Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. S DENGAN


TUBERCULOSIS DI RUANG TULIP RSUD BEKASI
(Tanggal 30 Des s.d 04 Jan 2020)

Di susun oleh:

ARY RAHMAT K (1032161047)

BUNGA KUMALA SARI (1032161004)

DEWI SUNARSIH (1032161009)

RENNY SAUMA W (1032161023)

SAFITRI HANJANI (1032161001)

PRATIWI FEBRIANI (1032161040)

Dosen pembimbing:

Ns. Seven Sitorus, M.kep. Sp.KMB

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Tuberculosis Paru Pada

Klien Tn. S Di Ruang Rawat Inap Tulio Rsud Bekasi” dapat tersusun hingga

selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari

pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan baik materi maupun

pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Januari 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................5

A. Definisi ........................................................................................................5
B. Etiologi ........................................................................................................5
C. Manifestasi Klinis .......................................................................................6
D. Komplikasi ..................................................................................................7
E. Pemeriksaan Diagnostik...............................................................................10
F. Patoflow ......................................................................................................12
G. Pengkajian....................................................................................................13
H. Diagnosa Keperawatan ................................................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................39

A. Kesimpulan..................................................................................................39
B. Saran ............................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi,
adalah Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia,
pada tahun 2004, sebanyak seperempat juta orang bertambah penderita baru
dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya. Sebagian besar penderita TB
adalah penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun, dan penyakit
ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. (Depkes, 2005).
Pasien dengan TB BTA positif merupakan sumber penularan penyakit
tuberculosis. Batuk atau bersin dari pasien TB akan menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Kurang lebih 3000
percikan dahak dihasilkan pada waktu sekali batuk. Percikan dahak yang
berada pada waktu yang lama dalam suatu ruangan akan memudahkan
terjadinya penularan penyakit TB. Jumlah percikan dapat dikurangi dengan
adanya ventilasi atau aliran udara yang cukup dan kuman Mycobacterium
tuberculosis akan mati apabila terkena sinar matahari secara langsung. Dalam
keadaan gelap dan lembab, percikan dahak dapat bertahan selama beberapa
jam. (Saflin,2017)
Resiko penularan TB Paru pada keluarga sangatlah beresiko, terutama pada
balita dan lansia yang memiliki daya tahan tubuh lebih rendah selain itu pada
penderita HIV yang mengalami kerusakan sistem imun pada tubuh. Peran
keluarga dalam pencegahan penularan TB Paru sangatlah penting, karena
salah satu tugas dari keluarga adalah melakukan perawatan bagi anggota
keluarga yang sakit dan mencegah penularan pada anggota keluarga yang
sehat. Disamping itu keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi,
dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, serta

3
saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan, dan keluarga
dengan lingkungan luarnya (Lailatul Nur, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tuberculosis paru?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru?
3. Bagaimana peran perawat dalam asuhan keperawatan pasien dengan
tuberculosis paru?

C. Tujuan Penulisan
Kompetensi yang diharapkan tercapai setelah mempelajari materi ini adalah:
1. Menyebutkan pengertian Definisi Tubeculosis
2. Menyebutkan Etiologi Tubeculosis
3. Menyebutkan Anatomi Fisiologi Pernapasan
4. Mengetahui Pathway Tuberculosis
5. Menyebutkan Manifestasi Klinik Tubeculosis
6. Mengetahui Pengobatan Tuberculosis
7. Mengetahui Faktor Penyebab Tuberculosis
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
9. Mengetahui Penatalaksanaan

4
BAB II
PEMBAHASAN TEORI

A. DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus, yang
dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru-
paru dan kemudian menyebar kedalam bagian tubuh lain melalui sistem
peredaran darah. (Widyanto & triwibowo, 2013)
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu
penyakit saluran pernafasan bagian bawah [ CITATION Wij13 \l 1033 ]

B. ETIOLOGI
Penyebab TB paru yaitu kuman Mycobacteria Tuberculosis yang berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3 -0,6 mikron dan
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu, disebut pula sebagi Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan beberapa jam
ditempat gelam dan lembab, sehingga dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dorman (tertidur), tertidur lama selama bertahun tahun [ CITATION Kem11 \l
1033 ]
Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran
darah ini dapat menyebabkan Tb pada orang lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun.

5
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
a. M. Tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. M. bovis

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada,badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006)
Menurut Widyanto (2013) bahwa gejala utama TB Paru adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan seperti:
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
b. Dahak bercambur darah atau batuk darah
Kondisi ini terjadi karna ketika basil menginfeksi paru-paru,
menghasilkan jaringan nekrosis dimana jika nekrosis tersebut terjadi di
area yang banyak pembuluh darah maka akan da pembuluh darah
terbuka sehingga ketika penderita batuk dahak yang keluar akan
bercambur dengan darah.
c. Sesak nafas

6
Ketika terjadi nerosis dibagian paru makan akan terbentuk tuberkel
yang menyebabkan kerusakan jaringan elvolii, sehingga terjadi
penurunan efek paru, dan ketika sudah paru-paru sudah berada di
kondisi seperti ini alveoli akan mengalami konsolidasi dan eksudasi
d. Badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan
malaise
Secara alami tubuh akan merespon ketika ada benda asing yang masuk
kedalam tubuh, dan basil menginfeksi paru dan membentuk jaringan
nekrosis di paru, maka tubuh berusaha mengeluarkan, sehingga akan
ada respon batuk(batuk produktif atau tidak) yang berkepanjangan.
Sehingga terjadi distensi abdomen yang mengakibatkan rasa mual,
tidak nafsu makan, badan lemas, bahkan muntah.
e. Berkeringat pada malam hari, tanpa melakukan aktivitas, serta demam
meriang lebih dari satu bulan
Ketika sistem imun berespon terhadap zat asing maka akan ada respon
peradangan yang menyebabkan pengeluaran zat pirogen yang dimana
akan sangat mempengaruhi hipotalamus dalam pengaturan suhu tubuh.

