“Sholat Berjama’ah, Sholat Jum’at, Dan Sholat Bagi Orang Yang Sakit,
Serta Cara Mengajarkan Pada Siswa MI”
Dosen Pembimbing :
Bapak Muhammad Junaidi, M. Pd.I.,
Disusun Oleh:
Kelompok 4
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
ُس ْب َحانَهُ َوَت َعالَى ال ٰلّهsenantiasa meridhoi segala usaha kita. العال َِم ْي َن
َ ب
ِ
َّ آم ْين يَا َر.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah................................................................................................
1
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sholat Berjamaah...............................................................................................
2
B. Ketentuan Shalat Jumat....................................................................................
5
C. Sholat Bagi Orang Yang Sedang Sakit..............................................................
9
D. Cara Mengajarkan Materi Kepada Siswa Mi Mengenai Sholat
Jamaah, Sholat Jum,At Dan Sholat Dalam Keadaan Sakit
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
16
B. Saran....................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
17
LAMPIRAN.. ................................................................................................
. 18
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sholat adalah salah satu ibadah yang diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan
yang disertai dengan ucapan –ucapan dan do’a sebagai upaya untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Bagi setiap muslim yang melakukan sholat dengan ikhlas,
kusyu, dan dengan penuh pengharapan akan ridho Allah SWT. maka hal tersebut
akan membiasakan hati dan sanubarinya akan dekat dengan Allah SWT.
Akibatnya secara tidak sadar akan berkembanglah kecintaan yang mendalam
kepada Allah SWT. (hubbullah), dan akan mantaplah hubungan hamba dengan
tuhannya.
Sebagai ummat muslim wajib melaksakan sholat, seperti sholat 5 waktu setiap
harinya, sholat jum’at untuk laki-laki, bahkan ketika sakit pun dalam Islam
diberikan kemudahan untuk melaksanakan sholat
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat berjama’ah?
2. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat jum’at?
3. Bagaimana ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat bagi orang
yang sakit?
4. Bagaimana cara mengajarkan materi sholat berjama’ah, sholat jum’at, dan
sholat bagi orang yang sakit kepada siswa MI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat
berjama’ah.
2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat jum’at.
3. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan sholat bagi
orang yang sakit.
4. Untuk mengetahui cara mengajarkan materi sholat berjama’ah, sholat
jum’at, dan sholat bagi orang yang sakit kepada siswa MI.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SHOLAT BERJAMA’AH
1. Pengertian dan Hukum Shalat Berjamaah
Shalat fardlu atau sunnah dapat dikerjakan sendiri, dapat juga dilakukan
dengan berjamaah. Shalat fardlu lebih utama jika dikerjakan dengan
berjamaah. Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-
sama oleh dua orang atau lebih, salah satu menjadi imam dan yang lain
menjadi makmum. Shalat berjamaah sangat dianjurkan atau sunnah
muakkadah.1
2. Tata Cara Sholat Berjamaah
a. Imam melafalkan niat menjadi imam. makmum melafalkan niat
menjadi makmum
b. Lafal Niat Shalat Imam
ات ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة اََداءً اَِم ًاما لِلَّ ِه
ٍ اُصلِّى َفرض الظُّه ِر اَربع رَكع
َ َ َ َْ ْ َ ْ َ
َت َعاىَل
c. Lafal Niat Shalat Makmum
ات ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة اََداءً َمأْ ُم ْوًما لِلَّ ِه
ٍ اُصلِّى َفرض الظُّه ِر اَربع رَكع
َ َ َ َْ ْ َ ْ َ
َت َعاىَل
2
Fatihah, makmum mendengarkan bacaan imam. Setelah imam selesai
membaca surat al-Fatihah imam diam sejenak, kemudian membaca
surat atau ayat al-Quran. Ketika imam diam, makmum membaca surat
al-Fatihah.
e. Setelah selesai membaca al-Fatihah dan surat, imam ruku diikuti
makmum.
ِ ِ ِ
f. Imam bangun dari ruku sambil membaca
ُمَس َع اهلل ل َم ْن مَح َده
Sedangkan makmum mengikuti membaca ك احْلَ ْم ُد
َ ََربَّنَا ل
Setelah berdiri tegak, imam dan makmum melanjutkan membaca
3
m. Jika ada makmum yang terlambat, dia wajib mengikuti imam.
