Disusun oleh :
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. karena atas berkat
rahmat-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Mistisisme‘’ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. pada mata kuliah Studi Islam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dan
mempermudah memahami Islam ditinjau dari aspek mistisisme bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II...........................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. Sejarah...........................................................................................2
B. Aliran-aliran..................................................................................4
1. Tasawuf Akhlaki.................................................................4
2. Tasawuf Amali....................................................................4
3. Tasawuf Falsafi...................................................................5
C. Eksistensi dan Relevansi...............................................................8
BAB III..........................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena pentingnya mengenal Islam dari berbagai aspek, maka kami
membuat makalah yang memuat salah satu aspek Islam, yaitu aspek mistisisme.
Aspek mistisisme berikut memuat sejarah kelahiran mistisisme dalam Islam,
aliran-aliran Mistisisme Islam dan eksistensi dan relevansi mistisisme Islam
dalam masyarakat kontemporer. Makalah ini disusun dalam rangka mencoba
memberi pengetahuan yang luas tentang Islam dari segi aspek mistisme untuk
para pembaca dan pemateri. Sehingga ilmu yang kita dapat dari Islam tida hanya
ilmu ibadah, fikih dan tauhid.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
Sejarah Kelahiran Mistisisme di Dalam Islam
Menurut Harun Nasution sejarah kelahiran mistisisme di dalam
Islam yaitu karena adanya segolongan umat Islam yang belum merasa
puas dengan pendekatan diri kepada Tuhan melalui ibadah salat puasa dan
haji. Mereka ingin merasa lebih dekat lagi dengan Tuhan. Jalan untuk itu
diberikan oleh Al –tasawwuf yakni kesadaran atas adanya komunikasi
antara ruh manusia dengan Allah melalui kontenplasi, Al- tasawwuf atau
sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan
mistisisme dalam Islam.
Secara detail, Al-Junaid, salah satu tokoh besar Tasawuf,
mengemukakan; Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang
mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan
pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan
kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-
sifat suci kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai
barang yang penting (terlebih bersifat kekal), menaburkan nasihat pada
sesama manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat,
dan meneladani syariat Rasulullah Saw1.
Seorang ahli Tasawuf (sufi) sejati, biasanya menjunjung tinggi
syariat dan akan menjalankannya dengan tidak banyak bertanya. Jika
mereka bertemu dengan satu perintah atau larangan, mereka akan turuti
atau hentikan dengan perasaan ridha dan patuh. Bahkan terkadang, hadits
yang dipandang dhaif (lemah) oleh para ahli hadits pun diamalkan isinya
oleh mereka dengan tidak banyak menanyakan siapa yang merawikan2.
Pada abad ketiga dan keempat, esensi utama ilmu Tasawuf adalah
tentang hubungan cinta manusia dengan Tuhan. Rabi’ah al-Adawiyah
terlebih dahulu telah mengungkapkan jiwa ke-Tasawufan dengan
ajarannya yang terkenal, yaitu Hubba, cinta. Sementara itu, Ma’ruf al-
Karakhi, seorang pemimpin besar Tasawuf di Baghdad, menambah hasil
peroleh jiwa dari cinta itu, yakni Thuma’ninah (ketenteraman jiwa) karena
cinta. Ketenteraman jiwa itulah yang menjadi tujuannya. Sebab, kekayaan
yang sebenarnya dan bersifat kekal itu bukanlah berupa harta benda,
melainkan kekayaan hati.
1
Hamka, Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf (Jakarta: Republika, 2016), hlm. 104
2
Ibid., hlm. 108
3
B. ALIRAN-ALIRAN
Mitisisme dalam dunia islam dikenal dengan istilah Al-tasawuf dan ini
merupakan aliran-aliran dari Al-tasawuf :
1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu ilmu
tasawuf dan ilmu akhlak. Hubungan akhlak erat sekali dengan perilaku
dan kegiatan manusia baik dalam interaksi sosial pada tempat tinggalnya.
Dalam suatu konteks agama akhlak mempunyai makna budi, perangai,
adab, tingkah laku dan tabiat. Manurut Imam Ghazali, Akhlak merupakan
sifat yang tertanam dalam setiap jiwa manusia yang akan melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa adanya memerlukan pemikiran
maupun pertimbangan.
