Anda di halaman 1dari 29

: 24 Mei 2021

Tanggal Percobaan

Tanggal Pengumpulan : 02 Juni 2021

PRAKTIKUM FISIKA DASAR II SEMESTER 114

WATAK LAMPU PIJAR

NAMA : Muhammad Rofiid Ramdhan

NIM : 1306620081

DOSEN PENGAMPU : Lari Andreas Sanjaya, S. Pd., M. Pd


ASISTEN LABORATORIUM :

Tasya Nagaria Laut (1306618015)

Maryam Tsara Sausan (1306618018)

Adimas Nugrah Pangestu (1306618026)

Willi Tri Argatta (1306618016)

Laporan
Laporan Awal Kinerja Total
Akhir

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta


2021
05 : WATAK LAMPU PIJAR

A. TUJUAN
1. Memahami Hukum Ohm.
2. Memperagakan untai pengukuran arus dan tegangan suatu lampu pijar.
3. Membuat interpretasi bagan listrik.
4. Membuat interpretasi Grafik hubungan antara;
a. Tegangan yang terpasang dengan Arus yang mengalir.
b. Tegangan yang terpasang dengan tahanannya.
c. Tegangan yang terpasang dengan Daya yang diserap.
1. Menentukan Tahanan dalam Lampu.
2. Memahami Karakteristik Watak lampu pijar.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Voltrneter AC.
2. Ampermeter AC.
3. Lampu pijar.
4. Sumber tegangan (variak).

C. TEORI DASAR
Pengaruh Suhu pada Tahanan
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar besarnya sebanding dengan tegangan (beda
potensial) antara ujung-ujung penghantar tadi atau dinyatakan dengan persamaan:

V
I= (Hukum ohm) (1)
R

dengan I = arus; dan V = tegangan; dan R adalah bilangan tetap yang dinamakan
tahanandari penghantar. Penghantar yang mengikuti Hukum Ohrn dinamakan
penghantar yang Linier. Pada umumya tahanan berubah dengan berubahnya temperatur
Untuk penghantar dari logam, besarnya tahanan bertambah besar jika temperatur makin
tinggi.

Dissipasi Tenaga dalam suatu Penghantar


Jika dalam suatu penghantar mengalir arus listrik, maka dalam penghantar ini ada
tenaga listrik yang hilang dan berubah menjadi panas. Dikatakan ada tenaga listrik yang
terdissipasi. Besarnya tenaga yang terdisipasi tiap detiknya, atau daya yang terdisipasi
adalah P = V.I (Watt) atau Joule/detik.

Watak Lampu Pijar


Karena ada daya yang terdisipasi menjadi panas maka jelaslah bahwa tahanan suatu
lampu pijar berubah dengan berubahnya tegangan. Dalam percobaan Watak Lampu
Pijar kita teliti hubungan antara I dengan V, R dengan V, dan P dengan V. Jadi yang
dimaksud dengan Watak Lampu Pijar adalah hubungan antara:
1. Tegangan yang terpasang dengan arus listrik yang mengalir.
2. Tegangan yang terpasang dengan tahananya.
3. Tegangan yang terpasang dengan daya yang diambil.

Pemilihan Bagan dalam Pengukuran V dan I


Untuk memperoleh watak lampu pijar diperlukan pengukuran V dan I secara simultan
dengan cara pemasangan Voltmeter dan Ampermeter seperti bagan 1 dan bagan 2
dibawah

Bagan 1
Pada bagan 1 dapat di analisis ada kesalahan pembacaan ampermeter, karena yang
terukur adalah jumlah dari arus yang lewat lampu dan yang lewat voltmeter.

Gambar 1. Skema pengukuran arus menggunakan Ampermeter

Arus yang terbaca berlebihan:

r
×100 % dengan r = tahanan lampu; R = tahanan Voltmeter
R

Jika kesalahan yang kita kehendaki maksimal sebesar a% maka haruslah:

r
×100 % <a %
R

Bagan 2
Pada bagan 1 dapat di analisis ada kesalahan pembacaan Voltmeter, karena yang terukur
adalah jumlah dari tegangan pada lampu dan ampermeter.
Gambar 2. Skema pengukuran hambatan menggunakan voltmeter

Tegangan yang terbaca berlebihan:

ρ
×100 % dengan ρ = tahanan amperemeter
r

Jika kesalahan yang kita kehendaki maksimal a%, maka haruslah 

ρ
×100 % <a %
r

Pemilihan Bagan
Jika
r ρ
< makadipilih bagan1 , sebaliknya
R r

Jika
r ρ
> maka dipilih bagan 2
R r

r ρ
Untuk mengetahui besarnya dan dapat dilakukan pengukuran seperti dalam
R r
prosedur percobaan. Dengan menganggap tahanan dalam dari sumber dapat diabaikan
maka dapat dibuktikan bahwa:

r V I I −I V I I
= =
R VI I
= I
V I ( )
−1 (2)

dan

V II
ρ II
= −1 (3)
r V (V −V I )

