Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMBELAJARAN FIKIH MI/SD

“Sholat Berjama’ah, Sholat Jum’at, Dan Sholat Bagi Orang Yang Sakit,
Serta Cara Mengajarkan Pada Siswa MI”

Dosen Pembimbing :
Bapak Muhammad Junaidi, M. Pd.I.,

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Lailatul Kiptiyah (T20184044)


2. Aida Lutfiyah (T20184048)
3. Aldi Yulianto Prayoga (T20184057)
4. Ahmad Fadlil Husnaini Hs (T20184070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ‫حانَهُ َوَت َع الَى ال ٰلّه‬


َ ‫ ُس ْب‬yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sholat Berjama’ah, Sholat Jum’at, Dan Sholat Bagi
Orang Yang Sakit, Serta Cara Mengajarkan Pada Siswa MI”.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami cukup mengalami kesulitan,


terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tugas kami dapat
terselesaikan dengan tepat waktu, Karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
a. Orang tua dan keluarga tercinta, yang telah memberikan banyak motivasi,
dorongan, serta bantuan, baik secara materi, maupun moral.
b. Bapak Muhammad Junaidi, M.Pd.I., yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah.
c. Serta teman-teman Program Studi PGMI Kelas D2 Angkatan 2018 yang
telah memberikan semangat pada kami, selaku Kelompok 04.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami


mengharap saran dan kritikan dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga

‫ ُس ْب َحانَهُ َوَت َعالَى ال ٰلّه‬senantiasa meridhoi segala usaha kita. ‫العال َِم ْي َن‬
َ ‫ب‬
ِ
َّ ‫آم ْين يَا َر‬.

Jember, 3 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah................................................................................................
1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sholat Berjamaah...............................................................................................
2
B. Ketentuan Shalat Jumat....................................................................................
5
C. Sholat Bagi Orang Yang Sedang Sakit..............................................................
9
D. Cara Mengajarkan Materi Kepada Siswa Mi Mengenai Sholat
Jamaah, Sholat Jum,At Dan Sholat Dalam Keadaan Sakit
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
16
B. Saran....................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
17
LAMPIRAN.. ................................................................................................
. 18

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sholat adalah salah satu ibadah yang diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan
yang disertai dengan ucapan –ucapan dan do’a sebagai upaya untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Bagi setiap muslim yang melakukan sholat dengan ikhlas,
kusyu, dan dengan penuh pengharapan akan ridho Allah SWT. maka hal tersebut
akan membiasakan hati dan sanubarinya akan dekat dengan Allah SWT.
Akibatnya secara tidak sadar akan berkembanglah kecintaan yang mendalam
kepada Allah SWT. (hubbullah), dan akan mantaplah hubungan hamba dengan
tuhannya.
Sebagai ummat muslim wajib melaksakan sholat, seperti sholat 5 waktu setiap
harinya, sholat jum’at untuk laki-laki, bahkan ketika sakit pun dalam Islam
diberikan kemudahan untuk melaksanakan sholat
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat berjama’ah?
2. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat jum’at?
3. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat bagi orang
yang sakit?
4. Bagaimana cara mengajarkan materi sholat berjama’ah, sholat jum’at, dan
sholat bagi orang yang sakit kepada siswa MI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat
berjama’ah.
2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat jum’at.
3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat bagi
orang yang sakit.
4. Untuk mengetahui cara mengajarkan materi sholat berjama’ah, sholat
jum’at, dan sholat bagi orang yang sakit kepada siswa MI.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SHOLAT BERJAMA’AH
1. Pengertian dan Hukum Shalat Berjamaah
Shalat fardlu atau sunnah dapat dikerjakan sendiri, dapat juga dilakukan
dengan berjamaah. Shalat fardlu lebih utama jika dikerjakan dengan
berjamaah. Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-
sama oleh dua orang atau lebih, salah satu menjadi imam dan yang lain
menjadi makmum. Shalat berjamaah sangat dianjurkan atau sunnah
muakkadah.1
2. Tata Cara Sholat Berjamaah
a. Imam melafalkan niat menjadi imam. makmum melafalkan niat
menjadi makmum
b. Lafal Niat Shalat Imam

‫ات ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة اََداءً اَِم ًاما لِلَّ ِه‬
ٍ ‫اُصلِّى َفرض الظُّه ِر اَربع رَكع‬
َ َ َ َْ ْ َ ْ َ

‫َت َعاىَل‬
c. Lafal Niat Shalat Makmum

‫ات ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة اََداءً َمأْ ُم ْوًما لِلَّ ِه‬
ٍ ‫اُصلِّى َفرض الظُّه ِر اَربع رَكع‬
َ َ َ َْ ْ َ ْ َ

‫َت َعاىَل‬

d. Kemudian membaca doa iftitah, surat al-Fatihah, dan surat pendek.


