuntungan sistem
ini adalah:
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi
kepada perawat berkaitan dengan obat pasien
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
pasien
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan.
d. Mempermudah penagihan biaya pasien.

Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini di suatu rumah
sakit yaitu sebagai berikut:

1. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke
pasien yang cukup tinggi
2. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat
3. Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat
4. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan
komunikasi.Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A
dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
2. Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)Desentralisasi adalah sistem
pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di dekat unit
perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi.
Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan
tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini
bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada
di depo farmasi.

10
Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan distribusi obat di satelit farmasi :
Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena tanpa tambahan
(intravenous solution without additives). Mendistribusikan i.v admikstur yang disiapkan
oleh farmasi sentral. Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication
dministration record (MAR).

Menuliskan nama generik dari obat pada MAR. Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan distribusi.Ruang lingkup kegiatan pelayanan depo farmasi adalah
sebagai berikut :

1. Pengelolaan perbekalan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi bertujuan untuk


menjamin tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah dan jenis yang tepat dan
dalam keadaan siap pakai pada waktu dibutuhkan oleh pasien, dengan biaya yang
seefisien mungkin. Pengelolaan barang farmasi terbagi atas :Pengelolaan barang
farmasi dasar (BFD) Barang farmasi dasar meliputi obat dan alat kesehatan yang
diperoleh dari sub instalasi perbekalan farmasi.b. Pengelolaan barang farmasi non
dasar (BFND) Depo farmasi melakukan pengelolaan BFND mulai dari penerimaan
sampai dengan pendistribusian.

Perencanaan BFND tidak dilakukan melalui depo farmasi. kegiatan pengelolaan


perbekalan farmasi, meliputi :

a. Perencanaan, bertujuan untuk menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat


sesuai kebutuhan, mencegah terjadinya kekosongan/kekurangan barang farmasi,
mendukung/meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Pengadaan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi yang
berkualitas berdasarkan fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan.
c. Penerimaan, bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi yang berkualitas
sesuai kebutuhan.
d. Penyimpanan, bertujuan untuk menjaga agar mutu perbekalan farmasi tetap terjamin,
menjamin kemudahan mencari perbekalan farmasi dengan cepat pada waktu
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan perbekalan farmasi.

11
e. Pendistribusian, bertujuan untuk memberikan perbekalan farmasi yang tepat dan
aman pada waktu dibutuhkan oleh pasien.
f. Pelayanan farmasi klinikPelayanan farmasi klinik bertujuan untuk menjamin
kemanjuran, keamanan dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

Tanggung jawab farmasis dalam memberikan pelayanan farmasi klinik pada


satelit farmasi ialah : Monitoring ketepatan terapi obat, interaksi antar obat serta reaksi
samping obat yang tidak diinginkan (adverse drug reaction). Monitoring secara intensif
terapi obat seperti total parenteral nutrition (TPN) dan terapi antineoplastik. Menyiapkan
dosis farmakokinetik. Menjadwalkan pengobatan obat terpilih. Sebagai pusat informasi
obat bagi dokter, perawat dan pasien. Mengidentifikasi, mencegah, dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat. Kegiatan yang dilakukan yaitu monitoring
pengobatan pasien untuk memantau efek samping obat yang merugikan serta menjamin
pemakaian obat yang rasional. Kegiatan administrasi, berupa stock opname perbekalan
farmasi, pencatatan perbekalan farmasi yang rusak/tidak sesuai dengan aturan
kefarmasian, pelaporan pelayanan perbekalan farmasi dasar, pelaporan pelayanan
distribusi perbekalan farmasi dan pelaporan pelayanan farmasi klinik.