D. KOMPLIKASI
Menurut Widoyono (2012), terdapat berbagai macam komplikasi TB Paru,
dimana komplikasi dapat terjadi di paru-paru sakuran nafas, pembuluh darah,
mediastinum, pleura ataupun dinding dada komplikasi TB ini dapat terjadi
baik pada pasien yang diobati ataupun tidak. Secara garis besar, komplikasi
TB diketegorikan menjadi :
a. Batuk darah / Hemoptysis
Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau
diantara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah,
besar kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang
bervariasi dari jarang sekali sampai sering sekali atau setiap hari.
b. Penyebaran Percontinuitatum / Bronkogen

7
Proses nekrosis pada TB dapat langsung menyebar ke jaringan
disekitarnya, bahkan dapat menembus pleura interlobaris dan
menyerang lobus yang berdampingan.
c. TB Laring
Setiap debat penderita TB mengandung kuman TB tersebut, sehingga
ketika penderita mengeluarkan dahak akan da basil yang tersangkut di
laring sehingga basil tersebut berkembang biak dan membentuk koloni
disana.
d. Pleuritis eksudatif
Ketika basil TB menginfeksi di daerah paru yang dekat dengan pleura,
pleura akan ikut meradang dan akan menghasilkan cairan eksudet.
e. Pneumotoraks
Ketika terjadi peradangan didaerah sekitar pleura, pleura akan ikut
mengalami nekrosis dan bocor sehingga terjadilah pneumotoraks.
f. Hidropnemotoraks
Kondisi dimana pneumotoraks dan pleuritis eksudatif terjadi secara
bersamaan
g. Abses Paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung,
sehingga akan terjadi abses paru
h. Cor pulmonal
Semakin parah proses destruksi paru dan semakin luas proses fibrotik
di paru (termasuk proses ateletaksi), resistensi perifer dalam paru akan
semakin meningkat resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung
kanan, sehingga akan terjadi hipretropi, dan jika hal ini berlanjut terus
akan berakhir dengan payah jantung kanan.
i. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi
Mycrobacterium tuberculosis menyebar dari paru-paru ke jaringan

8
tulang. Dalam banyak kasus tulang iga juga bisa terinfeksi dan
memicu nyeri bagian tersebut.
j. Kerusakan otak
Mycrobacterium Tuberculosis yang menyebar hingga ke otak bisa
menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang
tersebut pembengkakan pada membrane yang menyelimuti otak dan
sering kali berakibat fatal atau mematikan.
k. Hati dan Ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada di aliran
darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ
tersebut terinfeksi Mycrobacterium Tuberculosis.
l. Kerusakan jantung
Jaringan sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh Myrobacterium
tuberculosis. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau
peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak
efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
m. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sadah terinfeksi Mycrobacterium tuberculosis
adalah mata berwarna kemerahan, mengalami iritasi, dan membengkak
di retina atau bagian lain.
n. Resistensi Kuman
Pengobatan dalam jangka panjang sering kali membuat klien tidak
disiplin, bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan
yang tidak tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten
atau kebal, sehingga harus diganti obat lain yang lebih kuat dengan
efek samping yang tentunya lebih berat.

9
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut somantri (2008) didalam Nurarif Amin (2015), pemeriksaan
penunjang pada klien dengan Tuberculosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin
LED meningkat atau normal, Loukositosis
b. Pemeriksaan Sputum BTA
Untuk memastikan diagnosa TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak
spesifik karena hanya 30-70% pasien yang berdasarkan pemeriksaan
ini. Untuk memastikan hasil, pemeriksaan ini dilakukan selama 3x
pengambilan dahak dimana 2 hari pengambilan sewaktu seeangkan 1
hari nya dilakukan sewaktu bangun tidur.
c. Test PAP (Proksidase Anti Proksidase)
Merupakan uji serulogiimuno proksidase untuk menentukan igG
Spesifik.
d. Test Mantoux / tuberkulin
Dikatakan positif jika di area penyuntikan terdapat indurasi 10mm atau
lebih dan timbul 48-72 jam setelah injeksi.
e. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi
f. Beecton dickinsondiagnostic instrument sistem (BACTEC):
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat yang berbentuk seperti sisir plastik, kemudian
dicelupkan dalam jumlah yang memadai
h. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thorax dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,yaitu:
1) Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal
lobus bawah

10
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak
3) Adalah kavitas, tunggal atau ganda
4) Adanya klasifiikasi
5) Banyangan mentap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

F. jenis obat TB
1. isoniazid
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesis mycolic acid yang
diperlukan untuk membangun dinding bakteri. Efek samping pada dosis normal
( 200-350 mg/hari) jarang terjadi dan ringan ( gatal-gatal, icterus) tetapi lebih
sering muncul bila dosis melebihi 450mg. polyneuritis radang saraf dengan gejala
kejang dan gangguan penglihatan. Yang diakibatkan oleh persaingan peridoksin
yang rumus kimianya hamper sama. Perasaan tidak sehat, letih dan lemah, serta
anoreksia juga seringkali timbul. Untuk menghindari efek samping ini biasanya
diberikan peridoksin ( vitamin B6 ) 10mg sehari bersama vitamin B1 ( aneurin )
150 mg. Dosis oral = dewasa dan anak-anak 1dd 4-8mg/kg/hari ( pagi hari
sebelum atau sesudah makan )

2. rifampicin
Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri
RNA. Polymerase sehingga sintesis RNA terganggu juga efektif sebagai
profilaktik terhadap infeksi meningocus dan H.influenza meningitis. Efek
samping yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah penyakit kuning atau
icterus terutama dikombinasi dengan INH yang juga agak toksik bagi hati. Pada
penggunaan lama dianjurkan memantau fungsi hati secara periodik. Dosis pada
TB oral 1dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum makan karena kecepatan
dan kadar reabsorbsi dihambat oleh isi lambung selalu diberikan dalam kombinasi
INH 300 mg dan untuk 2 bulan pertama juga ditambah dengan 1,5-2g pirazinamid
setiap hari.

