Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran delirium: suhu 38oC, nadi:
140xmenit/reguler, tekanan darah: 100/80 mmHg, RR: 18x/menit. Kepala: mata
exopthalmos (+), mulut: pharynx: hiperemis; leher: struma diffusa (+), kaku kuduk (-).
Jantung: takikardia; paru: bunyi napas normal: abdomen: dinding perut lemas; hati
dan limpa tak teraba. Ekstremitas: refleks patologi (-). Tremor (+).
Pemeriksan laboratorium:
Kimia darah: glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati normal, elektrolit serum normal.
Tes fungsi tiroid: T3: 2,6nmol/l; T4: 198nmol/l; TSH: 0,3 mU/L.
1
I. KLARIFIKASI ISTILAH
NO ISTILAH DEFINISI
1 Exsopthalamus Protrusio mata abnormal. (Dorland)
2 Struma Diffusa Disebut juga goiten yaitu suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid
dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar
dan morfologinya. (Repository USU)
-Stroma: Proses peradangan kronis proliferatif
-Diffusa: Tidak berbatas tegas/setempat
3 Delirium Gangguan mental yang berlangsung singkat biasanya
mencerminkan keadaaan toksik yang ditandai oleh ilusi,
halusinasi, delusi, kegirangan, kurang istirahat, dan inkoheren.
(Dorland)
4 Kaku kuduk Suatu pemeriksaan untuk mengetahui kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala yang disertai dengan rasa nyeri dan
spasme otot. (Repository USU)
5 Tes Fungsi Tiroid Sekumpulan tes pada darah yang digunakan untuk mengukur
seberapa baiknya kerja kelenjar tiroid. (Healthline)
6 Refleks Patologis Refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-orang
yang sehat kecuali pada bayi dan anak kecil, kebanyakan
merupakan gerakan refleks torik defendif atau postural yang pada
orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh aktifitas
susuna piramidalis. (FK Unhas)
7 Takikardi Denyut jantung yang cepat abnormal (Dorland)
8 TSH Hormon kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai afinitas
untuk dan secara spesifik merangsang kelenjar tiroid. (Dorland)
-Suatu glikoprotein yang disintesis dan disekresikan oleh tirotrop
dari kelenjar hipofisis anterior dan merupakan faktor primer yang
mengendalikan pertumbuhan sel tiroid dan sintesa serta sekresi.
(Ejournal.depkes)
9 Tremor Tes pada serum darah untuk mengukur kadar sodium, potasium,
klorida sebagai tolak ukur meabolisme tubuh. (MedlinePlus)
10 Elektrolit Serum Tes pada serum darah untuk mengukur kadar sodium, potasium,
klorida sebagai tolak ukur meabolisme tubuh. (MedlinePlus)
11 Hiperemis Pembengkakan; excess darah pada bagian tubuh tertentu.
(Dorland)
12 Alloanamesis Anamnesis yang dilakukan kepada keluarga, saudara, atau teman
dekat penderita dengan tujuan untuk mendapatkan informasi.
(FK Unsoed)
13 T3 Salah satu hormon tiroid, senyawa organik yang mengandung
yodium yang dilepaskan dari tiroglobulin melalui hidrolisis,
hormon ini mempunyai aktifitas biologis beberapa kali lipat
tiroksin. (Dorland)
14 T4 Tetraiodotironina; salah satu hormon tiroid yang disekresikan
2
oleh kelenjar tiroid. T4 merupakan prehormon yang disintesis
melalui proses iodinisasi pada gugus fenil senyawa tirosina yang
teriris dari induknya yakni tiroglobulin.
(Dorland)
III.ANALISIS MASALAH
3
1. Ny. C, umur 32 tahun dibawa suaminya ke Instalasi Rawat Darurat RSMH
Palembang karena kejang.
a. Bagaimana hubungan antara usia dan kejang?
1. Neurulasi
2. Perkembangan proensefali
3. Proliferasi neuron
4. Migrasi neural
5. Organisasi
6. Mielinisasi
Fase 1-4 terjadi secara intrauteri, sedangkan fase 5-6 masih berlanjut
sampai tahun-tahun pertama paska natal (setelah kelahiran) Dalam fase
perkembngan organisasi, pertama kali terjadi diferensiasi subplate, dimana
terjadi diferensiasi neurotransmitter eksitator dan inhibitor Reseptor eksitator
lebih awal terbentuk dari pada reseptor inhibitor.
Otak belum matang memlikii reseptor untukasam glutamate sebagai
eksitator yang lebih aktif dari pada reseptor GABA sebagai inhibitor.
Sehingga otak belum matang lebih dominan eksitasi. Hal ini menyebabkan
anak-anak menjadi mudah kejang.
Apabila anak-anak terjadi kejang yang berulang dapat menyebabkan
penurunan fungsi GABA-nergik, desensitisasi reseptor GABA serta sensitisasi
dari reseptor eksitator. Hal ini menyebabkan orang tersebut berkemungkinan
untuk mengalami kejang berulang (walaupun Sudah berumur dewasa)
4
bersifat mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membran
neuron, sehingga neuron melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang.
5
Klasifikasi sebagai berikut:
6
Setiap luka pada otak dari trauma, stroke, infeksi sebelumnya dan
penyebab lainnya
Kurang tidur
Masalah medis yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit
Penggunaan obat terlarang
Penggunaan alkohol berat
Faktor demam
Usia
Riwayat kehamilan
Riwayat persalinan
1. Identitas dari pasien, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan ras.
Setelah itu dilanjutkan dengan menanyakan
7
4. Demam meningkatkan CBF (Cerebral Blood Flow) yang meningkatkan
kebutuhn oksigen dan glukosa di otak sehingga menyebabkan gangguan
aliran masuk ion
Kejang merupakan salah satu manifestasi klinis dari krisis tiroid. Dimana
krisis tiroid diakibatkan oleh pelepasan hormone tiroid yang semakin banyak
dari hari ke hari.
3. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran delirium: suhu 38oC, nadi:
140xmenit/reguler, tekanan darah: 100/80 mmHg, RR: 18x/menit. Kepala: mata
exopthalmos (+), mulut: pharynx: hiperemis; leher: struma diffusa (+), kaku
kuduk (-). Jantung: takikardia; paru: bunyi napas normal: abdomen: dinding
perut lemas; hati dan limpa tak teraba. Ekstremitas: refleks patologi (-). Tremor
(+).
8
a. Bagaimana nilai normal dan interpretasi dari pemeriksaan fisik di atas?
Tingkat kesadaran :
Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak acuh terhadap
lingkungannya.
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan
meronta-ronta.
Somolen(letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan
tertidur kembali.
Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien
tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi
refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak
adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan
dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Nadi: Takikardi
9
Normal : 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi : 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1 : 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2 : Lebih dari 160/100 mmHg
Catatan :
Oral : 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral
Catatan :
Dispnea : Pernapasan yang sulit
Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea : Pernapasan terhenti
Ipnea : Pernapasan normal
Eksofthalamus (+)
Protrusio mata abnormal/penonjolan mata.Akibat dari jaringan orbita dan otot-
otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma atau akibat dari
penumpukan antigen antibodi
10
Eksoftalmus: Selain mengenali reseptor TSH sebagai antigen ternyata
tubuh juga mengenali jaringan orbita dan otot-otot mata sebagai benda
asing yang harus “dieliminasi”. Oleh karena itu tubuh membentuk auto
antibody dan serangkaian mekanisme imun lainnya untuk tujuan
tersebut. Infiltrasi sel mast, limfosit dan sel plasma mengawali proses
inflamasi yang akan menyebabkan pembengkakan jaringan retro
orbita. Akibatnya akan terjadi protrusi bola mata yang dikenal dengan
eksoftalmus.
Struma diffusa: Kekurangan sintesis hormon tiroid atau kurangnya
pemasukan menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan
TSH menyebabkan peningkatan jumlah sel dan hiperplasia dari
kelenjar tiroid untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Bila proses ini
terus terjadi, bisa terbentuk struma.karena sintensis hormon tiroid
menurun (jesika)
Peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan vasodilatasi darah dan
mengakibatkan volume darah yang beredar dalam vaskuler menjadi
berlebih dan menyebabkan badan panas
Tremor:
11
4. Pemeriksan laboratorium:
Darah rutin: Hb: 12 g%; WBC: 15.000/mm3
Kimia darah: glukosa darah, tes fungsi ginjal dan hati normal, elektrolit serum
normal. Tes fungsi tiroid: T3: 2,6nmol/l; T4: 198nmol/l; TSH: 0,3 mU/L.
a. Bagaimana nilai normal dan interpretasi dari pemeriksaan laboratorium di
atas?
Hb : 12 g% (Dalam Batas Normal, Nilai normal : 12 g/dL)
WBC : 15.000/mm3 ( Meningkat, Nilai Normal : 4000 – 10000 mm/3)
Tes Kimia darah
:
Tes Glukosa darah : Normal,
Nilai normal tes glukosa darah :
Gula Darah Puasa (GDP) : 70 - 100 mg/dL
Gula darah 2 jam setelah makan / post-prandial (GDPP) : 140 mg/dL
Gula Darah Sesaat (GDS) : 70 – 200 mg/dL.
Ureum 10 – 50 mg/dl
12
Tes Fungsi hati, nilai normal
13
ke hipotalamus untuk mengurangi produksi TSH, hal inilah yang
menyebabkan kadar TSH menjadi turun namun kadar T3 dan T4 meningkat.
Peningkatan sel darah putih dapat disebabkan oleh infeksi bakteri/virus
pada kelenjar tiroid dan juga karena terjadinya autoimun pada kelenjar tiroid
14
yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme
kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang
tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh
lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan
diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak
sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap
sekresi hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone
(TRH) dari hipotalamus.
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung
atau tidak langsung oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu :
a) Efek pada laju metabolism
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat
konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b) Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi
panas.
c) Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang
terlibat dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada
bahan bakar metabolik bersifat multifaset, hormon ini tidak saja
mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat, lemak dan protein,
tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek
yang bertentangan.
d) Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap
katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang
digunakan oleh sistem saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e) Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan
kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat.
f) Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon
pertumbuhan, tetapi juga mendorong efek hormon pertumbuhan
(somatomedin) pada sintesis protein struktural baru dan pertumbuhan
rangka.
g) Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal
sistem saraf terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga
sangat penting untuk aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
15
e. Bagaimana sintesis dari hormon tiroksin?
1. Semua tahap pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul
tiroglobulin di dalam koloid. Tiroglobulin itu sendiri diproduksi oleh
kompleks Golgi/reticulum endoplasma sel folikel tiroid. Asam amino
tirosin masuk ke dalam molekul tiroglobulin yang jauh lebih besar sewaktu
yang terakhir ini sedang diproduksi. Setelah terbentuk, tiroglobulin yang
sudah mengandung tirosin diekspor dari sel folikel ke dalam koloid
melalui proses eksositosis(langkah1diGambar19-2).
2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam
koloid melalui pompa iodium-protein-protein pengangkut yang kuat dan
memerlukan energy di membran luar sel folikel (langkah 2). Hampir
semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien konsentrasi untuk
disimpan di tiroid untuk membentuk hormone tiroid. Iodium tidak
memiliki fungsi lain di tubuh.