Dalam shalat Maghrib, Isya, dan Subuh, imam membaca surat al-
Fatihah dan surat atau ayat pada rakaat pertama dan kedua dengan
suara yang keras. Pada shalat Dhuhur dan Asar, imam membaca al-
Fatihah dengan suara yang lirih. Pada saat imam membaca surat al-
1
Mujadi, Fikih MI Kelas 2 (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2020), 39

2
Fatihah, makmum mendengarkan bacaan imam. Setelah imam selesai
membaca surat al-Fatihah imam diam sejenak, kemudian membaca
surat atau ayat al-Quran. Ketika imam diam, makmum membaca surat
al-Fatihah.
e. Setelah selesai membaca al-Fatihah dan surat, imam ruku diikuti
makmum.

ِ ِ ِ
f. Imam bangun dari ruku sambil membaca
ُ‫مَس َع اهلل ل َم ْن مَح َده‬
Sedangkan makmum mengikuti membaca ‫ك احْلَ ْم ُد‬
َ َ‫َربَّنَا ل‬
Setelah berdiri tegak, imam dan makmum melanjutkan membaca

‫ت ِم ْن َشْي ٍئ َب ْعد‬ ِ ِ ِ ‫السمٰٰو ِاة وِملء األَر‬ ِ


َ ‫ض َوم ْلءُ َما شْئ‬ ْ ُ ْ َ َّ ُ‫م ْلء‬
g. Imam sujud dengan thumaninah diikuti oleh makmum
h. imam bangun dari sujud kemudian duduk. Begitu juga dengan
makmum
i. Imam sujud yang kedua diikuti makmum.
j. Imam bangun dari sujud kemudian berdiri, makmum mengikuti
imam. Setelah tegak berdiri membaca al-Fatihah lagi seperti rakaat
pertama. Begitu seterusnya sampai selesai.
k. Pada shalat Dhuhur, Asar, Maghrib, dan Isya pada rakaat kedua,
disunnahkan membaca tasyahud awal.
l. Jika setelah rakaat kedua imam lupa tidak tasyahud awal, makmum
laki-laki mengingatkan dengan bacaan tasbih Subhanallah.
Makmum perempuan mengingatkan imam dengan cara menepuk
punggung tangan. Yaitu mempertemukan telapak tangan yang satu
dengan punggung telapak tangan yang lain. Begitu juga, makmum
mengingatkan imam ketika lupa atau keliru dalam rakaat, bacaan,
atau gerakan shalat.

3
m. Jika ada makmum yang terlambat, dia wajib mengikuti imam.
Makmum masih mendapatkan rakaat imam jika ia datang imam
dalam posisi ruku, makmum kemudian berniat dan takbiratul
ihram, kemudian mengikuti rukunya imam. Setelah salam,
menambah rakaat yang tertinggal. Makmum yang terlambat
dinamakan makmum masbuq.
3. Syarat Menjadi Imam dan Makmum
Shalat berjamaah tidak sekadar shalat bersama-sama. Shalat berjamaah
harus ada yang menjadi imam. Sedangkan lainnya menjadi makmum. Imam
dan makmum harus memenuhi syarat tertentu.
a. Syarat menjadi imam
1) Memenuhi syarat wajib shalat
2) Memenuhi syarat sah shalat
3) Mengetahui tata cara shalat
4) Fasih bacaan al-Qurannya, terutama surat al-Fatihah
5) Laki-laki, jika makmumnya laki-laki atau campuran laki-laki dan
perempuan. Jika makmumnya perempuan, maka perempuan boleh
jadi imam.
6) Dapat dilihat oleh makmum
7) Bukan orang yang sering melakukan dosa
8) Berniat menjadi imam. Jika tidak berniat menjadi imam, tidak
mendapat keutamaan shalat berjamaah.
9) Apabila dalam jamaah terdapat beberapa orang yang pantas
menjadi imam, secara berurutan dipilih imam yang: lebih alim atau
paham tentang tata cara shalat, lebih fasih bacaan al-Qurannya,
lebih banyak hafalan alQurannya, lebih zuhud, lebih wirai, lebih
tua umurnya, lebih mulya nasabnya, lebih terhormat, dan lebih
bersih pakaiannya.
b. Syarat Menjadi Makmum
1) Berdiri di belakang imam. Makmum tidak boleh berada di depan
imam.