3. pyrazinamide
Mekanisme kerjanya berdasarkan pengubahannya menjadi asam pirazinat oleh
enzim phyrazinamidase yang berasal dari basil TB. Setelah Ph dalam makrofag
menurun, maka kuman yang berada di sarang infeksi yang menjadi asam akan
mati. Obat ini digunakan pada pasien intensif, pada fase pemeliharaan hanya bila
terdapat multi resistensi. Efek samping yang sering terjadi dan berbahaya adalah
kerusakan hati dengan ikterus ( hepatotoksik ), terutama pada dosis diatas 2gr/hari
pengobatan harus dihentikan apabila ada kerusakan hati.
Dosis : oral 1 dd 30 mg/kg selama 2-4 bulan maksimal 2 gr/hari

11
Pada meningitis TB 50 mg/kg/hari

4. etambutol
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesis RNH pada kuman yang
sedang membelah, juga menghalangi terbentuknya mycolic acid pada dinding sel
yang lebih dari 60% terdiri dari lipid. Efek sampingnya adalah bisa
mengakibatkan neuritis optica ( radang saraf mata ) yang mengakibatkan
gangguan penglihatan, kurang tajamnya penglihatan dan buta warna terhadap
warna merah dan hijau. Reaksi toksik ini baru timbul pada dosis besar ( diatas 50
mg/kg/hari ) dan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam plasma akibat
penurunan ekresinya oleh ginjal dosis: 20-25 mg/hari.

12
G. PATOFLOW
Basil tubercullin
mencapai permukaan
Microbacterium Droplet infection alveoli
tuberkulosa (melalui GI,
luka terbuka saluran
nafas) TUBERKULOSIS

Pasien dan keluarga


tidak mengetahui dan Muncul respon tubuh berupa Leukosit PMN Neutrofil
mengerti mengenai gejala yang mengganggu menyerang di lobus atas
aktivitas paru (tinggi O2) dan
penyakit dan terapi
memfagositosis bakteri
pengobatan

Ketidakefektifan
Kurang Terjadi proses peradangan
bersihan jalan
pengetahuan nafas

Perfusi Menghalangi Kerja sel


Bakteri
proses Akumulasi golbet
jaringan berdistribusi
ventilasi difusi sekret meningk
menurun
at
Pirogen aktif
Metabolisme melepaskan
aerob prostagladin
Batuk berat Adanya refleks Batuk
batuk produktif
Produksi ATP Menggeser set
Distensi abdomen (terus
menurun point thermostat
Obstruksi jalan menerus) dari titik normal
Mual, muntah nafas
Kelemahan
Ventilasi Gang
fisik Dopler Peningkatan
menurun, o2 guan
Nutrisi kurang infectio pola suhu tubuh
menurun, co2
Intoleransi dari kebutuhan n tidur
meningkat
aktivitas tubuh
Terhirup orang
sehat hipertermi
RR
meningkat,
Gangguan pola
nafas tidak
ritme dan
kedalamanya Resiko Infeksi
efektif
berubah
13
H. PENGKAJIAN
i. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
j. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang
di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat
mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.
k. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita
yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA
efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
l. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
m. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
n. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak
– desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan
tinggal dirumah yang sumpek.

14
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam
miksi maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan
rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan

15
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan
terganggunya aktifitas ibadah klien.

o. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
(a) Inspeksi: adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
(b) Palpasi: Fremitus suara meningkat.
(c) Perkusi: Suara ketok redup.
(d) Auskultasi: Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

16
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan bronkospasme,
akumulasi sekret kental
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan, hiperventilasi, efek
proses inflamasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, mual muntah
No Tujuan & Kriteria hasil
Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas.  Respiratory status: Airway Suction
Definisi: ketidakmampuan ventilation - Pastikan kebutuhan oral/
untuk membersihkan sekresi  Respiratory status: trackeal suction
atau obstruksi dari saluran Airway patency - Auskultasi suara nafas
pernafasan untuk Kriteria hasil: sebelum dan sesidah
mempertahankan kebersihan  Mendemonstrasikan suction
jalan nafas batuk efektif dan - Informasikan kepada
Batasan karakteristik: suara nafas bersih, keluarga mengenai
 Tidak ada batuk tidak ada sianosis dan tindakan suction
 Suara nafas tambahan dyspneu - Minta klien nafas dalam
 Perubahan frekuensi  Menunjukan jalan sebelum suction
nafas nafas yang paten - Gunakan alat steril setiap
 Perubahan irama nafas  Mampu melalukan tindakan
 Sianosis mengidentifikasi dan - Anjurkan pasien istirahat
 Kesulitan berbicara atau mencegah faktor yang - Monitor status
mengeluarkan suara dapat menghambat oksigenasi
jalan nafas
 Penurunan bunyi nafas
Airways Management
 Dipsneu
- buka jalan nafas,
 Sputum dalam jumlah
gunakan teknik head till
berlebih
chin lift atau jawtrust
 Batuk tidak efektif
bila perlu
 Orthpneu - posisikan pasien untuk
 Gelisah memaksimalkan
 Mata terbuka lebar