Makmum masih mendapatkan rakaat imam jika ia datang imam
dalam posisi ruku, makmum kemudian berniat dan takbiratul
ihram, kemudian mengikuti rukunya imam. Setelah salam,
menambah rakaat yang tertinggal. Makmum yang terlambat
dinamakan makmum masbuq.
3. Syarat Menjadi Imam dan Makmum
Shalat berjamaah tidak sekadar shalat bersama-sama. Shalat berjamaah
harus ada yang menjadi imam. Sedangkan lainnya menjadi makmum. Imam
dan makmum harus memenuhi syarat tertentu.
a. Syarat menjadi imam
1) Memenuhi syarat wajib shalat
2) Memenuhi syarat sah shalat
3) Mengetahui tata cara shalat
4) Fasih bacaan al-Qurannya, terutama surat al-Fatihah
5) Laki-laki, jika makmumnya laki-laki atau campuran laki-laki dan
perempuan. Jika makmumnya perempuan, maka perempuan boleh
jadi imam.
6) Dapat dilihat oleh makmum
7) Bukan orang yang sering melakukan dosa
8) Berniat menjadi imam. Jika tidak berniat menjadi imam, tidak
mendapat keutamaan shalat berjamaah.
9) Apabila dalam jamaah terdapat beberapa orang yang pantas
menjadi imam, secara berurutan dipilih imam yang: lebih alim atau
paham tentang tata cara shalat, lebih fasih bacaan al-Qurannya,
lebih banyak hafalan alQurannya, lebih zuhud, lebih wirai, lebih
tua umurnya, lebih mulya nasabnya, lebih terhormat, dan lebih
bersih pakaiannya.
b. Syarat Menjadi Makmum
1) Berdiri di belakang imam. Makmum tidak boleh berada di depan
imam.
4
2) Niat menjadi makmum.
3) Mengikuti gerakan imam. Makmum tidak boleh mendahului
gerakan imam. Juga tidak boleh tertinggal dua gerakan imam.
4) Sesuai antara gerakan imam dan makmum.
5) Mengetahui perubahan gerakan imam. Jika tidak dapat melihat
langsung gerakan imam, makmum dapat mengetahui perubahan
gerakan shaf atau barisan di depannya.
4. Makmum Masbuq
Makmum masbuq yaitu makmum yang terlambat datang. Maksudnya
makmum yang mendapati imam pada saat berdiri sebelum ruku tetapi
makmum tidak dapat menemukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan
bacaan Fatihah. Makmum yang demikian segera ruku mengikuti imam,
meskipun belum selesai dalam membaca surat al-Fatihah. Makmum masbuq
tersebut masih mendapatkan rakaatnya imam selama imam belum bangun
dari rukunya.
Jika makmum menemukan imam sudah bangun dari ruku, makmum juga
segera niat kemudian dan takbiratul ihram dan segera mengikuti imam.
Setelah imam salam, makmum yang terlambat menambah rakaat yang
tertinggal.
5. Hikmah Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah mempunyai keutamaan. Shalat berjamaah juga
mempunyai manfaat. Keutamaan dan manfaat shalat berjamaah diantaranya:
a. Memperoleh pahala/kebaikan 27 derajat lebih tinggi daripada shalat
sendiri
b. Memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempererat tali silaturahmi
sesama umat Islam
c. Menambah syiar Islam dan memakmurkan masjid
d. Bagi imam, dapat melatih kedisiplinan dan tanggung jawab.
e. Bagi makmum, melatih kesabaran dan ketaatan kepada pemimpinnya.2
2
Ibid., 40.
5
B. KETENTUAN SHALAT JUMAT
1. Pengertian Shalat Jumat
Shalat Jumat adalah aktivitas ibadah salat wajib yang dilaksanakan secara
berjama'ah bagi lelaki Muslim setiap hari Jumat yang menggantikan salat
zuhur. Shalat Jumat dikerjakan dua rakaat secara berjamaah. Sebelum shalat,
didahului dengan dua kali khutbah. Orang yang berkhutbah disebut sebagai
khatib. Setidaknya ada lima hal yang harus ada dalam khutbah Jumat,
kelimanya disebut sebagai rukun khutbah Jumat. Rukun khutbah Jum’at
yaitu:
a. Memuji Allah Swt.
b. Bershalawat pada Rasulullah Saw.
c. Berwasiat takwa.
d. Membaca ayat al-Qur‟an dalam salah satu khutbah.
e. Berdoa untuk kaum mukminin pada khutbah kedua.