I VI

r ρ
Harga terhadap dibandingkan. Kemudian dipilih bagan yang lebih baik untuk
R r
ketiga contoh tegangan di atas.
Daya Listrik
Daya listrik adalah tenaga listrik persatuan waktu. Kalau tenaga dinyatakan dengan
Joule dan satuan waktu dalam detik maka satuan daya listrik adalah ”watt” atau joule
per sekon. Daya pada arus bolak balik merupakan fungsi waktu, karena itu apa yang
sering disebut daya pada arus bolak balik pada hakekatnya adalah daya rata-rata selama
satu periode.
T
1
Secara sistematis daya rata-rata dapat diekspresikan P= ∫ V ∙ i∙ dt
T 0

dengan T = periode, V = harga tegangan sesaat, dan i = harga arus sesaat, apabila
V=Vmax sin ωt dan I= Imax sin ωt maka P = V.I cos (θ) (buktikan!)

dengan V dan I harga efektif dari tegangan dan arus, sedang θ adalah beda fase antara V
dan I. Pada percobaan ini dianggap tidak ada perbedaan fase (θ = 0). Sehingga : P=V .I.
Dengan demikian hubungan P = f(V) dapat kita buat berdasarkan pengamatan di atas.

TEORI TAMBAHAN
Muatan listrik dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain karena adanya beda
potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan muatan ke tempat yang
memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang mengalir berbanding lurus dengan beda
potensial, V, antara dua tempat, atau I V . Kesebandingan di atas selanjutnya dapat
ditulis

I
I= V
R

dengan R didefinisikan hambatan listrik antara dua titik. Satuan hambatan listrik adalah
Ohm dan disingkat . Mengapa R disebut hambatan listrik? Karena R berperan
menghambat mengalirnya muatan listrik. Makin besar R maka arus listrik makin sulit
mengalir yang ditandai dengan arus yang makin kecil.1

Konsep percobaan watak lampu pijar tidak lepas dari konsep susunan hambatan listrik
seri dan paralel. Namun bedanya pada percobaan watak lampu pijar, praktikan dapat
melihat keadaan lampu pijar ketika dirangkai ssecara seri, paralel atau campuran. Dan
dilihat dari data yang diperoleh keadaan lampu pijar pada saat praktikum sesuai dengan
teori. Hal ini bisa dilihat ketika lampu pijar di susun secara paralel dengan tegangan 9
volt, nyala lampu kurang terang dan terangnya tidak terlalu sama. Hal ini bisa dijelaskan

1
Mikrajuddin Abdullah, FISIKA DASAR II, (Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2017), 209
dengan konsep rangkaian listrik paralel. Bahwa arus terbagi ketika rangkaian disusun
secara paralel. Dan pembagian nya tidak sama besar, tergantung besar hambatan setiap
cabangnya. Untuk lampu pijar yang disusun secara seri dengan besar tegangan 9 volt.
Keadaan lampu terang dan terangnya sama. Hal ini juga bisa dijelaskan dengan salah
satu konsep rangkaian seri bahwa arus pada rangkaian sama besar. Jadi ketika rangkaian
diberi banyak lampu terangnya akan sama.2

Bola lampu pijar secara kasar memancarkan emisi benda hitam, dengan kata lain
memancarkan kurva spektral yang terkait dengan suhu filamen: ketika suhu menjadi
lebih tinggi, spektrum emisi bergeser ke panjang gelombang yang lebih pendek. Untuk
bola lampu pijar yang paling efisien, sebagian besar cahaya yang dipancarkan berada di
inframerah, dan karenanya tidak berfungsi untuk penerangan, melainkan untuk
pemanas. Dengan demikian, daya listrik menjadi konversi daya optik yang terlihat
secara intrinsik dibatasi, sekitar 5%.3

filamen lampu pijar terbuat dari tungsten, dan saat suhu logam meningkat,
ketahanannya juga meningkat, yaitu dengan dengan meningkatnya sumber tegangan,
arus listrik dalam rangkaian meningkat. Ini menyebabkan peningkatan jumlah panas
yang dilepaskan dari filamen mengikuti hukum Joule-Lenz.4

Perkiraan suhu flamen tungsten lampu pijar telah dipelajari secara ekstensif. dengan
asumsi konstan emisivitas dari flamen tungsten dan flamen tersebut listrik padam hanya
sebagai radiasi, dengan verifikasi hukum Stefan Boltzman antara daya yang
dipancarkan dan suhu filamen.5

Konsep dasar untuk meningkatkan efisiensi bola lampu pijar dengan radiasi termal
kontrol dari filamen berstruktur. Dengan Radiasi IR (panjang gelombang lebih panjang)

2
Cindy Rasta Br. G.,”Rancangan Set Alat peraga Puzzle Dalam Materi Listrik Dinamis”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Fisika, Vol. 6 No. 1, 2021, hal 42.
3
Gayral, B “LEDs for lighting: Basic physics and prospects for energy savings”, Comptes Rendus Physique, vol.
18, No. 1,2021, hal. 453- 461.
4
Movsum, G, “The misconceptions about the interpretation of light bulb resistance in specialized school”,
Physics Education Journal, vol. 18, No. 1, 2018, hal. 90- 96.
5
Izquierdo-Gil, M. A., Barragán, V. M., & Villaluenga, J. P. G.,” Estimation of the flament temperature of an
incandescent lamp from an energy balance in steady-state conditions”, Journal of Thermal Analysis and
Calorimetry, vol. 19, No. 1, 2020, hal. 1-20.
dapat ditekan oleh efek cut-off dari sebuah rongga mikro cahaya tampak (panjang
gelombang yang lebih pendek) diradiasikan ke ruang bebas, yang dapat dianalogikan
dengan operasi sebuah pandu gelombang microwave. dimana sebuah lubang berbentuk
kubus array terbentuk di permukaan filamen tungsten (W) diatur menjadi bola lampu.6