4
2) Niat menjadi makmum.
3) Mengikuti gerakan imam. Makmum tidak boleh mendahului
gerakan imam. Juga tidak boleh tertinggal dua gerakan imam.
4) Sesuai antara gerakan imam dan makmum.
5) Mengetahui perubahan gerakan imam. Jika tidak dapat melihat
langsung gerakan imam, makmum dapat mengetahui perubahan
gerakan shaf atau barisan di depannya.
4. Makmum Masbuq
Makmum masbuq yaitu makmum yang terlambat datang. Maksudnya
makmum yang mendapati imam pada saat berdiri sebelum ruku tetapi
makmum tidak dapat menemukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan
bacaan Fatihah. Makmum yang demikian segera ruku mengikuti imam,
meskipun belum selesai dalam membaca surat al-Fatihah. Makmum masbuq
tersebut masih mendapatkan rakaatnya imam selama imam belum bangun
dari rukunya.
Jika makmum menemukan imam sudah bangun dari ruku, makmum juga
segera niat kemudian dan takbiratul ihram dan segera mengikuti imam.
Setelah imam salam, makmum yang terlambat menambah rakaat yang
tertinggal.
5. Hikmah Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah mempunyai keutamaan. Shalat berjamaah juga
mempunyai manfaat. Keutamaan dan manfaat shalat berjamaah diantaranya:
a. Memperoleh pahala/kebaikan 27 derajat lebih tinggi daripada shalat
sendiri
b. Memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempererat tali silaturahmi
sesama umat Islam
c. Menambah syiar Islam dan memakmurkan masjid
d. Bagi imam, dapat melatih kedisiplinan dan tanggung jawab.
e. Bagi makmum, melatih kesabaran dan ketaatan kepada pemimpinnya.2

2
Ibid., 40.

5
B. KETENTUAN SHALAT JUMAT
1. Pengertian Shalat Jumat
Shalat Jumat adalah aktivitas ibadah salat wajib yang dilaksanakan secara
berjama'ah bagi lelaki Muslim setiap hari Jumat yang menggantikan salat
zuhur. Shalat Jumat dikerjakan dua rakaat secara berjamaah. Sebelum shalat,
didahului dengan dua kali khutbah. Orang yang berkhutbah disebut sebagai
khatib. Setidaknya ada lima hal yang harus ada dalam khutbah Jumat,
kelimanya disebut sebagai rukun khutbah Jumat. Rukun khutbah Jum’at
yaitu:
a. Memuji Allah Swt.
b. Bershalawat pada Rasulullah Saw.
c. Berwasiat takwa.
d. Membaca ayat al-Qur‟an dalam salah satu khutbah.
e. Berdoa untuk kaum mukminin pada khutbah kedua.
Tanpa kelima hal ini, khutbah Jumat tidaklah sah. Oleh karena itu, apabila
nanti kita ditugasi untuk menjadi seorang khatib, kita harus berhati-hati
karena apabila khutbah tidak sah maka shalat Jumatnya juga tidak
sah.Adapun apabila khatib sedang menyampaikan khutbahnya, sebaiknya kita
mendengarkan dengan seksama serta memperhatikan khutbah yang
disampaikan.3
2. Hukum Shalat Jumat
Shalat Jumat merupakan perintah Allah Swt., oleh karena itu
melaksanakan shalat Jumat merupakan salah satu bentuk ketaatan kita
terhadap perintah Allah Swt. Adapun dalil tentang diwajibkannya shalat
Jumat yaitu QS. Al Jumuah (62): 9-10 yang :

3
Siti Nurul Anjumil Muniroh, Fikih MI Kelas 4 (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020), 53.

6
‫اس َع ْوا اِلٰى ِذ ْك ِر اللّٰ ِه َو َذ ُروا‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ‫ٰيٓ اَيُّها الَّ ِذين اٰمنوٓا اِ َذا نوِدي ل‬
ْ َ‫لصلٰوة م ْن يَّ ْوم اجْلُ ُم َعة ف‬ َ ُْ ْ َُ َ ْ َ
‫الصلٰوةُ فَا ْنتَ ِشرْوا ىِف‬
َّ ِ ‫ضي‬
‫ت‬ ِ ُ‫ فَاِ َذا ق‬٩ ‫الْبيعۗ ٰذلِ ُكم خير لَّ ُكم اِ ْن ُكْنتُم َتعلَمو َن‬
ُ َ ُْ ْ ْ ْ ٌَْ ْ َ َْ
١٠ ‫ض ِل اللّٰ ِه َوا ْذ ُكُروا اللّٰ َه َكثِْيًرا لَّ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن‬
ْ َ‫ض َو ْابَتغُ ْوا ِم ْن ف‬
ِ ‫ااْل َْر‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan


shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli! Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui” (QS. Al-Jumu’ah [62] : 9-10)

3. Syarat Wajib dan Syarat Sah Shalat Jumat


Syarat wajib dan syarat sah shalat Jum’at. Apa itu syarat wajib shalat
Jum’at? Syarat wajib adalah ketentuan tentang orang yang diwajibkan
melaksanakan shalat Jumat. Nah, siapa saja orang yang wajib shalat Jumat?
Setelah memperhatikan hadis riwayat Abu Daud pada sub-bab
hukum shalat Jumat di atas, dapat kita simpulkan bahwa shalat Jum’at
diwajibkan bagi setiap Muslim kecuali budak(hamba sahaya), wanita, anak
kecil dan laki-laki yang sedang sakit. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan
bahwa syarat wajib shalat Jum’at (syarat orang yang wajib melaksanakan
shalat Jumat) antara lain :
a. Beragama Islam
Seorang non-Muslim tidak memiliki kewajiban untuk menjalankan
shalat Jumat.
b. Laki-laki
Shalat Jumat hanya diwajibkan bagi laki-laki sedangkan hukum
shalat Jumat bagi perempuan adalah sunnah.