Tanpa kelima hal ini, khutbah Jumat tidaklah sah. Oleh karena itu, apabila
nanti kita ditugasi untuk menjadi seorang khatib, kita harus berhati-hati
karena apabila khutbah tidak sah maka shalat Jumatnya juga tidak
sah.Adapun apabila khatib sedang menyampaikan khutbahnya, sebaiknya kita
mendengarkan dengan seksama serta memperhatikan khutbah yang
disampaikan.3
2. Hukum Shalat Jumat
Shalat Jumat merupakan perintah Allah Swt., oleh karena itu
melaksanakan shalat Jumat merupakan salah satu bentuk ketaatan kita
terhadap perintah Allah Swt. Adapun dalil tentang diwajibkannya shalat
Jumat yaitu QS. Al Jumuah (62): 9-10 yang :
3
Siti Nurul Anjumil Muniroh, Fikih MI Kelas 4 (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020), 53.
6
اس َع ْوا اِلٰى ِذ ْك ِر اللّٰ ِه َو َذ ُروا ِ ِ ِ ِ َّ ِٰيٓ اَيُّها الَّ ِذين اٰمنوٓا اِ َذا نوِدي ل
ْ َلصلٰوة م ْن يَّ ْوم اجْلُ ُم َعة ف َ ُْ ْ َُ َ ْ َ
الصلٰوةُ فَا ْنتَ ِشرْوا ىِف
َّ ِ ضي
ت ِ ُ فَاِ َذا ق٩ الْبيعۗ ٰذلِ ُكم خير لَّ ُكم اِ ْن ُكْنتُم َتعلَمو َن
ُ َ ُْ ْ ْ ْ ٌَْ ْ َ َْ
١٠ ض ِل اللّٰ ِه َوا ْذ ُكُروا اللّٰ َه َكثِْيًرا لَّ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن
ْ َض َو ْابَتغُ ْوا ِم ْن ف
ِ ااْل َْر
c. Baligh
7
Seorang anak kecil belum wajib melaksanakan kewajiban syariat,
termasuk di dalamnya adalah shalat Jumat. Seorang laki-laki mulai
diwajibkan shalat Jumat ketika ia baligh.
d. Merdeka
Sebagaimana hadis di atas, seorang hamba sahaya yang dimiliki
tidak wajib melaksanakan shalat Jumat, maka yang diwajibkan untuk
shalat Jumat adalah orang yang merdeka (bukan budak). Namun pada
masa sekarang khususnya di Indonesia sudah tidak ada perbudakan
jadi bisa dikatakan bahwa semua muslim Indonesia adalah muslim
yang merdeka.
e. Berakal sehat
Berakal sehat merupakan syarat taklif, oleh karena itu berakal
sehat juga merupakan syarat shalat Jumat.
8
karena itu, tidak boleh mendirikan shalat Jumat di padang pasir
atau hutan yang tidak ditempati oleh penduduk).
c. Dilaksanakan secara berjamaah oleh minimal 40 orang yang
memenuhi syarat wajib sholat jumat (Syarat ini berarti shalat
Jumat harus dilaksanakan secara berjamaah oleh minimal 40
orang muslim laki-laki, balig, merdeka, berakal sehat dan
bermukim di daerah tersebut)
d. Tidak bersamaan dengan shalat Jumat lain di satu daerah (Jika
dalam suatu daerah terdapat dua masjid atau lebih yang
sama-sama mengadakan shalat Jumat, maka pelaksanaan shalat
Jumat yang sah adalah shalat Jumat yang pertama kecuali dalam
kondisi tertentu seperti tempatnya tidak memadai, jarak kedua
masjid terlalu jauh dan lain sebagainya maka semua shalatnya
sah).
e. Didahului dua khutbah (Shalat Jumat harus didahului oleh dua
khutbah yang dibacakan oleh khatib).