3. Di dalam koloid, iodium cepat dilekatkan ke tirosin di dalam molekul
tiroglobulin. Perlekatan satu iodium ke tirosin menghasilkan
monoiodotirosin (MIT) (langkah3a). Perlekatan dua iodium ke tirosin
menghasilkan diiodotirosin (DIT) (langkah 3b).
4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekui-molekul tirosin
yang telah beriodium unruk membentuk hormon tiroid. Penggabungan satu
MIT (dengan satu iodium) dan satu DIT (dengan dua iodium)
menghasilkan tiiodotironin atau T3, (dengan tiga iodium)(langkah 4a).
Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung dua atom iodium)
menghasilkan tetraiodotironin (Tn atau tiroksin), yaitu bentuk hormone
tiroid dengan empat iodium (langkah 4b). Antara dua molekul MIT tidak
terjadi penggabungan.
5. Semua produk ini tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap
tersimpan dalam bentuk ini di koloid sampai terurai dan disekresikan.
Jumlah hormon tiroid yang tersimpan normalnya dapat memenuhi
kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan.
16
Pembentukan,penyimpanan dan sekresi hormon tiroid
17
Regulasi sekresi hormon tiroid
18
IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN
19
V. LEARNING ISSUE
TIROID
Tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang terletak di pangkal leher bagian
depan, di bawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu
dengan dua sayap yang merupakan lobus tiroid kiri dan kanan di sekitar trakea.
Fungsi tunggal tiroid adalah membuat hormon tiroid (tiroksin dan triiodotironin)
yang berperan meningkatkan aktivitas metabolisme pada hampir semua jaringan
tubuh. Kelenjar tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari, yang mengeluarkan hormon
pemacu tiroid (TSH).
Anatomi
20
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari Arteri {a.} Tiroidea Superior
(cabang dari a.Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia).
Setiap folikel lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik,
sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular (Djokomoeljanto, 2001).
Nodus Lymfatikus {nl} tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis
yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke
nl.Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika
dan ada yang langsung ke duktus thoraksikus.
Histologi
21
sel-sel berbentuk sferis dilapisi oleh epitel yang berbentuk kolumner
sampai kuboid rendah dan terisi oleh koloid yang banyak mengandung
tiroglobulin.
Sel epitel folikel tiroid meminositosis koloid dan mengubah
tiroglobulin menjadi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
kelenjar tiroid memiliki populasi sel parafolikel atau sel C yang
menyintesis dan menyekresikan hormon kalsitonin
Gambaran Patologi Mikro
22
Epitel kolumner tiroid tumbuh hiperplastik ke dalam
koloid.Vakuola jelas dan terjadi peningkatan aktivitas epitel untuk
menghasilkan hormon tiroid.
Pembesaran difus kelenjar Thyroid sampai 150 gram, merah, lunak dan
licin, vaskularisasi prominent.
23
Gangguan fungsi tiroid
Hipotiroid
Defenisi Hipotiroid
Klasifikasi Hipotiroid
24
Hipotiroid berdasarkan kadar TSH dibagi beberapa kelompok yaitu:
Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi
pelupa, kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh,
wajah bengkak, konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan
sensitivitas terhadap banyak pengobatan, menstruasi yang banyak,
peningkatan frekuensi keguguran pada wanita yang hamil.
25
Waktu pengukuran kadar TSH untuk mendeteksi dan memberikan
terapi hipotiroid post operasi adalah:
1. preoperasi
26
Gambar 7.
Hipertiroid
Definisi Hipertiroid
Patofisiologi Hipertiroid
27
terdapat banyak hormon tiroid, setiap fungsi dari tubuh akan diatur untuk
bekerja lebih cepat. Karena selama hipertiroid terjadi peningkatan
metabolisme, maka setiap pasien akan mengalami kehilangan banyak energi.
Gejala Hipertiroid
a. Sering gugup
b. Iritabilitas
c. Peningkatan respirasi
d. Bedebar-debar
e. Tremor
f. Ansietas
g. Susah tidur (insomnia)
h. Berkeringat banyak
i. Rambut rontok
j. Kelemahan pada otot khususnya kerja dari otot lengan dan kaki
k. Frekwesi buang air besar terganggu
l. Kehilangan berat badan yang cepat
m. Pada wanita periode menstruasi lebih cepat dan aliran darah lebih
kencang.
Hiperthiroid biasanya mulainya lambat, tetapi pada beberapa pasien muda
perubahan ini terjadi sangat cepat. awalnya gejela dirasakan yang diartikan
salah,contoh persaan gugup yang dianggap karena stres.
Penyebab Hipertiroid
Penyakit Grave’s
GRAVE DISEASE
a. Definisi
Grave disease adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan
hipertiroidisme disebabkan oleh beredarnya autoantibodi.
b. Etiologi
Lebih dari 95% disebabkan oleh penyakit graves. Penyebab hipertiroid
lainnya yang jarang:
28
e. Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
c. Epidemiologi
Grave’s disease = penyebab paling umum dari hipertiroid (60-90% dari
semua kasus)
Kurang lebih 15% penderita mempunyai predisposisi genetik
kurang lebih 50% dari penderita mempunyai autoantibodi tiroid dalam
sirkulasi darah.
