PERLAKUAN PANAS
2.1 Tujuan
7
BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 15
berbeda dapat bereaksi yang berbeda pula. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
parameter tertentu seperti :
1. Temperatur pemanasan, yaitu temperatur austenisasi yang dikehendaki
agar dicapai transformasi yang seragam pada material.
2. Waktu pemanasan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk
mencapai temperatur pemanasan tertentu (temperatur austenisasi).
3. Waktu penahanan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan agar
didapatkan distribusi temperatur yang seragam pada benda kerja.
Untuk mempelajari perlakuan panas ini tidak hanya sekedar mempelajari
parameter dari berbagai proses tersebut, tetapi juga harus mempelajari
mengapa dipilih parameter tersebut, apa yang terjadi kalau dipakai parameter
yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, bila dengan suatu proses tidak
tercapai sifat yang diinginkan, bagaimana menentukan proses yang lebih
tepat, dan sebagainya. Untuk itu harus dipelajari dulu apa yang terjadi selama
pemanasan dan pendinginan. Secara umum, proses perlakuan panas terbagi
atas dua kategori, yaitu :
1. Hardening (Pengerasan) : Adalah usaha untuk meningkatkan sifat
material terutama kekerasan dengan cara celup cepat (quenching)
material yang sudah dipanaskan ke dalam suatu media quenching
berupa air, air garam, maupun oli.
2. Softening (Pelunakan) : Adalah usaha untuk menurunkan sifat
mekanik agar menjadi lunak dengan cara mendinginkan material yang
sudah dipanaskan didalam tungku (annealing) atau mendinginkan
o
Pemanasan T 850 C, Holding time 15 menit
Pendinginan
Pengujian kekerasan
Kesimpulan
2.4.2. Bahan
1. Spesimen baja AISI 1045 : 4 buah.
2. Ampelas 60 mesh dan 600 mesh : secukupnya
heating 3 4
1
70
60
HRc 50
40
30
20
10
0
Quench Oli Quench Air Normalizing Annealing
Percobaan ke 1 Percobaan ke 2 Percobaan ke 3
40
30
20
10
dengan media air, oli dan udara terbuka sementara satu spesimen sisanya
dibiarkan di dalam tungku. Dari percobaan ini diketahui media pendingin
berpengaruh dalam memperoleh kekerasan yang diinginkan. Dari data hasil
pengamatan untuk media pendingin menggunakan udara terbuka didapatkan
harga kekerasan rata-rata sebesar 12,63 HRc. Untuk media pendingin oli
dihasilkan harga kekerasan yang dihasilkan sebesar 23,06 HRc. Pada
pendinginan dengan media pendingin Air adalah dihasilkan harga kekerasan
yang paling tinggi diantara dua media pendinginan sebelumnya yaitu udara
terbuka ataupun oli sebesar 56,3 HRc.
Namun terjadi kesalahan teoritis pada hasil harga kekerasan yang
dihasilkan pada praktikum ini. Harga kekerasan spesimen yang dianil lebih
besar daripada spesimen yang didinginkan dengan media udara terbuka, yaitu
sebesar 21,166 HRc. Secara teori, seharusnya harga kekerasan normalizing
lebih besar daripada anil. Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh human
error, dalam hal ini praktikan menggunakan mesin uji kekerasan tidak sesuai
prosedur penggunaan atau kurang teliti.
2.7 Kesimpulan
1. Harga kekerasan rata-rata quench air sebesar 56,3 HRc
2. Harga kekerasan rata-rata quench oli sebesar 23,6 HRc
3. Harga kekerasan rata-rata normalizing sebesar 12,63 HRc
4. Harga kekerasan rata-rata annealing sebesar 21,16 HRc
5. Tidak dilakukan preheating karena baja AISI 1045 persentase unsur
paduannya rendah sehingga dianggap tidak berpengaruh terhadap
terjadinya thermal shock.
o
6. Penahanan pada suhu 850 C atau holding time selama 15 menit bertujuan
untuk menyeragamkan fasa pada spesimen.
7. Perbedaan media pendingin akan berpengaruh terhadap lamanya laju
pendinginan dan hasil dari harga kekerasannya.