Anda di halaman 1dari 4

2.1.

Gejala Klinis
Gejala utama dari depresi yang umum adalah rasa sedih atau afek depresif,
hilangnya minat atau rasa bahagia. Selain itu dapat disertai berbagai gejala tambahan,
dari rasa lemas atau mudahnya hilang energi, gangguan tidur, gangguan nafsu makan
dan libido, gangguan konsentrasi dan agitasi psikomotor, sulit berbicara dan
beraktivitas, perasaan tidak berguna, sampai keinginan untuk membahayakan diri. Selain
itu dapat juga timbul gejala somatik yaitu pikiran berlebihan akan gejala somatik yang
timbul disertai pikiran berlebih yang tidak proporsional terhadap keparahannya, tingkat
kecemasan yang tinggi, ataupun penggunaan waktu dan energi berlebih akan gejala
tersebut. Berdasarkan DMS V berikut adalah kriteria diagnosis dari gangguan somatik.1,7

Gambar 1 Kriteria Diagnostik Somatic Symptom Disorder DSM 56


2.2. Tatalaksana
Psikoterapi

Terdapat beberapa terapi psikologis yang digunakan untuk depresi; cognitive


based therapy (CBT), terapi interpersonal, terapi psikodinamik, terapi suportif, dan
lainnya. Sampai saat ini belum ada bukti kuat bahwa satu terapi lebih baik dibanding
yang lainnya.

Terapi CBT konvensional menekankan berat pada area distres psikologis, dimana
terapis akan mengajarkan kemampuan-kemampuan yang dapat digunakan oleh
penderita untuk mengurangi gejala depresi ataupun meningkatkan kemampuan coping.
terapi psikodinamik menekankan pada konflik dan pencarian arti, pemogokan
perkembangan, attachment dan hubungan. Terapi Interpersonal mencari pola
bermasalah dalam hubungan penderita depresi, mencari rasa duka yang tidak tuntas,
perubahan peranan, dan defisit interpersonal.

Terapi suportif dari keluarga juga memiliki peran penting. Ditemukan bahwa
penderita dengan keluarga yang memiliki tingkat kritisisme yang tinggi memiliki angka
relaps yang lebih banyak. Terapi ini utamanya dilakukan dengan edukasi pasien dan
juga keluarganya, sehingga saling mengerti akan kondisi dan kebutuhan, kemudian
menciptakan rencana pencegahan relaps, bagaimana pasien akan merespon terhadap
informasi tersebut, dan edukasi bagi keluarga pasien untuk bagaimana cara
berkomunikasi dengan penderita depresi dan mengurangi hostilitas dan kritisisme.1,3

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis pada depresi dapat difokuskan menjadi 2 jenis yaitu terapi
pada keadaan akut dan terapi rumatan. Pada terapi akut bertujuan agar penderita
kembali remisi, mencari efek samping obat, dan obat yang efektif pada penderita
individual.1
Terapi Lini Pertama

Terapi antidepresan merupakan lini pertama dan pada dasarnya menyesuaikan


keadaan penderita saat berobat. Bila memiliki fitur kecemasan maka pemilihan
antidepresan yang memiliki efikasi dalam menangani kecemasan, ataupun bila
penderita datang dengan fitur melankolis maka pemilihan yang baik adalah
antidepresan lini satu seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRIs) atau
Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRIs). Pada penderita dengan gejala
yang lebih atipikal seperti gejala tambahannya seperti gangguan tidur, gangguan nafsu
makan, iritabilitas, maka pemilihan yang baik adalah menggunakan Monoamine
oxidase Inhibitor (MAO-I) ataupun antidepresan lini pertama (SSRI dan SNRI).

Gambar 2 Dosis dan efek samping obat-obat anti depresan1

Terapi lini Kedua

Bila tidak ada perbaikan gejala pada tatalaksana lini pertama maka beberapa opsi
dapat dipertimbangkan sebelum mengganti pilihan farmakoterapi yaitu:

1. Tingkatkan dosis bila toleransi baik


2. Ganti ke antidepresan pada golongan yang sama atau berbeda
3. Terapi adjunktif. (antipsikotik atipikal, lithium, triiodothyronine, atau
antidepresan dengan target neurotransmiter yang berbeda

Anda mungkin juga menyukai