Pekerjaan yang dilakukan pada pengisian daya sama dengan gaya listrik kali panjang di
mana gaya diterapkan,

V
W =FΔL=( ∆ QE ) ∆ L= ∆ Q ( ∆L )
∆ L=∆ QV =∆ U

Muatan bergerak pada kecepatan drift vd sehingga pekerjaan yang dilakukan pada
muatan mengakibatkan hilangnya energi potensial, tetapi energi kinetik rata-rata tetap
konstan. Energi potensial listrik yang hilang muncul sebagai energi termal dalam bahan.
Pada skala mikroskopis, transfer energi disebabkan oleh tabrakan antara muatan dan
molekul bahan, yang menyebabkan peningkatan suhu dalam bahan. Hilangnya energi
potensial mengakibatkan peningkatan suhu material, yang menghilang sebagai radiasi.
Dalam resistor, itu menghilang sebagai panas, dan dalam bola lampu, itu menghilang
sebagai panas dan cahaya.

Daya yang hilang oleh bahan sebagai panas dan cahaya sama dengan laju waktu
perubahan pekerjaan:

ΔU −ΔQV
P= = =IV
Δt Δt

Dengan resistor, penurunan tegangan melintasi resistor menghilang sebagai panas.


Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan di seluruh resistor sama dengan saat ini
perlawanan, V = IR . Daya yang hilang oleh resistor oleh oleh karena itu

V V2
( ) 2
P=IV =I IR =I R atau P=IV =
R
V=
R
. ( )
Jika resistor terhubung ke baterai, daya menghilang sebagai energi bercahaya oleh kabel

V2
dan resistor sama dengan P=IV =I 2 R= . Daya yang dipasok dari baterai sama
R
dengan saat ini tegangan, P=IV .7

6
Toyoda, H., Kimino, K., Kawano, A., & Takahara, J, “Incandescent Light Bulbs Based on a Refractory
Metasurface”, Photonics Journal, vol. 64, No. 4, 2019, hal. 1-20.
7
Samuel J. Ling, Jeff Sanny, dan William Moebs, University Physics Volume 2, (Houston: Rice University, 2016),
411
D. CARA KERJA
Pemilihan Bagan
r ρ
Untuk mengetahui besarnya dan yang digunakan untuk pemilihan bagan,
R r
dilakukan pengukuran-pengukuran sebagai berikut:
1. Mengukur Tegangan sumber (variak) pada waktu lampu dan ampermeter tidak
terpasang (voltmeter dipasang langsung pada ujung output dari variak). Misal 25
volt. Pembacaan voltmeter ini = V.
2. Memasang Ampermeter secara seri dengan lampu dan menghubungkannya dengan
ujung variak. Mengukur Arus yang lewat pada lampu tanpa mengukur tegangan
(voltmeter tidak terpasang). Misalkan pembacaan ampermeter = I.
3. Setelah pengukuran V dan I didapat, lalu membuat rangkaian seperti bagan 1. Misal
pembacaan voltmeter (ujung-ujung ampermeter dengan sumber) = V' dan pembacaan
ampermeter = I'.
4. Kemudian membuat rangkaian seperti bagan 2. Misalkan pembacaan voltmeter
(ujung-ujung sumber) = V" dan pembacaan ampermeter = I".
r ρ
5. Mecatat hasil pengukuran V, I, V', I', V ", I " untuk mendapatkan nilai, dan
R r
(rumus dalam teori). Menentukan bagan yang akan digunakan dalam percobaan
watak lampu pijar.
Watak Lampu Pijar
Dengan bagan yang telah dipilih, maka dilakukanlah langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengatur variak (sumber tegangan) sehingga tegangan yang ditunjukkan oleh
voltmeter 10 Volt. Membaca ampermetenya dan Mencatat besamya arus (I) tersebut
sebanyak 5 kali pengulangan.
2. Mengulangi langkah a untuk tegangan - tegangan: 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan
100 volt.

E. PERTANYAAN AWAL
TIDAK ADA PERTANYAAN AWAL
F. DATA PENGAMATAN
G. PENGOLAHAN DATA
Data Tunggal
Sumber Tegangan Variak 25V
V =25V
1 1
∆ V = ×nst= × 0,1=0,05
2 2
∆V ∆V ∆V
KSR ¿ ×100 %= ×100 %= ×100 %
V V V
( V ± ∆ V )=(25,00± 0,0500)

Data Majemuk
Wata lampu pijar
V I V2 I2
1 25.15 18.30 632,5225 334,89

2 25.17 18.29 633,5289 334,5241

3 25.16 18.29 633,0256 334,5241

4 25.16 18.30 633,0256 334,89

5 25.15 18.29 633,5225 334,5241

∑ 125,79 91,47 3165,6251 1673.3523

Tegangan (V)

V=
∑ V = 125,79 =25,158 Volt
n 5
1
∆V = √n ¿ ¿¿
n
1
∆V = √5 ¿ ¿ ¿
5
1 158233,1255−15823,1241
∆V =
5 √ 4
1 0,0014
∆V =
5 √4