c. Baligh

7
Seorang anak kecil belum wajib melaksanakan kewajiban syariat,
termasuk di dalamnya adalah shalat Jumat. Seorang laki-laki mulai
diwajibkan shalat Jumat ketika ia baligh.
d. Merdeka
Sebagaimana hadis di atas, seorang hamba sahaya yang dimiliki
tidak wajib melaksanakan shalat Jumat, maka yang diwajibkan untuk
shalat Jumat adalah orang yang merdeka (bukan budak). Namun pada
masa sekarang khususnya di Indonesia sudah tidak ada perbudakan
jadi bisa dikatakan bahwa semua muslim Indonesia adalah muslim
yang merdeka.
e. Berakal sehat
Berakal sehat merupakan syarat taklif, oleh karena itu berakal
sehat juga merupakan syarat shalat Jumat.

f. Bermukim di daerah tersebut


Laki-laki yang wajib melaksanakan shalat jumat adalah laki-laki
yang mukim (menetap) di daerah tersebut sementara itu, laki-laki
yang sedang bepergian jauh kira-kira 90 km (musafir) tidak wajib
shalat jumat.

Setelah mempelajari siapa saja yang wajib mengerjakan shalat Jumat,


sekarang kita akan mempelajari apa saja yang bisa membuat shalat Jumat sah
atau tidak sah. Hal- hal yang menyebabkan shalat Jumat menjadi sah disebut
sebagai syarat sah shalat jumat. Apa saja syarat sah shalat Jumat? Hal itu
akan kita pelajari dalam pembahasan berikut. Syarat sah shalat Jumat antara
lain :

a. Shalat Jumat dan kedua khutbahnya dilaksanakan pada waktu


dzuhur (Jika khutbah Jumat dibacakan sebelum waktu zuhur
tiba maka shalat Jumatnya tidak sah).
b. Shalat Jumat dilaksanakan di area pemukiman warga (Tidak boleh
melaksanakan shalat Jumat selain di pemukiman warga. Oleh

8
karena itu, tidak boleh mendirikan shalat Jumat di padang pasir
atau hutan yang tidak ditempati oleh penduduk).
c. Dilaksanakan secara berjamaah oleh minimal 40 orang yang
memenuhi syarat wajib sholat jumat (Syarat ini berarti shalat
Jumat harus dilaksanakan secara berjamaah oleh minimal 40
orang muslim laki-laki, balig, merdeka, berakal sehat dan
bermukim di daerah tersebut)
d. Tidak bersamaan dengan shalat Jumat lain di satu daerah (Jika
dalam suatu daerah terdapat dua masjid atau lebih yang
sama-sama mengadakan shalat Jumat, maka pelaksanaan shalat
Jumat yang sah adalah shalat Jumat yang pertama kecuali dalam
kondisi tertentu seperti tempatnya tidak memadai, jarak kedua
masjid terlalu jauh dan lain sebagainya maka semua shalatnya
sah).
e. Didahului dua khutbah (Shalat Jumat harus didahului oleh dua
khutbah yang dibacakan oleh khatib).

Berikut akan kami jabarkan tata cara shalat Jumat beserta


kesunnahan yang dapat kita laksanakan sebelum shalat Jum’at :

a. Ketika masuk masjid disunnahkan mendahulukan kaki kanan


dan membaca doa masuk masjid
b. Setelah masuk masjid jangan duduk terlebih dahulu, namun
laksanakanlah shalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat
c. Perbanyaklah berzikir, bershalawat dan membaca Al-Qur‟an
sambil menunggu khutbah Jumat dimulai
d. Sesaat sebelum khutbah Jumat dimulai, kita dapat
melaksanakan shalat sunnah qabliyah maksimal empat rakaat
e. Dengarkan secara seksama khutbah yang dibacakan khatib
f. Selesai pembacaan khutbah, shalat Jumat dimulai
g. Shalat Jumat dilaksanakan persis seperti tata cara shalat fardhu
h. Shalat Jumat dilaksanakan dua rakaat

9
i. Selesai shalat Jumat, kita berdzikir dan berdoa terlebih dahulu
j. Selesai berdoa, keluar dari masjid dengan mendahulukan kaki kiri
terlebih dahulu dan membaca doa keluar masjid

Nah, demikianlah tata cara shalat Jumat yang baik. Setelah mengetahui
tata cara shalat Jumat yang baik, kita harus selalu berusaha untuk
melaksanakan shalat sebaik mungkin agar shalat kita diterima oleh Allah
Swt. dan kita mendapatkan ridhaNya.