9
i. Selesai shalat Jumat, kita berdzikir dan berdoa terlebih dahulu
j. Selesai berdoa, keluar dari masjid dengan mendahulukan kaki kiri
terlebih dahulu dan membaca doa keluar masjid
Nah, demikianlah tata cara shalat Jumat yang baik. Setelah mengetahui
tata cara shalat Jumat yang baik, kita harus selalu berusaha untuk
melaksanakan shalat sebaik mungkin agar shalat kita diterima oleh Allah
Swt. dan kita mendapatkan ridhaNya.
a. Untuk makmum masbuk yang hanya tertinggal satu rakaat shalat Jumat,
maka ia cukup menambah satu rakaat shalat saja
b. Untuk makmum masbuk yang tertinggal dua rakaat shalat
Jumat, ia harus menyempurnakan shalat empat rakaat
c. Untuk makmum masbuk yang ketinggalam shalat Jumat, ia harus
mengganti shalat Jumat dengan shalat zuhur.
5. Keutamaan Shalat Jumat dan Bahaya Meninggalkan Shalat Jumat
Terdapat beberapa keutamaan berdisiplin shalat Jumat antara lain:
a. Mendapat pahala puasa dan shalat setahun
b. Menghapuskan dosa di antara dua Jumat
c. Mendapatkan pahala berkurban
` Setelah mengetahui begitu banyaknya keutamaan shalat Jumat tentunya
sayang sekali apabila kita melewatkannya meski sekali saja. Rasulullah Saw.
juga telah memberi peringatan tentang bahaya meninggalkan shalat Jumat
10
dengan sengaja. Bahaya meninggalkan shalat Jumat dengan sengaja antara
lain:
a. Akan ditutup hatinya oleh Allah Swt
b. Ditulis sebagai orang munafik
4
Abdul Aziz bin Muhammad Al-Bukhâry,. “Ushul Fakhru al-Islam bî Hâmisy Kasyful Asyrar.
Jilid. 4”. (Beirut: Dâr al-Kitâb al-Araby. 1974), 307.
11
mereka dapat menunaikan ibadah kepada Allâh SWT tanpa mengalami beban dan
kesulitan.
Misalnya salat yang dilakukan oleh orang yang sehat tentu berbeda dengan
posisi salat orang yang sedang sakit, syariah Islam memberikan kemudahan bagi
mereka yang sedang mengalami sakit dengan diperbolehkannya melakukan salat
dengan posisi duduk apabila tidak mampu berdiri, kemudian boleh berbaring
ketika tidak mampu untuk duduk. Sebagaiamana riwayat hadits „Imrân bin
Hushain dan ijma’ para ulama.
Shalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan berakal. Merekalah
mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan
shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum baligh dan orang
yang tidak berakal. Agama Islam penuh dengan kemudahan, semua yang
diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba-Nya.
1. Ketentuan Shalat bagi Orang yang Sakit
12
Shalat dengan cara cara duduk dilakukan bagi orang yang tidak
sanggup melakukan shalat dengan cara berdiri. Tata cara shalat sambil
duduk yaitu :
1) Duduklah menghadap kiblat dengan posisi iftirasy (seperti
duduk tahiyat awal) kemudian berniat sesuai shalat yang akan
dikerjakan, dan bertakbiratul ihram sambil mengangkat kedua
tangan.
2) Setelah takbiratul ihram kedua belah tangan disedekapkan
diatas dada dengan posisi pergelangan tangan kanan di atas
pergelangan tangan kiri, sesudah itu membaca do’a iftitah,
surah al-Fatihah dan surah dari al-Qur’an.
3) Sesudah itu ruku’ yaitu dengan duduk membungkuk sedikit ke
arah depan dengan membaca tasbih ruku’.
4) I’tidal dengan cara duduk kembali seperti semula serta
membaca tasbih i’tidal.
5) Sesudah itu sujudlah sebagaimana sujud biasa serta bacalah
tasbihnya atau jika tidak mampu dengan membungkukkan
badan lebih rendah dari pada ruku’, kemudian duduklah
kembali menyempurnakan rakaat yang kedua, sebagaimana
rakaat yang pertama.
b. Shalat dengan cara berbaring
13
Shalat dengan cara berbaring dilakukan bagi orang yang tidak
mampu mengerjakan shalat dengan cara berdiri maupun duduk.