17
Faktor-faktor yang ventilasi
berhubungan: - identifikasi pasien
 Lingkungan: perlunya pemasangan
- Perokok pasif alat jalan nafas buatan
- Menghisap asap - lakukan fisioterapi dada
- Merokok bila berlu
 Obstruksi jalan nafas: - keluarkan sekret dengan
- Spasme jalan nafas batuk atau suction
- Mokus dalam jumlah - auskultasi suara nafas
berlebih dan catat suara nafas
- Eskudat dalam jalan tambahan
alveoli - berikan bronkodilator
- Materi asing dalam bila perlu
jalan nafas - monitor respirasi dan
- Adanya jalan nafas status oksigen.
buatan
- Sekresi bertahan
- Sekresi dalam bronki
 Fisiologi:
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruksi kronik
- Infeksi

2 Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC


Definisi: Inspirasi dan atau  Respiratory status: Airway Management:
ekspirasi yang tidak memberi ventilation - buka jalan nafas,
ventilasi.  Respiratory status: gunakan teknik head till
Batasan Karakteristik: Airway patency chin lift atau jawtrust
 perubahan kedalaman Kriteria hasil: bila perlu
pernafasan  Mendemonstrasikan - posisikan pasien untuk
 perubahan ekskursi dada batuk efektif dan memaksimalkan
 mengambil posisi tiga suara nafas bersih, ventilasi
titik tidak ada sianosis dan - identifikasi pasien
 bradipneu dyspneu perlunya pemasangan
 penurunan tekanan  Menunjukan jalan alat jalan nafas buatan
ekspirasi nafas yang paten - lakukan fisioterapi dada
 dipneu  TTV dalam rentang bila berlu
normal - keluarkan sekret dengan
 pernapasan cuping

18
hidung batuk atau suction
 ortopneu - auskultasi suara nafas
 takipneu dan catat suara nafas
 penggunaan otot bantu tambahan
pernafasan - berikan bronkodilator
faktor yang berhubungan: bila perlu
 ansietas - monitor respirasi dan
 posisi tubuh status oksigen
 deformitas tulang dan
dinding dada oxygen therapy
- bersihkan mulut, hidung
 keletihan
dan trakea dari sekret
 hiperventilasi
- pertahankan jalan nafas
 gangguan
yang paten
muskuloskeletal
- monitor aliran oksigen
 kerusakan neurologis - pertahankan posisi
 obesitas pasien
 nyeri - observasi tanda
hiperventilasi
- monitor kecemasan

vital sign monitor


- monitor ttv
- monitor tt saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
- monitor ttv sebelum,
selama atau sesudah
aktivitas
- monitor kualitas nadi
- monitor suara paru
- monitor frekuensi dan
irama pernafasan
- monitor suara
pernafasan abnormal
- monitor kulit
- Identifikasi penyebab
dari perubahan ttv

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : Nutrition Management

19
Definisi : Intake nutrisi tidak food and fluid - Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan  Intake makanan
metabolisme  Nutritional Status: - Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : nutrient intake gizi untuk menentukkan
 Kram abdomen  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
 Nyeri abdomen Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien
 Menghindari makanan  Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
 Berat badan 20% atau BB sesuai dengan meningkatkan intake Fe
lebih dibawah ideal tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Diare  Berat badan ideal meningkatkan protein da
 Bising usus hiperaktif sesuai dengan tinggi vitamin c
badan - Berikan substansi gula
 Kurang makanan
 Mampu - Yakinkan diet yang
 Kurang informasi
mengidentifikasi dimakan tinggi serat
 Kurang minat pada
kebutuhan nutrisi untuk mencegah
makanan
 Tidak ada tanda – Konstipasi
 Kesalahan informasi tanda malnutrisi - Berikan informasi
 Membran mukosa pucat  Mrnunjuksn tentang kebutuhan
 Ketidakmampuan peningkatan fungsi nutrisi
memakan makanan pengecapan dari
 Tonus otot menurun menelan Nutrition Monitoring
 Mengeluh gangguan  Tidak terjadi - BB dalam batas normal
sensasi rasa penurunan BB yang - Monitor tipe dan jumlah
 Cepat kenyang setelah berarti aktivitas yang biasa
makan dilakukan
 Sariawan rongga mulut - Monitor lingkungan
 Kelemahan untuk selama makan
mengunyah - Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor makanan
kesukaan
Faktor yang berhubungan :
 Faktor bilogis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
 Faktor psikologis

20
J. EVALUASI

a. Diagnosa 1
1) S : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan nyaman, dapat
mengeluarkan sputum dengan mudah
2) O : Pasien terlihat sudah tidak batuk, tidak ada sianosis, frekuensi nafas
pasien normal, irama nafas pasien normal, pasien sudah tidak terlihat
gelisah
3) A : Masalah pasien teratasi
4) P : intervensi di hentikan

b. Diagnosa 2
1) S : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan nyaman, pasien
mengatakan tidak merasa tercekik saat bernafas
2) O : Frekuensi nafas pasien normal, irama nafas pasien normal, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung
3) A : Masalah pasien teratasi
4) P : intervensi di hentikan

c. Diagnosa 3
1) S : Pasien mengatakan tidak mual dan tidak muntah, dan mulai nafsu
makan
2) O : porsi makan dihabiskan, membran mukosa lembab, konjungtiva tidak
anemis.
3) A : Masalah teratasi
4) P : intervensi di hentikan