Namun, meskipun kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk berdisiplin


shalat Jumat, suatu ketika terkadang ada saja sebab yang membuat kita
terlambat mengikuti jamaah. Makmum yang terlambat mengikuti jamaah
semacam ini disebut sebagai makmum masbuk. Jika dalam shalat fardhu
makmum masbuk cukup menambah rakaat sejumlah rakaat yang tertinggal
ketika berjamaah, namun tidak demikian dengan makmum masbuk shalat
Jumat. Berikut penjelasannya :

a. Untuk makmum masbuk yang hanya tertinggal satu rakaat shalat Jumat,
maka ia cukup menambah satu rakaat shalat saja
b. Untuk makmum masbuk yang tertinggal dua rakaat shalat
Jumat, ia harus menyempurnakan shalat empat rakaat
c. Untuk makmum masbuk yang ketinggalam shalat Jumat, ia harus
mengganti shalat Jumat dengan shalat zuhur.
5. Keutamaan Shalat Jumat dan Bahaya Meninggalkan Shalat Jumat
Terdapat beberapa keutamaan berdisiplin shalat Jumat antara lain:
a. Mendapat pahala puasa dan shalat setahun
b. Menghapuskan dosa di antara dua Jumat
c. Mendapatkan pahala berkurban
` Setelah mengetahui begitu banyaknya keutamaan shalat Jumat tentunya
sayang sekali apabila kita melewatkannya meski sekali saja. Rasulullah Saw.
juga telah memberi peringatan tentang bahaya meninggalkan shalat Jumat

10
dengan sengaja. Bahaya meninggalkan shalat Jumat dengan sengaja antara
lain:
a. Akan ditutup hatinya oleh Allah Swt
b. Ditulis sebagai orang munafik

C. SHOLAT BAGI ORANG YANG SEDANG SAKIT


Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan
oleh Allâh SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sakit juga
dapat dipandang sebagai peringatan dari Allâh SWT untuk mengingatkan segala
dosa-dosa akibat perbuatan jahat yang dilakukannya selama hidupnya.
Pada kondisi sakit, kebanyakan manusia baru mengingat dosa-dosa dari
perbuatan jahatnya dimasa lalu. Dalam kondisi sakit itulah, kebanyakan manusia
baru melakukan taubat dengan cara memohon ampunan kepada Allâh SWT dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahatnya dikemudian hari.
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah
imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang
merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai menjadi seperti
orang-orang munafiq yang tidak mau bertaubat atau mengambil pelajaran saat
mereka diuji oleh Allâh subhanahu wa ta’ala.
Dalam perspektif Islam orang yang sakit tetap berkewajiban menjalankan
agamanya, selama akalnya masih berfungsi dengan baik yakni tidak gila, baik
kewajiban kepada Allâh seperti melaksanakan salat, puasa, membayar zakat,
ataupun yang berkaitan dengan hak-hak manusia seperti wajibnya hukuman qhisas
atau wajib memberikan nafkah kepada istri dan orang yang menjadi
tanggungannya. Demikian juga semua aktivitasnya berlaku seperti orang sehat,
seperti ucapan talaq, jual beli dan pemberiannya.4
Allah SWT. memberikan keringanan bagi yang mempunyai udzur dalam
menunaikan ibadah sesuai dengan sakit atau udzur yang mereka alami, supaya

4
Abdul Aziz bin Muhammad Al-Bukhâry,. “Ushul Fakhru al-Islam bî Hâmisy Kasyful Asyrar.
Jilid. 4”. (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Araby. 1974), 307.

11
mereka dapat menunaikan ibadah kepada Allâh SWT tanpa mengalami beban dan
kesulitan.
Misalnya salat yang dilakukan oleh orang yang sehat tentu berbeda dengan
posisi salat orang yang sedang sakit, syariah Islam memberikan kemudahan bagi
mereka yang sedang mengalami sakit dengan diperbolehkannya melakukan salat
dengan posisi duduk apabila tidak mampu berdiri, kemudian boleh berbaring
ketika tidak mampu untuk duduk. Sebagaiamana riwayat hadits „Imrân bin
Hushain dan ijma’ para ulama.
Shalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan berakal. Merekalah
mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan
shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum baligh dan orang
yang tidak berakal. Agama Islam penuh dengan kemudahan, semua yang
diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba-Nya.
1. Ketentuan Shalat bagi Orang yang Sakit

Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya sesuai dengan tingkat


kemampuannya. Orang yang sakit tetap diwajibkan untuk melaksanankan
shalat fardlu lima waktu. Akan tetapi Allah Swt. memberikan keringanan bagi
mereka dalam mengerjakan shalat. Di sini Allah Swt. memberi kemudahan
kepada kita yang sedang sakit, jika kita tidak mampu shalat sambil berdiri
maka diperbolehkan sambil duduk, jika itu tidak mampu, maka sambil
berbaring. Jika itupun tidak mampu maka dengan terlentang. Jika itupun juga
tidak mampu maka diperbolehkan dengan isyarah, kedipan mata atau dengan
hati. Berdasarkan Sabda Nabi Muhammad SAW :

ِ ‫ فَِإ ْن مَل تَستَ ِطع َف َق‬،‫ص ِّل قَائِما‬


ٍ ‫ فَِإ ْن مَلْ تَستَ ِط ْع َف َعلَى َجْن‬،‫اع ًدا‬
‫ب‬ ْ ْ ْ ْ ً َ
Artinya: “Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu sambil duduk,
dan jika kamu tidak mampu, sambil berbaring miring.” (HR. Bukhari).

2. Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit


Tata Cara Shalat bagi Orang yang Sakit antara lain :
a. Shalat dengan cara duduk

12
Shalat dengan cara cara duduk dilakukan bagi orang yang tidak
sanggup melakukan shalat dengan cara berdiri. Tata cara shalat sambil
duduk yaitu :
1) Duduklah menghadap kiblat dengan posisi iftirasy (seperti
duduk tahiyat awal) kemudian berniat sesuai shalat yang akan
dikerjakan, dan bertakbiratul ihram sambil mengangkat kedua
tangan.
2) Setelah takbiratul ihram kedua belah tangan disedekapkan
diatas dada dengan posisi pergelangan tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri, sesudah itu membaca do’a iftitah,
surah al-Fatihah dan surah dari al-Qur’an.
3) Sesudah itu ruku’ yaitu dengan duduk membungkuk sedikit ke
arah depan dengan membaca tasbih ruku’.
4) I’tidal dengan cara duduk kembali seperti semula serta
membaca tasbih i’tidal.
5) Sesudah itu sujudlah sebagaimana sujud biasa serta bacalah
tasbihnya atau jika tidak mampu dengan membungkukkan
badan lebih rendah dari pada ruku’, kemudian duduklah
kembali menyempurnakan rakaat yang kedua, sebagaimana
rakaat yang pertama.
b. Shalat dengan cara berbaring

13
Shalat dengan cara berbaring dilakukan bagi orang yang tidak
mampu mengerjakan shalat dengan cara berdiri maupun duduk.
Adapun tata cara shalat dengan cara berbaring yaitu :
1) Yang dimaksud dengan berbaring ialah tidur miring diatas
rusuk yang sebelah kakan dengan membujur ke sebelah
selatan, telinga sebelah kanan tertindih oleh kepala sebelah
kanan pula.
2) Selanjutnya wajah dan perut, dada dan kaki menghadap ke arah
kiblat dengan disertai niat dan bertakbir seperti biasa.
3) Untuk melakukan ruku’ dan sujud cukup dengan anggukan
kepala atau dengan menggunakan kedipan pelupuk mata.
4) Jika semua tidak dilakukan dengan anggukan kepala dan
kedipan mata, maka gunakanlah hati selama kita masih sadar.
Demikianlah seterusnya hingga salam selesai.
c. Shalat dengan cara telentang

14
Shalat dengan cara telentang dilakukan jika tidak mampu lagi
untuk berbaring miring. Tata cara shalat telentang adalah sebagai
berikut :

1) Posisi badan telentang dengan posisi kedua kaki diluruskan ke


kiblat.
2) Kepala diganjal bantal berada di sebelah timur, agar muka
menghadap ke kiblat (usahakan kepala diganjal agak tinggi)
kemudian berniat shalat sesuai dengan niat shalat yang akan
dikerjakan.
3) Untuk melakukan ruku’ dan sujud cukup dengan isyarat seperti
menganggukkan kepala atau kedipan mata, jika tidak mampu
maka cukup dengan isyarat hati saja selama masih sadar.
4) Bacaan shalat dilafadzkan seperti biasa, jika tidak mampu
cukup dilafadzkan di dalam hati. Demikianlah tata cara shalat
bagi orang yang sakit. Ibadah shalat tetap harus dilaksanakan
dalam keadaan apapun selama akal masih sehat atau sadar.
3. Hikmah Shalat Bagi Orang Yang Sakit
Hikmah shalat bagi orang yang sakit, diantaranya yaitu :
a. Mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dengan selalu mengerjakan shalat kita akan menjadi lebih dekat
kepada Allah Swt.

15
b. Hati menjadi lebih tenang.
Ketenangan hati akan kita dapatkan dengan beribadah kepada Allah
Swt.
c. Menyadari kemurahan Allah Swt.
Allah Swt. memberikan kemurahan berupa keringanan dalam
beribadah kepada-Nya ketika sedang sakit.
d. Mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah Swt.
Shalat dalam keadaan sakit akan lebih menambah rasa syukur kita
terhadap nikmat kesehatan yang diberikan Allah Swt.
e. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. akan bertambah
dengan senantiasa beribadah kepada-Nya dalam setiap keadaan.
f. Dicintai Allah Swt.
Allah mencintai orang-orang yang selalu beribadah kepada-Nya.5