Angka kejadian pada wanita sebanyak 5 kali lipat daripada laki-laki
dengan usia bervariasi antara 20-40 tahun (perempuan : laki-laki dari
kejadian 5:01-10:01). Di Indonesia, penyakit ini termasuk jarang.
d. Faktor Resiko
Genetik
Jenis Kelamin
Status gizi dan Berat badan lahir rendah
Stress
Merokok
Hidup di daerah dengan defisiensi iodium
Toxin, infeksi bakteri, dan virus
Periode post partum
Multipel sklerosis yang mendapat terapi Campath-1H monoclonal
antibody
e. Patofisiologi
29
f. Manifestasi klinis
Dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal.
a. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme
dan aktifitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,
gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas,
kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan
meningkat, palpitasi, takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi
otot.
b. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit
lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang
30
ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata
melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag
(keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata) dan
kegagalan konvergensi.
g. Komplikasi
Eksaserbasi akut biasanya muncul dalam bentuk sindrom
Terkadang, thyroid storm terjadi dalam bentuk yang ringan dan
sederhana.
Manifestasi klinis dari thyroid storm ditandai dengan hipermetabolisme
dan respon adrenergik yang berlebihan. Beberapa gejala yang terjadi
pada thyroid storm yaitu:
a. Demam berkisar 38 hingga 48°C berasosisasi dengan berkeringat
dan flushing
b. Takikardia (lebih sering terjadi dalam bentuk fibrilasi atrium dan
peningkatan tekanan darah) hingga terkadang berujung kepada
gagal janung.
c. Gejala yang memengaruhi sistem saraf pusat seperti agitasi, tidak
bisa tidur, mengigau, dan koma.
d. Gejala yang memengaruhi sistem gastrointestinal seperti mual,
muntah, diare, dan sakit kuning (jaundice).
e. Komplikasi yang paling parah akibat thyroid storm yaitu gagal
jantung dan syok.
h. Tatalaksana
Prinsip utama : menurunkan kadar sintesis hormone tiroid
Cara :
- Obat anti-tiroid : Golongan thionamides, seperti prophylthiouracil
(PTU), carbimazole, dan methimazole
- Radioiodine
- Teknik operasi kelenjar tiroid.
31
Tabel 2 Pengobatan Hipertiroid
b) Methimazole
Methimazole atau biasa disingkat MMI merupakan
obat anti tiroid golongan thionamide.Mekanisme kerja
methimazole dalam mengobati hipertiroidisme sama seperti
propylthiouracil yaitu menghambat kerja enzim thyroid
peroxidase dan mencegah pembentukan hormon tiroid.
Methimazole tidak memiliki efek mencegah konversi T4 ke
T3.
33
Obat ini digunakan secara per oral dan hampir
terabsorpsi sempurna di saluran cerna. Karena durasi aksinya
yang panjang, sekitar 40 jam, maka MMI cukup digunakan
satu kali sehari (singledose). Menurut Pedoman Diagnosis
dan Terapi RSUD Dr. SoetomoEdisi III, dosis awal
methimazole dimulai dengan 40 mg setiap pagi selama 1 – 2
bulan dan selanjutnya dosis diturunkan menjadi 5 – 20 mg
setiap pagi.Pada ibu menyusui methimazole terbukti aman
diberikan hingga dosis 20 – 30 mg/ hari.
i. Prognosis
Secara umum, perjalanan Grave’s disease ditandai oleh remisi dan
eksaserbasi untuk jangka waktu yang lama kecuali kalau kelenjar dirusak
dengan pembedahan atau iodin radioaktif.Walaupun beberapa pasien bisa
tetap bertahan untuk jangka waktu lama setelah terapi, banyak yang
akhirnya mendapatkan hipotiroidisme.
Jadi, follow-up seumur hidup merupakan indikasi untuk semua pasien
dengan Grave’s disease.
j. SKDI
Grave disease adalah termasuk golongan 3A dimana Lulusan dokter
diharapkan mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya.Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.
KRISIS TIROID
a. Definisi
Krisis tiroid adalah kondisi hipermetabolik yang mengancam jiwa dan
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf,
dan sistem saluran cerna. Awalnya, timbul hipertiroidisme yang ketika
jumlahnya menjadi sangat berlebihan, terjadi kumpulan gejala yang lebih
berat, yaitu tirotoksikosis. Krisis tiroid dicetuskan oleh tindakan operatif,
infeksi, atau trauma.
c. Etiologi
34
Etiologi krisis tiroid sampai saat ini belum banyak diketahui. Namun ada
tiga mekanisme fisiologis yang diketahui dapat mengakibatkan krisis tiroid,
yaitu :
Pelepasan seketika hormone tiroid dalam jumlah yang besar.
Hiperaktivitas adrenegik.
Lipolisis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan.
d. Epidemiologi
Insiden sekitar 1-2% di antara pasien dengan hipertiroidisme yang
jelas.
Krisis thyrotoxic terjadi terutama pada orang tua
Tiga sampai lima kali lebih umum pada wanita dibandingkan pada pria
Mortalitas keseluruhan adalah 10-20% pada orang dewasa yang
mengalami krisis tiroid
Tingkat kematian akan naik menjadi 75%apabila ada keterlambatan
terapi
e. Faktor Resiko
Jenis Kelamin : Perempuan 3-5 kali lebih beresiko dari laki-laki
Umur: Tirotoksikosis pada neonatal terjadi 1-2% dari neonatus yang
lahir dari ibu yang menderita graves disease. Bayi usia kurang dari 1
tahun hanya 1% yang menderita tirotoksikosis.