1
∆V = √ 0,0004=0,0037 V
5
∆V
KSR= × 100 %
V
0,0037
KSR= × 100 %
25,158
KSR=0,0149 % (4 AP )

∴(V ± ∆ V ) V =( 25,16 ± 0,003700 ) V

Arus (I)

I=
∑ I = 91,47 =18,294 mA=0,018294 A
n 5
1
∆ I= √n ¿ ¿ ¿
n
1
∆ I= √5 ¿ ¿ ¿
5
1 8366,762−8366,761
∆ I=
5 √ 4
1 0,0006
∆ I=
5 √4

1
∆ I= √0,0002=0,00245 mA=0,00000245 A
5
∆I
KSR= ×100 %
I
0,00000245
KSR= × 100 %
0,018294
KSR=0,013 % (4 AP)

∴(I ± ∆ I ) A=( 0,01829± 0,000002450 ) A

Bagan 1
V’ I’ V’2 I’2
1 25,15 18,30 632,5225 334,89
2 25,16 18,29 633,0256 334,5241
3 25,15 18,29 632,5225 334,5241
4 25,14 18,30 632,0196 334,89
5 25,16 18,29 633,0256 334,5241
∑ 125,76 91,47 3163,116 1673,352

Tegangan (V’)

V '=
∑ V = 125,76 =25,152 Volt
n 5
1
∆ V '= √n ¿¿ ¿
n
1
∆ V '= √ 5¿ ¿ ¿
5
1 15815,5790−15815,5776
∆ V '=
5 √ 4
1 0,0014
∆ V '=
5 √4

1
∆ V '= √ 0,0004=0,0037 V
5
∆V '
KSR= × 100 %
V'
0,0037
KSR= × 100 %
25,152
KSR=0,0147 %(4 AP)

∴(V ' ± ∆ V ') V = (25,15 ± 0,003700 ) V

Arus (I’)

I '=
∑ I = 91,47 =18,294 mA=0,018294 A
n 5
1
∆ I '= √n ¿ ¿ ¿
n
1
∆ I '= √5 ¿ ¿ ¿
5
1 8366,762−8366,761
∆ I '=
5 √ 4
1 0,0006
∆ I '=
5 √4

1
∆ I '= √0,0002=0,00245 mA=0,00000245 A
5
∆I'
KSR= ×100 %
I'
0,00245
KSR= ×100 %
0,018294
KSR=0,013 (4 AP)

∴(I ' ± ∆ I ' ) A=( 0,018294 ± 0,00000245 ) A

Bagan 2
V’’ I’’ V’’2 I’’2
1 24,83 18,23 616,5289 332,3329
2 24,84 18,22 617,0256 331,9684
3 24,85 18,23 617,5225 332,3329
4 24,85 18,22 617,5225 331,9684
5 24,84 18,23 617,0256 332,3329
∑ 124,21 91,13 3085,625 1660,936

Tegangan (V’’)

V ' '=
∑ V = 124,21 =24,842Volt
n 5
1
∆ V ' '= √n ¿¿ ¿
n
1
∆ V ' '= √ 5¿ ¿ ¿
5
1 15428,1255−15428,1241
∆ V ' '=
5 √ 4
1 0,0014
∆ V ' '=
5 √4

1
∆ V ' '= √ 0,0004=0,0037 V
5
0,0037
KSR= × 100 %
25,152
KSR=0,0147 %(4 AP)

∴(V ' ' ± ∆ V ' ' )V =( 25,15± 0,0037 ) V


Arus (I’’)

I ' '=
∑ I = 91,13 =18,226 mA =0,0182226 A
n 5
1
∆ I ' '= √ n¿ ¿ ¿
n
1
∆ I ' '= √5 ¿ ¿ ¿
5
1 8304,6775−8304,6769
∆ I ' '=
5 √ 4
1 0,0006
∆ I ' '=
5 √4

1
∆ I ' '= √0,0002=0,00245 mA=0,00000245 A
5
∆ I''
KSR= ×100 %
I''
0,00245
KSR= ×100 %
0,018294
KSR=0,013 (4 AP)

∴(I ' ' ± ∆ I ' ') A=( 0,018294 ± 0,00000245 ) A

H. PERHITUNGAN DAN ANALISIS


1. Hitunglah data percobaan E-1 untuk mengetahui bagan yang dipilih!
Dik:
V =(25,16 ± 0,2230) volt
I =( 18,29± 0,004000) Ampere
V ’=(25,15 ± 0,01400)volt
I ’=(18,29 ±0,004000) Ampere
V ’ ’=(24,84 ±0,003000)Volt
I ’ ’=(18,22 ±0,002000) Ampere
Dit: Bagan yang dipilih
Jawab
r V I' 25,16 0,01829 25,16 ( 25,16 ( )
= ' −1 =
R V I ( )
25,15 0,01829
−1 = (
25,15
1−1 )=
25,15 )0 =0

V '' 24,84
'
ρ I 0,01829
= '
−1= −1=−0,012
r V (V −V ) 25,16 ( 25,16−25,15 )
− −
I I' 0,01829 0,01829
r ρ
Karna > maka dipilih bagan 2
R r

2. Tentukan besar Hambatan ( R ) dan Daya (P) pada percobaan yang anda lakukan!
Hambatan Bagan 2 pada Percobaan Pertama
'' V '' 24,83
R = ''
= =1362,04 Ω
I 0,01823
2 2 2
−V ' '
∆ R' ' =
√( ) (
1
I ''
2(
3 )( )
∆ V '' ) + ' '2 ( Δ I ' ' )