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 31/12/2019
Tanggal masuk : 31/12/2019
Ruang/ Kelas : Tulip
Nomor Register : 18194270
Diagnosa medis : TB Paru on OAT
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. S
Jenis Kelamin : L
Usia : 74 th
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung Pisangan Desa Default, Kecamatan Cakung, Kota/ Kabupaten
Jakarta Timur

2. Resume
Tn. S usia 74 th dengan Diagnosa Medis TB Paru on OAT datang ke UGD pukul
07 : 04 dengan keluhan sesak nafas sejak kemarin disertai batuk, mual dan kepala
pusing, dan ditemukan riwayat kesehatan TB berulang karena tidak kepatuhan
pasien dalam minum obat di UGD ditemukan masalah keperawatan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas dan dilakukan intervensi keperawatan tarik
napas dalam dan batuk efektif dan dilakukan kolaborasi dengan dokter
pemasangan infus dengan cairan RL/ 24 jam, terapi O2 3 Lpm, Injeksi Ranitidin 1
x 1 50 mg, Injeksi Methylprednisolone 2 x 1 62,5 mg, Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 1
gram. Evaluasi S : Pasien mengatakan masih merasa sesak napas namun sudah
berkurang dengan dibantu O2, pasien mengatakan pusing sedikit berkurang. O :
Pasien tampak lebih tenang dan bernapas nyaman. A : Masalah belum teratasi dan

21
dipindahkan ke ruang tulip. P : Intervensi dilanjutkan dan ditambahkan
monitoring vital sign.
3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pasien merasa sesak napas, batuk dan mual. Factor pencetus
pasien dari gaya hidup yang tidak sehat hilang timbulnya secara mendadak,
pasien mengatakan sejak kemarin malam dan pasien mengatasinya dengan
istirahat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya pasien mempunyai riwayat TB paru dan sekarang pasien masih
dalam proses pengobatan TB parunya pasien masih mengkonsumsi obat Pro
TB 4. Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat dan makanan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

= Laki- laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko.
Pasien mengatakan tidak ada
e. Riwayat psikososial dan Spiritual
Pasien mengatakan orang yang terdekat oleh pasien adalah anak-anaknya dan
pasien mempunyai pola komunikasi yang terbuka, selalu membuat keputusan
secara bermusyawarah dan pasien tidak mempunyai kegiatan di masyarakat.
Dampak penyakit yang ditimbulkan dari pasien beresiko terhadap kesehatan
keluarganya dan keluarganya harus selalu menggunakan alat pelindung diri
seperti masker. Masalah yang mempengaruhi pasien saat ini adalah
penyakitnya yang sudah lama dideritanya dan takut mempengaruhi kesehatan
keluarganya. Pasien mengatasi masalah stresnya dengan istirahat dan tidur.

22
Hal yang dipikirkan saat ini adalah pasien ingin segera cepat sembuh dari
penyakit yang dideritanya dan mempunyai harapan yang besar untuk segera
sehat dari penyakit yang dialaminya dan akibat dari penyakitnya pasien
merasa sulit beraktivitas seperti biasanya.
1) Sistem nilai kepercayaan.
Pasien mengatakan tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatannya dan
pasien melakukan aktivitas keagamaannya dengan ibadah shalat dan mengaji.
2) Kondisi lingkungan rumah.
Pasien mengatakan kondisi lingkungan rumahnya bersih tetapi sempit kurangnya
ventilasi dan kurangnya cahaya matahari yang masuk dikamarnya.

4. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum :

Pasien mempunyai berat badan sebelum sakit seberat 61kg tetapi sesudah sakit berat badan
pasien mengalami penurunan menjadi 56 kg, pasien mempunyai tinggi badan 167 cm.
Keadaan umum pasien sakit sedang dan pasienpun tidak mempunyai pembesaran kelenjar
getah bening.

b. Sistem penglihatan :

Sistem penglihatan pasien masih normal, posisi mata pasien masih simetris,kelopak mata
pasien normal,pergerakan bola mata pasien normal,konjungtiva masih anemis,kornea mata
pasien normal,sklera mata pasien anikterik, pupil pasien isokor,otot-otot mata pasien tidak
mengalami kelainan, fungsi penglihatan masih baik,tidak ada tanda-tanda radang,pasienpun
tidak memakai kacamata ataupun lensa kotak, dan reaksi terhadap cahaya masih baik.

c. Sistem pendengaran :

Sistem pendengaran pasien masih normal, daun telinga pasien masih normal, karakteristik
serumen normal, kondisi telinga tengah pasien masih normal, tidak ada cairan di daun
telinganya, pasien tidak merasakan perasaan penuh di daun telinganya, tidak ada tinnitus,
fungsi pendengaran pasien masih normal, tidak ada gangguan keseimbangan dan pasien tidak
memakai alat bantu pendengaran.

d. Sistem wicara :

23
Sistem wicara pasien masih dalam keadaan baik.

e. Sistem pernapasan :

Jalan nafas pasien masih bersih, pasien merasakan sesak nafas tetapi pasien tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas pasien selama 26x/menit, irama nafas
pasien tidak teratur, pernafasan pasien cepat, kedalaman nafas pasien dangkal, pasienpun
batuk dan produktif, warna sputum pasien berwarna hijau konsistensipun kental, tidak
terdapat darah, tidak ada kelainan saat di palpasi dan perkusi, saat pemeriksaan suara nafas
pasien terdengar ronkhi, pasien tidak mengalami nyeri saat bernafas, dan pasienpun
menggunakan alat bantu nafas yaitu nasal kanul.

f. Sistem kariovaskuler :

Saat dilakukan pemeriksaan nadi pasien berdenyut selama 98x/menit, irama nadi pasien
teratur dan denyut nadi pasien terasa kuat. Tekanan darah pasien 111/61 mmHg, distensi vena
jugularis kanan dan kiri tidak distensi, temperature kulit pasien terasa hangat, warna kulit
pasien terlihat pucat, crt 3 detik, dan tidak ditemukannya edema di pasien.