Kehamilan
Uncontrolled DM
Post-Operated
Trauma dan tekanan
Infeksi, terutama infeksi paru-paru
Pembedahan tiroid pada pasien dengan overaktivitas kelenjar tiroid
Mengentikan obat-obatan yang diberikan pada pasien hipertiroidisme
Dosis penggantian hormone tiroid yang terlalu tinggi
Pengobatan dengan radioaktif yodium
Serangan jantung atau kegawatdaruratan
f. Patogenesis
Krisis tiroid biasanya terjadi pada pasien-pasien yang sudah menderita
hipertiroid atau tirotoksikosis sebelumnya yang tidak terdiagnosis atau tidak
ditatalaksana dengan adekuat.Pencetus utama terjadinya krisis tiroid adalah
infeksi. Faktor pencetus lain dapat berupa trauma, tindakan pembedahan,
infarkmiokard, trombo emboli paru, ketoasidosis, persalinan atau bahkan
dapat terjadi pada penghentian obat2 anti tiroid pada pasien dengan hipertiroid
atau tirotoksikosis.
Hormon tiroid bebas yang beredar didalam sirkulasi akan masuk
kedalam sitoplasma sel. Tetraiodotironin (T4) akan dikonversi menjadi bentuk
35
aktif triiodotironin (T3) oleh enzim 5’-deiodinase. Triodotironin kemudian
akan menembus inti sel untuk berikatan dengan reseptornya.
Hormon tiroid memiliki efek spesifik pada berbagai jaringan tubuh
yang berbeda. Didalam hipofisis, T3 mempunyai efek regulasi negative
terhadap transkripsi gen sub unit dandari TSH sehingga menekan produksi
TSH pada keadaan tirotoksikosis.
g. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya tirotoksikosis ini melibatkan autoimunitas oleh
limfosit B dan T yang diarahkan pada 4 antigen dari kelenjar tiroid: TBG,
tiroid peroksidase, simporter natrium-iodida, dan reseptor TSH. Reseptor TSH
inilah yang merupakan autoantigen utama pada patofisiologi penyakit
ini.Kelenjar tiroid dirangsang terus-menerus oleh autoantibodi terhadap
reseptor TSH dan berikutnya sekresi TSH ditekan karena peningkatan
produksi hormon tiroid.
Antibodi ini menyebabkan pelepasan hormon tiroid dan TBG yang
diperantarai oleh 3,’5′-cyclic adenosine monophosphate (cyclic AMP).Selain
itu, antibodi ini juga merangsang uptake iodium, sintesis protein, dan
pertumbuhan kelenjar tiroid.
Krisis tiroid timbul saat terjadi dekompensasi sel-sel tubuh dalam
merespon hormon tiroid yang menyebabkan hipermetabolisme berat yang
melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari
tirotoksikosis
Gambaran klinis berkaitan dengan pengaruh hormon tiroid yang
semakin menguat seiring meningkatnya pelepasan hormon tiroid
(dengan/tanpa peningkatan sintesisnya) atau meningkatnya intake hormon
tiroid oleh sel-sel tubuh.Pada derajat tertentu, respon sel terhadap hormon ini
sudah terlalu tinggi untuk bertahannya nyawa pasien dan menyebabkan
kematian.
h. Manifestasi Klinis
i. Diagnosis Banding
36
Goiter, Diffuse Toxic, kelenjar tiroid dapat memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan. Ini akan mempercepat metabolisme hampir di
seluruh organ.
TNG (Toxic Nodular Goiter) merupakan keadaan dimana kelenjar
tiroid terjadi pembesaran dengan bentuk nodul tiroid atau dengan kata
lain terjadi hipersekresi hormon-hormon tiroid yang menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid yang bernodul-nodul.
Thyroid Papillary Carcinoma sangat jarang terjadi, namun apabila
terjadi dapatmenyebabkan hiperfungsi hormon-hormon tiroid sehingga
sekresinya berlebihan di dalam darah menyebabkan tirotoksikosis dan
hipertiroid
Macro and Micro Pituitary Adenoma, tumor jinak pada
hipofisis.Keduanya sama-sama menyebabkan hiperfungsi kelenjar
hipofisis, seperti :Hipersekresi ACTH, hipersekresi GH, hipersekresi
TSH, ketidakseimbangan sekresi Gonadotropin dan Estrogen
menyebabkan amenorhea pada wanita
j. Penegakan Diagnosis
Kriteria Skor
Disfungsi Pengaturan Suhu
1. Suhu 37,2°- 37,7°C 5
2. Suhu 37,8°- 38,2°C 10
3. Suhu 38,3°- 38,8°C 15
4. Suhu 38,9°- 39,3°C 20
5. Suhu 39,4°- 39,9°C 25
6. Suhu 40°C atau lebih 30
Gangguan Sistem Saraf Pusat
1. Tidak ada 0
2. Gelisah 10
3. Delirium 20
4. Kejang atau koma 30
Disfungsi Gastrointestinal
1. Tidak ada 0
2. Diare, mual, muntah, 10
nyeri abdomen
3. Ikterik 20
Disfungsi Kardiovaskular
1. Nadi 90-109 kali/menit 5
2. Nadi 110-119 kali/menit 10
3. Nadi 120-129 kali/menit 15
4. Nadi 130-139 kali/menit 20
5. Nadi ≥140 kali/menit 25
Gagal jantung kongesti
1. Tidak ada 0
2. Ringan (edema tungkai) 5
37
3. Sedang (ronki basah basal) 10
4. Berat (edema paru) 15
Fibrilasi Atrium
1. Tidak ada 0
2. Ada 10
Riwayat adanya kondisi atau penyakit pemicu
1. Tidak ada 0
2. Ada 10
Keterangan:
Skor ≥ 45 : kecurigaan sangat tinggi (highly
suggestive)
Skor 25-44 : mengarahkan kemungkinan
(suggestive of impending storm)
Skor < 25 : tidak seperti (unlikely thyroid
storm)
Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
Hormon (TSH) tiroid stimulating hormon harus diperiksa pada pasien untuk
menentukan orang-orang dengan tirotoksikosis atau hipotiroid. Ketika tingkat
TSH normal, aspirasi harus dipertimbangkan. Ketika kadar hormon rendah,
diagnosis
Hipertiroidisme harus dipertimbangkan. Serum kalsitonin harus diukur pada
pasien dengan riwayat keluarga kanker tiroid meduler. Tes fungsi tiroid tidak
boleh digunakan untuk membedakan apakah nodul tiroid jinak atau ganas. T4,
antibodi peroksidase antitiroid dan tes tiroglobulin tidak membantu dalam
menentukan apakah nodul tiroid jinak atau ganas, tetapi mungkin membantu
dalam diagnosis penyakit Graves atau tiroiditis Hashimoto.