2
I
2
2

1 2 −24,83 2
¿
√(0,01823 )( 3 )(
( 0,00374 ) +
(0,01823)2)( 0,00000245 )2

¿ √ 0,05228=0,2286 Ω
∆ R' ' 0,2286
KSR= ''
×100 %= × 100 %=0,000168 %( 4 AP)
R 1362,04
( R' ' ± ∆ R' ' )=( 1362 ±0,2286 ) Ω

Hambatan Bagan 2 pada Percobaan kedua


'' V '' 24,84
R = ''
= =1363,34 Ω
I 0,01822
2 2 2
−V ' '
∆ R' ' =
√( ) (
1
I
''
2(
3 )( )
∆ V '' ) + ' '2 ( Δ I ' ' )

2
I
2
2

1 2 −24,84 2
¿
√(0,01822 )( 3 ) (
( 0,00374 ) +
(0,01822)2)( 0,00000245 )2

¿ √ 0,052322=0,2287 Ω
∆ R' ' 0,2287
KSR= ''
×100 %= × 100 %=0,000168 %( 4 AP)
R 1363,34
( R' ' ± ∆ R' ' )=( 1362 ±0,2287 ) Ω

Hambatan Bagan 2 pada Percobaan ketiga


V ''
'' 24,85
R = '' = =1363,14 Ω
I 0,01823
2 2 2
−V ' '
∆ R' ' =
√( ) (
1
I ''
2(
3 )( )
∆ V '' ) + ' '2 ( Δ I ' ' )

2
I
2
2

1 2 −24,85 2
¿
√(0,01823 )( 3 )(
( 0,00374 ) +
(0,01823)2)( 0,00000245 )2

¿ √ 0,052335=0,2288 Ω
∆ R' ' 0,2288
KSR= ''
×100 %= × 100 %=0,000168 %( 4 AP)
R 1363,14
( R' ' ± ∆ R' ' )=( 1363 ± 0,2288 ) Ω

Hambatan Bagan 2 pada Percobaan keempat


V ''
'' 24,85
R = '' = =1364 Ω
I 0,01822
2 2 2
−V ' '
∆ R' ' =
√( ) (
1
I
''
2(
3 )( )
∆ V '' ) + ' '2 ( Δ I ' ' )

2
I
2
2

1 2 −24,85 2
¿
√(0,01822 )( 3 ) (
( 0,00374 ) +
(0,01822)2)( 0,00000245 )2

¿ √ 0,052349=0,2288 Ω
∆ R' ' 0,2288
KSR= ''
×100 %= × 100 %=0,000168 %( 4 AP)
R 1364
( R' ' ± ∆ R' ' )=( 1364 ± 0,2288 ) Ω

Hambatan Bagan 2 pada Percobaan kelima


V ''
'' 24,84
R = '' = =1362,59 Ω
I 0,01823
2 2 2
−V ' '
∆ R' ' =
√( ) (
1
I ''
2(
3 )( )
∆ V '' ) + ' '2 ( Δ I ' ' )

2
I
2
2

1 2 −24,84 2
¿
√(0,01823 )( 3 )(
( 0,00374 ) +
(0,01823)2)( 0,00000245 )2

¿ √ 0,052308=0,2287 Ω
∆ R' ' 0,2287
KSR= ''
×100 %= ×100 %=0,000168 % ( 4 AP )
R 1362,59
( R' ' ± ∆ R' ' )=( 1363 ± 0,2287 ) Ω
Daya Bagan 2 pada Percobaan Pertama
P' ' =V '' I ' ' =( 24,83 ) ( 0,01823 )=0,4526Watt
2
2

∆ P' ' = ( I '' )
2
( 3 ) 2
∆V ' ' + ( V ' ' ) ( ∆ I ' ' )

2
2

2

¿ ( 0,01823 )2 ( 3 )
(0,00374) + ( 24,83 )2 ( 0,00000245 )2

¿ √ 0,00000000577 ¿ 0,00007596 Watt


∆ P' ' 0,2287
KSR= ×100 %= ×100 %=0,000168 % (4 AP )
P'' 1362,59
( P' ' ± ∆ P' ' ) =( 0,4524 ± 0,00007596 ) Watt

Daya Bagan 2 pada Percobaan kedua


P' ' =V '' I ' ' =( 24,83 ) ( 0,01823 )=0,4526Watt
2
2

∆ P' ' = ( I '' )
2
( 3 ) 2
∆V ' ' + ( V ' ' ) ( ∆ I ' ' )

2
2

2

¿ ( 0,01823 )2 ( 3 )
(0,00374) + ( 24,83 )2 ( 0,00000245 )2

¿ √ 0,00000000577 ¿ 0,00007596 Watt


∆ P' ' 0,2287
KSR= ×100 %= ×100 %=0,000168 % (4 AP )
P'' 1362,59
( P' ' ± ∆ P' ' ) =( 0,4524 ± 0,00007596 ) Watt

Daya Bagan 2 pada Percobaan Ketiga


P' ' =V '' I ' ' =( 24,85 ) ( 0,01823 )=0,4530Watt
2
2

∆ P' ' = ( I '' )
2
( 3 ) 2
∆V ' ' + ( V ' ' ) ( ∆ I ' ' )