1) Sirkulasi jantung
Saat dilakukan pemeriksaan kecepatan denyut apical pasien 98x/menit, irama jantung
pasien normal, tidak ditemukan kelainan bunyi jantung tambahan dan pasien tidak
merasakan sakit dada.

g. Sistem Hematologi

Pasien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.

h. Sistem Syaraf Pusat

Saat dilakukan pemeriksaan pasien mengalami pusing, tingkat kesadaran pasien


composmentis, dan nilai GCS pasien E= 4, M=6, V=5. Pasien tidak mengalami peningkatan
TIK, tidak terjadi gangguan pada system persyarafannya. Dan saat dilakukan pemeriksaan
reflek fisiologis dan patologis masih normal. Keadaan gigi pasien terlihat caries, pasien tidak
menggunakan gigi palsu, tidak terjadi stomatitis, keadaan lidah pasien tidak kotor, salifa
pasien normal dan tidak ada muntah. Pasien tidak mengalami nyeri didaerah perutnya,bising
usus pasien 16x/menit, tidak adanya diare dan konstipasi, hepar pasien tidak teraba dan
abdomen pasien terasa lembek.

24
j. Sistem Endokrin

Saat dilakukan pemeriksaan pasien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, nafas pasien
tidak berbau keton dan tidak ada luka ganggren.

k. Sistem Urogenital

Saat dilakukan pemeriksaan tidak ada perubahan pola kemih, BAK pasien berwarna kuning
jernih, tidak ada distensi kandung kemih, dan pasien tidak mengalami keluhan sakit
pinggang.

l. Sistem Integumen

Saat dilakukan pemeriksaan turgor kulit pasien elastis, temperature kulit pasien hangat,
keadaan kulit pasien baik dan tidak terjadinya kelainan pada kulit. Kondisi kulit daerah
pemasangan infus terlihat baik, dan keadaan tekstur rambut klien baik dan bersih.

m. Sistem Muskuloskeletal

Saat dilakukan pemeriksaan pasien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakannya dan tidak
terjadi sakit pada tulang,sendi,kulit. Pasien tidak mengalami fraktur, tidak ada kelainan dalam
bentuk tulang sendi,dan keadaan tonus otot pasien baik. Tidak ada riwayat jatuh dalam 3
bulan terakhir

Kekuatan Otot : 5555 5555

5555 5555

5. Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit)

Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit nya sejak beberapa bulan yang lalu,
dan sudah melakukan pengobatan obat OAT

6. Data Penunjang

Hematologi Kimia Klinik


Darah Rutin Fungsi Hati
Hemoglobin = 11,4 g/dL AST (SGOT) = 38 U/L
Lekosit = 12,5 ribu/ uL ALT (SGPT) = 23 U/L
Hematokrit = 36,6 % Fungsi Ginjal
Trombosit = 238 ribu/uL Ureum = 41mg/dL

25
GDS = 182 mg/Dl Kreatinin + eGFR
Kreatinin = 0,70 mg/dL
eGFR = 111 mL/mnt/1,73
Natrium = 145 mmol/L
Kalium = 3,3 mmol/L
Clorida = 99 mmol/L
Radiologi Mikrobiologi
Thorax proyeksi PA Bahan pemeriksaan sputum
Cor kesan tidak membesar Gene xpert
Pulmo : tampak infiltrat dikedua paru sinus MTB : MTB detected low
kanan tumpul, kiri suram Rifampicin : RIF resistence not detected
Tulang tulang dinding dada kesan intak Kesan
Kesan TB sensitif
TB Paru aktif BTA 3x
Efusi pleura kanan Bahan pemeriksaan : sputum
Hasil 1 : tidak ditemukan

7. Penatalaksanaan

O2 3 liter permenit Injeksi Ranitidin 1x1 50 mg


IV RL/ 24 jam Injeksi Ceftriaxone 2x1 1gram
Methylprednisolone 2 x 1 62,5 mg
PRO TB 4 1x3
Rifampicin 150 mg
Isoniazid 75 mg
Pyrazinamida 400 mg
Ethambutol 275 mg

DATA FOKUS
26
Nama Pasien : Tn. S No. Rekam Medis : 18194270

Diagnosa : TB Paru on OAT Nama Perawat : Kelompok 4

Data Subyektif Data Obyektif


1. Pasien mengatakan sesak nafas Keadaan umum : Tidak baik
2. Pasien mengatakan Batuk Kesadaran : Compos Mentis
3. Pasien mengatakan susah tidur Tanda-tanda vital :
4. Pasien mengatakan kepala pusing TD : 111/61 mmHg
5. Pasien mengatakan masih merasa mual N : 98 x/mnt
6. Pasien tidak nafsu makan RR : 26 x/mnt
S : 36 oC
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum :
1. Berat badan : Sesudah sakit = 56 Kg
Sebelum sakit = 61 Kg
2. Tinggi badan : 167 cm
3. Keadaan umum : Sakit sedang
4. Pembesaran kelenjar getah bening :
Tidak ada
5. Sistem penglihatan normal
6. Sistem pendengaran normal
7. Sistem wicara normal
8. Sistem pernafasan
Ada sumbatan jalan nafas : sputum
Pasien tampak sesak nafas
RR : 26 x/mnt
Irama tidak teratur
Jenis Pernapasan cepat
Kedalaman dangkal
Sputum Hijau kekuningan
Konsistensi kental
Suara napas Ronkhi
9. Sistem kardiovaskuler

