Anda di halaman 1dari 10

BAB

A. MANUSIA DALAM AL-QURAN

1. asal usul manusia dalam Al-Qur'an


Manusia adalah ciptaan Allah. Ia diciptakan secara alamiah karena Allah menciptakan
Adam dari tanah, jika diorganisir ke dalam diri manusia akan menghasilkan ekstrak sulalah
(air mani). Jika masuk ke dalam rahim, air ini mengalami sebuah proses kreatif. Secara
ringkasnya seperti di bawah ini :
Manusia berasal dari dua jenis, yaitu : dari benda padat dan dari benda cair. Benda
padat berbentuk tanah (turab), tanah liat (tiin) dan tembikar (salsal). Benda cair berbentuk air
dan mani.
Dalil Al-Qur’an yang menjelaskan hal itu adalah :
Firman Allah SWT :
                
Artinya :
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-cakap dengannya:
"Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (Q.S. Al-Khafi : 37)

Firman Allah SWT :


                  
Artinya :
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S. Al-A’raf : 12)

Firman Allah SWT :


     
Artinya :
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,” (Q.S. Ar-Rahman : 14)

Firman Allah SWT :


            
Artinya :

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 6
“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya”, (Q.S. Al-
Qiyamah : 37-38)
Firman Allah SWT :
                   

                 
Artinya :
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur”. (Q.S. As-Sajdah : 7-9).

Dari ayat diatas dinyatakan bahwa Allah SWT pertama kali menciptakan manusia dari
tanah basah, yang dimaksud adalah Nabi Adam AS. Kemudian keturunannya diciptakan dari
sari pati air yang aktif, yang kemudian disempurnakan lalu ditiupi roh-Nya dan diberi
pendengaran, penglihatan dan sanubari. Dalam ayat tersebut sekaligus dijelaskan perbedaan
proses penciptaan Adam dan keturunannya.

2. Tahapan kejadian manusia


Adapun tahapan kejadian manusia dijelaskan secara terinci dalam Al-Qur’an surat Al-
Mu’minun : 12-14.

                  

               

  


Artinya :
”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(Q.S. Al-Mu’minun : 12-
14)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan dari tanah kemudian
menjadi nuthfah yaitu zigot sebagai hasil pembuahan. Kemudian berubah lagi menjadi ‘alaqah
yang secara harfiah dapat diartikan sebagai yang melekat. Dalam ilmu embriologi, setelah
menempuh masa sekitar 23 hari, zigot kemudian menempel pada dinding rahim dan inilah
yang disebut Al-Qur’an sebagai ‘alaqah (segumpal darah). Dari ‘alaqah ini kemudian berubah
menjadi mudghah yang berarti secara harfiah daging sebesar yang biasa dikunyah. Dalam ilmu
embriologi dinamakan dengan embrio, yang terbentuk setelah enam minggu pembuahan. Lalu
[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 7
embrio tersebut menjadi tulang yang terbungkus dalam daging (fetus) dan ini terjadi setelah
tiga bulan pembuahan. Itulah yang dimaksud dengan janin yang kemudian ditiupi roh dan
menjadi makhluk yang bernyawa.

3. Karakteristik manusia
Dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak memberikan sebutan-sebutan bagi manusia yang
demikian itu untuk menunjukkan peran dan karakter manusia itu sendiri. Adapun sebutan itu
antara lain adalah :

a. Al-Basyar (‫) البشر‬


Dalam pengertiain Al-Basyar manusia dipandang dari pendekatan biologis, yaitu
manusia terdiri dari unsur materi sehingga kehidupan manusia terikat dengan kaidah prinsip
kehidupan biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan. Proses dan fase
perkembangan manusia sebagai makhluk biologis terdiri dari fase prenatal (sebelum lahir),
dari mulai proses penciptaan manusia berawal sampai pembentukan fisik janin dan fase post
natal (sesudah lahir), proses perkembangan dari bayi sampai usia lanjut. Dan sebagai akhir
dari proses fisik ini, manusia pun mengalami kematian.

