Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN OPERASI

PENGUKURAN KERJA

NAMA : I KETUT SURYAWAN


NIM : 2017041195
KELAS : 2F

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen operasi standar tenaga kerja dibutuhkan untuk sebuah sistem
operasi yang efisien. Standar kerja dibutuhkan bagi perencanaan pekerja,
pembuatan anggaran, dan mengevaluasi kinerja. Standar tenaga kerja juga
dapat digunakan sebagai dasar sistem insentif. Standar dapat dibuat melalui
data masa lalu, studi waktu, standar waktu yang telah ditentukan, dan
pengambilan sempel kerja. Maka dari itu hasil pengukuran tersebut
kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana
perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian. Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat
dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya
didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan
untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal
disebut standar pekerja (labor standards). Namun dalam era globalisasi saat
ini perkembangan industri dan perekonomian harus diimbangi oleh kinerja
karyawan yang baik sehingga dapat tercipta dan tercapainya tujuan-tujuan
yang ingin dicapai
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran kerja?
2. Bagaimana metode penetapan standar pekerja?
3. Apa tujuan dari kegiatan pengukuran kerja?
4. Apa yang dimaksud dengan waktu standar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengukuran kerja.
2. Untuk mengetahui standar penetapan pekerja secara tepat.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan pengukuran kerja.

2
4. Untuk memahami standar waktu yang digunakan dalam pengukuran
kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGUKURAN KERJA

Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan


parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang
dilakukan. Proses pengukuran kinerja seringkaloi membutuhkan
penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu
organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar dibalik dilakukannya
pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
a)      Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal
yang dilakukan oleh organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang
telah dilaksanakan secara periodik berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah
untuk memotivasi karyawan dala mencapai sasaran organisasi dan
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
menghasilkan tindakan yang diinginkan (Mulyadi & Setyawan 1999: 227).
Secara umum tujuan pengukuran kinerja adalah untuk (Gardon,
1993: 36)
1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada
organisasi.
2. Memebrikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing
karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatuihan dan pengembangan karyawan
sebagai dasar untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatiham dan pengembangan karyawan.
4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan,
seperti produksi, transfer, dan pemberhentian.

3
Sistem pengukuran kinerja yang efekif adalah sistem pengukuran
yang dapat memudahkan manajemen untuk melaksanakan proses
pengendalian dan memberikan motivasi kepada manajemen untuk motivasi
kepada manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah (Mulyadi &Setyawan, 1999:
212-225):
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh
personil terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang masanya masih kabur menjadi lebih
kongkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran perusahaan.

b)      Prinsip Pengukuran Kinerja


Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip yaitu:
1. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
2. Pekerjaan yang tidak diukur dapat dikelola karena darinya tidak ada
informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
3. Kerja yang tak diukur selayaknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang
diukur.
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil
alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
6. Mengidentifikasi kinerja dalam artian hasil kerja yang diinginkan adalah
cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja dari mereka
menjadi operasional.
7. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara kerap.
8. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera
dan tepat waktu.

4
9. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen
kendali yang efektif.

c)      Ukuran Pengukuran Kinerja


Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kualitatif yaitu:
1. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai
kinerja manajernya.
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam
menilai kinerja manajernya. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah agar
manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai
kinerja.
3. Ukuran Kriteria Gabungan (Compsite Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-
ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajernya.

2.2 Menetapkan Standar Pekerja

Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu


secara tepat dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang
karyawan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dalam kondisi kerja
normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan empat cara yaitu :

1. Pengalaman Masa Lalu ( Historical Experience )

5
Cara ini memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah
didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu
waktu pekerja atau dari data produksi. Tetapi ada kelemahannya yaitu
tidak objektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya.
2. Studi Waktu ( Time Study )
Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang
digunakan, di mana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas
produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk
mengukur human time untuk beberapa konsep dari sebuah level standar
dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994).
3. Standar Waktu Yang Telah Ditentukan ( Pradetermined Time Study )
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang
waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya
dengan menjumlahkan faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari
pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya yang besar. Metode yang
paling umum adalah metode pengukuran waktu (MTM = Methods
Time Measurement). Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi waktu yaitu:
 Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur
ini tidak mengganggu aktivitas sesungguhnya.
 Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar
dilakukanmaka dapat digunakan untuk membuat rencana.
 Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan.
 Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara
yang wajar untuk menetapkan standar.
 Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada
perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada
tugas yang sama.
4. Pengambilan Sampel Kerja ( Work Sampling )
Prosedur dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:
 Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan
nilai parameter seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja.

6
 Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan.
 Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka
acak digunakan untuk menapatkan pengamatan yang benar-
benar acak.
 Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja.
 Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka
biasanya dalam persentase.