27
N : 98 x/mnt
Irama teratur
Denyut Kuat
TD : 111/61mmHg
Temperatur kulit hangat
S : 36 oC
Pengisian kapiler 3 detik
Tidak ada edema.
10. Sistem Hematologi
Tidak terjadi pendarahan
11. Sistem Syaraf Pusat
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
12. Sistem pencernaan baik tidak ada
keluhan

28
ANALISA DATA

Data Masalah
DS : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
1. Pasien mengatakan sesak nafas
2. Pasien mengatakan Batuk

DO :
1. Pasien tampak sesak nafas
2. Ada sumbatan jalan nafas : sputum
3. Pasien tampak sesak nafas
4. RR : 26 x/mnt
5. Sputum Hijau kekuningan
6. Konsistensi kental
7. Suara napas Ronkhi

DS : Klien mengatakn sesak Ketidakefektifan Pola Nafas


DO :
1. RR : 26 x/mnt
2. Irama tidak teratur
3. Jenis Pernapasan cepat
4. Kedalaman dangkal

DS : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


1. Pasien mengatakan mual Kebutuhan Tubuh
2. Pasien mengatakan tidak nafsu
makan

DO :
1. Mengalami penurunan berat badan 5
kg
(Berat badan : Sesudah sakit = 56
Kg Sebelum sakit = 61 Kg)
2. Turgor kulit : elastis
3. Pengisian kapiler 3 detik
4. Pasien tidak mau makan

29
30
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan (P&E) Nama Jelas


.
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas b.d
bronkospasme
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh b.d Intake dan Output yang Inadekuat

31
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal. No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


. (PES)
1 Januari 1. Ketidakefektifan Bersihan Setelah diberikan tindakan keperawatan 2 1. Kaji ulang fungsi pernapasan: bunyi napas,
2020 Jalan Napas b.d x 24 jam bersihan jalan napas efektif. kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan
bronkospasme Kriteria Hasil : otot aksesori.
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten 2. Ajarkan pasien teknik tarik nafas dalam.
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, 3. Ajarkan pasien teknik batuk efektif.
frekuensi pernafasan dalam rentang 4. Observasi kemampuan untuk mengeluarkan
normal (18-20 x/menit), tidak ada suara secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah
nafas tambahan (abnormal)) sputum, adanya hemoptisis.
2. Mampu mengeluarkan sputum, 5. Berikan pasien posisi semi fowler (senyaman
bernafas dengan mudah. pasien)
6. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,
suction bila perlu.
7. Pertahankan intake cairan minimal 2500
ml/hari kecuali kontraindikasi.
8. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
9. Kolaborasi pemberian obat: agen mukolitik,
bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.

33
2. Ketidakefektifan Pola Nafas Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. buka jalan nafas, gunakan Teknik chin lift
b.d Hiperventilasi 2x24 jam dengan Kriteria Hasil : atau jaw trust bila perlu
1. Mendemonstarisikan batuk efektif 2. posisikan pasien untuk memaksimalkan
dan suara nafas yang bersih, tidak ventilasi
ada sianois dan dyspnea (mampu 3. identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
mengeluarkan sputum, mampu jalan nafas buatan
bernafas dengan mudah, tidak ada 4. lakukan fisioterapi dada jika perlu
pursed lips) 5. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
2. Menunjukan jalan nafas yang 6. auskulasi suara nafas, catat adanya suara
paten (klien tidak merasa tercekik, tambahan
irama nafas, frekuensi pernafasaan 7. monitor respirasi dan status O2
dalam rentang normal, tidak ada 8. monitor TD, nadi, suhu, dan RR
suara nafas abnormal. 9. monitor frekuensi dan irama pernafasan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang 10. monitor pola pernafasan abdnormal
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)

34
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. kaji adanya alergi makanan
Kurang dari Kebutuhan selama 2x24 jam dengan Kriteria Hasil : 2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Tubuh b.d Intake dan Output 1. adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang Inadekuat sesuai tujuan yang dibutuhkan pasien
2. berat badan ideal sesuai dengan 3. anjurkan pasien untuk meningkatkan
tinggi badan intake Fe
3. mampu mengidentifikasi 4. anjurkan pasien untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
4. tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. berikan makanan yang terpilih (sudab
5. tidak terjadi penurunan berat badan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
yang berarti 6. ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian monitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori
7. berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
8. BB pasien dalam batas normal
9. Monitor adanya penurunan berat badan
10. Monitor mual dan muntah

35
PELAKSANAAN KEPERAWATAN

No
Tanggal Paraf dan
. Tindakan Keperawatan dan Respon Hasil
atau Waktu Nama Jelas
DK
31 – 12 -19 1. 1. Mengkaji ulang fungsi pernapasan : bunyi
napas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Respon Hasil :
Suara nafas Ronkhi, RR = 26 x/mnt, Irama
teratur, Kedalaman dangkal, tidak
menggunakan otot bantu napas.
2. Mengajarkan pasien teknik tarik nafas dalam.
Respon Hasil :
Pasien mampu mendemonstrasikan teknik tarik
nafas dalam.
3. Memberikan pasien posisi semi fowler
(senyaman pasien). Respon Hasil :
Pasien mengatakan sudah lebih terasa nyaman.
4. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Respon
Hasil :
Pasien tampak lebih nyaman. Klp.4