D. Cara Mengajarkan Materi Kepada Siswa MI mengenai sholat jamaah,


sholat jum,at dan sholat dalam keadaan sakit.
Dalam hal Cara Mengajarkan Materi Kepada Siswa pada materi sholat
berjamaah, sholat jum'at, sholat dalam keadaan sakit akan sangat mudab jika kita
menggunakan metode demontrasi dan inilah Langkah-Langkah metode
Demonstrasi yang akan kita ajarkan kepada siswa. Karena Metode demonstrasi ini
sangatlah tepat digunakan dalam penyampaian materi Fikih seperti Shalat,
tayamum, berwudhu dan lain-lain Karena dengan mencoba, mempertunjukkan,
mempaktekkan sekaligus merasakan, anak akan mudah dan lebih cepat dipahami.
Untuk menunjang keberhasilan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan metode demonstrasi sebagai berikut:
1. Perencanaan atau PersiapanPerencanaan ini meliputi antara lain:
a. Penentuan tujuan Demonstrasi Dalam perencanaan atau persiapan
ini, siswa diharapkan trampil dalam melaksanakan gerakan-

5
Sutrisno, Fikih MI Kelas 3 (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2020), 42.

16
gerakan shalat, melafalkan bacaan dengan fasih, dan mampu
menyerasikan antara gerakan antara imam dan makmum serta
terbiasa melaksanakannya.
b. Penentuan Langkah-Langkah Pokok Demonstrasi Setelah
penentuan tujuan Demonstrasi sudah jelas, maka langkah
selanjutnya yaitu penentuan langkah-langkah pokok Demonstrasi.
Misalnya gerakan shalat, gerakan antara imam dan makmum serta
bacaan shalat.
1) Gerakan ShalatMempraktekan gerakan shalat dengan benar dan
luwes: berdiri tegak, takbir, bersedekap, rukuk, I’tidal, sujud,
duduk antara dua sujud,duduk takhiyat awal, duduk takhiyat
akhir dan salam

2) Gerakan antara imam dan makmumGerakan makmum tidak


boleh mendahului imam

3) Bacaan shalatMenghafal dan melatih bacaan shalat sehingga


fasih, yaitu bacaan shalat pada waktu takbir, rukuk, I’tidal,
sujud, duduk antara dua sujud,duduk takhiyat awal, duduk
takhiyat akhir dan salam

4) Keserasian antara gerakan dan bacaan shalat

Latihan menserasikan antara gerakan shalat dan bacaan.

c. Persiapan Alat dan Bahan yang DiperlukanDalam persiapan shalat


praktek ini seorang guru terlebih dahulu mempersiapkan bahan
atau alat yang akan digunakan dalam demonstrasi. Misalnya
mukena, sajadah, dan tempat untuk demonstrasi.

2. Pelaksanaan Demonstrasi. Selama pelaksanaan demonstrasi, yang


dilakukan guru adalah :

a. Mengusahakan agar demonstrasi dapat diikuti dan diamati oleh


seluruh kelas.

17
b. Menumbuhkan sikap kritis pada siswa, sehingga terjadi Tanya
jawab dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.

c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba


atau mendemonstrasikan, sehingga siswa merasa yakin tentang
kebenaran suatu proses.

d. Membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam demonstrasi


tersebut.

3. Tindak lanjut Setelah Demonstrasi selesai, guru hendaknya memberikan


tugas kepada siswa untuk mempraktikannya.6

6
Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih 3,( Solo:PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), Hlm.22.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban bagi semua Muslim yang baligh dan berakal.
Merekalah mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk
meninggalkan shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum
baligh dan orang yang tidak berakal. Agama Islam penuh dengan kemudahan,
semua yang diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba-
Nya. Disini pemakalah memaparkan terkait :
1. Sholat Berjamaah
2. Sholat Jumat
3. Sholat bagi orang yang sakit
4. Cara menerapkan pada anak MI terkait sholat berjama’ah, sholat
jum’at, sholat bagi orang yang sakit
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Allah SWT. memberikan keringanan bagi yang mempunyai
udzur dalam menunaikan ibadah sesuai dengan sakit atau udzur yang mereka
alami, supaya mereka dapat menunaikan ibadah kepada Allah SWT tanpa
mengalami beban dan kesulitan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dari makalah kami, dan
jauh dari kata sempurna. Kami akan memperbaiki makalah ini dengan pedoman
pada banyaknya sumber kritik yang membangun dari para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhâry, Abdul Aziz bin Muhammad. 1974. Ushul Fakhru al-Islam bî Hâmisy
Kasyful Asyrar. Jilid. 4. Beirut: Dâr al-Kitâb al-Araby.