Terbentuknya sebuah frase jika kata “tasawuf” dan kata “akhlak”
disatukan menjadi tasawuf akhlaki. Secara etimologi, tasawuf akhlaki
bermakna membersihkan tingkah laku atau juga saling membersihkan
tingkah laku.
2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki karena
orang tidak bisa dekat dengan tuhan dengan amalan-amalan dan ibadah
jika ia belum membersihkan jiwanya. Kedaan jiwa yang bersih merupakan
syarat utama untuk bisa kembali kepada tuhan, karena Dia adalah zat yang
bersih dan suci dan hanya menerima orang-orang yang suci.
Menurut Al-Qusyaiti ada tiga alat yang dipergunakan kaum sufi
dalam hubungan mereka dengan Tuhan yaitu Al-qalb (jantung) untuk
mengetahui sidat-sifat Tuhan, Al-ruh (ruh) utuk mencintai Tuhan dan Al-
sir (hati nurani) untuk melihat Tuhan. 3 Orang sufi yaitu penganut tasawuf
amali membagi ajaran agama kepada ilmu lahir dan ilmu batin, yaitu
ajaran agama ada yang pengalamannya mengandung arti lahiriah dan ada
yang mengandung arti batiniyah. Yang lahiriyah merupakan amalan-
amalan yang mengikuti aturan-aturan syariah, sedangkan yang batiniyah
merupakan yang mengikuti aturan-aturan ahli tasawuf. Tasawuf amali
3
Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, ed 2. (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1005), hlm. 81.
5
dipandang masih sesuai dengan ajaran islam yang secara garis besar masih
didasarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dan visi rasional dalam penggagasasnya.
Berbeda dengan tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi ini menggunakan
terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi falsafi
tersebut dapat berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah
memengaruhi para tokohnya. Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai
muncul dalam khazanah Islam pada abad keenam Hijriah. Meskipun para
tokoh-tokohnya baru dikenal setelah seabad kemudian. Sejak saat itu,
tasawuf falsafi ini terus hidup dan berkembang terutama di kalangan para
sufi yang juga filsuf, sampai saat ini.4
1. Zuhd
Zuhd merupakan langkah pertama dalam usaha mendekati tuhan dan orang
yang mempunyai sifat ini disebut zahid
Orang-orang yang mempunyai sifat zuhd diantaranya :
a. Al-Hasan Al-Basri
Al-Hasan Al-Basri lahir di Madinah pada tahun 642 M dan meninggal
di Basrah pada tahun 728 M. Beliau disebut dalam aspek Teologi
ketika Wasol Ibn Ata' menyatakan pendapatnya tentang kedudukan
pembuat dosa besar. Beliau melihat dunia ini sebagai ular yang halus
dalam pegangan tangan tapi racunnya membawa kepada maut. Oleh
sebab itu ia menganjurkan supaya orang menjauhi hidup keduniawian
b. Ibhrahim Ibn Adham
Ibhrahim Ibn Adham lahir di Mekkah ketika orang tuanya
melaksanakan rukun haji. Ayahnya merupakan Raja dari Balkh.
Beliau sering berpindah-pindah tempat untuk mencari bekal hidupnya,
pernah suatu ketika beliau mendapat upah roti lalu beliau membagi
dua roti itu kepada orang miskin. Beliau juga sering mengucapkan
kata-kata zahid seperti “Kemiskinan adalah harta yang disimpan
Tuhan di surga dan yang tidak dianugerahkan-Nya kecuali kepada
orang-orang yang dicintai-Nya”5.
c. Rabi'ah Al-'Adawiyah
4
Annisa Zuhra Yahya, 2014, Tasawuf Akhlaki, Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi.
Tersedia: http://annisazuhra20.blogspot.com/2015/05/tasawuf-akhlaki-tasawuf-amali-dan.html
[08 Mei 2015]
5
Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, ed 2. (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1005), hlm. 73.
6
6
Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, ed 2. (Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1005), hlm. 74.