31-12-19 2 1. Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR


Respon Hasil :
TD : 111/61 mmHg
N : 98 x/mnt
RR : 26 x/mnt
S : 36 oC
2. Memonitor frekuensi dan irama pernafasan
Respon Hasil :
Frekuensi cepat, dan irama tidak teratur Klp.4

31-12-19 3 1. Monitor adanya penurunan berat badan

36
Respon hasil :
Mengalami penurunan 5kg. Sebelum sakit 61
kg setelah sakit 56 kg
2. Monitor mual dan muntah
Respon hasil :
Pasien mengatakan masih mual dan tidak nafsu
makan Klp.4

01-01-20 1 1. Mengajarkan pasien teknik tarik nafas dalam.


dan Respon Hasil :
2 Pasien mampu mendemonstrasikan teknik tarik
nafas dalam.
2. Mengajarkan pasien teknik batuk efektif.
Respon Hasil :
Pasien mampu mendemonstrasikan teknik
batuk efektif
3. Mengobservasi kemampuan untuk
mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Respon Hasil :
Sputum berwarna hijau kekuningan,
konsistensi kental. Klp.4
4. Mengeluarkan sekret dengan batuk atau
suction
Respon hasil :
Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan
batuk efektif

EVALUASI

Hari/ Paraf dan


No.
Tanggal/ Evaluasi Hasil (SOAP/ SOAPIER) Nama
DK
Jam Jelas

37
1. Selasa, 31 S : Pasien mengatakan masih terasa sesak buat bernapas
Desember O : Pasien tampak lebih nyaman, suara nafas Ronkhi,
2019 RR = 26 x/mnt, Irama teratur, kedalaman nafas dangkal,
tidak menggunakan otot bantu nafas.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan Klp.4
2 S : pasien mengatakan masih terasa sesak
O : frekuensi pernafasan pasien cepat, dengan irama
yang tidak teratur. Td : 111/61 mmhg, N : 98x/mnt Rr :
26x/mnt Sh : 36 oC
A : Masalah Belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan Klp. 4
3 S : pasien mengatakan masih mual
O : pasien tidak nafsu makan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan Klp.4
1, 2 Rabu, 01 S : Pasien mengatakan dahak sudah berkurang
Januari O : pasien sudah dapat melakukan batuk efektif dan
2020 nafas dalam
A : Masalah belum tertasi
P : Intervensi dilanjutkan Klp. 4

38
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosi.Penyakit ini dapat juga menyabar ke bagian lain seperti
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
2. Dalam memberikan Asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru
penulis melakukan penganalisaan data dengan membandingkan tinjauan
teori dengan hasil pengkajian sehingga penulis menemukan
kesinambungan antara teori yang di muat dalam buku dengan kenyataan
di lapangan .
3. Dalam memberikan Asuhan keperawatan diperlukan kerja sama dan
partisipas antara perawat/ tim kesehatan dengan klien dan keluarga agar
derajat kesehatan dapat meningkat secara optimal
B. Saran
1. Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa/i sehingga dapat memecahkan
adanya masalah yang ada di tempat praktek keperawatan.
2. Hendaknya masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda TBC sehingga
komplikasi TBC dapat diidentifikasi sedini mungkin.
3. Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi
perawat melalui uji kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat
sehingga perawat terampil dalam memberikan asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Saflin dan Chatarina Umbul Wahjuni. Pengetahuan dan Tindakan


Pencegahan Penularan Penyakit Tuberculosis Paru pada Keluarga Kontak
Serumah. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Volume 5 Nomor 1, Januari 2017, hlm. 85-94

39
Bararah, Taqiyyah. (2013) Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional.Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Bina Farmasi. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis: Departemen


Kesehatan

Lailatul, Nur. 2015. Upaya Keluarga Untuk Mencegah Penularan Dalam Perawatan
Anggota Keluarga Dengan TB Paru. Jurnal Keperawatan

Naga, Sholeh. S (2012).Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:


Diva Press

Somantri, Imran (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika

Sulasmi (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S Khususnya pada Tn.S dengan
Tuberculosis (TBC) di Puskesmas Sangkrah Surakarta. Melengkapi Tugas
tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan

Tarwoto, dkk (2009).Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media

40
Maind Maps

Tuberculosis paru adalah suatu Tanda dan gejala


penyakit menular yang 1. Demam
disebabkan oleh basil
Tuberkulosis (TB) 2. Dahak bercampur
mikrobacterium tuberkolusis darah/batuk berdarah
yang merupakan salah satu 3. Sesak nafas
penyakit saluran pernafasan 4. Berkeringat pada malam
bagian bawah [ CITATION Wij13 \l hari
5. Badan lemas dan nafsu
makan menurun

Masalah keperawatan Pemeriksaan penunjang


Faktor resiko
1. Ketidakefektifan Darah Rutin
1. Usia
2. Jenis kelamin Bersihan Jalan Napas
2. Ketidakefektifan Pola 1. Hemoglobin = 11,4 g/dL
3. Penyakit diabetes
melitus Nafas 2. Lekosit = 12,5 ribu/ uL
4. Penyakit HIV 3. Ketidakseimbangan 3. Hematokrit = 36,6 %
5. Tingkat pendidikan Nutrisi Kurang dari
4. Trombosit = 238 ribu/uL
Kebutuhan Tubuh
5. GDS = 182 mg/Dl

41
Rencana keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
a. Kaji ulang fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
b. Ajarkan pasien teknik tarik nafas dalam.
c. Ajarkan pasien teknik batuk efektif.
d. Observasi kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis.
e. Berikan pasien posisi semi fowler (senyaman pasien)
2. Ketidakefektifan Pola Nafas
a. Buka jalan nafas, gunakan Teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
e. Monitor adanya penurunan berat badan

42

Anda mungkin juga menyukai