Hadi, Anis Tanwir. 2009. Pengantar Fikih 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Mujadi. 2020. Fikih Kelas 2. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Muniroh, Siti Nurul Anjumil. 2020. Fikih Kelas 4. Jakarta: Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Sutrisno. 2020. Fikih Kelas 3. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat


Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

20
21
LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : MI Miftahul Huda
Kelas / Semester : 3 /1
Tema : SENANGNYA SHALAT BAGI ORANG SAKIT
Subtema : Ketentuan Shalat bagi Orang Sakit
Pelajaran : 4
Pertemuan : 13 dan 14
Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit (2 x Pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN G. KEGIATAN PEMBELAJARAN


Setelah mengamati, menanya, mencoba/ 1. Pendahuluan
menggali informasi, menalar/ 1. Guru mengucapkan salam dan meminta salah satu peserta didik
mengasosiasi, dan mengomunikasikan, memimpin doa
siswa mampu : 2. Guru mengabsensi peserta didik sambil menanyakan kabar
1. Menjelaskan hikmah shalat bagi orang 3. Guru mengadakan tes kemampuan awal melalui pertanyaan singkat
sakit. 4. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya
2. Memahami hikmah shalat bagi orang jawab, demonstrasi, dan inkuiri (penemuan).
sakit. 2. Kegiatan Inti
3. Mempraktikkan tata cara shalat bagi Mengamati
orang sakit. 1. Siswa mengamati dan mendiskusikan gambar tentang tata cara
B. Kompetensi Dasar (KD) shalat bagi orang yang sedang sakit.
1.4. Menghayati hikmah yang 2. Guru meminta siswa untuk menganalisis tata cara shalat orang sakit.
terkandung dalam ketentuan shalat 3. Guru menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat bagi orang yang
bagi orang sakit. sedang sakit menurut buku panduan siswa.
2.4. Membiasakan perilaku istiqamah Menanya
dalam ibadah sebagai implementasi 1. Guru mengingatkan untuk saling bertanya tentang gambar yang ada
dari pemahaman terhadap ketentuan di buku dan secara bergilir siswa menyampaikan pendapatnya.
shalat dalam segala keadaan 2. Guru meminta beberapa siswa menyampaikan hasil diskusinya di
3.4. Menganalisis tata cara shalat bagi depan kelas.
orang sakit. 3. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan
4.3. Mempraktikkan tata cara shalat bagi tanya jawab atau memberi umpan balik.
orang sakit. Mengekplorasi/menalar
C. INDIKATOR 1. Guru menjelaskan ketentuan shalat bagi orang sakit dengan strategi
Peserta didik dapat: pembelajaran yang sesuai.
1. Menjelaskan ketentuan shalat bagi 2. Guru menjelaskan cara shalat yang bisa dilakukan bagi orang sakit,
orang sakit. mulai dari shalat dengan cara duduk, berbaring dan terlentang dengan
2. Menjelaskan tata cara shalat bagi orang metode yang sesuai
sakit. 3. Guru meminta siswa menjelaskan tata cara shalat bagi orang sakit.
3. Mempraktikkan tata cara shalat bagi 4. Pada kolom “ Insya Allah Aku Bisa” bahwa siswa mampu memahami
orang sakit. tata cara shalat bagi orang yang sakit.
D. MATERI ESENSI Mengasosiasi/ mencoba
Pemahaman materi: 1. Guru menjelaskan tata cara shalat bagi orang yang sakit
Ketentuan Shalat bagi Orang Sakit 2. Pada kolom “Insya Allah Aku Bisa” bahwa siswa mampu memahami
E. PENDEKATAN & METODE tata cara shalat bagi orang yang sakit.
Pendekatan : Scientific 3. Siswa membaca nyaring text box dipandu guru untuk memotivasi
Strategi : Cooperative Learning siswa mampu memahami tata cara shalat bagi orang yang sakit.
Metode : Penugasan engamatan, 4. Pada kolom “ Ingat Ya” Guru mengingatkan bahawa tidak boleh
Tanya Jawab, Diskusi meninggalkan shalat walaupun dalam keadaan sakit.
dan Ceramah, Inkuiri 5. Siswa membaca dan memperhatikan text box diatas dengan seksama.
Mengomunikasikan/demontrasi/networking
F. MEDIA / SUMBER BELAJAR 1. Siswa menjelaskan tata cara shalat bagi orang sakit kepada kedua
1. Buku Guru Fikih Kelas 3 orang tuanya atau anggota keluarga yang lain.
Kementerian Agama RI tahun 2019 2. Siswa membimbing keluarga atau teman yang sedang sakit tentang
tata cara shalat bagi orang yang sakit
2. Tema: Sakit Bukan Penghalang 3. Kegiatan Penutup
Shalat 1. Peserta didik menyimpulkan Ketentuan Shalat bagi Orang Sakit
3. Buku siswa Fikih kelas 3 2. Guru meminta peserta didik mengulang materi pelajaran yang baru
Kementerian Agama Republik diberi kan di rumah masing-masing.
Indonesia.- Jakarta:2019. 3. Guru menutup pelajaran dengan membaca doa bersama-sama.
H. PENILAIAN
22
Ayo Menjawab, ayo kerjakan, Sikapku, dan ayo berlatih

Mengetahui, .............................,.................... 2020


Kepala Madrasah......... Guru Mata Pelajaran Fikih Kelas 3

.......................................... .............................................
NIP. .................. NIP. .........................

23

Anda mungkin juga menyukai