2
2

2

¿ ( 0,01823 )2 ( 3 )
(0,00374) + ( 24,85 )2 ( 0,00000245 )2

¿ √ 0,00000000578 ¿ 0,00007603 Watt


∆ P' ' 0,00007603
KSR= ×100 %= ×100 %=0,000168 % ( 4 AP )
P'' 0,4530
( P' ' ± ∆ P' ' ) =( 0,4530 ± 0,00007603 ) Watt

Daya Bagan 2 pada Percobaan Keempat


P' ' =V '' I ' ' =( 24,85 ) ( 0,01822 )=0,4528 Watt
2
2

∆ P' ' = ( I '' )
2
( 3 ) 2
∆V ' ' + ( V ' ' ) ( ∆ I ' ' )

2
2

2

¿ ( 0,01822 )2 ( 3 )
(0,00374 ) + ( 24,85 )2 ( 0,00000245 )2

¿ √ 0,00000000578 ¿ 0,00007603 Watt


∆ P' ' 0,00007603
KSR= ×100 %= ×100 %=0,000168 % ( 4 AP )
P'' 0,4528
( P' ' ± ∆ P' ' ) =( 0,4528 ± 0,00007603 ) Watt

Daya Bagan 2 pada Percobaan Kelima


P' ' =V '' I ' ' =( 24,84 )( 0,01823 ) =0,4528 Watt
2
2

∆ P' ' = ( I '' )
2
( 3 ) 2
∆V ' ' + ( V ' ' ) ( ∆ I ' ' )

2
2

2

¿ ( 0,01823 )2 ( 3 )
(0,00374) + ( 24,84 )2 ( 0,00000245 )2

¿ √ 0,00000000577 ¿ 0,00007596 Watt


∆ P' ' 0,00007596
KSR= ×100 %= ×100 %=0,000168% ( 4 AP )
P'' 0,4528
( P' ' ± ∆ P' ' ) =( 0,4528 ± 0,00007596 ) Watt

3. Buatlah grafik hubungan antara I = f(V), R = (V), dan P = f(V)!


I = f(V)
Misal:
x = tegangan (V)
y = kuat Arus (A)
2
No. Kuat arus (y) Tegangan (x) x xy
1 0,01823 24,83 616,5289 0,4526509
2 0,01822 24,84 617,0256 0,4525848
3 0,01823 24,85 617,5225 0,4530155
4 0,01822 24,85 617,5225 0,4527670
5 0,01823 24,84 617,0256 0,4528332
Σ
0,09113 124,21 3085,6251 2,2638514

∑ y ∑ x 2−∑ x ∑ xy
a= 2
n ∑ x2 − ( ∑ x )
( 0,09113 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )( 2,2638514 )
a=
( 5 ) ( 3085,6251) −( 124,21 )2
a=0,0236

n ∑ xy−∑ x ∑ y
b= 2
n ∑ x 2− ( ∑ x )
( 5 )( 2,2638514 )−( 124,21 ) ( 0,09113 )
( 5 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )2
b=−0,000214

y=a+bx=0,0236+(−0,000214 ) x=0,0236−0,000214 x
y 1=0,0236−0,000214 ( 24,83 ) =0,018286
y 2=0,0236−0,000214 ( 24,84 )=0,018284
y 3=0,0236−0,000214 ( 24,85 )=0,018282
y 4 =0,0236−0,000214 ( 24,85 )=0,018282
y 5=0,0236−0,000214 ( 24,84 )=0,018284

Grafik Hubungan Antara I = f(V)


0.02
0.02
0.02
0.02
Arus Listrik (A)

0.02 0.02
0.02
0.02
0.02 0.02
0.02
0.02
0.02
24.83 24.84 24.85 24.85 24.84
Tegangan

R = f(V)
Misal:
x = tegangan (V)
y = hambatan (Ω)
2
No. Hambatan (y) Tegangan (x) x xy
1 1362,04 24,83 616,5289 33819,45
2 1363,34 24,84 617,0256 33805,37
3 1363,14 24,85 617,5225 33874,03
4 1363,89 24,85 617,5225 33892,67
5 1362,59 24,84 617,0256 33846,74
Σ
6815 124,21 3085,6251 169238,26

a=
∑ y ∑ x 2−∑ x ∑ xy
2
n ∑ x2 − ( ∑ x )

( 6815 )( 3085,6251 )− (124,21 ) ( 169238,26 )


a=
( 5 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )2

a=−402,5564

n ∑ xy−∑ x ∑ y
b= 2
n ∑ x 2−( ∑ x )
(5 )( 169238,26 ) −( 124,21 )( 6815 )
b=
( 5 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )2
b=71,0714

y=a+bx=−402,5564+71,0714 x
y 1=−402,5564+71,0714 ( 24,83 )=1362,1471
y 2=−402,5564+71,0714 ( 24,84 )=1362,8579
y 3=−402,5564+71,0714 (24,85 )=136 3 ,5686
y 4 =−402,5564 +71,0714 ( 24,85 )=1363,5686
y 5=−402,5564+71,0714 (24,84 )=1362,8579
Grafik Hubungan Antara R = f(V)
1364
1363.57 1363.57
1363.5

1363 1362.86 1362.86


Hambatan (Ω)