2.2 Distribusi Obat Desentralisasi Alur


Faktor-faktor yang menjadi dasar untuk mengadakan pelayanan:

a. Kebutuhan pasien, penggunaan obat di rumah sakit dapat mempengaruhi keadaan pasien,
ketidaktepatan penggunaan antibiotik, mencakup ketidaktepatan dosis, interaksi obat
yang merugikan, duplikasi penggunaan, kombinasi antagonis, dan ketidaktepatan durasi
penggunaan. Dalam hal ini pasien adalah objek yang paling merasakan dampak negatif
dari ketidaksesuaian pemberian obat tersebut. Sistem distribusi obat sentralisasi untuk
pasien rawat inap yang dispensing dari IFRS sentral, seringkali mengakibatkan
meningkatnya biaya yang dikeluarkan pasien.
b. Kebutuhan perawat, perawat memiliki peranan penting dalam sistem distribusi obat di
rumah sakit. Perawat dapat mengorder obat dari IFRS, menyiapkan dan merekonstitusi
dosis untuk konsumsi, pemberian obat, merekam tiap obat yang dikonsumsi, juga
memelihara rekaman obat yang terkendali yang diterima dan digunakan serta memelihara

12
persediaan obat diruang. Pelayanan IFRS sentralisasi di rumah sakit seringkali
menimbulkan banyak pertanyaan yang berkaitan dengan obat dan dukungan informasi
obat kepada perawat jika diperlukan. Sistem distribusi obat untuk penderita rawat tinggal
menggunakan efisiensi perawat dibandingkan dengan sistem distribusi obat sentralisasi.
c. Kebutuhan dokter, dokter mendiagnosis masalah medik bagi pasien dan menulis suatu
rencana terapi. Komplikasi obat menggambaarkan kebutuhan dokter akan informasi
umum obat dan informasi klinik obat tertentu. Apoteker yang praktek ditempat perawatan
dapat memberi pengetahuan dan pengalaman klinik obat untuk membantu dokter
mengelola terapi obat penderita mereka.
d. Kebutuhan apoteker, tugas apoteker dalam suatu sistem distribusi obat sentralisai
mungkin disdominasi oleh tugas menyiapkan, dispensing, dan memberikan partisipasi
minimal dalam pelayanan klinikdalam lingkup minimal, tidak melayani secara memadai
atau tidak memenuhi kebutuhan pasien, dokter dan perawat yang berkaitan dengan obat.

Dalam lingkungan desentralisasi, apoteker dapat menghubungkan secara


langsung, kebutuhan terapi obat pasien sebagai hasil dari berbagai kemudahan
pencapaian pasien, perawat, dokter dan rekaman medic. Apoteker dapat mengembangkan
keahlian dalam perawatan pasien tertentu. Dengan demikian pengalaman apoteker dalam
terapi pasien dapat bertambah.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari data data yang di atas dapat di simpulkan :

1. Dalam perencanaan dalam proses pengelolaan obat terdapat dua tahap perencanaan
kebutuhan obat tahap persiapan dan tahap perencanaan yang terdiri lagi : Tahap pemilihan
obat, tahap perhitungan kebutuhan obat.
2. Cara pembelian atau pengadaan obat harus memahami siklus pengadaan tercakup pada
keputusan-keputusan dan tindakan dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga
yang harus dibayar, dan kualitas obat-obat yang diterima. Proses pengadaan dikatakan
baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan mutu
yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
3. Cara penyimpanan obat harus berdasarkan jenis obat mempunyai batas waktu, karena
lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu,
dengan tujuan penyimpanan untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang
tidak bertanggung.
4. Mengetahui tata cara pendistribusian obat yang meliputi kegiatan pengendalian persediaan
obat dan penyimpanan. Sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistem
pelayanan terpusat (sentralisasi) dan sistem pelayanan terbagi (desentralisasi).

14
DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Kesehatan RI. 1996 Pedoman Pengelolaan Obat Daerah Tingkat II.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
 Departemen Kesehatan RI. 2001. Pengolahan Obat Kabupaten/Kota. Badan Pengawasan
Obat dan Makanan, Jakarta
 Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Direktorat Jenderal
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta
 Siregar Charles, J.P., Lia Amalia, 1997. Teori & Penerapan Farmasi Rumah Sakit.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.Qurck, J.D., Managing Drug Suplly, Jonathan. D. (Eds),
Second Edition, Reursod and Expanded, Kumarin Press, USA

15

Anda mungkin juga menyukai