2.3 TUJUAN PENGUKURAN KERJA

Pengukuran kerja dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda,


yaitu mengevaluasi performance para pekerja, membandingkan standar output
yang ditentukan dengan hasil nyata yang didapatkan, perencanaan kebutuhan
tenaga kerja untuk tingkat output tertentu di masa yang akan datang,
menentukan kapasitas yang tersedia untuk tenaga kerja dan fasilitas tertentu,
menentukan biaya dan harga jual dari suatu produk, membandingkan metode
kerja, pemberian insentif. Berikut ulasannya

1. Mengevaluasi prestasi kerja. Hal ini dilakukan dengan membandingkan


keluaran aktual dalam suatu periode waktu dengan keluaran standar yang
ditentukan dari pengukuran kerja.
2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja. Untuk suatu tingkat keluaran
tertentu di masa dating, pengukuran kerja dapat digunakan untuk
menentukan berapa banyak masukan tenaga kerja yang diperlukan.
3. Menentukan kapasitas yang tersedia. Untuk suatu tingkatan tenaga kerja
dan ketersediaan peralatan tertentu, standar pengukuran kerja dapat
digunakan untuk memproyeksikan kapasitas yang tersedia. Tujuan ini
hanya kebalikan dari nomor 2.
4. Menentukan harga atau biaya dari suatu produk. Standar tenaga kerja, yang
diperoleh melalui pengukuran kerja, adalah salah satu unsur dari system
penetapan harga pokok atau harga jual.       

7
5. Membandingkan metode kerja. Apabila metode yang berbeda untuk suatu
pekerjaan sedang di pertimbangkan, pengukuran kerja dapat memberikan
dasar untuk melakukan perbandingan ekonomis atas metode-metode
tersebut.
6. Mempermudah penjadwalan operasi. Salah satu masukan data bagi semua
sistem penjadwalan adalah taksiran waktu bagi kegiatan kerja.
7. Membentuk insentif upah. Dengan insentif upah, para pekerja menerima
lebih banyak untuk keluaran yang lebih banyak. 

2.4 MENETAPKAN WAKTU STANDAR


Sebagai tambahan bagi pengalaman masa lalu dan studi waktu, standar
produksi dapat ditetapkan dengan menggunakan standar waktu yang telah
ditentukan yang digunakan untuk memperkirakan waktu untuk sebuah
pekerjaan tertentu, faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan itu
dijumlahkan. Untuk dapat mengembangkan sistem standar waktu yang
telah ditentukansecara menyeluruh, perusahaan membutuhkan biaya yang
besar.
Secara historis  dijumpai dua macam pendekatan didalam menentukan
waktu standar ini,yaitu pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dan
pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan bottom-up dimulai
dengan mengukur waktu dasar (basic time) dari suatu elemen kerja,
kemudian menyesuaikannya dengan tempo kerja (rating performance) dan
menambahkannya dengan kelonggaran-kelonggaran waktu (allowances
time) seperti halnya kelonggaran waktu untuk melepas lelah, kebutuhan
personal, dan antisipasi terhadap delays. Pendekatan dari atas kebawah
(top-down) banyak digunakan dalam berbagai kontrak dengan para pekerja,
dimana waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja
dengan kualifikasi tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja
dalam kondisi biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif
yang harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Apapun definisi
yang digunakan, pendekatan yang dipakai untuk menghitung waktu standar

8
biasanya adalah pendekatan bottom-up. Untuk menjelaskan prosedur
penentuan waktu standar dengan pendekatan bottom-up maka terlebih dulu
perlu dipahami beberapa definisi sebagai berikut :
1. Waktu normal
Yaitu waktu rata-rata yang dibutuhkan operator terlatih untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja biasa dan bekerja dalam
kecepatan yang normal.
2. Kecepatan normal
Yaitu rata-rata kecepatan operator yang terlatih dan bekerja secara
bersungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan selama 8 jam per hari.
3. Waktu aktual
Yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melakukan
suatu pekerjaan yang didapatkan secara langsung dari hasil
pengamatan.
4. Kelonggaran
Yaitu sejumlah waktu yang ditambahkan dalam waktu normal untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, waktu-waktu tunggu yang tak dapat
dihindari, dan kelelahan.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan inerja merupakan hasil kerja
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Kinerja juga dapat digambarkan sebagai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi perusahaan yang tertuang dalam perumusan strategi
planning suatu perusahaan. Secara historis dijumpai dua macam
pendekatan didalam menentukan waktu standar ini,yaitu pendekatan

9
dari bawah ke atas (bottom-up) dan pendekatan dari atas ke bawah (top-
down). Pendekatan dari atas kebawah (top-down) banyak digunakan
dalam berbagai kontrak dengan para pekerja, dimana waktu standar
adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja dengan kualifikasi
tertentu untuk melakukan suatu pekerjaan yang bekerja dalam kondisi
biasa, digunakan untuk menentukan besarnya jumlah insentif yang
harus dibayar pada pekerja diatas upah dasarnya. Selain itu juga adanya
informasi yang memiliki tujuan untuk kita mengetahui bagaiamana
metode-metode yang digunakan dalam menetapkan standar pekerja
mulai dari mengetahui pengalaman masa lalu, studi waktu, standar
waktu, dan pengambilan sampel kerja.
.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.pelajaran.co.id/2020/08/pengertian-pengukuran-kinerja.html
http://aardisaifulmo.blogspot.com/2013/12/pengukuran-kerja.html?
m=1#:~:text=Pengukuran%20kerja%20adalah%20suatu%20akti,dengan%20usaha
%20menetapkan%20waktu%20standar.

10

Anda mungkin juga menyukai