1362.5
1362.15
1362

1361.5

1361
24.83 24.84 24.85 24.85 24.84
Tegangan

P = f(V)
Misal:
x = tegangan (V)
y = daya (Watt)
2
No. Daya (y) Tegangan (x) x xy
1 0,4526 24,83 616,5289 11,238058
2 0,4526 24,84 617,0256 11,242584
3 0,4530 24,85 617,5225 11,257050
4 0,4528 24,85 617,5225 11,252080
5 0,4528 24,84 617,0256 11,247552
Σ
2,2638 124,21 3085,6251 56,237324

a=
∑ y ∑ x 2−∑ x ∑ xy
2
n ∑ x2 − ( ∑ x )

( 2,2638 )( 3085,6251 )−( 124,21 ) ( 56,237324 )


a=
( 5 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )2

a=0 , 13334
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b= 2
n ∑ x 2− ( ∑ x )
(5 )( 56,237324 )−( 124,21 )( 2,2638 )
b=
( 5 ) ( 3085,6251 )−( 124,21 )2
b=0 , 0128571

y=a+bx=0,13334 +0,0128571 x
y 1=0,13334 +0,0128571 (24,83 )=0,45 26
y 2=0,13334 +0,0128571 ( 24,84 )=0,4527
y 3=0,13334+0,0128571 ( 24,85 )=0,452 8
y 4 =0,13334+ 0,0128571 ( 24,85 )=0,4528
y 5=0,13334+0,0128571 ( 24,84 )=0,4527

Grafik Hubungan Antara P = f(V)


0.45
0.45 0.45 0.45
0.45
0.45
0.45
Daya (W)

0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
0.45
24.83 24.84 24.85 24.85 24.84
Tegangan

ANALISIS
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Watak Lampu Pijar”. Lampu pijar merupakan sebuah
kawat filamen yang dipanaskan dalam bola kaca yang berisi nitrogen, argon maupun kripton.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah memahami hukum ohm, memperagakan untai
pengukuran arus dan tegangan suatu lampu pijar, membuat interpretasi bagan listrik, membuat
interpretasi grafik hubungan antara; tegangan yang terpasang dengan arus yang mengalir;
tegangan yangterpasang dengan tahan annya; tegangan yang terpasang dengan daya yang
diserap, menentukan tahanan dalam lampu, memahami karakteristik watak lampu pijar. Alat
dan bahan yang digunakan adalah voltmeter AC, amperemeter AC, lampu pijar dan juga
sumber tegangan tegangan (variak) (variak) dan juga kabel-kabel untuk menghubungkan alat-
alat tersebut.
Lampu pijar bekerja berdasarkan prinsip produksi panas pada kawat filamen. Kawat
filament memiliki hambatan yang cukup besar sehingga ketika dialiri arus listrik maka
terjadi disipaya daya dalam bentuk panas dalam jumlah besar. Suhu filament menjadi
sangat tinggi (ribuan derajat celcius) sehingga filament berpijar.

Pengaruh Suhu pada Tahanan Arus yang mengalir dalam suatu penghantar besarnya
sebanding dengan tegangan (beda potensial) antara ujung-ujung penghantar tadi atau
dinyatakan dengan persamaan I =V / R

Dengan I = arus; dan V = tegangan; dan R adalah bilangan tetap yang dinamakan
tahanan dari penghantar. Penghantar yang mengikuti Hukum Ohrn dinamakan
penghantar yang Linier. Pada umumya tahanan berubah dengan berubahnya
temperatur Untuk penghantar dari logam, besarnya tahanan bertambah besar jika
temperatur makin tinggi.

Hal ini dikarenakan terjadi disipasi tenaga listrik. Besarnya tenaga yang terdisipasi
adalah P = VI , dengan satuan watt atau joule/sekon. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan dengan ditunjukkan oleh grafik yang berbentuk linier dari analisis data
dapat disimpulkan bahwa kuat arus sebanding dengan tegangan penghantar. Hal ini
sesuai dengan Hukum Ohm. Pada percobaan ini dipilih Bagan II Karena r / R> p / R

Karena ada daya yang terdisipasi menjadi panas maka jelaslah bahwa tahanan suatu
lampu pijar berubah dengan berubahnya tegangan. Dalam percobaan Watak Lampu
Pijar kita teliti hubungan antara I dengan V , R dengan V, dan P dengan V.

Kemudian data yang diperoleh dari hasil praktikum“Watak Lampu Pijar” yaitu

r ρ
sebagai berikut. Karena > maka dipilih bagan 2, Hambatan pertama, pada saat
R r
tegangan (V) bernilai 24,83 volt, kuat arusnya bernilai 18,23 ampere, dan dengan
perhitungan hambatan diperoleh R = 1362,04 Ω dan P = 0,4526Watt. Data kedua,
pada saat tegangan bernilai 24,84 volt, kuat arusnya bernilai 18,22 ampere, dan
dengan perhitungan hambatan diperoleh R = 1363,34 Ω dan P = 0,4526 watt. Data
ketiga, pada saat tegangan (V) bernilai 24,85 volt, kuat arusnya bernilai 18,23 ampere,
dan dengan perhitungan hambatan diperoleh R = 1363,14 Ω dan P = 0,4530 watt. Data
keempat, pada saat tegangan (V) bernilai 24,85 volt, kuat arusnya bernilai 18,22
ampere, dan dengan perhitungan hambatan diperoleh R = 1363,89 Ω dan P = 0,4528
watt. Data kelima, pada saat tegangan (V) bernilai 24,84 volt, kuat arusnya bernilai
18,23 ampere, dan dengan perhitungan hambatan diperoleh R = 1362,59Ω dan P =
0,4528 watt.