b. Al-insan ( ‫) اﻹنسان‬
Kata Al-Insan ini mengacu kepada potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia,
yaitu potensi untuk bertumbuh dan berkembang biak secara fisik dan mental spiritual.
Perkembangan tersebut antara lain meliputi kemampuan untuk berbicara, menguasai ilmu
pengetahuan melalui proses tertentu, kemampuan untuk mengenal Tuhan. Potensi untuk
mengembangkan dirinya (yang positif) memberi peluang pada manusia untuk
mengembangkan kualitas sumber daya insaninya. Selain potensi positif, manusia juga dibekali
dengan potensi lain yang memberi peluang kepadanya untuk mendorong manusia ke arah
tindakan, sikap serta perilaku negatif dan merugikan, antara lain ditampilkan dalam bentuk
kecenderungan manusia mengingkari nikmat, tidak berterima kasih, sombong bila telah
berkecukupan, dll.
Singkatnya, manusia diberikan peluang dan pilihan untuk mengembangkan sumber
daya insaninya ke arah yang baik (positif) atau sebaliknya ke arah buruk (negatif). Jika ia
mengembangkannya dengan baik maka akan menjadi manusia yang baik, berakhlak mulia dan
berbudaya serta berperadaban. Namun, jika sebaliknya ia akan menjadi manusia yang buruk
akhlaknya dan merugikan bagi kehidupan manusia yang lainnya.

c. An-Naas ( ‫) الناس‬
Kata An-Naas dalam Al-Qur’an dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-
laki dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku bangsa untuk saling mengenal.
Sebagaimana firman Allah SWT :

                 

   


Artinya :

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 8
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al-Hujurat : 13).
Sejalan dengan konteks kehidupan sosial, maka peran manusia dititikberatkan pada
upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat sesuai dengan ajaran-ajaran
agama Islam, baik dalam ruang lingkup sederhana yaitu keluarga hingga ke ruang lingkup yang
lebih luas yaitu sebagai warga antar bangsa. Dalam kelurga, peran sosial manusia ditekankan
pada pembentukan sikap diri yang sesuai dengan fungsi dan peran setiap anggota dalam
keluarga, sedangkan dalam hubungan warga antar bangsa, diharapkan manusia dapat
berperan sebagai warga dalam kehidupan sosial antar kerabat, tetangga, kampung, suku
maupun pergaulan antarbangsa di kawasan pergaulan umat sedunia. Manusia diarahkan agar
dapat menjadi warga sosial yang dapat memberi manfaat bagi kehidupan bersama di
masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda :


ِ ‫َﺣ َﺴﻨُـ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠُﻘﺎً َوأَﻧْـ َﻔﻌُ ُﻬ ْﻢ ﻟِﻠﻨ‬
‫ﱠﺎس‬ ِ ‫َﺧ ْﲑُ اﻟﻨ‬
ْ ‫ﱠﺎس أ‬
Artinya :
“Sebaik-baik manusia itu, adalah yang terlebih baik budi pekertinya dan yang lebih bermanfaat
bagi manusia.”

d. Bani Adam ( ‫) ﺑنﻲ أدم‬


Bani artinya keturunan (dari darah daging) yang dilahirkan. Adapun kata Bani Adam
mengacu pada penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, yang menitikberatkan pada
upaya pembinaan hubungan persaudaraan antarsesama manusia. Menyatukan visi bahwa
manusia pada hakikatnya berawal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam AS. Dalam
tataran ini, maka manusia berstatus sebagai sebuah keluarga yang bersaudara, apa pun latar
belakang sosio-kultur, agama, bangsa dan bahasanya. Semuanya perlu saling menghargai,
saling menghormati dan saling memuliakan.

e. Al-Ins ( ‫) اﻹنس‬
Dalam konteks Al-Ins, manusia berstatus sebagai pengabdi. Ia dituntut untuk dapat
memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah secara konsisten dengan ketaatan yang penuh.
Ketaatan kepada Allah merupakan peran puncak manusia dalam segala aspek kehidupannya,
karena atas dasar dan tujuan tersebut pula manusia diciptakan. Sebagaimana firman Allah
SWT

      


Artinya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(Q.S. Al-Dzariyat :56)

Maka manusia diharapkan agar setiap aktivitasnya dapat dikategorikan sebagai ibadah.
Oleh sebab itu, manusia dianjurkan agar mengawali setiap aktivitasnya dengan menyebut

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 9
Bismillah. Dengan ini manusia dapat membiasakan dirinya untuk mengingat Penciptanya
dalam kehidupan sehari-hari disetiap apa yang dikerjakannya.

f. Abd Allah ( ‫) ﻋبﺪ ﷲ‬


Kata Abd Allah mengandung arti abdi atau hamba Allah. Ini menunjukkan bahwa
manusia adalah milik Allah sehingga manusia harus merendahkan dirinya dihadapan Allah
sebagai bentuk pengabdiannya kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

                    
Artinya :
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(Q.S. Yusuf : 40)