38
b.Ultrasonography (USG)
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi transduser yaitu secara transversal
mulai dari pole bawah digeser ke arah cephalad sampai pole atas sehingga seluruh
tiroid dapat dinilai. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi
transduser longitudinal atau oblik dimulai dari lateral ke arah medial. Dilakukan
pemotretan dengan foto polaroid atau film multiformat, serta diambil ukuran tiroid
dan ukuran tumor yang Nampak.
4. Pemeriksaan FNAB
5. Pemeriksaan histopatologi
Merupakan pemeriksaan diagnostik utama. Jaringan diperiksa setelah
dilakukan tindakan lobektomi atau isthmolobektomi. Kemudian di warnai
degangan Hematoksilin Eosin (HE) dan diamati di bawah mikroskop lalu
ditentukan diagnosa berdasarkan gambaran pada peparat
39
l. Diagnosis Kerja
Diagnosis dari krisis tiroid ditegakkan melalui temuan-temuan klinis.
Burch & Watorfsky (1993) mengembangkan suatu skoring yang
disebut dengan APACHE (Acute Phisiology, Age, and Chronic Health
Evaluation) dengan kriteria yang terdiri dari suhu, sistem saraf pusat,
gastrointestinal, kardiovaskuler, dan sejarah presipitasi un tuk
penegakkan diagnosis dari krisis tiroid.
Kriteria krisis hipertiroid menurut Burch HB, Wartofsky L, jika:
a. Skor lebih dari 45 mengindikasikan keadaan krisis tiroid
b. Skor 25-45 menyarankan/mensugesti keadaan krisis tiroid
c. Skor kurang dari 25 menunjukkan belum bisa dikatakan krisis
hipertiroid.
m. Tatalaksana
Umum. Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCl
dan cairan lain) dan kalori (glukosa), vitamin, oksigen, jika perlu obat
sedasi, kompres es.
Mengoreksi hipertiroid dengan cepat
Pemberian hidrokortison dosis stres
Untuk antipiretik digunakan asetaminofen jangan aspirin karena
aspirin akan melepas ikatan protein-hormon tiroid, hingga free-hormon
meningkat.
40
Apabila dibutuhkan, propanolol dapat digunakan sebab di samping
mengurangi takikardi
Mengobati faktor pencetus
n. Komplikasi
Ditimbulkan dari tindakan bedah:
Hipoparatiroidisme
Kerusakan nervus laringeus rekurens
Hipotiroidisme pada tiroidektomi subtotal atau terapi RAI
Gangguan visual atau diplopia akibat oftalmopati berat
Miksedema pretibial yang terlokalisir
Gagal jantung dengan curah jantung yang tinggi
Pengurangan massa otot dan kelemahan otot proksimal
o. Prognosis
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian
keseluruhan akibat krisis tiroid diperkirakan berkisar antara 10-20% tetapi
terdapat laporan penelitian yang menyebutkan hingga 75%, tergantung faktor
pencetus atau penyakit yang mendasari terjadinya krisis tiroid. Dengan
diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan
baik.
p. Edukasi
Menjaga pola makan: Hormon tiroid memiliki peranan yang penting
dalam prosesmetabolisme tubuh. Seseorang dengan kondisi hormon
tiroidyang normal atau membaik akan mengalami kenaikan beratbadan
sebagai penandanya. Diskusikan bersama dokter Anda mengenai
pilihan menu makanan dengan kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh.
Latihan fisik dapat membantu mengurangi risiko rapuhnyatulang atau
osteoporosis.
Mengurangi stres sebanyak mungkin dapat mengurangi efek gejala
maupun penyakit Graves itu sendiri.
q. Pencegahan
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Mengkonsumsi yodium
dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak
dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari
hilangnya yodium dari makanan
Pencegahan Sekunder
Diagnosis dan Penatalaksanaan Medis
Pencegahan Tertier
41
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi
mental, fisik dan sosial penderita setelah proses penyakitnya
dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk
memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau
penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya
diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat
menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi,
psikoterap, sosial terapi dan rehabilitasi aesthesis.
r. SKDI
NO Nama Penyakit SKDI
1 Hipertiroid 3A
2 Tirotoksikosis 3B
3 Hipotiroid 2
4 Goiter 3A
42
plasma basolateral masuk ke dalam sel. Energi yang dipakai untuk
mentranspor iodida melawan perbedaan konsentrasi berasal dari pompa
natrium-kalium ATPase, yang memompa natrium keluar dari sel,
sehingga tercipta konsentrasi natrium intraseluler yang rendah dan
gradien untuk difusi terfasilitasi natrium ke dalam sel.
Proses pemekatan iodida dalam sel ini disebut penjeratan iodida
(iodide trapping). Pada kelenjar tiroid yang normal, pompa iodida dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinta di dalam darah.