Dari grafik yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa bila kuat arus I bertambah
besar, nilai tegangan V pun bertambah besar, bila hambatan makin besar maka
tegangan listrik pun semakin besar, begitu juga dengan daya semaikn besar daya maka
semakin besar juga tegangannya.

I. PERTANYAAN AKHIR
1. Sebutkan Perbedaan fungsi pengukuran pada bagan I dan bagan II ?
Bagan I Pembacaan amperemeter menyatakan besar jumlah arus yang mengalir
pada lampu pijar dan voltmeter. Arus yang terbaca tidak menunjukkan arus yang
mengalir pada lampu pijar.
Bagan II Pembacaan voltmeter menyatakan kesalahan karena yang terukur adalah
jumlah tegangan pada lampu pijar dan amperemete

2. Apa yang dimaksud dengan penghantar yang linier ?


penghantar linier adalah konduktor logam untuk menghubungkan arus dengan
tegangan yang mana dirangkai secara seri. Suatu penghantar dapat disebut tunduk
pada Hukum Ohm apabila resistensinya atau hambatannnya itu tidak bergantung
pada besar dan polaritas beda potensial dan tidak bergantung besar dan arah medan
listriknya.

3. Dari hukum ohm, gambarkan grafik hubungan V-I, V-R, V-P


Grafik Hubungan V-I

Grafik Hubungan V-R


Grafik Hubungan V-P

4. Jabarkan semua rumus yang anda pakai!


V
I=
R
P=V . I

r V I ' −I V I '
= =
R V' I
= ' −1
V I ( )
V ''
ρ I'
= −1
r V (V −V ' )

I I'
Keterangan:
I = kuat arus (A) R = hambatan voltmeter (Ω)
V = tegangan (V) r = tahanan lampu
P = daya (watt) ρ = tahanan ampermeter

5. Dari hasil percobaan, I=f(V) ternyata tidak lancar, mengapa? Berikan penafsiranmu!
Berdasarkan percobaan, grafik fungsi I = f(V) tidak lancar karena nilai hambatan
berubah akibat peningkatan suhu kawat, sehingga grafik tidak linear sempurna dan
arus listrik semakin turun dari nilai yang seharusnya apabila kawat semakin panas

6. Sebutlkan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Hukum Ohm berlaku!


 Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir dalam konduktor
berbanding lurus dengan beda potensial di ujungnya asalkan kondisi fisik
dan suhu konduktor tetap konstan. dimana V = tegangan, I = arus dan R =
hambatan.
 Hukum Ohm berlaku untuk rangkaian yang hanya berisi elemen resistif
(tanpa kapasitansi atau induktansi) untuk semua bentuk tegangan atau arus
penggerak, terlepas dari apakah tegangan atau arus penggerak konstan (DC)
atau bervariasi waktu seperti AC. Setiap saat, hukum Ohm berlaku untuk
sirkuit seperti itu.
 Hukum Ohm berlaku apabila resistansi (R) tidak bergantung pada besar
tegangan (V) yang digunakan.

J. KESIMPULAN
1. dengan beda dengan beda potensial potensial atau tegangan yang diterapkan
dalam peranti tersebut
2. Pengukuran arus pada lampu pijar didapatkan dengan menghubungkan
hambatan pada lampu dengan amperemeter yang dipasang seri dengan
sumber tegangan.
3. Dari grafik yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa bila kuat arus I
bertambah besar, nilai tegangan V pun bertambah besar
4. Bila hambatan makin besar maka tegangan listrik pun semakin besar

5. Semakin besar daya maka semakin besar juga tegangannya pada rangkaian
maka semakin terang menyala kawat filamen dalam lampu pijar.

K. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajudin. 2017. FISIKA DASAR II. Bandung: Institut Teknologi
Bandung

Ginting, Cindy Rasta Br. 2021. ”Rancangan Set Alat peraga Puzzle Dalam Materi Listrik
Dinamis”. Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika. Vol. 6 No. 1, hal 42.

Gayral, B. 2021. “LEDs for lighting: Basic physics and prospects for energy savings”.
Comptes Rendus Physique. vol. 18, No. 1, hal. 453- 461.

Movsum, G. 2018. “The misconceptions about the interpretation of light bulb resistance
in specialized school”. Physics Education Journal. vol. 18, No. 1, hal. 90- 96.

Izquierdo-Gil, M. A., Barragán, V. M., & Villaluenga, J. P. G.. 2020.” Estimation of


the flament temperature of an incandescent lamp from an energy balance in steady-
state conditions”. Journal of Thermal Analysis and Calorimetry. vol. 19, No. 1, hal. 1-
20.

Toyoda, H., Kimino, K., Kawano, A., & Takahara, J,. 2019 .“Incandescent Light Bulbs
Based on a Refractory Metasurface”. Photonics Journal. vol. 64, No. 4, hal. 1-20.

Ling, Samuel J., Jeff Sanny, dan William Moebs. 2016. University Physics Volume 2.
Houston: Rice University.

Anda mungkin juga menyukai