Pengabdian tersebut hendaklah memenuhi tiga hal :


1. Menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya termasuk dirinya sendiri adalah milik
Allah dan berada di bawah kekuasaan Allah.
2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitasnya senantiasa mengarah pada usaha untuk
memenuhi perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
3. Dalam mengambil keputusan senantiasa dikaitkan dengan restu dan izin Allah sebagai
tempat ia menghambakan diri kepada-Nya.

g. Khalifah ( ‫) خليفة‬
Dalam konteks sebagai khalifah manusia diberikan tanggung jawab untuk mengatur
dan memelihara alam semesta. Semua diserahkan pada manusia untuk dipergunakan seluas-
luasnya demi kesejahteraan manusia dan memakmurkannya. Sebagaimana firman Allah SWT :

                  

           
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (Q.S. Al-Baqarah : 30)

Peran yang harus dikerjakan manusia sebagai khalifah Allah terdiri dari dua jalur, yaitu
horizontal dan vertikal. Horizontal mengacu pada bagaimana manusia dapat mengatur
hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan vertikal
mengacu pada bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini
manusia penting untuk menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai alam
dan sesama manusia adalah karena penugasan dari Penciptanya Allah SWT. Dengan demikian,
dapat diharapkan manusia dapat menciptakan kehidupan yang harmonis di muka bumi.

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 10
4. Fungsi dan kewajiban manusia
Allah SWT menciptakan manusia bukan untuk hal yang sia-sia, namun memberikan
peran yang penting dalam menjalankan kehidupan di bumi ini. Sebagaimana firman Allah SWT
:

        


Artinya :
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (Q.S. Al-Mu’minun : 115).

Atas dasar misi tersebut, Allah menilai manusia sejauh mana bisa
mengimplementasikannya dalam bentuk tugas dan tangungg jawab. Dengan demikian,
manusia telah mengambil peran yang penting dalam hidup, sehingga tidak masuk kategori
statemen Allah “main-main”. Adapun fungsi dan kewajiban pokok utama manusia di muka
bumi adalah :
a. Manusia sebagai ‘abid artinya hamba Allah. Sebagai hamba Allah di muka bumi memiliki
kewajiban untuk mengabdi atau beribadah kepada-Nya, dengan cara mentaati segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta mengamalkan yang di izinkan dan
diridhoi-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :
      
Artinya :
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(Q.S. Adz-Dzariyat : 56)

Juga firman Allah yang lain :

                 
Artinya :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah : 5)

b. Manusia sebagai khalifah artinya pemimpin di muka bumi. Manusia diciptakan sebagai
khalifah yang harus mampu mengubah dunia menjadi rahmatan lil alamin yang memberi
manfaat bagi lingkungan, menjadi regulator, memberi kesejukan dan menunjukkan ke
jalan baik dan benar yang terang benderang. Sebagaimana firman Allah SWT :
      
Artinya :

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 11
“Dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang
menerangi.”(Q.S. Al-Ahzab : 46)

Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi mempunyai tugas untuk menjaga
keseimbangan dan ekosistemnya dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup serta
tidak boleh membiarkan terjadinya kerusakan dan kehancuran di muka bumi.

Sebagaimana firman Allah :


                  

           
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (Q.S. Al-Baqarah : 30)

Juga firman Allah yang lain :

                  

            
Artinya :
“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (Q.S. Shaad : 26)
B. PENGERTIAN AGAMA

1. Pengertian Agama
Agama bukan berasal dari bahasa Arab, sebab dalam bahasa Arab tidak dikenal istilah
“Ga”. Dalam bahasa Arab dikenal istilah “Addin”artinya kepatuhan, kekuasaan atau
kecenderungan. Adapun kata agama boleh jadi diambil dari bahasa sanskerta yang terdiri dari
gabungan kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, jadi agama artinya tidak kacau.
Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan “religion” yang artinya kepercayaan dan
penyembahan kepada Tuhan.
Ditinjau dari sumbernya, agama-agama yang dikenal manusia terdiri dari dua jenis,
yaitu :

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 12
1. Agama wahyu yaitu agama yang diterima oleh manusia dari Allah melalui malaikat Jibril
dan disebarkan oleh rasul-Nya kepada manusia. Agama wahyu disebut pula sebagai agama
samawi atau agama langit. Contohnya agama Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT.
2. Agama budaya yaitu agama yang bersumber dari ajaran seorang manusia yang dipandang
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan. Agama budaya disebut pula
sebagai agama ardhi atau agama bumi. Contohnya agama Budha yang merupakan ajaran
dari Budha Gautama.