Bila kelenjar tiroid menjadi sangat katif, maka rasio konsentrasi tadi
dapat meningkat sampai 250 kali nilai tersebut. Kecepatan penjeratan
iodida oleh tiroid dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang paling penting
adalah konsentrasi TSH; TSH merangsang pompa iodida dan
hipofisektomi sangat mengurangi aktivitas pompa iodida di sel-sel
tiroid.Iodida ditranspor keluar sel kelenjar tiroid melewati membran
apikal, masuk ke dalam folikel dengan bantuan chloride-iodide ion
counter-transporter yang disebut pendrin. Sel epitel tiroid juga
menyekresi ke dalam folikel tiroglobulin yang mengandung asam
amino tirosin tempat ion-ion iodida melekat.
43
amino tirosin yang ada di dalam molekul tiroglobulin.Tirosin mula-
mula iiodisasi menjadi monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi
diiodotirosin. Kemudian makin lama makin banyak sisa iodotirosin
yang saling bergandengan (coupled) satu sama lainnya.
Hasil reaksi penggandengan ini yaitu terbentuknya molekul
tiroksin (T4) yang terbentuk bila dua molekul diiodotirosin bergabung;
tiroksin tersebut kemudian tetap merupakan bagian dari molekul
tiroglobulin. Dapat juga terjadi penggandengan satu molekul
monoiodotirosin dengan satu molekul diiodotirosin sehingga
membentuk triiodotironin (T3) yang merupakan seperlima dari jumlah
hormon akhir. Sejumlah kecil reverse T3 (RT3) terbentuk dari gabungan
diiodotirosin dan monoiodotirosin tapi RT3 pada manusia tidak
menunjukkan fungsi yang berarti.
44
Tiroksin dan Triiodotironin dilepas Lambat ke Sel-sel Jaringan
Tiroksi sangat lambat dilepaskan ke sel jaringan karena
besarnya afinitas protein pengikat-plasma terhadap hormon tiroid. Saat
memasuki sel, hormon tiroksin dan triiodotironin berikatan dengan
protein intrasel, tiroksin berikatan lebih kuat daripada triiodotironin.
Oleh karena itu, kedua hormon sekali lagi disimpan, namun kali ini di
dalam sel-sel targenya sendiri dan kedua hormon ini dipakai secara
lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
45
perangkaian tersebut masih belum ditemukan, dan karena reaksi
perangkaian ini merupakan proses oksidasi, kita memperkirakan bahwa
enzim tiroperoksidase yang sama mengkatalisasi reaksi ini dengan
merangsang pembentukan radikal bebas yodotirosin.
46
menuju membran apikal dari sel folikular tiroid, dimana iodida
akandioksidasi menjadi iodium oleh enzim tiroid peroksidase dan
hidrogen peroksida.
Atom iodin reaktif ditambahkan ke residu tirosil tertentu di
dalam tiroglobulin (Tg), sebuah protein dimerikbesar yang terdiri dari
2769 asam amino. Iodotirosin di dalam Tg kemudian dipasangkan
(prosescoupling) melalui hubungan eter dalam sebuah reaksi yang juga
dikatalisis oleh TPO. Iodidamelekat ke posisi 3 molekul tirosin molekul
tirosin tiroglobulin untuk menghasilkanmonoiodotirosin (MIT).
MIT kemudian teriodinasi di posisi 5 untuk
menghasilkandiiodotirosin (DIT). Baik T4 atau T3 dapat diproduksi
lewat reaksi ini, tergantung jumlah atom iodin yangterdapat dalam
iodotirosin. Dua molekul DIT bergabung membentuk tiroksin (T4),
produk utamareaksi coupling; atau satu molekul MIT dan satu DIT
bergabung untuk membentuk triiodotironin(T3).
Sejumlah kecil reverse T3 (rT3) dibentuk melalui kondensasi
DIT dan MIT. Setelahcoupling, Tg dikembalikan ke dalam sel tiroid,
dimana ia diproses di dalam lisosom untukmelepaskan T4 dan T3.
Mono dan diiodotirosin (MIT, DIT) yang tidak berpasangan
dideiodinasioleh enzim dehalogenase, dengan demikian terjadi
pengolahan kembali beberapa iodida yangtidak dikonversi menjadi
hormon tiroid. Lebih dari 90% hormon tiroid yang dibebaskan
darikelenjar adalah T4.
Produk sekresi sisanya adalah T3 dan sejumlah kecil senyawa
inaktif reverseT3 (rT3). Jumlah tertentu dari T4 dan T3 dalam darah
merangsang umpan-balik negatif ke kelenjarhipotalamus dan hipofisis.
Umpan-balik terutama terjadi di kelenjar hipofisis. Karena
T4mengalami deiodinasi menjadi T3 di kelenjar hipofisis. Di kelenjar
hipofisis, T3 merupakanefektor terakhir yang memerantai mekanisme
umpan-balik negatif.
Gambar
47
Sintesis dan Mekanisme Umpan Balik Hormon Tiroid
KEJANG
Definisi
Epidemiologi
48
Menurut Center for Disease and Prevention (CDC) pada tahun
2010 di AS, epilepsy mempengaruhi 2,5 juta orang . Survie dari dokter,
pelaporan diri, dan penelitian dari campuran beberapa sumber ini, di
simpulkan bahwa kejadian dan prevalensi kejang dan epilepsi, kejang
epilepsy pertama terjadi pada 300.000 orang setiap tahunnya, 120.000
orang berusia > 18 tahun, dan antara 75.000 dan 100.00 diantaranya
adalah anak- anak muda yang berusia 5 tahun yang mengalami kejang
demam. Laki – laki memiliki sedikit lebih beresiko daripada
perempuan.