7
7
J. O. Voll, Asian Islam in the 21st Century (O. B. John L. Esposito, John O. Voll, Ed.) ( Oxford:
Oxford University Press, 2007 )
8
R. Rubaidi, “The Role of Urban Sufism of Shalawat Muhammad Assembly on Urban Middle
Class Society”, Jurnal Ushuluddin, Vol. 26 Edisi. 2, 2018, hal. 183. https://doi.org/10.24014/jush.
v26i2. 4895
9
Murid yang telah sampai tingkat tertinggi diberi ijazah, ke luar dari
ribat dan kemudian mengadakan ribat yang serupa di tempat lain. Dengan
cara demikian meluaslah pengikut tarekat bersangkutan, mulanya pada
satu kota atau daerah kemudian dalam satu negara dan akhirnya meluas ke
berbagai dunia islam lainnya.
9
J. Hazen, Contemporary Islamic Sufism in America: the Philosophy and Practice of the Alami
Tariqa in Waterport ( New York. School of Oriental and African Studies University of London,
2011 )
11
10
A. Zamhari, “Socio-Structural Innovations in Indonesia’s Urban Sufism: the Case Study of the
Majelis Dzikir and Shalawat Nurul Mustafa” , Journal of Indonesian Islam, Vol. 7 Edisi 1, 2013, hal.
119–144. https://doi.org/10.15642/JIIS.2013.7.1.1 19-144
11
R. Rubaidi, “The Role of Urban Sufism of Shalawat Muhammad Assembly on Urban Middle
Class Society”, Jurnal Ushuluddin, Vol. 26 Edisi. 2, 2018, hal. 183. https://doi.org/10.24014/jush.
v26i2. 4895
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemikiran Harun Nasution (1919-1998) tentang mistisisme dalam Islam
adalah bahwa mistisisme timbul dari adanya segolongan umat Islam yang
belum merasa puas melakukan ibadah kepada Tuhan dengan salat, puasa,
zakat, dan haji semata. Mereka ingin merasakan lebih dekat lagi dengan
Tuhan. Untuk itu, mereka menempuh suatu jalan yang dinamakan tasawuf.
Tujuan tasawuf adalah untuk memperoleh hubungan langsung dengan
Tuhan, Selain itu, intisari dari mistisisme adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan dengan
cara berkontemplasi. Mistisisme dalam Islam memiliki keragaman aliran,
masing-masing aliran ini memiliki stasiun puncak dalam perjalanan
spritual mereka. Stasiun puncak yang menjadi titik tujuan para sufi
berbeda-beda paling tidak dalam peristilahan satu sama lain, sesuai dengan
konsep mistisisme yang mereka yakini.
2. Praktik mistisisme yang dilaksanakan oleh Harun Nasution adalah
pelaksanaan ibadah secara terpadu sehingga hakikat iman, salat, puasa,
zakat, dan haji benar-benar terwujud, sehingga punya rasa tanggung
jawab, amanah, mempunyai rasa kasih sayang, dan adil dalam bertindak.
3. Tasawuf adalah disiplin ilmu yang bertujuan untuk membersihkan hati dan
prilaku manusia, dan mendekatkan jiwa manusia kepada Allah. Jika jiwa
manusia sudah merasa dekat dengan Allah, segala sesuatu akan terasa
tenang dam hati pun ikut tenang dan damai. Ajaran-ajaran di dalam
tasawuf juga sangatlah penting bagi kita semua karena tanpa adanya
ajaran-ajaran tasawuf jiwa kita pasti akan terasa ada sesuatu yang kurang.
Seperti yang telah dibahas ada tiga pilar terpenting yaitu iman, islam, dan
ihsan. Jika kita sudah mencapai ihsan, jiwa dan raga kita akan terasa
tenang dan damai selamanya.
4. Saran
Makalah ini disusun dalam rangka membantu pemahaman mengenai
Aspek Mistisme dan tasawuf yang diawali dengan Sejarah Kelahiran
Mistisisme di Dalam Islam sampai Eksistensi dan Relevansi Mistisisme
Islam Dalam Masyarakat Kontemporer.Banyak sekali perbedaan pendapat.
Maka dari itu pembaca disarankan menambah bahan bacaan dan referensi
yang berkaitan dengan tasawuf dan Aspek Mistisme
.
DAFTAR PUSTAKA
Voll, J. O. (2007). Asian Islam in the 21st Century (O. B. John L. Esposito, John
O. Voll, Ed.). Oxford: Oxford University Press.
14