2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab dari kata “salima” artinya selamat, sejahtera dan
“aslama” artinya patuh dan taat. Dengan demikian agama Islam adalah agama yang dibawa
oleh nabi Muhammad SAW yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk keselamatan
dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Nama agama Islam disebut langsung oleh Allah
dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT :
     
Artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. (Q.S. Ali Imran : 19)
Juga firman Allah SWT :
             

Artinya :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”.(Q.S. Ali Imran :
85)

Juga firman Allah SWT :


           
Artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”. (Q.S. Al-Maidah : 3).

3. Hajat manusia terhadap agama


Dalam menjalani kehidupannya, manusia dihadapkan kepada dua persoalan penting.
Pertama : persoalan pokok yang bersifat mendesak. Kedua : persoalan pokok yang bersifat
mendasar. Kedua persoalan pokok di atas mutlak harus dipenuhi guna memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya.
Persoalan pokok yang bersifat mendesak adalah pemenuhan kebutuhan manusia
sebagai basyar, yakni sebagai makhluk fisik biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan,
minum berkeluarga dan sebagainya. Apabila kebutuhan ini tidak dipenuhi manusia tidak akan
sanggup bertahan hidup. Adapun persoalan pokok yang bersifat mendasar adalah pemenuhan
kebutuhan manusia sebagai insan, yakni sebagai makhluk yang diberi potensi akal, jiwa dan
ruh. Akal berfungsi untuk berfikir, hasil pemikirannya akan sampai pada pertanyaan-
pertanyaan yang akal sendiri tidak sanggup untuk menjawabnya. Seperti pertanyaan tentang
kehidupannya. Mengapa manusia hidup? Dari mana asal mula kehidupan ini ? siapa yang

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 13
menciptakan kehidupan ini ? mengapa manusia mati ? apa yang terjadi setelah mati ? apakah
setelah mati akan terjadi kehidupan kembali ? dll.
Semua pertanyaan itu memerlukan jawaban secara benar dan tuntas sebagai
pemenuhan akan kebutuhan akal dan jiwa manusia. Meski jawabannya tidak mendesak seperti
kebutuhan makan dan minum, namun jawabannya terus dibutuhkan sepanjang hidup manusia.
Jawaban terhadap semua pertanyaan itu dapat memotivasi akal dan jiwa untuk terus berfikir
sehingga akan terwujud keyakinan dan kepastiaan dalam menentukan berbagai bentuk
tindakan dalam hidupnya.
Untuk menjawab semua pertanyaan diatas, kita harus berangkat dari suatu pemikiran
bahwa hidup dan kehidupan manusia ini diciptakan dan diatur oleh kehendak Allah SWT.
Untuk itu kita harus bertanya kepada Allah melalui petunjuk agama yang diturunkan-Nya,
karena hanya Allah yang dapat menjawab semua persoalan manusia, baik yang mendesak
maupun yang mendasar, oleh sebab itulah manusia membutuhkan petunjuk agama untuk
meraih kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.

4. Ruang lingkup Agama Islam


Secara garis besar, ruang lingkup ajaran agama Islam mencakup ajaran menyeluruh
(total/kaffah) yang terdiri atas akidah, syariah dan akhlak, seperti tertuang dalam Al-Qur’an :

                
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S.
Al-Baqarah : 208).

Akidah adalah kepercayaan terhadap Allah dan inti akidah adalah tauhid. Tauhid adalah
ajaran tentang eksistensi Allah yang bersifat Esa. Lawan dari tauhid adalah syirik yaitu
mempersekutukan Allah. Syariah adalah segala bentuk peribadahan, baik ibadah khusus
seperti toharah, shalat, puasa, zakat dan haji, maupun ibadah umum (muamalah) seperti
hukum-hukum publik dan perdata. Adapun akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa dan
menimbulkan perbuatan yang mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Secara skematis ruang lingkup ajaran agama Islam seperti dibawah ini :

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 14
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan tahapan proses kejadian manusia menurut ajaran Islam !
2. Sebutkan peran manusia sesuai dengan sebutannya yang disebutkan dalam Al-Qur’an !
3. Apa tugas dan fungsi manusia sebagai ‘abid dan khalifah ?
4. Apa perbedaan yang mendasar antara agama Islam dengan agama yang lain ?
5. Jelaskan pengertian Islam , Iman dan Ihsan !

---------------------------------

[Type text]
MODUL PEMBELAJARAN PAI – UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 15

Anda mungkin juga menyukai