Etiologi
Note:
Patogenesis
49
Meknisme terjadinya kejang:
Kejang parsial sederhana berkembang
menjadi kejang umum
Kejang parsial kompleks berkembang
menjadi kejang umum
Kejang parsial sederhana berkembang
menjadi parsial kompleks, dan
berkembang menjadi kejang umum
Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)
lena/ absens
mioklonik
50
klonik
tonik
tonik-klonik
atonik/ astatik
51
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau
berjalan berkeliling dalam keadaan seperti sedang
bingung.
5.Kejang Mioklonik
Terapi
52
Obat anti epilepsi (AED) terapi, pengobatan utama untuk
sebagian besar pasien, memiliki empat tujuan: untuk menghilangkan
kejang atau mengurangi frekuensi mereka ke tingkat maksimum yang
mungkin, untuk menghindari efek samping yang berhubungan dengan
pengobatan jangka panjang, dan untuk membantu pasien dalam
mempertahankan atau memulihkan kegiatan psikososial mereka , dan
dalam menjaga kestabilan kehidupan sehari –hari mereka. Keputusan
untuk memulai terapi obata anti epilepsy harus berdasarkan analisis
informasi tentang kemungkinan kejang kekambuhan, konsekuensi terus
kejang untuk pasien, dan efek menguntungkan dan merugikan dari
farmakologis yang akan diberikan.
PEMERIKSAAN FISIK
Tingkat kesadaran
Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
baik.
Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuk tak acuh
terhadap lingkungannya.
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus
tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi
dan meronta-ronta.
Somolen(letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan
tertidur kembali.
Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam, Pasien masih dapat
53
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi
pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal
yang baik.
Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan
sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap
rangsang nyeri tidak adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan
spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Nadi: Takikardi
54
Catatan :
Oral : 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral
Catatan :
Dispnea : Pernapasan yang sulit
Tadipnea : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea : Pernapasan terhenti
Ipnea : Pernapasan normal
Eksofthalamus (+)
Akibat dari jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit, sel
mast, dan sel-sel plasma atau akibat dari penumpukan antigen antibodi
Struma diffusa
Badan panas
55
Peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan vasodilatasi darah dan
mengakibatkan volume darah yang beredar dalam vaskuler menjadi berlebih
dan menyebabkan badan panas
PEMERIKSAAN LABORATOIUM
56
Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung
dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat
hemokonsenstrasi
Kimia darah :
Glukosa darah, Test fungsi ginjal dan hati normal, Elektrolit serum
normal.
57
Total T4 meningkat pada keadaan hipertiroid dan peningkatan
tiroglobulin pada kehamilan, pengguna hormonal estrogen dan
progesteron atau kongenital. Total T4 menurun pada hipotiroid,
penurunan tiroglobulin akibat penggunaan steroid dan protein loss
seperti pada sindrom nefrotik. Total T3 meningkat pada hipertiroid dan
awal hipotiroid.
Free T4 dan Free T3, Nilai free T4 12-18 pmol/L dan nilai free
T3 3-9 pmol/L. Tes ini dilakukan untuk menilai awal hipertiroid
dimana nilai total T4 masih normal sedangkan nilai free T4 meningkat.
Pada pasien dengan organ resisten T4 (Refetoff syndrome), level T4
meningkat sedangkan TSH normal.
Free T3 sama dengan free T4 dapat menilai awal hipertiroid
dimana total T4 dan total T3 masih normal saat dilakukan
pemeriksaan.
Tes T3
Nilai Rujukan:
Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.
Interpretasi
- Meningkat : hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut,
peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau
lebih dan obat T4 300 mg/hr atau lebih, dextrothyroxine,
kontrasepsi oral
- Menurun : hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar
T3 normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida,
phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin,
steroid.
58
- Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder, tirotoksikosis
karena kelebihan produksi T3
Tes T4
Nilai Rujukan :
a. Dewasa : 50-113 ng/L (4,5mg/dl)
b. Wanita hamil, pemberian kontrasepsi oral : meningkat
c. Diatas : diatas 16,5 mg/dl
d. Anak-anak : diatas 15,0 mg/dl
e. Usia : menurun sesuai penurunan kadar
protein plasma
Interpretasi :
- Meningkat : hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit
hati kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-
obatan: heroin, methadone, estrogen.
- Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti
androgen, kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil)
dll.
59
Pemeriksaan antibodi dapat digunakan untuk memprediksi
hipertiroidisme pada orang dengan faktor risiko misal memiliki
keluarga yang terkena gangguan tiroid dan tiroiditis post partum
2. Radioactive Iodine Uptake
3. Scintiscanning
4. Ultrasound Scanning
60
VI. KERANGKA KONSEP
NY.C 32 tahun
Nyeri
Sel APC menganggap tirosin tenggorokan
sebagai autoantigen
Reaksi
Dipresentasikan ke limfosit T inflamasi akut
oleh MHC II
Terbentuk
Reaksi kompleks
Sel B menghasilkan TSAb hipersensitivitas antigen
tipe III antibodi
Struma Hiperplasia TSH
diffusa Grave Pelepasan
T4 T3 sitokin
disease
tahu tahu TNF,IL6
Hiperfungsi
Stimulasi
fibroblast orbital
Hipersekresi orbittal
Mukopolisakarida
dan hyaluronic
acid
Hiperosmotik
Eksofthalmus
61
Hipertoroid
Metabolisme
anaerob
As. Laktat
dan CO2
KRISIS
TIROID
62
VII. KESIMPULAN
63
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://digilib.unila.ac.id/6456/17/16%20-%20BAB%202.pdf (Pada 15
januari 2018 pukul 19.15)
Anonim.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMHT0024711/ (Pada 15
januari 2018 pukul 19.25)
Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC. hlm. 796.
64