Adapun tata cara shalat dengan cara berbaring yaitu :
1) Yang dimaksud dengan berbaring ialah tidur miring diatas
rusuk yang sebelah kakan dengan membujur ke sebelah
selatan, telinga sebelah kanan tertindih oleh kepala sebelah
kanan pula.
2) Selanjutnya wajah dan perut, dada dan kaki menghadap ke arah
kiblat dengan disertai niat dan bertakbir seperti biasa.
3) Untuk melakukan ruku’ dan sujud cukup dengan anggukan
kepala atau dengan menggunakan kedipan pelupuk mata.
4) Jika semua tidak dilakukan dengan anggukan kepala dan
kedipan mata, maka gunakanlah hati selama kita masih sadar.
Demikianlah seterusnya hingga salam selesai.
c. Shalat dengan cara telentang
14
Shalat dengan cara telentang dilakukan jika tidak mampu lagi
untuk berbaring miring. Tata cara shalat telentang adalah sebagai
berikut :
15
b. Hati menjadi lebih tenang.
Ketenangan hati akan kita dapatkan dengan beribadah kepada Allah
Swt.
c. Menyadari kemurahan Allah Swt.
Allah Swt. memberikan kemurahan berupa keringanan dalam
beribadah kepada-Nya ketika sedang sakit.
d. Mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah Swt.
Shalat dalam keadaan sakit akan lebih menambah rasa syukur kita
terhadap nikmat kesehatan yang diberikan Allah Swt.
e. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. akan bertambah
dengan senantiasa beribadah kepada-Nya dalam setiap keadaan.
f. Dicintai Allah Swt.
Allah mencintai orang-orang yang selalu beribadah kepada-Nya.5
5
Sutrisno, Fikih MI Kelas 3 (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, 2020), 42.
16
gerakan shalat, melafalkan bacaan dengan fasih, dan mampu
menyerasikan antara gerakan antara imam dan makmum serta
terbiasa melaksanakannya.
b. Penentuan Langkah-Langkah Pokok Demonstrasi Setelah
penentuan tujuan Demonstrasi sudah jelas, maka langkah
selanjutnya yaitu penentuan langkah-langkah pokok Demonstrasi.
Misalnya gerakan shalat, gerakan antara imam dan makmum serta
bacaan shalat.
1) Gerakan ShalatMempraktekan gerakan shalat dengan benar dan
luwes: berdiri tegak, takbir, bersedekap, rukuk, I’tidal, sujud,
duduk antara dua sujud,duduk takhiyat awal, duduk takhiyat
akhir dan salam
17
b. Menumbuhkan sikap kritis pada siswa, sehingga terjadi Tanya
jawab dan diskusi tentang masalah yang didemonstrasikan.
6
Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih 3,( Solo:PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), Hlm.22.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban bagi semua Muslim yang baligh dan berakal.
Merekalah mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk
meninggalkan shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum
baligh dan orang yang tidak berakal. Agama Islam penuh dengan kemudahan,
semua yang diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba-
Nya. Disini pemakalah memaparkan terkait :
1. Sholat Berjamaah
2. Sholat Jumat
3. Sholat bagi orang yang sakit
4. Cara menerapkan pada anak MI terkait sholat berjama’ah, sholat
jum’at, sholat bagi orang yang sakit
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Allah SWT. memberikan keringanan bagi yang mempunyai
udzur dalam menunaikan ibadah sesuai dengan sakit atau udzur yang mereka
alami, supaya mereka dapat menunaikan ibadah kepada Allah SWT tanpa
mengalami beban dan kesulitan.
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dari makalah kami, dan
jauh dari kata sempurna. Kami akan memperbaiki makalah ini dengan pedoman
pada banyaknya sumber kritik yang membangun dari para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhâry, Abdul Aziz bin Muhammad. 1974. Ushul Fakhru al-Islam bî Hâmisy
Kasyful Asyrar. Jilid. 4. Beirut: Dâr al-Kitâb al-Araby.
Hadi, Anis Tanwir. 2009. Pengantar Fikih 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Muniroh, Siti Nurul Anjumil. 2020. Fikih Kelas 4. Jakarta: Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
20
21
LAMPIRAN
.......................................... .............................................
NIP. .................. NIP. .........................
23